You are on page 1of 14

JurnalPenelitianHukum p-ISSN1410-5632

De Jure AkreditasiLIPI:No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
e-ISSN2579-8561

IMPLEMENTASI KEARIFAN LOKAL SUNDA DALAM PENATAAN RUANG


MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN
RUANG: STUDI DI BANDUNG JAWA BARAT
(Implementation of Sundanese Local Wisdom In Spatial Layout According to the Law
No. 26 of 2007 regarding Spatial Layout: A Case Study in Bandung, West Java)

Eko Noer Kristiyanto


Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 4-5 Jakarta Selatan 12920
Telepon (021) 2525015, Faksimili(021) 2526438
tigers_nova@yahoo.com
Tulisan Diterima: 24-04-2018; Direvisi: 05-06-2018; Disetujui Diterbitkan: 21-06-2018

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2018.V18.205-218

ABSTRACT

The state recognizes and respects the units of traditional communities including their traditional
rights as long as they are still surviving and conforming to the communities development. The
regional autonomy concept has provided the regions with more spaces to develop and utilize the
potential resources that they have, in particular the land utilization in the areas. In the
preparation of spatial layout plan, the public must be involved in the whole processes from the
preliminary stages to the determination of the regional spatial layout plan. Traditional
communities and their local wisdoms should have their existences recognized in the spatial
layout plan, and their roles explicitly accommodated in the laws and regulations. The method
employed in this paper is juridical normative method supported by empirical data in the field.
This paper describes the implementation of Sundanese Local Wisdom in Spatial Layout Planning
in Bandung City. Active participation is a key for the communities to pay the roles in the more
actual way and not only in formal procedural activities
Keywords: Spatial Layout, Participation, Bandung, Sunda

ABSTRAK

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat. Konsep otonomi daerah membuat
daerah diberi keleluasaan untuk mengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimilikinya,
terutama dalam pemanfaatan lahan di daerah. Dalam proses penyusunan rencana tata ruang, peran
masyarakat harus terlibat dalam seluruh proses dimulai dari tahap persiapan sampai pada tahap penetapan
suatu rencana tata ruang wilayah. Masyarakat adat beserta kearifan lokalnya diakui eksistensinya dalam
penataan ruang, bahkan peranannya diakomodir secara eksplisit dalam peraturan perundang-undangan.
Metode yang dilakukan dalam tulisan ini adalah metode yuridis normatif yang didukung oleh data-data
empirik di lapangan. Tulisan ini menjelaskan implementasi kearifan lokal sunda dalam penataan ruang di
kota Bandung. Partisipasi aktif menjadi kunci agar masyarakat dapat berperan secara nyata dan bukan
hanya sekedar aktivisme prosedural formiil.
Kata Kunci: Penataan Ruang, Partisipasi, Bandung, Sunda

