Professional Documents
Culture Documents
1036
Nasution, N. S. et al. 2019. Keawetan Kayu Mangga … (06): 1036-1043
kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu lebih ramah lingkungan hal ini disebabkan
terhadap faktor-faktor perusak kayu yang oleh boraks ini merupakan senyawa kimia
datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. yang memiliki sifat bisa mengembangkan,
Sekitar 4000 jenis kayu Indonesia sebagian membunuh mikroba dan juga memberikan
besar (80-85%) berkelas awet rendah (III, efek kenyal. Selain bahan pengawet
IV, dan V) dan hanya sedikit yang sintesis, saat ini mulai diuji cobakan bahan
mempunyai kelas awet tinggi. Kayu dengan pengawet alami yang berasal dari tumbuhan
keawetan rendah sangat mudah diserang (nabati) Salah satu nya adalah daun sirsak.
oleh faktor perusak kayu seperti rayap. Daun sirsak memiliki kandungan kimia yang
Menurut Batubara (2006), Beberapa jenis terdapat didalamnya antara lain alkaloid,
kayu perlu dilakukan pengawetan untuk acetogenin antara lain asimisin, bulatacin,
mengatasi serangan serangga atau jamur dan squamosin, asam amino, karbohidrat,
perusak kayu. protein, lemak, polifenol, (termasuk
didalamnya flavonoid), minyak essensial,
Mengatasi kekurangan pasokan kayu
terpena, dan senyawa aromatik. Senyawa
yang memiliki kelas awet dan kelas kuat
acetogenin bersifat sebagai anti feedent,
tinggi saat ini kayu dari pohon penghasil
sehingga serangga tidak menginginkan lagi
buah-buahan dijadikan salah satu alternatif..
untuk memakan tanaman yang disukai. Saat
Pohon manga merupakan kayu yang sering
konsentrasi rendah, bahan pengawet
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
tersebut menjadi racun yang bisa
bahan furniture. Potensi pohon mangga di
menyebabkan serangga menjadi mati
Indonesia cukup besar, pada tahun 2014
(Kurniadhi, 2001). Berdasrkan kelas awet
luasan tanaman mangga mencapai 268.053
dan kelas kuat kayu mangga penulis tertarik
ha (Data Kementrian Pertanian, 2015).
untuk melakukan penelitian mengenai
Menurut Martawijaya et.al (1989) Kayu
keawetan kayu manga ( Mangifera indica)
mangga merupakan jenis kayu dengan
yang diawetkan dengan pengawet alami
kekerasan sedang, mempunyai berat jenis
daun sirsak (Annona muricata L) dan
0,45–0,58 dan dapat dikategorikan dalam
pengawet sintesis yang menggunakan
kayu ringan sampai agak ringan, kekuatan
boraks teehadap serangan rayap tanah.
kayunya agak rendah dan termasuk dalam
kelas kuat III, kayu mangga dapat terserang
jamur dan rayap sehingga keawetannya
termaksud dalam kelas V. METODE PENELITIAN
Meningkatkan umur pakai kayu mangga
dapat dilakukan dengan cara pengawetan. Tempat dan Waktu Penelitian
Menurut Prawira et.al (2012) menyatakan
bahwa pengawetan yang dilakukan Penelitian ini dilaksanakan di
akan dapat berpengaruh kepada hasil Laboratorium Sifat fisik dan kimia kayu,
pengawetan atau umur pemakaian Area disekitar Workshop Teknologi Hasil
pada kayu tersebut. Penggunaan cara Hutan Fakultas Kehutanan ULM . Waktu
pengawetan bergantung kepada faktor penelitian selama 4 bulan dari bulan
tempat kayu yang akan digunakan Desember 2017 sampai dengan bulan
/dipasang, adanya juga mempertimbangkan Maret 2018.
faktor ekonominya. Penggunaan cara
pengawetan dapat dilaksanakan, mulai cara Alat dan Bahan
praktis sampai kepada cara yang sukar
dengan menggunakan peralatan yang Alat yang digunakan dalam penelitian ini
otomatis (modern), umumnya bahan adalah Bak Perendam, Kaliper, Oven,
pengawet yang digunakan pada saat ini Neraca Analitik, Panci dan Kompor.
merupakan bahan kimia sintesis. Ditinjau
dari aspek ekologis, penggunaan bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
pengawet sintesis memiliki dampak yang
ini kayu mangga , Boraks dan daun sirsak.
kurang bagus untuk lingkungan.
