You are on page 1of 12

JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259

Vol. 03 No. 02 (September 2022)


DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

Implementasi Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)


Dalam Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di Kota
Tangerang Selatan

Muhamad Hafiz1*, Ayuning Budiati 2, Rina Yulianti ³


123Magister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Abstract

This research focuses on the Implementation of Regional Spatial Planning Policy in Fulfillment
of Green Open Space in South Tangerang City. The aim of the research is to find out how the
Implementation of Regional Spatial Planning Policy in Creating Green Open Space in South
Tangerang City. The theory of policy implementation from Van Metter and Van Horn, namely
policy standards and objectives, resources, characteristics of implementing organizations,
inter-organizational communication, dispositions or attitudes of implementers and the social,
political and economic environment. The research method used is descriptive qualitative
method. The results of the research show that (1) the standards and policy objectives are not
optima, (2) the resources are quite optimal, (3) the characteristics of the organization
implementing the green open space policy are less than optimal, (4) the communication of
implementing organizations is good, (5) the disposition or attitude of the executors is still not
optimal, (6) the social, political and economic environment of green open space policies is less
than optimal marked by the lack of support from the political elite for regional spatial
planning policies in fulfilling green open spaces in South Tangerang City.

Keywords : Implementation of Regional Spatial Planning Policy, Green Open Space, South
Tangerang City Environment Service.

Pendahuluan Wilayah perkotaan memiliki


Perkembangan jumlah ruang terbuka hijau (RTH) dengan
penduduk dan intensitas kegiatan di manfaat kehidupan yang sangat tinggi
Indonesia yang sangat pesat secara yang merupakan bagian dari penataan
umum akan berpengaruh terhadap ruang kawasan perkotaan, RTH selain
pola pemanfaatan lahan di perkotaan sebagai nilai kebanggaan identitas
maupun di pedesaan, seperti kota juga dapat menjaga dan
dibangunnya perumahan, mempertahankan kualitas lingkungan
perdagangan, jasa dan industri. (Rahmania, Rukhmana, &
Perkembangan kegiatan usaha ini Mappangaja, 2011). Undang-Undang
cenderung akan memberi dampak No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
pada peningkatan kebutuhan ruang, Ruang (Negeri, 2007) menyebutkan
sarana dan prasarana dalam jumlah perencanaan tata ruang wilayah kota
yang cukup untuk memenuhi harus memuat rencana penyediaan
kebutuhan dimasa mendatang. Hal ini dan pemanfaatan tata ruang terbuka
terutama terkait dengan peningkatan hijau yang luas minimalnya sebesar
produktivitas. 30% dari luas wilayah kota, yaitu 10%

418
*) Corresponding Author
Email: muh.hafiz0707@gmail.com
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

RTH privat dan 20% RTH publik partisipatif, antisipatif, dan strategik,
(Rasudin, 2012). yang mampu mengarahkan serta
RTH dapat dikelompokkan menampung aktivitas penduduk
berdasarkan banyak kriteria, secara secara ruang dan waktu. Penataan
fisik RTH dapat dibedakan menjadi ruang adalah suatu proses
RTH alami berupa habitat liar alami, perencanaan, pemanfaatan dan
kawasan lindung dan taman-taman pengendalian pemanfaatan ruang,
nasional serta RTH non alami atau yang bertujuan untuk memastikan
binaan seperti taman, lapangan terlaksananya perencanaan tata ruang
olahraga, pemakaman atau jalur hijau secara terpadu dan menyeluruh,
jalan dalam (Umum & Rakyat, 2014). terwujudnya tertib pemanfaatan
RTH sebagai fungsi ekologis penyerap ruang, serta terselenggaranya
air hujan adalah RTH suatu kawasan pengendalian pemanfataan ruang.
yang ditanami pepohonan maupun Pasca ditetapkannya Undang-Undang
rerumputan yang dapat memperbaiki Nomor 26 Tahun 2007 tentang
struktur tanah sehingga laju resapan Penataan Ruangan, urusan tata ruang
air hujan dapat dipertahankan seharusnya menjadi tanggung jawab
(Angelia & Santoso, 2019). Menteri yang membidangi urusan
Sebagai pusat pertumbuhan di penataan ruang.
wilayah Provinsi Banten, Kota Undang-Undang tersebut telah
Tangerang Selatan akan dipandang mengamanatkan lebih lanjut tentang
sebagai kota yang mampu pentingnya penerapan prinsip-prinsip
menyediakan berbagai fasilitas sosial pembangunan berkelanjutan,
ekonomi yang mungkin sulit ditemui pertimbangan untuk mengatasi
di wilayah sekitar yang cenderung bencana, persayaratan minimal Ruang
lebih kecil lingkup pelayanannya. Terbuka Hijau (RTH) 30% di kawasan
Seiring perkembangan, penduduk perkotaan, penegasan tentang
Kota Tangerang Selatan yang terus kawasan strategis dan adanya aturan
bertambah dari tahun ke tahun dan penerapan sanksi yang tegas. Dengan
diikuti oleh meningkatnya aktivitas demikian, Kedudukan Rencana Tata
sosial ekonomi Kota akan melahirkan Ruang Wilayah (RTRW) ini
konsekuensi berupa ekspansi diharapkan dapat mengakomodasi
penggunaan lahan. Bertambahnya kebutuhan ruang bagi pengembangan
jumlah penduduk tidak hanya Kota Tangerang Selatan dalam lingkup
disebabkan oleh pertumbuhan yang wilayah yang lebih luas secara
sifatnya alami, melainkan berkelanjutan.
pertambahan non alami sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah
akibat dari peningkatan status Kota (RTRW) Kota Tangerang Selatan yang
Tangerang Selatan yang modern ditetapkan dengan Undang- Undang
berdaya saing dan unggul yang akan Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
menimbulkan daya tarik sebagai Penataan Ruangan, Peraturan Daerah
pusat aktivitas terutama yang Kota Tangerang Selatan Nomor 15
berkaitan dengan perekonomian dan Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
jasa pelayanan. Ruang Wilayah Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan Selatan Tahun 2011 – 2031
menunjukkan perkembangan yang sebagaimana telah diubah menjadi
pesat baik secara fisik maupun fungsi, Peraturan Daerah Kota Tangerang
sehingga dibutuhkan perencanaan Selatan Nomor 09 Tahun 2019 dalam
penataan ruang wilayah yang pasal 1 ayat (17) menjelaskan
419
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan pada 7 kecamatan


