You are on page 1of 10

Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.

id

USAHA WISATA KULINER DITINJAU DARI PERSPEKTIF SYARIAH


(STUDI DI DESA TANJUNG PINANG KECAMATAN KUSAMBI
KABUPATEN MUNA BARAT

Wa Ode Susanti1, La Ode Muh. Harafah2, 3Jamal Nasir Baso


1
Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara
Email: waodesusanti@gmail.com
2
Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara
Email: laodemuh.harafah@gmail.com
3
Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara
Email: jamalnasir378@gmail com

ABSTRACT
This study aims to find out and analyze how the management of culinary tourism is
viewed from a sharia perspective in Tanjung Pinang Village, Kusambi District, Muna Barat
Regency. This study also aims to determine the obstacles faced by culinary tourism businesses in
applying sharia principles. This study uses primary data from 6 culinary businesses operating in
Tanjung Pinang Village. This study used a qualitative descriptive method, then to obtain data the
authors conducted interviews and documentation. This study focuses on the management of the
culinary tourism business from a sharia perspective in Tanjung Pinang Village. The results of this
study indicate that: 1) there are culinary tourism businesses that are in accordance with Islamic
sharia and there are also those that deviate from the sharia perspective because they use capital
sourced from unsury. 2) the obstacles experienced by the managers are food that is easily stale as
for the solution, namely by making food according to the portion ordered and always paying
attention to what food is often ordered by visitors to reduce losses.

Keywords : Culinary Tourism Business, Management, Sharia Perspective

Pendahuluan
Hasil penelitian Muhamad Tohiradin (2018), Usaha Wisata Kuliner Menurut
Perspektif syariah Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat (Studi Wisata Kuliner
diKecamatan Cilimus). Hasil penelitian yaitu Usaha Wisata Kuliner di Kecamatan
Cilimus dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, dengan adanya wisata kuliner
dapat membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat, usaha wisata kuliner di
kecamatan cilimus sudah dapat di kategorikan syariah, jika dilihat dari bahan baku
yang dipakai memakai bahan baku yang segar, hidup bukan berupa bangkai,
kemudian dari segi daftar menu uasaha wisata kuliner sudah menerapkan sistem

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..1
Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.id

daftar menu yang menampilkan harga dan gambarnya, dan bahan makanan tidak
mengandung daging babi dan minuman tidak mengandung alcohol.
Berkembangnya bisnis usaha syariah para pelaku bisnis diharapkan mampu
menerapkan prinsip syariah didalam mengelola usaha kulinernya.
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan oleh pengusaha kuliner di Tanjung Pinang
karena dengan meningkatkan skill atau keterampilan bagi karyawan maupun manejer
dapat memberikan perubahan pada usaha kuliner. Disamping itu juga, pengusaha
perlu ling (kerja sama) dengan lembaga keuangan yang berbasis syariah sehingga
dapat meningkatkan kualitas kinerja maupun dapat meningkatkan perkembangan
usaha kuliner menjadi lebih baik sehingga akan menjadi wisata kuliner lebih baik dari
sebelum-sebelumnya.
Para pelaku bisnis perlu memperhatikan aspek-aspek syariah sebagai tolak
ukur dalam menjalankan usahanya. Hal itu tentu wisata kuliner di desa Tanjung
Pinang harus sejalan perlu diteliti bagaimana proses pengelolaannya apakah sesuai
prinsip-prinsip syariah yang dimana dalam memproduksi barang/jasa jauh dari
sumber ribawi atau haram. Dengan demikian penghasilan yang didapatkan para
pelaku bisnis tidak terkontaminasi dengan ribawi atau haram, agar produksi yang
dihasilkan dapat bermanfaat bagi para pelaku bisnis maupun pelanggan/konsumen.
Dalam era modern wisata kuliner syariah bukan hanya untuk aktivitas kuliner
tetapi juga digunakan untuk rekreasi, relaksasi, pendidikan dan kesehatan yang
didalamnya merujuk pada indikator syariah. Dalam praktiknya rumah makan syariah
memiliki ketertarikan sendiri bagi pengunjungnya karena terdapat nilai-nilai Islam
yang tertanam didalamnya dalam bermuamalah, sehingga pelanggan merasa lebih
nyaman dan puas untuk berkuliner sesuai syariah yang diterapkan sebuah tempat
wisata kuliner.
Namun wisata kuliner syariah belum berkembang di Muna Barat, khususnya di
Desa Tanjung Pinang. Para pemilik tempat wisata kuliner belum diketahui bagaimana
pengelolaannya yang ditinjau dari Bahan baku, pelayanan yang diberikan, penetapan
harga, jenis permodalan serta penerapan zakat pada usaha kuliner. Karena jika
pengelolaannya tidak sesuai syariah maka makanan yang dihasilkan tidak halal atau
haram. Hal inilah yang harus menjadi kewaspadaan dalam bermuamalah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian adalah 1) Untuk
Mengetahui dan Menganalisis Bagaimana pengelolaan wisata kuliner ditinjau dari
perspektif syariah di Desa Tanjung Pinang kecamatan Kusambi Kabupaten Muna
Barat, 2) Untuk mengetahui Faktor apa yang menjadi kendala dalam mengelola usaha
wisata kuliner yang berbasis syariah dan bagaimana solusinya.
Tinjauan Literatur