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 205 - 218 205
PENDAHULUAN berlangsung masiv namun ternyata dalam
Eksistensi dan peranan masyarakat banyak hal terungkap pula adanya tentangan dari
dalam hal terkait penentuan kebijakan dalam masyarakat, padahal seharusnya pembangunan
bidang agraria termasuk diantaranya penataan itu untuk masyarakat. Pembangunan yang tak
ruang, dijamin dalam penjelasan UUPA yang tepat guna serta merusak lingkungan dan
menyatakan bahwa hukum adat dijadikan dasar melanggar tata ruang seringkali menjadi pemicu,
dari pembentukan hukum agraria (Bakri, 2011: hal yang seharusnya tidak terjadi karena
68). Berbicara hukum adat tentu tak terlepas dari sesungguhnya regulasi dan batasan-batasan serta
eksistensi masyarakat adat atau masyarakat asli acuan dalam penataan ruang sudah cukup jelas
suatu daerah. Masyarakat asli di suatu daerah termasuk di antaranya dengan memperhatikan
memiliki cara pandang, wawasan dan konsep aspirasi masyarakat. Dengan kondisi seperti itu,
terkait lingkungan mereka, meliputi alam, tanah, pengendalian pemanfaatan ruang menjadi sangat
air, udara dan segala sesuatu yang dapat penting dilakukan oleh pemerintah khususnya
didefinisikan sebagai ruang dalam peraturan pemerintah daerah dalam upaya
perundang-undangan di Indonesia. Cara pandang mengoptimalkan fungsi lahan sesuai dengan
serta konsep itulah yang dapat kita artikan daya dukung lingkungan masing-masing.
sebagai bagian dari kearifan lokal. Kearifan Lemahnya mekanisme pengendalian
lokal memiliki cakupan yang lebih luas daripada pembangunan merupakan salah satu kendala
sekedar pengetahuan tradisional. Kearifan lokal dalam menerapkan rencana tata ruang di daerah.
merupakan perwujudan implementasi artikulasi Rencana tata ruang belum menjadi pedoman
dan pengejawantahan serta bentuk pengetahuan dalam penyusunan kebijakan, apalagi dalam
tradisional yang dipahami oleh manusia atau perencanaan kegiatan pembangunan yang
masyarakat yang berinteraksi dengan alam dilaksanakan setiap tahun jarang sekali
sekitarnya, sehingga kearifan lokal merupakan memperhatikan rencana tata ruang untuk
pengetahuan kebudayaan yang dimiliki menentukan lokasi pembangunan yang tepat
kelompok masyarakat tertentu mencakup model- (BPHN, 2016: 20).
model pengelolaan sumber daya alam secara Terkait nilai lokal dan kearifan lokal
lestari termasuk bagaimana menjaga hubungan masyarakat, maka warga Jawa Barat yang
dengan alam melalui pemanfaatan yang mayoritas didominasi etnis Sunda pun dikenal
bijaksana dan bertanggung jawab (Suhartini, memiliki konsep dan nilai luhur termasuk dalam
2009: 31). Dengan demikian kearifan lokal penataan ruang. Berbagai inseden lingkungan
adalah suatu sistem yang mengintegrasikan dan bencana alam yang terjadi di kota Bandung
pengetahuan, budaya dan kelembagaan serta khususnya banjir mendapatkan banyak kritik dan
praktik mengelola sumberdaya alam. dikaitkan dengan kebijakan pemerintah yang
Konsep otonomi daerah membuat terkesan mengabaikan lingkungan dan penataan
daerah diberi keleluasaan untuk mengelola dan ruang dalam pembangunan daerah. Salah satu
memanfaatkan potensi sumberdaya yang hal yang disorot adalah konsep kearifan lokal
dimilikinya, terutama dalam pemanfaatan lahan terkait penataan ruang yang terkesan tak
di daerah. Otonomi penting untuk memperkokoh diakomodir oleh regulasi di tingkat daerah
kultur dan nilai demokrasi seperti toleransi, padahal banyak nilai lokal yang dianggap masih
bebas berpendapat, menghormati pendapat, relevan dan mampu mencegah kerusakan
terbuka dalam berkomunikasi sertamemahami lingkungan.
keanekaragaman dalam masyarakat (Sesung, Menarik untuk mengetahui apakah
2013: 31). Hal-hal tersebut penting untuk kearifan lokal ditransformasikan dan diakomodir
melindungi dan menjamin hak warga negara dalam pembentukan regulasi terkait penataan
dalam pertarungan antara nilai ideal, nilai ruang di kota Bandung? Lalu bagaimana
instrumental, dengan konteks sosial, ekonomi, implementasinya dan bagaimana peranan
budaya, termasuk alam. Seiring waktu, timbul masyarakat dalam proses penataan ruang di Kota
problematika dalam pelaksanaan otonomi Bandung?
daerah, termasuk di antaranya terkait masalah
penataan ruang, atas nama pembangunan dan
otonomi maka pembangunan di daerah

206 Implementasi Kearifan Lokal Sunda dalam... (Eko Noer Kristiyanto)


JurnalPenelitianHukum p-ISSN1410-5632

De Jure AkreditasiLIPI:No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
e-ISSN2579-8561

