You are on page 1of 13

Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS)

Volume 3 Nomor 2, Desember 2020


e-ISSN : 2614-1574
p-ISSN : 2621-3249

KAPASITAS ADAPTIF LOKAL PEMERINTAH DESA DALAM PENERAPAN


SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK DI KABUPATEN
BENGKALIS

ADAPTIVE CAPACITY OF VILLAGE GOVERNMENT IN THE


IMPLEMENTATION OF ELECTRONIC-BASED GOVERNMENT SYSTEMS IN
BENGKALIS REGENCY

Rijalul Fikri1, Muhammad Faisal Amrillah2, Hendi Selwa3


123Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Riau

rijalul.fikri@soc.uir.ac.id
ABSTRACT
The development of technology and information make human works and activities more easier. Technology
and information make human life much more efficient. Included in the management of government
organizations, there have been many applications of technology and information to support the running of
government. There are many applications for village government systems, which include ePerforma Base
Budgeting (ePlanning, eBudgeting, eProcurement, eMoney, ePerformance, eAudit). Then what becomes
interesting is the question whether the village understands technology? Is the village able to implement a
technology-based government system? The aim of this study is to see the local adaptive capacity in
implementing the Technology-Based Government System policy in the village. One area that is aggressively
doing this is the Bengkalis Regency Government. Almost all villages in Bengkalis Regency at least have a
village website. This research uses descriptive qualitative method. To describe the local adaptive capacity
in implementing SPBE in the village, the local adaptive capacity (LCA) framework will be used. Then, data
collection was carried out by interviewing, observing and documenting the informants or informants who
had been determined by using cluster, purposive, and random sampling techniques. The determination of
the village to be researched is based on the status of the village which consists of underdeveloped,
developing, advanced and independent villages.

Keywords: Local Adaptive Capacity, E-Government, Village

ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan informasi mempermudah pekerjaan dan aktivitas manusia. Teknologi dan
Informasi menjadikan kehidupan manusia jauh lebih efesien. Termasuk dalam pengelolaan organisasi
pemerintahan, mulai banyak penerapan teknologi dan informasi guna menunjang jalannya pemerintahan.
Banyak aplikasi sistem pemerintahan desa, yang mencangkup ePerforma Base Budgeting (ePlanning,
eBudgeting, eProcurement, eMoney, eKinerja, eAudit). Kemudian yang menjadi menarik adalah
pertanyaan apakah desa paham teknologi? Apakah desa mampu melaksanakan sistem pemerintahan
berbasis teknologi?.Tujuan dari penelitian ini untuk melihat kapasitas adaptif lokal dalam penerapan
kebijakan Sistem Pemerintahan Berbasis Teknologi (SPBE) di desa. Salah satu daerah yang gencar
melakukan ini adalah Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Hampir seluruh desa di Kabupaten Bengkalis
minimal telah memiliki website desa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Untuk
menggambarkan kaspasitas adaptif lokal dalam penerapan SPBE di desa, akan digunakan local adaptive
capacity (LCA) framework. Kemudian, pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi
dan dokumentasi kepada informan atau narasumber yang telah ditetapkan dengan teknik cluster, purposive,
dan random sampling. Penentuan desa yang akan diteliti berdasarkan status desa yang terdiri dari desa
tertinggal, berkembang, maju dan mandiri.

Kata Kunci: Kapasitas Adaptif Lokal, E-Government, Desa

PENDAHULUAN informasi. Di Indonesia sendiri sudah


Desa diberikan kesempatan yang banyak desa-desa yang memanfaatkan
luas untuk mengembangkan potensi desa teknologi informasi ini. Beberapa bentuk
dengan memanfaatkan teknologi pemanfaatan teknologi informasi yang

179
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

telah diterapkan di desa. Pertama, yang SIDEKA. Kemudian, keterbatasan yang


banyak dilakukan desa dalam juga menjadi permasalahan utama dalam
pemanfaatan teknologi informasi adalah penerapan SPBE di desa lebih kepada
dengan membuat website resmi desa kapasitas desa dalam menerima
dengan menggunakan domain desa.id. pembahuran pada kehidupan
keberadaan website resmi desa ini bermasyarakat maupun tata kelola
dimanfaat guna memberikan informasi pemerintahannya. Hal ini sudah barang
kepada masyarakat terkait dengan tentu harus diperhatikan secara seksama,
kegiatan serta potensi yang dimiliki desa mengingat dalam struktur desa di
tersebut. Kedua, pemanfaatan teknologi Indonesia masih terdapat
desa juga dilakukan dengan membuat pengklasifikasian desa atau yang sering
sistem atau aplikasi yang berguna dikenal dengan status desa, yakni desa
sebagai pangkalan data yang memuat sangat tertinggal, tertinggal, berkembang,
data kependudukan, wilayah, potensi maju dan mandiri. Status ini sudah
serta data-data lain yang dimiliki desa. barang tetu menjadi tolak ukur utama
Ketiga, selain sebagai database dalam melihat local capacity atau
pemanfataan teknologi informasi desa Kapasitas lokal desa tersebut dalam
juga mendukung penggunaan electronic menerima dan menerapkan sebuah
goverment yang bermanfaat untuk kebijakan pembaharuan termasuk SPBE
mengubah pekerjaan pemerintahan yang ini.
bersifat konvensional ke berbasis online. Kabupaten Bengkalis yang
Pengembangan potensi desa menjadi fokus penelitian ini turut andil
melalui pemanfaatan teknologi infomasi dalam mensukseskan penerapan SPBE
dan komunikasi diwujudkan melalui pada tataran desa. Upaya yang dilakukan
kebijakan Sistem Pemerintahan Berbasis yakni dengan mewajibakan setiap desa
Elektronik (SPBE) dengan penerapan di Kabupaten Bengkalis membuat
Sistem Pemerintahan Desa (SID). SID website desa. Dengan 136 Desa yang
adalah bagian tak terpisahkan dalam tersebar di 11 kecamatan, desa-desa
implementasi Undang-Undang Desa. Kabupaten Bengkalis masih banyak
Dalam Bagian Ketiga Undang-Undang yang masuk dalam status desa tertinggal,
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa yang terlihat pada gambar berikut :
Pasal 86 mengenai Sistem Informasi
Pembangunan Desa dan Pembangunan Desa Desa
Kawasan Perdesaan jelas disebutkan Maju, Mandiri
bahwa desa berhak mendapatkan akses 7, 5% , 1, 1%
informasi melalui sistem informasi yang
dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Desa
Terting
Kabupaten atau Kota. Akan tetapi desa Desa
gal, 47,
masih memiliki keterbatasan utama Berkem
35%
dalam pemanfaatan teknologi informasi bang,
dalam rangka mewujudkan SPBE ini. 81, 59%
Desa terbatas dalam mewujudkan
sumberdaya teknologi infromasi yang
mandiri. Banyak desa yang Gambar 1. Status Desa di Kabupaten
memanfaatkan pihak ketiga dalam Bengkalis 2018
membantu desa guna mewujudkan Sebanyak 35% desa di Kabupaten
SPBE ini, contohnya seperti Open Bengkalis masih masuk dalam kategori
Sistem Informasi Desa (OPENSID) dan desa tertinggal, hal ini sudah barang