Tangerang Selatan yang selanjutnya diantaranya kecamatan serpong
disebut RTRW Kota Tangerang dengan luas 2.677,14 hektare
Selatan adalah rencana tata ruang kecamatan serpong utara dengan luas
yang bersifat umum dari wilayah Kota 2.351,75 hektare kecamatan pondok
Tangerang Selatan, yang mengacu aren dengan luas 2.972,86 hektare
pada Rencana Tata Ruang kecamatan ciputat dengan luas
Jabodetabekpunjur dan Rencana Tata 2.084,19 hektare kecamatan ciputat
Ruang Wilayah Provinsi. timur dengan luas 1.765,05 hektare
Kota Tangerang Selatan secara kecamatan pamulang dengan luas
geografis terletak pada koordinat 2.907,11 kecamatan setu dengan luas
106º 38’- 106º47’ bujur timur dan 06º 1.727,37. Dengan wilayah
13’30” - 06º 22’00” lintang selatan perencanaan tata ruang wilayah ini
dengan luas 16.485,47 (enam belas Kota Tangerang Selatan memiliki
ribu ratus delapan puluh lima koma potensi untuk memabangun ruang
empat tujuh) hektar. Adapun wilayah terbuka hijau yang memadai dan di
perencanaan RTRW Kota Tangerang rasakan dampaknya oleh masyarakat
Selatan meliputi 7 (tujuh) kecamatan secara luas.
dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Kota Tangerang Selatan
merupakan salah satu kota besar di
Tabel 1.1 Indonesia yang memiliki jumlah
Wilayah Perencanaan RTRW Kota penduduk yang cukup padat. Sebagai
Tangerang Selatan salah satu kota besar yang berada di
Provinsi Banten Kota Tangerang
No Kecamatan Luas (Ha) Selatan tentunya memiliki
permasalahan tersendiri mengenai
1 Serpong 2677,14
ruang dan berbagai dampaknya. Saat
2 Serpong Utara 2351,75 ini jumlah penduduk di Kota
Tangerang Selatan pada kurun waktu
3 Pondok Aren 2972,86
tiga tahun terakhir (2017-2019)
4 Ciputat 2084,19 mengalami kenaikan rata-rata 3% per
5 Ciputat Timur 1765,05 tahunnya. Pada tahun 2017 penduduk
Kota Tangerang Selatan sebesar
6 Pamulang 2907,11 1.644.899 jiwa dan mengalami
7 Setu 1727,37 peningkatan pada tahun 2018
menjadi 1.696.308 jiwa, dan
(Sumber : Peraturan Daerah Kota meningkat lagi pada tahun 2019
Tangerang Selatan Nomor 09 Tahun menjadi 1.747.906 jiwa.
2019) Adapun penggunaan lahan
Data diatas dapat dilihat untuk ruang terbuka hijau di setiap
bahwa pada Peraturan Daerah Kota kecamatan yang berada di Kota
Tangerang Selatan Nomor 09 Tahun Tangerang Selatan dapat di lihat pada
2019 memiliki wilayah perencanaan tabel di bawah ini :
rencana tata ruang wilayah Kota

420
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

Tabel 1.2
Penggunaan Lahan Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang Selatan pada
tahun 2018 dan 2021

