You are on page 1of 11

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

SKRINNING FITOKIMIA, UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR


SURYA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

David Albert Pangemanan1), Edi Suryanto1), Paulina V. Y. Yamlean 1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Corn (Zea Mays L.) is widely developed in Indonesia. Corn kernels showed total phenolic and antioxidant
activity. Antioxidants have the potential as photoprotectors, therefore, plants containing phenolic
compounds can be used in the prevention of free radicals. For this reason, researcher is interested in further
researching the phytochemical screening, antioxidant activity and sunscreen testing from extracts of stems,
leaves, hair and leaf wrapping from corn (Zea mays L.). The samples used were corn plants (corn silk, corn
leaves, corn stalks and leaf wrapping corn) originating from Kauditan area, North Minahasa. The results of
the study showed that the leaf contained saponin and flavonoid compounds, the stem contained alkaloid and
saponin compounds, the hair contained alkaloid and flavonoid compounds, and the leaf wrapping only
contained alkaloid compounds. The highest to lowest total phenolic content values starting from the stem
were 46.93 μg / mL, the leaf wrapping 37.76 μg / mL, the leaf 26.63 μg / mL and hair 14.49 μg / mL. The leaf
has the highest antioxidant activity with a value of 72.81% followed by 62.87% stem then wrapping leaf
43.13% and finally hair 29.14%. The SPF value of the stem was included in the ultra protection with a value
of 16.117 followed by the leaves included in the maximum protection with an SPF value of 10.902. While the
hair with SPF value of 0.6 and wrapping leaf with SPF value of 0.222 are included in the minimum
protection.

Keywords: Corn (Zea Mays L.), Sunscreen, Antioxidants, Phenol

ABSTRAK

Jagung (Zea Mays L.) banyak dikembangkan di Indonesia. Biji jagung menunjukkan kadar total fenolik dan
aktivitas antioksidan. Antioksidan memiliki potensi sebagai fotoprotektor, oleh karena itu, tanaman yang
mengandung senyawa fenolik dapat digunakan dalam pencegahan radikal bebas. Untuk itu peneliti tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang skrining fitokimia, uji aktivitas antioksidan dan tabir surya dari ekstrak
batang, daun, rambut, dan daun pembungkus dari jagung (Zea mays L.). Sampel yang digunakan ialah
tanaman jagung (rambut jagung, daun jagung, batang jagung dan daun pembungkus jagung) yang berasal
dari daerah Kauditan, Minahasa Utara. Hasil dari penelitian menunjukkan daun mengandung senyawa
saponin dan flavonoid, batang mengandung senyawa alkaloid dan saponin, rambut mengandung senyawa
alkaloid dan flavonoid, dan daun pembungkus hanya mengandung senyawa alkaloid. Nilai kandungan total
fenolik yang paling tinggi sampai paling rendah dimulai dari batang sebesar 46.93 μg/mL, daun
pembungkus 37.76 μg/mL, daun 26.63 μg/mL dan rambut 14.49 μg/mL. Daun memiliki aktivitas antioksidan
yang paling tinggi dengan nilai 72.81% diikuti oleh batang 62.87% kemudian daun pembungkus 43.13% dan
yang terakhir adalah rambut 29.14%. Nilai SPF batang termasuk dalam proteksi ultra dengan nilai 16,117
diikuti oleh daun yang termasuk dalam proteksi maksimal dengan nilai SPF 10,902. Sedangkan rambut
dengan nilai SPF 0,6 dan daun pembungkus dengan nilai SPF 0,222 termasuk dalam proteksi minimal.

