You are on page 1of 15

Dilema Politik Luar Negeri Indonesia Antara Komoditas CPO dan

Masalah Lingkungan

Mohammad Iqbal Dzulkarnain

email: semarsenyum612@gmail.com
Abstract

Indonesia as the largest producer of CPO in the world has experienced trade war
fluctuations caused by European Union policies. The policy imposed by the European
Union on Indonesia is an environmental problem because starting from clearing land to
the final yield of CPO, it is ready to generate waste and emissions that exceed the
regulatory thresholds imposed by the European Union. This time the author tries to
look at it from a foreign policy perspective. What is the background so that the CPO
commodity is the best progress among other commodities in Indonesia, even the
treatment of commodity products in the form of CPO which is emphasized by the
European Union. The free and active policy that is used as the basis when we will carry
out all relations both economically, military diplomacy and so on, remains on the free
and active reference. From here we will try to explore the extent of our freedom as a
sovereign country to carry out economic activities internationally or can be said as
international trade. If only for the reason that Indonesia is the lungs of the world, land
and forests must be protected, that is an injustice implemented by the European Union.
Ukraine which is part of the countries that adhere to the European Union could become
one of the largest exporters of sunflower seed oil and no more worries. If Indonesia has
to suppress deforestation, then Ukraine must also implement and plant trees to protect
the environment instead of planting sunflower seed oil which is used as the main
commodity for supplying vegetable oil in Europe.

Keywords: Politics, foreign affairs, CPO, environment.

Abstrak

Indonesia sebagai produsen terbesar CPO yang ada di dunia mengalami fluktuasi
perang dagang yang diakibatkan kebijakan-kebijakan Uni Eropa. Kebijakan yang
diberlakukan oleh Uni Eropa terhadap Indonesia merupakan masalah lingkungan karena
mulai dari pembabatan lahan sampai hasil akhir CPO yang siap dinikmati menimbulkan
limbah dan emisi yang melebihi ambang batas aturan yang diberlakukan oleh Uni
Eropa. Kali ini penulis mencoba melihat dari sudut pandang politik luar negeri Apa
yang melatarbelakangi sehingga komoditas CPO yang merupakan progres paling baik di
antara komoditas lainnya yang ada di Indonesia sampai-sampai diskriminasi terhadap
produk komoditas berupa CPO ditegaskan oleh Uni Eropa. Politik bebas aktif yang
digunakan sebagai landasan ketika kita akan melakukan segala hubungan baik secara
ekonomi diplomasi militer dan lain sebagainya tetap kepada acuan bebas dan aktif. Dari
sini kita akan mencoba menggali sejauh mana kebebasan kita sebagai negara yang
berdaulat untuk melakukan kegiatan ekonomi secara internasional atau dapat dikatakan
sebagai perdagangan internasional. Jika sebatas alasan bahwasanya Indonesia menjadi
paru-paru dunia maka lahan dan hutan harus dilindungi itu merupakan sebuah
ketidakadilan yang diterapkan oleh Uni Eropa. Ukraina yang merupakan bagian dari
negara yang menganut Uni Eropa bisa menjadi salah satu eksportir terbesar minyak biji
bunga matahari dan itu tidak ada diskriminasi yang lebih. Jika harusnya Indonesia
ditekankan kepada deforestasi maka Ukraina harus juga menerapkan dan menanam
pohon untuk menjaga lingkungan bukan malah menanam minyak biji bunga matahari
yang digunakan sebagai komoditi utama pemasok minyak nabati di Eropa.

Kata kunci Politik, luar negeri, CPO, lingkungan

A. Pendahuluan
Perkebunan sawit di Indonesia mencapai 16,8 juta hektar secara tidak langsung
hasil yang didapatkan dari perkebunan sawit memiliki poros penting dalam
masyrakat khususnya dalam hal ekonomi. Disisi lain kelapa sawit juga menjadi
sumber devisa negara, memberikan pemasukan terhadap petani, membuka lapangan
kerja yang semakin banyak, mendongkrak kesejahteraan hidup masyarakat, dan
memberikan pengaruh terhadap perkembangan kesehatan publik. Sebagai penopang
sumber devisa negara maka sudah jelas hasil perkebunan berupa kelapa sawit akan di
ekspor keluar negeri1.
Seiring CPO yang mulai naik daun yang ditandai dengan meningkatnya
perhatian publik terhadap keberlanjutan perkebunan kelapa sawit yang dimana dalam
pengeloahan lahanya membutuhkan lingkungan untuk menjaga antara kepentingan
manusia dan alam. Disepakatinya Development platform Sustainable Development
Goals (SDGs) yang disepakati beberapa negara yang ada di dunia, industri kelapa
sawit yang menghasilkan CPO menjadi sorotan utama dan mendapat kritikan dari
beberapa pihak. Tekanan yang dilakukan oleh dunia internasional terhadap hasil
perkebunan sawit atau CPO dikarenakan dunia memiliki perhatian ekstra terhadap
peningkatan gas emisi, deforestasi, kehilangan biodiversitas dan alih fungsi lahan
yang dianggap disebabkan oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit.2