Bahan pengawet kimia sintesis adalah Prosedur Penelitian
boraks. Bahan kimia boraks ini berbentuk
murni, tidak berwarna dan mudah larut di Prosedur Kerja dari penelitian ini adalah
dalam air. Senyawa aktif asam borat membuat sampel uji dari kayu mangga yang
menjadikan boraks memiliki daya pengawet diambil secara acak (tidak memperhatikan
yang sangat besar. Bahan kimia boraks ini bagian pangkal, tengah, dan ujung). Tiap
1037
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 6 Edisi Desember 2019
1038
Nasution, N. S. et al. 2019. Keawetan Kayu Mangga … (06): 1036-1043
Keterangan: A = Bahan pengawet daun sirsak sebanyak 100 lembar konsentrasi 3.08%
B = Bahan pengawet daun sirsak sebanyak 200 lembar konsentrasi 6.04%
C = Bahan pengawet daun sirsak sebanyak 300 lembar konsentrasi 9.18%
D = Bahan pengawet berupa boraks 5%
E = Bahan pengawet berupa boraks 10%
F = Bahan pengawet berupa boraks 15%
G = Kontrol (Tanpa Bahan Pengawet)
Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata absorbsi bahan pengawet pada kayu
absorbsi bahan pengawet setiap perlakuan mangga. Hal ini sesuai dengan pernyataan
memperlihatkan bahwa pada pengawetan Barley & Lelana (2010), peningkatan
dengan daun sirsak nilai terendah terdapat absorbsi seiring semakin lamanya proses
pada perlakuan daun sirsak sebanyak 100 perendaman yang diberikan karena semakin
lembar konsentrasi 3,08% dengan nilai memberikan kesempatan pada larutan
61,94 gr/m3. Nilai tertinggi terdapat pada pengawet untuk masuk kedalam sel kayu
perlakuan daun sirsak sebanyak 300 lembar melalui dinding selnya.
atau konsentrasi 9,18% dengan nilai 86,88
gr/m3. Pengawetan dengan boraks nilai Retensi Bahan Pengawet
terendah terdapat pada perlakuan
konsentrasi 5% dengan nilai 76,55 gr/m3 Retensi merupakan banyaknya bahan
dan nilai teringgi pada boraks terdapat pada pengawet yang masuk ke dalam kayu
perlakuan konsentrasi 15% dengan nilai setelah proses pengawetan. Berdasarkan
84,39 gr/m3. hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata
retensi dengan pengawet daun sirsak
Berdasarkan data tersebut maka dapat
(Annona muricata) dan pengawet Boraks
disimpulkan bahwa semakin tinggi
dapat dilihat pada Tabel 3.
konsentrasi bahan pengawet pada daun
sirsak dan boraks semakin tinggi pula nilai
1039
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 6 Edisi Desember 2019
Tabel 4 menunjukkan nilai rata-rata hasil konsentrasi 5% dengan nilai 41,88% dan
derajat kerusakan kayu mangga (Mangifera nilai tertinggi terdapat pada konsentrasi 15%
indica) setiap perlakuan menunjukkan dengan nilai 44,00%. Hal yang
bahwa nilai derajat kerusakan pada bahan mempengaruhi derajat kerusakan kayu di
pengawet daun sirsak nilai terendah lapangan diduga karena peletakkan atau
terdapat pada perlakuan 200 lembar daun penguburan posisi kayu dilapangan sangat
sirsak atau konsentrasi 6,04% dengan nilai dekat dengan sarang rayap tanah, dimana
30,60% dan nilai tertinggi terdapat pada untuk jarak penanaman sampel uji sebesar
perlakuan 100 lembar daun sirsak atau 85 cm.
konsentrasi 3,08% dengan nilai 46,76 % .
Pada Boraks nilai terendah terdapat pada
1040
Nasution, N. S. et al. 2019. Keawetan Kayu Mangga … (06): 1036-1043
Nilai rata-rata kehilangan berat kayu terdapat kayu dan sumber makanan bagi
mangga pada bahan pengawet daun sirsak rayap tanah.
nilai terendah terdapat pada 100 lembar
Sampel yang diberi bahan pengawet
atau konsentrasi 3,08% dengan nilai 38,60
menyebabkan rayap mengurangi memakan
% dan nilai rata-rata tertinggi terdapat pada
bagian kayu, karena adanya pengawet yang
200 lembar atau konsentrasi 6,04% dengan
menyebabkan racun. Hal ini didukung oleh
nilai 34,15%. Nilai rata-rata terendah pada
pernyataan Suranto (2002) yang
Boraks dengan konsentrasi 5% dengan nilai
mengatakan bahwa rayap juga tidak
37,16 % sedangkan tertinggi terdapat pada
memakan kayu yang mengandung bahan
konsentrasi boraks 15% dengan nilai
pengawet. Sampel uji yang diberi bahan
39,11%. Efektivitas bahan pengawet dapat
pengawet dengan konsentrasi tinggi dapat
dilihat dari pengurangan serangan rayap.
mengurangi kehilangan berat kayu terhadap
Hasil pengujian yang dilakukan selama 3
serangan rayap tanah.
