You are on page 1of 8

Tarbiyah Islamic Jurnal Pendidikan Islam

ISSN (p): ----------------; ISSN (e): ------------------


Volume () Nomor (), (Bulan) (Tahun), Halaman ( - )
DOI:

PELATIHAN KHATIB DI DESA SENUJUH

Ifa Majoli1, Ranisa2, Yuda Pratama3


Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas, Jl.
Raya Sejangkung Kawasan Pendidikan Tinggi Sebayan-Sambas Kalimantan Barat
E-mail: ifamajoli75@gmail.com, ranisaoppo@gmail.com, yudatama6661@gmail

Abstract:
One of the important dakwah and worship activities to be become a preacher. A preacher carrying out his duties and
responsibilities in conveying the truth of god’s word must be in accordance with the needs of the congregation. This role is
not easy so it should be carried out with full responsibility. This study aims to increase public understanding of the
implementation of the Friday sermon, especially the preacher who is the medium for delivering the sermon. This research
was conducted in the village of senujuh dusun maklebar on September 30 september 2021 after the ashar prayer was
complete. The activity is carried out using the lecture method and direct practice at the Al-Falah mosque whose material
consists of sermon rhetoric, term, and the pillars of the sermon with its series. One of the participants was given the
opportunity to perform an practice on the pulpit. The result of the research than have been carried out show that the
training of preachersh at the al- falah mosque get a good response from the community so that they actively participate in
the preacher training activities. This training is beneficial for both youth and old improve knowledge and skills in
preaching.
Keyword: Friday prayer,sermon, preacher.
Abstrak
Salah satu aktivitas dakwah dan ibadah yang penting untuk dikembangkan dan dilatih yakni menjadi khatib.
Seorang khotib melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menyampaikan kebenaran firman Allah mesti sesuai
dengan kebutuhan jamaah. Peran tersebut tidaklah mudah sehingga mestinya dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pelaksanaan khotbah jum’at
khususnya khatib yang merupakan media penyampai dalam khotbah. Penelitian ini dilakukan di Desa Senujuh dusun
maklebar pada tanggal 30 September 2021 setelah sholat ashar sampai selesai. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
metode ceramah dan praktek langsung di masjid AL-Falah yang materinya terdiri dari retorika khotbah, syarat dan
rukun khotbah dengan rangkainnya. Salah satu peserta diberi kesempatan untuk tampil berlatih dan mempraktekkan di
atas mimbar. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pelatihan khotib di masjid al-falah
mendapatkan respon yang baik dari masyarakat, sehingga mereka berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelatihan khatib
tersebut.pelatihan ini bermanfaat bagi pemuda maupun yang tua untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
berkhotbah atau berpidato.
Kata Kunci: sholat jum’at, khutbah, khotib

Diterima: (Tanggal) (Bulan) (Tahun) | Direvisi: (Tanggal) (Bulan) (Tahun) | Disetujui: (Tanggal) (Bulan) (Tahun)
© (Tahun) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiudin Sambas, Indonesia

Pendahuluan

Jum’at adalah hari kemenangan bagi kaum muslimin dan semua mahluk Allah SWT. Shalat
Jum’at merupakan salah satu kewajiban yang wajib dilaksanakan bagi umat islam yang memenuhi
syaratnya, secara normatif dasar kewajiban melaksanakan shalat Jum’at adalah

firman Allah SWT tertera dalam surat Al-Jumu’ah : 9-10

This work is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Available online on: http://ojs.iaisambas.ac.id/tarbiyah.islamic
Tarbiyah Islamic: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. ( ) (), (Bulan) (Tahun), (Halaman)(-)| 2

