Professional Documents
Culture Documents
(Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan) Juni 2022, 6 (2): 123-135
DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2022.6.2.123-135
1
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran, Gunungpati,
Kota Semarang, Jawa Tengah, 50229, Indonesia; 2Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Negeri Semarang, Kampus Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, 50229, Indonesia;
*Penulis korespondensi. e-mail: siti.ridloah@mail.unnes.ac.id
(Diterima: 13 Agustus 2021; Disetujui: 20 Desember 2021)
ABSTRACT
Krandegan Digital Village is an example of a smart village, which proved to be able to rise
from desolate. The village started from a poor status and turned into the first independent village in
Purworejo Regency through optimizing digitalization, especially in the fields of economy and
efficiency. Krandegan as a pioneer of the digital-based village in Purworejo has been successful in
many proud achievements. However, Krandegan's success cannot be separated from various
obstacles faced previously. This study aims to explore what are the obstacles and the key to success
of Krandegan Digital Village in supporting the Smart Village program. This research used a
qualitative clustering method through a network of ideas using the Wordle program. The result of
this research found that Krandegan Village implementation constraints have several important
points, namely mindset, needs, interests, application development, socialization, and digital
literacy. Meanwhile, the success of the Krandegan Digital Village is influenced by several
important factors, including transparency, institutions, human resources, leadership, and thinking
strategies. This study provides important information about the transformation of an
underdeveloped village into a smart village.
Keywords: digital village, key to success, obstacles, smart village
ABSTRAK
Kampung Digital Krandegan merupakan salah satu role model kampung cerdas yang
mampu bangkit dari keterpurukan. Kampung Digital Krandegan bermula dari desa berstatus
miskin hingga bertransformasi menjadi desa mandiri pertama di Kabupaten Purworejo melalui
pengoptimalan digitalisasi terutama di bidang ekonomi dan efisiensi. Krandegan sebagai pelopor
desa berbasis digital di Purworejo telah berhasil dalam berbagai capaian prestasi yang
membanggakan. Namun, kesuksesan Krandegan saat ini tidak terlepas dari kendala yang dihadapi
sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi kendala dan kunci
kesuksesan Kampung Digital Krandegan dalam mendukung program Smart Village. Pendekatan
penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif clustering melalui idea networking dengan
menggunakan program Wordle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala implementasi Smart
Village Desa Krandegan memiliki beberapa poin penting, yaitu mindset, kebutuhan, minat,
pengembangan aplikasi, sosialisasi, dan literasi digital. Berdasarkan kendala tersebut, kunci
kesuksesan Kampung Digital Krandegan dipengaruhi oleh beberapa poin penting di antaranya
123
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 123-135
transparansi, kelembagaan, sumber daya manusia, kepemimpinan, dan pemikiran strategis.
Penelitian ini memberikan informasi penting tentang bagaimana desa yang identik dengan image
tertinggal mampu bertransformasi menjadi Smart Village.
Kata kunci: kampung digital, kendala, kunci kesuksesan, smart village
Seiring luasnya pemanfaatan teknologi
PENDAHULUAN informasi baik di lingkup pemerintah hingga
menyebar ke seluruh masyarakat telah mampu
Kemajuan teknologi dan informasi saat ini mendorong beberapa desa untuk melakukan
telah memberikan perubahan besar dalam tatanan transformasi struktural menjadi smart village
hidup masyarakat. Kini perkembangan teknologi melalui integrasi berbagai elemen-elemen
telah menjadi indikator kemajuan suatu negara. pendukung kesinambungan pedesaan dengan
Pemerintah sebagai pelopor pembangunan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi
negara dalam merespon revolusi industri 4.0 (Herdiana, 2019). Dalam instrumen kebijakan
diharuskan untuk menerapkan teknologi pengembangan smart village terdapat perbedaan
informasi di setiap tata kelola pemerintahannya. dimensi yang disampaikan oleh para ahli, seperti
Penerapan teknologi pada kegiatan pengelolaan penelitian yang telah dilakukan oleh Chatterjee
masyarakat membantu mempermudah proses & Kar (2018) yang menyatakan bahwa dimensi
pertukaran informasi dan peningkatan layanan yang digunakan dalam smart village yaitu
menjadi lebih efektif dan efisien (Kurnianingsih sumber daya, institusi, layanan digital,
et al., 2020). keberlanjutan, sedangkan penelitian yang
Dalam konteks pemerintah, penerapan dilakukan oleh Andari & Ella (2019)
teknologi secara masif bermula dari adanya menggunakan dimensi sumber daya, teknologi,
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang rantai layanan, institusi sebagai pendukung
penerapan electronic government. Seperti yang kesuksesan implementasi smart village dalam
telah dinyatakan oleh Saputro (2016), kualitas sebuah wilayah.