No Kecamatan Tahun 2018 Tahun 2021


Luas (Ha) Luas (Ha)
1 Ciputat 2.086,579 2.086,579
2 Ciputat Timur 1.749,513 1.784,022
3 Pamulang 2.915,452 2.873,853
4 Pondok Aren 2.982,248 2.974,816
5 Serpong 2.674,984 2.675,691
6 Serpong Utara 2.341,549 2.341,882
7 Setu 1.729,245 1.676,174
Luas Total 16.479,572 16.413.019
(Sumber : Dinas Bangunan dan Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan, 2022)

Berdasarkan data tabel diatas Hektar dan tahun 2021 luas


dapat di lihat penggunaan lahan ruang penggunaan lahan 1.676,174 Hektar.
terbuka hijau di Kota Tangerang Setelah peneliti melakukan
Selatan pada tahun 2018 dan 2021 observasi awal pada tanggal 3 Januari
memiliki luas penggunaan lahan yang 2022, hasil observasi peneliti di
berbeda-beda di setiap kecamatan. lapangan menemukan beberapa
Pada tahun 2018 Kecamaatan Ciputat permasalahan dalam mengenai
luas penggunaan lahan 2.086,579 Implementasi Kebijakan RTRW Dalam
Hektar dan tahun 2021 luas Mewujudkan RTH Publik.
penggunaan lahan 2.086,579 Hektar, Berdasarkan wawancara awal peneliti
Kecamatan Ciputat Timur tahun 2018 dengan beberapa terkait,
luas penggunaan lahan 1.749,513 ditemukannya beberapa masalah
Hektar dan tahun 2021 luas antara lain sebagai berikut:
penggunaan lahan 1.784,022 Hektar, Permasalahan pertama,
Kecamatan Pamulang tahun 2018 luas kurangnya ketegasan dan peran
penggunaan lahan 2.915,452 Hektar pemerintah serta pelaksanaan
dan tahun 2021 luas penggunaan kewajiban dari unsur swasta
lahan 2.873,853 Hektar, Kecamatan akibatnya proporsi untuk ruang
Pondok Aren luas penggunaan lahan terbuka hijau di kota tangerang
2.982,248 Hektar tahun 2018 dan selatan masih kurang. Berdasarkan
tahun 2021 luas penggunaan lahan wawancara awal peneliti dengan
2.974.816 Hektar. Kecamatan Serpong Indah Cahya Irianti selaku pegawai
luas penggunaan lahan 2.674,984 Dinas Lingkungan Hidup Kota
Hektar tahun 2018 dan tahun 2021 Tangerang Selatan pada tanggal 3
luas penggunaan lahan 2.675,691 Januari 2022. Hal tersebut ditandai
Hektar, Kecamatan Serpong Utara dengan proporsi untuk ruang terbuka
tahun 2018 luas penggunaan lahan hijau di Kota Tangerang Selatan masih
2.341,549 Hektar dan tahun 2021 luas kurang optimal. Peran Dinas
penggunaan lahan 2.341,882 Hektar Lingkungan Hidup dalam penataan
dan pada Kecamatan Setu tahun 2018 ruang terbuka hijau, yaitu dengan
luas penggunaan lahan 1.729,245 melakukan pembangunan dan
peningkatan ruang terbuka hijau