180
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

tentu menimbulkan pertanyaan berada pada ranah efektivitas dari


bagaimana kapasitas adaptif lokal desa keberadaan aplikasi sistem infromasi
di Kabupaten Bengkalis dalam desa dan kelurahan yang berjalan dengan
menerapkan SPBE ini?. Ini yang mejadi efektif namun masih terkendala dalam
tujuan utama dalam pelaksanaan anggaran operasional dan
penelitian ini, sehingga kebijkan SPBE pengembangan aplikasinya. Lebih lanjut
tidak hanya dilihat dari perspektif penelitian yang dilaksankan oleh
penerapannya secara aplikasi saja, beberpa penulis seperti yang dibahas
namun juga dilihat dari kapasitas adaptif pada artikel (Andoyo, 2014), (Noviyanto,
lokal yang menarpkannya. Sehingga 2014) lebih mengarah pada
dapat mengukur adapatasi lokal tidak pembahasaan penerapan sistem
hanya pemerintah desa maupun juga permerintahan pada ranah manfaa dari
masyarakatnya dalam penerapan keberadaan sistem bagi pemerintahan
kebijakan SPBE ini. Skema Penelitian desa serta masyarakat desa. Sedangkan
Dasar Dosen Pemula menjadi skema dalam artikel lain (Hartono, dkk. 2010)
yang diikuti penulis dalam penelitian ini, dijelaskan dalam penerapan electronic
dimana penelitian ini merupakan government di desa lebih membahas
tahapan dasar dalam melihat kepada penerapan dan pengembangan
keberhasilan pelaksanaan kebijakan sistem dalam persepktif teknis, dalam
SPBE yang tidak hanya dilihat secara tulisan ini juga dijelaskan mengenai
teknis namun juga dalam perspektif tahapan perencanaan, analisis, desain
sosial sehingga dapat efektif diterapkan dan implementasi sistem.
oleh desa-desa yang ada di Kabupaten Untuk melengkapi kajian literatur
Bengkalis. penelitian ini peneulis juga turut
Dalam penerapan sistem mencoba melihat penelitian-penelitian
pemerintahan berbasis elektronik di desa, terkait penerapan SPBE di desa yang
beberapa penelitian sudah dilakukan berfokus kepada dampak dari kebijakan
oleh peneliti-peniliti sebelumnya seperti tersebut. Seperti artikel (Bhattacharyya,
implementasi sistem informasi 2008) yang menjalaskan bahwa dalam
kependudukan desa, electronic penerapan information and
government pemberdayaan communication technologies (ICT)
pemerintahan dan potensi desa berbasis dalam pemerintahan memberikan
web, sistem informasi desa berbasis web, dampak dalam beberapa hal seperti : a.
efekttivitas kebijakan penerapan aplikasi Meningkatkan transparansi dan
sistem informasi desa dan kelurahan. akuntabilitas; b. memfasilitasi akurasi
Penelitian-penelitian tersebut dalam pengambilan keputusan melalui
sebagaimana telah dijelaskan arus informasi yang bebas; c.
sebelumnya hanya berfokus dalam meningkatkan pengiriman barang dan
melihat SPBE pada tataran teknis jasa publik secara efisien; dan d.
pelaksanaanya. Belum ada penelitian mendorong partisipasi rakyat. Kemudian
yang menitik beratkan untuk melihat dalam artikel (Asgarkhani, 2005)
kapasitas adaptif lokal dalam dijelaskan bahwa dampak dalam
pelaksanaan kebijakan ini. penerapan e-goverment dalam
Beberapa penelitian sebelumnya pemerintahan mencakup reformasi
telah membahas tentang penerapan dalam manajemen publik melalui
sistem pemerintahan berbasis elektronik peningkatan pemberian layanan kepada
seperti pada artikel (Raihan dkk, 2017) warga negara, penciptaan kegiatan
dimana dalam artikel ini titik point utama ekonomi dan pengamanan demokrasi.

