You are on page 1of 8

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU MASTURBASI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR

Anisa Napriyeni Utami1, Jum Natosba2, Sri Maryatun2

1. PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya


2. Dosen PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijay
E-mail: anisaazhari94@gmail.com

ABSTRACT
Final-years students were catagorized as age group with a high sexual desire in the potential for
masturbation as the easiest and safest way to satisfy their sexual desire. In addition to the sexual
desire, there were other factors that influenced the behavior of masturbation, which were the
level of anxiety, knowledge, religiosity, peer influence, and exposure to pornographic media.
This research aimed to find out the determinant factors related to the masturbation behavior
in the final-year students. The research applied analytical survey design with cross sectional
approach to 250 final-year student that were chosen by using purposive sampling and
inclusion critearia technique. The data collection was acquired from the result of
questionnaire of Zung Self-Rating Anxiety Scale, level of knowledge, religosity, peer
influence, exposure to pornographic media, and Lie-Score Minnesota Multiphase Personality
Inventory (L-MMPI). The data was analyzed by Chi-Square and Logistic regression. The
result showed that the peer influence was the factor that most closely related to late-stage of
masturbation behavior of final-year students with p-value 0.000, Exp (B)= 5.253 (95% CI
3.047-9.058). It described that the risk of masturbation behavior in the final-year students
was influence 5,253 times greater by the peer influence. Peers were considered as a source of
affection, a place to share experiences, and more time together than family. Therefore, peer
behavior was very decisive behavior that was shown by someone in their daily life, including
mastrubastion behavior.

Keywords: level of anxiety, level of knowledge, religiosity, peer influence, exposure to


pornographic media, masturbastion behavior

ABSTRAK
Mahasiswa tingkat akhir termasuk golongan usia dengan dorongan seksual yang memuncak
sehingga potensial untuk melakukan masturbasi sebagai cara termudah dan teraman dalam
menyalurkan dorongan seksualnya. Selain dorongan seksual, terdapat faktor-faktor lain yang
memengaruhi perilaku masturbasi yaitu tingkat kecemasan, pengetahuan, religiusitas,
pengaruh teman sebaya, dan paparan media pornografi. Penelitian ini bertujuan mengetahui
faktor determinan yang berhubungan dengan perilaku masturbasi pada mahasiswa tingkat
akhir. Desain penelitian menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional.
Sampel penelitian berjumlah 250 mahasiswa tingkat akhir dengan metode purposive
sampling dan kriteria inklusi. Pengumpulan data menggunakan kuisioner tingkat kecemasan
Zung Self-Rating Anxiety Scale, tingkat pengetahuan, tingkat religiusitas, pengaruh teman
sebaya, paparan media pornografi dan Lie-Score Minnesota Multiphase Personality Inventory
(L-MMPI). Analisis data menggunakan Chi-Square dan regresi logistik. Hasil didapatkan
bahwa pengaruh teman sebaya merupakan faktor yang paling berhubungan dengan perilaku
masturbasi mahasiswa tingkat akhir dengan p-value 0.000, Exp (B) = 5.253 ( 95% CI 3.047-
9.058) artinya variabel pengaruh teman sebaya 5,253 kali lebih besar meningkatkan risiko
perilaku masturbasi pada mahasiswa tingkat akhir. Teman sebaya dianggap sumber afeksi,
tempat berbagi pengalaman, dan waktu bersama yang lebih banyak daripada keluarga

1
sehingga perilaku teman sebaya sangat menentukan perilaku yang ditunjukkan seseorang
dalam kesehariannya, termasuk perilaku masturbasi.

Kata Kunci: tingkat kecemasan, tingkat pengetahuan, tingkat religiusitas, pengaruh teman
sebaya, paparan media pornografi, perilaku masturbasi