421
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

berupa pembangunan taman dan DLH baru mencakup pemeliharaan


revitalisasi baik di taman unggulan taman lingkungan unggulan dan
dan taman-taman lingkungan lainnya taman koridor jalan utama, untuk
sesuai dengan kebutuhan prioritas beberapa taman yang telah terbangun
taman dan usulan musrenbang. Selain masih banyak yang belum terpelihara
itu, melakukan pemeliharaan taman secara rutin karena keterbatasan
yang telah terbangun terutama untuk anggaran, SDM dan penunjang, serta
12 Taman Lingkungan Unggulan dan mendorong atau menginisiasi warga
13 Taman Koridor Jalan Utama. untuk dapat berpartisipasi aktif dalam
Untuk taman koridor jalan pemeliharaan taman terutama taman-
utama kondisi saat ini sudah taman di lingkungan. Untuk
terpelihara di Bidang Pertamanan pengamanan RTH yang dikelola Dinas
Seksi Pemeliharaan Taman Koridor Lingkungan Hidup hanya untuk
Jalan Utama, Namun masih belum sebatas taman lingkungan unggulan
terawat dengan optimal karena masih dan taman koridor jalan utama
kurangnya material dan pendukung (dengan adanya pengawas taman),
pemeliharaan, jumlah SDM namun masih jauh dengan standar
pemelihara/perawat masih kurang pengamanan RTH karena masih
untuk mengcover luasan taman belum adanya petugas khusus penjaga
koridor jalan utama, dan jumlah taman yang standby 24 jam dan masih
kendaraan operasional baru 5 tangki belum optimalnya kontribusi antar
siram dan 2 mobil sampah taman OPD terkait (SatpolPP dan Dishub)
koridor. Sementara untuk taman dalam pengamanan RTH Kawasan
lingkungan kondisi saat ini sudah Perkotaan). Kurang ketegasan ini
terpelihara di Bidang Pertamanan dapat dilihat lahan-lahan ruang
Seksi Pemeliharaan Taman terbuka hijau yang sudah diberikan
Lingkungan, Namun masih belum oleh pengembang sebagai fasilitas
terawat dengan optimal karena masih umum ternyata kenyataan di
kurangnya material dan pendukung lapangannya banyak dijadikan untuk
pemeliharaan, jumlah SDM misalkan untuk pembangunan masjid
pemelihara/perawat masih kurang yang dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk mengcover luasan taman untuk pembangunan balai warga,
lingkungan, dan jumlah kendaraan posyandu pada kenyataannya banyak
operasional baru 1 tangki siram dan 1 juga yang tidak dijadikan malah makin
mobil sampah taman lingkungan. kumuh ruang terbuka hijau tersebut.
Berdasarkan Permendagri Nomor 1 Ini terjadi karena adanya proyek-
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang proyek titipan dari Dewan Perwakilan
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Rakyat Daerah Kota Tangerang
Bagian Ketiga Pasal 12 tentang Selatan setiap tahunnya dari pihak
Pemanfaatan. Pemanfaatan RTHKP pemerintah daerah juga tidak
mencakup kegiatan pembangunan memiliki lahan akhirnya fasilitas
baru, pemeliharaan, dan pengamanan umum di pakai ruang terbuka hijau
ruang terbuka hijau (Kegiatan tersebut. Kewajiban dari pihak swasta
pembangunan baru yang telah juga sangat kurang berperan karena
dilaksanakan dinas lingkungan hidup tidak adanya intensif yang memadai
sudah sesuai dengan aturan yang ada untuk pihak swasta untuk
(sesuai rekap kebutuhan dan usulan membangun ruang terbuka hijau
dari Bappeda), pemeliharaan taman sehingga kewajiban untuk
yang dilaksanakan secara rutin oleh
422
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

membangun ruang terbuka hijau taman koridor jalan utama. Namun


menjadi kurang optimal. secara umum untuk alokasi
Permasalahan kedua, Lahan penganggaran RTH masih belum
yang terbatas di wilayah pusat Kota menjadi prioritas di Kota Tangerang
penyediaan ruang terbuka hijau di Selatan. Diharapkan ke depannya
wilayah pusat kota mengalami perlu menjadi prioritas agar
kendala lahan yang sangat terbatas. pemenuhan RTH kota tercapai dengan
Berdasarkan wawancara awal peneliti baik.
dengan Indah Cahya Irianti selaku Permasalahan keempat, Ruang
pegawai Dinas Lingkungan Hidup terbuka hijau belum menjadi program
Kota Tangeran Selatan pada tanggal 3 prioritas dalam pembangunan kota
Januari 2022. Hal tersebut ditandai dalam kebijakan pembangunan kota.
dengan banyaknya wilayah pusat Kota Berdasarkan wawancara awal peneliti
Tangerang Selatan yang sudah dengan Indah Cahya Irianti selalu
telanjur menjadi kawasan terbangun pegawai Dinas Lingkungan Hidup
dengan kepadatan tinggi dan jika ada Kota Tangeran Selatan pada tanggal 4
lahan yang kosong harga lahan Januari 2022. hal tersebut dapat
tersebut akan tinggi sekali karena dilihat dari kebijakan anggaran yang
letak yang strategis di pusat Kota. masih rendah dan juga ketika dalam
Permasalahan ketiga, Alokasi proses pembangunan kota, ruang
pendanaan Pemerintah Kota terbuka hijau seringkali dikalahkan.
Tangerang Selatan yang terbatas. Misalnya taman yang harus dikurangi
Berdasarkan wawancara awal peneliti akibat pembangunan gedung,
dengan Indah Cahya Irianti selaku tanaman poros jalan yang harus
pegawai Dinas Lingkungan Hidup dikalahkan ketika pelebaran jalan
Kota Tangerang Selatan pada tanggal atau pada saat reklame iklan yang
4 Januari 2022. Hal tersebut ditandai tertutup tanaman, maka tanamannya
dengan pengembangan ruang terbuka yang harus di potong. Hal-hal tersebut
hijau belum mendapat alokasi yang dirasakan bahwa kebijakan
anggaran yang besar dalam rangka pembangunan belum berpihak
untuk pembelian lahan-lahan yang kepada ruang terbuka hijau. Padahal
akan dimanfaatkan untuk ruang kebijakan tentang ruang terbuka hijau
terbuka hijau. Anggaran yang tersedia sudah ada dasar hukumnya, di
baru sebatas pembangunan ruang Pemerintah Kota Tangerang Selatan
terbuka hijau di lahan-lahan milik terdapat beberapa kebijakan
pemerintah dan anggaran perawatan diantaranya, Peraturan Daerah Kota
ruang terbuka hijau yang sudah ada. Tangerang Selatan Nomor 09 Tahun
Sehingga perlu alokasi yang cukup 2019 tentang Perubahan Perda
besar jika ingin melakukan Nomor 15 Tahun 2011 tentang
penyediaan ruang terbuka hijau di Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
kawasan pusat Kota dengan Tangerang Selatan Tahun 2011-2031
pengadaan lahan-lahan baru. Alokasi dan melalui kebijakan pola ruang
anggaran RTH mencakup kebutuhan dalam RTRW Kota Tangerang Selatan
pembangunan dan penataan taman (Lampiran Perda Kota Tangerang
melalui musrenbang, Reses Dewan, Selatan Nomor 6 Tahun 2021 tentang
dan Fokus Pembangunan KDH, serta RPJMD Tahun 2021-2026), di
anggaran untuk kegiatan operasional antaranya, (1). Pengembangan
pemeliharaan rutin taman baik di kawasan lindung dengan
taman lingkungan unggulan maupun meningkatkan kualitas kawasan
423
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

