Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
There are still many nibung stems on Bengkalis area especially in Temeran village. According to
Nurlia, et al., (2013) in general use stem nibung done from generation to generation. The purpose of
this study is Knowing anatomical properties nibung stem which covers the vascular bundles,
parenchyma and nibung stem fibers. Knowing the physical properties of the nibung stem according to
the height and depth of the stem including the water content, density, specific gravity and three-way
shrinkage. Knowing the mechanical properties of the nibung stem which includes MOE (Modulus of
Elasticity) and MOR (Modulus of Rupture). Properties The anatomy of the nibung stem shows that it
is dominated by vascular bundles at the base then dominated by the parenchyma at the end. The color
of the black nibung stem is striped on the skin and the color of the cream on the center of the skin and
the basting. The physical properties of the nibung stem show that the skin edge of the nibung stem can
be used as a lightweight construction because it has an average density value of 0.53 g. Cm-3, which is
included in the strong class III. As for the center and pith section it is not recommended to be used as
a construction, because the average density is 0.28 g.cm-3 in the middle and an average of 0.17 g.cm-3
in the pith section is included in the strong class V. The mechanical properties of the nibung stem
were seen from the highest MOE and MOR values found on the edges of the skin, with an average
MOE value of 584.78 kg.cm-2. Likewise for the MOR value the biggest nibung stem is found on the
edge of the skin with a value of 432,527 kg.cm-2, and on the edges of the skin including the strong
class II and the middle and the bile included in the strong class V.
2
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan Vol 3 No 1 Februari 2019
nibung yang liar atau membeli batang nibung
yang dibudidayakan dengan harga perbatang Rp.
200.000,-. Masyarakat Desa Temeran
memanfaatkan batang nibung yang tumbuh
secara liar dilahan milik pribadi atau semak
belukar sedangkan yang dibudidayakan untuk
dijual ke masyarakat luar Desa Temeran.
23.50
26.07
18.70
16.30
16.00
12.67
0.46
0.40
0.20
0.18
Tengah Kulit
0.16
0.15
0.46
0.18
5.82
mudah mengalir dibandingkan dengan sel pada
4.47
4.41
6.00
3.76
daerah lainya, hal ini menyebabkan nilai Tepi Kulit
3.09
2.38
penyusutan bagian ujung lebih besar. Kadar air 4.00
1.82
Tengah Kulit
0.71
berhubungan dengan perubahan dimensi. Pada
0.27
2.00
penyusutan tangensial bagian pangkal nilai Empulur
penyusutan pada tepi kulit lebih besar 0.00
Pangkal Tengah Ujung
dibandingkan dengan bagian tengah kulit dan
empulurnya. Hal ini dikarenakan sifat batang Gambar 8. Susut Tangensial Batang Nibung
higrokopis batang nibung yang dapat menyerap
dan melepaskan uap air sesuai dengan Susut tangensial batang nibung
lingkungan disekitarnya. Sesuai dengan berdasarkan variasi kedalaman yang terdapat
pernyataan Haygreen et al. (2003) yang pada variasi ketinggian menurut data statistik
menyatakan kayu memiliki sifat higroskopis tidak berpengaruh nyata, diduga batang tersebut
yaitu kemampuan kayu untuk menyerap uap air sudah memiliki kerapatan yang tinggi sehingga
dari udara sekitarnya sampai kayu mencapai menyebabkan kayu tersebut memiliki tingkat
keseimbangan kandungan air dengan udara. perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan
Berikut rata-rata susut tangensial pada Tabel 2. lainnya. Karena peningkatan kerapatan
menyebabkan sel-sel kayu terpadatkan cenderung
Tabel 2. Rata-Rata Penyusutan Tangensial memipih sehingga mengurangi volume rongga,
yang sekaligus mengurangi volume kayunya
sementara beratnya tetap sehingga perubahan
dimensinya lebih stabil (Tomme et al., 1998
dalam Sulistyono, 2001). Tingginya nilai
penyusutan tangensial akibat adanya tahanan sel
jari-jari kayu, penoktahan yang rapat pada
dinding radial, dominasi kayu akhir pada arah
Rata- rata penyusutan berdasarkan tangensial dan perbedaan jumlah zat pada
kedalaman dimulai dari tepi kulit, empelur, dan dinding sel (Haygreen dan Bowyer, 1982).