181
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

Selain itu hal yang menarik dalam tulisan keadialan dalam penerapan e-goverment
ini yakni tentang e-Government dalam pemerintahan. Dari bahasan
membutuhkan digital citizens (e- beberapa literatur diatas mengenai
citizens) atau masyarakat digital. Dengan penerapan e-government, masih terlihat
kata lain, sebelum kita dapat menyebut jelas fokus kajian e-goverment
prakarsa e-services yang efektif, itu kebanyakan barada pada aras teknis
harus dibuat tersedia untuk semua warga penarapannya, seperti misalnya
negara - tidak hanya untuk minoritas ketersedian infrastruktur dan serpan dari
yang mampu memiliki akses ke kebaradaan sistem itu sendiri. Dari
infrastruktur elektronik yang diperlukan. kajian dampak bahasan mengenai e-
goverment masih selalu didominasi oleh
bahasan-bahasan pengukuran seberapa
efektif dan efisienkah sistem e-
goverment tersebut.
Meskipun berkembang baik,
proyek-proyek e-government belum
dapat memberikan dampak yang
diinginkan karena daya serap baik dari
pemerintah itu sendiri maupun
masyarakat masih kurang. Dalam artikel
(Misra, 2009) dikatakan bahwa serapan
dan dampak dari penerapan e-goverment
Gambar 2. Perubahan isu-isu E- dipengaruhi oleh kebutuhan warga
goverment dari waktu ke waktu negara, faktor-faktor ini secara kritis
(Heeks,2003)(Heeks & Molla, 2009) mempengaruhi keberhasilan layanan e-
government dalam pemerintahan desa.
Ada beberapa isu yang Dalam artikel ini juga dijelaskan yang
berkembang dalam pembahasan litertur menjadi kontributor penting dalam
mengenai e-government, seperti yang keberlanjutan dan pengorganisasian
terlihat pada Gambar.2, pembahasan antara "pasokan layanan informasi e-
literatur mengenai penerapan e- government" dan "permintaan informasi
goverment dari waktu ke waktu layanan-layanan e-government" adalah
mengalami pergeseran. Ada kala kehidupan masyarakat desa itu sendiri.
bahasan e-goverment dalam ruang Agar layanan e-government menjadi
lingkup “kesiapan” baik dari kesadaran sukses, kebutuhan warga pedesaan harus
aparatur pemerintah maupun ditangkap secara memadai dan
infrastruktur penunjang. Bahasan e- dihubungkan dengan layanan e-
government bergeser kearah government yang sedang dirancang.
pembahasan mengenai “ketersedian” Oleh karena itu penulis mencoba
berupa supply atau alat penunjang serta untuk membahas dan meneliti hal-hal
tahapan pematangan dari e-government. yang belum dikaji oleh peneliti
Terdapat pembahasan mengenai e- sebelumnya seperti melihat penerapan e-
goverment pada isu tentang “serapan” goverment di desa yang spesifik
yang menitik beratkan pada permintaan membahas local adaptive capacity atau
dan pemakaian dari e-goverment itu kapasitas adaptif lokal yang ada di desa
sendiri. Dan kajian seringkali dilakukan dalam menerima kebijakan e-goverment
dalam e-goverment adalah tentang tersebut, sehingga akan bermanfaat
“dampak” yang lebih spesifik kepada untuk mengukur kemampuan tidak
melihat efektifitas, effisiensi dan

182
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

hanya pemerintah desa namun juga


masyarakat desa dalam menerapakan
kebijakan e-goverment.
Menilisik kapasitas adaptif lokal
sangatlah penting guna melihat
kemampuan dan keterberdayaan
masyarakat dalam komunitasnya terkait
peneperapn suatu kebijkan. Apalagi
dalam era globalisasi yang telah
membuat hidup kita jauh lebih kompleks,
mengurangi komitmen kita untuk, dan
fokus pada komunitas (Alston, 2002).
Dalam artikel (Fiszbein, 1997)
dijelaskan bahwa kemunculan bahasan Gambar 3. Lima karakteristik local
mengenai kapasitas adaptif lokal amat adaptive capacity (LAC) framework dan
keterkaitannya (Jones, dkk. 2019)
berguna untuk melihat partisipasi
masyarakat dalam sebuah kebijakan, hal Karkteristik dalam LAC
framework ini terdiri dari “asset base”
ini penting bagi kebijakan yang
atau basis aset yang mencerminkan
diterpakan dapat terimplementasi dan
modal finansial, fisik, sosial, politik, dan
berjalan dengan baik di masyarakat.
Keberadaan kapasitas adaptif lokal manusia diperlukan untuk menyiapkan
menjadi sebuah model yang sistem untuk merespons terbaik terhadap
menempatkan kebijakan mestilah penerapan kebijakan SPBE. “Institutions
and entitlements” atau institusi dan hak
mengikuti persepsi, kebutuhan dan
yang mencerminkan kemampuan sistem
preferensi lokal, sehingga kebijakan
tersebut dapat bejalan dengan untuk memastikan akses yang adil dan
sesungguhnya dalam kehidupan sosial hak atas sumber daya dan aset utama
masyarakat. adalah karakteristik mendasar dari
kapasitas adaptif. “knowledge and
Pengembangan kapasitas adaptif
information” atau pengetahuan dan
lokal berupaya mewujudkan
kemampuan dengen membentuk informasi yang mencerminkan adaptasi
keterampilan baru dalam masyarakat yang berhasil membutuhkan informasi
perdesaan(Murray & Dunn, 1995). dan pemahaman tentang perubahan di
masa depan, pengetahuan tentang opsi
Tujuannya adalah untuk mengamankan
adaptasi, kemampuan untuk menilai
pemberdayaan mereka yang tinggal di
mereka, dan kapasitas untuk
daerah pedesaan untuk mengelola urusan
mereka sendiri dengan lebih baik, mengimplementasikan intervensi yang
sehingga mengurangi ketergantungan paling cocok. “innovation” atau inovasi
mencerminkan utama dari kapasitas
pada negara. Dalam menjelaskan
adaptif terkait dengan kemampuan
mengenai Kapasitas adaptif lokal ini
sistem untuk mendukung inovasi dan
penulis menggunakan local adaptive
capacity framework : pengambilan risiko. Inovasi dapat
direncanakan, berorientasi teknis, dan
diarahkan pada inovasi berskala besar;
atau dapat berupa inisiatif tingkat lokal
yang otonom yang membantu orang
beradaptasi dengan SPBE. Dan “flexible
forward-looking decision-making and
governance” atau pengambilan