ۡ‫ ۚ َع ٰ َذلِ ُكم‬L‫ُوا ۡٱلبَ ۡي‬ ۡ َ‫ ِة ف‬L‫و ِم ۡٱل ُج ُم َع‬Lۡ Lَ‫ة ِمن ي‬Lِ ‫لَ ٰو‬L ‫لص‬
ْ ‫ ِر ٱهَّلل ِ َو َذر‬L‫ َع ۡو ْا إِلَ ٰى ِذ ۡك‬L ‫ٱس‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا إِ َذا نُو ِد‬
َّ ِ‫ي ل‬
ْ L‫ض َو ۡٱبتَ ُغ‬ ‫أۡل‬
ِ ‫ ِل ٱهَّلل‬L‫ض‬ ۡ َ‫وا ِمن ف‬L ِ ‫ُوا فِي ٱ َ ۡر‬ ْ ‫ر‬L‫صلَ ٰوةُ فَٱنت َِش‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ ُ‫ فَإ ِ َذا ق‬٩ َ‫ر لَّ ُكمۡ إِن ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون‬ٞ ‫خَي‬
ِ َ‫ضي‬ ۡ
١٠ َ‫يرا لَّ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِحُون‬ ْ ‫َو ۡٱذ ُكر‬
ٗ ِ‫ُوا ٱهَّلل َ َكث‬
Artinya:

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah
kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

Dengan tegas ayat ini merupakan perintah untuk melaksanakan shalat Jum’at jika telah
mendengar adzan, jika adzan telah di kumandangkan maka tinggalkanlah segala aktivitas dan
bersegerahlah untuk shalat Jum’at, apabila shalat Jum’at telah ditunaikan maka diperintahkan untuk
kembali mencari karunia Allah atau menjemput rezeki, prilaku yang mencerminkan pemahaman
terhadap surah Al-Jumuah adalah sebagai kaum Muslimin hendaklah senantiasa menjalankan shalat
dengan khusyuk dan tepat waktu, senantiasa bekerja dengan baik tanpa melupakan ibadah kepada
Allah, mengedepankan beribadah daripada pekerjaan.

Shalat Jumat memiliki kedudukan yang istimewa diantara shalat-shalat lainnya. Di dalam
shalat Jumat ada khutbah yang dibacakan oleh seseorang yang disebut Khatib. Isi khutbah Jumat
adalah mengajak jamaah untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketaatan kepada Allah dalam
rangka mencapai tujuan hidup yang bahagia di dunia dan akhirat. Khutbah shalat Jum’at merupakan
sarana untuk meningkatkan kaum muslimin atas nikmat tersebut dan mensyukurinya (Ath-Tayyar,
2006: 212). Khutbah Jum’at merupakan perkataan yang mengandung mau’izhah dan tuntunan ibadah
yang diucapkan oleh Khatib dengan syarat yang telah ditentukan syara’ dan menjadi rukun untuk
memberikan pengertian para hadirin, menurut rukun dari shalat Jum’at. Memahami makna sebenarnya
dari khatib adalah orang yang mengajak, menyeru ke jalan kebaikan yang berlandaskan Al-Quran dan
As-Sunnah. Khatib yang mengajak kepada Allah adalah mereka sebagai pewaris para Nabi, yang
mengajak dari jalan kesesatan menuju jalan yang benar (petunjuk) dan mereka sabar dari orang-orang
yang menyakiti baik dengan ucapan atau perbuatan dan mereka yang senantiasa menghidupkan
dengan kitab Allah dan menghidupkan Sunnah- sunnah Rasulullah.

Khutbah juga merupakan bagian yang sangat penting dan strategis dalam pelaksanaannya,
karena khutbah shalat jumat diwajibkan bagi kaum muslimin, sehingga banyak sekali masjid yang
tidak mampu menampung jamaah Jum’at yang berasal dari berbagai kalangan, baik tua maupun
muda. Meskipun ibadah Jum’at memiliki nilai yang sangat penting, tetapi ada kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan shalat Jum’at. Kendala itu antara lain, tidak semua jamaah mengikuti ibadah ini
Tarbiyah Islamic: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. ( ) (), (Bulan) (Tahun), (Halaman)(-)| 3

secara antusias atau bersemangat, indikasinya ada yang datang terlambat, bahkan sampai ada jamaah
yang datang saat doa dipanjatkan pada khutbah kedua. Karena itu pelatihan khatib sangat penting
dilaksanakan terutama bagi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang khutbah jum’at.