tengah kulit dengan nilai 2,63 %, 2,78 %, dan Berdasarkan uji lanjut Duncan, tidak adanya
3,48 %. Menurut Iswanto, et al. (2010). Hal pengaruh terhadap perlakuan pada ketinggian
tersebut disebabkan karena pada bagian pusat didalam kedalaman.
(dalam) didominasi oleh sel parenkim dimana sel
parenkim dapat mengakibatkan peningkatan sifat 2. Penyusutan Radial
higroskopik dari batang. Sebagai akibat dari sifat
higroskopis dari batang maka akan Hasil yang didapat pada susut radial
mempertahankan kadar air kesetimbangan dapat dilihat nilai tertinggi penyusutan terdapat
dengan lingkungannya melalui pelepasan atau pada batang bagian tengah di tengah kulit dengan
penyerapan air. Penyusutan berdasarkan nilai 3,73 % dan nilai susut terendah pada batang
ketinggian dapat dilihat semakin meningkat dari bagian tengah pada tepi kulit dengan nilai 0,84 %.
pangkal, tengah dan ujung dengan nilai 1,1 %, Pada grafik diatas berdasarkan bagian dalam
3,65 % dan 4,39 %. Hal tersebut sesuai dengan batang nibung yang tinggi penyusutan terdapat
keadaan sel yang masih banyak aktif pada bagian pada bagian tengah kulit, hal ini menandakan
tengah dan ujung sehingga pada bagian tersebut bahwasannya kandungan air pada bagian tengah
masih banyak terdapat kadar air yang tinggi dari kulit tinggi. Hal tersebut sesuai dengan
pada pada bagian pangkal batang. Selain itu hasil
8
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan Vol 3 No 1 Februari 2019
pernyataan Haygreen, et al. (2003) bahwa pengaruh terhadap perlakuan pada ketinggian
hubungan antara kandungan air dan penyusutan didalam kedalaman.
adalah linier, artinya semakin tinggi kandungan
air maka tingkat penyusutan kayu juga akan 3. Penyusutan Longitudinal
semakin tinggi. Berikut rata-rata susut radial
pada Tabel 3. Hasil yang didapat pada susut
longitudinal dapat dilihat nilai tertinggi
Tabel 3. Rata-Rata Penyusutan Radial penyusutan terdapat pada batang bagian ujung di
empulur dengan nilai 2,52 % dan nilai susut
terendah pada batang bagian pangkal pada
empulur dengan nilai 0,22 %. Pada grafik diatas
pada bagian pangkal nilai penyusutan tepi kulit
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tengah
kulit dan empulur yaitu 1,42%. Pada bagian
tengah nilai dari tepi kulit, tengah kulit, dan
3.18
3.73
2.89
2.76
4.00
2.19
1.74
1.71
Tepi Kulit
dan 0,94%.
