Professional Documents
Culture Documents
rijalul.fikri@soc.uir.ac.id
ABSTRACT
The development of technology and information make human works and activities more easier. Technology
and information make human life much more efficient. Included in the management of government
organizations, there have been many applications of technology and information to support the running of
government. There are many applications for village government systems, which include ePerforma Base
Budgeting (ePlanning, eBudgeting, eProcurement, eMoney, ePerformance, eAudit). Then what becomes
interesting is the question whether the village understands technology? Is the village able to implement a
technology-based government system? The aim of this study is to see the local adaptive capacity in
implementing the Technology-Based Government System policy in the village. One area that is aggressively
doing this is the Bengkalis Regency Government. Almost all villages in Bengkalis Regency at least have a
village website. This research uses descriptive qualitative method. To describe the local adaptive capacity
in implementing SPBE in the village, the local adaptive capacity (LCA) framework will be used. Then, data
collection was carried out by interviewing, observing and documenting the informants or informants who
had been determined by using cluster, purposive, and random sampling techniques. The determination of
the village to be researched is based on the status of the village which consists of underdeveloped,
developing, advanced and independent villages.
ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan informasi mempermudah pekerjaan dan aktivitas manusia. Teknologi dan
Informasi menjadikan kehidupan manusia jauh lebih efesien. Termasuk dalam pengelolaan organisasi
pemerintahan, mulai banyak penerapan teknologi dan informasi guna menunjang jalannya pemerintahan.
Banyak aplikasi sistem pemerintahan desa, yang mencangkup ePerforma Base Budgeting (ePlanning,
eBudgeting, eProcurement, eMoney, eKinerja, eAudit). Kemudian yang menjadi menarik adalah
pertanyaan apakah desa paham teknologi? Apakah desa mampu melaksanakan sistem pemerintahan
berbasis teknologi?.Tujuan dari penelitian ini untuk melihat kapasitas adaptif lokal dalam penerapan
kebijakan Sistem Pemerintahan Berbasis Teknologi (SPBE) di desa. Salah satu daerah yang gencar
melakukan ini adalah Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Hampir seluruh desa di Kabupaten Bengkalis
minimal telah memiliki website desa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Untuk
menggambarkan kaspasitas adaptif lokal dalam penerapan SPBE di desa, akan digunakan local adaptive
capacity (LCA) framework. Kemudian, pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi
dan dokumentasi kepada informan atau narasumber yang telah ditetapkan dengan teknik cluster, purposive,
dan random sampling. Penentuan desa yang akan diteliti berdasarkan status desa yang terdiri dari desa
tertinggal, berkembang, maju dan mandiri.
179
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
180
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
181
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
Selain itu hal yang menarik dalam tulisan keadialan dalam penerapan e-goverment
ini yakni tentang e-Government dalam pemerintahan. Dari bahasan
membutuhkan digital citizens (e- beberapa literatur diatas mengenai
citizens) atau masyarakat digital. Dengan penerapan e-government, masih terlihat
kata lain, sebelum kita dapat menyebut jelas fokus kajian e-goverment
prakarsa e-services yang efektif, itu kebanyakan barada pada aras teknis
harus dibuat tersedia untuk semua warga penarapannya, seperti misalnya
negara - tidak hanya untuk minoritas ketersedian infrastruktur dan serpan dari
yang mampu memiliki akses ke kebaradaan sistem itu sendiri. Dari
infrastruktur elektronik yang diperlukan. kajian dampak bahasan mengenai e-
goverment masih selalu didominasi oleh
bahasan-bahasan pengukuran seberapa
efektif dan efisienkah sistem e-
goverment tersebut.
Meskipun berkembang baik,
proyek-proyek e-government belum
dapat memberikan dampak yang
diinginkan karena daya serap baik dari
pemerintah itu sendiri maupun
masyarakat masih kurang. Dalam artikel
(Misra, 2009) dikatakan bahwa serapan
dan dampak dari penerapan e-goverment
Gambar 2. Perubahan isu-isu E- dipengaruhi oleh kebutuhan warga
goverment dari waktu ke waktu negara, faktor-faktor ini secara kritis
(Heeks,2003)(Heeks & Molla, 2009) mempengaruhi keberhasilan layanan e-
government dalam pemerintahan desa.