Kata Kunci : Jagung (Zea Mays L.), Tabir Surya, Antioksidan, Fenol

194
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

PENDAHULUAN Black (1990) menyatakan bahwa


Jagung (Zea Mays L.) dikenal dengan antioksidan memiliki potensi sebagai
nama sweetcorn banyak dikembangkan di fotoprotektor, oleh karena itu, tanaman yang
Indonesia. Jagung banyak dikonsumsi karena mengandung senyawa fenolik dapat
memiliki rasa yang lebih manis, aroma lebih digunakan dalam pencegahan generasi radikal
harum, dan mengandung gula sukrosa serta bebas oksigen dan peroksidasi lipida yang
rendah lemak sehingga baik dikonsumsi bagi diinduksi oleh cahaya UV. Nilai SPF yang
penderita diabetes (Putri, 2011). Sebagai salah didapat untuk konsentrasi 2,5% dan 5% ialah
satu tanaman pangan paling penting, jagung 3,2; 3,8 sudah memiliki kemampuan tabir
berkembang secara luas (Liu et al, 2016). surya dalam proteksi minimal. Untuk
Umur produksi jagung manis lebih singkat konsentrasi 7,5% nilainya berada diantara
(genjah), sehingga dapat menguntungkan dari proteksi minimal dan proteksi sedang 4,4
sisi waktu (Palungkun dan Asiani, 2004). (Wenur, 2016).
Sulawesi Utara memiliki varietas jagung Sinar ultraviolet (UV) adalah bagian dari
lokal yang unggul salah satunya yaitu jagung sinar matahari yang merupakan suatu
Manado kuning. Jenis jagung Manado kuning gelombang elektromagnetik. Adanya paparan
masih kurang digunakan sebagai bahan radiasi sinar UV dapat membahayakan kulit
pangan yang biasa dikonsumsi oleh karena dapat menyebabkan eritema,
masyarakat karena memiliki tekstur yang pigmentasi, fotosensitivitas, penuaan dini
keras, dan biasanya di jadikan sebagai pakan hingga kanker kulit (Satiadarma dan Suyoto,
untuk hewan ternak. Menurut Demak (2017), 1986; Saewan and Jimtaisong, 2013). Salah
pemanggangan biji jagung Manado kuning satu upaya untuk melindungi kulit adalah
pada 1600C menunjukkan total fenolik dan menggunakan tabir surya (sunscreen).
aktivitas antioksidan yang paling tinggi. Efektivitas tabir surya biasa dinyatakan
Jagung Manado kuning memiliki kandungan dengan SPF (Sun Protection Factor) yang
fitokimia fenolik dan karotenoid serta merupakan perbandingan ukuran berapa
aktivitas antioksidan (Landeng et al., 2017; banyak UV yang diperlukan untuk membakar
Budiarso et al., 2017). Tanaman jagung kulit ketika dilindungi dan tidak dilindungi
kuning memiliki kualitas lebih baik oleh tabir surya (Laeliocattleya et al., 2014).
dibandingkan jagung putih, karena warna Paparan sinar matahari adalah sumber
kuning diakui sebagai sumber provitamin A pembentuk senyawa radikal bebas. Radikal
(Hwang et al., 2016; Shahidi, 1997). bebas merupakan molekul yang memiliki satu
Menurut Suryanto (2012), tubuh manusia atau lebih elektron yang tidak berpasangan.
secara terus menerus mengalami proses Elektron-elektron yang tidak berpasangan ini
oksidasi yang menghasilkan oksigen aktif dan menyebabkan radikal bebas menjadi senyawa
radikal bebas. Reaksi radikal bebas dengan yang sangat reaktif terhadap sel-sel tubuh
molekul lain dapat berlangsung secara dengan cara mengikat elektron molekul sel
berkesinambungan dan menimbulkan reaksi (Pietta, 1999; Wijaya, 1996). Rekasi ini
berantai, dan jika hal tersebut berlangsung sering disebut sebagai oksidasi, berbagai
secara terus menerus akan menimbulkan bukti ilmiah menunjukkan bahwa resiko
berbagai macam gangguan kesehatan seperti penyakit kronis akibat senyawa radikal bebas
kanker, jantung, penuaan dini serta penyakit dapat dikurangi dengan memanfaatkan peran
degenerative lainnya (Antolovich et al., senyawa antioksidan seperti vitamin C, E, A,
2002). karoten, asam-asam fenol, polifenol dan
195
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