0.84
2.00
Tengah Kulit
2.52
0.00 Empulur 3.00
1.67
1.42
Pangkal Tengah Ujung
1.18
2.00 Tepi Kulit
1.00
0.94
0.92
0.35
Gambar 9. Susut Radial Batang Nibung Tengah Kulit
0.22
1.00
Empulur
Rata-rata pada Gambar 9 penyusutan 0.00
yang besar terjadi pada empulur > tengah kulit > Pangkal Tengah Ujung
tepi kulit pada bagian pangkal. Pada batang
nibung bagian tengah di tengah kulit nilai Gambar 10. Susut Longitudinal Batang Nibung
penyusutan lebih tinggi dibandingkan dengan
pada bagian empulur. Hal tersebut dipengaruhi Variasi nilai dari dua bagian kedalaman
karena adanya variasi pada ukuran dan bentuk tersebut dapat terjadi kemungkinan diakibatkan
potongan yang akan mempengaruhi orientasi arah longitudinal sejajar dengan arah serat pada
serat dalam potongan dan keseragaman batang nibung dan disebabkan oleh adanya
kandungan air diseluruh tebalnya. Air yang perbedaan potongan sehingga akan
terdapat pada rongga sel (air bebas) kosong dan mempengaruhi keseragaman ketebalan yang
yang terdapat pada dinding sel (air terikat) berbeda pada masing-masing sampel. Berikut
berkurang sampai kadar air titik jenuh serat, rata-rata susut longitudinal yang disajikan pada
dimana pada keadaan ini akan berpengaruh pada Tabel 4 dibawah ini.
stabilitas dimensi dan kekuatan kayu. Makin
Tabel 4. Rata-Rata Penyusutan Longitudinal
banyak zat dinding sel (makin besar BJ), makin
besar perubahan dimensi pada perubahan kadar
air yang sama (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Susut radial batang nibung berdasarkan
variasi kedalaman yang terdapat pada variasi
ketinggian menurut data statistik tidak Rata-rata penyusutan longitudinal
berpengaruh nyata. Menurut Panshin dan Zeuw berdasarkan kedalaman batang nibung yang besar
(1970), Variasi nilai penyusutan yang dihasilkan terjadi pada tengah kulit, tepi kulit dan empulur
dari penyusutan radial dan masih tergolong, sedangkan penyusutan berdasarkan ketinggian
mengingat variasi berbagai faktor yang ada nilai penyusutan yang besar terjadi pada pangkal,
penyusutan arah radial berkisar antara 2,1-8,5%, tengah dan ujung. Berdasarkan penyusutan yang
sedangkan untuk arah tangensial antara 4,3-14%. terjadi menandakan bahwasannya sel-sel yang
Berdasarkan uji lanjut DNMRT, tidak adanya masih aktif membelah masih memiliki kadar air
yang tinggi, sehingga sel-sel yang terdapat pada
9
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan Vol 3 No 1 Februari 2019
tengah dan ujung batang serta tengah kulit dan oleh faktor biologis dapat terjadi baik pada pohon
empulur biasanya nilai penyusutannya lebih yang masih berdiri, bahkan balok segar.
tinggi dibandingkan dengan tepi kulit dan
1018.00
pangkal baatang. Susut longitudinal batang 1500.00
nibung berdasarkan variasi kedalaman yang
480.82
terdapat pada variasi ketinggian menurut data 1000.00 Tepi Kulit
268.79
255.52
166.91
statistik tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan uji
73.18
Tengah Kulit
26.43
25.25
23.12
lanjut Duncan, tidak adanya pengaruh terhadap 500.00
perlakuan pada ketinggian didalam kedalaman Empulur
0.00
pada penyusutan longitudinal.