1
Maulida Murdayati, Jabal Tarik Ibrahim dan Adi Sutanto, “Analisis Daya Saing Orang Indonesia Crude
Palm Oil (CPO) di Pasar Internasional”, SSRG International Journal of Economics and Management
Studies, Volume 8 Edisi 11, November 2021, hlmn 46.
2
Suroso, A. I., Tandra, H., Najib, M., & Syaukat, “Firm Performance Factors and Efficiency of
Indonesian Palm Oil Companies”, Jurnal Manajemen Dan Agribisnis, 2020, hlmn, 227–238.
Selain dampak positif sesuai apa yang dijelaskan diawal, perkebunan kelapa
sawit yang menghasilkan CPO juga memberikan dmpak negatif. Berupa efek
peningkatan ekonomi hanya terjadi kepada orang yang memiliki usaha perkebunan
kelapa sawit, sering terjadinya konflik antara pemilik kebun dengan petani di sekitar,
munculnya masalah lingkungan mulai dari deforestasi sampai efek limbah yang
dibuang kepada lingkungan. Dari kejadian tersebut CPO mendapatakan citra jelek di
dalam negeri maupun pasar internasional. Kita harus objektif ketika melihat problem
diatas satu sisi merupakan kita ikut andil dalam perang dagang yang membuat
eksistensi Indonesia disegani tetapi disisi lain perlunya pengelolahan lebih lanjut
terhadap perkebunan sawit tersebut.3
Berbagai pro kontra mengiringi langkah CPO yang berasal dari kelapa sawit.
Muncul di benak pemikiran penulis Apakah problem Dilema tersebut merupakan
akibat fakta-fakta di lapangan atau memang pasar internasional memiliki
kesepakatan untuk mencoba membatasi ruang gerak Indonesia. Bukan hal yang
mustahil apabila gerak Indonesia sebagai salah satu supplier CPU terbesar di dunia
dimatikan langkah karena ditakutkan akan dapat menghegemoni pasar yang menjadi
andalan negara barat ataupun Uni Eropa. Mereka selalu beralasan bahwasanya
Indonesia sebagai paru-paru dunia harus menjaga hutan apabila pengenjotan CPO
yang berawal dari tanaman sawit itu sudah dipastikan akan membuka lahan dan
masalah lingkungan lainnya. Argumen-argumen tersebut menjadi andalan negara
barat ataupun Uni Eropa untuk membatasi ruang gerak Indonesia khususnya dalam
kontestasi pasar dagang dunia internasional berupa berupa CPO.

B. Tinjauan Pustaka
Kajian ini memiliki keunggulan dapat melihat dari dua sisi atas problem CPO
yang ditujukan dunia internasional kepada Indonesia khususnya masala lingkungan,
dalam kajian ini kit aakan melihat dari sudut pandang politik dan sudut pandang
lingkungan. Dari kajian yang membahas tentan CPO keseluruhan hanya membahas
tentang dampak ekonomi dan ekologi tetapi kita akan mencoba mengurai dari
pandangan politik. Khusunya dinamika politik luar negeri Indonesia, bagaimana kita