183
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

keputusan dan tata kelola yang fleksibel sumber dari setiap status desa, baik itu
dan berwawasan ke depan yang desa tertinggal, berkembang, maju dan
mencerminkan Pengambilan keputusan, mandiri. Kedua, penulis menggunakan
transparansi, dan penentuan prioritas teknik purposive sampling dalam
yang diinformasikan adalah semua menentukan informan atau narasumber
elemen kunci kapasitas adaptif. yang akan dimintai keteranngan terkait
Memastikan bahwa pemerintah lokal penelitian. Purposive digunakan tidak
memiliki informasi yang cukup tentang lain karena penulis memilih informan
penerapan SPBE, memungkinkan didasarkan pada tujuan tertentu yakni
mereka untuk mengambil langkah- alasan pengetahuan dan penguasaan
langkah untuk merencanakan terhdap kebijakan SPBE sehingga
dampaknya. Demikian pula, fleksibilitas infomran pada setiap desa adalah
untuk memungkinkan sistem dan pemerintah desa yang terdiri dari Kepala
lembaga-lembaga yang mengaturnya Desa, Perangkat Desa serta operator IT
untuk berevolusi dan beradaptasi dengan yang ada di desa tersebut. Ketiaga,
kebutuhan lokal adalah karakteristik penulis menggunakan teknik random
penting dari kapasitas adaptif(Gupta, sampling dalam menetukan informan
2010)( Pahl-Wostl, 2009). atau narasmuber dari kalangan
masyarakat desa. Penggunaan metode
METODE acak ini dilakukan untuk menentukan
Penelitian ini menggunakan masyarakat yang akan menjadi informan
metode kualitatif deskriptif, dimana atau narasumber pada penilitian ini.
penulis bertujuan untuk memperoleh Seperti yang dijelasakan
data yang seteliti dan selengkap mungkin sebelumnya penulis menggunakan LCA
terkait objek yang diteliti. Objek framework untuk membedah secara
penelitian ini adalah desa-desa yang ada mendalam mengenai kapasitas adaptif
di Kabupaten Bengkalis, alasan utama lokal dalam penerapan SPBE di
penulis dalam menentukan objek Kabupaten Bengkalis. Konsep ini yang
penelitian tidak terlepas dari objek kemudian diturunkan dalam indikator-
kebijkan SPBE ini yang berfokus pada indikator yang akan menjadi pedoman
pemerintah desa. Kabupaten Bengkalis utama wawancara untuk pengumpulan
dipilih juga tidak lepas dari data pada penelitian ini. Selain
keberaadannya sebagai daerah yang wawancara dalam pengumpulan data
mendukung penerapan kebijkan SPBE penulis juga menggunakan teknik
ini dengan memfasilitasi dan observasi yang bertujuan untuk
mewajibkan setiap desa yang ada di menggali data secara faktual di lapangan,
daerahnya untuk memiliki website desa dan penulis juga menggunakan teknik
sendiri. dokumentasi guna mengumpulkan setiap
Dalam menentukan informan data-data sekunder yang berkaitan dan
pada penlitian ini, penulis menggunakan bermanfaat pada penelitan ini.
beberapa teknik. Pertama, penulis Setelah memperoleh data primer,
menggunakan teknik cluster sampling data sekunder, hasil wawancara serta
untuk menentukan desa-desa di hasil observasi maka penulis
Kabupaten Bengkalis yang akan penulis mengnalisis data yang telah didapatkan
tetiliti. Pengklusteran yang penulis hingga nantinya akan memperoleh hasil
lakukan berdasarkan status desa yang penelitian secara utuh. Teknik analisis
terlihat pada Gambar 1. Dimana peneliti data yang digunakan dalam penelitian ini
akan mengambil informan atau nara adalah analisis kualitatif yang digunakan

184
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

peneliti sebagaimana yang dikemukakan masing indikator terkait dengaan


Miles dan Hubberman (dalam Sugiyono, bagaimana kapasitas adapatif
2012) yaitu pengumpulan data, reduksi pemerintah desa di Kabupaten Bengkalis
data, penyajian data dan langkah dengan penerapan sistem pemerintahan
terakhir adalah penarikan kesimpulan. desa berbasis elektronik ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Basis Aset (asset base)


