You are on page 1of 10

Partisipasi Warga terhadap Sistem Informasi Desa

Fadjarini Sulistyowati /MC. Candra Rusmala Dibyorin


Program Studi Ilmu Komunikasi STPMD ”APMD” Yogyakarta Jl. Timoho 317
Yogyakarta Telp. (0274) 561971
dzarbela@yahoo.co.id

Abstract
The existence of village information service using technology is one of the villages effort to
achieve transparency of information to various parties. The existence of information systems
make citizens’ access to get information more widely and easily. The important thing in this
system is about the participation of the villagers. This research was conducted in Terong village,
Dlingo - Bantul with the assumption that the information system in this village is one of the
applications which afforded by LSM Combine Resource Institute participatory. The method of
the research uses a qualitative descriptive study. Target of the research is social life or society as a
whole or a whole entity. A technique to obtain data is from observations, focus group discussions
and interviews with informants who are considered to be related to the information system of
the village. The data analysis are using interactive analysis model which developed by Miles and
Hubermann. The result showed that: 1. Public participation to the existence of village information
system started when the system is put in place. 2. The emergence of community participation
due to the great synergy between village officials, LSM and communities. 3. Participation of
community should be increased by controlling the presence of village information system for the
public.

Key words: village information system, participation, community

Abstrak
Teknologi menjadi bagian dari upaya untuk memudahkan pendataan desa. Salah
satunya dari pemanfaatan teknologi di desa adalah sistem informasi desa yang
dikembangkan oleh Combine Resource Institution (CRI) di Desa Terong Kecamatan
Dlingo Kabupaten Bantul. Dengan adanya Sistem Informasi Desa, keberadaan dan
kelengkapan data di desa dapat didokumentasikan dengan lebih baik. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan Sistem Informasi Desa di Desa Terong Kecamatan Dlingo
Kabupaten Bantul. Metode penelitian menggunakan Metode penelitian yang dipakai
adalah deskriptif kualitatif, yang menjadi sasaran penelitian adalah kehidupan sosial
atau masyarakat sebagai satu kesatuan atau sebuah kesatuan yang menyeluruh.
Teknik memperoleh data didapat dari: observasi, Fokus Group Discussion (FGD) dan
wawancara terhadap informan yang dianggap memiliki keterkaitan dengan sistem
informasi desa. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisa interaktif
yang dikembangkan oleh Miles dan Hubermann. Dari hasil penelitian didapatkan:
1) Partisipasi masyarakat terhadap keberadaan sistem informasi desa diawali pada
saat sistem ini diberlakukan; 2) Kemunculan partisipasi masyarakat karena adanya
sinergi yang antara aparat desa, LSM dan masyarakat; 3) Partisipasi masyarakat harus
terus dtingkatkan dengan upaya mengontrol keberadaan sistem informasi desa bagi
masyarakat.

Kata kunci: sistem informasi desa, partisipasi, masyarakat

579
Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2, Nomor 1, Juli 2013, hlm. 579-587

