You are on page 1of 15

Journal of Intellectual Property

www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING ANTARA MEREK TIGA DIMENSI (THREE DIMENSIONAL
MARKS) DENGAN DESAIN INDUSTRI DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Xavier Nugraha1 dan Ezra Tambunan2


12Universitas Airlangga

Contact: xavier.nugraha-2015@fh.unair.ac.id, ezratambunan20@gmail.com

Diterima: 22 Juli 2019 ABSTRACT


Direvisi: 1 September 2020
Disetujui: 30 Desember 2020
Hak Cipta: ©2018 One of the things that can make it easier for consumers to
Halaman: 1-15 be able to distinguish products from one another is the
presence of a brand that is a marker of the existence of a
product. In this case the Law No. 15 of 2001 concerning
brands, precisely in Article 1 describes the definition of
the brand itself as a sign in the form of images, names,
words, letters, numbers, color arrangements, or a
combination of these elements which has a distinguishing
power and is used in trade or service activities. As time
goes on and the development of technology increases,
new concepts are called non-traditional marks or non-
traditional brands. These non-traditional brands are
further divided into two types, namely non-traditional
visual brands (including three-dimensional brands,
colors, holograms, slogans, film and book titles,
multimedia signs, positions, and gesture) and non-visual
non-traditional brands (including sounds, aroma, taste,
and texture). Speaking about the Three Dimensional
Brands in Indonesia, it turns out that there is no clear
concept regarding the Three-Dimensional Brand itself
even though in Law No. 20 of 2016 replaced the 2001
Trademark Law has provided protection for Three-
Dimensional Brands as well as through the Law Minister
Regulation and Ham (Pemenkuham) No. 67 of 2016 that
Three-dimensional Brands can be registered. From this,
the question arises, "Does the existence of the Three
Dimennsi Brand have the potential to overlap with other
types of intellectual property rights?" To answer these
questions, the Research Method used is normative legal
research, namely research that analyzes legal norms.

Keywords: Tradermars; Three-Dimensional Marks; Overlapping

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............1


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

konvensi tersebut diterima dengan


PENDAHULUAN
beberapa perubahan dan rancangan yang
Penggunaan merek semakin luas di
telah dibahas ini kemudian dikirim
pasaran, hal ini sesuai dengan
kembali ke beberapa negara untuk
perkembangan perdagangan bebas yang
mendapatkan tanggapan. Rancangan
semakin berkembang. Merek memiliki
konvensi inilah yang selanjutnya menjadi
peranan penting dalam memperebutkan
cikal bakal dari TRIPs Agreement ( A b d u l
kedudukan di mata konsumen. Merek
Bari Azet,2006: 2).
juga sangat penting dalam dunia
periklanan dan pemasaran karena publik
Konvensi Paris ini lalu diratifikasi oleh
sering mengaitkan imej, kualitas atau
Indonesia pada tanggal 18 Desember 1979
reputasi barang dan jasa dengan merek
dan juga sekaligus mengikutsertakan
tertentu (Tim Lindsey, et.all, 2006: 131)
Indonesia sebagai anggota Paris Union.
Di mata konsumen, mereka membeli
Ratifikasi dan Konvensi Paris ini dilakukan
produk tertentu karena menurut mereka
melalui Keputusan Presiden No.24 tahun
merek tersebut berkualitas tinggi atau
1979. Reservasi terhadap Konvensi Paris
aman dikonsumsi dikarenakan reputasi
ini dilakukan terhadap pasal 1 sampai
dari merek tersebut.
dengan pasal 12 dan pasal 28 ayat (1) Paris
Convention. Reservasi terhadap pasal 1
Merek merupakan pembeda antara satu
sampai dengan pasal 12 akhirnya dicabut
produk dengan produk lainnya dan
pada tahun 1997 melalui Keputusan
menghindarkan kebingungan terhadap
Presiden Nomor 15 tahun 1997. Reservasi
suatu barang di pasar. Oleh karena itu,
terhadap Pasal 28 ayat (1) tentang dispute
merek juga memberikan perlindungan
settlement tidak dicabut oleh Indonesia.3
bagi masyarakat untuk mendapatkan
Akan tetapi, ketentuan yang menyangkut
nama baik yang terkandung dalam suatu
merek, menurut Keputusan Presiden
merek (J.Christoper Carraway,1994: 3).
Nomor 24 tahun 1979, dinyatakan tidak
berlaku lagi sejak berlaku Undang-Undang
Pengaturan mengenai merek di dunia
Nomor 19 Tahun 1992. Lalu Undang-
saat ini sebagian besar berdasarkan pada
Undang tersebut digantikan oleh Undang-
Paris Convention for the Protection of
Undang Nomor 15 tahun 2001 yang
Industrial Property (Paris Convention) dan
kemudian diganti lagi dengan Undang-
Trade Related Aspects Of Intellectual
Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Property Rights (TRIPs). Konferensi ini
Merek dan Indikasi Geografis.
kemudian diteruskan di Paris tahun 1878.
Dari konfrensi ini kemudian dibentuk Dalam perkembangannya, merek sebagai
sebuah komisi yang menyiapkan draft salah satu bentuk perlindungan atas hak
convention (rancangan konvensi) yang kekayaan intelektual telah berkembang ke
kemudian di kirim ke berbagai negara. arah yang lebih kompleks dimana lebih
Pada tahun 1880 diadakan konferensi banyak unsur-unsur yang dapat dilindungi
berikutnya di Paris yang membahas sebagai sebuah merek. Merek yang
Rancangan konvensi tersebut, di mana