flavonoid (Prakash, 2001; Okawa et al., natrium karbonat 2%, reagen Folin-Ciocalteu
2001). Menurut Adom dan Liu (2002) jagung 50%).
menunjukkan potensi aktivitas antioksidan.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Prosedur Penelitian
Solihah et al., (2012), rambut jagung Pengambilan Sampel
mengandung senyawa fenol, flavonoid, tannin Bahan yang digunakan ialah tanaman
dan alkaloid. Penelitian Lumempow et al., jagung (rambut jagung, daun jagung , batang
2012) untuk tongkol jagung telah terbukti jagung dan daun pembungkus jagung) yang
mengandung senyawa fenolik yang sejalan berumur ± 90 hari berasal dari daerah
dengan nilai SPF. Dari uraian diatas dan Kauditan, Minahasa Utara.
kandungan fitokimia yang terdapat pada
rambut dan tongkol jagung maka peneliti Ekstraksi
tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Ditimbang sampel sebanyak 50 g dan
skrining fitokimia, uji aktivitas antioksida dan diekstraksi menggunakan metode maserasi
tabir surya dari ekstrak batang, daun, rambut, dengan pelarut Etanol 80% sebanyak 500 mL
dan daun pembungkus dari jagung (Zea mays selama 1x24 jam kemudian disaring dengan
L.). menggunakan kertas saring dan diperoleh
filtrat serta endapan. Dilakukan 2x
METODOLOGI PENELITIAN penggulangan. Filtrat dipekatkan
Waktu dan Tempat Penelitian menggunakan rotary evaporator.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan Oktober 2018 – Oktober 2019 di Skrining Fitokimia
Laboratorium Unit Pelayanan Terpadu,
Universitas Sam Ratulangi Manado. Ektrak kental masing – masing bagian
tanaman dianalisis fitokimia yang meliputi uji
Alat dan Bahan alkaloid, triterpenoid dan steroid, saponin,
Alat dan flavonoid. Metode skrining yang
Peralatan yang digunakan dalam digunakan berdasarkan pada Harborne (1987).
penelitian yaitu alat-alat gelas tabung reaksi, a. Alkaloid
erlenmeyer, gelas kimia, gelas Arloji, gelas Sebanyak 0.1 g ekstrak kental
ukur (Pyrex Iwaki dan Schott Duran) labu ditambahkan dengan 2 mL pereaksi
bulat, rak tabung, mikropipet, mikro buret, alkaloid yaitu pereaksi dragendorff
aluminium foil, botol serum, ayakan 60 mesh, dan pereaksi meyer kemudian di
vortex, cawan porselin, spatula stainless steel, vortex. Hasil uji positif diperoleh bila
neraca analitik ER-180 A, rotary evaporator, terbentuk endapan merah dengan
Spektrofotometer UV-Vis pereaksi dragendorff dan endapan
putih kekuningan dengan pereaksi
Bahan meyer.
Bahan yang digunakan terdiri dari b. Triterpenoid dan steroid
Tanaman Jagung, akuades, Etanol 80%, Sebanyak 0.1 g ekstrak
Etanol 95%, Etanol p.a, larutan DPPH, ditambahkan dengan 1 mL pereaksi
Reagen uji fitokimia (Liebearmann-burchard, Libearmann Burchard kemudian
Pereaksi dragendorff, Pereaksi meyer, HCl dikocok. Reaksi positif ditunjukkan
pekat, NaOH, Serbuk magnesium, larutan dengan terbentuknya larutan berwarna

196
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

biru hijau untuk pertama kali ditambahkan 2 mL larutan Na2CO3 2%.


kemudian berubah menjadi berwarna Selanjutnya campuran diinkubasi dalam ruang
merah. gelap selama 30 menit. Absorbansinya dibaca
c. Saponin (uji busa) pada λ 750 nm spektrofotometer UV-Vis.
Sebanyak 0.05 g ekstrak
ditambahkan etanol 3 mL kemudian Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan
dipanaskan sampai mendidih. Larutan DPPH
lalu didinginkan dan ditambahkan Penentuan aktivitas penangkal radikal
aquades sebanyak 3 mL. Jika terdapat bebas menurut Burda dan Oleszeck (2001).
busa setinggi 1 cm dan bertahan Sebanyak 0,5 mL masing-masing ekstrak
selama 10 menit setelah larutan ditambahkan dengan 1,5 mL larutan ekstrak
dikocok berarti sampel positif 1000 g/mL, 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
mengandung saponin. (DPPH) dalam etanol dan divorteks selama 2
d. Flavonoid menit. Berubahnya warna larutan dari ungu ke
Sebanyak 0.05 g ekstrak kuning menunjukkan efisiensi penangkal
ditambahkan ditambahkan dengan 2.5 radikal bebas. Inkubasi selama 30 menit dan
mL etanol 95% kemudian dipanaskan absorbansi diukur pada λ 517 nm dengan
sampai mendidih lalu didinginkan. menggunakan spektrofotometer UV-Vis. α-
Diambil 1 mL dari larutan dan tokoferol (VE) dengan konsentrasi 50 µg/mL
ditambahkan 2 tetes HCL pekat dan digunakan sebagai sampel pembanding.
0.1 mg bubuk Mg. Selanjutnya Aktivitas penangkal radikal bebas dihitung
dikocok dan didiamlan selama 3 sebagai presentase berkurangnya warna
menit. Reaksi positif ditunjukkan DPPH dengan menggunakan persamaan:
dengan terbentuknya warna merah
kekuningan. Aktivitas penangkal radikal bebas (%) =
e. Tannin
( ) × 100%
Sebanyak 0.05 g ekstrak
ditambahkan Etanol 95% kemudian
dikocok lalu didiamkan selama 3 Penentuan Nilai SPF Secara in-vitro
menit. Diambil 1 mL dari larutan Penentuan efektifitas tabir surya
kemudian ditambahkan 3 tetes FeCl3 dilakukan dengan menentukan nilai SPF
1%, selanjutnya dikocok dan diamati. secara In Vitro dengan menggunakan
Reaksi positif ditunjukkan dengan spektrofotometer. Ekstrak masing-masing
terbentuknya warna hitam kehijauan. bagian tanaman jagung diencerkan menjadi
1000 µg/mL kemudian dibaca pada
Penentuan Kandungan Total Fenolik spektrofotometer.
Kandungan total fenolik ekstrak Dibuat kurva serapan uji dalam kuvet,
masing-masing bagian tanaman jagung dengan panjang gelombang antara 290-360
ditentukan menggunakan metode Folin nm, gunakan etanol sebagai blangko 50%.
Ciocalteu (Conde et al., 1997). Sebanyak 0,1 Kemudian tetapkan serapan rata-ratanya (Ar)
mL larutan ekstrak konsentrasi 1000 µg/mL dengan interval 5 nm. Kemudian dihitung
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu dengan rumus :
ditambahkan 0,1 mL reagen Folin Ciocalteu
50%. Campuran tersebut divortex, lalu
197
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