informasi, sistem, dan layanan berpengaruh Smart village tidak hanya ditujukan untuk
secara positif terhadap kepuasan pengguna. memberikan kemudahan akses bagi masyarakat
Kepuasan pengguna dan hasil (tujuan organisasi) melainkan untuk mengintegrasikan seluruh
merupakan salah satu tujuan utama yang harus elemen desa menjadi sebuah sistem yang kuat
dicapai oleh pemerintah dalam memberikan sehingga mampu memainkan peranan penting
layanan kepada masyarakat. Penerapan e- dalam membantu pencapaian tujuan (Sirsat &
government pada Pemerintah Desa dapat menjadi Sirsat, 2016). Melalui program smart village
intervensi utama dalam mendorong desa ke arah pelayanan publik dapat lebih transparan, efisien,
kemajuan (Ridhawati et al., 2019). Desa dan adil bagi seluruh masyarakat (Sudarto,
merupakan lokomotif pembangunan ekonomi 2006). Menurut Munir (2017) dan Ramesh
bangsa, karena sebagian besar wilayah Indonesia (2018), smart village selalu identik dengan
adalah pedesaan. kemampuan suatu desa dalam mengoptimalkan
Berdasarkan data BPS (2018) terdapat digitalisasi teknologi dalam rangka
sebanyak 83,931 desa tersebar di seluruh pelosok meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Nusantara. Maka dari itu, tidak salah jika khususnya perbaikan kualitas hidup, efisiensi,
pemerintah berkomitmen untuk membangun serta meningkatnya kapabilitas desa baik dalam
Indonesia dari desa. Masuknya dunia digital di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Desa mampu membentuk paradigma baru dalam Berdasarkan penelitian Maharani &
masyarakat desa. Sebelumnya, desa selalu Kencono (2021) dengan judul penelitian
identik dengan image tertinggal dan terbelakang. “Penerapan Smart Governance dalam Smart
Namun, melalui digitalisasi, desa mampu Village di Kelurahan Dlingo Kabupaten Bantul”
memperbaiki kualitas sumber daya manusia di menjelaskan bahwa keberhasilan program smart
Desa menjadi lebih terampil dalam village tersebut didukung oleh penerapan smart
memanfaatkan penggunaan teknologi. Hal governance di Kelurahan Dlingo yang telah
tersebut merupakan langkah strategis dalam dilakukan melalui tiga hal yakni public service,
membawa desa mencapai modernisasi. transparency, dan policy. Selaras akan hal
tersebut, menurut Jusniaty et al. (2019) dalam
N. Saidah, L. Khasanah, Asriyatuzahra & S. Ridloah 124
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 123-135
penelitiannya yang berjudul “Tata Kelola dalam berbagai pencapaian prestasi desa hingga
Pemerintahan Desa dalam Mewujudkan Smart mampu mengubah status Desa Krandegan dari
Village di Desa Tongke-Tongke Kabupaten desa miskin menjadi desa mandiri pertama di
Sinjani” yang menyatakan bahwa keberhasilan Purworejo. Kholis et al. (2020) yang menyatakan
smart village terjadi karena adanya pelaksanaan bahwa model kesuksesan teknologi lebih
good governance yang sesuai melalui dipengaruhi oleh penggunanya dibandingkan
pengembangan teknologi informasi dan dengan karakteristik organisasinya, penerapan
pengembangan sumber daya manusia serta digitalisasi dalam organisasi harus
komitmen aparat desa dalam melayani warga memperhatikan layanan terhadap pengguna agar
masyarakat yang didukung oleh dana desa dalam dapat memberikan manfaat yang maksimal. Desa
pengimlementasiannya. Program smart village Krandegan telah membuktikan bahwa desa dapat
dirasa dapat membawa dampak positif bagi desa. menjadi ujung tombak pembangunan negara
Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk melalui digitalisasi desa yang diterjemahkan
menggerakkan seluruh desa di Indonesia untuk langsung secara riil dengan dana swadaya
menerapkan program tersebut, tak terkecuali di mampu mengentaskan status desa. Desa
Purworejo. Krandegan layak untuk dijadikan role model
Purworejo adalah salah satu daerah yang desa cerdas yang dapat ditiru oleh desa lain
progresif dilihat dari keberhasilan program smart dengan kreativitas dan inovasi yang telah
city yang telah diimplementasikan sebelumnya dibuatnya. Berdasarkan latar belakang tersebut,
sejak tahun 2016 sampai dengan maka tujuan dalam penelitian ini adalah
2020. Kemudian di tahun yang sama, menganalisis strategi kesuksesan Kampung
Pemerintah Daerah Purworejo mulai menyusun Digital Krandegan dalam mengimplementasikan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah egovernment guna mendukung tercapainya
Daerah (RPJMD) mulai tahun 2021 hingga 2025 tujuan dari program smart village.