PENDAHULUAN masturbasi, mereka melakukan masturbasi


Seksualitas adalah salah satu bentuk antara 1-2 kali sebulan sebanyak 46,62%,
kebutuhan dasar manusia sehingga 4-8 kali sebulan sebanyak 10,98% bahkan
mendorong manusia agar dapat memenuhi 1,35% melakukan masturbasi setiap hari
kebutuhannya seksualnya dengan beragam (DW, 2009).
cara (Gumilang, 2012). Perubahan Masturbasi dalam dunia medis mengalami
fisiologis menuju kedewasaan seksual pergeseran persepsi dari anggapan sebagai
mengakibatkan peningkatan hormon dalam penyakit mental yang destruktif ke arah
tubuh yang akan menimbulkan dorongan positifnya untuk kesehatan seksual
seksual (Fadli, 2015). Dorongan seksual (Kaestle & Allen, 2011; Kasemy,
tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk Desouky, & Rasoul, 2016). Masturbasi
perilaku seksual (Farisa, 2013). Salah satu dapat digunakan sebagai terapi untuk pria
bentuk perilaku seksual yang dapat penderita ejakulasi dini dan disfungsi
menyalurkannya adalah dengan masturbasi seksual (Kaestle & Allen, 2011).
(Qomarasari, 2015). Penelitian Knowles (2002) juga
Masturbasi adalah salah satu perilaku seks menyebutkan masturbasi dapat menjadi
yang banyak dipilih apabila dorongan terapi untuk membantu perempuan dengan
seksualnya tidak dapat dibendung lagi dan anorgasmia. Masturbasi dapat membuat
kesulitan mendapatkan pasangan (Pratiwi, tubuh menghilangkan perasaan tertekan
2009; Kontulla & Manilla, 2002). Perilaku karena terjadinya penurunan tekanan darah
masturbasi adalah bentuk autoseksual dan menghasilkan produksi mood menjadi
dengan merangsang alat kelamin atau baik (Chandra, 2016). Ditambah
bagian sensitif lainnya yang dilakukan pernyataan bahwa ejakulasi pada
secara sengaja untuk mendapatkan masturbasi dapat menurunkan risiko
kepuasan seksual tanpa melakukan terkena kanker prostat (Leitzmann, Platz,
hubungan badan (Anggraini, 2014). Pada Stamfer, Willett, & Givannucci, 2004).
laki-laki, masturbasi dilakukan dengan Dampak negatif masturbasi secara
merangsang penis dengan mengusap dan psikologis yaitu merasa bersalah dan kotor
menggosok-gosoknya. Sedangkan pada juga rasa ketakutan karena ketidaktahuan
perempuan dengan mengusap-usap dan akan dampak masturbasi bagi tubuhnya
menggesek-gesek daerah kemaluan (Purwati, 2015; Kwee & Hover, 2008;
terutama klitoris dan vagina (Qomarasari, Utamadi, 2007; Castellini, Fanni, Corona,
2015). Maseroli, Ricca, & Maggi, 2016).
Pada penelitian Kinsey di Amerika Serikat Kelelahan fisik yang akan menurunkan
menunjukkan bahwa hampir semua laki- produktivitas dari seseorang (Chandra,
laki dan tiga perempat dari semua 2016). Jika sudah adiktif maka tubuh akan
perempuan melakukan masturbasi merasakan gejala seperti pusing, emosi
(Agustian, 2010). Penelitian di Inggris tidak stabil, jantung berdebar, gelisah,
tahun 2007, dilaporkan kejadian gemetaran, dan tidak mampu berpikir
masturbasi sebesar 95% pada laki-laki dan jernih (Apriyani, 2009; Kwee & Hover,
71.2% pada perempuan (Gerresu, Marcer, 2008). Masturbasi berlebihan juga akan
Graham., & Johnson, 2008). Di Indonesia, menyebabkan infertil sementara, yaitu
ditemukan 83% remaja laki-laki dan 38% keadaan kualitas sperma menurun dan
dari remaja perempuan melakukan berkurang jumlahnya karena dipaksa

