You are on page 1of 12

FENOMENA KAWIN KONTRAK DI KAWASAN

PUNCAK BOGOR

Siti Sarah Maripah


Badan Ekonomi Kreatif Jakarta
Email: sitisaraharra@gmail.com

ABSTRACT
Marriage is a bond which is carried by a pair of human who love each
other. Marriage was also accompanied by good purpose and must be
complete certain requirements in order to be legally in law and religion.
In fact, occurred a phenomenon that makes the practice of marriage as
deviant behavior. The phenomenon is a marriage between Middle
Eastern Tourist with a local woman accompanied agreements specified
period or so-called marriage contract in Puncak Bogor West Java. This
research will describe an explain the phenomenon of marriage contract
from the standpoint of social deviation. This research used a qualitative
approach and descriptive study method. These research and method
are used to obtain the conclusion from some information and data
acquired about phenomenon of marriage contract. Data collection
techniques in this research use indepth interviews, observasion, and
documentation. Based on the result of research on the perpetratos of
marriage contract and village community, middle eastern tourist
arranged marriage contract to get the biological needs, and a local
woman arranged a marriage contract to suficient the economic needs.
This marriage contract have so many impact on various aspects of
economic, social cultural and psychological for women. Marriage
contract belongs to the social deviation, because the implementation is
not accordance with religion dan law. This phenomenon still continues
until now, but it is more closed. Marriage contract occurred with the
support by the local tourism movers are involved in the process of the
marriage contract.
Keywords: Middle Eastern Tourist, Marriage contract, Social Deviation

ABSTRAK
Fenomena tersebut adalah perkawinan antara turis-turis asal Timur
Tengah dengan wanita lokal dengan perjanjian jangka waktu tertentu,
atau disebut kawin kontrak yang berada di Puncak Bogor Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh bagaimana fenomena kawin kontrak di Desa Tugu Selatan
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan metode penelitian studi deskriptif, dengan
teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaku kawin
kontrak dan masyarakat, kawin kontrak ini dilakukan turis-turis Timur
Tengah untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka, sedangkan
wanita lokal yang melakukan kawin kontrak didasari adanya tuntutan
kebutuhan ekonomi. Kawin kontrak ini menimbulkan dampak dari
berbagai aspek yang lebih dirasakan oleh pelaku wanita, yaitu dampak
ekonomi, sosial budaya dan psikologis. Praktek kawin kontrak ini juga
terjadi karena dukungan para penggerak pariwisata setempat yang ikut
terlibat dalam proses pelaksanaan kawin kontrak tersebut.

Kata Kunci: Turis Timur Tengah, Kawin Kontrak, Penyimpangan Sosial.

PENDAHULUAN itu dalam kondisi membujang dan


Perkawinan merupakan ikatan meninggalkan isteri mereka, namun
lahir batin antara seorang pria dengan saat ini kawin kontrak atau nikah
seorang wanita sebagai suami isteri mut’ah sudah diharmkan bagi Agama
yang bertujuan untuk membentuk Islam. Allah SWT juga berfirman yang
keluarga (rumah tangga) yang bahagia artinya; “…dan telah dimaklumi
dan kekal berdasarkan Ketuhanan bersama bahwa wanita yang dinikahi
Yang Maha Esa. secara mut’ah tidaklah tergolong budak
Dari pengertian perkawinan di atas dan tidak pula disebut sebagai isteri
dapat diketahui beberapa tujuan karena tidak adanya aturan-aturan
perkawinan: (1) untuk memperoleh yang lazim sebagaimana seorang isteri
kehidupan sakinah yang dilandasi layaknya seperti: waris, iddah, thalaq
mawaddah dan rahmah, (2) untuk dan nafkah”. Berdasarkan firman Allah
regenerasi/reproduksi, (3) tujuan SWT tersebut, memang benar bahwa
perkawinan adalah untuk pemenuhan wanita yang melakukan kawin kontrak