SPF = CF x ∑ (λ) x I (λ) x absorbansi Maserasi adalah proses perendaman


(λ) …….. (Pers.2) sampel untuk menarik komponen yang
diinginkan pada jangka waktu tertentu.
Keterangan : Keuntungannya yakni, lebih praktis, pelarut
CF : Faktor Koreksi (10) yang digunakan lebih sedikit, dan tidak
EE : Efisiensi eriternal
memerlukan pemanasan, tetapi waktu yang
I : Spektrum simulasi sinar surya
dibutuhkan relatif lama (Putri et al., 2011).
Ekstraksi maserasi dipilih karena
HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan metode yang sederhana dan
Ekstraksi
mudah dilakukan. Pada proses maserasi,
Sampel yang digunakan dalam
sampel mengalami pemecahan dinding sel
penelitian ini adalah daun, daun pembungkus,
dan membran sel akibat perbedaan tekanan
batang dan rambut dari jagung Manado
kuning yang dibuat menjadi serbuk. Serbuk antara di dalam dan di luar sel sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam
diperoleh dengan menghaluskan sampel
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut atau
dengan menggunakan blender, yang bertujuan
terjadi proses difusi. Penggunaan pelarut
untuk memperkecil ukuran sampel. Semakin
kecil ukuran sampel, semakin besar luas etanol pada proses maserasi, bertujuan untuk
mengekstrak senyawa metabolit sekunder
permukaan sehingga dapat mempengaruhi
yang terkandung dalam tumbuhan. Menurut
interaksi sampel dengan pelarut maka proses
Harborne (1987), pelarut etanol diduga
ekstraksi secara maserasi berlangsung optimal
mempunyai sifat yang dapat melarutkan
dan menghasilkan ekstrak yang maksimal.
Penelitian ini menggunakan proses ekstraksi semua jenis komponen yang berupa senyawa
polar, non polar dan semi polar.
maserasi. Sampel daun, daun pembungkus,
batang dan rambut jagung Manado kuning
masing-masing sebanyak 50 g diekstraksi Skrining Fitokimia
dengan pelarut Etanol 80%. Hasil skrining fitokimia dari masing-
masing bagian tanaman jagung Manado
Tabel 1. Rendemen ekstrak dari masing - kuning dapat dilihat pada tabel 2.
masing bagian tanaman jagung
Manado kuning Tabel 2. Hasil skrining fitokimia dari ekstrak
masing – masing bagian tanaman
Rendemen jagung Manado kuning.
Sampel Massa (g)
(%)
Uji
Ekstrak 4.42 8.84 Sampel
Alkaloi Saponi Stero Flavon Ta
daun d n id oid nin
Ekstrak d. 1.53 3.06 Ekstrak
- + - + -
pembungkus daun
Ekstrak d.
Ekstrak 4.47 8.93
pembungku + - - - -
batang s
Ekstrak 1.39 2.78 Ekstrak
+ + - - -
batang
rambut Ekstrak
rambut
+ - - + -
Ket. Tanda (+) positif mengandung senyawa dan tanda
(-) negatif mengandung senyawa

