You are on page 1of 8

JSIKA Vol. 5, No. 3.

Tahun 2016 ISSN 2338-137X

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENILAIAN


KINERJA MENGGUNAKAN METODE MANAGEMENT BY
OBJECTIVE PADA RRI SURABAYA
Hendra Kurniawan1) Haryanto Tanuwijaya2) Ignatius Adrian Mastan3)
1) 3) Program Studi Sistem Informasi 2) Program Studi Manajemen
STMIK STIKOM Surabaya
Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya, 60298
Email : 1)s100003@si.stikom.edu, 2)haryanto@stikom.edu, 3)ignatius@stikom.edu

Abstract: RRI Surabaya currently employs a total of more than 100 people consisting of civil
servants and regular employees. RRI Surabaya seeks to improve the quality and quantity of work
from each employee by conducting performance appraisals. In the performance appraisal which
has been done so far, there are some shortcomings, namely: performance appraisal process takes
too long and inefficient, no information is available about the performance of each employee in
one period, there is no weighted value for each evaluation criteria in SKP evaluation and work
behavior evaluation, the evaluation tends to be a subjective one, it is difficult to calculate how
much time it takes to complete the work because of the absence of date recording when a task is
given and also when the task is completed. To overcome these problems, RRI Surabaya needs a
Performance Appraisal Information System using Management by Objective (MBO) Method. With
the help of Performance Appraisal Information System using Management by Objective (MBO)
Method is expected to produces more valuable informations about performance appraisal results.

Keywords: Information System, Performance Appraisal, Management by Objective

RRI Surabaya (Radio Republik perilaku kerja dilakukan dengan cara menilai
Indonesia) saat ini memiliki karyawan sejumlah seorang pegawai berdasarkan pengamatan
lebih dari 100 orang yang terdiri dari pegawai terhadap enam perilaku kerja, yaitu: orientasi
negeri sipil (PNS) dan pegawai bukan PNS. pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerja
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan sama, dan kepemimpinan. Penilaian terhadap
karir bagi pegawai-pegawainya, RRI Surabaya SKP memiliki bobot sebesar 60% dan penilaian
berusaha untuk meningkatkan kualitas dan terhadap perilaku kerja pegawai memiliki bobot
kuantitas pekerjaan setiap pegawai dengan sebesar 40%.
melakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja dilakukan sekali dalam
Penilaian kinerja PNS dilakukan setiap satu tahun pada akhir tahun dan masih dilakukan
akhir tahun dan melibatkan dua pihak, yaitu: secara manual. PNS di RRI surabaya berjumlah
penilai (merupakan atasan dari pegawai yang 184 orang dengan rata-rata pekerjaan dapat
dinilai) dan pegawai yang dinilai. Penilaian mencapai lebih dari 400 pekerjaan setiap
kinerja tersebut terdiri atas dua unsur, yaitu: tahunnya. Setiap pegawai tersebut diharuskan
penilaian terhadap Sasaran Kerja Pegawai (SKP) mencatat setiap kegiatan/tugas yang dilakukan
dan penilaian perilaku kerja pegawai. SKP ke dalam buku SKP. Isi dari buku SKP tersebut
adalah rencana kerja dan target kerja yang akan kemudian diperiksa dan dihitung jumlah
dicapai oleh seorang PNS pada masa kerjanya pekerjaannya oleh atasan langsung pegawai
dalam periode 1 tahun. SKP memuat kegiatan sebagai penilai dan digunakan untuk penilaian
tugas jabatan dan target yang harus dicapai. SKP dari aspek kuantitas. Hal tersebut
Sedangkan perilaku kerja yang dinilai meliputi: merepotkan penilai karena harus memeriksa
orientasi pelayanan, integritas, komitmen, banyak dokumen yang terpisah-pisah, sehingga
disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan. mengakibatkan proses penilaian kinerja menjadi
Penilaian SKP dilakukan dengan cara lama dan tidak efisien.
membandingkan realisasi pekerjaan dengan Pada penilaian kinerja yang telah
target pekerjaan yang telah ditetapkan dilakukan selama ini tidak tersedia informasi
berdasarkan tiga kriteria, yaitu: kuantitas, kinerja pegawai dalam satu periode sehingga
kualitas, dan waktu. Sedangkan penilaian tidak dapat segera mengetahui urutan pegawai