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..2
Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.id

Usaha kuliner adalah jenis usaha yang menguntungkan dan akan selalu laris
sepanjang masa, alasannya karena makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang
tidak bisa lepas dari kehidupan kita. Bisnis kuliner ini pun punya banyak kategori,
mulai dari makanan ringan (camilan), minuman, hingga makanan pokok. Semua
kategori di bisnis kuliner ini (camilan, minuman, makanan pokok) punya potensi yang
sangat bagus, tergantung cara kita dalam memasarkannya.
Menurut Hanggana (2006:11) mendefinisikan bahan baku adalah sesuatu yang
digunakan untuk membuat barang jadi, bahan pasti menempel menjadi satu dengan
barang jadi. Menurut Baroto (2002:52) menyatakan bahwa bahan baku adalah
barang-barang yang terwujud seperti tembakau, kertas, plastik ataupun bahan-bahan
lainya yang diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok, atau diolah
sendiri oleh perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya
sendiri. Yang dimaksud dengan bahan baku dalam penelitian ini adalah bahan yang
digunakan dalam produksi pada perusahaan.
Pelayanan dapat diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh
pemilik atau perusahaan kepada konsumen. Pelayanan merupakan rasa yang
menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai keramahan dan kemudahan
dalam memenuhi kebutuhan mereka (Ramadhani, 2015:24).
Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran surahAl-‘Imranayat 159:
‫ُّوا ِمنْ َحوْ ِلكَ ۖ َفٱعْ فُ عَ ْن ُه ْم وَ ٱسْ تَ ْغ ِفرْ لَ ُه ْم‬ ۟ ‫ب ٱَلن َفض‬ ِ ‫نت َفظ ًّا َغ ِليظ َ ٱ ْل َق ْل‬
َ ‫نت لَ ُه ْم ۖ وَ لَوْ ُك‬
َ ‫َف ِبمَا رَ ْح َم ٍة ِّمنَ ٱللَّ ِه ِل‬
َ ْ‫اورْ ُه ْم ِفى ٱَأْلمْ ِر ۖ َفِإ َذا عَ زَ م‬
َ‫ت َفتَوَ َّكلْ عَ لَى ٱللَّ ِه ۚ ِإنَّ ٱللَّ َه يُحِبُّ ٱ ْل ُمتَوَ ِّك ِلين‬ َ َ‫و‬
ِ ‫ش‬
Artinya:“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya”( Q.S. Al-Imran [3]: 159). (Tafsirku.com)
Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
Listyawan Ardi Nugraha (2011:9) “modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai
pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang,
barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang
menambah kekayaan”. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai
sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak
kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segala-galanya dalam
sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat
diperlukan. Yang menjadi persoalan di sini bukanlah penting tidaknya modal, karena

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..3
Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.id

keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal


secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar (Amirullah,
2005:7).
Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya pembiayaan
aktiva produktif, menurut ketentuan bank Indonesia adalah penenaman dana bank
syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang,
qard, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal
sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening adminstratif serta sertifikat
wadiah bank Indonesia. (Muhammad, 2014)

Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung pinang Kecamatan Kusambi
Kabupaten Muna Barat. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
para pemilik usaha kuliner dalam pengelolaannya ditinjau dari perspektif syariah di
Desa Tanjung pinang Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat.
Dalam penelitian ini penetuan informan dilakukan dengan teknik purposive
sampling, dimana peneliti menetukan pemilihan informan dengan menetapkan ciri-
ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehinga diharapkan dapat menjawab
permasalahan penelitian. Adapun Informan dalam penelitian ini sebanyak 6 pengelola
pelaku usaha kuliner di Desa Tanjung pinang Kecamatan Kusambi Kabupaten
Muna Barat.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang bersumber dari
pelaku bisnis kuliner di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna
Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yang berkaitan dengan
pengelolaan Wisata Kuliner ditinjau dari Perspektif Syariah.
Metode pengumpulan data terdiri : 1) Wawancara adalah proses tanya jawab
secara antara pewawancara dengan informan dengan mempersiapkan terlebih dahulu
pertanyaan sebagai pedoman guna memperoleh informasi yang lebih terperinci sesuai
dan tujuan penelitian, 2) Dokumentasi adalah pengambilan data-data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen yang terdapat dilapangan.
Misalnya sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian,
cendra mata, laporan, foto dan sebagainya.
Penulis akan menganalisis data dengan menggunakan metode penelitian
lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penulis menggunakan metode analisis
deskriptif yaitu dengan cara merumuskan dan menafsirkan data yang diperoleh,
menyusun dan mengklasifisikan serta menganalisis dan menginterpresikannya

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..4
Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.id

sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan perusahaan. Data


yang diperoleh diklasifikasikan menurut fokus permasalahannya kemudian data
tersebu t diolah dan di analisis berdasarkan tujuan penelitian, kemudian hasilnya akan
disimpulkan (Sugiyono, 2013 : 45).
Peneliti menggunakan analisis deskripsi dengan memaparkan data-data yang
berhubungan dengan Usaha Kuliner Dalam Perspektif Syariah di Desa Tanjung Pinang
Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat. Data-data yang telah terkumpul,
selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Yang dimaksud dengan kualitatif adalah
metode analisis data yang dikelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari
penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan
dengan teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan, sehingga diperoleh
jawaban atas permasalahan yang diajukan.

Hasil
Usaha Wisata Kuliner yang ada di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Kusambi
Kabupaten Muna Barat menggunakan bahan utama yang segar dan halal secara
zatnya seperti ikan, ayam, sayur dan bahan bumbu dapur lainnya. Usaha Wisata
Kuliner di Desa Tanjung tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti
formalin (pengawet), pewarna makanan, dan lain sebagainya, karena bahan-bahan
tersebut dapat membahayakan kesehatan, sehingga syari’at melarang untuk
menggunakan segala hal yang dapat membahayakan masyarakat.
Disamping itu juga usaha kuliner di Desa Tanjung Pinang sangat memperhatikan
kebersihan terhadap peralatan serta bahan baku/mentah yang digunakan. sebelum
menggunakan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan, terlebih dahulu
peralatan dan bahan baku/mentah tersebut dicuci hingga bersih, tentunya pencucian
tersebut dilakukan dengan menggunakan air yang bersihya itu air sumur. Tujuannya
adalah agar peralatan dan bahan-bahan tersebut bersih dan suci (terhindar dari
kotoran).
Usaha kuliner di Desa Tanjung pinang Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna
Barat mendapatkan bahan baku/mentah dan bahan dapur lainnya dengan
melakukan transaksi jual beli di pasar tradisonal dan membeli langsung pada
nelayan. Transaksi jual beli ini dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pihak pembeli
(Usaha Kuliner Tanjung pinang) dan pihak penjual (penjual atau nelayan) dengan
mengaplikasikan transaksi jual beli yang sah menurut syari’at yaitu terhindar dari
unsur penipuan, perjudian, dan kecurangan dalam transaksi dilakukan secara
transparan, suka rela, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..5
Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.id