kebutuhan biologis, (4) untuk menjaga tidak memiliki hak atas hal-hal
kehormatan, dan (5) untuk ibadah.3 tersebut, maka akan menimbulkan
Berkaitan dengan urgensi perkawinan dampak pada wanita tersebut jika ia
tersebut, Rasulullah saw sangat sampai mempunyai anak. Kawin
menganjurkan pernikahan terutama kontrak ini juga tidak semata-mata
bagi mereka yang sudah memiliki terjadi begitu saja melainkan ada asal
kemampuan lahir dan batin. Namun mula mengapa bisa muncul fenomena
pada saat ini di kawasan Cisarua ini di daerah Puncak. Wanita-wanita
Puncak terjadi suatu fenomena yang pelaku kawin kontrak tersebut bukan
disebut dengan fenomena kawin berasal dari Cisarua atau Bogor
kontrak. Kawin kontrak atau Nikah melainkan dari Cianjur, Sukabumi dan
mut‟ah pernah diizinkan Nabi saat daerah-daerah lain. Wanita-wanita
terjadi peperangan. Para sahabat saat tersebut biasanya menetap tidak jauh
dari tempat tinggal atau kawasasan dianalisis sehingga menghasilkan data-
yang dipenuhi wisatawan Arab salah data yang spesifik berdasarkan hasil
satunya adalah kawasan Desa Tugu wawancara mendalam, observasi
Selatan atau kawasan Warung Kaleng pasrtisipati pasif, dan studi
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. dokumentasi. Data yang dianalisis
Wanita-wanita itu berani melakukan hal terfokus pada beberapa rumusan
tersebut tentu karena didasari oleh masalah yakni latar belakang
kebutuhan ekonomi. mengkaji munculnya Kampung Arab sehingga
fenomena kawin kontrak ini sebagai muncul kawin kontrak, pandangan
hal yang menyimpang dari Agama dan pelaku kawin kontrak terhadap
kaidah hukum Undang-Undang No.1 pernikahan, faktor pendorong pelaku
Tahun 1974 tentang perkawinan. melakukan kawin kontrak, proses
Dalam masyarakat berarti praktek pelaksanaan kawin kontrak,
kawin kontrak ini termasuk dalam konsekuensi pemenuhan kewajiban
suatu hal yang menyimpang, atau suami isteri bagi pelaku kawin kontrak,
disebut sebagai penyimpangan sosial. dampak kawin kontrak bagi pelaku dan
Latar belakang masalah di atas pandangan masyarakat terhadap
menarik perhatian peneliti untuk fenomena kawin kontrak.
mengungkapkan secara menyeluruh Informan dalam penelitian ini
mengenai fenomena kawin kontrak. berjumlah 13 orang yang tergolong
Oleh sebab itu peneliti tertarik ingin dalam 4 informan pokok yaitu pelaku
meneliti secara lebih mendalam kawin terdiri dari 2 wanita tuna susila
mengenai fenomena kawin kontrak lokal dan 2 laki-laki Timur Tengah. dan
tersebut, maka peneliti mengangkat 9 lainnya sebagai informan pendukung
judul “Fenomena Kawin Kontrak di yaitu masyarakat yang terdiri dari ketua
Kawasan Puncak Bogor Jawa Barat komunitas, aparat desa, masyarakat
(Studi Deskriptif pada Pelaku Kawin biasa, ketua ormas dan ketua RT/RW.
Kontrak di Desa Tugu Selatan Teknik pengumpulan data yang
Kecamatan Cisarua Kabupaten digunakan oleh peneliti meliputi
Bogor)”. wawancara mendalam, observasi
partisipatif, dan studi dokumentasi. Uji
METODE keabsahan data dilakukan dengan
Penelitian ini dilakukan dengan triangulasi dan membercheck
menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan sumber data. Teknik
dengan metode studi deksriptif. analisis data menggunakan data
Pendekatan ini digunakan untuk reduksi (data reduction), penyajian
mendeskripsikan fenomena kawin data (display data) dan kesimpulan
kontrak di kawasan Puncak Bogor. (conclusion drawing verification).
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis bagaimana fenomena HASIL DAN PEMBAHASAN
kawin kontrak tersebut. Data yang
didapat kemudian direduksi dan
Latar Belakang Munculnya merupakan warga asli yang tinggal di
Kampung Arab Sehingga Terjadi kawasan Puncak. Mereka selalu siap
Fenomena Kawin Kontrak untuk melayani para tamu Timur
Kampung Arab yang berada di Tengah yang berada di kawasan
kawasan Warung Kaleng yang Puncak, termasuk dalam jasa
letaknya berada di sekitar wilayah menyediakan hiburan malam hingga
Desa Tugu Selatan dan Tugu Utara ini hiburan seksual.