Pendahuluan beberapa kebijakan dalam rangka


Perkembangan teknologi saat ini mewujudkan era informasi salah satunya
berkembang sangat pesat. Berbagai adalah mengembangkan program
program teknologi informasi dan desa informasi. Melalui program
komunikasi semakin canggih dan ini, diharapkan dapat mencerdaskan
memudahkan manusia dalam kehidupan bangsa dan memajukan
berbagai kegiatan. Saat ini sesuai pembangunan perekonomian warga
dengan konsepMcLuhan pada tahun masyarakat yang berada di wilayah
1960-andalam bukunya Understanding perbatasan dengan mengoptimalkan
Medi: Extension of A Man telah terjadi penggunaan teknologi informasi dan
proses penghilangan jarak, ruang dan telekomunikasi, yang dicanangkan sejak
tempat yang awalnya dianggap jauh tahun 2009 (S. Bayu Wahyono, 2011:
menjadi seolah-olah berada di dekat 128). Untuk mewujudkan program
kita. Konsep global village inilah yang desa informasi, pemerintah melalui
dianggap sebagai era globalisasi. Saat Depkominfo mengembangkan program
ini dengan kemajuan teknologi informasi internet di desa sehingga saat ini
memungkinkan semua orang berbagi bisa dikatakan internet telah masuk
informasi dan menjalin jejaring melalui ke berbagai desa khususnya di Jawa.
dunia maya. Beberapa program Depkominfo yakni
Desa Berdering, Desa Pinter, dan Pusat
Prediksi McLuhan yang dulunya
Layanan Internet Kecamatan, upaya
hanya bisa dibayangkan sekarang sudah
yang sudah dilakukan sejak tahun 2010.
terjadi di depan kita. Perkembangan
Target adanya internet masuk desa, maka
teknologi informasi mengakibatkan
wilayah pelosok, yang selama ini selalu
masyarakat terhubung dengan berbagai
tertinggal mendapatkan informasi tak
koneksi media. Berbagaifasilitas hanphone,
akan lagi mengalami hal itu.
komputer dan fasilitas media lainnya silih
berganti tiap tahun. Masyarakat mulai Berdasarkan data dari Depkominfo,
familiar dengan penggunaan berbagai pemerintah melalui Depkominfo me-
teknologi media untuk menjalin interaksi ngeluarkan beberapa program dalam
dan meninggalkan media tatap muka . rangka memanfaatkan perkembang-
an teknologi informasi untuk pe-
Perkembangan teknologi bukan
ngembangan informasi di desa misal-
hanya dimanfaatkan oleh masyarakat
nya dengan program desa perintis
kota namun juga oleh masyarakat
(2005),terhubungnya desa dengan fasilitas
pedesaan. Masyarakat desa sudah tidak
telekomunikasi; desa berdering terpadu
asing lagi dengan penggunaan telepon
(2010); 3) desa online (2015), peningkatan
seluler, internet dan lain-lain. Walaupun
kualitas dan kuantitas layanan hingga
belum semua wilayah di Indonesia dapat
10 sst untuk 1 desa, dilanjutkan dengan
memanfaatkan teknologi informasi
penyediaan barang akses internet; 4) desa
namun dengan seiring waktu berjalan
multimedia (2020), pemanfaatan TIK
niscaya teknologi informasi akan sangat
sudah menjadi kebutuhan masyarakat
cepat berkembang hingga pelosok
desa dalam aktivitas sehari-hari dan
wilayah Indonesia.
menjadikan TIK sebagai sarana untuk
Pemerintah melalui Depkominfo meningkatkan kegiatan perekonomian di
pun sudah mulai mencanangkan desa.

580
Fadjarini Sulistyowati dan Candra Rusmala Dibyorin. Partisipasi Warga terhadap ...

Beberapa LSM yang memiliki dimanfaatkan oleh masyarakat yang


keberpihakan terhadap media infor- sering kita dengar adalah monografi
masi juga ikut mendorong per- desa. Monografi desa adalah unit
kembangan teknologi informasi di terkecil dari monografi kecamatan dan
tingkat pedesaan. Salah satunya yang selanjutnya menjadi bahan dasar dari
dipelopori oleh Combine Resource sebuah monografi kabupaten. Monografi
Institution (CRI), yakni lembaga yang ini tentunya menjadi sumber data yang
mendukung pengembangan jaringan sangat penting untuk membangun ke-
informasi berbasis komunitas. LSM bijakaan desa. Namun seringkali dengan
yang beranggotakan anak-anak muda pengarsipan data yang manual seperti
yang giat menggerakkan masyarakat data monografi desa yang ditempel
dalam mengelola teknologi informasi di di dinding, keakuratan datanya sulit
wilayahnya untuk menjadi ruang berbagi untuk dipertanggungjawabkan karena
informasi bagi komunitas tersebut. seringkali update data tidak mudah
Salah satu yang dikembangkan oleh dilakukan.
CRI adalah sistem informasi desa (SID) Padahal peran desa dalam pendata-
yakni informasi yang diimplementasikan an penduduk kerap menimbulkan
melalui prangkat teknologi informasi masalah krusial, misalnya menyangkut
dan aplikasi perangkat lunak yang penetapan warga masyarakat yang
dioperasikan oleh perangkat desa. Sistem berhak menerima bantuan/subsidi dari
informasi ini dibangun dengan berbasis pemerintah. Fenomena penyaluran
komputer dan web sehingga informasi dana kompensasi bahan bakar minyak
ini dapat diakses oleh warga. Lisensi SID (BBM), bantuan beras untuk rakyat
dikembangkan dalam platform sistem miskin (Raskin), dan jaminan kesehatan
perangkat lunak bebas dan terbuka (free masyarakat (Jamkesmas) yang salah
and open source software) yang berarti sasaran tidak akan terjadi jika pemerintah
dapat digunaka, disalin, didistribusikan, desa memiliki data profil warganya yang
ditingkatkan kinerjanya, dimodifikasi akurat dan mutakhir (up-to-date). Data
sesuai dengan kebutuhan (Wilhem Wau, juga menjadi informasi yang penting bagi
2012). masyarakat sendiri untuk melakukan
Saat ini CRI telah banyak mengem- upaya membangun kemandirian desa.
bangkan SID di desa-desa beberapa Untuk era saat ini teknologi infor-
wilayah Indonesia, terutama di Daerah masi penting untuk dimanfaatkan untuk
Istimewa Yogyakarta, provinsi Jawa berbagai kepentingan termasuk mem-
Barat, Nusatenggara Barat dan Nusa berikan layanan informasi desa. Adanya
tenggara Timur hingga Papua. Salah satu layanan informasi desa dengan me-
tujuannya adalah untuk meningkatkan manfaatkan teknologi merupakan salah
akses masyarakat terhadap informasi. satu upaya desa untuk mewujudkan
Dengan adanya penggunaan transparansi informasi ke berbagai pihak.
teknologi informasi melalui internet Dengan demikian, masyarakat dapat ikut
memberikan manfaat yang cukup besar. serta untuk mengetahui serta mengawasi
Manfaat yang dirasakan oleh desa kebijakan desa, serta ikut berperan aktif
misalnya dalammembantumengarsipkan dalam kegiatan-kegiatan desa. Sistem
data –data desa. Data desa yang banyak informasi desa akan memberikan akses
publik akan informasi sesuai dengan UU