3
Zunariyah S,"Dilema ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia: Sebuah tinjauan sosiologi kritis",
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah UNS, 2012
dapat melihat secarah utuh problematika yang ada di dunia internasional terhadap
masalah lingkungan yang diakibatkan oleh perkebunan sawit.
Hal tersebut menjadikan dilematik yang terjadi apabila kita melihat dua sisi saat
melakukan pengeksporan CPO ke luar negeri. Di satu sisi Indonesia menjadi
tumpuan negara-negara lain untuk membuat atau mencari terobosan sebagai sumber
daya alam yang dapat diperbaharui tetapi di sisi lain problem di pengelolaan juga
belum begitu maksimal. Negara barat dan Uni Eropa seringkali memberikan
pembatasan terhadap CPO yang dijual di Indonesia Hal tersebut sebenarnya lebih
condong ke Bagaimana negara barat yang memiliki pasar terlebih dahulu takut
direbut oleh Indonesia. Maka negara barat mencoba untuk mencari kesalahan yang
dilakukan dalam tata pengelolaan mulai dari penanaman di perkebunan sampai
menjadi olahan CPO.4 Jika memang barat mengkritisi Indonesia tentang the forestasi
ataupun kerusakan lingkungan maka barat juga tidak memiliki kesadaran bahwa
khususnya minyak biji matahari juga ditanam dan memerlukan lahan yang luas Jika
kesadaran atas dasar lingkungan dan juga harus diwajibkan untuk menjaga hutan
karena kita bagian dari paru-paru dunia itu sangat salah. Karena untuk menjaga
keadaan lingkungan itu merupakan tanggung jawab dari seluruh umat manusia
ataupun makhluk hidup yang ada di dunia.
Indonesai memang terkenal dengan negara cinta damai tetapi bangsa kita lebih
mencintai kemerdekaan. Hal tersebut juga yang melatar belakangi politik luar negeri
Indonesia yaitu bebas aktif, Rivalitas yang terjadi antara kekuatan dunia dipandang
sebagai perilaku yang hanya memikirkan kepentingan-kepentingan negara masing-
masing. Dimana hal tersebut memiliki hilangnya kepedeulian terhadap kesulitan
yang ditimbulkannya pada pihak lain, terutama negara-negara yang tidak memiliki
power. Sengketayang terjadi atas suatu hal dengan negara lain, yang diusahakan
resolusinya bersifat meneang sendiri ke egoisan untuk kepentingan secara sepihak
diarasa sebagai kata lain dari eksploitasi.5
Berasarkan landasan politik luar negri Indonesia maka digunakan dalam seluruh
aspek dalam menjalin huungan dengan dunia internasional. Baik dalam kerjasama

4
Siradjuddin, “Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Wilayah di Kabupaten Rokan
Hulu”, Jurnal Agroteknologi, VOL 5 no 2, 2015, hlmn7-14.
5
Yanyan Mochamad Yani & Ian Montratama, "QUO VADIS POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA?", (Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, 21017), hlmn, XIX-XX.
multelateraral, regional maupun bilateral dalam kerjasama diatas dapat berupa
pembangunan, ekonomi sosial kebudayaan dan pendidikan. Maka sudah seharusnya
bangsa Indonesia tidak perlu mengalami sebuah keminderan atau kurang memiliki
percaya diri yang tinggi untuk melakukan ekspresinya dalam dunia internasional.
Sekalipun dalam aturan main yang ada kita tetap harus menghormati setiap kebijakan
yang sudah i sepakati oleh dunia internasional. Beda cerita ketika dari aturan tersebut
Indonesia merasa dirugikan maka kita harus mencari jwaban yang objektif untuk
melihat aturan yang diberlakukan oleh dunia internasional.
Contoh nyata problemmatis yang terjadi hari ini yang bangsa Indonesia alami
adalah diskriminasi perdagangan CPO yang dilakukan oleh Uni Eropa. Ini telah
menyalahi semngat politik luar negeri Indonesia yaitu tentang sebuah kebebasan,
karena kita berhak untuk mewarnai arus perdagangan internasional. Dengan
propaganda Uni Eropa terhadap CPO yang dihasilkan oleh perkebunan sawit di
Indonesia merupakan bentuk nyata diskriminasi yang dilakukan oleh negara superior
terhadap negara inferior.

C. Metode.
Menggunakan metode penelitian jenis kepustakaan atau riset kepustakaan.
Penelitian kepustakaan merupakan kajian ilmiah yang mengumpulkan informasi
beserta data yang konkrit dengan menggunakan bantuan dari berbagai macam
literatur seperti jurnal, tesis, disertasi, laporan penelitian dan buku-buku yang
berkaitan dengan materi yang sedang di teliti. Kegiatan ini dilakukan secara
terstruktur dan secara sistematis untuk mendapatkan sebuah jawaban yang dapat
menyimpulkan berdasarkan teknik tertentu guna menemukan sebuah kebenaran atas
materi yang dibahas6

Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode kualitatif,
dikarenakan melalui serangkaian penelitian yang telah dilakukan dapat memberikan
rincian yang kompleks. Dengan meggunakan metode normatif-empiris yang didalamnya
berisi tetang pendekatan secara normatif melalui literatur dan di gabungkan dengan
unsur empiris. Normatif sendiri jika digunakan dalam sebuah penelitian untuk