Pangkal Tengah Ujung
4.4 Sifat Mekanik Gambar 11. Nilai MOE
Dari penelitian yang didapat pada hasil
yang terlihat bahwa, nilai rata-rata MOE batang Menurut Damanik (2003) serangan fungi
nibung bagian luar (tepi kulit) lebih tinggi bila pada kayu salah satunya dapat mempengaruhi
dibandingkan arah bagian dalam (empulur) kekuatan, kayu yang diserang jamur akan
dengan kisaran 23,12-1018,00 kg.cm-2. Nilai mempengaruhi sifat keteguhan pukul, keteguhan
MOE batang nibung relatif lebih kecil lengkung, keteguhan tekan, kekerasan serta
dibandingkan dengan MOE batang pinang elastisitasnya dan mengakibatkan kekuatan kayu
dengan kisaran antara 1365-114818 kg.cm-2 akan berkurang. Berdasarkan pengujian yang
(Trisnawati, 2009). Nilai MOE tertinggi berada telah dilakukan, nilai MOE memiliki
pada posisi tepi kulit, sedangkan terendah kecenderungan dimana MOE pada bagian pusat
terdapat pada bagian empelur. Diduga karena batang (empulur) memiliki nilai yang rendah dan
ikatan pembuluh pada pangkal sangat akan semakin besar mendekati bagian kulit. Hal
banyak.sesuai dengan pernyataan bahwa, hal ini ini disebabkan karena pengaruh dari kadar air
disebabkan karena pada bagian ujung tersusun dan kerapatan yang pada bagian pusat dan
atas jaringan yang masih muda, dimana secara bagian ujung batang memiliki persentase jumlah
fisiologis jaringan tersebut masih berfungsi aktif parenkim yang lebih besar daripada ikatan
sehingga dinding selnya relatif tipis dibanding pembuluh sedangkan parenkim memiliki
dengan dinding sel jaringan yang sudah tua, kemampuan mengikat air lebih banyak daripada
kemudian kandungan selulosa dan lignin jaringan ikatan pembuluh sedangkan untuk kerapatan
ikatan pembuluh pada bagian pangkal lebih peningkatan kerapatan batang akan
tinggi. Semakin banyak sel serabut maka mengakibatkan meningkatnya kualitas batang
semakin baik pula sifat mekanis suatu kayu,serta nibung, karena kerapatan memiliki hubungan
semakin tinggi perbandingan antara lignin dan linier dengan kekuatan dan elastisitas. MOE
selulosa semankin meningkat pula kekuatan kayu batang nibung berdasarkan variasi kedalaman
(Panshin dan de Zeeuw 1970) dalam Iswanto yang terdapat pada variasi ketinggian menurut
(2010). data statistik berpengaruh nyata. Berdasarkan uji
Bagian ketinggian pangkal, tengah, dan lanjut DNMRT pangkal kulit berpengaruh nyata
ujung nibung dapat dilihat pada Gambar 11, terhadap semua ketinggian dan kedalaman. Pada
terlihat lebih besarnya nilai bagian kedalaman tengah kulit berpengaruh nyata pada pangkal
pada tepi kulit yang memiliki nilai yang besar kulit, tengah tengah, ujung empelur, ujung tengah,
dan akan semakin rendah nilainya menuju bagian dan tengah empelur. MOE bagian tepi kulit
tengah kulit lalu ke dalam empulur. Batang batang nibung dapat digunakan sebagai
nibung dalam hal tersebut dapat disebabkan konstruksi ringan karena memiliki nilai rata-rata
sampel pengujian bagian tengah hingga empelur 584.78 kg.cm-2 yang termasuk dalam kelas kuat
terserang jamur dan serangga hingga mengurangi III Sedangkan untuk bagian tengah dan bagian
kekuatan batang bagian kedalaman. Jasad hidup empulur sangat tidak disarankan digunakan
tersebut merusak kayu karena menjadikan kayu sebagai konstruksi, karena MOE rata-rata 122.40
tersebut sebagai tempat tinggal atau makanannya. kg.cm-2 pada bagian tengah dan rata-rata 72.15
Kerusakan yang terjadi akibat kerusakan kayu kg.cm-2 pada bagian empulur termasuk dalam
kelas kuat V di lihat pada Tabel 1 Kelas kekuatan
10
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan Vol 3 No 1 Februari 2019
kayu di dalam Peraturan Konstruksi Kayu menandakan bahwa bagian kulit batang nibung
Indonesia. dapat menahan beban hingga bahan tersebut
Modulus of Rupture (MOR) batang mengalami perubahan bentuk atau kerusakan,
nibung berdasarkan variasi kedalaman yang dibandingkan dengan bagian kedalaman seperti
terdapat pada variasi ketinggian menurut data tengah kulit dan empelur. Berdasarkan pengujian
statistik berpengaruh nyata. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, nilai MOR memiliki
lanjut DNMRT adanya pengaruh nyata terhadap kecenderungan yang sama dengan hasil
semua perlakuan. Pada pangkal kulit pengujian MOE dimana pada bagian pusat
berpengaruh nyata terhadap tengah kulit, ujung batang (empulur) memiliki nilai yang rendah dan
kulit, pangkal tengah, pangkal empelur, tengah akan semakin besar mendekati bagian kulit.