581
Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2, Nomor 1, Juli 2013, hlm. 579-587

Keterbukaan Informasi Publik yakni UU dalam membantu layanan masyarakat


Nomor 14/2008. di pedesaan sangatlah penting namun
Selain itu, pentingnya informasi yang hal itu tidak akan berarti tanpa adanya
dapat terakses luas juga dilakukan untuk partisipasi masyarakat. Dengan adanya
pengembangan potensi desa sendiri. partisipasi warga terhadap sistem
Masyarakat dari desa di daerah lain akan informasi tersebut maka target utama
dapat mengakses informasi tersebut. adanya keberadaan aplikasi untuk
Bahkan dengan adanya sistem informasi memberikan kemajuan dan akses
ini akan memungkinkan terjalinnya informasi yang lebih luas bagi masyarakat
jejaring desa dengan berbagai pihak yang akan tercapai. Selain itu, partisipasi
kemanfaatnnya untuk pengembangan warga akan memberikan dukungan
desa. untuk mengawasi transparansi informasi.
Tanpa adanya partisipasi masyarakat
Ada berbagai model aplikasi infor-
maka sistem informasi hanyalah menjadi
masi yang dibangun di desa baik
perangkat aparat desa yang kurang
yang merupakan aplikasi turunan dari
bermakna karena masyarakat merasa
pemerintah yang berupa sistem infor-
tidak memiliki.
masi profil desa dan kelurahan yang
disampaikan oleh Departemen Dalam Penelitian yang dilakukan di
Negeri pada tahun 2012. Kelemahan dari Desa Terong Kecamatan Dlingo untuk
data Profil Desa yang disampaikan oleh mengetahui partisipasi masyarakat ter-
Departemen Dalam Negeri menurut hadap sistem informasi desa. Bagaimana
Sutoro Eko (2012: vii), pertama profil desa bentuk-bentuk partisipasi masyarakat
tidak cukup memadai sebagai instrumen terhadap sistem informasi desa yang
dan ruang akuntabilitas publik yang diprogramkan oleh Combine Resource
menjadi modal bagi demokrasi desa. Institution? CRI selama ini menyampaikan
Kedua, profil desa dari sisi teknis kurang dalam berbagai seminar bahwa sistem
memadai karena yang dapat mengisi/ informasi desa dikemas sebagai program
menginput data hanyalah perangkat yang mengharuskan adanya partisipasi
desa. masyarakat. Penelitian ini membatasi
pada partisipasi warga terhadap sistem
Selanjutnya, sistem informasi desa
informasi desa karena partisipasi
yang difasilitasi oleh Combine Resource
warga merupakan kajian penting
Institution (CRI). Sistem informasi desa
dalam program yang berkaitan dengan
merupakan rangkaian/sistem yang ber-
masyarakat. Dengan adanya penelitian
tujuan untuk mengelola sumber daya
ini memberi masukan pada berbagai
komunitas, selain itu merupakan aplikasi
pihak dalam upaya penyebarluasan
yang membantu pemerintahan desa
sistem informasi desa ke berbagai desa di
dalam mendokumentasikan berbagai
Indonesia.
data milik desa. Contoh desa yang cukup
berhasil dalam mengunakan aplikasi
Metode Penelitian
ini adalah Desa Terong Kecamatan
Dlingo Kabupaten Bantul dan Desa Pendekatan yang digunakan dalam
Nglegi Kecamatan Patuk Kabupaten penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
Gunungkidul (2012: 56). yaitu suatu metode untuk memaparkan
Keberadaan teknologi informasi serta menjelaskan kegiatan atau objek
yang diteliti yang berkaitan dengan