6
Sari, M., & Asmendri, Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian Pendidikan IPA.
Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam Penelitian Pendidikan IPA,2018 Vol.2, Nomor1, hlm 15.
medapatkan gambaran keadaan lapangan melalui literatur yang tersedia secara objektif.
Sedangkan pendekatan melalui empiris metde yang dilakukan berdasarkan menelaah
teori-teori ataupun konsep berdasarkan literatur yang ada dan aktualisasi yang terjadi.7

D. Hasil Kajian.

Ekspektasi dari hasil kegiatan ekspor menjadikan harapan negara kita teradap
hasil perkebunan berupa kelapa sawit tersebut. Konsekuensi yang terjadi apabila kita
akan melakukan kegiatan ekspor dengan sekala besar bahkan kita dapat menguasai
pasar internasional. Maka kita akan secara otomatis berani untuk mengajukan diri
meladeni perang dagan dunia internasional. Terlebih mereka lebi berpengalaman,
secara ekonomi mereka juga menmiliki stabilitas diatas indonesia. Contohnya
negara-negara dibenua eropa yang juga menghasilkan minyak biji matahari, dengan
sekala terbesar dipegang oleh ukraina hampir mencapai 55% penyuplai minyak
bunga matahari pada tahun 2020.
Tabel 1.0

Negara 2017 2018 2019 2020 2021


India
7 325,1 6 346,2 4 576,6 4 568,7 3 088,7

Tiongkok
3 601,1 4 166,5 5 791,1 4 390,5 4 703,1

Pakistan 2 193,8 2 458,5 2 215,9 2 487,0 2 674,3


Belanda 1 286,4 1 161,1 914,9 682,8 567,0
USA 1 153,4 1 112,8 1 189,0 1 123,7 1 640,2
Spanyol 1 367,9 1 168,6 1 078,8 1 135,9 992,8
Mesir 1 201,4 936,9 1 095,1 970,9 1 035,3
Bangladesh 1 231,4 1 402,3 1 351,5 1 026,6 1 319,4
Italia 1 066,5 888,9 751,3 944,7 622,7
Singapura 610,8 424,5 580,3 360,6 55,7
Lainnya 7 732,5 9 236,1 10 003,4 9 634,7 10 290,8
Jumlah 28 770,3 29 302,4 29 547,9 27 326,1 26 990,0
Sumber : Badan Pusat Statistik

7
Joenaedi, Jhony Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif danmpiris, (Depok: Kencana, 2016), hlm,
123-149
Jika dilihat dari pasar yang membutuhkan CPO dari Indonesia ini sudah sangat
banyak dan hampir menyeluruh. Mulai dari Afrika Amerika Eropa dan terkhusus
untuk Asia masing-masing kita memiliki negara pelanggan tersendiri tetapi ada tiga
mangsa pasar yang sangat besar dan memiliki prospek yang baik untuk permintaan
CPO yaitu India tiongkok dan Uni Eropa. Dari pemaparan data Pasar untuk CPO
yang dihasilkan oleh perkebunan di Indonesia ini merupakan bentuk jangka panjang
yang sangat menjanjikan dalam hal ekspor hasil perkebunan.
Dampak yang ditimbulkan dari perkebunan sawit ini terhadap petani sawit
sendiri juga mengalami fluktuasi karena merawat satu kebun sawit itu juga
memerlukan biaya yang begitu banyak sementara kalkulasi modal awal dengan laba
terkadang tidak menemukan titik temu yang menguntungkan. Untuk kegiatan
ekonomi di luar itu sebenarnya juga mengalami fluktuasi di sisi lain dapat membuka
lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang bekerja di perkebunan sawit namun
untuk orang yang memiliki penghasilan dari bertani atau berkebun tetapi bukan
komoditas sawit mengalami permasalahan karena sawit sendiri memiliki daya serap
zat hara yang begitu tinggi perawatan untuk hama juga begitu tinggi yang otomatis
berimbas kepada lingkungan sekitar. Dalam pencemaran lingkungan hasil dari
pengelolaan kelapa sawit ataupun limbah yang dibuang pada lingkungan sekitar juga
sering kali mendapatkan pertentangan dari warga sekitar ataupun hal tersebut yang
sering memicu konflik karena salah satu pihak ada yang dirugikan semisal sungai
yang dibuat menjadi pembuangan limbah CPO atau pengelolaannya itu mengalami
kerusakan ikan-ikan yang dulu mudah untuk ditangkap hari ini akibat limbah tersebut
mengalami sulit ditambah lagi untuk pembukaan lahan masih banyak yang dilakukan
secara ilegal.8
Dengan kejadian-kejadian yang dialami perkebunan kelapa sawit baik gejolak
dunia internasioanal maupun sekla dalam negeri pemerintah selaku lembaga tinggi
negara yang memilki legalitas kuasa dan aturan. Mencari solusi dengan cara
pembentukan lembaga penjamin mutu dan pengawasan terhadap perkebunan kelapa
sawit seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang direalisasikan pada tahun
2004 dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) direalissikan pada tahun