2
keluar terus menerus (Kusmiran, 2012). teman sebaya yang berhubungan dengan
Penelitian juga menyebutkan masturbasi perilaku masturbasi pada mahasiswa
dapat menghilangkan kenikmatan akan tingkat akhir.
hubungan intim yang sebenarnya (Karen &
Flowers, R., 2006 dikutip dalam Rogers, METODE
2009; Dash, Parish, & Laumann; Penelitian menggunakan survey analitik
Etipurwati, 2015). Secara fisik, masturbasi dengan pendekatan cross sectional.
menyebabkan selaput hymen robek, luka Responden dalam penelitian berjumlah
lecet, pembesaran vulva, pembengkakan 250 mahasiswa tingkat akhir. Teknik
testis, dan IMS (Apriyani, 2009; Rogers, pengambilan sampel menggunakan
2009). purposive sampling dengan kriteria
Ada banyak faktor yang mendorong inklusi. Penelitian dilakukan pada bulan
seseorang untuk melakukan masturbasi, Februari-Maret 2018. Alat yang digunakan
seperti yang dikemukakan Fisher (1994, adalah kuisioner pengukuran tingkat
dikutip dalam Apriyani, 2009) yaitu pengetahuan, tingkat kecemasan Zung
eksplorasi (penemuan sendiri), dorongan Self-Rating Anxiety Scale, tingkat
seksual, media porno, dan kompensasi religiusitas, paparan media pornografi,
dalam mengurangi stres. Masturbasi juga pengaruh teman sebaya, perilaku
dipengaruhi oleh perubahan biologis dan masturbasi dan skala L-MMPI (Lie-Score
pengaktifan hormonal, tingkat religiusitas, Minesota Multiphase Personal Inventory.
pengaruh orang tua, teman, media massa
serta pengetahuan seksualitas (Lichyati, HASIL
2009). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat
Mahasiswa tingkat akhir biasanya berusia Kecemasan, Pengetahuan, Religiusitas,
antara 21 sampai 24 tahun sehingga Pengaruh Teman Sebaya, dan Paparan
dianggap sebagai kelompok khusus yang Media Pornografi pada Mahasiswa
berada dalam periode krusial yaitu tahap Tingkat Akhir
peralihan antara remaja akhir dan dewasa Variabel Kategori f (%)
awal (Larastiti, 2014; Hurlock, 1968
dikutip Wardhani, 2012; Bellavance, 2014; Tingkat Ekstrem 0 0
Anggraini, 2013; Sugianti, 2012; Lutfi, Kecemasan
Berat 0 0
2016). Pada usia ini kematangan seksual
Sedang 55 22
mahasiswa akan mencapai puncaknya
sehingga potensial melakukan kegiatan Normal 195 78
seksual (Rahardjo, 2008). Mahasiswa akan Tingkat kurang 4 1,6
mengalami keadaan untuk memenuhi Pengetahuan
baik 246 98,4
dorongan seksualnya, sehingga masturbasi
akan mungkin menjadi pilihan jalan Tingkat Rendah 0 0
keluar. Efek negatif masturbasi akan Religiusitas
Sedang 23 9,2
merugikan jika mahasiswa melakukan
Tinggi 227 90,8
masturbasi yang tidak bertanggung jawab
(Astaqauliyah, 2008 dikutip Apriyani, Pengaruh Besar 14 5,6
2009). Kelelahan fisik akibat masturbasi Teman
Sedang 129 51,6
ini tentu saja juga akan menurunkan Sebaya
produktivitas dari mahasiswa (Chandra, Kecil 107 42,8
2016). Apalagi jika sudah adiktif Paparan Terpapar 248 99,2
(Apriyani, 2009; Kwee & Hover, 2008). Media
Tidak 2 0,8
Penelitian ini menganalisis faktor tingkat Pornografi
Terpapar
pengetahuan, kecemasan, religiusitas,
paparan media pornografi, dan pengaruh

3
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Media ANALISA BIVARIAT
Pornografi pada Mahasiswa Tingkat Tabel 4. Hubungan antara Tingkat
Akhir Kecemasan, Tingkat Pengetahuan,
Tingkat Religiusitas, Pengaruh Teman
f dalam dua minggu terakhir f % Sebaya, dan Paparan Media Pornografi
MEDIA total
dengan Perilaku Masturbasi pada
<3x/ 3x/mingg >3x/ Mahasiswa Tingkat Akhir (n=250)
minggu u minggu
f % f % f %
Variabel Perilaku p-
Buku/ 88 34,1 4 1,5 16 6,2 108 41,8 Masturbasi value
komik/
novel Tinggi, Rendah
majalah 90 34,8 6 2,3 4 1,5 100 38,7 Sedang
Foto- 66 25,5 32 12,4 36 13,9 134 51,9 Tingkat Ekstrem, 33 22 0,000
foto Kecemasan Berat,
Televisi 76 29,5 12 4,6 20 7,7 108 41,8
Sedang

Radio 92 35,6 2 0,7 2 0,7 96 37,2 Rendah 59 136

VCD/D 70 27,1 34 13,1 38 14,8 142 55 Tingkat Kurang 0 4 0,300


VD/ pengetahuan
Video/ Baik 92 154
Film
Internet 74 28,7 30 11,6 86 33,3 190 73,6 Rendah, 13 10 0,04
Tingkat
religiusitas sedang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Tinggi 79 148
Masturbasi dan Bentuk perilaku
masturbasi pada Mahasiswa Tingkat Pengaruh Besar 11 3 0,000
Akhir Teman
Variabel kategori f (%) Sebaya Sedang 65 64