582
Fadjarini Sulistyowati dan Candra Rusmala Dibyorin. Partisipasi Warga terhadap ...

pengkajian fenomena secara lebih rinci menyadari bahwa adanya bencana dapat
atau membedakannya dengan fenomena memusnahkan data dan dokumen data
yang lain(Denzin dan Lincoln, 2009 :223). dalam waktu yang singkat. Gempa bumi
Upaya untuk memperoleh data di la- di Yogyakarta (2006) menyebabkan lemari
pangan dilakukan dengan: 1) Observasi/ data milik desa roboh sehingga data-
pengamatan terhadap manfaat dan data desa pun rusak. Dari situ mereka
peranan sistem informasi Desa Terong bermimpi memiliki sistem barcode model
Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul minimarket yang dapat dimanfaatkan
dalam mendukung berbagai kegiatan untuk mendokumentasikan data desa
dan kebijakan pemerintahan desa; 2) lebih efektif dan tidak mudah rusak
MelaksanakanFokus Group Discussion karena bencana.Keinginan masyarakat
(FGD) terhadap warga melalui kegiatan- ini kemudian dikemukakan oleh Bp.
kegiatan formal dan informal desa/ Lurah pada saat itu Bp. Sudirman kepada
pedukuhan seperti: Karang Taruna, Combine Resource Institution (CRI).
BPD dan Aparat Desa. Dari kegiatan
FGD akan diambil informan untuk Partisipasi Warga dan Sistem Informasi
diwawancarai lebih mendalam; 3) Desa
Wawancara mendalam kepada informan Keberadaan sistem informasi desa
yang diambil dari warga yang telah ikut di Desa Terong didorong dari keinginan
kegiatan FGD. Informan ini meliputi aparat desa yang merasa kebingungan
aparat desa, dan pemuka masyarakat. karena desa yang tidak memiliki arsip
Teknik penentuan informan dalam data penduduk setelah terjadinya gempa
penelitian ini menggunakan teknik di DIY pada tahun 2006. Pada saat yang
purposivesampling (sampling bertujuan), bersamaan Combine Resource Institution
yakni, menentukan sampel dengan per- (CRI) sedang menggarap radio komunitas
timbangan tertentu yakni mereka yang di desa tersebut. CRI mencoba untuk
dipandang memiliki kapabilitas dan mewujudkan “mimpi” desa tersebut
kompeten untuk memberikan data secara dalam program Sistem Informasi Desa
maksimal. Sedangkan pengambilan (SID). Program sistem informasi desa
sampelnya dengan teknik snowball pada hakikatnya merupakan tiga kemas-
sampling, peneliti memilih informan an program yakni radio komunitas,
secara berantai. Teknik analisis data program SID yang dapat berfungsi mem-
yang digunakan adalah model analisa bantu pelayanan termasuk adanya sms
interaktif yang dikembangkan oleh Miles centre atau sms Gateway dan website
dan Hubermann (dalam Sutopo: 2006):1) http://www.terong-bantul.web.id.
Pengumpulan data; 2) Reduksi data; 3) Dengan demikian, kemunculan
Penyajian data 4) Penarikan simpulan program memang berasal dari keinginan
dan verifikasi. masyarakat desa yang dimotori oleh
Bapak Lurah. CRI berperan sebagai
Hasil Penelitian dan Pembahasan fasilitator untuk membantu mewujudkan.
Pemerintah Desa Terong, Kecamatan Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi
Dlingo, Bantul menerapkan program konsep partisipasi dariBritha Mikkelsen
Sistem Informasi Desa (SID) sejak terutama dalam konsep yang ketiga
tahun 2006. Inovasi ini muncul secara bahwapartisipasi merupakan proses yang
tak sengaja yakni ketika aparat desa aktif, yang mengandung arti bahwa orang