bulan terhadap sampel uji, menunjukkan
bahwa terjadi penurunan kehilangan berat. Hasil penelitian dapat dipengaruhi oleh
Sampel uji dan bahan pengawet berbagai faktor, yang diantaranya (1)
berpengaruh terhadap penurunan berat Pengaruh pori-pori kayu mangga yang dapat
kayu, semakin kecil persentase kehilangan berpengaruh terdapat jumlah bahan
berat kayu maka menunjukkan semakin pengawet. Bahan pengawet yang sudah
efektif bahan pengawet yang diberikan. dilarutkan tidak bisa meresap dengan
sempurna pada sampel uji jika ukuran pori-
Sampel uji kontrol mengalami persentase
porinya sangat kecil. (2) Pengaruh tingkat
kehilangan berat lebih besar yaitu sebesar
kekerasan kayu rendah pada kayu mangga
65,68 %. Pada perlakuan kontrol didalam
yang mempengaruhi ketika proses
kayu tidak terdapat bahan pengawet yang
pengujian. Rayap dengan mudah memakan
dapat menghalangi perusak kayu seperti
sampel uji yang termasuk kelas kekerasan
rayap tanah untuk memakan kandungan
rendah (3) penempatan sampel uji ketika
yang ada di dalam kayu. Hal ini sesuai
saat pengujian (4) Bahan pengawet yang
dengan pernyataan Nandika et.al (2003)
membuat rayap tidak menyerang kayu
dikutip Kusumastuti (2005) bahwa rayap
secara merata.
merupakan jenis serangga yang sumber
makanannya adalah kayu dan bahan-bahan
yang mengandung selulosa. Selulosa
merupakan salah satu unsur penting
1041
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 6 Edisi Desember 2019
a b
e
c
d
d
e c
1042
Nasution, N. S. et al. 2019. Keawetan Kayu Mangga … (06): 1036-1043
daun sirsak 100 lembar (konsentrasi 3,08%). Hunt, G.M Garrat, G.A. 1986. Pengawetan
Kehilangan Berat akibat serangan rayap kayu. CV. Akademika presindo, Jakarta.
dengan nilai rata-rata tertinggi terdapat pada
Martawijaya A , Kartasujana , Mandang YI ,
Boraks dengan konsentrasi 15%,
Prawira SA & Kadir K. 1989 , Atlas Kayu
sedangkan terendah terdapat pada
Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan
perlakuan daun sirsak 200 lembar
Pengembangan Kehutanan. Departemen
(konsentrasi 6,04%), Pada Absorbsi banyak
Kehutanan Indonesia. Bogor.
bahan pengawet dengan nilai rata-rata
tertinggi terdapat pada daun sirsak 300 Kamil , N & Nana Supriana , 1971 .
lembar (konsentrasi 9,18%) yaitu sebesar Pengawetan Secara Difusi dengan Borks
86,88 gr/m3, sedangkan nilai terendah dan Asam Borat . Laporan LPHH. No 128
terdapat pada perlakuan daun sirsak 100 Bogor.
lembar (konsentrasi 3,08%) yaitu sebesar
61,94 gr/m3 . Retensi bahan pengawet Kurniadhi . 2001. Program Nasional
dengan nilai rata-rata tertinggi terdapat pada Pelatihan dan Pengembangan
Pengendalian Hama Terpadu . Balai
bahan pengawet boraks dengan konsentrasi
Penelitian Hortikultural Lembang,
15% dan nilai terendah terdapat pada
Bandung.
perlakuan daun sirsak 100 lembar
(konsentrasi 3,08%), Semakin tinggi Kusumastuti, F. 2005. Uji Retensi dan
konsentrasi bahan pengawet akan Efektivitas Bahan Pengawet Lentrek 400
berpengaruh pada nilai absorbsi dan retensi. EC pada Kayu Sengon (Paraserianthes
falcataria (L) Nielsen) terhadap Serangan
Saran Rayap Tanah (Captotermes sp) Skripsi
Fakultas Pertanian, Universitas
Pengawetan untuk jenis kayu mangga Tadulako, Palu (Tidak Dipublikasikan)
dalam penelitian ini yang paling baik
Munawar. 2002. Kandungan Selulosa
digunakan bahan pengawet daun sirsak
terdapat didalam kayu. Jakarta
sebanyak 200 lembar dengan konsentrasi
6,04%. Peneliti menyarankan agar dilakukan Prawira H, H A Oramahi, D Setyawati, F
penelitian lanjutan dengan menggunakan Diba 2012. Aplikasi Asap Cair Dari Kayu
bahan pengawet daun sirsak pada kayu Laban (Vitex pubescens Vahl) Untuk
yang berbeda. Pengawetan Kayu Karet. Jurnal Fakultas
Kehutanan, Universitas Tanjungpura
Sari, N.I 2005. Uji Retensi dan Evektivitas
DAFTAR PUSTAKA Bahan Pengawet Boraks Pada Kayu
Pinus (Pinus merkusii Jung et de)
Barly & Lelana NE. 2010. Pengaruh Suheryanto D. 2010 . Optimalisasi Celupan
ketebalan kayu , Konsentrasi Larutan Ekstrak daun Mangga Pada Kain Batik
dan Lama Perendaman terhadap Hasil dengan Inting Kapur. Yogyakarta.
Pngawetan Kayu. J Penelitian Hasil Suranto S.2002. Pengawetan Kayu Bahan
Hutan 28(1): 1-8 dan Metode. Kanisus . Yogykarta
Data Kementrian Pertanian. 2015. Potensi
Lahan Kayu Buah-buahan di
Indonesia.Jakarta.
1043