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............2


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Merek


2001, memiliki definisi tanda yang Di Eropa, melalui European Union
berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, Intellectual Property Office (EUIPO)
angka angka, susunan warna, atau perlindungan akan merek non-tradisiona
kombinasi dari unsur-unsur tersebut visual, seperti merek tiga dimensi telah
yang memiliki daya pembeda dan mendapat perlindungan dan pendaftaran
digunakan dalam kegiatan perdagangan sebagai sebuah merek dagang, seperti
barang atau jasa. Kini, merek telah bentuk persegi panjang yang terbagi dalam
berkembang dan melindungi tidak hanya beberapa jari memanjang sejajar yang
berupa gambar, huruf-huruf, angka didaftarkan oleh Kitkat (James Crisp,
angka, susunan warna yang memiliki 2018).
daya pembeda. Terdapat konsep dalam
kekayaan intelektual khususnya Salah satu perdebatan mengenai konsep
perlindungan merek yang disebut non- merek tiga dimensi di Indonesia yang
traditional marks atau merek non- pernah terjadi adalah mengenai
tradisional (WIPO Magazine, 2009). pendaftaran botol minuman berkarbonasi
Merek non-tradisional adalah merek yang Coca-Cola yang didaftarkan sebagai sebuah
pada didasarkan pada penampilan merek. Ternyata botol tersebut tidak dapat
(appearance), bentuk (shape), bau (smell), dilindungi secara keseluruhan sebagai
suara (sound), atau perasa (taste). Untuk sebuah merek dan hanya mendapat
menjadi merek dagang yang didaftarkan perlindungan hanyalah unsur gambarnya
harus lulus uji kekhasan, representasi saja. Selain itu, terdapat pendapat bahwa
grafis dan non-fungsionalitas (Guest terjadi tumpang tindih dengan bentuk
Barista, 2010). perlindungan lain dalam Hak Kekayaan
Intelektual, yaitu desain industri
The Standing Committee on the Law of dikarenakan sebuah botol minuman
Trademarks, Industrial Designs and tersebut memiliki ciri utama konfigurasi
Geographical Indication yang dibentuk bentuk tanda tiga dimensi sehingga
oleh World Intellectual Property seringkali diasosiasikan dengan bentuk
Organization (WIPO) melakukan analisis perlindungan desain industri.
lebih lanjut mengenai Merek
nontradisional dan mengklasifikasikan Indonesia sendiri masih jarang sekali pihak
merek nontradisional menjadi dua yang mengenal konsep perlindungan
kelompok yaitu: merek ini. Berdasarkan hukum positif
1. Merek Nontradisional Visual, seperti Indonesia, dalam pasal 1 angka 1 UU 20
merek tiga dimensi, warna, hologram, Tahun 2016, memang telah memberikan
slogan, judul film dan buku, tanda perlindungan terhadap Merek Tiga
multimedia, posisi, dan gesture. Dimensi, dan melalui Peraturan Menteri
2. Merek Nontradisional Non Visual, Hukum dan Ham (Permenkumham) Nomor
seperti suara, aroma, rasa dan tekstur. 67 Tahun 2016 Tentang Pendaftaran
(WIPO, Index). Merek, Merek Tiga Dimensi dapat

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............3


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

didafatrkan, namun belum adanya


pengaturan yang jelas mengenai konsep Penelitian ini menggunakan pendekatan
Three-dimensional Marks ini membuat peraturan perundangan-undangan (statute
konsep Merek Tiga Dimensi ini banyak approach) dan pendekatan konseptual
yang menggangap cumbu dengan konsep (conceptual approach).
desain industri. Karena itu sesuai
adagium ex verro nonnisi verrum (Philipus Pendekatan perundang-undangan (statute
M.Hadjon&Tatiek Sri Djatniati,2014: 39), approach) dilakukan dengan menelaah
konsep yang benar barulah dapat semua peraturan perundang-undangan
menghasilkan kesimpulan yang benar dan regulasi yang berkaitan dengan
membuat penulis ingin membahas secara dengan isu hukum yang ditangani,
komprehensif mengenai keberadaan sehingga dapat diketahui ratio legis, dasar
konsep Merek Tiga Dimensi, dan potensi ontologis dan landasan filosofis
tumpah tindih dengan konsep hak pengaturan yang berkaitan tentang batas
kekayaan intelektual lain, karena penulis usia perkawinan (Zayanti Mandasari,2014:
merasa hal ini merupakan salah satu 313). Pengaturan tentang perlindungan
cabang ilmu pengetahuan dalam konteks terhadap merek tiga dimensi, seperti.
Hak Kekayaan Intelektual yang penting
harus diberikan perlindungan hukum Pendekatan konseptual (conceptual
yang jelas. approach) merupakan Pendekatan
konseptual beranjak dari pandangan-
METODE PENELITIAN pandangan dan doktrin-doktrin yang
Tulisan ini merupakan penelitian berkembang di dalam ilmu hukum (Zulfadi
argumentasi hukum dengan Barus,2014: 313). Pendekatan ini
memfokuskan ciri utamamengkaji dilakukan dengan pemahaman atas konsep
pemberlakuan suatu kasus dengan yang dikemukakan para ahli yang terdapat
disertai argumentasi/pertimbangan di berbagai literature terutama yang
hukum yang dibuat penegak hukum, serta terkait dengan perlindungan hukum
interpretasi di balik pemberlakuan terhadap merek tiga dimensi.
tersebut. Penelitian ini dilakukan
dengan penelitian normatif Bahan hukum yang dugunakan dalam
(Nugraha,2019: 43). Metode yang penelitian ini adalah bahan hukum primer,
digunakan adalah penelitian hukum bahan hukum sekunder, maupun bahan
normatif. Penelitian normatif adalah hukum tersier.
penelitian yang menganalisa norma
hukum, dimana hukum dalam arti Bahan hukum primer adalah bahan yang
perundang-undangan (Soekanto dan
mempunyai kekuatan megikat yuridis,
Mamudji, 1985: 14). Penelitian jenis ini
seperti peraturan perundang-undangan, ,
juga disebut dengan penelitian law in
dan konvensi hukum internasional, dan
book, penelitian doctrinal, dan penelitian
sebagainya. Bahan hukum sekunder adalah
data sekunder. (Soemitro, 1988: 11). bahan yang tidak mempunyai kekuatan