tengah,ujung empelur, ujung tengah, tengah Adanya keragaman pada nilai dari nilai sifat-sifat
empelur. Tengah kulit berpengaruh nyata pada mekanik disebabkan adanya perbedaan struktur
pangkal kulit, pangkal empelur, tengah tengah, dari batang nibung mulai bagian luar sampai
ujung empelur, ujung tengah, tengah empelur. dalam batang serta bagian bawah, tengah dan
Hasil uji DNMRT menunjukan kesamaan antara ujung dari batang. Pada bagian dalam batang
MOE dan MOR, sehingga hasilnya berbanding sebagian besar terbentuk atas jaringan dasar
lurus pada setiap variasi. parenkim sedangkan untuk luar atau tepi kulit
MOR pada penelitian ini nilai rata- yang didominasi oleh ikatan pembuluh yang
ratanya meningkat dari empelur menuju kulit. berdinding tebal. Bagian sel pembuluh lebih
Pada bagian pangkal nilai di tepi kulit sangat stabil dan kuat dibandingkan bagian dalam
jauh tinggi nilainya dari tengah kulit dan ujung (empulur) batang nibung.
kulit yang bernilai sebesar 728.51 kg.cm-2. Pada Semakin ke dalam sebaran sel pembuluh
bagian tengah kulit yang tertinggi pada pangkal semakin kecil sehingga akan berpengaruh
sebesar 193.94 kg.cm-2. Pada pangkal bagian terhadap kerapatan atau berat jenis yang
empelur nilainya paling besar dari bagian mempengaruhi kekuatan (MOE dan MOR)
empelur lainnya disetiap ketinggian yaitu sebesar batang nibung, hal ini merupakan indikator
89.63 kg.cm-2. Berdasarkan data yang dihasilkan kualitas kayu yang penting dalam menentukan
bahwa bagian pangkal dapat menahan beban kayu sebagai bahan kontruksi bangunan
lebih baik dari bagian tengah dan ujung batang berdasarkan berat jenis dan kemampuan menahan
nibung. Pada posisi batang secara horizontal, beban, karena kekuatan kayu berhubungan
berat jenis semakin menurun dari bagian tepi kerapatan dengan berat jenis (Haygreen dan
(luar) batang menuju bagian pusat (dalam) Bowyer, 1989). Hal ini juga berlaku pada
batang. Hal ini disebabkan karena pada bagian beberapa jenis palm seperti kelapa dan kelapa
tepi batang memiliki jumlah vascular bundles sawit. Bagian inilah yang sebenarnya
yang lebih besar dibanding bagian tengah dan memberikan kekuatan pada batang nibung dan
pusat (dalam) yang bisa di lihat pada anatomi jenis palem lainnya. MOR Bagian tepi kulit
Gambar 12. batang nibung dapat digunakan sebagai
konstruksi ringan karena memiliki nilai rata-rata
728.51
56.50
Tengah Kulit
25.35
24.17
20.11
1. Sifat Anatomi batang nibung menunjukkan Anonim NI-5 PKKI. 1961. Peraturan Konstruksi
didominasi oleh ikatan pembuluh (vascular Kayu Indonesia. Yayasan Lembaga
bundles) pada bagian pangkal kemudian Penyelidikan Masalah Bangunan.