METODE PENELITIAN peruntukan dan penggunaan tanah di wilayah


Metode penelitian yang digunakan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing
dalam penulisan ini adalah metode penelitian dengan Peraturan Daerah. Oleh karena itu
hukum normatif, metode penelitian hukum perwujudan penggunaan dan pemanfaaatan
normatif pada dasarnya meneliti kaidah-kaidah tanah agar optimal harus menyesuaikan dengan
hukum dan asas-asas hukum (Mamudji dan Rencana Tata Ruang Wilayah, maka untuk
Soekanto, 2001: 55). Penelitian normatif akan kesesuaian kebutuhan akan tanah telah
mencoba menemukan suatu aturan hukum, dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16
prinsip hukum, maupun doktrin hukum guna Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah dan
menjawab isu hukum yang dihadapi (Mahmud, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
2010: 45). Penelitian ini menelaah permasalahan Penataan Ruang.
dengan berpedoman pada data sekunder yang Penataan Ruang adalah suatu sistem
dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan- proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
bahan hukum dan bahan non-hukum yang ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
berkaitan dengan judul penelitian. Bahan hukum (Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang No. 26 Tahun
sekunder yang dimaksud adalah doktrin, ajaran 2007 Tentang Penataan Ruang). Pengertian Tata
para ahli tentang penataan ruang dan kearifan Ruang itu sendiri mengandung cakupan arti
lokal serta aspek hukum terkait, hasil karya yang sangat luas yaitu bahwa Tata ruang adalah
ilmiah para ahli yang dimuat di jurnal ilmiah, wujud struktur ruang dan pola ruang. Dalam
berita-berita dan hasil wawancara pihak terkait, peraturan perundang-undangan sebelumnya
pihak terkait yang dimaksud dalam penelitian ini disebutkan “Tata ruang adalah wujud struktural
adalah akademisi, praktisi, dan pejabat dinas dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan
yang terkait dengan aspek penataan ruang di maupun tidak”. Sementara ruang itu, ruang
kota Bandung. Data yang diperoleh dianalisis sendiri adalah : “Wadah yang meliputi suang
secara kualitatif untuk mendapatkan suatu daratan, ruang lautan, ruang udara sebagai satu
kesimpulan. kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk
lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta
memelihara kelangsungan hidupnya”.
PEMBAHASAN Berbagai teori, kebijakan dan peraturan
A. Penataan Ruang dan Partisipasi menghendaki adanya partisipasi dalam
Dalam Pasal 33 ayat(3) Undang-Undang pembentukan regulasi, termasuk di antaranya
Dasar 1945 disebutkan bahwa, ”Bumi dan air pembentukan regulasi terkait penataan ruang.
dan kekayaan alam yang terkandung di Partisipasi masyarakat dalam proses
dalamnya dikuasai oleh negara dan pembentukan peraturan perundang-undangan
dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran dapat dikategorikan sebagai partisipasi politik
rakyat”. Realisasi dari pasal ini dituangkan (Halim dan Redindo, 2009: 108). Partisipasi
dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 5 politik diartikan sebagai kegiatan warga negara
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- sipil (private citizen) yang bertujuan
Pokok Agraria (UUPA), yaitu Negara diberi memengaruhi pengambilan keputusan oleh
wewenang untuk mengatur dan pemerintah (Huntington, 1994: 122).
menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, Partisipasi masyarakat diartikan sebagai
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan keikutsertaan masyarakat, baik secara individual
ruang angkasa. Lebih lanjut dalam Pasal 14 maupun kelompok, secara aktif dalam penentuan
UUPA dijelaskan bahwa untuk mencapai apa kebijakan publik atau peraturan perundang-
yang menjadi cita-cita bangsa, maka Pemerintah undangan. Partisipasi merupakan ruang bagi
membuat suatu Rencana Umum mengenai masyarakat untuk melakukan negosiasi dalam
persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, proses perumusan kebijakan terutama yang
air dan ruang angkasa untuk berbagai berdampak langsung terhadap kehidupan
kepentingan hidup rakyat dan negara. masyarakat (Isra, 2010: 283). Selain memberi
Rencana Umum yang dibuat Pemerintah ruang bagi kepada masyarakat untuk mengetahui
meliputi seluruh wilayah Indonesia dan sejak dini kemungkinan implikasi pembentukan
Pemerintah Daerah mengatur persediaan, peraturan perundang-undangan, partisipasi