mulai didatangi oleh orang Timur Seiring dengan terus
Tengah pada tahun 1980an. bertambahnya jumlah wisatwan Timur
Keberadaannya diawali dengan cerita Tengah ke kawasan Puncak, pada
mengapa ada kawasan yang disebut tahun 1987 mulai terdengar istilah
sebagai “Warung Kaleng” pada tahun “kawin kontrak” antara laki-laki Timur
1980an. Yaitu karena terdapat Tengah dengan wanita lokal. Berawal
beberapa warung yang terbuat dari dari adanya oknum orang Timur
kaleng drum milik orang Arab, dan Tengah yang datang dan melakukan
pada tahun tersebut pula orang-orang kawin kontrak atau nikah mut’ah
Arab tersebut mulai membawa kerabat, dengan wanita setempat. Kawin
teman, dan suadara mereka untuk kontrak atau nikah mut’ah adalah
datang ke Puncak. Kawasan Puncak perkawinan yang dilakukan dalam
memang dipenuhi oleh villa-villa, hotel jangka waktu tertentu atau hanya
dan penginapan untuk para wisatawan sementara, setelah jangka waktu
domestik hingga wisatawan Timur perkawinan itu berakhir maka
Tengah. hubungan perkawinan mereka sudah
Selain banyaknya fasilitas seperti berakhir. Seperti yang dikatakan oleh
villa dan restaurant Timur Tengah di Faisal (2008) bahwa:
Puncak, tersedianya pelayanan jasa Menurut istilah, definisi umum
bagi para wisatawan Timur Tengah yang mungkin bisa mencakup arti
juga menjadi daya tarik tersendiri bagi mut’ah yang dimaksudkan oleh
para ulama adalah: Akad yang
orang-orang Arab untuk datang ke
dilakukan oleh seorang laki-laki
kawasan Puncak khusunya Kampung untuk menikahi seorang
Arab. Pelayanan jasa yang tersedia perempuan dalam jangka waktu
meliputi; sawag atau pemandu, driver sehari, seminggu atau sebulan
taksi, driver ojek, chef, penyedia villa, atau seorang ditentukan
dan security. Para penyedia jasa ini (disepakati) seperti sebulan, dua
lebih senang dengan sebutan-sebutan bulan, satu hari, dua hari dan
kemudian laki-laki itu
asing tersebut , mereka menganggap
meninggalkannya setelah masa
itu lebih keren untuk didengar. Mereka yang ditentukan itu habis. (hlm.
semua tergabung dalam komunitasnya 38)
masing-masing, di mana komunitas Kawin kontrak yang sudah ada sejak
mereka semua berada dalam naungan 28 tahun yang lalu ini sempat menjadi
Komunitas Penggerak Pariwisata sangat terkenal hingga Mancanegara
(kompepar). Para pekerja pariwisata ini khususnya ke Negara-Negara Timur
Tengah. Dulu wanita yang melakukan sosial yang berlaku.” mereka
kawin kontrak adalah gadis-gadis melakukan tindakan yang tidak sesuai
setempat yang biasanya dipaksa oleh dengan norma masyarakat tempat di
keluarga mereka untuk menikah mana mereka berada, di mana di
dengan orang Arab dengan alasan kawasan Puncak mayoritas
kebutuhan ekonomi. Lain halnya masyarakatnya adalah muslim.
dengan sekarang, sekarang wanita
yang melakukan kawin kontrak Pandangan Pelaku Kawin Kontrak di
bukanlah gadis-gadis setempat, Desa Tugu Selatan Kecamatan
melainkan adalah wanita-wanita tuna Cisarua Kabupaten Bogor terhadap
susila yang sering menjajakan diri Pernikahan
mereka pada turis Arab di kawasan a. Pandangan pelaku wanita
Puncak. Keberadaanya sempat Pandangan mereka terhadap
sangkat memuncak pada tahun 2007- pernikahan yang sesungguhnya tidak
2008 namun memasuki tahun 2010 melenceng dari Undang-Undang, yaitu
kawin kontrak tersebut menuai banyak dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor
protes sehingga hingga saat ini 1 tahun 1974 yang mengatakan bahwa
keberadaannya menjadi tertutup. Hasil “perkawinan ialah ikatan lahir batin
penelitian ini menunjukkan bahwa ada antara seorang pria dengan seorang
oknum-oknum yang sebenarnya wanita sebagai suami isteri dengan
sampai saat ini masih terlibat dalam tujuan membentuk keluarga (rumah
kawin kontrak namun berusaha tangga) yang bahagia dan kekal
menutupi keberadaan kawin kontrak berdasarkan ketuhanan yang Maha
tersebut untuk menjaga nama baik Esa”. Walaupun mereka adalah
wisatawan Timur Tengah dan daerah seorang wanita tuna suila yang sering
Puncak itu sendiri, karena orang-orang melakukan kawin kontrak, namun tidak
ini juga yang bekerja dan terlibat dalam merubah pandangan mereka dalam
proses kawin kontrak. Keberadaan menilai apa itu pernikahan yang
wisatawan Timur Tengah memang sesungguhnya.