198
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Dari hasil yang tertera pada tabel Tabel 3. Kandungan total fenolik dari masing-
dapat dilihat bahwa ekstrak daun mengandung masing bagian tanaman jagung
senyawa saponin dan flavonoid, ekstrak Manado kuning
batang mengandung senyawa alkaloid dan
Total fenolik
saponin, ekstrak rambut mengandung Sampel (μg/mL)
senyawa alkaloid dan flavonoid, dan ekstrak
Ekstrak daun 26.63±0.01b
daun pembungkus hanya mengandung
senyawa alkaloid. Ekstrak d. pembungkus 37.76±0.02bc

Ekstrak batang 46.93±0.02c


Kandungan Total Fenolik
Hasil ekstraksi dari masing-masing Ekstrak rambut 14.49±0.01a
bagian tanaman jagung (daun, daun
pembungkus, batang dan rambut) diencerkan
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
dengan etanol p.a. menjadi konsentrasi 1000
bahwa nilai kandungan total fenolik yang
μg/mL. Kemudian diuji kandungan total
paling tinggi sampai paling rendah secara
fenolik dengan reagen Folin-Ciocalteau.
berturut-turut dimulai dari ekstrak batang
Penambahan Na2CO3 2% dimaksudkan agar
sebesar 46.93 μg/mL, ekstrak daun
suasana larutan menjadi basa karena reaksi ini
pembungkus 37.76 μg/mL, ekstrak daun
tidak terjadi dalam suasana asam (Nely,
26.63 μg/mL dan ekstrak rambut 14.49
2007). Metode ini didasarkan pada
μg/mL.
kemampuan ekstrak untuk mereduksi reagen
Kandungan fenolik dengan metode
Folin-Ciocalteu (Julkunen-Tiito, 1985).
Folin-Ciocalteau ditunjukkan dengan
Warna biru yang terdapat pada larutan
berubahnya warna larutan dari kuning
hasil uji menunjukkan adanya kandungan
menjadi biru, di karenakan reagen Folin-
fenolik pada sampel. Dapat dilihat pada
Ciocalteau yang mengandung senyawa asam
lampiran, adanya warna biru pekat pada
fosfomolibdat - fosfotungstat yang direduksi
ekstrak batang dan daun pembungkus
oleh sampel sehingga membentuk senyawa
sedangkan pada ekstrak daun dan rambut ada
kompleks molibdenum tungstat berwarna
warna biru tetapi tidak terlalu terlihat.
biru. Warna biru yang terbentuk akan semakin
Menurut Singleton dan Rossi (1965), warna
pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat
biru yang teramati berbanding lurus dengan
yang terbentuk, artinya semakin besar
konsentrasi ion fenolat yang terbentuk,
konsentrasi senyawa fenolik maka semakin
semakin besar konsentrasi senyawa fenolik
banyak ion yang mereduksi asam heteropoli
maka semakin banyak ion fenolat yang
sehingga warna biru yang dihasilkan semakin
terbentuk sehingga warna biru yang
pekat. Semakin besar intensitas warna yang
dihasilkan semakin pekat.
ditunjukkan maka akan semakin besar
kandungan fenol yang terkandung (Julkenen-
Titto, 1985).

199
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Penentuan kandungan total fenolik hidrogen, maka DPPH berubah menjadi


masing-masing ekstrak dinyatakan sebagai bentuk tereduksi (1,1-difenil-2-pikrihidrazin)
ekuivalen asam galat atau Gallic Acid dengan kehilangan warna ungu menjadi
Equivalent (GAE). Ekuivalen asam galat warna kuning. Perubahan warna kuning ini
merupakan acuan umum untuk mengukur menghasilkan senyawa bukan radikal (1,1-
sejumlah senyawa fenolik yang terdapat difenil-2-pikrihidrazin) dan radikal (A.)
dalam suatu bahan (Mongkolsilp et al., 2004). (Suryanto, 2012). Metode penangkalan
Penggunaan asam galat sebagai larutan radikal ini melalui mekanisme pengambilan
standar dikarenakan senyawa asam galat atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh
mempunyai gugus hidroksil dan ikatan radikal bebas sehingga radikal bebas ini
rangkap yang terkonjugasi pada masing- menangkap satu elektron dari senyawa
masing cincin benzena yang menyebabkan antioksidan (Pokorny et al., 2001). Gambar 1
senyawa ini sangat efektif untuk membentuk menunjukkan aktivitas antioksidan dari
senyawa kompleks dengan reagen Folin- ekstrak masing-masing bagian tanaman
Ciocalteu, sehingga reaksi yang terjadi lebih jagung Manado kuning yang diuji
sensitif dan intensif. (Julkunen-Tiito, 1985) menggunakan radikal bebas DPPH.
Hasil analisis Duncan menunjukkan
bahwa ekstrak batang memiliki kandungan
total fenolik yang sama dengan ekstrak daun 80 a
Aktivitas Penangkal Radikal

pembungkus dan mempunyai perbedaan yang 70 b


nyata terhadap ekstrak rambut dan ekstrak 60
daun. 50 c
Bebas (%)