Jawaban yang dikemukakan bahwa bahan baku yang Usaha kuliner peroleh
sudah sesuai dengan syariah islam, termasuk dengan pemotongan hewan yang
menyebut nama Allah dan bahan-bahan pelengkap yang langsung beli di pasar dan
masih segar-segar tidak layu apalagi busuk karena untuk menjaga kualitas makanan
harus dilihat dari bahan-bahan dasar yang digunakan, sehingga usaha kuliner ini
bahan bakunya tidak bertentangan dengan syariah islam jauh dari yang haram dan
tidak menggunakan alkohol. Seperti hasil wawancara dengan pengelola usaha kuliner
berikut ini:
“Kalau seperti Ayam begitu kita beli langsung dan pemotongannya kita lihat yang
pastinya disembelih dengan menyebut nama Allah terus too itu bahan dapur
lainnya kita beli langsung di pasar kita pilih mi yang bagus supaya tidak mudah
rusak walau disimpan beberapa hari.” (owner Nongky House, 2021)
“Untuk bahan mentahnya seperti udang, ikan kita beli langsung sama nelayan di
sini karena murah-murah ko harganya beda dengan di pasar lagi, ha kalau bahan
seperti lombo baru kita beli dipasar dan tentunya beli yang segar utuk apa juga kita
cari yang layu tidak bertahan lama atau mudah busuk rugi mi lagi kita.” (Owner sun
kuliner, 2021)
Dari jawaban para pengelola usaha kuliner memperolah bahan seperti ikan
langsung tanpa perentara dari nelayan atau merupakan sebuah keuntungan bagi
usahanya karena ikannya yang masih segar, untuk bumbu dapur juga langsung
membeli di pasar dan pastinya masih segar. Dari hasil wawancara ini dapat dipastikan
usaha kuliner ini sesuai syariat Islam.
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak
kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara pelanggan
dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan (Widiasanty,
2014).
Pelayanan baik yang harus dipahami dalam memberikan pelayanan yaitu : 1)
Berpakaian yang bersih dan rapi, 2) Percaya diri, bersikap akrab dengan penuh
senyuman, 3) Menyapa dengan lembut dan berusaha menyebutkan nama jika sudah
kenal, 4) Tenang, sopan , tekun dan menghargai jika sedang berkomunikasi, 5)
Berbicara dengan bahasa yang baik, 5) Bertanggung jawab sejak awal hingga selesai
Islam mengharuskan untuk bersikap dalam bermuamalah sesuai dengan yang
diajarkan oleh baginda rasullah SAW. agar hasil yang didapatkan berkah begitupun
dengan usaha wisata kuliner. Dalam usaha kuliner pentingnya pelayanan ramah, baik,
sopan dan memuaskan yang sesuai dengan syariat Islam yang berkaitan dengan
kejujuran profesional amanah tidak hanya itu prilaku islami juga perlu diterapkan
demi tercapainya sebuah pelayanan yang sesuai syariah islam dimana para karyawan

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..6
Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.id

menutup aurat, tidak bercanpur baur antara lelaki dan wanita. Seperti hasil
wawancara dengan pengelola usaha kuliner berikut:
“Dalam satu tim Bekerja saya selalu menasehati untuk bersikap profesional dalam
memberi pelayanan serta bersikap jujur, sopan dan amanah dalam memberikan
pelayanan terhadap pengunjung dengan menasehati sehari-hari agar memberikan
pelayanan yang terbaik. Yang kerja disini pakai jilbab semua trus kalau bilang
campur baur antara pelanggan masih campur baur.” (Owner Food House, 2021)
Dari jawaban pengelola usaha kuliner menunjukkan bahwa usaha kuliner di
Desa Tanjung Pinang Kecamatan kusambi Kabupaten Muna Barat sudah menerapkan
kualitas pelayanan yang sesuai syariat Islam dimana semua pengelola senantiasa
menasehati karyawannya untuk selalu memberikan pelayanan terbaik termasuk
memberi salam sapa dan senyum, menjaga kebersihan itu sudah bagian dari
kejujuran dan bersikap profesional serta amanah dalam menjalankan tugas mereka
dari awal hingga selesai. Namun, jika terkait perilku islami para karyawan sudah
sesuai syariah Islam dimana karyawan memakai pakaian yang menutup aurat tetapi
masih campur baur antara wanita dan laki-laki.
Islam mengakui peranan pebisnis untuk mendapatkan untuk mendapatkan
keberuntungan yang besar namun islam membatasi cara mendapatkan keuntungan
beasar tersebut dengan tidak melakukan kezaliman. Kezaliman yang dimaksud ialah
sifat yang tercela dan sifat buruk yang dapat merusak agama dan mendatangkan
keburukan, bahkan memutuskan tali siraturahmi.
Sedangkan Islam sudah menatapkan konsep penetapan harga yaitu keadilan,
keadilan yang dimaksud disini memberikan keuntungan timbal balik anatara penjual
dan pembeli dan atas dasar suka sama suka. Dalam penerapan harga juga sudah
dicontoh oleh Rasullah dalam mengambil keuntungan tidak boleh berlebihan. Usaha
kuliner di Desa Tanjung Pinang mekanisme penetapan harga sudah sesuai dengan
syariah Islam. Berikut hasil wawancara dengan pelaku usaha kuliner :
“Penetapan harga disini itu yah dihitung dulu modalkan semua dan pasti
diperhitungkan dengan upah karyawan jadi harga di buku menu sudah di pasang
per porsinya untuk memudahkan pengunjung .” (Pengelola Sun Kuliner, 2021)
Dari jawaban pengelola bahwa Usaha wisata kuliner di Desa Tanjung Pinang
Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat sudah menerapkan prinsip syariah Islam
dalam penetuan harga yaitu dengan tidak mengambil keuntungan secara berlebihan,
transparansi dengan harga setiap menu sudah di cantumkan dan atas dasar suka
sama suka dalam transaksi.
Para pengelola usaha wisata kuliner di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Kusambi
Kabupaten Muna Barat menggunakan modal usaha sendiri tanpa bantuan dari