yang menekankan smart village sebagai program
prioritas Purworejo dalam lima tahun ke depan.
Desa Krandegan, Kecamatan Bayan merupakan
desa pertama di Purworejo yang mempelopori
program smart village tepatnya pada tahun 2019 METODOLOGI
seiring adanya wabah Covid19. Dwinanto selaku
Kepala Desa Krandegan menyatakan bahwa Penelitian ini merupakan penelitian
mimpinya untuk mendigitalisasikan Desa eksploratif. Pendekatan penelitian yang
Krandegan telah dipercepat dengan adanya digunakan adalah pendekatan kualitatif
Covid-19 sebab masyarakat desa mulai clustering melalui idea networking dengan
menyadari manfaat digitalisasi. menggunakan program wordle. Data yang
Digitalisasi tidak lagi menjadi pilihan tapi digunakan merupakan data primer dan sekunder.
sebuah keniscayaan atau keharusan terlebih di Data primer diperoleh dari wawancara dan
masa pandemi saat ini, mau tidak mau observasi sedangkan data sekunder diperoleh
masyarakat harus beradaptasi dan mengikuti dari studi dokumentasi. Penelitian ini
perkembangan zaman yang sesuai dengan membutuhkan informasi yang mendalam oleh
kebutuhan. Desa Krandegan mengutamakan informan kunci yang dipilih secara purposive
digitalisasi di sektor ekonomi dan efisiensi sampling dengan kriteria informan adalah
pelayanan publik, hal tersebut selaras dengan masyarakat Desa Krandegan yang berkontribusi
Visi Desa Krandegan yakni “Mewujudkan desa secara langsung dalam mendukung program
yang mandiri, sejahtera lahir dan batin dengan smart village.
bertumpu pada sektor pertanian serta penguatan Sebanyak 15 informan yang diperoleh
ekonomi kerakyatan dan pengembangan industri terdiri dari 1 Kepala Desa Dwinanto (42 tahun),
rakyat yang ditopang oleh sistem pemerintahan 1 Tim IT Arman (45 tahun), 2 Perangkat Desa
yang profesional dengan didukung oleh SDA dan Syamsudin (28 tahun) dan Syaifulloh (26 tahun),
SDM yang handal”. 2 Driver Ngojol (Ngojek Online) dengan inisial
Berbagai inovasi yang telah dilakukan WY (38 tahun) dan SF (25 tahun), 2 Pelaku
mampu membawa kesuksesan Desa Krandegan UMKM SY (48 tahun) dan NL (36 tahun), 7
125 Analisis Strategi Kesuksesan…
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 123-135
Pengguna akhir di antaranya LY (20 tahun), AY HASIL DAN PEMBAHASAN
(20 tahun), SA (21 tahun), AG (22 tahun), AN
(21 tahun), SI (23 tahun), dan ME (19 tahun). Kampung Digital Krandegan
Data yang dikumpulkan dari wawancara Desa Krandegan dikenal masyarakat luas
tersebut dianalisis menggunakan Idea sebagai Kampung Digital bermula dari mimpi
Networking Analysis (INA) yang dikembangkan Dwinanto sosok Kepala Desa Krandegan yang
oleh Metcalfe (2007) di University of South ingin memiliki BUMDes yang kuat dan mapan
Australia dan pertama kali dikenalkan dalam serta mampu menopang perekonomian desa.
penelitiannya yang berjudul “Problem Selain itu membuat berbagai kegiatan
Conceptualization Using Idea Networks” masyarakat dapat dilakukan secara digital.