lindung agar sesuai dengan fungsi mengeksplorasi dan memahami


perlindungannya sehingga terjaga makna yang oleh sejumlah individu
kelestariannya. (2) Pengendalian atau sekelompok orang dianggap
pencemaran dan/atau kerusakan berasal dari masalah sosial atau
lingkungan hidup. (3). Pengembangan kemanusiaan. Proses penelitian
kawasan budi daya dengan kualitatif ini melibatkan upaya-upaya
meningkatkan produktivitas kawasan penting seperti mengajukan
namun tidak melampaui daya dukung pertanyaan-pertanyaan dan
dan daya tampung lingkungan. (4). prosedur-prosedur, mengumpulkan
Peningkatan fungsi kawasan data yang spesifik dari para
pertahanan dan keamanan negara. partisipan, menganalisis data secara
Kemudian pada Dinas Lingkungan induktif mulai dari tema-tema yang
Hidup Kota Tangerang Selatan telah khusus ke tema-tema yang umum, dan
menyusun sasaran strategis melalui menafsirkan makna data. Data yang
Renstra, di mana isu utama yang digunakan dalam penelitian ini
mejadi fokus perencanaan ke depan merupakan data primer dan
adalah optimalisasi kinerja sekunder. Data primer diperoleh
pelestarian lingkungan hidup serta dengan cara wawancara dengan
kinerja pengelolaan sampah yang berbagai informan yang dianggap
optimal. Isu strategis terkait RTH, di relevan pada masalah yang dibahas
antaranya, (1).Mengembalikan fungsi dalam penelitian ini. Sedangkan data
sempadan situ, sempadan kolam sekunder diperoleh dari hasil studi
tandon air, sempadan sungai/kali di literatur dan data-data pendukung
seluruh wilayah kota sebagai RTH lainnya yang berkaitan dengan
secara bertahap. (2). Penyediaan RTH Implementasi Kebijakan Rencana Tata
publik sebesar 5% (lima persen) dari Ruang Wilayah (RTRW) Dalam
luas wilayah melalui pengadaan dan Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau
pengaturan penyediaan RTH pada (RTH) Publik Di Kota Tangerang
kawasan budidaya. Selatan.’
Dari penjabaran masalah di Dalam penelitian kualitatif,
atas, maka peneliti tertarik untuk yang menjadi instrumen atau alat
mengetahui bagaimana suatu penelitian adalah peneliti itu sendiri.
implementasi kebijakan Rencana Tata Oleh karena itu peneliti sebagai
Ruang Wilayah (RTRW) dalam instrumen juga harus divalidasi
mewujudkan Ruang Terbuka Hijau seberapa jauh peneliti kualitatif siap
(RTH) publik, Dengan demikian, judul melakukan penelitian yang
penelitian ini mengenai tentang selanjutnya terjun kelapangan.
“Implementasi Kebijakan Rencana Validasi tersebut meliputi
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Dalam pemahaman metode kualitatif,
Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau penguasaan wawasan terhadap
(RTH) Publik Di Kota Tangerang bidang yang diteliti sampai kesiapan
Selatan”. peneliti untuk memasuki obyek
penelitian, dan yang pasti adalah
Metode Penelitian peneliti itu sendirilah yang melakukan
Penelitian menggunakan validasi, melalui evaluasi diri. Hal ini
pendekatan kualitatif dengan metode sejalan dengan pendapat Menurut
kualitatif deskriptif. Menurut (Moleong, 2006) peneliti dalam
(Creswell, 2016) penelitian kualitatif pengumpulan data lebih banyak
merupakan metode- metode untuk
424
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