Pembahasan

Salah satu program kegiatan mahasiswa KKM IAIS SAMBAS di Desa Senujuh adalah
Pelatihan Khatib yang dilaksanakan pada Kamis, 30 September 2021 Ba’da Ashar sampai selesai di
Dusun Maklebar tepatnya di Masjid Al-Falah. Pelatihan ini dibimbing oleh pemateri dari dosen
Institut Agama Isalam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas yakni bapak Rusiadi S.Pd.I, M.Ag dan
diikuti oleh masyarakat baik dari kalangan yang tua atau yang muda khusunya bagi laki-laki,
pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pelaksanaan khutbah
jumat khususnya khatib yang merupakan media penyampai dalam khutbah. Dalam pelatihan Khatib di
Desa Senujuh dibahas beberapa hal yang terkait dengan sholat jumat dan khutbah.

Sholat Jumat

Seperti yang kita ketahui Shalat Jum’at merupakan salah satu bentuk dari amal shaleh yang
merupakan kewajiban untuk dilaksanakan bagi setiap muslim apabila tidak ada udzur dan memenuhi
syarat untuk terselenggaranya jamaah shalat Jum’at (Ghazali 2008:11). Salah satu kegiatan yang
berkesinambungan yang di selenggarakan di masjid–masjid dalam rangka pembinaan umat Islam
adalah shalat Jum’at yang di pimpin oleh imam dan khatib, hari Jum’at bagi umat Islam merupakan
hari yang mulia (Sayyidul ayyam). Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.a.
Rasulullah S.a.w dengan tegas menjelaskan bahwa hari yang paling baik ialah hari Jum’at. Shalat
Jum’at itu fardu ain bagi setiap orang muslim yang tidak ada udzur atau berhalangan maupun sakit
(Syahruddin, 1988 : 4).

Syarat-Syarat Shalat

A. Jum'atSyarat Sahnya Melakukan Shalat Jum’at


Ulama sepakat mengenai akhir waktu shalat Jum’at, waktu shalat Jum’at berakhir dengan
berakhirnya waktu dzuhur (Abdurrahim: 2006: 275). Menurut pendapat dikalangan pengikut
mazhab Syafi’iyyah yang banyak di ikuti oleh umat Islam di Indonesia, bahwa shalat Jum’at
dilaksanakan dengan persyaratan tertentu, antara lain adalah jumlah orang yang akan
melaksanakan shalat Jum’at. Kitab-kitab Syafi’iyyah pada umumnya menyatakan bahwa yang
menjadi syarat sahnya pelaksanaan shalat Jum’at (‘adad Al-Jum’at) adalah empat puluh orang
Tarbiyah Islamic: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. ( ) (), (Bulan) (Tahun), (Halaman)(-)| 4

(Munir: 2008: 115). Menurut Prof. Dr. Abdullah Ath-Thayyar dalam bukunya yang berjudul
Ensiklopedia Shalat (2006: 219), bahwa syarat sah shalat Jum’at adalah:
1. Shalat Jum’at didirikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan
2. Hendaklah terdiri atas empat puluh orang laki-laki yang merdeka, baligh (dewasa)
3. Shalat Jum’at didirikan oleh orang yang mukmin
4. Shalat Jum’at wajib didahului dua khutbah
5. Hendaklah dikerjakan secara berjamaah yang sesuai dengan syarat sah.
B. Syarat Wajibnya Jum'atan dan Syarat Sah Mendirikan Jum’atan
Menurut Halim (2006: 209) dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedia Shalat Shalat Jum’at
hanya wajib bagi orang yang memenuhi delapan syarat. Syarat sahnya Shalat Jum’at adalah:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal sehat
4. Laki-laki
5. Merdeka bukan budak
6. Tidak sedang dalam perjalanan. Thariq bin Syihab meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda,
Shalat Jum’at itu wajib bagi setiap muslim secara berjamaah, kecuali bagi empat orang:
hamba sahaya, wanita, anak kecil, dan orang sakit. (HR Abu Dawud).
7. Tidak ada uzur yang menggugurkan kewajiban shalat Jum’at
8. Tinggal ditempat yang didirikan shalat Jum’at atau didekatnya.