selanjutnya dikembangkan kembali pada Mimpi tersebut dilatarbelakangi karena pada
penelitian Metcalfe (2014) yang berjudul “How periode awal masa kepemimpinan sebagai
Concepts Solve Management Problems”. Kepala Desa Krandegan tepatnya pada tahun
Idea Networking merupakan pendekatan 2013 masyarakat Desa Krandegan sangat awam
analisis kualitatif yang menghasilkan beberapa dalam hal pemanfaatan teknologi, bahkan dari 13
kata kunci dari topik permasalahan yang orang perangkat desa pada saat itu belum
diangkat. Topik penelitian ini adalah kendala dan terdapat satu orang pun yang bisa
kunci kesuksesan Kampung Digital Krandegan. mengoperasikan komputer meskipun hanya
Beberapa kata kunci yang didapat selanjutnya program Microsoft Office. Tidak hanya itu, Desa
dimasukan dalam perangkat lunak diagram Krandegan sebelumnya pernah masuk dalam
jaringan untuk diperoleh hasil kata kunci yang kategori desa miskin di Kecamatan Bayan,
paling sering ditemukan. Melalui program Kabupaten Purworejo. Salah satu alasan
wordle kata kunci yang dihasilkan disajikan mengapa digitalisasi desa dipilih sebagai solusi
dalam bentuk text cloud sederhana sehingga permasalahan tersebut karena parameter yang
dapat memudahkan pemahaman pembaca dalam selalu dipegang teguh oleh sosok Dwinanto yaitu
menyimpulkan informasi. Penelitian ini ketika Desa ingin maju maka harus masuk ke
dilakukan menggunakan metode blended (Luring ranah digital, berikut pernyataan Dwinanto:
dan Daring) yang terdiri dari beberapa tahap “Digitalisasi bukan lagi sebuah pilihan
sebagai berikut: akan tetapi merupakan keniscayaan atau
a. Tahap sebelum kelapangan yang dilakukan keharusan, jadi mau tidak mau
secara daring, meliputi kegiatan penentuan masyarakat harus menyesuaikan dan
fokus, penjajakan alat peneliti, mencakup mengikuti perkembangan zaman yang
kegiatan perizinan, dan konsultasi fokus sesuai dengan kebutuhan”.
penelitian, dan penyusunan usulan instrumen Pernyataan Dwinanto (2021) selaras
penelitian yang berkaitan dengan rumusan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasugian
masalah penelitian. Kegiatan ini dilakukan (2020) yang menyatakan bahwa dalam
secara daring. menciptakan keseimbangan ekonomi dan
b. Tahap pekerjaan lapangan dilakukan secara pertumbuhan ekonomi, perlu fokus pada
daring dan luring dengan tetap menerapkan penciptaan desa pintar untuk mendorong
protokol kesehatan, meliputi pengumpulan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
data melalui wawancara, observasi dan studi "Tanpa membuat desa lebih cerdas, bangsa tidak
dokumentasi yang berkaitan dengan instrumen bisa tumbuh dan maju".
penelitian yang telah disusun sebelumnya. Perjuangan Desa Krandegan untuk
c. Tahap analisis data, meliputi proses rekap menjadi smart village tidak mudah namun
data, kemudian diinterpretasikan sesuai masyarakat desa tetap semangat untuk
dengan konteks permasalahan yang diteliti. mewujudkan mimpi tersebut, berikut pernyataan
d. Tahap penulisan laporan, meliputi kegiatan Dwinanto:
penyusunan hasil penelitian dari semua “Sebagai pemrakarsa tentu sangat
rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai sulit, Pemerintah Desa berupaya
penafsiran data. melakukan restrukturisasi dengan
merekrut pemuda yang memiliki
kapabilitas di bidang teknologi dan
N. Saidah, L. Khasanah, Asriyatuzahra & S. Ridloah 126
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 123-135
secara sukarela mau berjuang bersama sama dengan akademisi dari UNS dan UMP.
dalam memajukan Desa Krandegan. Tahapan ketiga yaitu penyiapan infrastruktur
Bukan yang berorientasi ekonomi teknologi, baik berupa hardware maupun
dengan menargetkan besaran gaji. software yang dibutuhkan seperti pemasangan
Pernyataan tersebut selaras dengan wifi gratis di setiap RT, pemasangan fiber optik
penelitian Prakoso (2018) bahwa sepanjang 11 km, bahkan pemasangan Early
keberhasilan penerapan e-government Warning System (EWS) banjir. Menurut Susandi
tidak terlepas dari peran pemuda. et al. (2020) EWS merupakan kecanggihan
Alhasil, pada tahun 2017 diperoleh 1 teknologi yang dapat menginformasikan
mahasiswa fresh graduate, tahun 2019 terjadinya bencana alam.