583
Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2, Nomor 1, Juli 2013, hlm. 579-587

atau kelompok yang terkait mengambil membantu melakukan pendataan pen-


inisiatif dan menggunakan kebebasannya duduk yang dilakukan dengan men-
untuk melakukan hal itu. datangi warga dari rumah ke rumah.
Proses awal pendirian SID ini Pendataan yang dilakukan dari rumah
dilakukan dengan sukarela dan gotong ke rumah ini dalam upaya mendapatkan
royong antara warga masyarakat dan data yang valid dan pengisian lembar
CRI. Para pemuda Karang Taruna ikut kuesioner pun didampingi dari pihak
ambil bagian dalam mensosialisasikan Karang Taruna dan CRI. Setelah itu,
ke semua elemen di masyarakat. Sosia- memasukkan data ke komputer yang
lisasi dilakukan beberapa kali dengan dilakukan oleh aparat desa bersama
mengikutsertakan budaya lokal masya- dengan Pemuda dan Pemudi Karang
rakat seperti adanya gelar budaya Taruna serta bantuan tenaga dari CRI.
desa, pentas wayang kulit, Jathilan dan Proses pendataan berlangsung cukup
lain-lain. Selain itu, keberadaan radio lama yakni hingga tiga bulan. Antusias
komunitas desa juga ikut membantu masyarakat terhadap program ini juga
mensosialisasikan SID. Hal ini tentunya tampak dari keterbukaan mereka untuk
sesuai dengan konsep partisipasi dari mengisikan data tersebut sehingga proses
Britha Mikkelsen yang ke lima dan pendataan data menjadi valid.
enam yakni, partisipasi merupakan keter- Partisipasi masyarakat dalam
libatan sukarela oleh masyarakat dalam pembentukan dan pengisian data
perubahan yang ditentukannya sendiri SID yang dimunculkan oleh aparat
dan partisipasi adalah keterlibatan desa, tokoh masyarakat dan CRI ini
masyarakat dalam pembangunan diri, sesuai dengan “tangga partisipasi yang
kehidupan dan lingkungan. dimunculkanoleh Sherry Arnstein (2001:
Selanjutnya partisipasi dari masya- 23-24). Tangga ini memperlihatkan
rakat ini tampak dalam pengisian data berbagai cara organisasi menyikapi suatu
SID. Kelompok pemuda dan berbagai kegiatan misalnya bagaimana pemerintah
elemen dari masyarakat desa ikut daerah dapat melibatkan warganya:

Gambar 1: Tangga Partisipasi

584
Fadjarini Sulistyowati dan Candra Rusmala Dibyorin. Partisipasi Warga terhadap ...

Partisipasi menurut Arnstein masyarakat dilakukan dalam rangka


adalah bagaimana masyarakat dapat menginformasikan fungsi dan peran SID
terlibat dalam perubahan sosial yang bagi desa dan manfaatnya akan dirasakan
memungkinkan mereka mendapatkan masyarakat. CRI dalam program ini
bagian keuntungan dari kelompok yang berperan sebagai fasilitator, dengan
berpengaruh. Arnstein telah membuat demikian partisipasi ini adalah murni
delapan tangga partisipasi. Untuk dari desa. Hal ini sesuai dengan konsep
tangga pertama disebut manipulasi Hamidjoyo (2000) tentang partisipasi
dan kedua penentraman. Di tangga murni.
pertama dan kedua menurut Arnstein SID menjadi program bersama
tidak aka nada partisipasi. Selanjutnya, yang merupakan sinergi antara aparat
tangga ketiga, menyampaikan informasi. desa, masyarak dan CRI. Hal ini
Tangga Keempat, konsultasi dan kelima tampak dalam upaya masyarakat untuk
kemitraan. Kategori pada tangga ketiga menjaga keberlangsungan program
hingga lima ini disebut tingkat tokenisme. SID sampai saat ini. Pihak aparat
Tokenisme yaitu suatu tingkatan peran desa cukup serius dalam menjaga
serta di mana masyarakat didengar keberlangsungan program SID. Kepala
dan diperkenankan berpendapat, tetapi desa yang baru menggantikan kepala
mereka tidak memiliki kemampuan untuk desa yang lama cukup memahami
mendapatkan jaminan bahwa pandangan program SID ini berarti ada upaya
mereka akan dipertimbangkan oleh untuk mewariskan keberadaaan SID.
pemegang keputusan. Partisipasi dari masyarakat di Desa
Program SID dimunculkan dengan Terong bukanlah bersifat mobilisasi
meniadakan manipulasi masyarakat. seperti penelitian yang dilakukan Fajarini
Hal yang terjadi adalah upaya meng­ Sulistyowati, Theodorus Wuryantono,
informasikan terlebih dahulu, hingga dan Dian Astuti (2005) sebelumnya di
mengajak masyakata untuk ikut terlibat Desa Timbulharjo karena suatu program
dalam pengisian SID. Hal ini dapat yang datangnya dari elit desa hanya
dikatakan pelaksanaan SID di Desa akan dipahami oleh elit desa bukan
Terong sudah sampai dalam tahap semua lapisan masyarakat. Kegiatan
tokenisme. Masyarakat diajak bicara, SID diawali dengan berbagai sosialisasi
dan dapat menyampaikan kritikan. yang dilakukan melalui kegiatan budaya
Bahkan menurut CRI, layanan program sehingga muncul pemahaman bersama
dalam SID dimunculkan sesuai dengan dari berbagai elemen masyarakat.
permintaan masyarakat. Beberapa warga menganggap SID
menjadi program bersama yang dapat
SID merupakan Sinergi antara Aparat dilihat dari keaktivan masyarakat dalam
Desa, Masyarakat dan CRI menyampaikan informasi melalui sms
Partisipasi yang dilaksanakan gateway.
masyarakat Desa Terong bukan didorong Dengan adanya pemahaman yang
oleh kepentingan LSM yang dalam hal ini sama tentang manfaat program SID
adalah CRI. Seperti yang disampaikan maka sesuai dengan konsep yang ada
di awal, keberadaan SID atas inisiatif yaitu; Pertama, kebersamaan, partisipasi
aparat desa, berarti desa membutuhkan tumbuh melalui konsensus dan kesamaan
program ini. Kedua, sosialisasi kepada visi, cita-cita, harapan, tujuan dan saling

585
Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2, Nomor 1, Juli 2013, hlm. 579-587

membutuhkan satu dengan yang lainnya. yang diimplementasikan melalui prang­


Kedua, tumbuh dari bawah, partisipasi kat teknologi informasi dan aplikasi
bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas perangkat lunak yang dioperasikan oleh
ke bawah “top down” atau dikendalikan perangkat desa. Sistem informasi ini
oleh individu atau kelompok melalui dibangun dengan berbasis komputer dan
mekanisme kekuasaan. Partisipasi tumbuh web sehingga informasi ini dapat diakses
berdasarkan kesadaran dan kebutuhan oleh warga. Lisensi SID dikembangkan
yang dirasakan oleh masyarakat. Terakhir, dalam platform sistem perangkat lunak
kepercayaan dan keterbukaan, partisipasi bebas dan terbuka (free and open source
akan dapat ditumbuhkan atas dasar saling software) yang berarti dapat digunaka,
percaya dan keterbukaan (Wahyudin disalin, didistribusikan, ditingkatkan
Sumpena, 2004:60). kinerjanya, dimodifikasi sesuai dengan
Untuk program SID, faktor-faktor kebutuhan (Wilhem Wau: 2012).
yang mendorong adanya partisipasi Keberadaan SID menurut Combine
yakni: kebersamaan. Masyarakat secara Resource Institute (Wilhem Wau: 2012)
bersama-sama terlibat dalam pengisian didasarkan beberapa manfaat; (1) Untuk
data dan pengaktivan program SID. perencanaan pembangunan, dalam peren­
Keinginan adanya program SID adalah canaan pembangunan menghasilkan
keinginan yang munculnya dari desa rang­kaian proses pengambilan keputusan
bukan program yang didesakkan dari melalui Musrenbang (Musyawarah Pe­
sehingga program ini memang tumbuh rencanaan Pembangunan). Dengan
dari bawah. Selain itu, karena program adanya sistem informasi desa, maka desa
ini merupakan inisiatif dari masyarakat me­miliki pusat data yang dapat digunakan
tentunya muncul adanya kepercayaan untuk pengambilan keputusan dalam
dan keterbukaan. Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Partisipasi sangat menentukan Desa (Musrenbangdesa), (2) Untuk ke­
program SID seperti yang disampaikan terbukaan informasi, sistem informasi
Wilhelm Wau (2012), bahwa dalam desa telah membuka budaya-budaya
mengembangkan sistem informasi desa trans­paransi informasi yang selama ini
yang berbasis komunitas, partisipasi tampak tertutup. Dengan adanya SID
merupakan salah satu unsur penting maka terjadi keterbukaan informasi yang
untuk keberhasilan program ini. me­mungkinkan peran dan status bukan
Partisipasi diharapkan dimulai dari lagi penghambat dalam berkomunikasi,
tahap perencanaan, perumusan masalah, (3) Untuk pendataan kemiskinan,
pengambilan keputusan, pengembangan dengan model partisipatif maka
kapasitas, pemanfaatan sampai pada memungkinkan dilakukan pendataan
tahap evaluasi dan monitoring. kemiskinan di tingkat desa yang lebih
akurat, (4) Untuk pelayanan publik,
Manfaat Sistem Informasi Desa dengan adanya SID maka data-data
Keberlangsungan SID tentunya kependudukan, data ke- uangan desa
sangat tergantung dari manfaat yang maupun sumberdaya desa akan tersimpan
dirasakan masyarakat terhadap program dalam database. Hal ini memungkinkan
tersebut. Seperti yang disampaikan oleh desa memberikan pelayanan yang lebih
CRI, konsep SID merupakan informasi akurat dan cepat untuk permohonan surat-
surat dari warga.