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............4


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

mengikat secara yuridis, seperti: adalah: (WIPO,2004: 33)


rancangan peraturan perundang-
undangan, literatut, dan jurnal. Bahan 1. Untuk memungkinkan pelanggan
hukum tersier adalah pelengkap data untuk mengidentifikasi produk
primer dan data sekunder, seperti kamus (apakah barang atau jasa) dari suatu
dan ensiklopedi. perusahaan tertentu sehingga
membedakannya dari produk yang
HASIL DAN PEMBAHASAN identik atau mirip yang disediakan
1. Konsep Merek Tiga Dimensi oleh pesaing;
Merek merupakan sebuah media
komunikasi dan dapat dikenali dengan 2. Untuk memungkinkan perusahaan
salah satu dari kelima panca indera untuk membedakan produk mereka
manusia. Terdapat doktrin yang membagi dari orang-orang dari pesaing mereka
merek menjadi dua yakni, Merek dan menentukan aturan main
Tradisional (Traditional Trademarks) dan persetujuan dalam strategi iklan dan
Merek Non-Tradisonal (Non-Traditonal pemasaran perusahaan dalam
Trademarks). Merek Tradisional adalah mendefinisikan citra dan reputasi dari
merek yang mencakup segala tanda, label, produk perusahaan di mata
tiket, nama, kata, huruf, angka atau konsumen;
kombinasi dari hal tersebut (V.K
Ahuja,2010: 1). 3. Memberikan insentif kepada
perusahaan-perusahaan untuk
Perkembangan teknologi telah membuat berinvestasi dalam mempertahankan
munculnya kategori baru dalam merek atau meningkatkan kualitas produk
modern atau dikenal juga dengan sebutan mereka dalam rangka untuk
Merek Non- Tradisional dalam memastikan bahwa produk yang
perdagangan barang dan jasa dimana bermerek dagang tersebut memiliki
telah terdapat beberapa negara yang reputasi yang positif.
memberikan perlindungan terhadapnya
dewasa kini. Merek Non- Tradisional ini Secara umum terdapat dua syarat penting
mencakup Merek Tiga Dimensi, seperti dalam pendaftaran merek yang berlaku
bentuk dari barang atau kemasan barang secara global. Kedua hal tersebut adalah
tersebut, Merek Suara (sound marks), (1) Merek tersebut harus dapat di
Merek Gerakan (motion marks), Merek representasikan secara gambar/grafis dan
posisi (position marks), Merek Hologram (2) harus dapat membedakan suatu
(hologram marks), Slogan (slogans), barang atau jasa seseorang dengan barang
Merek Bau (smell marks), Merek atau jasa lainnya. Di Indonesia persyaratan
Sentuhan (feel marks), Merek Rasa (taste substantive untuk pendaftaran merek
marks) (V.K Ahuja,2010: 1). adalah (Rahmi Jened,2011: 58):
1. Itikad Baik
Adapun fungsi utama dari sebuah merek 2. Alasan absolut merek yang tidak

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............5


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

dapat didaftarkan Istilah tanda tiga dimensi umumnya


3. Alasan relatif merek yang harus mengacu pada bentuk atau lekuk suatu
ditolak produk atau bahkan kemasan produk itu
sendiri (Bagus Satria Lestanto,2011: 58).
Syarat ini berlaku pula bagi Merek Non- Sementara, mayoritas merek yang
Tradisional. Dalam salah satu kasus di terdaftar dan digunakan dalam
Eropa yakni di Jerman, antara Sieckmann perdagangan umumnya terdiri dari kata-
v Deutsches Patent- und Markenamt. kata, logo, dan bentuk dua dimensi, di
Pengadilan Eropa memutus bahwa beberapa negara maju sudah ada sistem
sebuah merek dagang harus terdiri dari hukum yang mengenali tanda tiga dimensi
sebuah tanda yang tidak dengan ini sebagai sebuah merek. Salah satu
sendirinya mampu menjadi dirasakan contoh dari hal ini adalah perubahan
secara visual, jika memiliki karakter khas hukum merek dagang (1994 Trademark
dan jika tanda ini dapat Act) Inggris, yang memperluas definisi
direpresentasikan secara grafis, seperti tanda untuk memasukkan bentuk barang
dengan gambar, garis atau karakter (V.K dan kemasan mereka. Sampai munculnya
Ahuja,2010: 1). perubahan itu, hukum merek dagang
Inggris dan interpretasi pengadilan tidak
Merek Tiga Dimensi merupakan salah mengakomodasi tanda tiga dimensi
satu jenis dari Merek Non- Tradisional sebagai sebuah merek (Amir H.
atau Merek Modern. Bentuk suatu produk khoury,2008: 336).
ataupun kemasan suatu produk dapat
didaftarkan dibawah rezim perlindungan Dalam rangka mendaftarkan sebuah merek
Merek Tiga Dimensi. Merek Tiga Dimensi tiga dimensi umumnya perlu dibuktikan
merupakan sebuah bentuk perlindungan adanya kekhasan (distinctiveness) dari
kekayaan intelektual berupa merek yang tanda tiga dimensi tersebut. Salah satu
diberikan pada sebuah tanda dengan cara untuk mengukur sejauh mana
konfigurasi bentuk tiga dimensi. Menurut kekhasan suatu merek adalah dengan
pendapat salah satu praktisi Hak dilakukan “distinctiveness test” atau tes
Kekayaan Intelektual di Indonesia, Bapak kekhasan. Distinctiveness test atau tes
Gunawan Suyomurcito, beliau kekhasan adalah tes yang dilakukan untuk
menjelaskan pada dasarnya konsep mengukur sejauh mana kekhususan atau
merek tiga dimensi adalah sebagai tanda kekhasan suatu merek dalam fungsinya
pengenal suatu produk, namun tidak sebagai pembeda dengan merek lain
seperti merek yang sifatnya konvensional (demo.com). Misalnya, dalam kasus Cola-
yaitu sebuah tanda yang dilekatkan Cola, kekhasan dari bentuk tiga dimensi
sebagai pengenal dari suatu produk, tersebut dapat terlihat apabila dalam
merek tiga dimensi dalam hal adalah ruangan gelap seorang konsumen ternyata
tanda yang dilekatkan dalam bentuk dari dapat mengidentifikasi produsen suatu
produknya sehingga produk tersebut produk hanya dengan memegang botol
dapat dikenali dari bentuk tanda tersebut. tersebut. Hal ini dikarenakan botol