JSIKA Vol. 5, No. 3, Tahun 2016, ISSN 2338-137X Page 1


JSIKA Vol. 5, No. 3. Tahun 2016 ISSN 2338-137X

dengan kinerja terbaik sampai yang terburuk di 2. Menentukan syarat-syarat informasi


setiap divisi. Selain itu, tidak dilakukan 3. Menganalisis kebutuhan sistem
pembobotan nilai untuk setiap kriteria penilaian 4. Merancang sistem yang direkomendasikan
yang ada pada SKP dan juga untuk perilaku 5. Mengembangkan dan mendokumentasikan
kerja. perangkat lunak
Pada penilaian SKP dari aspek kualitas, 6. Menguji dan mempertahankan sistem
penilai harus memeriksa, menghitung, menilai 7. Mengimplementasikan dan mengevaluasi
satu per satu pekerjaan bawahannya, dan sistem.
merekap hasil penilaian tersebut, sehingga
menyebabkan penilai harus memeriksa kembali Manajement by Objective
rekap penilaian kualitas pada saat akan Management by Objective (MBO) yang
dilakukan penilaian kinerja di akhir tahun. Pada berarti manajemen berdasarkan sasaran
penilaian SKP dari aspek waktu, sulit untuk merupakan suatu bentuk penilaian dimana
menghitung berapa waktu yang dibutuhkan pegawai dan penyelia (penilai) bersama-sama
untuk menyelesaikan satu pekerjaan karena tidak menetapkan sasaran-sasaran pelaksanaan kerja
adanya pencatatan kapan tugas diberikan dan pegawai secara individu di waktu yang akan
kapan tugas tersebut terselesaikan. datang. Sasaran-sasaran ini merupakan sasaran
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, secara objektif yang terukur dan disepakati
maka dibutuhkan sebuah Sistem Informasi bersama antar pegawai dan penyelia. Pada akhir
Penilaian Kinerja menggunakan metode periode tertentu, pegawai dievaluasi tentang
Management by Objective (MBO). Metode seberapa baik mencapai sasaran tertentu yang
MBO mendukung untuk penilaian kinerja telah ditetapkan dan faktor-faktor penting apa
dengan beberapa kriteria dan target. Dengan yang dialami dalam menyelesaikan pekerjaan
adanya Sistem Informasi Penilaian Kinerja mereka. Pendekatan metode ini lebih mengacu
menggunakan metode Management by Objective pada pendekatan hasil. Metode ini merupakan
(MBO), diharapkan proses penilaian SKP sebuah program dimana penyelia melibatkan
menjadi lebih mudah dan cepat karena sudah pegawai dalam pengambilan keputusan untuk
dibantu dengan otomasi perhitungan oleh sistem, menentukan sasaran-sasaran yang hendak
kesalahan pada perhitungan nilai total SKP dapat dicapainya (Rivai dkk, 2011: 374-375).
dikurangi, subyektifitas pada penilaian dapat Penilaian kinerja menggunakan metode
dikurangi, proses penilaian kinerja juga menjadi MBO dapat dilaksanakan pada pekerjaan yang
lebih efisien. hasilnya dapat diukur secara kuantitatif.
Dengan adanya Sistem Informasi Misalnya untuk mengukur kinerja karyawan
Penilaian Kinerja tersebut, juga dapat diperoleh bagian produksi yang kinerjanya dapat dihitung
informasi yang lebih informatif, yaitu: laporan melalui hasil produksinya. Metode MBO sulit
kinerja per pegawai, laporan histori penilaian dilakukan untuk pegawai yang pengukuran
kinerja bawahan, laporan pegawai dengan kinerjanya rumit karena terdiri atas hasil kerja,
kinerja terbaik di setiap divisi, laporan pegawai perilaku kerja, dan sifat pribadi yang ada
dengan kinerja terburuk di setiap divisi, laporan hubungannya dengan pekerjaan, misalnya:
pegawai dengan kinerja terbaik sampai yang kinerja para guru dan dosen (Ayun, 2011).
terburuk per divisi, laporan pegawai yang gagal Menurut Tosi dan Carroll (1968)
mencapai target kriteria tertentu, dan laporan kelebihan dari metode MBO yaitu:
pekerjaan pegawai yang tidak mencapai target 1. MBO menekankan upaya kerjasama antara
kriteria tertentu. manajer dan bawahan yang membantu dalam
perencanaan.
METODE 2. MBO memungkinkan bawahan tahu apa
Siklus Hidup Pengembangan Sistem yang diharapkan dari mereka dengan
Dalam penelitian ini, siklus hidup memaksa manajer dan bawahan untuk
pengembangan sistem yang digunakan diambil menetapkan tujuan yang dapat dicapai dalam
dari System Development Life Cycle (SDLC) jangka waktu tertentu.
menurut Kendall dan Kendall (2003: 11-15). 3. MBO meningkatkan komunikasi antara
Berikut ini tujuh langkah dalam SDLC: manajer dan bawahan sehingga setiap
1. Mengidentifikasi masalah, peluang, dan individu pegawai dapat menyadari tujuan dan
tujuan sasaran organisasi.