586
Fadjarini Sulistyowati dan Candra Rusmala Dibyorin. Partisipasi Warga terhadap ...

Sesuai dengan konsep Wilhem kondisi yang sekarang. Penyampaian


Wau (2012), keberadaan program SID di program bantuan didasarkan data
Desa Terong sudah dapat memberikan yang sudah lama sehingga terkadang
manfaat dalam; (1) perencanaan program pemerintah untuk memberikan
pembangunan, dalam perencanaan kesejahateraan masyarakat tidak me-
pembangunan menghasilkan rangkaian ngenai sasaran. Aparat desa pun
proses pengambilan keputusan melalui tidak berani untuk mengambil inisiatif
Musrenbang (Musyawarah Perencanaan menggunakan data dari SID yang valid
Pembangunan). Dengan adanya sistem karena kekhawatiran akan mengalami
informasi desa, maka desa memiliki kesulitan dalam pelaporan program
pusat data yang dapat digunakan tersebut.
untuk pengambilan keputusan dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Simpulan
Desa (Musrenbangdesa), (2) Untuk Program Sistem Informasi Desa
keterbukaan informasi, sistem informasi di Desa Terong merupakan program
desa telah membuka informasi desa yang yang tumbuh dari kebutuhan dan
selama ini tampak tertutup. Dengan keinginan masyarakat desa. Dengan
adanya SID maka terjadi keterbukaan adanya kepentingan yang sama maka
informasi yang memungkinkan peran partisipasi dari masyarakat akan mudah
dan status bukan lagi penghambat dalam dimunculkan. Dengan adanya partisipasi
berkomunikasi; (3) Untuk pelayanan dari masyarakat maka keberlanjutan
publik, dengan adanya SID maka data- suatu program akan lebih mudah
data kependudukan, data keuangan desa terlaksana.
maupun sumberdaya desa akan tersimpan
Program SID yang diinisiasi dari
dalam database. Hal ini memungkinkan
masyarakat merupakan sinergi kerjasama
desa memberikan pelayanan yang lebih
antara masyarakat, aparat desa dan
akurat dan cepat untuk permohonan
CRI. Program yang merupakan inisiasi
surat-surat dari warga.
bersama sebaiknya dapat t diakomodir
Salah satu yang sulit dilakukan oleh pemerintah. Sehingga pemerintah
untuk program SID adalah pendataan dalam menyampaikan kebijakan dari
masyarakat miskin secara akurat mereka juga berbasis dari kebutuhan dan
karena masyarakat desa enggan untuk kepentingan masyarakat yang dituju.
menyampaikan secara terbuka. Bagi Sehingga tujuan dan target dari program
masyarakat data kemiskinan masyarakat kebijakan akan dapat mencapai sasaran.
tidak selayaknya ditampilkan dalam
Keberlangsungan program SID
SID, karena SID terbaca secara umum/
sangat tergantung dari manfaat program
publik. Selain itu kebijakan-kebijakan
tersebut bagi masyarakat. Saat ini
yang terkait dengan data kemiskinan
teknologi informasi semakin cepat
masyarakat misalnya, program Raskin,
berkembang dan fakta yang ada dengan
BLSM, Jamkesmas pemerintah pusat tidak
pemanfaatan teknologi informasi maka
berkonsultasi dengan desa. Desa hanya
akan memberikan manfaat dalam ber-
sekedar menerima data dari atas. Hal
bagai hal termasuk untuk desa. Bila
ini sungguh disesalkan oleh pemerintah
keberadaan suatu program ini sebagai
desa karena data yang dipakai oleh
kebutuhan maka keberlangsungan
pemerintah sudah jauh berbeda dengan