40
d
30
Aktivitas Antioksidan dengan DPPH
20
Metode yang digunakan dalam
10
pengujian aktivitas antioksidan adalah metode 0
serapan radikal DPPH (1,1-difenil-2- Batang Daun Rambut Daun. P
pikrilhidrazil) karena merupakan metode yang
sederhana, cepat, mudah, dan menggunakan
sampel dalam jumlah yang sedikit dengan
Gambar 1. Aktivitas antioksidan dari masing-
waktu yang singkat (Hanani, 2005). Selain itu
masing bagian tanaman jagung
metode ini terbukti akurat dan praktis
(Pratimasari, 2009). Senyawa DPPH
Hasil analisis penangkal radikal bebas
merupakan sebuah molekul yang
pada masing-masing bagian tanaman jagung
mengandung senyawa radikal bebas nitrogen
menunjukkan bahwa ekstrak daun memiliki
yang tidak stabil yang dapat mengikat ion
aktivitas antioksidan yang paling tinggi
hidrogen sehingga digunakan untuk pengujian
dengan nilai 72.81% diikuti oleh ekstrak
aktivitas antioksidan. Adanya senyawa
batang 62.87% kemudian ekstrak daun
antioksidan dari sampel mengakibatkan
pembungkus 43.13% dan yang terakhir adalah
perubahan warna pada larutan DPPH dalam
ekstrak rambut 29.14%. Dapat dilihat bahwa
etanol yang semula berwarna ungu pekat
hasil analisis tidak berbanding lurus dengan
menjadi kuning pucat (Permana et al, 2003).
kandungan total fenolik dari masing-masing
Ketika larutan DPPH dicampur dengan suatu
bagian tanaman jagung.
senyawa yang dapat mendonasikan atom
200
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Pada kandungan total fenolik terlihat sinar matahari khususnya UV-B (290-320).
batang memiliki kandungan fenolik paling Menurut Wasitaadmatja (1997), pembagian
tinggi akan tetapi ekstrak daun yang memiliki tingkat kemampuan tabir surya sebagai
aktivitas antioksidan tertinggi. Hal ini berikut: minimal bila SPF antara 2-4; sedang
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan bila SPF antara 4-6; ekstra bila SPF antara 6-
tidak selalu bergantung pada kadar total 8; maksimal bila SPF antara 8-15; ultra bila
fenolik, jenis komponen kimia pun dapat SPF lebih dari 15.
mempengaruhi besar aktivitas antioksidan
suatu senyawa (Martono et al., 2010). 18

Komponen utama yang terekstraksi 16


14
pada daun adalah senyawa fenolik bebas yang
12
komponen utamanya merupakan aglikon

Nilai SPF
10
(flavonoid yang tidak terikat dengan gula)
8
yang memiliki aktivitas antioksidan lebih
6
tinggi dibandingkan komponen glikon
4
(flavonoid yang terikat dengan gula) (Huang 2
et al.,1992), sehingga aktivitas antioksidan 0
ekstrak daun lebih tinggi dibanding ekstrak daun daun.p batang rambut
lainnya. Seusai dengan Parra et al. (2007),
yang menunjukkan bahwa senyawa fenolik Gambar 2. Nilai SPF dari masing-masing
terikat lebih tinggi nilainya dibandingkan bagian tanaman jagung
dengan fenolik bebas. Aktivitas antioksidan
pada senyawa fenolik terikat lebih rendah Dapat dilihat dari Gambar 2 bahwa
karena senyawa fenolik terikat merupakan ekstrak batang termasuk dalam proteksi ultra
flavonoid yang terikat dengan gula yang dengan nilai SPF yaitu 16,117 diikuti oleh
kekurangan 3 hidroksil bebas pada cincin C daun yang termasuk dalam proteksi maksimal
(karbon) sehingga kemampuan untuk dengan nilai SPF yaitu 10,902. Sedangkan
mendonorkan atom hidrogennya berkurang ektrak rambut dengan nilai SPF 0,6 dan
(Huang et al.,1992). ekstrak daun pembungkus dengan nilai SPF
Berdasarkan hasil analisis Duncan 0,222 termasuk dalam proteksi minimal.
menunjukkan bahwa ekstrak daun memiliki Hasil yang didapat menunjukkan
perbedaan yang nyata terhadap ekstrak bahwa semakin tinggi kandungan senyawa
batang, ekstrak daun pembungkus dan ekstrak fenolik semakin meningkat kemampuan
rambut. sebagai tabir surya yang terbukti mampu
melindungi kulit dari kerusakan akibat efek
Nilai SPF dengan In vitro induksi dari radiasi UV. Fenol merupakan
Analisis secara in vitro, dilakukan senyawa aromatik yang dapat memberikan
dengan menggunakan metode serapan didaerah spektrum UV karena adanya
spektrofotometri UV-Vis dengan cara ikatan rangkap tunggal terkonjugasi sehingga
menghitung nilai absorbansi sampel yang dapat berkhasiat sebagai tabir surya. Menurut
dibaca pada panjang gelombang 290-400 nm Lumempouw et al., (2012), senyawa yang
kemudian setiap interval 5 nm (290-320 nm). berfungsi sebagai antioksidan yaitu fenolik
Metode ini untuk mengindikasikan yang juga sejalan dengan nilai Sun Protection
kemampuan sebagai fotoproteksi terhadap Factor. Senyawa dalam tabir surya mampu