telah menghidupkan segala aspek Menurut informan pernikahan
dalam bidang pariwisata dan juga dianggap sesuatu yang wajib
memberikan banyak keuntungan bagi dilakukan karena merupakan
masyarakat setempat maupun bagi penyempurna separuh Agama dalam
lingkungan setempat. Hal ini dikatakan diri seseorang. Pendapat tersebut juga
buruk karena menyalahi nilai-nilai yang sama sekali tidaklah salah.
ada di masyarakat, seperti yang Hadikusuma (2007) menegaskan
diungkapkan Setiadi dan Kolip (2011, bahwa:
hlm.187) yang menyatakan bahwa Jadi perkawinan dalam arti ‘ikatan
“perilaku menyimpang adalah perilaku Jasmani dan rohani’ berarti suatu
dari para warga masyarakat yang ikatan untuk mewujudkan
kehidupan yang selamat bukan
dianggap tidak sesuai dengan
saja di dunia tetapi juga di akhirat,
kebiasaan, tata aturan atau norma bukan saja lahiriah tetapi juga
batiniyah, bukan saja gerak suaminya. Akad nikah itu harus
langkah yang sama dalam karya diucapkan oleh wali si wanita
tetapi juga gerak langkah yang dengan jelas berupa ijab (serah)
sama dalam berdo’a. sehingga dan diterima (Kabul) oleh si
kehidupan dalam keluarga rumah calon suami yang dilaksanakan
tangga itu rukun dan damai, di hadapan dua orang saksi yang
dikarenakan suami dan isteri memenuhi syarat. (hlm. 10-11)
serta anggota keluarga berjalan Yang dimaksud oleh informan adalah
seiring bersama pada arah dan ijab kabul yang juga dilakukan antara
tujuan yang sama. (hlm. 10) wali dengan calon suami di hadapan
Berdasarkan pendapat di atas, maka
saksi. Perkawinan memang suatu
peneliti merasa mengenai apa yang
ikatan yang harus dilakukan melalui
dikatakan oleh informan bahwa
akad atau ijab kabul. Pandangan
perkawinan merupakan suatu proses
tersebut sesuai dengan hukum Islam,
penyempurnaan Agama adalah benar,
karena seluruh informan yang
karena suatu perkawinan yang baik
merupakan pelaku kawin kontrak
seharusnya mewujudkan kehidupan
adalah muslim. Berdasarkan hasil
lahiriyah tetapi juga batiniyah yang
penelitian bahwa kawin kontrak yang
membawa pasangan suami dan isteri
mereka lakukan tidak mempengaruhi
pada kebaikan dan pahala, dan suami
pandangan atau persepsi mereka
menjadi ladang pahala bagi isteri,
mengenai arti pernikahan yang
hubungan yang mereka lakukan
sesungguhnya.
menjadi suatu pahala dan sunah yang
dilaksanakan sehingga mereka dapat
Faktor Pendorong Pelaku
mewujudkan keluarga yang damai dan
Melakukan Kawin Kontrak di Desa
sejahtera.