bergantung pada dirinya sendiri 1. Standar dan sasaran kebijakan


sebagai alat pengumpulan data. Standar dan sasaran kebijakan
Uji keabsahan data memiliki program ruang terbuka hijau,
dua fungsi, yaitu melaksanakan temuan yang dinilai menjadi
pemeriksaan sedemikian rupa kelemahan diantaranya terkait
sehingga tingkat kepercayaan kebijakan atau program
penemuan kita dapat dicapai dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
mempertunjukan derajat (RTH) di Kota Tangerang Selatan
kepercayaan hasil-hasil penemuan belum menjadi program prioritas
kita dengan jalan pembuktian ini mengakibatkan pemenuhan
terhadap kenyataan ganda yang Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
sedang diteliti dalam (Prastowo, Kota Tangerang tidak tercapai
2011). Pada penelitian ini peneliti target setiap tahunnya. Selain dari
menggunakan uji keabsahan data itu faktor yang lain yang
dengan teknik triangulasi dan mengakibatkan pemenuhan
member check. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
Fokus penelitian digunakan tidak mencapai target yang telah
sebagai dasar dalam pengumpulan ditetapkan ialah pembebasan
data. Untuk mempermudah dan lahan yang sulit harga tanah yang
memperjelas pemahaman terhadap relatif tinggi. Temuan yang lain
konsep- konsep penting yang ialah kewajiban pengembang
digunakan dalam penelitian, akan dalam menyediakan ruang
dianalisis menggunakan teori terbuka hijau di kawasan
implementasi kebijakan dari Van perumahan masih minim dan ada
Metter dan Van Horn (Van Horn & Van beberapa pengembang
Meter, 1975) yaitu standar dan perumahan juga yang belum
sasaran kebijakan, sumber daya, menyerahkan fasum-fasum
karakteristik organisasi pelaksana, kepada Pihak Dinas ini
komunikasi antar organisasi, disposisi mengakibatkan pemenuhan akses
atau sikap para pelaksana dan sarana dan prasarana untuk
lingkungan sosial, politik, dan masyarakat perumahan
ekonomi. Fokus penelitian ini kepada berkurang.
mengenai Implementasi Kebijakan 2. Sumber daya
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sumber daya program ruang
Dalam Mewujudkan Ruang Terbuka terbuka hijau (RTH), dimana
Hijau (RTH) Publik Di Kota Tangerang temuannya yang dinilai sebagai
Selatan. kelemahan terkait dengan sumber
Lokasi penelitian di Dinas daya Dinas Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup Selatan yang Kota Tangerang Selatan dalam
beralamat Puspitek No.1 Kelurahan, pelaksanaan pengelolaan Ruang
Jalan. Raya Serpong, Setu, Kecamatan. Terbuka Hijau (RTH) sudah
Setu, Kota Tangerang Selatan, Provinsi mencukupi, meskipun kendalanya
Banten Kode Pos.15314. Jadwal jika ada kerusakan-kerusakan
penelitian yaitu berisi aktivitas yang dalam taman-taman diarea ruang
dilakukan dan berapa lama akan terbuka hijau (RTH) tidak
dilakukan proses penelitian dalam langsung diperbaiki dan tidak ada
(dalam Sugiyono, 2017). pengawasan dan penindakan
khusus bagi pelanggar yang
Hasil dan Pembahasan merusak atau mendudukin
425
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