8
Rany Utami, Eka Intan Kumala Putri, Meti Ekayan, "Dampak Ekonomi dan Lingkungan Ekspansi
Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Penyabungan, Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, Jambi)", Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Vol. 22(2), 2017, hlmn 115-126.
2011. Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai alat legalitas bahwa kelapa
sawit yang didaftarkan memiliki standarisasi tinggi dan diwajiban bagi perusahan
sedangkan sukarela bagi petani. Untuk Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)
hanya sebatas sukarela baik untuk perusahaan maupun petani. Realitanya sampai hari
ini untuk presentase yang memiliki legalitas (ISPO) dan (RSPO) hanya sekitar 9%
dan 19%.9
Uni Eropa dngan dalih isu lingkungan mendorong serangkaian kebijakan-
kebijakan termasuk ecolabelling, Energy and Climate Change Package, dan Fuel
Quality Directive. Memberikan dampak yang kurang baik terhadap CPO yang di
hasilkan dari Indonesia, dampak nyata yang langsung dirasakan oleh kebijakan-
kebijakan yang diberlakukan oleh RED pada tahun 2013. Mereka menganggap CPO
yang dihasilkan oleh Indonesia memiliki emisi pembuangan yang tinggi, sehingga
mempengaruhi pemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrim. Meraka
mendasari kebijakan yang ditentukan oleh RED berlandaskan green politics
ditetapkan oleh Uni Eropa, yang membuat akses terhadap pasar CPO di kalangan
negara eropa dapat dihalangi ketika barang yang diimpor tidak memenuhi standar
barang domestiknya.
Berlandaskan hukum yang sebelumnya berlaku Directives 2009/28/EC yang
telah disepakati oleh Uni Eropa berdasarkan Treaty of Lisbonatau atau juga dapat
dikatakan Treaty of the Lisbonatau. Secara resmi hukum tersebut juga dikatakan,
Treaty of the Establishment of European Community(European Community
1997 yang dimana dalam penyusunanya sampai pada akhir ditandatangani 13
Desember 2007 sampai di sahkan sebagai konstitusi pada 1 Desember 2009 sampai
kahirnya menjadi sumbur hukum utama Uni Eropa. Degan keberadaan konstitusi
tersebut maka para anggota negara dibawah naungan Uni Eropa terikat dengan apa
yang telah menjadi konstitusi tersebut dan dalamnya juga memiliki anjuran yang
mengikat.
Proses produksi bahan CPO itu sendiri tidak bebas dari emisisekalipun
didalamnya berasal dari energi nabati. Uni Eropa kemudian membuat standar
ambang pengurangan emisi sebanyak 35% hingga tahun 2016, 50% pada 2017,

9
Rizka Amalia, Arya Hadi Dharmawan, Lilik B. Prasetyo, Pablo Pacheco, "Perubahan Tutupan Lahan
Akibat Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit: Dampak Sosial, Ekonomi dan Ekologi"JURNAL ILMU
LINGKUNGAN, 2019, Volume 17 Issue 1, hlmn, 130-139.
hingga 60% pada tahun 2018(European Community 2015).Uni Eropa juga
menyertakan detail metode penghitungan nilai emisi karbon pada suatu produk
berupa CPO dalam lampirannya Uni Eropa juga meneilai dari proses awal
penanaman dan pemanenan bahan mentah, penggunaan lahan, proses
pembuatan,dan transport serta distribusi yang dilakukan membutuhkan 903 metrik
ton pertahun.10
Laporan di lapangan yang dilakukan oleh pegiat-pegiat alam misal Green Peace
the forest Heroes dan lain sebagainya memberikan catatan atau rapor merah terhadap
beberapa perusahaan yang dinilai tidak memiliki tanggung jawab. Hal ini didasarkan
kepada analisis mulai dari pembabatan lahan kemudian penggunaan pupuk kimia
sampai ke pengelolaan menjadi minyak mentah atau CPO beserta limbah yang
dihasilkan. Lemahnya sistem penegakan hukum dan aturan main yang diterapkan di
Indonesia menjadi momentum untuk perusahaan-perusahaan nakal dalam
merealisasikan tujuan bisnisnya. Hal tersebut menjadi catatan khususnya untuk
perusahaan yang bermain mata dalam prosedural ketika mengelola lahan sebagai
perkebunan sawit.
Hukum Uni Eropa sebagai hukum supranasional yang harus dijalankan oleh
negara-negara di bawah naungan Uni Eropa bumi ini dapat diartikan sebagai hukum
yang diproduksi oleh sistem terorganisir didasarkan kepada perjanjian internasional.
Dengan demikian reneble Energy directive harus diterima oleh semua negara di
bawah naungan Uni Eropa dan wajib melaksanakan tanpa terkecuali. Dapat di
katakan untuk penggunaan bahan bakar terbaru kan harus minimal 20% dari
keseluruhan bahan bakar yang digunakan dalam setiap tahunnya.
Jika di tinjau dari data yang di peroleh peneliti maka kesimpulan bahwasanya
ada faktor lain yang ditemukan yaitu ada beberapa minyak nabati yang lain yang
masih mendominasi pasar. Ada minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, minyak
biji rami minyak biji kapas, minyak biji kacang, minyak kelapa dan minyak zaitun.