Dalam penerepan sistem Basis aset atau “asset base”
pemerintahan berbasis elekteronik merupakan cerminan modal finansial,
(SPBE) di desa Kapasitas dari fisik, sosial, politik, dan manusia
pemerintah desa memiliki peranan yang diperlukan untuk menyiapkan sistem
paling menentukan dalam keberhasilan untuk merespons keadan terbaik
dari pengapliakasian sistem terhadap penerapan kebijakan SPBE.
pemerintahan berbasis teknologi di desa. Basis utama dalam perkembangan
Guna membedah hal tersbut maka teknologi informasi desa yang ada di
karkteristik dalam LAC framework bengkalis terdiri dari tiga basis utama.
dianggap cukup mampu menjawab Pertama, peneyediaan ekosistem
bagaimana Kapasitas pemerintah desa Teknologi Informasi dan Komputer
terutama di Kabupaten Bengkalis. (TIK) yang mendukung keberadaan
Dalam LAC framework terdapat teknologi infomasi dalam pemerintahan
beberapa indikator yang terdiri dari basis desa. Beberapa desa di Bengkalis seperti
aset (asset base), Institutions and Desa Kadur Kecamatan Rupat Utara dan
entitlements, institusi dan hak Desa Wonosari Kecamatan Bengkalis
(knowledge and information), Inovasi memiliki sarana prasarana yang cukup
(innovation), pengambilan keputusan memadai dalam pengembangan
dan tata kelola yang fleksibel dan teknologi informasi di desa terutama
berwawasan ke depan (flexible forward- dalam hal sarana internet serta
looking decision-making and infrastruktur TIK lainya. Kedua desa ini
governance). memiliki kelengkapan ekosistem TIK ini
Terkait dengan informan yang ada dikarenakan desa – desa tersebut
dalam penelitian ini dilihat berdasarkan merupakan desa pilihan yang
kemampuan informan dalam mendapatkan program desa broadband
memberikan basis informasi yang akurat terpadu dari Kementerian Komunikasi
dalam melihat kapasitas pemerintah desa dan Informatika (Kominfo) sejak tahun
pada penggunaan sistem pemerintahan 2015. Sehingga pemerintah desa tersebut
berbasis elektronik ini. Informan kunci memiliki serta dilengkapi dengan
dalam penelitian ini adalah fasilitas atau akses internet, perangkat
Pemerintahan Desa yang ada di end user dan aplikasi (sistem informasi
Kabupaten Bengkalis, kemudian desa). Berbeda dengan desa – desa
didukung dengan perspektif dari tersebut, beberapa desa di Bengkalis
pemerintah Kabupaten Bengaklis dalam seperti Desa Pedekik dalam memenuhi
hal ini Dinas Komunikasi, Informasi dan kebutuhan ekosistem TIK di lingkungan
Statistik (Diskominfotik) Kabupaten pemerintahan Desa Pedekik disediakan
bengkalis sebagai informan yang dapat secara mandiri oleh Pemerintah Desa
menunjukkan Kapasitas pemerintah desa Pedekik melalui anggaran desa yang
dalam pengemabangan teknologi khusus dialokasikan untuk kebutuhan
informasi desa yang di Kabupaten infrastuktur TIK di Desa Pedekik.
Bengkalis. berikut pembahasan masing-

185
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

Basis yang kedua, yakni desa yang tidak memiliki website masih
pengembangan sumber daya manusia sangat banyak yakni 113 desa atau sama
terkait dengan penerapan teknologi dengan 72% dari total desa yang ada di
informasi di desa. SDM merupakan aset Bengkalis.
penting dalam terwujudnya SPBE di Dalam kapasitas adaptif lokal,
desa, hal ini tidak lepas dari ketersediaan ketiga basis tersebut dapat
infrastruktur TIK tidak akan berjalan mencerminkan bagaimana kapasitas
dengan semestinya jika tidak ada admin pemerintah desa di Kabupaten Bengkalis
yang mengelolanya, pada pemerintah dalam penerapan TIK di desanya.
desa di Bengkalis beberapa desa Keberadaan peluang dari ekosistem TIK
memiliki operator khusus yang diberikan yang dapat disediakan secara mandiri
tugas untuk menjadi operator dalam maupun melalui mekanisme program
ekosistem TIK di desa, seperti Desa kebijakan memberikan modal penting
Pedekik yang memiliki tim khusus guna bagi desa untuk dapat mengembangkan
mengenmbangkan teknologi informasi dan menerapkan teknologi informasi
yang dapat membantu pelaksanaan tersebut hal ini tak lupa didukung dengan
pemerintah desa. pengembangan SDM yang dapat
Basis aset yang ketiga, yakni menjadi motor penggerak
pengembangan sistem informasi dan pengembangan TIK, dengan
aplikasi. Basis ini merupakan wujud dari mewujudkan sistem informasi
keberadaan SPBE di desa, salah satu pemerintahan salah satunya melalui
bentuk yang paling real yang dapat keberadaan website desa sebagai sarana
diwujudkan pemerintah desa yakni komunikasi publik desa tersebut. Akan
dengan menyediakan website desa tetapi dalam prakteknya di lapangan,
sebagai sarana informasi publik yang permasalahan utama terdapat pada basis
dapat mendeskripsikan mengenai desa aset SDM yang masih cenderung sulit
tersebut. Berikut adalah data kondisi untuk ditemukan, hal ini terlihat dari
website desa di Kabupaten Bengkalis : tidak semua desa yang memiliki website
serta pula dibarengi dengan SDM khusus
Website Desa yang memahami mengenai TIK.
33 Aktif
Institusi dan Hak (Institutions and
9 Website Desa entitlements)
113 Tidak Aktif Kapasitas adaptif lokal dapat
dilihat dari institusi dan hak “Institutions
and entitlements” yang mencerminkan
Gambar 4. Kondisi Sistem Informasi kemampuan sistem untuk memastikan
Desa berbasis Website di Kabupaten akses yang adil dan hak atas sumber daya
Bengkalis tahun 2020 dan aset utama adalah karakteristik
mendasar dari kapasitas adaptif itu
Dari data tersebut terlihat bahwa dari sendiri. Dalam penerapan SPBE di desa
155 desa yang ada di Kabupaten yang ada di Kabupaten Bengkalis,
Bengkalis, desa yang memiliki sistem problematasasi yang menjadi
informasi desa berbasis website hanya penghambat dalam pengemabangan
sebanyak 42 desa dengan kondisi pemerintahan desa berbasis TIK ini
website desa yang aktif sebanyak 33 adalah ketersedian aksestabilitas
desa, dan website desa yang tidak aktif internet. Karena dibeberapa desa di
sebanyak 9 desa. Akan tetapi, jumlah Kabupaten Bengkalis masih masuk

