You are on page 1of 6

GEMA Lingkungan Kesehatan

Vol. 20 No. 02 Juli 2022

STRES BERKENDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DAN


PERILAKU AGRESIF BERKENDARA
Nufitriany Fakhri*, Muhammad Iqramullah, Asmulyani Asri
Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar
*Email korespondensi: nurfitriany.fakhri@unm.ac.id

ABSTRACT
Traffic jams that occur on the highway becomes an obstacle and problems for
motorists who are driving and cause drivers to behave aggressively. The purpose of this
study was to determine the relationship between driving stress caused by traffic jams and
aggressive driving. The subjects in this study amounted to 143 students of the Faculty of
Psychology, State University of Makassar in the second to eighth semesters who drive a
motorized vehicle every day when they go to campus. The sampling technique in this
research is accidental sampling, which is a non-probability sampling technique. The method
used in this study is a quantitative method by using a traffic jam questionnaire and
measuring a driving stress scale and an aggressive driving scale. The data analysis
technique used in this research is Spearman Rho. Based on the results of data analysis, it
was found that there was a significant positive relationship between driving stress due to
traffic jams and aggressive driving. The higher the stress of driving due to traffic jams, the
higher the aggressive driving. The results of the study can be used by the government as
a reference in formulating programs and policies regarding the importance of mental health
in driving, as well as for further researchers to develop this research using different and
more varied demographic variables.

Keywords: stress drive, traffic jam, drive aggressively


PENDAHULUAN mengalami peningkatan adalah perilaku
Urbanisasi yang mengalami agresif berkendara.
peningkatan merupakan suatu ancaman James dan Nahl (2000)
bagi individu di kota. Ancaman tersebut menyatakan bahwa perilaku agresif
berupa pengaruh terhadap kegiatan berkendara adalah perilaku berkendara
ekonomi di kota yang mengakibatkan yang dipengaruhi oleh emosi yang
tingginya mobilitas dan kepadatan kota terganggu, sehingga menghasilkan
(Chakrabartty & Gupta, 2014). Lalu lintas perilaku berisiko terhadap orang lain.
yang mengalami peningkatan Emosi yang terganggu terdiri atas tiga
penggunaan kendaraan bermotor kategori, yaitu tidak sabar, perebutaan
memberikan permasalahan yaitu kekuasaan di jalan (power struggle), dan
tingginya kecelakaan lalu lintas. Ramdhani kesembronoan (recklessness) serta
dan Patria (2018) mengemukakan data kemarahan di jalanan (road rage).
statistik kesehatan dunia menunjukkan Vazquez (2013) mengemukakan bahwa
bahwa kecelakaan di jalan raya usia merupakan salah satu faktor
merupakan pembunuh nomor satu demografis yang cukup memengaruhi
penduduk dunia berusia 14-29 tahun dan perilaku agresif berkendara. Vazquez
hal serupa terjadi di Indonesia. Gicquel menjelaskan bahwa individu dengan
dkk (2017) menambahkan bahwa rentang usia dewasa muda 18-22 tahun
pengendara kendaraan roda dua dengan dan 23-37 tahun memiliki perilaku
usia 18-21 tahun cenderung berkendara agresif berkendara yang lebih tinggi
untuk menunjang aktivitas, meningkatkan dibandingkan dengan usia yang lebih
kepercayaan diri dengan lebih tua.
menunjukkan kemampuan, cenderung Salah satu faktor yang dapat
berkendara dengan kecepatan tinggi memicu munculnya perilaku mengemudi
untuk mempersingkat waktu tempuh, dan berbahaya (unsafety driving) dan
berkendara agar diperhatikan orang lain. berisiko (risky driving) serta perilaku
Gulian, dkk (1989) mengemukakan bahwa agresif berkendara (aggresive behavior)
sebab lain kecelakaan lalu lintas adalah stres saat berkendara (Ge, dkk,
2014). Studi Shamoa-nir dan