diperoleh 3 pemuda yang energik, dan Inovasi aplikasi yang dibuat oleh Desa
tahun 2020 diperoleh 1 masyarakat desa Krandegan di antaranya Sipolgan (Sistem
yang memahami IT”. Pelayanan Online Desa Krandegan) bertujuan
Secara perlahan tapi pasti, mimpi untuk meningkatkan efisiensi pelayanan
Dwinanto mulai terwujud pada tahun 2019 administrasi desa dan berisi berbagai informasi
tepatnya awal periode kedua kepemimpinannya desa. Selain itu, Sipolgan juga berperan dalam
sebagai Kepala Desa Krandegan. Ada beberapa mempermudah penyelenggaraan administrasi
persiapan yang harus dilakukan yaitu tahap kependudukan dalam melakukan pengumpulan,
pertama dengan membentuk kapasitas pengolahan data penduduk berbasis teknologi
kelembagaan yang memadai diwujudkan dengan informasi (Megawati & Maftukhah, 2017).
pembentukan BUMDes di bidang digital yang Ngojol (Ngojek Online) bertujuan untuk
bernama BUMDes Karya Muda. BUMDes ini membantu memberikan akses transportasi umum
dikenal sebagai BUMDes digital karena bagi masyarakat dan peningkatan ekonomi
menyediakan jasa berupa pembuatan aplikasi, masyarakat dengan membuka lapangan kerja
pemasangan bandwidth internet, pembuatan sebagai driver. Toko desaku bertujuan untuk
Web, pemasangan CCTV, dan lain-lain. Saat ini membantu UMKM dalam meningkatkan omset
BUMDes Karya Muda terdiri dari 7 anggota di penjualannya melalui perluasan pangsa pasar.
antaranya 1 ketua, 1 bendahara, 2 tim IT, dan 3 Tahapan persiapan yang telah dilakukan
admin. Alasan membangun BUMDes yang Krandegan sejalan dengan implementasi Smart
bergerak di bidang digital, berikut pernyataan Village di Indonesia yang setidaknya didukung
Dwinanto: oleh tiga elemen utama, yaitu kapasitas
“Belum ada BUMDes di Purworejo kelembagaan pemerintah, sumber daya manusia
yang berbasis digital, sebagai serta infrastruktur teknologi (Utomo & Hariadi,
pemrakarsa, Desa Krandegan yakin 2016)
bahwa pangsa pasar digital akan terus Kesuksesan Kampung Digital Krandegan
meluas dan pelaku di sektor ini belum dalam berbagai inovasi program desa yang
banyak. Selain itu, ketika merambah di mendukung program Smart Village dapat dilihat
bidang digital tidak mengganggu ekonomi dari berbagai prestasi yang dicapai di antaranya
warga. Karena banyak BUMDes yang berkesempatan menghadiri Forum Institute for
merambah di bidang penjualan barang Development of Economics and Finance
justru mengganggu ekonomi warga sekitar (INDEF) acara nasional tentang Desa Digital,
yang juga menjadi pedagang”. Juara 1 Kampung Siaga Candi kategori desa
Tahap kedua adalah persiapan SDM, paling inovatif dan kreatif oleh Polda Jateng,
setelah BUMDes berbasis digital berhasil Juara 2 lomba Jogo Tonggo tingkat Provinsi,
terbentuk, Pemerintah Desa Krandegan semakin Finalis Desa Brilliant Program Kementrian Desa
gencar dalam melakukan transformasi struktural dengan BRI, Finalis 6 besar Desa Bulan Bakti
dengan menyiapkan SDM Desa untuk mau Gotong Royong, Finalis Startup Desa yang
beradaptasi dengan digitalisasi melalui edukasi. diadakan oleh Provinsi Jawa Tengah dan
Selain itu juga menjalin kerja sama dengan pihak seringkali masuk berita di televisi nasional. Dari
luar dalam membantu dari segi pendanaan sisi sosial dan ekonomi inovasi Kampung Digital
maupun pengembangan berbagai project inovasi mampu membawa masyarakat untuk lebih
desa. Saat ini Desa Krandegan telah bekerja terampil dalam memanfaatkan digitalisasi,
127 Analisis Strategi Kesuksesan…
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 123-135
meningkatnya rasa empati masyarakat untuk sedangkan implementasi dan pengenalan
gotong royong membangun desa dan aplikasi membutuhkan waktu tahunan.