Ada beberapa isu yang Dalam artikel ini juga dijelaskan yang
berkembang dalam pembahasan litertur menjadi kontributor penting dalam
mengenai e-government, seperti yang keberlanjutan dan pengorganisasian
terlihat pada Gambar.2, pembahasan antara "pasokan layanan informasi e-
literatur mengenai penerapan e- government" dan "permintaan informasi
goverment dari waktu ke waktu layanan-layanan e-government" adalah
mengalami pergeseran. Ada kala kehidupan masyarakat desa itu sendiri.
bahasan e-goverment dalam ruang Agar layanan e-government menjadi
lingkup “kesiapan” baik dari kesadaran sukses, kebutuhan warga pedesaan harus
aparatur pemerintah maupun ditangkap secara memadai dan
infrastruktur penunjang. Bahasan e- dihubungkan dengan layanan e-
government bergeser kearah government yang sedang dirancang.
pembahasan mengenai “ketersedian” Oleh karena itu penulis mencoba
berupa supply atau alat penunjang serta untuk membahas dan meneliti hal-hal
tahapan pematangan dari e-government. yang belum dikaji oleh peneliti
Terdapat pembahasan mengenai e- sebelumnya seperti melihat penerapan e-
goverment pada isu tentang “serapan” goverment di desa yang spesifik
yang menitik beratkan pada permintaan membahas local adaptive capacity atau
dan pemakaian dari e-goverment itu kapasitas adaptif lokal yang ada di desa
sendiri. Dan kajian seringkali dilakukan dalam menerima kebijakan e-goverment
dalam e-goverment adalah tentang tersebut, sehingga akan bermanfaat
“dampak” yang lebih spesifik kepada untuk mengukur kemampuan tidak
melihat efektifitas, effisiensi dan
182
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
183
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
keputusan dan tata kelola yang fleksibel sumber dari setiap status desa, baik itu
dan berwawasan ke depan yang desa tertinggal, berkembang, maju dan
mencerminkan Pengambilan keputusan, mandiri. Kedua, penulis menggunakan
transparansi, dan penentuan prioritas teknik purposive sampling dalam
yang diinformasikan adalah semua menentukan informan atau narasumber
elemen kunci kapasitas adaptif. yang akan dimintai keteranngan terkait
Memastikan bahwa pemerintah lokal penelitian. Purposive digunakan tidak
memiliki informasi yang cukup tentang lain karena penulis memilih informan
penerapan SPBE, memungkinkan didasarkan pada tujuan tertentu yakni
mereka untuk mengambil langkah- alasan pengetahuan dan penguasaan
langkah untuk merencanakan terhdap kebijakan SPBE sehingga
dampaknya. Demikian pula, fleksibilitas infomran pada setiap desa adalah
untuk memungkinkan sistem dan pemerintah desa yang terdiri dari Kepala
lembaga-lembaga yang mengaturnya Desa, Perangkat Desa serta operator IT
untuk berevolusi dan beradaptasi dengan yang ada di desa tersebut. Ketiaga,
kebutuhan lokal adalah karakteristik penulis menggunakan teknik random
penting dari kapasitas adaptif(Gupta, sampling dalam menetukan informan
2010)( Pahl-Wostl, 2009). atau narasmuber dari kalangan
masyarakat desa. Penggunaan metode
METODE acak ini dilakukan untuk menentukan
Penelitian ini menggunakan masyarakat yang akan menjadi informan
metode kualitatif deskriptif, dimana atau narasumber pada penilitian ini.
penulis bertujuan untuk memperoleh Seperti yang dijelasakan
data yang seteliti dan selengkap mungkin sebelumnya penulis menggunakan LCA
terkait objek yang diteliti. Objek framework untuk membedah secara
penelitian ini adalah desa-desa yang ada mendalam mengenai kapasitas adaptif
di Kabupaten Bengkalis, alasan utama lokal dalam penerapan SPBE di
penulis dalam menentukan objek Kabupaten Bengkalis. Konsep ini yang
penelitian tidak terlepas dari objek kemudian diturunkan dalam indikator-
kebijkan SPBE ini yang berfokus pada indikator yang akan menjadi pedoman
pemerintah desa. Kabupaten Bengkalis utama wawancara untuk pengumpulan
dipilih juga tidak lepas dari data pada penelitian ini. Selain
keberaadannya sebagai daerah yang wawancara dalam pengumpulan data
mendukung penerapan kebijkan SPBE penulis juga menggunakan teknik
ini dengan memfasilitasi dan observasi yang bertujuan untuk
mewajibkan setiap desa yang ada di menggali data secara faktual di lapangan,
daerahnya untuk memiliki website desa dan penulis juga menggunakan teknik
sendiri. dokumentasi guna mengumpulkan setiap
Dalam menentukan informan data-data sekunder yang berkaitan dan
pada penlitian ini, penulis menggunakan bermanfaat pada penelitan ini.