186
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

dalak kategorisasi blankspot aera atau mereka, dan kapasitas untuk


tidak tercakupi sinyal internet, seperti mengimplementasikan intervensi yang
terilhat pada gambar berikut : paling cocok. Dalam penerapan sitem
teknologi informasi desa di Kabupaten
Bengkalis pengetahuan terhadap nilai –
nilai TIK menjadi kunci keberhasilan
dalam penerapan sistem infomasi desa
dengan berbasis teknologi informasi. Hal
yang menarik kemudian ditemukan dari
Gambar 5. Jumlah Desa yang belum pengembangan sistem infromasi
tercover mobile broadband (4G)/ berbasis website di Kabupaten
Blankspot Area di Kabupaten Bengkalis Bengkalis, dimana di Desa Pedekik yang
2020 (Diskominfotik Kab. Bengkalis) memiliki website desa dengan rataan
pengunjung yang cukup tinggi
Pada data diatas terlihat masih ada dibaindingkan website desa lainnya,
17% desa di Kabupaten Bengkalis yang menunjukkan pengetahuan dalam
tidak memiliki akses internet. Hal ini pengembangan teknologi informasi di
merupakan faktor penghambat utama desa berbanding lurus dengan traffic
dari pengembangan kapasitas adapatif dalam website tersebut. Hal ini tidak
desa dalam penerapan TIK. lepas dari konten serta informasi yang
Aksestabilitas terhadap internet diberikan dalam website tersebut, mulai
merupakan suatu keniscayaan utama dari sejarah desa, gambaran umum desa,
dalam pengembangan teknologi profil desa hingga potensi desa serta
informasi termasuk di desa. laporan keuangan desa menjadi basis
Peran sentral jaringan internet data yang baik untuk dapat
menjadi pintu masuk terhadap diinformasikan kepada masyarakat luas.
aksestabiltas lainya dalam Hal menarik kemudian muncul
pengembangan teknologi informasi yang ketika melihat informasi yang diberikan
ada di desa. Di Kabupaten Bengkalis dalam laman website desa seperti desa
sendiri terutama di Kecamatan Talang pedekik, cenderung lebih banyak diakses
Mandau yang memiliki 9 Desa, masih dan dilihat oleh masyarakat di luar Desa
sulit untuk dilakukanya pengembangan Pedekik sendiri ketimbang masyarakat
teknologi informasi. Hal ini tidak lepas desanya. Dalam aspek positif, fenomena
dari aksestabilitas yang cukup sulit ini memberikan kesempatan yang
dalam menjangkau desa – desa yang ada terbuka bagi masyarakat luas untuk
di Kecamatan Talang Mandau tersebut. mengetahui mengenai Desa Pedekik,
sehingga membuka peluang untuk dapat
Pengetahuan dan Informasi menarik minat untuk dapat berkunjung
(Knowladge and Information) ke desa tersebut. Dari aspek negatif,
Selain basis SDM yang kuat dalam sedikitnya masyarakat internal Desa
Kapasitas adaptif juga melihat pada Pedekik yang mengakses website
pengetahuan dan informasi atau desanya memberikan gambaran bahwa
“knowladge and information” yang infomasi desa terkait dengan desa serta
mencerminkan adaptasi yang berhasil sosial masyarakat desa yang ditujukan
membutuhkan informasi dan khusus kepada masyarakat desa sudah
pemahaman tentang perubahan di masa barang tentu tidak tersampaikan dengan
depan, pengetahuan tentang opsi baik dan efisien. Pengetahuan
adaptasi, kemampuan untuk menilai masyarakat terkait dengan