Tugu Selatan Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bogor
b. Pandangan Pelaku laki-laki
a. Faktor wanita melakukan kawin
Adapun pandangan menurut
kontrak
informan laki-laki yaitu orang Timur
Dalam fenomena kawin kontrak
Tengah, mereka lebih menganggap
ini, peneliti menemukan banyak faktor
suatu perkawinan adalah sebuah
baik faktor internal maupun faktor
perjanjian yang dilakukan melalui ijab
eksternal yang bisa dianalisis mengapa
kabul, perjanjian tersebut adalah
para wanita lokal dan laki-laki Timur
perjanjian untuk hidup bersama antara
Tengah melakukan kawin kontrak.
calon suami dan calon isteri. Anggapan
Berdasarkan hasil penelitian faktor
tersebut sesuai dengan perkawinan
yang menyebabkan wanita melakukan
yang dilihat secara khusus dari hukum
kawin kontrak yaitu Rendahnya tingkat
Agama Islam, Hadikusuma (2007)
pendidikan, Rendahnya tingkat
yang menjelaskan bahwa:
ekonomi kehidupan wanita pelaku
Menurut hukum Islam
kawin kontrak serta-merta telah
perkawinan adalah ‘akad’
(perikatan) antara wali wanita membuat mereka juga tidak bisa
calon isteri dengan pria calon merasakan pendidikan yang layak.
Mereka hanya lulusan SD yang tidak dan gaya hidup sebagai WTS yang
melanjutkan pendidikan mereka ke harus membutuhkan modal. Faktor
jenjang berikutnya. Karena mereka utama laki-laki Timur Tengah
hanyalah lulusan SD, mereka berpikir melakukan kawin kontrak Kondisi
bahwa mereka tidak memiliki keahlian geografis ini memang hal yang paling
apapun sehingga mereka lebih tertarik diincar oleh wisatawan, baik wisatawan
melakukan perilaku menyimpang. domestik maupun wisatawan asing.
mereka melakukan penyimpangan Mereka yang biasa berada di daerah
yang mereka sendiri sadari bukan hal yang panas tentu akan merasa suka
yang baik dan akan membawa damak ketika berada di tempat yang dingin,
buruk pada mereka. Menurut Setiadi sesuai dengan pernyataan Umanah
dan Kolip (2011, hlm. 193) salah satu dkk (2015) dalam jurnalnya yang
bentuk penyimpangan yaitu mengatakan bahwa:
“penyimpangan negatif adalah Since then the area has been
kecenderungan bertindak ke arah nilai- called as Warung Kaleng by the
nilai sosial yang dipandang rendah dan local community. The Arab tourist
akibatnya selalu buruk. Faktor chose this area to spend their
selanjutnya yaitu rendahnya kesadaran holiday because those tourist
akan penyakit HIV AIDS, rendahnya from the Middle Eastern yearned
tingkat keimanan yang mereka miliki. very much for a different
Berdasarkan hasil penelitian, faktor atmosphere from their own
ekonomi merupakan faktor eksternal country which is too hot. (hlm.
yang utama yang menjadikan wanita- 143).
wanita lokal tersebut mau menjadi Mereka merasakan udara dan suasana
wanita tuna susila (WTS) bahkan mau yang berbeda yang membuat mereka
menikah secara kontrak. Seperti yang ingin melakukan hal-hal lain ketika
dikatakan Anwar (2010, hlm. 355) berlibur.
bahwa alasan wanita menjadi pelaku
prostitusi adalah: “karena tekanan Proses Pelaksanaan Kawin Kontrak
ekonomi, seseorang tanpa pekerjaan di Desa Tugu Selatan Kecamatan
tentunya akan tidak memperoleh Cisarua Kabupaten Bogor
penghasilan untuk nafkahnya. Maka Awal mula perkenalan wanita
terpaksalah mereka untuk hidup dan laki-laki pelaku kawin kontrak yaitu
menjual diri sendiri dengan cara dan melalui orang yang membawa wanita
jalan yang paling mudah. Selain faktor tersebut kepada wisatawan Timur
ekonomi yang utama adapula faktor Tengah, jika orang Arab tersebut
eksternal seperti kurangnya memang meminta dibawakan wanita.