201
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

melindungi kulit karena adanya ikatan yang DAFTAR PUSTAKA


dapat saling berkonjugasi sehingga ikatan Antolovich, M., Prenzeler, P. D., Patsalides,
tersebut akan beresonansi saat terpapar sinar E., McDonald, S. dan Robards, K.
UV sehingga akan menurunkan energi dan 2002. Methods for Testing
bersifat melindungi kulit (Prasiddah et al., Antioxidant Activity. Analyst.
2016). 127(183-198).
Berdasarkan hasil analisis Duncan Black. H. S. 1990. Antioxidants and
terdapat perbedaan nyata pada masing-masing Carotenoids as Potential Photo-
ekstrak. Hasil analisis menunjukkan bahwa protectans. Sunscreen Development
ekstrak batang memiliki nilai SPF yang paling Evaluation and Regulatory Prospects.
tinggi diikuti oleh ekstrak daun pembungkus Marcel Dekker Inc., New York.
kemudian ekstrak daun dan ekstrak rambut.
Budiarso, F. S., Suryanto, E. dan Yudishtira,
KESIMPULAN A. 2017. Ekstraksi dan Aktivitas
Berdasarkan dari hasil penelitian yang Antioksidan dari Biji Jagung Manado
didapat, maka dapat disimpulkan bahwa : Kuning (Zea mays L.). Pharmacon.
a. Hasil skrining fitokimia tanaman jagung 6(3).
(Zea mays L.) ekstrak daun mengandung
senyawa saponin dan flavonoid; ekstrak Conde, E. E., Cadahia, M. C., Garcia-Vallejo,
daun pembungkus hanya mengandung B. F. D., Simon dan Adrados, J. R. G.
senyawa alkaloid; ekstrak batang 1997. Low Molecular Weight
mengandung senyawa alkaloid dan Polyphenol in Cork of Querceus Suber.
saponin; sedangkan ekstrak rambut Journal Agriculture Food Chemical. 45.
mengandung senyawa alkaloid dan
flavonoid. Demak, K. U., Putri., Suryanto, E. dan
b. Aktivitas antioksidan dari tanaman Pontoh, J. 2017. Efek Pemanggangan
jagung yang paling tinggi terdapat pada Terhadap Aktivitas Antioksidan dan
ekstrak daun kemudian ekstrak batang, Kandungan Fenolik dari Jagung
ekstrak daun pembungkus dan ekstrak Manado Kuning. Chemistry Progress.
rambut. 10: 20-25.
c. Nilai SPF pada tanaman jagung sesuai
dengan kandungan total fenolik. Ekstrak Hanani, E. A., Mun’im, R. dan Sekarini.
batang memiliki nilai SPF tertinggi 2005. Identifikasi Senyawa
diikuti oleh ekstrak daun pembungkus Antioksidan Dalam Spons Callyspongia
kemudian ekstrak daun dan ekstrak SP Dari Kepulauan Seribu. Majalah
rambut. Ilmu Kefarmasian. 2(127-133).