JSIKA Vol. 5, No. 3, Tahun 2016, ISSN 2338-137X Page 2


JSIKA Vol. 5, No. 3. Tahun 2016 ISSN 2338-137X

4. Meningkatkan penilaian kinerja dan proses Bobot = bobot penilaian untuk


evaluasi dengan berfokus pada hasil dan kriteria waktu
dengan memberikan umpan balik yang
sistematis. Identifikasi Masalah
Dari hasil telaah ditemukan beberapa
Penilaian Sasaran Kerja Pegawai permasalahan dalam setiap sub proses yang ada.
Proses penilaian Sasaran Kerja Pegawai Permasalahan tersebut selanjutnya dijelaskan
(SKP) merupakan proses penilaian terhadap SKP secara lebih detil berikut ini:
ditinjau dari tiga kriteria, yaitu: kuantitas, 1. Proses penilaian SKP
kualitas, dan waktu. Ketiga kriteria tersebut Pada proses penilaian SKP, permasalahan
dapat memiliki bobot penilaian tersendiri yang terdapat pada rekap jumlah pekerjaan yang
ditentukan oleh penilai. Penilaian SKP memiliki dilakukan oleh pegawai yang selanjutnya
bobot sebesar 60% dari penilaian kinerja secara harus diperiksa kembali oleh penilai. Hal
keseluruhan. tersebut mengakibatkan proses penilaian
1. Kuantitas menjadi lama dan tidak efisien karena penilai
Untuk kriteria ini dilakukan dengan harus memeriksa banyak data dari masing-
penghitungan jumlah seluruh pekerjaan dalam masing pegawai bawahannya. Selain itu pada
suatu periode dan membandingkannya dengan proses penilaian SKP yang dilakukan di RRI
target kuantitas pekerjaan yang telah ditentukan Surabaya saat ini semua kriteria dianggap
di SKP sehingga dapat diketahui apakah pegawai sama pentingnya, sehingga tidak
yang bersangkutan telah memenuhi target dimungkinkan adanya pembobotan
kerjanya atau belum. Berikut ini rumus untuk kepentingan untuk kriteria-kriteria tersebut.
menghitung penilaian SKP dari aspek kuantitas: Pembobotan kepentingan ini misalnya:
penilai sebagai atasan ingin mendongkrak
output (kuantitas) dari jumlah pekerjaan para
Keterangan: RO = Realisasi Output pegawai bawahannya, maka penilai dapat
TO = Target Output melakukannya dengan cara menaikkan bobot
Bobot = bobot penilaian untuk untuk kriteria kuantitas agar kriteria tersebut
kriteria kuantitas menjadi lebih penting daripada kedua kriteria
2. Kualitas lainnya.
Untuk kriteria ini dilakukan dengan Pada penilaian SKP dari aspek kualitas,
penghitungan nilai untuk kualitas yang diperoleh penilai harus memeriksa, menghitung,
dengan target kualitas yang telah ditetapkan menilai satu per satu pekerjaan bawahannya,
sebelumnya. Berikut ini rumus untuk dan merekap hasil penilaian tersebut
menghitung penilaian SKP dari aspek kualitas: menyebabkan penilai harus memeriksa
kembali nilai kualitas setiap pekerjaan pada
Keterangan: RK = Realisasi Kualitas saat akan dilakukan penilaian kinerja di akhir
TK = Target Kualitas tahun. Hal tersebut menyebabkan penilai
Bobot = bobot penilaian untuk cenderung menilai berdasarkan hasil rekap
kriteria kualitas penilaian pada bulan-bulan terakhir saja
karena sudah terlalu banyak data dan berkas
yang harus diperiksa. Oleh karena itu penilai
3. Waktu cenderung menilai secara subyektif.
Untuk kriteria ini dilakukan dengan Pada penilaian SKP dari segi waktu,
penghitungan nilai untuk waktu yang diperlukan realisasi waktu selalu diisi 12 bulan. Hal ini
dibandingkan dengan target waktu yang telah menyebabkan penilaian SKP dari segi waktu
ditentukan. Berikut ini rumus untuk menghitung menjadi tidak efektif, karena seolah-olah
penilaian SKP dari aspek waktu: pegawai tersebut selalu dapat menyelesaikan
tugasnya sesuai dengan jangka waktu yang
diberikan. Padahal target waktu yang
Keterangan: NT = Nilai Tertimbang = 1,76 diberikan adalah untuk jumlah keseluruhan
TW = Target Waktu target pekerjaan yang ditetapkan sebelumnya
RW = Realisasi Waktu pada form SKP. Sedangkan waktu yang
sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan

JSIKA Vol. 5, No. 3, Tahun 2016, ISSN 2338-137X Page 3


JSIKA Vol. 5, No. 3. Tahun 2016 ISSN 2338-137X

satu pekerjaan tidak dapat diketahui dengan Pertama, pegawai menambahkan data
pasti karena tidak adanya pencatatan kapan kegiatan tugas jabatan, membuat SKP,
tugas dikerjakan dan kapan tugas tersebut menambahkan kegiatan dan target pada SKP,
terselesaikan. membuat buku SKP, dan menambahkan
2. Proses penilaian perilaku kerja pekerjaan pada buku SKP.
Pada proses penilaian perilaku kerja Kedua, penilai menilai kualitas pekerjaan
terdapat kelemahan yaitu tidak adanya bobot pegawai yang ada di buku SKP, menilai SKP,
penilaian pada masing-masing perilaku kerja dan menilai perilaku kerja berdasarkan kriteria
tersebut, sehingga tidak dimungkinkan penilaian yang ada.
adanya pembobotan kepentingan untuk Ketiga, sistem akan menghitung nilai
masing-masing perilaku kerja tersebut. akhir kinerja setiap pegawai secara otomatis
Pembobotan kepentingan ini misalnya: berdasarkan nilai total SKP dan nilai total
penilai sebagai atasan ingin mendongkrak perilaku kerja.
aspek kerja sama dalam tim di kalangan
bawahannya, maka penilai dapat Pemodelan Sistem
melakukannya dengan cara menaikkan bobot Pada pemodelan sistem yang baru,
untuk perilaku kerja sama agar perilaku kerja terdapat tiga entity yang ikut berperan dalam
tersebut menjadi lebih penting daripada sistem yang dibangun yaitu admin, pegawai, dan
perilaku kerja lainnya. penilai. Admin memberikan masukan ke sistem
3. Proses pembuatan laporan hasil penilaian berupa data: divisi, jabatan, golongan, pegawai,
kinerja jabatan pegawai, golongan pegawai, periode,
Pada proses pembuatan laporan hasil range nilai, perilaku kerja, kriteria SKP, dan
penilaian kinerja, permasalahan terdapat pada kriteria penilaian perilaku kerja. Penilai
penghitungan nilai akhir penilaian kinerja memberikan masukan berupa data: penilaian
oleh penilai yang harus dilakukan satu per kualitas pekerjaan, penilaian perilaku kerja, dan
satu untuk setiap pegawai yang menyebabkan kriteria penilaian kegiatan tugas jabatan.
proses pembuatan laporan menjadi kurang Sedangkan pegawai memberikan masukan ke
efisien. Pada penilaian kinerja yang telah sistem berupa data: kegiatan tugas jabatan, buku
dilakukan selama ini laporan yang dihasilkan SKP dan SKP.
kurang informatif. Hal ini dapat diketahui Sebagai respon dari masukan tersebut,
dari tidak tersedianya informasi sistem memberikam keluaran kepada penilai
perbandingan kinerja pegawai dalam satu berupa laporan: histori penilaian kinerja
periode sehingga tidak dapat segera diketahui bawahan, pegawai dengan kinerja terbaik
siapa pegawai dengan kinerja terbaik dan seluruh divisi, pegawai dengan kinerja terburuk
yang terburuk, baik itu secara keseluruhan seluruh divisi, pegawai dengan kinerja terbaik
maupun berdasarkan kriteria tertentu yang sampai yang terburuk per divisi, pegawai yang
telah ditetapkan. Selain itu, juga tidak gagal mencapai target, dan pekerjaan pegawai
terdapat informasi tentang pegawai yang yang gagal mencapai target. Sedangkan kepada
belum dapat mencapat target SKP. Padahal pegawai, sistem memberikan keluaran berupa
informasi perbandingan kinerja dan laporan hasil penilaian kinerja pegawai.
informasi tentang pegawai yang belum dapat Hasil pemodelan sistem melalui diagram
mencapai target sangat berguna dalam blok dapat dilihat pada Gambar 1.
kenaikan jabatan maupun pemberian
reward/punishment sesuai dengan aturan
yang berlaku di RRI Surabaya.