pengawasan dan kasih sayang dari Jika tidak pun wanita-wanita tersebut
keluarga, sudah terjerumus dalam sering datang menjajakan dirinya
pergaulan bebas sebelumnya, ajakan diantar oleh orang yang biasa
teman, lokasi Puncak yang strategis mengantarnya. Orang-orang yang
tidak jauh dari tempat tinggal mereka, mengantarnya biasanya germo atau
tukang-tukang ojek dan driver yang Suami Isteri Pelaku Kawin Kontrak
biasa bekerja dengan wisatawan asing. di Desa Tugu Selatan Kecamatan
Proses pelaksanaan kawin Cisarua Kabupaten Bogor
kontrak itu sendiri tidaklah rumit, jika Berdasarkan hasil penelitian
sudah pasti akan melakukan kawin bahwa tidak ada kewajiban dan hak
kontrak, orang Arab tersebut harus yang khusus selayaknya suami isteri
datang ke kediaman keluarga pihak yang menikah secara sah. Setelah
perempuan dan memastikan bahwa mereka melakukan ijab kabul dan
siapa keluarga perempuan tersebut. di dianggap menjadi pasangan suami
luar itu semua wanita pelaku kawin isteri, benar-benar hak dan kewajiban
kontrak biasanya memalsukan mereka hanya seputar uang dan
identitas keluarganya atau menyuruh hubungan seks saja. Djuher (1983)
orang lain berpura-pura menjadi menyatakan bahwa ada beberapa
keluarganya. Setelah itu dengan prinsip Agama Islam tentang
diantar oleh orang yang mengenalkan perkawinan, diantaranya adalah:
wanita tersebut, terjadilah kawin Hak dan kewajiban suami isteri.
kontrak. Ikatan perkawinan menyebabkan
Pelaksanaannya tidak melalui timbulnya hak-hak dan kewajiban-
kewajiban tertentu bagi pihak-
lamaran, mereka langsung
pihak yang terkait. Tak ubahnya
melaksanakannya di kediaman seperti dalam suatu perikatan, di
perempuan dengan wali saksi dan mana terdapat hak-hak dan
penghulu “seadanya”. Biasanya yang kewajiban tertentu berupa suatu
menjadi penghulu, saksi dan wali prestasi. Mengenai hak dan
hanyalah pura-pura saja, namun orang kewajiban suami isteri menurut
Arab tersebut tidak memperdulikan hal Agama Islam ini dapat kiranya
dikemukakan beberapa
tersebut. Walaupun tidak ada proses
terjemahan ayat Al-Quran
lamaran, tapi tetap menggunakan sebagai berikut:
mahar biasanya sejumlah uang tunai 1. Surat Al-Baqarah ayat 228
Tidak ada yang menjadi syarat- “…akan tetapi suami mempunyai
syarat lain untuk dilangsungkannya tingkatan satu kelebihan dari
kawin kontrak, tidak ada perjanjian pada isterinya…”
secara tulisan melainkan secara lisan 2. Surat An-Nisa ayat 34 “kaum laki-
laki adalah pemimpin bagi kaum
melalui kesepakatan kedua belah wanita, oleh karena Allah telah
pihak tentang jangka waktu melebihkan kebahagiaan mereka
perkawinan. Tidak ada resepsi (laki-laki) atas kebahagiaan yang
pernikahan dalam pelaksanaan kawin lain (wanita) dan karena mereka
kontrak. Setelah selesai akad nikah, (laki-laki) telah menafkahkan
wanita barulah dibawa ke villa tempat harta mereka”. (hlm. 48)
Dalam penjelasan tersebut dijelaskan
orang Arab itu menetap.
bahwa dalam setiap perkawinan akan
Konsekuensi Kawin Kontrak menimbulkan hak-hak dan kewajiban
Terhadap Pemenuhan Kewajiban tertentu, sedangkan dalam prakteknya
tidak ada kewajiban tertentu dalam Dampak Kawin Kontrak Bagi Pelaku
hubungan kawin kontrak selain bagi Kawin Kontrak di Desa Tugu Selatan
wanita wajib melayani kebutuhan Kecamatan Cisarua Kabupaten
seksual pasangannya hingga ia puas, Bogor
dan bagi laki-laki harus membayar Berdasarkan hasil penelitian,
Sejumlah uang (mahar) sesuai dengan mereka juga sedikit demi sedikit bisa
jangka waktu dan kesepakatan memenuhi kebutuhan tersier anggota
mereka. kemudian dalam ayat yang keluarga mereka. hal tersebut
dikutip di atas mengatakan bahwa berpengarahuh pada status sosial
suami memiliki satu tingkat kelebihan keluarga mereka di daerah asal
dari pada isterinya, yang artinya adalah mereka. Dari yang dulunya berasal dari
suami memiliki kewajiban lebih dalam keluarga miskin, kini semenjak ia
rumah tangga yaitu memberikan menjadi pelaku kawin kontrak ia bisa
nafkah, tidak hanya nafkah batin tapi membeli barang-barang kebutuhan
juga nafkah berupa materi atau uang tersier dan menjadikan status sosial
belanja, sedangkan dalam kawin keluarga adalah keluarga yang cukup.