105
GEMA Lingkungan Kesehatan
Vol. 20 No. 02 Juli 2022

Koslowsky (2010) menemukan bahwa menggunakan survei, terhadap 96


pengemudi yang berperilaku agresif pengendara. Hasil survei menunjukkan
berkendara menunjukkan tingkat stres 44% responden menyatakan bahwa
berkendara yang lebih tinggi dalam kemacetan mereka merasakan
dibandingkan pengemudi yang tidak emosi (kesal, jengkel, muak, dan
berperilaku agresif berkendara. Hennessy terganggu), 6,2% responden hanya
dan Wiesenthal (1999) mengemukakan merasa jengkel, 18,75% responden
bahwa stresor yang menjadi penyebab memilih untuk bersikap santai (sabar
munculnya stres berkendara adalah dan mendengarkan musik), 10,4%
stresor yang bersifat tidak diinginkan atau responden merasakan dampak
membebani individu dan dihadapkan psikologis (capek, pegal, dan jantung
secara berulang. Salah satu sumber stres berdebar-debar), 10,4% responden
di jalan adalah kemacetan. Hal ini memilih mengambil keputusan (mencari
menyebabkan stres pada individu alternatif lain), dan selebihnya 8,3%
cenderung meningkat dialami responden bersikap biasa saja. Survei
pengendara. Pengendara akhirnya mudah juga menunjukkan bahwa 53,13 %
untuk mengalami kecemasan, responden melakukan tindakan agresif
kemarahan, antagonisme, dan ketakutan seperti memencet klakson, menyalip,
di jalan dalam kondisi kemacetan lalu marah ke pengemudi lain, teriak, dan
lintas (Dukes dkk, 2001). menguntit, sedangkan 46,87%
Volume kendaraan yang tiap hari responden tidak melakukan tindak
mengalami pertumbuhan dan tidak agresif. Penelitian ini bertujuan
diimbangi dengan pertumbuhan mengetahui hubungan stres berkendara
infrastruktur, mengakibatkan peningkatan akibat kemacetan lalu lintas dengan
kemacetan. Hal tersebut dapat menjadi agresif berkendara.
penyebab bagi individu menjadi frustasi
dan stress (Hennessy & Wiesenthal, METODE PENELITIAN
1999). Rao dan Rao (2012) menjelaskan Penelitian ini merupakan penelitian
bahwa lalu lintas dapat dikatakan dengan metodologi kuantitatif. Subjek
mengalami kemacetan ketika kecepatan dalam penelitian ini sebanyak 143
kendaraan berada pada posisi dibawah 40 mahasiswa dengan kriteria mahasiswa
km/jam atau arus lalu lintas dalam kondisi fakultas Psikologi Universitas Negeri
padat merayap dan terjadi selama satu Makassar, semester 2 sampai semester
kilometer atau situasi tersebut bertahan 8, berusia 17-22 tahun, menggunakan
hingga 15 menit. Faktor penyebab kendaraan bermotor setiap hari menuju
terjadinya kemacetan lalu lintas adalah kampus, dan menghadapi kemacetan
banyaknya individu dan barang ingin lalu lintas dalam perjalanan menuju
bergerak pada saat yang sama dengan kampus. Teknik pengambilan sampel
jumlah kendaraan berlebih di ruang jalan yang digunakan adalah accidental
yang terbatas. sampling. Teknik pengumpulan data
Studi pendahuluan dilakukan oleh dalam penelitian ini adalah
peneliti untuk mengetahui reaksi menggunakan angket dan alat ukur
pengemudi kendaraan pada saat kondisi dalam bentuk skala psikologi yaitu skala
lalu lintas di jalan raya yang mengalami stres dan skala agresif. Jenis skala yang
kemacetan di Kota Makassar, pada digunakan dalam penelitian ini adalah
tanggal 16 April 2018 dengan skala model Likert.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1
DESKRIPSI DATA EMPIRIK AGRESIF BERKENDARA
Empirik
Variabel
Min Mix Mean SD
Agresif Berkendara 14 44 32,08 5,291

106
GEMA Lingkungan Kesehatan
Vol. 20 No. 02 Juli 2022

Tabel 2
DESKRIPSI DATA EMPIRIK STRES BERKENDARA
Empirik
Variabel
Min Mix Mean SD
Stres Berkendara 51 110 93,93 9,062

Tabel 3
HASIL UJI HIPOTESIS HUBUNGAN STRES BERKENDARA AKIBAT KEMACETAN LALU
LINTAS TERHADAP AGRESIF BERKENDARA
Variabel R P Keterangan
Stres Berkendara 0,322 0,000 Signifikan
Agresif Berkendara 0,000