10
Laporan di lapangan yang dilakukan oleh pegiat-pegiat alam misal Green Peace the forest Heroes dan
lain sebagainya memberikan catatan atau rapor merah terhadap beberapa perusahaan yang dinilai tidak
memiliki tanggung jawab. Hal ini didasarkan kepada analisis mulai dari pembabatan lahan kemudian
penggunaan pupuk kimia sampai ke pengelolaan menjadi minyak mentah atau CPO beserta limbah yang
dihasilkan. Lemahnya sistem penegakan hukum dan aturan main yang diterapkan di Indonesia menjadi
momentum untuk perusahaan-perusahaan nakal dalam merealisasikan tujuan bisnisnya. Hal tersebut
menjadi catatan khususnya untuk perusahaan yang bermain mata dalam prosedural ketika mengelola
lahan sebagai perkebunan sawit.
Yang harus dipahami bahwasanya CPO memiliiki progres yang sangat baik
kedepanya sekalipun dalam persaingan pasar global kita masih belum mendominasi.
Aturan main yang diberikan Uni Eropa terhadap Indonesia sebagai pengekspor CPO
terbesar sedikit memberatkan Indonesia khususnya kita menjadikan eropa adalah
pasar utama atas komoditi yang kita miliki.

Tabel 1.1

.
Sumber : Katadata.co.id

Sampai tahun 2022 ini brasil menepati posisi pertama untuk pengekspor minyak
kedelai dengan 134 juta metrik ton dikuti USA diposisi kedua dengan produksi
mencapai 120,71 juta metrik ton kemudian disusul negara Argentina dengan
produksi 45 juta metrik ton. Sementara untuk negara penghasil minyak matahari
ditempati pertama oleh negara Ukraina dengan produksi mencapai 4.400.324 ton
diikuti oleh Rusia di posisi ke dua dengan produksi 4.063.080 ton diposisi ketiga
terdapat Argentina dengan produksi mencapai 931.700 ton. Sementara negara
dengan penghasil minyak biji rami adalah negara Prancis dengan produksi mencapai
125,362 ton, diposisi kedua China bertengger dengan produksi mencapai 11,822
ton, posisi ketiga ditempati oleh Rusia dengan produksi mencapai 2,117 ton.
Sementara negara penghasil CPO terbesar adalah Indonesia dengan produksi
mencapai 43,5 juta ton, diposisi kedua ada Malaysia yang 19,8 juta ton untuk posisi
ketiga ditempati negara Thailand 3 juta ton.11