Perilaku Tinggi 0 0 Kecil 16 91


Masturbasi
Sedang 92 36,8 Paparan terpapar 92 156 0,533
Rendah 158 63,2 Media
Pornografi Tidak 0 2
Dengan 176 68,2 terpapar
Tangan
Sendiri
Dengan Alat 36 13,9 ANALISA MULTIVARIAT

Bentuk Dengan 50 19,3


Tabel 5. Pemodelan Akhir Multivariat
Masturbasi Tangan Variabel P- Exp 95% CI
Orang lain value (B)
Dilakukan 14 5,4 Lower Upper
secara
Pengaruh 0.000 5.253 3.047 9.058
bersama Teman
kelompok Sebaya
Fantasi 54 20,9
.

4
PEMBAHASAN Hasil menunjukkan 248 responden
Hasil penelitian diperoleh tingkat terpapar media pornografi 99,2%. Sejalan
kecemasan paling banyak dikategori dengan Erawati (2011) yang menyebutkan
normal sebesar 78%. Hasil ini sejalan 92 responden pernah terpapar pornografi
dengan Anggraini (2014) yang dengan mengakses situs porno.
menunjukkan sebanyak 85,9% normal. Penyebaran media pornografi yang murah
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh tingkat dan mudah di Indonesia membuat
kematangan usia dan pola pikir individu siapapun bisa membelinya termasuk anak
(Sumiatun, 2014). Usia responden yang dibawah umur (Darmasih, 2011). Media
lebih matang saat ini membuat dirinya yang paling banyak digunakan adalah
lebih mampu menghadapi sumber internet sebesar 73,6% diakses dengan
kecemasan. frekuensi lebih dari 3 kali seminggu dalam
Tingkat pengetahuan tentang masturbasi 2 minggu terakhir sebesar 33,3%. Menurut
yang paling banyak adalah berpengetahuan Santrock (2010), keterpaparan seseorang
baik sebesar 98,4%. Sejalan dengan dengan media pornografi secara terus
Darmasih (2009) dengan pengetahuan baik menerus akan mendorong seseorang untuk
mencapai 82,5%. Pengetahuan baik melakukan kegiatan seksual tanpa
responden dikarenakan telah terpapar memikirkan dampaknya.
dengan pengetahuan seksual, baik dari Perilaku masturbasi adalah bentuk
pembelajaran tentang organ reproduksi di autoseksual dengan merangsang alat
SMA atau penemuan sendiri artikel kelamin sendiri atau bagian sensitif
kesehatan seksual (Kusumastuti, 2010). lainnya yang dilakukan sengaja untuk
Tingkat religiusitas yang paling dominan mendapatkan kepuasan seksual tanpa
adalah tinggi sebesar 90,8%. Hal ini tidak melakukan hubungan badan (Anggraini,
sejalan dengan Rifqi (2011) menunjukkan 2014). Responden paling banyak
bahwa responden paling dominan adalah berperilaku masturbasi rendah sebesar
sedang. Tingkat religiusitas responden 63,2%. Hal ini tidak sejalan dengan
dipengaruhi oleh perkembangan kognitif Larastiti (2014) dengan hasil mean berada
yang memungkinkan seseorang untuk di kategori sedang (86,65). Perilaku
berpikir abstrak, teoritik, dan kritis masturbasi responden dimungkinkan
sehingga cenderung untuk mengubah cara terkait dengan hasil data frekuensi
berpikir dan menginternalisasikan nilai- dominan pada tingkat kecemasan normal,
nilai agama kedalam kehidupan sehari- religiusitas tinggi, dan pengetahuan baik.
harinya (Rahmawati, Hadjam, & Afiatin, Hal ini merujuk pada korelasi yang dapat
2002). menurunkan risiko terjadinya perilaku
Pengaruh teman sebaya sedang adalah masturbasi. Bentuk perilaku masturbasi
yang paling banyak sebesar 51,6%. Sejalan yang banyak dilakukan oleh responden
dengan Zulhaini dan Nasution (2011) yang adalah dengan menggunakan jari tangan
menunjukkan bahwa dari 54 responden sendiri sebanyak 176 responden (68,2%).
terdapat 46 siswa termasuk dalam kategori Hasil analisis menunjukkan bahwa
sedang. Pengaruh teman sebaya sangatlah terdapat hubungan antara tingkat
menentukan perilaku-perilaku yang sering kecemasan dengan perilaku masturbasi.
ditunjukan remaja dalam kesehariannya Responden dengan kecemasan normal
(Zulhaini & Nasution, 2011). Pengaruh akan berperilaku masturbasi rendah
teman sebaya sedang dikarenakan sebanyak 54,4%. Namun hal ini tidak
kebiasaan penanaman rasa solidaritas yang sejalan dengan Anggraini (2014) yang
kuat diantara mahasiswa fakultas X dan menyatakan tidak ada hubungan
lebih banyak mahasiswa menghabiskan siginifikan tapi terdapat hubungan korelasi
waktu bersama teman dibanding keluarga, positif lemah yang menyatakan semakin
khususnya mahasiswa perantauan. tinggi tingkat kecemasan, semakin tinggi