Hasil uji hipotesis dengan dari batas kecepatan aman, melintas


menggunakan korelasi Spearman Rho didepan kendaraan lain dengan
menunjukkan bahwa nilai koefisien memasuki celah yang memiliki ukuran
korelasi antara stres berkendara akibat kurang untuk ukuran mobil atau motor,
kemacetan lalu lintas terhadap agresif dan menambah kecepatan ke
berkendara yakni sebesar r = 0,322 persimpangan jalan saat lampu lintas
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p berubah dari kuning menuju merah.
< 0,01). Analisis deskriptif yang dilakukan
Hasil analisis deskriptif pada aspek pada aspek stres berkendara
agresif berkendara menunjukkan bahwa menunjukkan hasil bahwa sebagian
sebagian besar mahasiswa yang besar mahasiswa yang berkendara dalam
berkendara dalam situasi kemacetan lalu situasi kemacetan lalu lintas yang
lintas yang menjadi subjek penelitian, menjadi subjek penelitian, memiliki
memiliki tingkat agresif berkendara pada tingkat stres berkendara pada kategori
kategori sedang. Data hasil penelitian sedang. Data hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 18 (13%) menunjukkan bahwa terdapat 13 (19%)
subjek yang berada pada kategori agresif subjek yang berada pada kategori stres
berkendara tinggi, sebanyak 102 (70%) berkendara tinggi, sebanyak 107 (74%)
subjek berada pada kategori agresif subjek berada pada kategori stres
berkendara sedang, dan sebanyak 23 berkendara sedang, dan sebanyak 23
(16%) subjek berada pada kategori (16%) subjek berada pada kategori stres
agresif berkendara rendah. Berdasarkan berkendara rendah.
hasil kategorisasi tersebut, dapat ditarik Hasil analisis tambahan
kesimpulan bahwa sebagian besar subjek menunjukkan mean empirik pada aspek
peneliti memiliki tingkat agresif time urgency sebesar 21% atau terdapat
berkendara sedang. 30 mahasiswa berada pada kategori time
Berdasarkan data hasil gambaran urgency tinggi, sebagian besar subjek
agresif berkendara pada aspek perilaku sedang buru-buru dan merasakan
konflik, didapatkan perilaku yang sering kekhawatiran untuk tidak sampai
dilakukan adalah perilaku membunyikan ditempat tujuan dengan tepat waktu
klakson, masuk kedalam jalur lalu lintas ketika menghadapi kemacetan lalu lintas.
ketika pengemudi lain mencoba untuk Hasil mean empirik pada aspek
menutup celah diantara kendaraan lain, kemacetan menunjukkan bahwa 16%
mendempetkan kendaraan dengan atau terdapat 23 mahasiswa berada pada
kendaraan didepan dengan sangat dekat kategori kemacetan tinggi, kemacetan
agar kendaraan lain tidak mampu yang selalu dihadapi di jalan raya adalah
menyalip, dan memberikan kode lampu kemacetan yang rutin terjadi karena
agar pengendara lain memberikan jalan. kapasitas jalan tidak mampu
Hasil pada aspek mengebut didapatkan menampung besarnya jumlah kendaraan
juga perilaku yang sering dilakukan pada yang bergerak di jam yang sama, pagi
aspek mengebut adalah perilaku dan sore hari, atau kemacetan yang
berkendara 20 mil per jam lebih cepat sering terjadi. Hasil mean empirik pada