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..7
Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.id

siapapun. Namun, terdapat beberapa pengelola yang sebagian modalnya meminjam


dari bank konvesional.
“Untuk modal Alhamdulillh milik sendiri awalnya dulu kita buat ini kecil dan
setelah ada hasilnya sedikit demi sedikit semakin besar mi
Alhamdulillah.”(pengelola Nongky House, 2021)
Selain menggunakan modal sendiri dan pinjaman syariah ada juga pengelola
usaha kuliner menggunakan modal yang berasal dari bank konvesional. Setelah
mendengar pernyataan dari salah satu pengelola usaha kuliner menggunakan bank
konvesional yang tentunya sangat dilarang dalam syariah Islam.
“awalnya kita pakai modal sendiri San tapi pas mau menambah luas jadi saya
pinjam juga uang di bank konvesional.”(Pengelola Sun Kuliner, 2021)

ƒ‫ ْم‬ƒ‫ ُك‬ƒَّ‫ ل‬ƒ‫ َع‬ƒَ‫ ل‬ƒ‫ َه‬ƒَّ‫ل‬ƒ‫ل‬ƒ‫ ا‬ƒ‫ا‬ƒ‫ و‬ƒ‫ ُق‬ƒَّƒ‫ت‬ƒ‫ ا‬ƒ‫و‬ƒَ ƒۖ ƒ‫ ًة‬ƒ‫ َف‬ƒ‫ع‬ƒَ ƒ‫ ا‬ƒ‫ض‬ ƒْ ‫ َأ‬ƒ‫ ا‬ƒ‫ َب‬ƒ‫ر‬ƒِّ ƒ‫ل‬ƒ‫ ا‬ƒ‫ا‬ƒ‫ و‬ƒُ‫ ل‬ƒ‫ ْأ ُك‬ƒ‫ اَل َت‬ƒ‫ا‬ƒ‫ و‬ƒُ‫ ن‬ƒ‫ َم‬ƒ‫ آ‬ƒ‫ن‬ƒَ ƒ‫ ي‬ƒ‫ ِذ‬ƒَّ‫ل‬ƒ‫ ا‬ƒ‫ ا‬ƒ‫ َه‬ƒُّƒ‫ َأ ي‬ƒ‫ ا‬ƒ‫َي‬
ƒَ ƒ‫ ُم‬ƒ‫ ا‬ƒ‫ ًف‬ƒ‫ ا‬ƒ‫ َع‬ƒ‫ض‬
ƒ‫ َن‬ƒ‫ و‬ƒ‫ ُح‬ƒ‫ ِل‬ƒ‫ ْف‬ƒُ‫ت‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
(Q.S Ali Imran : 130)
Dari hasil wawancara dengan pengelola wisata kuliner syariah bahwa ada
sebagian usaha kuliner yang tidak melanggar syariah Islam dan ada usaha kuliner
yang tidak sesuai dengan syariah Islam yaitu menggunakan modal yang bersumber
dari bank konvesional yang jelas mengandung unsur riba didalamnya.
Para pengelola Usaha Kuliner di Desa Tanjung Pinang kecamatan Kusambi
Kabupaten Muna Barat ada yang sudah menerapkan zakat namun ada juga yang
hanya bersedekah dan berinfaq. Berikut hasil wawancara dengan pengelola usaha
kuliner:
“Alhamdulillah kita zakat karena pendapatannya ini nongky sdh jelas mi tiap bulan
sealian .” (pengelola Sun Kuliner, 2021)
“Karena pendapatan juga kadang tidak sesuai dengan tareget jadi belum terapkan
zakat tapi kalau berinfaq saya terapkan dan kadang juga ada anak mahasiswa
bawa proposal untuk kegiataan keagamaan kita bantu disini.” (pengelola Sun
Kuliner, 2021)
Sebagian pengelola usaha kuliner belum menerapkan zakat sepenuhnya akan
tetapi pengelola menyadari bahwa rezeki yang dititpkan semata-mata bukan hanya
untuk indivdu melainkan ada rezeki orang lain yang dititpkan oleh karena itu
walaupun belum menerapkan zakat sepenuhnya para pengelola usaha kuliner tetap
bersedekah dan berinfaq serta membantu kegiatan dalam sifat keagamaan.