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............6


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

tersebut memang memiliki ciri khas yang tanda tiga dimensi dapat misalnya dapt
membuat konsumen hanya dengan ditemukan dalam Pasal 3, Ayat 1, Butir 3
memegangnya sudah dapat UU Merek Jepang yang menyatakan bahwa
mengidentifikasi produsen produk merek dagang yang menggambarkan
tersebut. Fungsi sebagai tanda pengenal secara umum tempat pembuatan barang,
dalam hal ini sejalan dengan fungsi dari tempat penjualan, kualitas, bahan baku,
sebuah merek, disinilah salah satu cara khasiat, penggunaan, kuantitas, bentuk
melihat kekhasan dari suatu tanda tiga (termasuk bentuk kemasannya) atau harga
dimensi dalam fungsinya sebagai sebuah metode atau waktu pembuatan dan
merek. Namun dalam kasus Cola-Cola penggunaan tidak dapat terdaftar.
tersebut hanya bisa terjadi dalam merek Ketentuan ini berlaku tidak hanya untuk
yang sudah terkenal, di mana sebuah sebuah uraian tertulis, namun juga untuk
tanda tiga dimensi yang telah digunakan angka atau diagram (iip, translate).
dalam jangka waktu tertentu dalam
perdagangan menyebabkan tanda tiga Namun Bentuk seperti bola, kubus,
dimensi tersebut dapat dikatakan telah cuboids, silinder dan prisma segitiga
memiliki makna sekunder. Makna ditambahkan ke daftar “tanda sederhana
sekunder atau biasa dikenal dengan dan biasa” (simple and commonplace
istilah” secondary meaning” merupakan marks), sehingga hal tersebut tidak
istilah yang umum dalam sistem hukum tergolong memiliki “distinctiveness” atau
common law, di mana suatu tanda tiga kekhasan dan tidak dapat didaftarkan.
dimensi dianggap telah memiliki fungsi Selain itu Ketika bentuk barang (shape of
lain tidak hanya tanda tersebut bersifat goods) atau kemasan (packaging) memiliki
fugsional, namun juga tanda tersebut sifat fungsional, maka bentuk tersebut
telah menjadi sebuah pengenal dan tidak terdaftar sebagai tanda. Membiarkan
pembeda suatu produk di mata bentuk barang atau kemasasan yang
konsumen. Menurut doktrin common law, memiliki sifat fungsional untuk didaftarkan
pemeriksaan merek seperti ini hanya sebagai merek dagang tiga dimensi akan
berlaku bagi merek yang telah memiliki menciptakan monopoli produk oleh
secondary meaning, namun tidaklah pemilik merek dagang. Pendaftaran bentuk
aplikatif terhadap sebuah pemeriksaan fungsional akan menghambat
aplikasi merek tiga dimensi , khususnya perkembangan industri dan menghambat
bagi yang belum memiliki secondary persaingan yang sehat dan bebas dalam
meaning. konflik dengan tujuan UU Merek Jepang.

Dalam keberadaan sebuah tanda tiga Dalam dunia praktik modern, di Amerika
dimensi hal yang paling penting dari Serikat, pendaftaran tanda dengan
sebuah tanda tersebut agar dapat konfigurasi bentuk tiga dimensi lebih
didaftarkan sebagai sebuah merek adalah dikenal dengan “trade dress” yang
kekhasan (distinctiveness). Indentifikasi berisikan bentuk dan desain dari produk
sebuah “distinctiveness” dalam sebuah yang akan didaftarkan. Trade dress adalah