187
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

pengembangan teknologi infomasi dikembangkan dengan melakukan


dalam pemerintah desa juga merupakan invoasi, dimana website desa pedekik
hal yang penting. Masyarakat desa di sudah menggunakan base dari sistem
Bengkalis memiliki preferensi yang desa bernama Open SID. Open SID
berbeda – beda terkait dengan sendiri merupakan platform terbuka
keberadaan pengembangan TIK di desa sistem informasi desa yang memuat
ini. Salah satu faktornya adalah urgensi tidak hanya website desa melainkan
atau kebutuhan masyarakat yang belum sitem database desa, mulai dari
terkait dengan informasi yang ada pada administrasi, kependudukan pemetaan
laman website desa. hingga keuangan desa. Desa Pedekik
memanfaatkan fitur-fitur yang
Inovasi (Innovation) disediakan sistem tersebut untuk
Dalam kapasitas adaptif inovasi melakukan proses administrasi secara
atau “innovation” mencerminkan online.
karakteristik utama dari kapasitas adaptif Keberadaan inovasi ini memiliki
terkait dengan kemampuan sistem untuk tantangan tersendiri, terutama dari
mendukung inovasi dan pengambilan perspektif masyarakat, dimana
risiko. Inovasi dapat direncanakan, masyarakat yang sudah terbiasa dengan
berorientasi teknis, dan diarahkan pada pelayanan administrasi secara
inovasi berskala besar; atau dapat berupa konvensional, kemudian dialihkan
inisiatif tingkat lokal yang otonom yang kepada pelayanan administrasi secara
membantu orang beradaptasi dengan online memerlukan sosialisasi yang baik.
SPBE. Melihat pengembangan teknologi Selain itu, mitigasi terhadap pelaksanaan
informasi desa di Kabupaten Bengkalis, inovasi dalam pengembangan sistem
pemerintah desa yang memiliki minat infromasi desa di Kabupaten Bengkalis
terhadap teknologi informasi tidak luput harus menjadi hal yang direncanakan
dari inovasi dalam teknologi informasi secara matang, sehingga tujuan utama
itu sendiri. Seperti misalnya Desa dari penggunaan sistem tersebut dapat
Wonosari, dengan keberadaan eksositem berjalan dengan sebagaimana mestinya.
TIK yang cukup memadai, memberikan
kesempatan bagi pemerintah desa untuk Pengambilan Keputusan Dan Tata
berinovasi lebih luas lagi, pemanfaatan Kelola Yang Fleksibel Dan
fasilitas TIK yang ada di Desa Wonosari Berwawasan Ke Depan (Flexible
tidak hanya dapat diakses oleh internal Forward-Looking Decision-Making
pemerintah desa melainkan juga and Governance)
masyarakat Desa Wonosari. Keadaan Karaktersitik terakhir dalam
hari yang mengharuskan para siswa kapasitas adapatif adalah “flexible
bersekolah dengan cara daring, forward-looking decision-making and
menjadikan pemerintah Desa Wonosari governance” atau pengambilan
berinisiatif untuk memberikan akses keputusan dan tata kelola yang fleksibel
internet gratis bagi masyarakat yang dan berwawasan ke depan yang
ingin melakukan sekolah daring. mencerminkan pengambilan keputusan,
Pemerintah Desa Wonosari transparansi, dan penentuan prioritas
menyediakan ruangan yang terkoneksi yang diinformasikan adalah semua
wifi bagi para siswa yang akan elemen kunci kapasitas adaptif.
melakukan sekolah daring. Memastikan bahwa pemerintah lokal
Selain itu di Desa Pedekik sistem memiliki informasi yang cukup tentang
inforamasi berbasis wesbite kemudian penerapan SPBE, memungkinkan

188
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

mereka untuk mengambil langkah- penanggung jawab desa yang bukan


langkah untuk merencanakan merupakan bagian dari tanggung jawab
dampaknya. Demikian pula, fleksibilitas mereka. Tugas pengembangan desa
untuk memungkinkan sistem dan sendiri lebih diarahkan kepada Dinas
lembaga-lembaga yang mengaturnya Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
untuk berevolusi dan beradaptasi dengan (Dinas PMD) Kabupaten Bengkalis.
kebutuhan lokal adalah karakteristik Pada dasarnya melihat potensi
penting dari kapasitas adaptif. pengembangan teknologi informasi desa
Dalam penerapan sistem informasi di Kabupaten Bengkalis yang cukup
teknologi di ranah pemerintah desa besar, menjadikan pengambilan
memiliki banyak aktor yang berperan keputusan yang fleksibel dapat menjadi
aktif. Dalam faktor sosial politik pendorong percepatan pengembangan
pemerintah Kabupaten Bengkalis teknologi informasi pemerintahan desa
menjadi pendorong utama sejak di Kabuapten Bengkalis.
dicanangnya kewajiban website desa di SIMPULAN
Kabupataten Bengkalis sejak tahun 2015 Kapasitas adaptif lokal dalam
silam, akan tetapi dalam tahapan penerapan sistem pemerintahan desa
pelaksananya banyak website desa yang berbasis elektronik di Kabupaten
hanya sekedar sebagai sebuah formalitas Bengkalis dapat dilihat dari beberapa
tanpa dioptimalisasikan fungsinya. karaktersitik. Pertama, basis aset
Dalam tataran pelaksana teknis daerah kapasitas adaptif dalam penerpan sistem
pengembangan teknologi informasi pemerintahan desa berbasis elektronik
diamanahkan kepada Diskominfotik. ini dapat dilihat dari pengembangan
Akan tetapi desa dengan hak otonomnya ekosistem TIK yang pada dasarnya
diberikan kemandirian untuk mengambil sudah terbentuk dibeberapa desa baik
keputusan untuk dapat mengembangan melalui program kemitraan maupun
teknologi informasi di desanya. Dalam dilaksanakan secara mandiri oleh
prakteknya Diskominfotik Kabupaten pemerintah desa di Kabupaten
Bengkalis juga terbuka bila desa ingin Bengkalis. Kemudian pengembangan
berkonstulasi atau sharing knowladge SDM yang menjadi foktor penting
terkait pengembangan teknologi kapsitas dari penerapan TIK di desa,
informasi desa. Ini dilakukan oleh Desa beberapa desa di Kabupaten Bengkalis
Wonosari yang mengirimkan dua orang masih kesulitan dalam mendapatkan
operatornya untuk mendapatkan SDM yang bekomptensi dalam
pelatihan teknologi informasi di pengemabangan TIK, namun di desa lain
Diskominfotik Kabupaten Bengkalis. sudah ada tenaga khusus yang menajadi
Tata kelola pengembangan operator atau admin dalam
teknologi informasi desa menjadi pengemabangan teknoplogi informasi
problematisasi sendiri. Hal ini terkait desa. Kemudian basis aset terkahir
persepsi setiap pemangku kepentingan adalah pengembangan sistem informasi
dalam pengembangan sistem informasi dan aplikasi dalam pemerintahan desa di
di desa. Seperti yang terjadi di Kabuapten Bengkalis terwujud dengan
Bengkalis, Diskomonifotik Kabupaten adanya website desa sebagai sarana
Bengkalis yang memiliki basis informasi publik terkait desa, akan tetapi
pengetahuan terhadap pengembangan masih ada 70% desa yang ada
TIK tidak dapat serta merta memberikan dibengkalis yang masih belum memiliki
pemahaman dan pengetahuan serupa website desa.
kepada desa. Hal ini tidak lepas dari