kawasan ruang terbuka hijau melakukan pengelolaan Ruang


(RTH) menjadi area usaha-usaha Terbuka Hijau. Namun dalam
yang illegal tanpa ada izin dari pelaksanannya terkadang
pemerintah. terdapat hambatan-hambatan
3. Karakteristik organisasi dalam pemenuhan dan
pelaksana pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Karakteristik Organisasi di Kota Tangerang Selatan seperti
Pelaksana program ruang terbuka pembelian harga lahan atau tanah
hijau (RTH), dimana temuan yang yang tinggi dan kerusakan-
dinilai sebagai kelemahan meliputi kerusakan yang ada pada kawasan
dalam pelaksanaan kebijakan ruang terbuka hijau (RTH).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari 5. Disposisi atau sikap para
informan penelitian, peneliti pelaksana dan
memperoleh temuan yang menjadi Disposisi atau sikap para
kelemahan diantaranya berkaitan pelaksana program ruang terbuka
dengan minimnya sanki yang hijau (RTH), dimana temuan yang
diberikan kepada pelanggar- dinilai sebagai kelemahan
pelanggar yang merusak atau diantaranya ditunjukkan oleh
membuat bangunan secara illegal sikap pegawai yang kurang
di kawasan ruang terbuka hijau disiplin, perawatan untuk taman-
(RTH). Ini ditandai dengan taman Kota masih minim serta
kurangnya ketegasan atau pengawasan dan penindakan bagi
kejelasan regulasi yang mengatur pelanggar yang merusak area
dalam pemberian sanki kepada ruang terbuka hijau (RTH). Hal ini
pelanggar baik untuk oknum- sebenarnya merupakan
oknum masyarakat maupun konsekuensi dari tidak
oknum-oknum para pengembang diberlakukannya program
dalam kewajiban pemenuhan atau prioritas untuk pengelolaan ruang
penyedian ruang terbuka hijau terbuka hijau (RTH) di Kota
(RTH). Tangerang Selatan.
4. Komunikasi antar organisasi, 6. Lingkungan sosial, politik, dan
Komunikasi antar organisasi, ekonomi.
dimana temuan yang dinilai Lingkungan sosial, politik dan
sebagai keunggulan bahwasanya ekonomi dimana temuan yang
semua stakeholder terkait dinilai sebagai temuan yang
melakukan koordinasi kegiatan menjadi kelemahan adalah
dalam rangka pemenuhan Ruang minimnya dukungan elite politik
Terbuka Hijau (RTH) di Kota dalam kebijakan Ruang Terbuka
Tangerang Selatan seperti Badan Hijau (RTH) di Kota Tangerang
Perencanaan Pembangunan Selatan sehingga ini
Daerah telah membuat mengakibatkan kurangnya
perencanaan anggaran untuk ketercapaian target yang telah
kegiatan pengelolaan Ruang ditetapkan oleh peraturan daerah
Terbuka Hijau, Dinas Tata Ruang dan atau aturan pemerintah pusat.
sudah membuat perencanaan tata Keunggulannya adalah Anggaran
kota untuk pemenuhan kawasan Pendapatan Belanja Daerah
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan (APBD) Kota Tangerang Selatan
Dinas Lingkungan Hidup Kota relatif besar jika anggaran ini bisa
Tangerang Selatan telah diprioritaskan untuk pemenuhan
426
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

dan pengelolaan kawasan ruang (1) standar dan sasaran kebijakan


terbuka hijau (RTH) di Kota RTH masih kurang optimal yang
Tangerang Selatan ini bisa ditandai dari kebijakan atau program
mencapai atau melebihi target pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
yang ingin dicapai dan ini akan (RTH) di Kota Tangerang Selatan
berdampak positif kepada belum menjadi program prioritas ini
lingkungan sosial masyarakat mengakibatkan pemenuhan Ruang
ketika pemenuhan RTH itu Terbuka Hijau (RTH) di Kota
melebihi 30 % (tiga puluh persen Tangerang tidak tercapai target setiap
tahunnya. Selain dari itu faktor yang
Kesimpulan lain yang mengakibatkan pemenuhan
Hasil penelitian “Implementasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
Kebijakan Rencana Tata Ruang tidak mencapai target yang telah
Wilayah (RTRW) Dalam Mewujudkan ditetapkan ialah pembebasan lahan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kota yang sulit harga tanah yang relatif
Tangerang Selatan” yang dianalisis tinggi. Temuan yang lain ialah
dengan menggunakan model kewajiban pengembang dalam
pendekatan implementasi kebijakan menyediakan ruang terbuka hijau di
yang dirumuskan Van Meter dan Van kawasan perumahan masih minim
Horn sebagai panduan dalam dan ada beberapa pengembang
menggali informasi dari informan perumahan juga yang belum
penelitian berkenaan dengan menyerahkan fasum-fasum kepada
Implementasi Kebijakan RTRW dalam Pihak Dinas ini mengakibatkan
mewujudkan RTH Publik di Kota pemenuhan akses sarana dan
Tangerang Selatan. Model teori prasarana untuk masyarakat
implementasi dari Van Metter dan Van perumahan berkurang, (2) sumber
Horn, yaitu standar dan sasaran daya kebijakan RTH cukup optimal
kebijakan, sumber daya, karakteristik ditandai dengan adanya arahan yang
organisasi pelaksana, komunikasi rutin dilaksanakan oleh pimpinan
antar organisasi, disposisi atau sikap kepada bawahan dalam mengelola
para pelaksana dan lingkungan sosial, ruang terbuka hijau (RTH), (3)
politik dan ekonomi. Aspek karakteristik organisasi pelaksana
komunikasi antar organisasi dan kebijakan RTH kurang optimal
sumber daya dinilai sudah cukup ditandai minimnya sanki yang
optimal, sedangkan aspek standar dan diberikan kepada pelanggar-
sasaran kebijakan, karakteristik pelanggar yang merusak atau
organisasi pelaksana, disposisi atau membuat bangunan secara illegal di
sikap para pelaksana dan aspek kawasan ruang terbuka hijau (RTH),
lingkungan sosial, politik dan ekonomi (4) komunikasi antar organisasi
dinilai belum optimal. Dengan kebijakan RTH sudah baik yang
demikian, kebijakan Ruang Terbuka ditandai dari kerjsama yang baik antar
Hijau (RTH) dinilai belum optimal stakeholder terkait melakukan
dilaksanakan dan harus ditingkatkan. koordinasi kegiatan dalam rangka
Temuan penelitian terkait pemenuhan Ruang Terbuka Hijau
Implementasi Kebijakan Rencana Tata (RTH) di Kota Tangerang Selatan
Ruang Wilayah (RTRW) Dalam seperti Badan Perencanaan
Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
(RTH) Di Kota Tangerang Selatan yang telah membuat perencanaan
dinilai sebagai kelemahan meliputi, anggaran untuk kegiatan pengelolaan
427
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