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............7


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

keseluruhan penampilan atau "tampilan" dalamnya. Tampilan keseluruhan estetika


suatu produk. Meskipun awalnya terbatas nya dianggap menarik dan dapat
pada kemasan suatu produk, konsep memudahkan konsumen membedakan
trade dress sekarang termasuk desain bentuknya dari barang sejenis lainnya
produk itu sendiri. sehingga membuatnya benar-benar
spesifik dan dapat didaftarkan sebagai
Salah satu pengadilan Amerika Serikat sebuah merek tiga dimensi. Namun, Inggris
telah mendefinisikannya sebagai "gambar melalui Undang- Undang Merek (1994
total produk yang mungkin termasuk Trademark Act) Pasal 3 (2) dan Peraturan
fitur seperti kombinasi ukuran, bentuk, Merek Dagang Masyarakat (Regulation
warna atau warna, tekstur, grafik, atau 40/94 on the Community Trade Mark) Pasal
bahkan teknik penjualan tertentu.” Dalam 7 (1) memberikan pembatasan terhadap
menganalisis trade dress, unsur-unsur tanda-tanda khusus untuk menjadi merek
penampilan produk tidak harus diisolasi yang dapat didaftarkan. Mereka melarang
dan diperiksa secara individual, tetapi pendaftaran tanda khusus yang terdiri
harus dianggap sebagai keseluruhan dari: (i) bentuk yang dihasilkan dari sifat
(ligitigationals, lexisnexis). barang itu sendiri, (ii) bentuk barang yang
diperlukan untuk memperoleh hasil teknis,
Salah satu contoh yang umum adalah atau (iii) bentuk yang memberikan nilai
Coca-Cola mendaftarkan botolnya di substansi dari barang tersebut.
Amerika Serikat dan Jepang sebagai
bentuk Merek Tiga Dimensi. Alasan Contoh kasus Merek Tiga Dimensi yang
utama Coca-Cola mendaftarkan botol tidak bisa didaftarkan di Inggris adalah
tersebut sebagai sebuah merek adalah dalam kasus Proctor & Gamble Co's Tm,
konsumen mereka di seluruh dunia pada bentuk tablet sabun ditolak
umumnya sudah sangat akrab dengan pendaftarannya, karena itu adalah salah
bentuk botol Coca-Cola. Bentuk botol satu dari banyak varian tablet persegi
Coca-Cola tersebut dianggap sangat khas panjang tradisional sabun dan sabun itu
dan memiliki makna sekunder (secondary lebih mudah untuk digenggam, sehingga
meaning) yakni sebagai kemasan hal tersebut menunjukkan bahwa bentuk
(packaging) sehingga dapat didaftarkan. tiga dimensi yang berupa tablet persegi
panjang tersebut merupakan elemen
Di Inggris, sebuah merek dagang yang fungsional. Dalam Philip Elektronics v
terdiri dari bentuk barang atau kemasan Remington Conusmer Product Ltd,
produk itu sendiri dapat didaftarkan. Pengadilan Eropa (European Court Justice
Dalam sebuah kasus nomor T- 305/02, (ECJ)) menyatakan bahwa bentuk yang
Pengadilan Eropa Tingkat Pertama fungsional dan memiliki penggunaan
menganggap botol transparan yang teknis seperti bentuk dan konfigurasi dari
digunakan oleh merek Contrex untuk air alat cukur listrik tidak dapat didaftarkan
mineral merupakan sebuah ciri khas, sebagai merek dagang.
karena terdapat kombinasi faktor di Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............8


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

merek tiga dimensi melindungi sebuah dikenal atau diketahui masyarakat hanya
tanda dengan konfigurasi bentuk tiga memberikan perlindungan terbatas
dimensi apabila tanda tiga dimensi terhadap tanda yang berdimensi dua atau
tersebut memenuhi syarat umum sebagai bangun datar. Sesuai dengan adagium het
sebuah merek seperti berupa konfigurasi recht hink achter de feiten aan, di mana
tanda yang memiliki daya pembeda untuk hukum merupakan ilmu yang selalu
membedakan suatu barang dengan mengejar ketinggalannya dengan zaman, di
barang lain yang sejenis serta syarat mana dalam perkembangannya kini, hak
khususnya yaitu memiliki kekhasan atas merek tidak hanya diberikan terhadap
(distinctiveness). Distinctiveness tersebut tanda berdimensi dua, namun juga
dapat diukur dari tanda tiga dimensi terhadap tanda berdimensi tiga sesuai
tersebut tidak boleh memiliki sifat dengan pasal 1 angka 1 UU Nomor 12
fungsional dan dapat membuat konsumen Tahun 2016 Tentang Merek & Indikasi
mengidentifikasi siapa produsen dari Geografis.
produk tesebut. Maksud fungsional
dalam hal ini adalah hanya Pemberian perlindungan terhadap tanda
menggambarkan penggunaan umum dan tiga dimensi dikenal dengan Merek Tiga
tidak dianggap oleh konsumen sebagai Dimensi (Three-Dimensional Marks).
tanda yang khas yang dapat membedakan Banyak pihak berpendapat terdapat
barang atau jasa sejenis. Sedangkan potensi tumpang tindih terhadap sebuah
identifikasi produsen dari suatu produk tanda tiga dimensi, potensi tumpang tindih
adalah dimana konsumen dengan hanya tersebut adalah dengan rezim
melihat bentuk secara visual dapat perlindungan kekayaan intelektual lain
mengidentifikasi siapa produsen produk yaitu desain industri.
tersebut. Hal inilah yang dapat dikatakan
suatu tanda tiga dimensi memiliki Desain industri adalah suatu kreasi tentang
kekhasan distinctiveness di mata bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis
konsumen. atau warna, atau garis dan warna, atau
gabungan daripadanya yang berbentuk
2. Potensi Tumpang Tindih (Overlapping) tiga dimensi atau dua dimensi yang
Dengan Desain Industri memberikan kesan estetis dan dapat
Merek sebagai salah satu bentuk rezim diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau
perlindungan terhadap Kekayaan dua dimensi serta dapat dipakai untuk
Intelektual secara konvensional dikenal menghasilkan suatu produk, barang,
sebagai perlindungan terhadap sebuah komoditas industri, atau kerajinan tangan.
tanda yang berupa gambar, nama, kata, Kata-kata “berbentuk tiga dimensi”
huruf-huruf, angka-angka, susunan mengasosiasikan segala kreasi dengan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur konfigurasi bentuk tiga dimensi dilindungi
tersebut yang memiliki daya pembeda dengan rezim perlindungan Desain
dan digunakan dalam kegiatan Industri, hal ini lah yang menjadi sumber
perdagangan barang atau jasa banyak permasalahan tumpang tindih dengan

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............9


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

rezim perlindungan Merek Tiga Dimensi. didaftarkan (Riichi Usiki,2001: 37).