kontrak suami tidak diwajibkan ada dampak positif yang dipengaruhi
memberikan uang belanja pada oleh hubungan kawin kontrak yang
isterinya, hanya memberikan uang dilakukan wanita lokal dan orang Timur
kesepakatan yang dijadikan mahar Tengah. wanita tuna susila yang biasa
ketika perkawinan saja. menjajakan diri mereka atau
Jika ada anak yang lahir dari kawin melakukan kawin kontrak dengan
kontrak antara wanita lokal dengan orang Arab rata-rata bisa berbahasa
laki-laki Timur Tengah, berdasarkan Arab dengan fasih walaupun tidak
hasil penelitian, anak tersebut semua kata ia kuasai. itu artinya ada
dibesarkan oleh ibunya dan tetap diberi penyerapan-penyerapan nilai yang
nafkah oleh ayah biologisnya yaitu laki- positif dalam bentuk budaya yang
laki Timur Tengah meskipun mereka ditularkan laki-laki Timur Tengah pada
telah kembali ke Negara asal mereka. wanita lokal. Hal ini berbeda dengan
Berbeda dengan pernyataan Haryono hasil penelitian Handoyo (2013)
(2011) dalam jurnalnya yang mengenai dampak kawin kontrak di
mengatakan bahwa” …berbeda Kota Jepara, yaitu:
dengan yang memiliki anak, harus Pernikahan dengan pria asing
menjadi single parent, di mana harus telah mengubah sistem nilai
mengurus/menghidupi bayi yang budaya para perempuan Jepara
(isteri) kontrak, diantaranya:
dilahirkan karena hilangnya fungsi
disiplin, efisien, tertutup, gila
suami sebagai kepala keluarga yang kerja, tidak suka ngerumpi,
menjadi sumber nafkah utama menghargai waktu, bicara
keluarga karena suami pulang ke seperlunya, tidak mau diganggu
negeri asal.” (hlm. 3-4) dan cenderung curiga kepada
orang yang belum dikenalnya.
(hlm. 242)
Sedikitnya kawin kontrak membawa kelompok masyarakat, yakni
dampak positif dalam segi budaya bagi masyarakat yang bekerja dengan turis
wanita lokal. Berdasarkan hasil Timur Tengah dan masyarakat yang
penelitian bahwa sejauh ini informan tidak bekerja dengan turis Timur
tidak pernah mengalami kekerasan Tengah. masyarakat yang bekerja
seksual dari laki-laki Timur Tengah, dengan Turis Timur Tengah cenderung
hanya saja mereka sering merasa menutupi keberadaan kawin kontrak
kelelahan dalam berhubungan seksual. karena mereka sendiri terlibat
Ini menunjukkan bahwa adanya didalamnya. . Hasil penelitian tersebut
eksploitasi seksual terhadap wanita sesuai dengan
pelaku kawin kontrak yang dilakukan Khalikin dan Fauziah (2011, hlm
oleh laki-laki Timur Tengah. Hal ini 896) yang mengatakan bahwa “praktik
tidak sesuai dengan Ariani (2014) kawin kontrak dilakukan melalui calo-
dalam jurnalnya yang mengatakan calo atau oknum-oknum tertentu yang
bahwa: tempatnya terselubung tidak diketahui
Seorang perempuan sebagai keberadaannya”. Hal ini kebalikan
pihak yang sederajat dengan laki- dengan pendapat masyarakat yang
laki dapat menetapkan syarat- tidak bekerja dengan orang Arab yang
syarat yang diinginkan
sangat menentang keberadaan kawin
sebagaimana juga laki-laki,
sehingga dalam perkawinan kontrak dan orang-orang Arab yang
antara laki-laki, perempuan tidak melakukan penyimpangan di daerah
terdapat kondisi yang mereka.
mendominasi dan didominasi,
semua pihak setara dan sederajat SIMPULAN
untuk saling bekerja sama dalam Sebelum feomena kawin kontrak
sebuah ikatan cinta dan kasih.