meningkatnya nilai pendapatan masyarakat, Penciptaan aplikasi perlu memperhatikan
pembukaan lapangan kerja baru, serta dari tingkat kebutuhan dan kemudahan
meningkatkan omzet UMKM. Krandegan layak agar mudah diterima oleh masyarakat”.
dijadikan role model Kampung Cerdas yang Hal tersebut sejalan dengan penelitian
dapat dicontoh oleh desa lain, sebab dalam Peterson & Behfar (2003) bahwa Kemampuan
mengatasi permasalahannya Desa Krandegan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan
menggunakan strategi cerdas dengan tidak hanya dalam kemampuan penguasaan
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi. aspek informasi dan teknologi, tetapi pada
perubahan aspek budaya organisasi.
Kendala yang Dihadapi Kampung Digital Konsep digitalisasi yang digagas Desa
Krandegan Krandegan berbeda dengan kebanyakan
Transformasi desa menuju digitalisasi kampung digital lainnya, di desa lain biasanya
diberbagai aspek kehidupan tentunya tidaklah lebih mengutamakan kecanggihan teknologi
mudah, terlebih sebagai pelopor program Smart seperti penggunaan alat pengontrol kelembaban
Village di Kabupaten Purworejo. Berbagai dan lain-lain. Akan tetapi, di Desa Krandegan ini
kendala dan hambatan sebelum mencapai titik lebih mengutamakan pengembangan sumber
kesuksesan telah dirasakan Desa Krandegan daya manusia desa yang mampu
berikut pernyataan Dwinanto: mengoptimalkan kemajuan teknologi khususnya
“Tantangan dalam pengembangan dibidang ekonomi dan efisiensi. Berikut
digitalisasi tidak hanya pada proses pernyataan Dwinanto:
pembuatan aplikasinya, akan tetapi “Jika hanya sekedar penggunaan
karena rendahnya literasi digital alatalat canggih semua desa bisa
masyarakat. Sehingga sulit untuk melakukannya asalkan ada anggaran
mengubah pola pikir masyarakat untuk dana. Akan tetapi jika ditinjau secara
beralih dari sistem konvensional ke sistem ekonomi tidak begitu terpengaruh. Oleh
digital. Tantangan digitalisasi karena itu konsep digitalisasi Desa
sesungguhnya berupa proses edukasi dan Krandegan berfokus pada digitalisasi di
sosialisasi kepada masyarakat yang sektor ekonomi dan efisiensi melalui
membutuhkan waktu lama”. penciptaan aplikasi yang memudahkan
Selaras dengan penelitian Alhari et al. masyarakat untuk memenuhi
(2021) yang menyatakan bahwa dalam konsep kebutuhannya, meningkatkan
transformasi digital diperlukan strategi edukasi pendapatannya, bahkan membuka
melalui pemanfaatan teknologi digital yang lapangan pekerjaan”.
diakses melalui gadget atau PC. Dengan Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian
transformasi digital tersebut diharapkan Sabani et al. (2018) bahwa perkembangan e-
masyarakat dapat mengakses layanan pemerintah government di Indonesia sangatlah pesat namun
secara digital yang dapat dilakukan kapanpun hasil yang dicapai masih jauh dari yang
dan dimanapun. Pernyataan tersebut selaras ditargetkan. Hal tersebut disebabkan karena
dengan pendapat Arman salah satu tim IT Desa kerangka konseptual penerapan e-government
Krandegan: yang kurang tepat.
“Kendala terbesar dalam transformasi Masih terdapat beberapa faktor lain yang
digital di Desa Krandegan yaitu saat menjadi kendala dalam pencapaian kesuksesan
edukasi dan pengenalan kepada Kampung Digital Krandegan berdasarkan hasil
masyarakat, karena dalam pengembangan penelitian yang telah dianalisis melalui idea
aplikasi hal yang paling sulit bukan networking dan diperoleh beberapa kata kunci
terletak pada pembuatan aplikasinya berikut ini:
melainkan pada implementasi dan
pengenalan aplikasi kepada masyarakat.