Merek Tiga Dimensi dalam hal ini
melindungi sebuah tanda dengan Pendapat lain, yaitu oleh Dr. Shoen Ono,
konfigurasi bentuk tiga dimensi, namun dalam jurnalnya “An Overview of
dengan tujuan agar seseorang dapat Japanese Trademark Law” menjelaskan
membedakan suatu barang dengan bahwa sebuah desain dengan konfigurasi
barang lain sejenis sesuai dengan tujuan bentuk tiga dimensi mungkin dianggap
perlindungan Merek itu sendiri. Berbeda merek dagang jika ia memiliki fungsi
dengan rezim perlindungan Desain merek dagang, dan jika tidak, hanya
Industri yang memiliki tujuan utama desain.188 Fungsi merek disini adalah
perlindungan terhadap kesan estetis pada sebagaimana telah disebutkan sebelumnya
suatu barang. bahwa sebuah tanda harus memiliki
sebuah kekhasan (distinctiveness) dan
Salah satu praktisi Hak Kekayaan tidak hanya menggambarkan penggunaan
Intelektual, Riichi Usiki berpendapat umum (atau "fungsional"), kecuali mereka
bahwa hubungan antara Desain Industri dianggap oleh konsumen sebagai khas
dengan Merek dalam hal ini Merek Tiga sebagai tanda telah menjadi terkait dari
Dimensi adalah dimana pemberian waktu ke waktu dengan barang tertentu
perlindungan Merek terhadap suatu atau jasa (kekhasan yang didapat melalui
tanda dengan konfigurasi bentuk tiga penggunaan dengan waktu yang lama).
dimensi adalah dengan tujuan agar dapat
membedakan suatu barang seseorang Selain itu penjelasan mengenai tumpang
dengan dengan barang milik orang lain tindih Merek Tiga Dimensi dengan rezim
yang dapat dilindungi sebagai merek perlindungan lain, yaitu Desain Industri
dagang. Tetapi, jika bentuk tiga dimensi juga dijelaskan melalui wawancara yang
tersebut hanya terdiri dari bentuk yang dilakukan terhadap Bapak Didik Taryadi,
esensial untuk melindungi fungsi barang Kepala Sub Direktorat Pemeriksaan Merek
atau pengemasan barang, bentuk tiga Ditjen HKI Kementrian Hukum dan HAM,
dimensi tersebut tidak dapat didaftarkan beliau berpendapat: (Bagus Satria,2011:
(Riichi Usiki,2001: 37). 10).

Akan tetapi, bahkan pada kasus suatu “Mengenai overlapping dengan Desain
merek dagang yang hanya terdiri dari Industri, maka dikembalikan lagi kepada
katakanlah bentuk fungsi tiga dimensi, tujuan dan fungsi. Merek ditujukan hanya
jika “arti sekunder” daripadanya telah sebagai pembeda suatu barang dengan
terbangun melalui penggunaan merek barang lain, sedangkan Desain Industri
dagang untuk waktu yang lama dan ditujukan untuk estetika dan kepentingan
sebagai konsekuensinya merek dagang ekonomisnya. Misalnya desain botol
tersebut menjadi benar-benar berbeda, minuman berkarbonasi Coca Cola jika
merek dagang tiga dimensi tersebut dilihat dari sisi kenyamanan maka dapat
akan mendapatkan kesempatan untuk didaftarkan sebagai Desain Industri, tetapi

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............10


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

sebagai pembeda bisa saja dengan Merek Perlu juga dicatat bahwa keberadaan
Tiga Dimensi. Maka dari itu diperlukan merek tiga dimensi di dunia global pernah
suatu pengaturan baru tentang Merek mengalami masalah tumpang tindih
Tiga Dimensi”. (overlapping) dengan bentuk perlindungan
Desain. Masalah ini muncul di negara India,
Pendapat lain mengenai potensi tumpang dimana Hukum Desain India dibawah
tindih perlindungan merek tiga dimensi Undang-Undang Desain (Design Act 2000)
dengan desain industri juga dikemukakan dianggap tumpang tindih dengan bentuk
oleh praktisi Hak Kekayaan Intelektual perlindungan merek untuk sebuah tanda
Indonesia, Gunawan Suryomurcito: dengan konfigurasi bentuk tiga dimensi.
(Bagus Satria,2011: 10). “Dalam kasus Perbedaan mendasar antara merek dagang
botol Coca-Cola, apabila suatu bentuk tiga (trademark) dan desain (design) diuraikan
dimensi sebenarnya dimaksudkan untuk oleh Pengadilan Tinggi Delhi dalam
menjadi kemasan dari suatu produk maka perkara Corning Inc v Raj Kumar Garg.
lindungilah sebagai merek. Hal ini Pengadilan menyatakan bahwa secara
dikarenakan tujuan utama produsen alami definisi "desain" adalah bahwa
adalah menjual isi dari botol tersebut dan "desain" berhubungan dengan fitur bentuk,
bukan botol tersebut yang dijual, konfigurasi, pola, ornamen atau komposisi
kapasitas botol tersebut hanyalah sebagai garis atau warna diterapkan pada sebuah
sebuah tanda yang berfungsi sebagai objek yang menarik dan hanya dapat
konsumen untuk mengenali produk yang dinilai oleh mata telanjang, tetapi tidak
ia jual yaitu minuman ringan produksi termasuk "merek dagang" sebagaimana
Coca-Cola. Namun, apabila tujuan didefinisikan dalam Section 2 Trade and
utamanya adalah menjual sebuah estetika Merchandise Marks Act 1958. Desain
dari suatu bentuk maka lindungilah bukanlah sebuah perangkat (device),
sebagai desain industri. Sebagai contoh merek (brand), judul (heading), label
misalkan produsen ingin menjual sebuah (labels), nama (name), kata (word), dll tapi
ukiran kayu yang memiliki lekuk khusus adalah bentuk, konfigurasi, pola, ornamen
yang indah, maka lindungilah dengan atau komposisi garis dan warna diterapkan
desain industri, karena produk yang pada setiap objek yang,bentuk jadinya,
dijual sebenarnya adalah bentuk tiga menarik secara visual atau penglihatan
dimensi itu sendiri yaitu lekuk indah dari mata. Pengadilan lebih lanjut menyatakan
suatu ukiran. Walaupun sebenarnya di bahwa sebuah "merek dagang" juga
Indonesia perlindungan hal ini masih mungkin menarik secara visual tetapi
dalam “grey area” atau belum jelas harus langsung berhubungan ke produsen
penerapan hukumnya, namun contoh di barang, sedangkan pada "desain" mungkin
atas bisa dijadikan ukuran kapan suatu hanya menarik atau menarik bagi mata dan
tanda tiga dimensi harus dilindungi tidak perlu memberikan indikasi bagi
sebagai sebuah merek atau desain konsumen / pembeli tentang identitas
industri”. produsen atau produsen objek tersebut.
Perbedaan mendasar, oleh karena itu,