E. Diskusi.
Pemaparan diatas menunjukkan bahwasanya kebutuhan minyak lebih
cenderumg di kuasai minyak kedelai, diposisi kedua terdapat minyak biji rami dan
diposisi ketiga ada minyak biji bunga matahari sementara CPO menempati posisi
keempat. Dari keempat penghasil minyak nabati Cuma CPO yang memiliki latar
belakang berbeda dalam konteks penanaman, jika kedelai, bji rami dan biji bunga
matahari semua berasal dari ladang yang memiliki siklus sekali panen. Sementara
untuk CPO sendiri merupakan tergolong tanaman perkebunan yang apabila masa
panen dapat dilakukan selama sekali pembibitan dengan tempo waktu usia prouktif
sekitar 3-4 tahun dan dapat berlangsung selama 25 tahun.
Iklim eropa dan negara tropis memiliki perbedaan yang jauh, maka dari itu
kualitas produksi bila di komparasikan akan memiliki perbedaan. Eropa memahami
dari beberapa sumber minyak nabati mereka tidak dapat berbicara banyak selain
minyak biji bunga matahari dan dengan penguasaan hampir mencapai 54% produksi
yang ada di dunia dan minyak biji rami. Sementara dalam beberapa sumberdaya
nabati lain semisal minyak kedelai mereka juga tidak bisa bersaing begitu jauh.
Siasat siasat Uni Eropa dapat terbaca apabila Ketika kita melihat Bagaimana
kebutuhan minyak dunia dengan sumber daya ataupun negara yang memiliki
komoditas yang dibutuhkan pasar. Mereka berlindung di balik legalitas hukum atas
nama supremasi yang menjunjung nilai-nilai keadilan bagi negara Uni Eropa tetapi
ada kepentingan politik atas dasar pembentukan hukum yang diberlakukan di
wilayah Uni Eropa tersebut di mana kepentingan politik tersebut adalah untuk
melindungi pasar bagi negara-negara Eropa. Ini bukan tidak beralasan karena dari
presentase kebutuhan minyak nabati negara Eropa hanya dapat menjangkau pasar
yang memiliki komoditas minyak biji bunga matahari di sisi lain ada produsen
minyak biji Rami yang tidak diproduksi oleh negara Prancis. Sementara untuk
produsen lainnya negara-negara di bawah naungan Uni Eropa sangat sedikit dan

11
Jauhar Samudera Nayantakaningtyas dan Heny K. Daryanto, "DAYA SAING DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN MINYAK SAWIT DI INDONESIA", Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 9 No. 3, 2012,
hlmn 194-201.
perlu diingat mereka lupa menggunakan global warming sebagai alasan yang di
mana problem CPO memiliki latar belakang yang buruk dalam Pembukaan lahan.
Karena Indonesia sebagai paru-paru dunia mereka menakutkan the forestasi yang
begitu luas.
Pondasi awal untuk menemukan problematika yang terjadi antara Uni Eropa dan
negara-negara penghasil CPO khususnya Indonesia dapat kita lihat menggunakan
teori neorealisme. Pandangan neorealisme melihat kerjasama yang dilakukan oleh
negara dengan negara lainya baik berupa pengembangan militer, ekonomi, dan
pembangunan merupakan salah satu peluang yang dapat digunakan oleh negara-
negara yang memiliki kepentingan, tergantung seperti apa tingkat kepentingan dan
power suatu negara dalam pandangan ini juga menitikberatkan bahwasanya power
yang dimiliki oleh setiap negara sebagai sarana untuk mencapai suatu negara atau
kepentingan berdasarkan kelangsungan hidup suatu negara ataupun kelompok.12
Prespektif tersebut semakin menunjukkan bahwasanya ketika Uni eropa
mengatakan aturan main negara di bawah naungannya harus menjunjung tinggi nilai-
nilai supremasi hukum yang berlaku. Di sini letak hukum yang dijalankan oleh
negara-negara di bawah naungan Uni Eropa tidak lebih sebagai salah satu unsur
untuk mencapai kepentingan dari Uni Eropa itu sendiri. Kepentingan yang ingin
dituju oleh Uni Eropa sudah jelas untuk dapat menjaga pasar yang dikuasai oleh
negara-negara di bawah naungannya.
Uni Eropa juga mengatakan bahwasanya pelarangan CPO dikarenakan saat
mulai pembukaan lahan sampai menjadi minyak yang siap dipakai memiliki dampak
kerusakan terhadap alam dengan presentase yang tinggi. Komitmen menjaga
lingkungan yang disuarakan dengan keras oleh Uni Eropa. Jika ditinjau dari konteks
apa yang dilakukan Uni Eropa menurut Daniel Goleman hanya omong kosong
belaka, dan melihat ketidak konsistenan manusia dalam menanggapi krisis ekologis.
Bahkan Goleman menyatakan produk yang dianggap ramah lingkungan itu tidak
lebih dari propaganda , “greenish” kehijau-hijauan seakan-akan prodak yang dibuat

12
Budhi Tri Suryanti,"Pendekatan Neorealis terhadap Studi Keamanan Nasional", Jumal Diplomasi
Pertahanan,Volume 7, Nomor 1, 2021 ,hlmn 29-35.
memiliki esensi ramah lingkungan tetapi kenyataanya itu semua hanya untuk
kepentingan bisnis.13