5
skor perilaku masturbasinya. Kecemasan pengaruh teman sebaya dengan perilaku
merupakan reaksi terhadap stres yang seksual. Santrock (2010) menyatakan
dialami sehari-hari (Lutfi, 2016). teman sebaya berfungsi sebagai tempat
Penelitian menyebutkan bahwa 52% laki- seseorang berbagi dan transfer perilaku.
laki melakukan masturbasi untuk Remaja juga akan lebih terbuka dengan
mengurangi depresi dan rasa cemas teman sebayanya sehingga pengaruh dari
(Larastiti, 2014). teman sebaya mudah dimasukki jiwa yang
Hasil analisa didapatkan hubungan yang berada dalam masa kritis (Sartika, 2014).
tidak bermakna antara tingkat pengetahuan Menurut Sarwono (2008), masturbasi
dengan perilaku masturbasi. Data dimulai dengan fantasi tentang seks, untuk
menunjukkan 36,8% responden merangsang fantasi tersebut diperlukan
berpengetahuan baik berperilaku media pornografi. Menurut Santrock
masturbasi sedang. Hal ini tidak sejalan (2003), remaja yang terpapar pornografi
dengan Sartika (2014) yang mengatakan secara terus-menerus, semakin besar hasrat
ada hubungan antara tingkat pengetahuan seksualnya. Namun hasil penelitian
dengan perilaku masturbasi dengan menunjukkan tidak terdapat hubungan
berpengetahuan rendah 10 kali lebih antara paparan media pornografi dengan
berpeluang masturbasi. Ketidaksejalanan perilaku masturbasi. Dilihat dari hasil data
hasil penelitian disebabkan oleh golongan sebesar 62,4% responden yang terpapar
usia responden yang berada dalam masa media pornografi berperilaku masturbasi
berkeinginan memperoleh kemandirian rendah. Menurut peneliti, responden
dan kebebasan dalam menentukan mempunyai self control yang baik dalam
kehidupannya sendiri. Perubahan dirinya. Self control adalah keadaan
hormonal responden juga membutuhkan dimana seorang individu mampu
penyaluran dalam bentuk perilaku seksual melakukan represi terhadap stimulus tanpa
tertentu (Aryani, et.al, 2012). Selain itu, harus melakukan masturbasi (Apriyani,
pengetahuan yang setengah-setengah atau 2009). Media yang paling banyak diakses
salah dan tidak didukung penjelasan ahli adalah internet sebanyak 190 responden
dapat menyebabkan kesalahan persepsi (73,6%).
juga lebih berisiko (Amelia, 2012; Hasil uji regresi logistik menunjukkan
Syafrudin, 2008)). bahwa variabel yang paling signifikan
Hasil analisa didapatkan hubungan yang berhubungan adalah pengaruh teman
bermakna antara tingkat religiusitas sebaya dengan nilai p-value yang
dengan perilaku masturbasi dengan p- diperoleh sebesar 0,000 dengan nilai 5.253
value 0.04. Sartika (2014) mengatakan ( 95% CI 3.047-9.058) artinya variabel
bahwa ada hubungan antara ketaatan pengaruh teman sebaya 5,253 kali lebih
beragama dengan perilaku masturbasi dan besar meningkatkan risiko perilaku
tidak taat beragama berpeluang 17 kali masturbasi pada mahasiswa tingkat akhir.
untuk melakukan masturbasi. Religiusitas Bagi seseorang, teman sebaya merupakan
berperan penting untuk mengendalikan perhatian dan prioritas utama lebih
dorongan seksual. Semakin tinggi daripada untuk keluarga (Almaniwali,
religiusitas maka akan semakin mampu 2006). Teman sebaya diyakini sebagai
seseorang untuk mengendalikan sumber afeksi, memiliki pengertian yang
masturbasi yang kompulsif (Rahmawati, tinggi, simpati, tempat berbagi pengalaman
Hadjam, & Afiatin, 2002). dan tempat mencapai otonomi bagi
Hasil menunjukkan bahwa pengaruh teman seseorang (Fathiya, 2010). Remaja
sebaya mempunyai hubungan signifikan menganggap teman sebayanya sebagai
dengan perilaku masturbasi dengan p- sesuatu hal yang penting maka pengaruh
value 0.000. Penelitian Dewi (2012) teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
menunjukkan hubungan bermakna antara minat, penampilan dan perilaku lebih besar