587
Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2, Nomor 1, Juli 2013, hlm. 579-587

program SID juga semakin baik. Ter- Kelompok” dalam Dimensi-Dimensi


kadang program yang disampaiakn Masa- lah Sosial dan Pemberdayaan
pemerintah hanya dilakukan untuk Masyarakat. Yogyakarta: APMD
mengejar target terpenuhi kegiatan tanpa Press.
memikirkan keberlanjutan program akan Rusmala, Candra dan Widati. 2004.Modul
mengakibatkan program menjadi sulit Materi Kuliah Partisipasi Masyarakat.
Yogyakarta: STPMD “APMD”.
untuk berlanjut.
Rudito, Bambang dan Famiola. 2009.
Social Mapping. Metode Pemetaan Sosial.
Daftar Pustaka Bandung: Rekayasa Sains.
Sulisyowati, Fadjarini, Wuryantono,
Bryant, Coralie dan White, Louise G.
Theodorus dan Astuti Dian. “: 2005.
,1987, Manajemen Pembangunan
Ruang Publik Desa Yogyakarta:
Berkembang. Jakarta: LP3ES.
APMD Press.
Denzin, K, Norman. & Lincoln, Yvonna
Ruang Partisipasi yang Kosong” dalam
S.. 2009. Handbook of Qualitative
Komunikasi Pembedayaan. Yogyakarta:
Research. Penerjemah Dariyatno,
APMD Press.
Badrus Samsul dkk. Pustaka Pelajar:
Sumpeno, Wahyudin. 2004. Sekolah
Yogyakarta.
Masyarakat, Menerapkan Rapid
Eko, Sutoro.. 2005. Pembaharuan Desa.
Training Design dalam Membangun
APMD Press: Yogyakarta.
Kapasitas. Jakarta: Chatolic Relief
Isbandi. . 2005 “Komunikasi dan Parti-
Service.
sipasi Warga Perantau dalam Pem-
Supeno,Eko. 2005. PartisipasiMasyarakat
berdayaan Masyarakat”. Jurnal Ilmu
dalam Proses Pembangunan dan
Komunikasi. Vol. 3. No. 2 (147-
Upaya Mewujudkannya”. Jurnal
157).
Masyarakat Kebudayaan dan Politik.
Jahja, Ranggoaini, Haryana dkk. 2012.
Volume 9. No. 2 (1-5).
Sistem Informasi Desa Sistem Informasi
Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian
dan Data untuk.
Kualitatif. UNS Press: Solo.
Pembaharuan Desa. Combine Resource
Wau, Wilhem. 2012. Sistem Informasi
Institution: Yogyakarta.
Desa Mengelola Sumber Daya Lokal
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi
Untuk Kemandirian Bangsa. Combine
Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). PT
Resource Institution: Yogyakarta
Remadja Rosdakarya: Bandung.
Wahyono, S. Bayu. 2011. “Optimalisasi
McLuhan, Marshall. 1994. Understanding
Program Desa Informasi Melalui
Media: The Extension of Man. London:
Penguatan Kelembagaan”. IPTEK-
The MIT Press.
Kom Jurnal Penelitian Komunikasi dan
Rusmala, Candra. 2005. “Memaknai
Informatika. Balai pengkajian dan
kembali Partisipasi masyarakat :
Pengembangan Komunikasi dan
Bekerja Bersama
informastika (BPPKI): Yogyakarta

588

You might also like