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..8
Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.id

Didalam kegiatan ekonomi tidak jauh dari kendala dan cobaan dan setiap usaha
yang dialami berbeda pula kendala yang dihadapkan. Berikut hasil wawancara
dengan pengelola usaha kuliner:
“Demi menjaga kualitas makanan jikalau ada sisa makanan yang tidak terjual tidak
mungkin kita panasi, kadang kita makan sendiri dan kalau banyak sisanya kami
terpaksa buang huu...baru semua dibeli bahan san jadi kendalanya kita disini itu mi
makanan yang tidak di panasi atau mudah basi kasian dan bahan mentah yang
punya batas waktu penyimpanan.” (Pengelola Kedai Mom zaky)
Namun ada pelaku Usaha kuliner yang kurang pengetahuan tentang bahaya
menggunakan modal Riba bagi kehidupan dunia dan akhiratnya.
kalau pun terkait meminjam uang di bank konvesional itu riba saya juga tidak tau
karena kita mau pinjam uang dimana mi juga itu saja yang saya tau bisa
pinjamkan kita modal san.” (Pengelola Kedai Mom Zaky 2021).
Wawancara terkait kendala dalam hal campur baur
“disini masih campur baur karena masyarakat belum terbiasa dengan hal itu mau
dipisahkan antara laki-laki dengan perempuan apalagi yang datang sama
keluarganya” (Pengelola Nongky House, 2021)

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Usaha Wisata Kuliner ditinjau Dari
Perpektif Syariah dapat disimpulkan bahwa : 1) Usaha Wisata Kuliner di Desa Tanjung
Pinang Kecamatan Kabupaten Muna Barat ada 4 Usaha Wisata kuliner sudah
dikategorikan syariah, yang ditinjau dari bahan baku, pelayanan, penetapan harga,
dan modal, dan zakat sedangkan 2 usaha wisata kuliner lainnya tidak sesuai aturan
syariah dikarenakan menggunakan modal yang bersumber dari riba, 2) Hal-hal yang
menjadi kendala wisata kuliner pada usaha wisata kuliner yaitu bahan makanan yang
mempunyai batas penyimpanan dan makanan yang tidak bisa dipanasi serta tidak
adanya permodalan yang berbasis syariah sehingga para pelaku usaha terjerumus ke
bank konvesional. Adapun solusi dari permasalahan ini yaitu sebaiknya membuat
porsi makanan sesuai yang dipesan dan sebaiknya pengelola mengumpulkan modal
terlebih dulu jika ingin mengembangkan usaha wisata kulinernya.

Daftar Pustaka
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan pengendalian produksi. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Hanggana, Sri. 2006. Prinsip Dasar Akuntansi Biaya. Mediatama. Surakarta

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..9
Volume:…..Issue….Tahun http://www.jep.uho@uho.ac.id

Listyawan Ardi Nugraha. (2011). Pengaruh Modal Usaha, Tingkat Pendidikan,


dan Sikap Kewirausahaan terhadap Pendapatan Usaha Pengusaha Industri
Kerajinan Perak Di Desa Sodo Kecamatan Paliyan Kabupaten GunungKidul.
Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014),
h.302
Ramadhani, N. (2015). Pengaruh Kualitas Pelayanan Islami Terhadap
Keputusan Nasabah Dalam Bank Bri Kantor Cabang Cimahi. Skripsi.
Bandung : Universitas Islam Bandung
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R&D. Bandung dan Alfabeta.

Wa Ode Susanti (Usaha wisata kuliner ditinjau dari perspektif syariah (Studi di Desa Tanjung Pinang Kecamatan
Kusambi Kabupaten Muna Barat))…………………………………………………………………………………………………………………….…..10

You might also like