6
dari pada pengaruh keluarga mahasiswa tingkat akhir dengan nilai
(Hurlock,2003 dikutip Wildan, 2013). p-value 0.533
Teman sebaya sangat menentukan perilaku 7. Pengaruh teman sebaya merupakan
yang ditunjukkan seseorang dalam faktor yang paling dominan yang
kesehariannya termasuk perilaku seksual berhubungan dengan perilaku
yang dipilihnya (Nasution, 2009). Selain masturbasi dengan Exp (B)= 5.253
itu, lebih banyaknya waktu yang
dihabiskan responden dengan teman SARAN
sebaya daripada keluarga, khususnya Mahasiswa dapat mendistraksi dorongan
mahasiswa rantauan, mendukung adanya seksual dengan mengembangkan potensi-
hubungan yang kuat antara pengaruh potensi yang ada, meningkatkan self
teman sebaya terhadap perilaku control dan efikasi diri, dan meningkatkan
masturbasi. pengetahuan untuk menjadi peer educator
yang memberikan informasi benar tentang
SIMPULAN kesehatan seksual sesama teman sebaya.
1. Hasil distribusi frekuensi didapatkan Institusi pendidikan dapat
responden paling banyak berada mensosialisasikan kesehatan seksual dan
dikategori tingkat kecemasan normal risikonya seperti mengadakan seminar dan
(78%), tingkat pengetahuan baik edukasi atau konseling untuk memberikan
(98,4%), tingkat religiusitas tinggi mahasiswa informasi yang benar dan
(90,8%), pengaruh teman sebaya komprehensif. Diharapkan pengetahuan
sedang (51,6%), terpapar media yang baik akan dapat diinternalisasi
pornografi (99,2%). Media yang dikehidupannya sehari-hari. Peneliti
paling banyak digunakan adalah selanjutnya diharapkan dapat merancang
internet (73,6%) dan berperilaku kuisioner yang dapat mengkaji riwayat
masturbasi perilaku masturbasi rendah perilaku seksual dan kesehatan seksual
(63,2%) dengan bentuk paling sering terdahulu yang mungkin memengaruhi
dilakukan dengan menggunakan jari perilaku seksual seseorang pada saat
tangan sendiri sebesar (68,2%). sekarang. Kemudian merancang penelitian
2. Ada hubungan signifikan antara eksperimen untuk menghasilkan penelitian
tingkat kecemasan dengan perilaku yang dapat mencegah atau menanggulangi
masturbasi pada mahasiswa tingkat perilaku masturbasi. Penelitian metode
akhir dengan nilai p-value 0.000 kualitatif juga disarankan untuk
3. Tidak terdapat hubungan signifikan mengetahui lebih dalam faktor yang
antara tingkat pengetahuan dengan mendorong seseorang memilih masturbasi
perilaku masturbasi pada mahasiswa sebagai aktivitas seksual.
tingkat akhir dengan nilai p-value
0.300 DAFTAR PUSTAKA
4. Ada hubungan signifikan antara Agustian, E. W. (2010). gambaran
tingkat religiusitas dengan perilaku pengetahuan, sikap, dan perilaku
masturbasi pada mahasiswa tingkat siswa SMP “X” mengenai
akhir dengan nilai p-value 0.04 masturbasi di kota Cimahi tahun
5. Ada hubungan signifikan antara 2010
pengaruh teman sebaya dengan Anggraini, I. (2014). Hubungan Tingkat
perilaku masturbasi pada mahasiswa Kecemasan dengan Perilaku
tingkat akhir dengan nilai p-value masturbasi pada Mahasiswa
0.000 Kedokteran Tahun Pertama. Media
6. Tidak terdapat hubungan signifikan Medika Muda
antara paparan media pornografi Apriyani, H. (2009). Efektivitas Pelatihan
dengan perilaku masturbasi pada Efikasi Diri Terhadap Masturbasi