189
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

Kedua, karakteristik kapasitas infomrasi desa yang merata di


adaptif dapat dilihat dari isntitusi dan Kabupaten Bengkalis.
hak. Di kabupaten Bengkalis pemerataan
aksetabilitas terhadap teknologi DAFTAR PUSTAKA
informasi masih menjadi pekerjaan Andoyo, A., & Sujarwadi, A. (2017).
rumah yang harus diperbiki, hal ini Sistem Informasi Berbasis Web
terlihat dari masih adanya 17% desa Pada Desa Tresnomaju Kecamatan
yang masih masuk dalam katergorissasi Negerikaton Kab. Pesawaran.
blankspot area atau area yang tidak Jurnal TAM (Technology
terkover oleh mobile boradband 4G. Acceptance Model), 3, 1-10.
Ketiga, penegtahaun dan informasi Alston, M. (2002). From local to global:
dalam penerapan sitempemerintahan making social policy more effective
desa berbasis elektronik di Kabupaten for rural community capacity
Bengkalis memiliki dampak postitf bagi building. Australian Social Work,
penyebaran informasi terkait desa 55(3), 214-226.
tersebut kepada masyarakat luas. Asgarkhani, M. (2005). The
Dampak negetaif sasarn infomasi yang effectiveness of e-service in local
seharusnya ditujukan kepada masyarakat government: a case study. The
desa cenderung tidak tersampiakan electronic journal of e-government,
kareana masyarakat desa sendiri belum 3(4), 157-166.
banyak yang mengetahui keberadaan Bhattacharyya, R. (2008). E-governance
informasi melalui website desa mereka. in rural West Bengal (India): impact
Keempat adalah karakteristik inovasi, and implications. Electronic
yang menjadikan dalam penerapan Government, an International
sistem pemerintahan berbasis elektronik Journal, 5(4), 390-402.
pemerintah desa di Kabupaten Bengkalis Fiszbein, A. (1997). The emergence of
melakukan inovasi dalam local capacity: Lessons from
pengembangan TIK di desanya, Colombia. World development,
contohnya Desa Pedekik yang tidak 25(7), 1029-1043.
sekedarhanya membuat sistem infrmasi Gupta, J., Termeer, C., Klostermann, J.,
publik melalui website namun juga Meijerink, S., van den Brink, M.,
dibarengi dengan inovasisistem Jong, P., ... & Bergsma, E. (2010).
pelayanan administrasi secara online. The adaptive capacity wheel: a
Selanjutnya pengambilan method to assess the inherent
keputusan dan tata kelola yang fleksibel characteristics of institutions to
dan berwawasan ke depan menjadi enable the adaptive capacity of
probelmatisasi sendiri dalam kapasistas society. Environmental Science &
adapatif pemerintah desa. Dimana Policy, 13(6), 459-471.
keterlibatan berbagai stakeholder pada Hartono, D. U., & Mulyanto, E. (2010).
pengembangan sistem infomasi di desa Electronic Government
menjadikan butuh adanya kebijakan – Pemberdayaan Pemerintahan dan
kebijakan fleksibel yang dapat Potensi Desa Berbasis Web. Jurnal
mengoptimalkan pengembangan Teknologi Informasi, 6(1), 9-21.
teknologi informasi di desa. Kolaborasi Heeks, R. (2003). Most eGovernment-
pngelolaan pemerIntah oleh for-development projects fail: how
Diskominfotik dan Dinas PMD dapat can risks be reduced?.
menjadi soslusi yang baik bagi Heeks, R., & Alemayehu, M. (2009).
terwujudnya poengembangan sistem Impact assessment of ICT-for-

190
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191

development projects: A pendidikan:(pendekatan


compendium of approaches. kuantitatif, kualitatif dan R & D).
Development Informatics Working Alfabeta.
Paper, (36).
Jones, L., Ludi, E., Jeans, H., &
Barihaihi, M. (2019). Revisiting the
Local Adaptive Capacity
framework: learning from the
implementation of a research and
programming framework in Africa.
Climate and Development, 11(1), 3-
13.
Misra, H. (2009, November). Managing
rural citizen interfaces in e-
governance systems: a study in
Indian context. In Proceedings of
the 3rd international conference on
Theory and practice of electronic
governance (pp. 155-162).
Murray, M., & Dunn, L. (1995).
Capacity building for rural
development in the United States.
Journal of Rural Studies, 11(1), 89-
97.
Noviyanto, F., Setiadi, T., &
Wahyuningsih, I. (2014).
Implementasi Sikades (Sistem
Informasi Kependudukan Desa)
Untuk Kemudahan Layanan
Administrasi Desa Berbasis Web
Mobile. Jurnal Informatika Ahmad
Dahlan, 8(1), 101999.
Pahl-Wostl, C. (2009). A conceptual
framework for analysing adaptive
capacity and multi-level learning
processes in resource governance
regimes. Global environmental
change, 19(3), 354-365.
Raihan, A. H., Amin, M. J., Si, M.,
Dama, M., Sos, S., & Si, M. (2017).
Efektivitas Kebijakan Penerapan
Aplikasi Sistem Informasi Desa
Dan Kelurahan (Si-Daleh) Di Desa
Rapak Lambur Kecamatan
Tenggarong Kabupaten Kutai
Kertanegara. EJournal Ilmu
Pemerintahan, 5, 1205-1218.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian

191

You might also like