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............11


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

antara "merek dagang" dan "desain" konsumen akan mengetahui itu produksi
adalah bahwa "merek dagang" Coca-Cola maka tanda tiga dimensi
memberikan sinyal atau mengasosiasikan tersebut memiliki tujuan dan fungsi utama
konsumen ke pikiran sumber atau sebagai sebuah merek. Namun apabila
identitas produsen/ produsen produk sebuah tanda tiga dimensi tersebut
tersebut sedangkan untuk "desain" menonjolkan fungsi estetika dan produk
hanyalah untuk visualisasi mata dan utama yang dijual produsen tersebut
menarik konsumen / pembeli. Ini tidak memang adalah bentuk tiga dimensi
perlu mengungkapkan identitas dari tersebut, misalnya ukiran kayu, pahatan
produsen ke konsumen, meskipun dalam meja, maka tanda tiga dimensi tersebut
desain terkenal tertentu bahkan identitas memiliki fungsi sebagai sebuah desain
mungkin akan disampaikan. Seorang industri.
produsen juga dapat menempatkan
merek dagang di atas suatu produk yang Indikator selanjutnya adalah mengenai
dirancang sehingga disampaikan kepada lisensi, apabila setelah bentuk tiga dimensi
konsumen bahwa ia telah menghasilkan tersebut mendapatkan perlindungan,
itu. produsen memberikan lisensi dalam merek
yang sama atau tidak. Jika tidak, maka itu
Jadi dapat disimpulkan bahwa potensi adalah desain industri, karena dalam hal
tumpang tindih (overlapping) antara ini produsen memberikan lisensi kepada
bentuk perlindungan merek tiga dimensi pihak lain untuk memproduksi bentuk
dengan desain industri memang ada, yang sama namun dibawah label merek
namun dapat digunakan indikator- yang berbeda, sehingga tidak ada tujuan
indikator tertentu untuk membedakan untuk pembangunan dan pertahanan
kapan suatu tanda tiga dimensi harus reputasi di dalamnya. Berbeda apabila
dilindungi sebagai sebuah merek dan produsen memberikan lisensi dengan label
kapan harus dilindungi sebagai sebuah merek yang sama, maka seharusnya
desain industri. Indikator pembedaan ini bentuk tiga dimensi tersebut mendapat
antara lain dapat dilihat dari tujuan dan perlindungan merek tiga dimensi. Merek
fungsi dari tanda tiga dimensi tersebut. disini memiliki tujuan utama
Apabila tanda tiga dimensi tersebut pembangunan reputasi, sehingga tidak
dimaksudkan sebagai tanda pengenal dari seharusnya pemilik hak merek
suatu produk yang mengidentifikasi memberikan bentuk tiga dimensi tersebut
produsen dari produk tersebut serta dibawah label merek yang berbeda.
tanda tiga dimensi tersebut hanya
berfungsi sebagai kemasan atau sifatnya Indikator lain yaitu terdapat pada siklus
fungsional, misalnya dalam botol kaca produk tersebut. Siklus disini adalah
klasik minuman Coca-Cola, botol tersebut keberadaan bentuk tiga dimensi tersebut
hanya berfungsi sebagai kemasan dari dalam perdagangan. Apabila bentuk tiga
produk yang dijual yaitu mimuman serta dimensi tesebut terus digunakan dalam
dengan melihat botol tersebut maka perdagangan dalam jangka waktu yang