Khutbah Jum’at

Perlu diketahui bahwa Khutbah Jum’at merupakan suatu rangkaian kegiatan yang tak
terpisahkan dari pelaksanaan shalat Jum’at secara keseluruhan, bahkan dapat dipastikan bahwa shalat
Jum’at tidak akan sah jika tidak didahului oleh khutbah, itulah sebabnya sebagian ulama’ berpendapat
bahwa shalat Jum’at adalah shalat dzuhur yang diringkas menjadi dua rakaat (dhuhrun maqshurah),
sedangkan dua rakaat sisanya diganti dengan khutbah. Oleh karena itu khutbah Jumat, bukanlah
sekedar pidato, dan atau ceramah keagamaan semata, sebagaimana makna bahasanya, akan tetapi
merupakan bentuk ibadah dan media pemersatu sebagaimana terkandung dalam makna kalimat
“Khutbah Jum’ah” yang berarti khutbah persatuan, ceramah persahabatan, pidato kerukunan (al-
ulfah), dan pertemuan (al-ijtima)

Kata khutbah berasal dari susunan tiga huruf, yaitu kha’, tha’, dan ba’, yang berarti pidato
atau meminang. Arti asal khutbah adalah bercakap- cakap tentang masalah yang penting. Berdasarkan
pengertian ini maka Khutbah adalah pidato yang disampaikan untuk menunjukkan kepada pendengar
mengenai pentingnya suatu pembahasan (Azis, 2009). Kaum muslimin diperintahkan untuk shalat
Tarbiyah Islamic: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. ( ) (), (Bulan) (Tahun), (Halaman)(-)| 5

Jum’at agar mereka ingat keagungan nikmat Allah. Khutbah shalat Jum’at merupakan sarana untuk
mengingatkan kaum muslimin atas nikmat tersebut dan mensyukurinya (Halim, 2006: 212).

Keistimewaan shalat Jum’at terletak pada khutbah yang dimaksudkan untuk memanjatkan
puja dan puji kepada Allah SWT, mengucapkan ikrar karena Allah SWT, dan menetapkan kerasulan
Muhammad Saw. Khutbah Jum’at juga dimaksudkan agar menjadi media untuk menyampaikan pesan
pada sesama akan masa hidup, memperingtkan sesama akan kekuasaan Allah yag maha kuat dan
maha memberi balasan, menyampaikan pesan yang menambah kedekatan diri seorang hamba pada
Allah dan pada surga yang dijanjikan serta yang dapat menjauhkan umat manusia dari murka Allah
dan siksa neraka (Ath-Thayyar, 2006: 221).

Khutbah Jum’at paling tidak, bisa dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai ibadah khusus yang
berhubungan erat dengan shalat Jum’at, dan sebagai media dakwah yang berkaitan erat dengan
pembinaan umat. Orang yang menyampaikan khutbah disebut khatib, Kata Khatib berasal dari bahasa
Arab bentuk mudzakar (laki-laki) yang berarti orang yang mengajak, kalau muanas (perempuan)
disebut daiyah. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, khatib adalah orang yang
pekerjaannya berkhithabah, penkhithabah: melalui kegiatan khithabah para khatib menyebarluaskan
ajaran Islam. Dengan kata lain, khatib adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara
langsung atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan, atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran- ajaran
Islam atau menyebarluaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik
menurut Islam. Sebagai ibadah khusus khutbah Jum’at harus dipenuhi syarat dan rukunnya,
sebagaimana ibadah-ibadah khusus lainnya (Didin: 1998: 85).