SARAN Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia :


Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penuntun Cara Modern Menganalisis
untuk menjelaskan kandungan senyawa aktif Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung,
pada tanaman jagung (Zea mays L.) serta uji Bandung.
aktivitasnya.
Huang, M. T., Ho. C. T. dan Lee C. Y. 1992.
Phenolic Compounds In Food And
202
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Their Effects On Health II : International Journal of Molecular


Antioxidants and Cancer Prevention. Science. 17(930). Anhui Agricultural
American Chemical Society Symposium. University, Hefei.
507. Washington D.C.
Lumempow, L. I., Suryanto, E. dan
Hwang, T., Ndolo, V.U., Katunndu, M., Paendong, J. 2012. Aktivitas Anti UV-
Nyirenda, B., Kerr, R. B., Artifield. S. B Ekstrak Fenolik dari Tongkol Jagung
dan Beta, T. 2016. Provitamin A (Zea mays L.). Jurnal MIPA Online. 1.
potential of Landrace Orange Maize
Variety (Zea mays L.) Gown in Mongkolsilp, S., Pongbupakit, I., Sae-lee, N.
Different Geographical Locations of dan Sitthithaworn, W. 2004. Radical
Central Malawi. Journal Food Scavenging Activity and Total Phenolic
Chemistry. 196 : 1315-1324. Content of Medical Plants Used in
Primary Health Care. Jurnal of
Julkenen-Titto, R. 1985. Phenolic Pharmacy and Science. 9: 32-35.
Constituents in Leaves of Northern
Willows: Methods for the Analysis of Nely, F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah
Certain Phenolic. Journal Agriculture Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik
Food Chemistry. 33: 213-217. dengan Metode Polifenol dan Uji AOM
(Active Oxygen Method). IPB, Bogor.
Laeliocattleya, R. A., Prasiddha, I. J.,
Estiasih, T., Maligan, J. M. dan Palungkun, R. dan Asiani, B. 2004. Sweet
Muchlisyiyah, J. 2014. Potensi Senyawa Corn-Baby Corn : Peluang Bisnis
Bioaktif Rambut Jagung (Zea mays L.) Pembudidayaan dan Penanganan
Hasil Fraksinasi Bertingkat Pasca Panen. Penebar Swadaya,
Menggunakan Pelarut Organik untuk Jakarta.
Tabir Surya Alami. Jurnal Teknologi
Pertanian. 15(3). Universitas Parra, L. D. C., Saldivar, S. O. S. dan Liu, H.
Brawijaya, Malang. R. 2007. Effect of Processing on the
Photochemical Profile and Antioxidant
Landeng, P. J., Suryanto, E. dan Momuat, L. Activity of Corn For production of
I. 2017. Komposisi Proksimat dan Masa, Tortillas, and Tortilla Chips.
Potensi Antioksidan dari Biji Jagung Journal of Algicultural and Food
Manado Kuning (Zea mays L.). Chemistry. 55: 4177-4183.
Chemistry Progress. 10: 36-44.
Prasiddha, I. J., Lealiocattleya, R. A.,
Liu F., Xu Y., Jiang, H., Jiang, C., Du, Y., Estiasih, T. dan Maligan, J. M. 2016.
Gong, C., Wang, W., Zhu, S., Han, G., Potensi Senyawa Bioaktif Rambut
dan Cheng, B. 2016. Systematic Jagung untuk Tabir Surya Alami.
Identification, Evolution an Expression Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4(1).
Analysis of the Zea mays PHT1 Gene Universitas Brawijaya, Malang.
Family Reveals Several New Member
Involved in Root Colonization by Pratimasari, D. 2009. Uji Aktivitas Penangkap
Arbuscular Mycorrhizal Fungi. Radikal Buah Carica papaya L. dengan
203
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020

Metode DPPH dan Penetapan Kadar


Fenolik Serta Flavonoid Totalnya.
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Putri, H. A. 2011. Pengaruh Pemberian


Beberapa Konsentrasi Pupuk Organik
Cair Lengkap (POCL) Bio Sugih
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt). Universitas Andalas,
Padang.

Shahidi, F. 1997. Natural Antioxidants: An


Overview. In: Shahidi (eds). Natural
Antioxidants: Chemistry, Health Effects
and Application. AOCS Press,
Champaign, Illinois.

Singleton.V.L., dan J.A. Rossi. 1965.


Colorunetry of total phenolics with
phosphomolybdicphosphotungstic acid
reagents. American Journal Enology
and Viticulture. 16: 145-158.

Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan.


PMN, Surabaya.

Wenur. S., Yamlean, P. V. Y. dan Sudewi, S.


2016. Formulasi dan Penentuan Nilai
SPF dari Sediaan Losio Ekstrak Etanol
Kulit Buah Pisang Goroho (Musa
acuminafe L.). Pharmacon Jurnal
Ilmiah Farmasi Unsrat. 5: 108-115.

204

You might also like