107
GEMA Lingkungan Kesehatan
Vol. 20 No. 02 Juli 2022

aspek keadaan yang dirasakan ketidaknyamanan dalam berkendara


menunjukkan bahwa 19% atau terdapat (Matthews, 2002). Hill dan Boyle (2007)
27 mahasiswa berada pada kategori menemukan bahwa faktor yang
tinggi keadaan negatif yang dirasakan, berhubungan dengan stress berkendara
subjek penelitian sebagian besar adalah lingkungan mengemudi yang
merasakan keadaan negatif berupa menghasilkan stresor terkait tekanan
merasa terganggu mengemudi di waktu, kemacetan, dan kondisi jalan.
belakang kendaraan lain, merasa Hasil penelitian ini juga sejalan
terganggu ketika gagal menyalip dengan hasil penelitian dari Ge et al,
kendaraan lain, merasa tidak sabar, (2014) yang menemukan bahwa stres
merasa jengkel, dan melakukan tindakan umum adalah prediktor efektif perilaku
yang konyol karena kesabaran yang mengemudi yang berbahaya. Selain itu,
habis. efek stres pada perilaku mengemudi
Hasil penelitian ini menunjukkan yang berbahaya dimediasi oleh sifat
bahwa salah satu faktor yang kepribadian perasaan marah. Duncliffe et
mempengaruhi stres berkendara adalah al, (2018) menambahkan bahwa
faktor situasional. Faktor situasional mengalami keadaan yang menghasilkan
merupakan kondisi yang dialami stres dapat menyebabkan kesalahan
seseorang pada saat kini dimana orang mengemudi yang kritis, seperti tidak
tersebut berada. Jenis stres ini akan berhenti saat lampu lalu lintas berwarna
ditimbulkan oleh peristiwa lalu lintas merah, maupun kehilangan kendali
tertentu yang dievaluasi oleh pengemudi terhadap kendaraan yang dikemudikan.
sebagai: a) beban terhadap kemampuan
mereka; b) melibatkan peristiwa yang KESIMPULAN
dianggap relatif tidak terkendali; Hasil penelitian ini menunjukkan
dan/atau c) peristiwa yang dianggap bahwa bahwa ada hubungan positif yang
sebagai ancaman terhadap signifikan antara stres berkendara akibat
kesejahteraan fisik atau mental. Tingkat kemacetan lalu lintas terhadap agresif
lain dimana pengemudi merasakan stres berkendara artinya semakin tinggi stres
pada dirinya, melibatkan akumulasi berkendara akibat kemacetan lalu lintas
antara perasaan negatif dan frustrasi maka semakin tinggi agresif berkendara.
(Gulian et al, 1989). Penelitian oleh Kemacetan lalu lintas yang terjadi di jalan
Ellison-Potter, Bell, dan Deffenbacher raya memberikan pengaruh kepada
(2006) sejalan dengan hasil penelitian individu mengalami stres berkendara
yang dilakukan oleh peneliti, dengan kategori sedang, hal ini terjadi
menunjukkan bahwa faktor situasional karena individu yang sedang buru-buru
seperti kemacetan mempengaruhi kesulitan mengejar waktu dan khawatir
perilaku agresif berkendara. tidak sampai di tempat tujuan dengan
Sebagai bagian dari aktivitas sehari- tepat waktu, serta individu mengalami
hari, mengemudi dipengaruhi oleh kelelahan. Individu yang mengalami stres
berbagai bentuk stressor (Gulian et al., berkendara akibat kemacetan lalu lintas
1989; Rowden et al., 2011). Stres terkait merasa terganggu mengemudi di
mengemudi terutama muncul dari faktor belakang kendaraan lain, merasa tidak
pribadi dan lingkungan yang membuat sabar, jengkel, dan memberikan
pengemudi merasa stres ketika mereka pengaruh terhadap individu berperilaku
mengemudi (Rowden et al., 2011). Stres agresif berkendara dengan kategori
pengemudi adalah faktor penting dalam sedang, berupa berkendara dengan
penelitian tentang hubungan antara stres kecepatan tinggi dalam situasi
terkait mengemudi dan perilaku kemacetan lalu lintas, membunyikan
mengemudi. Stres pengemudi terutama klakson, dan menambah kecepatan ke
terjadi ketika seseorang merasakan persimpangan jalan saat lampu lalu lintas
kemampuan mengemudi tidak cukup berubah dari kuning menuju merah.
untuk mengelola tuntutan dan bahaya
yang dapat terjadi ketika mengemudi,
sehingga dapat menyebabkan