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............12


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

lama, katakanlah lebih dari 10 (sepuluh) Merek Tiga Dimensi dapat diukur
tahun maka bentuk tiga dimensi tersebut dari tanda tiga dimensi tersebut
seharusnya memiliki perlindungan merek tidak boleh memiliki sifat fungsional
tiga dimensi. Ini karena terlihat dalam dan dapat membuat konsumen
jangka waktu yang lama tersebut mengidentifikasi siapa produsen dari
produsen melakukan usaha untuk tetap produk tesebut. Maksud fungsional
membuat bentuk tiga dimensi tersebut dalam hal ini adalah hanya
digunakan dalam perdagangan sehingga menggambarkan penggunaan umum
dapat dikatakan pula bentuk tiga dimensi dan tidak dianggap oleh konsumen
tersebut telah memiliki makna sekunder sebagai tanda yang khas yang dapat
yaitu sebagai pengenal suatu produk dan membedakan barang atau jasa
menjadi pembeda dengan produk lain sejenis. Sedangkan identifikasi
yang sejenis dimana ini adalah fungsi dari produsen dari suatu produk adalah
sebuah merek. dimana konsumen dengan hanya
melihat bentuk secara visual dapat
Namun apabila siklus produk tersebut mengidentifikasi siapa produsen
tidak dalam waktu lama, atau dalam produk tersebut.
penggunaanya bentuk tiga dimensi dalam 2. Mengenai tumpang tindih dengan
produk tersebut berubah-ubah maka bentuk perlindungan kekayaan
perlindungannya seharusnya desain intelektual lain, terlihat tumpang
industri. Dengan adanya perubahan tindih utama terletak antara
dalam bentuk, maka ini sejalan dengan perlindungan merek dan desain
prinsip kebaruan yang yang dianut dalam industri. Indikator penentuan
perlindungan desain industri. perlindungan kekayaan intelektual
yang tepat bagi tanda dengan
Dengan demikian walaupun potensi konfigurasi bentuk tiga dimensi
tumpang tindih tetap akan ada antara dapat dilihat apabila tanda tiga
merek tiga dimensi dengan desain dimensi tersebut dimaksudkan
industri, namun indikator-indikator sebagai tanda pengenal dari suatu
tersebut dapat digunakan sebagai produk yang mengidentifikasi
instrumen-instrumen yang dapat produsen dari produk tersebut serta
membedakan kedua rezim perlindungan tanda tiga dimensi tersebut hanya
tersebut terhadap sebuah bentuk tiga berfungsi sebagai kemasan atau
dimensi. sifatnya fungsional

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan pembahasan dan analisis Buku dan Jurnal
yang telah dipaparkan di bab-bab Azed, Abdul B., Kompilasi Konvensi
sebelumnya, maka dapat diambil Internasional HKI yang Dirtifikasi
kesimpulan: Indonesia, Ditjen HKI dan Badan Penerbit
1. Kekhasan (distinctiveness) dalam FHUI, Jakarta, 2006.

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............13


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

Philipus M.H. dan Tatiek Sri Djatmiati,


Ahuja, V.K., Non-Traditional Trade Argumentasi Hukum, Gadjah Mada
Marks: New Dimension Of Trade Marks University Press, Yogyakarta, 2014.
Law, Sweet & Maxwell Limited and
Contributors, Europe, 2010. Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri,
Penelitian Hukum Normatif, Radjawali,
Barus Z., Analisis Filosofis Tentang Peta Jakarta, 1985.
Konseptual Penelitian Hukum Normatif
dan Penelitian Hukum Sosiologis, Jurnal Soemitro, R. H., Metodologi Penelitian
Dinamika Hukum, Vol.13 No.2, 2014. Hukum dan Juiri Metri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1998.
Carraway, J.C., Color as a Trademark
Under the Lanham Act: Confusion in the Tim Lindsey, et.all,. Hak Kekayaan
Circuit and the Need For Uniformity, Intelektual: Suatu Pengantar, Alumni,
Duke University, Autumn, 1996. Bandung, 2006.

Jened, Rahmi, Hukum Merk (Trademark Usiki Riichi, Perlindungan Hukum Bagi
Law) dalam Era Globalisasi & Integrasi Desain Industri, Jurnal Hukum Bisnis, Vol
Ekonomi, Kencana, Jakarta, 2017. 13, Yayasan Pengembangan Bisnis,
Jakarta, 2001.
Khoury, Amir H., Three-Dimensional
Objects As Marks: Does A “Dark Shadow” WIPO, Secrets of Intellectual Property: A
Loom Over Trademark Theory?, Yeshiva Guide for Small & Medium Sized Exporters,
University, USA, 2008. WIPO, Geneva, 2004.

Lestanto, Bagus S., Konsep Perlindungan Data Elekronik


merek Tiga Dimensi (Three-Dimensional United State Patent and Trademark Office
Marks): Definsi, Perlindungan dan (USPTO), “Smell, Sound and Taste: Getting
Penerapan Hukum, Skripsi, Progran a sense of Non Traditional
Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, Marks”www.wipo.int/wipo_magazine/en
2011. /2009/01/article_0003.html, diakses 10
Juni 2018 .
Mandasari Zayanti, Politik Hukum
Pengaturan Masyarakat Hukum adat Barista Stephen Albainy-Jenei, Non-
(Studi Putusan Mahkama Konstitusi), Traditional Trademarks
Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol 2 http://www.patentbaristas.com/archiv
No 1, 2014. es/2010/02/16/non-traditional-
trademarks/, diakses pada 10 Januari
Nugraha, Xavier et.al. 2019 (Vol. 3) 2011.
Nomor 1. Semarang. Lex Scientia.

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............14


Journal of Intellectual Property
www.journal.uii.ac.id/JIPRO Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

WIPO: Standing Committee on The Law


of Trademarks,ndustrial Designs and
Geographical Indications (SCT),
http://www.wipo.int/
sct/en/index.html, diakses tanggal 10
Juni 2018.

https://www.telegraph.co.uk/business/
2018/04/19/nestles-kitkat-dealt-blow-
trademark-battle-eu-adviser-says-not/,
diakses tanggal 10 Juni 2018.

Test For Distinctiveness: How You Will


Know If Trademarks Are Distinctive,
http://demo.manicdigital.com/trade
mark-law/Test_For_Distinctive.php,
diakses pada 10 Juni 2018.

Dr. Shoen Ono, Overview of Japanese


Trademark: 2nd Edition,
http://www.iip.or.jp/translation/ono
/ch1.pdf (Japan: 1999)

Satou Arai, Japanese Trademark Law,


http://www.taniabe.co.jp (Japan: Tani
& Abe, 2005).

William F. Gaske, Trade Dress


Protection: Inherent Distinctiveness As
An Alternative To Secondary
Meaning.https://litigation-
essentials.lexisnexis.com/ (USA:
Fordham Law Review, 1989) diakses
pada 10 Juni 2018.

ANALISIS YURIDIS POTENSI OVERLAPPING...............15

You might also like