didominasi oleh parenkim pada bagian Jakarta.
ujung. Warna batang nibung hitam bergaris
pada bagian kulit dan warna cream pada Anonim, 2009. Permenhut Nomor P.19/Menhut-
bagian tengah kulit dan empelur. II/2009 tentang Strategi
2. Sifat fisis batang nibung menunjukan Pengembangan Hasil Hutan Bukan
bagian tepi kulit batang nibung dapat Kayu Nasional. Departemen
digunakan sebagai konstruksi ringan Kehutanan RI. Jakarta.
karena memiliki nilai berat jenis rata-rata
0,53, yang termasuk dalam kelas kuat III. Bakar E., S. 2003. Kayu Sawit Sebagai Substitusi
Sedangkan untuk bagian tengah dan bagian Kayu dari Hutan Alam. Forum
empulur sangat tidak disarankan digunakan Komunikasi Teknologi dan Industri
sebagai konstruksi, karena berat jenis rata- Kayu Vol. 2 Jurusan Teknologi
rata 0,28 g.cm-3 pada bagian tengah dan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan
rata-rata 0,17 g.cm-3 pada bagian empulur IPB. Bogor.
termasuk dalam kelas kuat V.
3. Sifat mekanis batang nibung dilihat dari Bowyer, J., L., R., Shmulsky, and J., G.,
nilai MOE dan MOR paling besar terdapat Haygreen. 2003. Forest Products
pada bagian tepi kulit, dengan nilai rata- And Wood Science: An introduction.
rata MOE sebesar 584,78 kg.cm-2. Begitu Iowa State Press.
juga untuk nilai MOR batang nibung
paling besar terdapat pada bagian tepi kulit Ekawati. 2001. Study Sifat Fisik Dan Mekanik
dengan nilai 432,527 kg.cm-2, dan pada Kayu Kelapa (Cocos nucifera L.)
tepi kulit termasuk kelas kuat II dan bagian Berdasarkan Kedalaman Dan Posisi
tengah serta empelur termasuk dalam kelas Batang. Skripsi (Tidak
kuat V. dipublikasikan). Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
1. Berdasarkan penelitian disarankan bagian
tepi kulit batang nibung dapat digunakan Harsono, D. 2011.Sifat Fisik dan Mekanik
sebagai konstruksi ringan, karena memiliki Batang Kelapa (Cocos nucifera L.)
nilai berat jenis dan nilai kekuatan ditinjau dari Kalimantan Selatan. Jurnal
dari nilai MOE dan MOR. Pada bagian Riset Industri Hasil Hutan. 3(1).
tengah atau empelurnya dapat digunakan
untuk apungan tambak ikan, karena bagian Haygreen, J., G. and Bowyer, J., L. 1989. Forest
tersebut seperti gabus yang mudah Product and Wood Science. Iowa
mengapung di permukaan air. State University Press. USA.
2. Dilakukan penelitian lanjutan mengenai
ketahanan batang nibung terhadap Haygreen J., G., R., Shmulsky, J., L., Bowyer.
organisme perusak (rayap, jamur dan 2003. Forest Product and Wood
marine borere). Science, An Introduction. The Lowa
3. Dilakukannya penelitian tentang kimia dari State University Press. USA.
kayu nibung untuk melengkapi sifat
dasarnya serta tentang keawetan kayu Heyne, K. 2008. Tumbuhan Berguna Indonesia
tersebut. Jilid I. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan.
Departemen Kehutanan. Jakarta.
12
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan Vol 3 No 1 Februari 2019
Iswanto, A., P., Sucipto, T., Azhar I., Coto, Z.,
Febrianto, F. 2010. Sifat Fisis dan
Mekanis Batang Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) Asal Kebun
Aek Pancur- Sumatera Utara. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan.
3(1) : 1-7.
13
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan Vol 3 No 1 Februari 2019