Jika sekedar pembuatan aplikasi itu hanya
membutuhkan waktu 2 hingga 3 hari
N. Saidah, L. Khasanah, Asriyatuzahra & S. Ridloah 128
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2022, 6 (2): 123-135
c. Minat
Minat seseorang dalam menggunakan
suatu teknologi mendeskripsikan tentang
bagaimana teknologi tersebut dapat diterima.
Persepsi pengguna terhadap teknologi mampu
mempengaruhi sikapnya dalam menerima
teknologi (Rahmatika & Fajar, 2019). Minat
Gambar 1. Hasil Idea Networking Sumber: dibentuk dari faktor internal maupun eksternal
Data diolah, 2021. seseorang, sebagian besar masyarakat desa
cenderung memanfaatkan teknologi untuk
a. Mindset/Pola Pikir kebutuhan sosial media dan game online saja.
Menurut Gunawan (2007) dalam bukunya Akan tetapi tidak banyak dari mereka yang
The Secret of Mindset mendefinisikan mindset memanfaatkan teknologi di bidang ekonomi dan
sebagai suatu kepercayaan yang dapat efisiensi sehingga hal tersebut menghambat
memengaruhi sikap atau cara berpikir seseorang dalam pencapaian tujuan Krandegan sebagai
dalam menentukan masa depan. Pada kampung digital.
pengoptimalan teknologi, pengubahan mindset
masyarakat desa menjadi fokus utama, sebab d. Pengembangan Aplikasi
masyarakat desa cenderung sulit untuk mau Dari segi pembuatan aplikasi sebenarnya
beradaptasi dengan dunia digital dikarenakan tidak terdapat kendala yang serius sebab dari tim
rendahnya tingkat pendidikan dan jarang sekali IT Desa Krandegan sangat berpengalaman di
tersentuh teknologi. Hal tersebut mengakibatkan bidangnya bahkan pernah menjadi programer di
pola pikir tradisional selalu melekat pada perusahaan besar dan juga menggunakan dana
masyarakat dan membutuhkan waktu yang lama desa. Namun untuk pengembangannya
dalam mencapai modernisasi. diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak
yang membantu baik secara fisik maupun
b. Kebutuhan finansial sebab untuk mengembangkan aplikasi
Berdasarkan teori kebutuhan Maslow besar diperlukan anggaran biaya yang tidak
(1943) yang membagi kebutuhan menjadi 5 sedikit. Pengembangan aplikasi yang dilakukan
tingkatan disusun membentuk piramida. Tingkat Desa Krandegan masih berjalan hingga saat ini,
kebutuhan yang paling mendasar adalah karena perlu ada penyesuaian fitur untuk dapat
kebutuhan fisiologi berupa sandang, papan, dan digunakan secara optimal dalam
pangan. Tingkatan kedua adalah rasa aman implementasinya. Hal ini sejalan dengan
berupa keamanan, keteraturan, dan stabilitas penelitian yang dilakukan oleh Nurjayadi et al.
kehidupan. Tingkatan ketiga adalah sosial berupa (2020) bahwa pengembangan pembuatan
hubungan afeksi, relasi, dan keluarga. Tingkatan aplikasi, pembuatan dan pengisian content
keempat adalah penghargaan berupa pencapaian, website di daerah desa membutuhkan waktu dan
status, tanggung jawab, dan reputasi. Tingkatan finansial yang secara merata dalam kurun waktu
kelima adalah aktualisasi berupa pengembangan tidak singkat. Dimana pengembangan sebuah
diri, pemenuhan ideologi, dan lain-lain. Proses aplikasi harus memiliki konsep yang dapat
pengoptimalan teknologi di desa tidak mudah, diperbaharui dan fleksibel agar pemanfaatannya
awalnya banyak sekali masyarakat desa yang optimal.
belum merasa butuh untuk memanfaatkan
beberapa aplikasi egovernment yang diciptakan e. Sosialisasi
Pemerintah Desa Krandegan. Sebab, sebagian Merupakan suatu proses yang
besar masyarakat menganggap hal tersebut menyebabkan terjadinya interaksi sosial dalam
merupakan tingkatan kebutuhan aktualisasi memperkenalkan suatu sistem kepada seseorang
sehingga belum saatnya untuk dipenuhi. dan bagaimana tanggapan dari orang tersebut
(Sutaryo, 2004). Masyarakat desa yang notabene
masih awam dalam hal pemanfaatan teknologi
membutuhkan pendekatan secara perlahan dan