Perancangan Sistem
Tahap perancangan sistem merupakan
tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan
dalam membangun atau mendesain sistem
informasi penilaian kinerja tersebut. Pada
perancangan sistem yang baru terdapat tiga
tahapan yang akan dilakukan.

JSIKA Vol. 5, No. 3, Tahun 2016, ISSN 2338-137X Page 4


JSIKA Vol. 5, No. 3. Tahun 2016 ISSN 2338-137X

kriteria_penilaian_KTJ, SKP, detil_SKP,


penilaian_kualitas_pekerjaan, detil_buku_SKP,
buku_SKP, penilaian_SKP, penilaian_KTJ,
detil_penilaian_KTJ, detil_penilaian_PK,
penilaian_PK.
Hasil pemodelan sistem melalui Data
Flow Diagram (DFD) level context dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 1 Diagram Blok


Dalam Entity Realtionship Diagram
terdapat 23 tabel yaitu: divisi, jabatan, golongan,
periode, range_nilai, perilaku_kerja, pegawai,
detil_jabatan, detil_golongan, kriteria_SKP,
kriteria_penilaian_PK, kegiatan_tugas_jabatan,

Gambar 2 DFD Level Context


Pengujian Sistem diharapkan dengan realisasi output yang
Uji coba sistem dilakukan menggunakan dihasilkan sistem.
metode blackbox equivalence partitioning. Uji Pada uji coba menghitung nilai total SKP
coba berguna untuk memastikan bahwa fungsi- terdapat dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
fungsi pada sistem yang telah dibuat dapat menilai SKP pegawai yang berhasil memenuhi
berjalan dengan benar. Uji coba dilakukan target dan pegawai yang gagal memenuhi target.
dengan membandingkan antara output yang Hasil perhitungan nilai total SKP pegawai yang
berhasil memenuhi target dapat dinyatakan valid
yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Hasil Perhitungan Nilai Total SKP


Detil perhitungannya dapat dilihat pada Gambar 4.

JSIKA Vol. 5, No. 3, Tahun 2016, ISSN 2338-137X Page 5


JSIKA Vol. 5, No. 3. Tahun 2016 ISSN 2338-137X

Gambar 4 Detil Perhitungan Nilai Total SKP


Hasil perhitungan nilai total SKP pada Hasil perhitungan nilai total SKP pegawai
Gambar 3 dan Gambar 4 sudah benar karena yang gagal memenuhi target dapat dinyatakan
sesuai dengan perhitungan manual menggunakan valid yang ditunjukkan pada Gambar 6.
excel yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 6 Hasil Perhitungan Nilai Total SKP


Detil perhitungannya dapat dilihat pada
Gambar 5 Detil Penghitungan Nilai Total SKP Gambar 7.
Menggunakan Excel

Gambar 7 Detil Perhitungan Nilai Total SKP


Hasil perhitungan nilai total SKP pada HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 6 dan Gambar 7 sudah benar karena Implementasi
sesuai dengan perhitungan manual menggunakan Apabila nilai total SKP dan nilai total
excel yang dapat dilihat pada Gambar 8. perilaku kerja sudah terhitung, maka dengan
otomatis nilai akhir kinerja akan terhitung.
Untuk melihat hasil penilaian kinerja dapat
dengan memilih submenu “histori penilaian
kinerja” pada menu laporan. Hasil dari penilaian
kinerja dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 8 Detil Perhitungan Nilai Total SKP


Menggunakan Excel

Gambar 9 Hasil Penilaian Kinerja

JSIKA Vol. 5, No. 3, Tahun 2016, ISSN 2338-137X Page 6


JSIKA Vol. 5, No. 3. Tahun 2016 ISSN 2338-137X

Untuk mencetak histori penilaian kinerja pegawai. Hasil cetak laporan histori penilaian
bawahan, penilai dapat memfilter histori kinerja bawahan dapat dilihat pada Gambar 10.
penilaian berdasarkan periode penilaian dan NIP