F. Kesimpulan.
Dari kajian yang dituliskan dalam tulisan kali ini terdapat hal yang mengejutkan
berupa temuan Uni Eropa menggunakan kedok hukum untuk mengantisipasi CPO
masuk dan merambah pasar benua Eropa. Ada perang dagang yang dilakukan oleh
Eropa untuk mengantisipasi komoditas baru berupa CPO yang sebagian besar
diproduksi di Indonesia. Meraka mengantisipasi peralihan terhadap sumber daya
nabati berupa CPO agar tidak merusak pasar minyak biji matahari dan minya biji
rami yang sama-sam kita ketahui berasal dari negara-negara dibawh naungan Uni
Eropa. Mereka menggunakan landasan ekologi untuk mencegat CPO masuk dan
merambah pasar Uni Eropa tetapi mereka juga tidak begitu mempermasalahkan
komoditas yang lain. Kelicikan Uni eropa juga menghitung segala dampak terhadap
kesehatan lingkungan yang dihasilkan CPO mulai dari awal penanaman sampai
menjadi komoditas siap pakai. Secara perhitungan CPO akan kalah khususnya dalam
orientasi trnsportasi menuju benua Eropa karena memiliki jarak yang jauh.
Penelitian ini dapat menjadi angin segar sebagai refrensi apabila ingin
mengetahui kondisi yang terjadi mengapa CPO diberikan larangan untuk menjamah
pasar Eropa. Pada kajian ini juga memberikan sanggahan atas kajian-kajian yang
sebelumnya sudah ada karena kajian berupa literatur yang tersedia berfokus terhadap
kesalahan tata kelola yang berimbas pada kesehatan lingkungan. Kajian ini
menemukan prespektif baru bagaiman kita melihat dengan hegemoni yang kuat ari
Uni Eropa memberikan kebijakan yang merugikan beberapa pihak dengan atas nama
legitimasi hukum berlandaskan ekologi.
Keterbatasan kajian kali ini menggunakan metodekualitatif sehingga dalam
akumulasi data kongkrit belum benar-benar menjadikan sebuah temuan realita secara
pasti. Kajian kali ini juga hanya berfokus terhadap bagaimana politik yang

13
Daniel Goleman, “Ecological Intelligence: The Coming Age of Rodical Transparency”. (Penguin
BooksLed. London, England, 2010), hlm. 25.
dimainkan oleh Uni Eropa terhadap penguasaan pasar. Kurangnya pendekatan
ekonomi politik juga menjadi hambatan yang lain karena kajian ini berfokus antara
poloitik luar negri dan ekologi.

G. Daftar pustaka.

Goleman, Daniel “Ecological Intelligence: The Coming Age of Rodical Transparency”.


2010.
Jauhar Samudera Nayantakaningtyas dan Heny K. Daryanto, "Daya Saing dan Strategi
Pengembangan Minyak Sawit Di Indonesia", Jurnal Manajemen & Agribisnis.
2012.
Joenaedi, Efendi & Jhony Ibrahim. “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris”.
Kencana. 2016.
Murdayati, Maulida . Jabal Tarik Ibrahim dan Adi Sutanto, “Analisis Daya Saing Orang
Indonesia Crude Palm Oil (CPO) di Pasar Internasional”. SSRG International
Journal of Economics and Management Studies. 2021.
Rany Utami, Eka Intan Kumala Putri, Meti Ekayan, "Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Penyabungan,
Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi)", Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia (JIPI). 2017.
Rizka Amalia, Arya Hadi Dharmawan, Lilik B. Prasetyo, Pablo Pacheco, "Perubahan
Tutupan Lahan Akibat Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit: Dampak Sosial,
Ekonomi dan Ekologi"JURNAL ILMU LINGKUNGAN, 2019.
Sari, M., & Asmendri. “Penelitian Kepustakaan (Library Research)” dalam Penelitian
Pendidikan IPA. 2018.
Siradjuddin, “Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Wilayah di
Kabupaten Rokan Hulu”. Jurnal Agroteknologi. 2015.
Suryanti, Budhi Tri . "Pendekatan Neorealis terhadap Studi Keamanan Nasional",
Jumal Diplomasi Pertahanan. 2021.
Suroso, A. I., Tandra, H., Najib, M., & Syaukat, “Firm Performance Factors and
Efficiency of Indonesian Palm Oil Companies”, Jurnal Manajemen Dan
Agribisnis. 2020.
Montratama, Ian "Quo Vadis Politik Luar Negeri Indonesia?". PT. Elex Media
Komputindo. 2017.
Zunariyah, Siti."Dilema ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia: Sebuah
tinjauan sosiologi kritis", Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah UNS. 2012.

You might also like