beberapa teknik. Pertama, penulis Setelah memperoleh data primer,
menggunakan teknik cluster sampling data sekunder, hasil wawancara serta
untuk menentukan desa-desa di hasil observasi maka penulis
Kabupaten Bengkalis yang akan penulis mengnalisis data yang telah didapatkan
tetiliti. Pengklusteran yang penulis hingga nantinya akan memperoleh hasil
lakukan berdasarkan status desa yang penelitian secara utuh. Teknik analisis
terlihat pada Gambar 1. Dimana peneliti data yang digunakan dalam penelitian ini
akan mengambil informan atau nara adalah analisis kualitatif yang digunakan
184
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
185
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
Basis yang kedua, yakni desa yang tidak memiliki website masih
pengembangan sumber daya manusia sangat banyak yakni 113 desa atau sama
terkait dengan penerapan teknologi dengan 72% dari total desa yang ada di
informasi di desa. SDM merupakan aset Bengkalis.
penting dalam terwujudnya SPBE di Dalam kapasitas adaptif lokal,
desa, hal ini tidak lepas dari ketersediaan ketiga basis tersebut dapat
infrastruktur TIK tidak akan berjalan mencerminkan bagaimana kapasitas
dengan semestinya jika tidak ada admin pemerintah desa di Kabupaten Bengkalis
yang mengelolanya, pada pemerintah dalam penerapan TIK di desanya.
desa di Bengkalis beberapa desa Keberadaan peluang dari ekosistem TIK
memiliki operator khusus yang diberikan yang dapat disediakan secara mandiri
tugas untuk menjadi operator dalam maupun melalui mekanisme program
ekosistem TIK di desa, seperti Desa kebijakan memberikan modal penting
Pedekik yang memiliki tim khusus guna bagi desa untuk dapat mengembangkan
mengenmbangkan teknologi informasi dan menerapkan teknologi informasi
yang dapat membantu pelaksanaan tersebut hal ini tak lupa didukung dengan
pemerintah desa. pengembangan SDM yang dapat
Basis aset yang ketiga, yakni menjadi motor penggerak
pengembangan sistem informasi dan pengembangan TIK, dengan
aplikasi. Basis ini merupakan wujud dari mewujudkan sistem informasi
keberadaan SPBE di desa, salah satu pemerintahan salah satunya melalui
bentuk yang paling real yang dapat keberadaan website desa sebagai sarana
diwujudkan pemerintah desa yakni komunikasi publik desa tersebut. Akan
dengan menyediakan website desa tetapi dalam prakteknya di lapangan,
sebagai sarana informasi publik yang permasalahan utama terdapat pada basis
dapat mendeskripsikan mengenai desa aset SDM yang masih cenderung sulit
tersebut. Berikut adalah data kondisi untuk ditemukan, hal ini terlihat dari
website desa di Kabupaten Bengkalis : tidak semua desa yang memiliki website
serta pula dibarengi dengan SDM khusus
Website Desa yang memahami mengenai TIK.
33 Aktif
Institusi dan Hak (Institutions and
9 Website Desa entitlements)
113 Tidak Aktif Kapasitas adaptif lokal dapat
dilihat dari institusi dan hak “Institutions
and entitlements” yang mencerminkan
Gambar 4. Kondisi Sistem Informasi kemampuan sistem untuk memastikan
Desa berbasis Website di Kabupaten akses yang adil dan hak atas sumber daya
Bengkalis tahun 2020 dan aset utama adalah karakteristik
mendasar dari kapasitas adaptif itu
Dari data tersebut terlihat bahwa dari sendiri. Dalam penerapan SPBE di desa
155 desa yang ada di Kabupaten yang ada di Kabupaten Bengkalis,
Bengkalis, desa yang memiliki sistem problematasasi yang menjadi
informasi desa berbasis website hanya penghambat dalam pengemabangan
sebanyak 42 desa dengan kondisi pemerintahan desa berbasis TIK ini
website desa yang aktif sebanyak 33 adalah ketersedian aksestabilitas
desa, dan website desa yang tidak aktif internet. Karena dibeberapa desa di
sebanyak 9 desa. Akan tetapi, jumlah Kabupaten Bengkalis masih masuk
186
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
187
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
188
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
189
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
190
2020. Journal of Information Technology and Computer Science (INTECOMS) 3(2): 179-191
191