A. Syarat Khutbah
1. Khatib harus suci dari hadas
2. Menutup aurat
3. Berdiri tegak
4. Duduk antara dua khutbah
5. Jumlah jamaah yang sah untuk mendirikan shalat Jum’at.
B. Rukun Khutbah:
1. Memuji Allah pada permulaan dua sepertimembaca “Alhamdulillah”
2. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw dalam dua khutbah
3. Berwasiat menyuruh orang-orang supaya bertakwa kepada Allah
4. Membaca ayat Al-Qur’an disalah satu khutbah
5. Mendoakan bagi sekalian orang muslim dan mukmin (laki-laki dan perempuan) pada khutbah
yang kedua (Sudarsono, 1994: 58-59).
C. Materi Khutbah
Tarbiyah Islamic: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. ( ) (), (Bulan) (Tahun), (Halaman)(-)| 6

Dalam menyampaikan khutbah tentu seorang khatib harus mempersiapkan materi yang
akan disampaikan, Materi dakwah adalah pesan yang disampaikan oleh juru dakwah kepada
mad’u yang mengundang kebenaran dan kebaikan bagi manusia yang bersumber dari Al-Qur’an
dan hadis. Dengan demikian materi dakwah merupakan inti dari dakwah itu sendiri, materi
khutbah merupakan bagian dari materi dakwah pada umumnya (Daud, Ali, 1983 : 60) yaitu:
1. Masalah Akidah (keimanan)
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiyah. Aspek akidah ini yang
akan membentuk moral (akhlaq) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi
dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan.
2. Masalah Syariah
Masalah syariah adalah ajaran islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik
dalam bidang ibadah (habluminallah) maupun dalam bidang muamalah hablumninannas)
yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinan.
3. Masalah Muamalah
Islam lebih banyak memerhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual.
Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah
SWT. Cakupan aspek mu’amalah jauh lebih luas dari pada ibadah.
4. Masalah Akhlak
Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang
merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Dengan demikian, yang menjadi materi akhlak
dalam Islam adalah mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia serta berbagai kewajiban
yang harus dipenuhinya. Karena semua manusia harus mempertanggungjawabkan setiap
perbuatannya, maka Islam mengajarkan kriteria perbuatan dan kewajiban yang mendatangkan
kebahagiaan, bukan siksaan. Bertolak dari prinsip perbuatan manusia ini, maka materi akhlak
membahas tentang norma luhur yang harus menjadi jiwa dari perbuatan manusia, serta
tentang etika atau tata cara yang harus dipraktikkan dalam perbuatan manusia sesuai dengan
jenis sasarannya.

Seorang khatib dalam menyampaikan khutbah harus pandai dalam memilih materi.
Materi sebagai isi pesan merupakan hal vital dalam berdakwah. Tanpa adanya materi berarti juga
tidak pernah ada proses dakwah. Ali Aziz (2006; 108) menyatakan bahwa ada enam hal yang
perlu diperhatikan oleh da’i dalam menentukan materi dakwah yaitu :

a. Harus mengetahui adat dan tradisi penerima dakwah (mad’u).


b. Harus mampu menyesuaikan materi dakwah denganmasalah kontemporer yang dapat
mempengaruhi pola hidup masyarakat.
c. Harus meninggalkan materi yang bersifat emosional dan penamaan fanatisme golongan.
Tarbiyah Islamic: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. ( ) (), (Bulan) (Tahun), (Halaman)(-)| 7

d. Harus mengabaikan budaya golongan.