muncul, terlebih dahulu muncul daerah
(hlm. 76)
Dalam penjelasan tersebut dikatakan yang dinamakan Warung Kaleng atau
bahwa seorang perempuan memiliki lebih dikenal masyarakat Luar dengan
derajat yang sama dengan laki-laki sebutan Kampung Arab pada tahun
sehingga dalam perkawinan tidak ada 1980an. Setelah mulai banyak turis
pihak yang mendominasi ataupun Timur Tengah yang datang ke Puncak.
didominasi. Sedangkan bagi pelaku Pada tahun 1987 pertama kali muncul
laki-laki tidak ada dampak yang secara kawin kontrak yang dilakukan orang
nyata dan langsung dirasakan oleh Arab dengan wanita lokal. Keberadaan
mereka. kawin kontrak saat ini sifatnya tertutup
dan sensitif karena jika sampai
Pandangan Masyarakat Terhadap diketahui oleh yang berwajib akan
Kawin kontrak di Desa Tugu Selatan dikenakan sanksi. Pandangan pelaku
Kecamatan Cisarua Kabupaten kawin kontrak sendiri terhadap
Bogor pernikahan khususnya bagi wanita,
Pandangan mengenai kawin mereka tetap menganggap pernikahan
kontrak ini terbagi ke dalam dua sesungguhnya adalah hal yang sakral
berbeda dengan kawin kontrak. Faktor- Mut’ah Analisis Perbandingan
faktor pendorong wanita melakukan Hukum Antara Sunni & Syiah.
kawin kontrak yang utama adalah Jakarta: Gaya Media Pratama.
karena kebutuhan ekonomi dan harus Hilman, Hadikusuma. (2007). Hukum
berperan sebagai tulang punggung Perkawinan di Indonesia.
keluarga, sedangkan laki-laki Bandung: Mandar Maju.
melakukan kawin kontrak memang Setiadi, Elly M dan Kolip Usman.
untuk memenuhi kebutuhan (2011). Pengantar Sosiologi.
syahwatnya saja. Proses pelaksanaan Jakarta: Kencana
kawin kontrak tidak berbelit-belit
seperti melalui proses administrasi, Jurnal:
yang penting ada calon mempelai dan Ariani, Parida. 2014. Perlindungan
sepakat atas mahar dan jangka waktu Hukum Terhadap Hak-Hak
kawin kontrak. Dampak yang dirasakan Perempuan Studi Eksplorasi
bagi pelaku wanita lebih besar yaitu Tentang Fenomena Kawin
walaupun memang kebutuhan ekonomi Kontrak. Jurnal Ilmiah
terpenuhi tetapi mereka tidak bisa Universitas Mataram.
bersosialisasi dengan lingkungannya. Handoyo, Eko dan Rohayuningsih,
Konsekuensi pemenuhan hak dan Heri. (2013). Kawin Kontrak:
kewajiban suami isteri tidaklah berjalan Latar Belakang, Keabsahan
dengan baik. jika mempunya anakpun, Hukum dan Dampaknya (Studi
laki-laki tidak memiliki kewajiban untuk kasus di Kabupaten Jepara).
menafkahi anak tersebut. Pandangan Jurnal Forum Ilmu Sosial. Vol.
masyarakat terbagi ke dalam dua 40 No. 2.
pandangan di mana masyarakat A Haryono, Bagus. 2011. Kawin Kontrak
merasa resah dengan adanya kawin di Indonesia: Fungsional Bagi
kontrak sedangkan masyarakat B Siapa?. Jurnal Sosiologi
menganggap kawin kontrak tidak Dilema Dialektika Masyarakat.
masalah. Vol 26 No. 1.

Ummanah, Pawennari Hijjang, dkk.


DAFTAR RUJUKAN 2015. The Tourist Contract
Buku: Marriage In Cisarua Sub-District,
Anwar, Yesmil dan Andang. (2010). Bogor Regency, West Java.
Kriminologi. Bandung: Refleksi International Journal Of
Aditama. Scientific & Technology
Djuher, Z. (1983). Hukum Perkawinan Research. Volume 4, Issue 02.
Islam dan Relevansinya dengan Khalikin, Khalikin. F. 2011. Agama dan
Kesadaran Hukum Masyarakat Budaya dalam Dinamika
Jakarta: Dewaruci Press. kehidupan masyarakat. Jurnal
Hamdani, Faisal M. (2008). Nikah multikultural dan multireligius.
Volume X No.4.
Peraturan/Perundang-undangan
Undang-undang Dasar Nomor.1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan

You might also like