7
Pada Remaja di SMA Negeri 1 Masturbasi pada Mahasiswa yang
Semarang. Tinggal di KOS. Indigenous, Jurnal
DW, A. (2009). Hubungan Perilaku Ilmiah Berkala Psikologi , Vol. 11,
Masturbasi pada Remaja Laki-laki No. 2, November 2009: 88-104.
Dilihat dari Minat. Fakultas Qomarasari, D. (2015). Hubungan Antara
Psikologi UNIKA . Peran Keluarga, Sekolah, Teman
Fadli, M. (2015). Studi Deskriptif Tentang Sebaya, Pendapatan Keluarga, Media
Bentuk Perilaku Seksual Pra Nikah Informasi dan Norma Agama dengan
pada Remaja di Perguruan Tinggi Perilaku Seksual Remaja SMA.
Swasta Purwokerto. Skripsi Fakultas Rahardjo, W. (2008). Perilaku Seks
Psikologi UMP Purwokerto . Pranikah pada Mahasiswa Pria:
Gerresu, M., Marcer, C., Graham., C., & Kaitannya dengan Tipe Cinta Eros
Johnson, K. W. (2008). Prevalence dan Ludus dan Fantasi Seksual.
of Masturbation and Associated Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala
Factors in a British National Psikologi Vol.10 No. 1, Mei 2008 ,
Probability Survey. Archives of 3-18.
Sexual Behavior . Rahmawati, D. V., Hadjam, N. R., &
Kaestle, C. E., & Allen, K. R. (2011). The Afiatin, T. (2002). Hubungan
Role Of Masturbation in Health Kecenderungan Perilaku Mengakses
Sexual Development: Perceptions of Situs Pornografi dan Religiusitas
Young Adults. Arch Sex Behav 2011 pada Remaja. Jurnal Psikologi No. 1
Kasemy, Z., Desouky, D. E.-s., & Rasoul, , 1-13.
G. A. (2016). Sexual Fantasy, Rogers, A. (2009). The Effects of
Masturbation, and Pornography Masturbation, Fact and Fiction.
among Egyptians. Sexuality and Psychology 355, Section A .
Culture (2016) 20 , 626-638. Sumiatun. (2014). Hubungan Tingkat
Knowles, J. (2002). Masturbation, From Kecemasan dengan Kelulusan Ujian
Stigma to Sexual Health. Planned Tahap III pada Mahasiswa Program
Parenthood Federation of America . Khusus Diploma III Kebidanan.
Kontula, O., & Manilla, E. H. (2002). Jurnal Keperawatan, Vol. 5, No. 1 ,
Masturbation in A generational 61-68.
Perspective. Sunarsih, S., Purwanti, S., & Khosidah, A.
Larastiti, A. P. (2014). Hubungan Tingkat (2010). Hubungan Frekuensi
Depresi dengan Perilaku Masturbasi Paparan Media Pornografi dengan
pada Mahasiswa FK Tahun Pertama. Frekuensi Perilaku Masturbasi
Skripsi FK UNDIP . Remaja Putra di SMK Wongsorejo
Leitzmann, M. F., Platz, E. A., Stamfer, Gombong Kebumen. Bidan Prada:
M. J., Willett, W. C., & Givannucci, Jurnal Ilmiah Kebidanan, VOL. 1
E. (2004). Ejaculation Frequency
and Subsequent Risk of Prostate
Cancer. JAMA: Journal of The
American Medical Assosiation
29/(13) , 1578-1586.
Nasution, M. (2009). Pengaruh Teman
Sebaya Terhadap Perilaku Seks
Pranikah pada Siswa Kelas XI di
SMA Negeri 6 Medan. Skripsi .
Pratiwi, S. Y. (2009). Hubungan Antara
Tingkat Religiusitas dan
Pengetahuan dengan Intensi

You might also like