Gambar 10 Laporan Histori Penilaian Kinerja Bawahan

Untuk mencetak daftar pegawai dengan periode penilaian. hasil cetak laporan pegawai
nilai kinerja terbaik di setiap divisi, penilai dapat terbaik per divisi dapat dilihat pada Gambar 11.
memfilter daftar pegawai terbaik berdasarkan

Gambar 11 Laporan Pegawai Terbaik per Divisi


Untuk mencetak daftar pegawai dengan berdasarkan periode penilaian. hasil cetak
nilai kinerja terburuk di setiap divisi, penilai laporan pegawai terburuk per divisi dapat dilihat
dapat memfilter daftar pegawai terbaik pada Gambar 12.

Gambar 12 Laporan Pegawai Terburuk per Divisi


Untuk mencetak daftar hasil penilaian gabungan antara periode dan divisi. Hasil cetak
kinerja seluruh pegawai, penilai dapat memfilter laporan penilaian kinerja seluruh pegawai dapat
hasil penilaian kinerja seluruh pegawai dilihat pada Gambar 13.
berdasarkan periode penilaian, NIP pegawai dan

Gambar 13 Laporan Penilaian Kinerja Seluruh Pegawai


Untuk mencetak daftar pegawai yang gabungan antara periode, divisi dan kriteria, dan
gagal mencapai target, penilai dapat memfilter gabungan antara periode dan NIP pegawai. Hasil
daftar pegawai yang gagal mencapai target cetak laporan pegawai yang gagal mencapai
berdasarkan periode penilaian, NIP pegawai, target dapat dilihat pada Gambar 14.

JSIKA Vol. 5, No. 3, Tahun 2016, ISSN 2338-137X Page 7


JSIKA Vol. 5, No. 3. Tahun 2016 ISSN 2338-137X

Gambar 14 Laporan Pegawai yang Gagal Mencapai Target


Untuk mencetak daftar pekerjaan pegawai dan kriteria, dan gabungan antara periode, NIP
yang gagal mencapai target, penilai dapat pegawai, dan kriteria. Hasil cetak laporan
memfilter daftar pekerjaan pegawai yang gagal pekerjaan pegawai yang gagal mencapai target
mencapai target berdasarkan periode penilaian, dapat dilihat pada Gambar 15.
NIP pegawai, gabungan antara periode, divisi

Gambar 15 Laporan Pekerjaan Pegawai yang Gagal Mencapai Target


KESIMPULAN 2. Sistem dapat dikembangkan dengan
Dari hasil uji coba terhadap Sistem menerapkan metode penilaian 360 derajat
Informasi Penilaian Kinerja RRI Surabaya, maka untuk hasil penilaian yang lebih terukur.
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem yang dibangun dapat membuat proses RUJUKAN
penilaian kinerja menjadi lebih mudah dan Ayun, Q. 2011. Penilaian Kinerja (Performance
cepat. Sistem yang dibangun dengan Appraisal) pada Karyawan di
menerapkan metode MBO ini dapat Perusahaan. Majalah Ilmiah
menghasilkan penilaian yang lebih objektif INFORMATIKA, 2(3), 74-88.
menggunakan kriteria-kriteria untuk Kendall, K. E., dan Kendall, J. E. 2003. Analisis
penilaian kualitas pekerjaan, penilaian dan Perancangan Sistem (5 ed., Vol. 1).
perilaku kerja, dan penilaian SKP. Jakarta: Prenhalindo.
2. Sistem dapat memberikan informasi yang Rivai, dkk. 2011. Performance Appraisal (2 ed.).
lebih informatif mengenai hasil penilaian Jakarta: Rajawali Pers.
kinerja bagi pengguna sistem. Tosi, H. L., dan Carroll, S. J. 1968. Managerial
3. Fungsi-fungsi yang terdapat pada sistem Reaction to Management by Objectives.
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan Academy of Management Journal,
desain sistem yang dibuat. 11(4), 415-426.

SARAN
Saran-saran yang dapat diberikan untuk
pengembangan selanjutnya terhadap sistem ini
adalah:
1. Sistem ini dapat dikembangkan untuk
diintegrasikan dengan seluruh cabang RRI di
indonesia, sehingga dapat diketahui kinerja
pegawai dari masing-masing cabang.

JSIKA Vol. 5, No. 3, Tahun 2016, ISSN 2338-137X Page 8

You might also like