Ruang Terbuka Hijau (RTH), Dinas Hidup Kota Tangerang Selatan dapat
Tata Ruang sudah membuat melaksanakan sosialisasi kepada
perencanaan tata kota untuk masyarakat secara langsung, baik
pemenuhan kawasan Ruang Terbuka pelaksanaan sosialisasi melalui media
Hijau (RTH) dan Dinas Lingkungan sosial yang rutin atau pertemuan
Hidup Kota Tangerang Selatan telah formal dalam meningkatkan
melakukan pengelolaan Ruang kesadaran perawatan kawasan ruang
Terbuka Hijau, (5) disposisi atau sikap terbuka hijau (RTH) di Kota
para pelaksana kebijakan RTH masih Tangerang Selatan.
kurang optimal yang ditandai dari 3. Diharapkan Pemerintah
sikap pegawai yang kurang disiplin, Daerah Kota Tangerang Selatan
perawatan untuk taman-taman Kota membuat kebijakan prioritas untuk
masih minim serta pengawasan dan pengelolaan atau pemenuhan Ruang
penindakan bagi pelanggar yang Terbuka Hijau (RTH) di Kota
merusak area ruang terbuka hijau Tangerang Selatan untuk
(RTH), (6) lingkungan sosial, politik meningkatkan target–target
dan ekonomi kebijakan RTH kurang pemenuhan Ruang Terbuka Hijau
optimal yang ditandai oleh minimnya (RTH) di tahun berikutnya.
dukungan elite politik dalam
kebijakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Referensi
di Kota Tangerang Selatan sehingga Angelia, T., & Santoso, E. B. (2019).
ini mengakibatkan kurangnya Identifikasi Area Pengembangan
ketercapaian target yang telah RTH sebagai Fungsi Ekologis
ditetapkan oleh peraturan daerah dan Penyerap Air Hujan di Kecamatan
atau aturan pemerintah Rungkut Kota Surabaya. Jurnal
pusat.Conclusion states the answer of Planoearth, 4(1), 18–23.
the hypothesis and/or research Creswell, J. W. (2016). Pendekatan
objective or scientific finding. Metode Kualitatif. Kuantitatif Dan
Conclusion is not the repetition of Campuran: Yogyakarta: Pustaka
findings and discussion, but it is the Belajar.
summary of findings as expected in dalam Sugiyono, S. (2017). Metode
the objective or hypothesis. If Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
necessary, conclusion can also be dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.
ended with the next idea to be Moleong, L. J. (2006). A. Metode
implemented to the study. Penelitian. Bandung: PT
Pada penelitian ini, peneliti RemajaRosdakarya.
mencoba memberikan saran Negeri, K. D. (2007). Undang-undang
berkaitan dengan Implemetasi No. 26 Tahun 2007 tentang
Kebijakan RTRW dalam mewujudkan Penataan Ruang. Jakarta.
RTH publik di Kota Tangerang Selatan Kementrian Dalam Negeri.
sebagai berikut : Prastowo, A. (2011). Metode
1. Diharapkan Pemerintah penelitian kualitatif dalam
Daerah Kota Tangerang Selatan dapat perspektif rancangan penelitian.
memberikan regulasi yang jelas dalam Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
penindakan pelanggaran bagi perusak Rahmania, A., Rukhmana, D., &
area dan pembangunan bangunan Mappangaja, A. R. (2011).
illegal di kawasan ruang terbuka hijau Analisis Pelaksanaan
(RTH) Kota Tangerang Selatan. Pemanfaatan Ruang Terbuka
2. Diharapkan Dinas Lingkungan Hijau Kecamatan Bantaeng
428
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 03 No. 02 (September 2022)
DOI : 10.30656/jdkp.v3i2.5920

Kabupaten Bantaeng. Makassar:


UNHAS.
Rasudin, N. (2012). Rencana Tata
Ruang Perkotaan Berdasarkan
Undang-Undang Nomor: 26
Tahun 2007. JIP (Jurnal Industri
Dan Perkotaan), 12(22).
Umum, K. P., & Rakyat, P. (2014).
Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Republik Indonesia
Nomor/3/PRT/M/2013. Tentang
Penyelenggaraan Prasarana Dan
Sarana Persampahan Dalam
Penanganan Sampah Rumah
Tangga Dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga, 1–374.
Van Horn, C., & Van Meter, D. (1975).
Model-model dalam Kebijakan
Implementasi. Yogyakarta.

429

You might also like