108
GEMA Lingkungan Kesehatan
Vol. 20 No. 02 Juli 2022

SARAN of Infrastructure Development, 6(1),


Berdasarkan kesimpulan diatas, maka 43-59.
peneliti dapat mengajukan beberapa Dukes, R. L., Clayton, S. L., Jenkins, L.T.,
saran sebagai berikut : Miller, T. L., & Rodgers, S. E. (2001),
‘Effects of aggressive driving and
1. Subjek Penelitian driver characteristics on road rage’,
Bagi subjek penelitian sebaiknya The Social Science Journal, 38, 323-
melakukan kegiatan-kegiatan yang 331.
mampu mencegah terjadinya stres Duncliffe, T. H., Dangelo, B., Brock, M.,
berkendara dan agresif berkendara Fraser, C., Austin, N., Lamarra, J., &
ketika menghadapi, seperti Batt, A. M. (2018), ‘Driving me
mendengarkan lagu, membawa bahan crazy: The effects of stress on the
bacaan, dan bercerita dengan driving abilities of paramedic
penumpang. Memanajemen waktu students’, Irish Journal of
dengan baik merupakan salah satu cara Paramedicine, 3(2).
terbaik untuk menghindari stres doi:10.32378/ijp.v3i2.163.
berkendara dan agresif berkendara Ge, Y., Qu, W., Jiang, C., Du, F., Sun X.,
akibat kemacetan lalu lintas, berangkat & Zhang, K. (2014), ‘The effect of
lebih awal agar tidak terburu-buru untuk stress and personality on dangerous
sampai ke tempat tujuan, menghindari driving behavior among chinese
jam-jam sibuk ketika ingin berkendara, drivers’, Accident Analysis and
mencari informasi mengenai titik Prevention, 73, 34-40.
kemacetan yang terjadi, menyiapkan Gicquel, L., Ordonneau, P., Blot, E.,
jalan alternatif untuk menghindari Taillon, C., Ingrand, P., & Romo, L.
kemacetan lalu lintas, dan berjalan kaki (2017), ‘Description of various
ke tempat tujuan dengan jarak factors contributing to traffic
terjangkau untuk dilalui dengan berjalan accidents in youth and measures
kaki. proposed to alleviate recurrence’,
Frontiers in Psychiatry, 8(94), 1-10.
2. Bagi DITLANTAS POLDA dan Gulian, E., Matthews, G., Glendon, A.I.,
DISHUB Sulawesi Selatan Davies, D.R.,& Debney, L.M. (1989),
Bagi DITLANTAS POLDA Sulawesi ‘Dimension of driver stress’,
Selatan hasil penelitian ini yang Ergonomics, 32(6), 585-602.
menggambarkan hubungan kemacetan Hennessy, D.A., & Wiesenthal, D.L.
lalu lintas terhadap kesehatan mental (1999), ‘Traffic congestion, driver
individu dapat menjadi landasan ilmiah stress, and driver aggression’,
dalam membentuk formulasi agar Aggressive Behavior, 25, 409-423.
mampu mengelola persoalan kemacetan Hill, J.D., Boyle, L.N. (2007), ‘Driver
lalu lintas. stress as influenced by driving
maneuvers and roadway conditions’,
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Transport. Res. F: Traffic Psychol.
Bagi peneliti selanjutnya agar Behav. 10 (3), 177–186.
melakukan tahap pengambilan data James, L., & Nahl, D. (2000). Road rage
secara langsung terhadap subjek yang and aggressive driving, steering
sementara menghadapi situasi clear of highway warfare. Amhest,
kemacetan lalu lintas, NY: Promothens Books.
mempertimbangkan jarak rumah, dan Matthews, G. (2002), ‘Towards a
membandingkan antara jenis kelamin, transactional ergonomics fordriver
tipe kepribadian, serta usia. stress and fatigue’, Theor. Issues
Ergon. Sci. 3 (2), 195–211.
DAFTAR PUSTAKA Patricia E-P, Paul B & Jerry D. (2006),
Chakrabartty, A.,& Gupta, S. (2014) ‘The effects of trait driving anger,
‘Traffic congestion in the anonymity, and aggressive stimuli
metropolitan city of Kolkata’, Journal on aggressive driving behavior’,

109
GEMA Lingkungan Kesehatan
Vol. 20 No. 02 Juli 2022

Journal of Applied Social Psychology impact of workrelated stress, life


431 stress and driving environment
Ramdhani, N., & Patria, B. (2018), stress on driving outcomes’, Accid.
Psikologi untuk Indonesia maju dan Anal. Prev. 43 (4), 1332–1340.
beretika. Yogyakarta: Gadjah Mada Shamoa-nir, N.L., & Koslowsky, M.
University Press. Diakses dari (2010), ‘Aggression on the road as a
https://books.google.co.id/books? function of stres, coping strategies
pada tanggal 7 Februari 2019. and driver style’, Journal
Rao, A.M., & Rao, K.R. (2012), Psychology, 35-44.
‘Measuring urban traffic congestion - Vazquez, J. (2013), ‘Personality factors,
a review’, International Journal for age, and aggressive driving: A
Traffic and Transport Engineering, validation using a driving simulator’,
2(4), 286-305. Electronic Theses and Dissertations.
Rowden, P., Matthews, G., Watson, B., Florida: University of Central.
Biggs, H. (2011), ‘The relative

110

You might also like