e. Harus mampu menghayati seluruh ajaran Islam secara mendalam.
f. Harus menyesuaikan tingkah lakunya dengan materi dakwah yang disampaikannya.
D. Tujuan Materi Khutbah
Tujuan materi khutbah sama dengan tujuan dakwah pada umumnya. Secara umum tujuan
dari dakwah adalah mengajak umat manusia meliputi orang mukmin maupun orang kafir kepada
jalan yang benar yang diridhoi Allah agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun
akhirat (Amin, 2009: 51-58). Sedangkan tujuan dakwah secara khusus yaitu :
1. Mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya
mengakui kebenaran Islam dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik
(Darmawan, 2002: 8). Mengajak orang pada kebaikan berarti menyelamatkan orang tersebut
dari kesesatan dan kebodohan, kemiskinan dan dari keterbelakangan.
2. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan
taqwanya pada Allah SWT, artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala
perintah Allah dan selalu mencegah dari larangan-Nya. (Amin, 2009: 55).
3. Mengajak manusia untuk menetapkan hukum Allah yang akan mewujudkan kesejahteraan
dan keselamatan bagi umat manusia seluruhnya (Kuswata, 1996: 17-18). Dalam menerapkan
hukum Allah tersebut terkandung dalam Al-Qur'an maupun hadits dan seseorang itu
mematuhi segala ketetapan hukum Allah, maka akan mendapatkan keselamatan dunia dan
akhirat. Pemeliharaan tali ukhuwah islamiyah di antara sesama manusia (Mulkhan, 1996: 62).
4. Dalam pelaksanaan dakwah dapat membina persaudaraan diantara umat Islam sehingga umat
Islam semakin kuat dan semakin kokoh dalam melaksanakan ajaran Islam. Untuk
menegakkan agama dan tidak terpecah- pecah (Aziz, 2004: 62).
5. Adanya dakwah mampu menegakkan agama dan berusaha memelihara agama Islam jangan
sampai dihancurkan oleh agama lain. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya
ayat-ayat Allah kedalam lubuk hati manusia (Aziz, 2004:63).
6. Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin di capai atau diperoleh oleh
keseluruhan tindakan dakwah (Sabiq, 2008: 21).

Dalam hal ini berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, kebodohan, kemiskinan dan
keterbelakangan. Secara garis besar tujuan dari sebuah dakwah bukanlah kegiatan mencari dan
menambah pengikut tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan Islam dan
menyadarkan orang yang mendakwahi bertauhid dan berperilaku baik. Menurut Mukti Ali tujuan
dakwah menjadikan masyarakat Islam beriman kepada Allah, jiwa yang bersih, diikuti dengan
perbuatan yang sesuai dengan ucapan batinnya, mengagungkan Allah dan melakukan perbuatan-
perbuatan baik untuk kepentingan umat manusia dan berbakti pada Allah.
Tarbiyah Islamic: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. ( ) (), (Bulan) (Tahun), (Halaman)(-)| 8

Simpulan

Adanya pelatihan khotib ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat


tentang pelaksanaan khutbah jumat khususnya khatib yang merupakan media penyampai
dalam khutbah. Rukun, syarat dan materi khutbah juga dijelaskan dalam pelatihan tersebut.
Bukan hanya materi saja yang dijelaskan, tetapi peserta pelatihan khutbah juga mempratikkan
langsung menjadi khatib sholat jum’at. Oleh karena itu, pelatihan khotbah dilakukan supaya
masyarakat termotivasi untuk belajar menjadi seorang khatib yang baik dan benar sesuai
syari’at

Daftar Pustaka

Abdullah. Att-Thayyar. (2006). Ensiklopedia Shalat, Jakarta: Maghfirah Pustaka.


Abdurrahim. (2006). Fiqhun Nisa Thaharah Shalat. Jakarta: PT Mizan Publika.
Ali, Azis Moh. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.
Amin, S. M. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta:Amzah. Sinar Grafika Offset, 2009.
Darmawan, Andy. (2002). Metodologi Ilmu Dakwah. Yogyakarta: Lesfi
Daud, Ali Muhammad. (1999). Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindi
Persada.
Hafidhuddin, Didin. (1998). Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press.
Halim. (2006). Ensiklopedia Shalat. Jakarta: Pondok Bambu.
Kuswata, Agus. (1996). Komunikasi Dari Zaman ke Zaman. Jakarta: Arikha Media Cipta 1996.
Mulkhan, A. M. Idiologi Gerakan Dakwah. Yogyakarta: Sippres, 1996.
Munir, Ghazali. (2008). Shalat Jum’at Bergantian. Semarang: Syiar Media Publishing.
Sabiq, Sayyid. (2008). Fikih Sunnah. Jakarta: Cakrawala Publissing.
Santoso, S. (2011). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pendirinya. Jakarta: UNJ.
Sudarsono. (1994). Sepuluh Aspek Agama Islam. Jakarta: PT. Rinrka Cipta
Syahruddin. (1998). Mimbar Masjid. Jakarta: Haji Masagung.

You might also like