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 205 - 218 207
diperlukan guna memastikan bahwa kepentingan Pemerintahan Daerah menghendaki dan
masyarakat tidak diabaikan oleh pembentuk mewajibkan adanya partisipasi masyarakat
peraturan. Terlebih bahwa pada hakikatnya dalam pembentukan perda, begitupun Undang-
seluruh regulasi yang terbentuk diarahkan Undang Keterbukaan Informasi Publik yang
kepada terwujudnya tatanan kehidupan yang menghendaki keterlibatan, peran serta dan
bermanfaat bagi kepentingan rakyat (Siahaan, partisipasi di tingkat daerah, termasuk tingkat
2012: 222). peraturan daerah yang dimaksud dalam
Partisipasi masyarakat bukanlah tujuan Undang-Undang Pembentukan Peraturan
akhir, namun hanya bagian dari suatu proses Perundang-Undangan. Dalam proses
(Santosa, 2001: 38). Tujuan sebenarnya adalah penyusunan rencana tata ruang, peran
“pengaruh yang berarti” terhadap proses masyarakat harus terlibat dalam seluruh proses
pemerintahan dalam arti luas terutama yang dimulai dari tahap persiapan sampai pada tahap
berkenaan dengan pengelolaan sumber daya penetapan suatu rencana tata ruang wilayah.
publik. Dalam konsep participatory democracy Pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang
dinyatakan bahwa manusia pada hakekatnya diawali dengan identifikasi potensi dan
mampu menyelaraskan kepentingan pribadinya masalah pembangunan yang tidak hanya
dengan kepentingan sosial. Penyelarasan kedua mencakup perhatian pada masa sekarang,
macam kepentingan tersebut dapat terwujud jika namun juga potensi dan masalah yang akan
proses pengambilan keputusan menyediakan mengemuka di masa depan dengan tetap
kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk mempertimbangkan potensi wilayah serta
mengungkapkan kepentingan dan pandangan budaya dari masing-masing daerah.
mereka. Proses pengambilan keputusan yang Proses pembentukan hukum suatu
menyediakan ruang bagi pemangku kepentingan negara tidak bisa dilepaskan dari “cara
untuk berperan serta di dalamnya, sehingga berhukum” bangsa yang bersangkutan
perbedaan kepentingan antara kelompok satu (Ibrahim, 2008: 77). Hal ini akan dipengaruhi
dan yang lainnya dapat dikomunikasikan oleh politik hukum bangsa ini, utamanya
(Santosa, 2013: 99). penguasa. Politik hukum memuat arah
Dalam konteks hukum, partisipasi kebijakan yang akan diterapkan dengan
masyarakat pun dijamin dan harus diakomodir menetapkan tujuan dan isi dari sebuah
dalam pembentukan regulasi. Setidaknya peraturan-perundang-undangan (Mahfud,
terdapat 6 (enam) Undang-Undang yang terkait 2009: 19). Dalam konteks ini pula maka peran
dengan partisipasi publik/ masyarakat, enam serta masyarakat dalam Undang-undang
Undang-Undang tersebut yaitu: Nomor 26 Tahun 2007 diatur secara khusus
dalam BAB VIII yang berisi tentang Hak.
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Kewajiban dan Peran Masyarakat.
Tentang Penataan Ruang
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Berdasarkan BAB VIII Pasal 60, Undang
Tentang Keterbukaan Informasi Publik; Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Penataan Ruang maka dalam penataan ruang,
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan setiap orang berhak untuk:
Lingkungan Hidup; 1. Mengetahui rencana tata ruang;
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 2. menikmati pertambahan nilai ruang
Tentang Pembentukan Peraturan sebagai akibat penataan ruang;
Perundang-undangan; 3. memperoleh penggantian yang layak atas
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 kerugianyang timbul akibat pelaksanaan
Tentang Desa; kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 rencana tata ruang;
Tentang Pemerintahan Daerah. 4. mengajukan keberatan kepada pejabat
Untuk menyerap dan berwenang terhadap pembangunan yang
mentransformasikan kearifan lokal ke dalam tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
sistem hukum formil maka hal yang paling wilayahnya;
logis adalah mengakomodirnya dalam
peraturan daerah. Undang-Undang

208 Implementasi Kearifan Lokal Sunda dalam... (Eko Noer Kristiyanto)


JurnalPenelitianHukum p-ISSN1410-5632

De Jure AkreditasiLIPI:No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
e-ISSN2579-8561

5. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan wilayah serta budaya dari masing-masing
penghentian pembangunan yang tidak daerah. Karena adanya hubungan yang erat
sesuai dengan rencana tata ruang kepada antara budaya dan kota, di mana kota
pejabat berwenang; dan merupakan suatu bentuk dari perwujudan fisik
6. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada dan spasial atas artikulasi budaya masyarakat,
pemerintah dan/atau pemegang izin apabila upaya mengakomodasikan aspek budaya ke
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dalam perencanaan tata ruang perlu
dengan rencana tata ruang menimbulkan diperhatikan dengan baik. Dalam konteks
kerugian. tersebut maka partisipasi dan peran serta
masyarakat mutlak diperlukan, karena
merekalah yang memahami betul daerah
Kemudian di dalam penyelenggaraan penataan tempat mereka tinggal, dan mereka jualah yang
ruang yang dilakukan oleh pemerintah akan terkena dampak dari penataan ruang.
dibutuhkan partisipasi masyarakat, Pemikiran serta kearifan lokal yang mereka
melalui: miliki perlu diformulasikan dalam bentuk
1. partisipasi dalam penyusunan rencana tata regulasi formiil.
ruang, adalah suatu proses untuk Penggunaan tanah yang tidak sesuai
menentukan struktur ruang dan pola ruang dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
yang meliputi penyusunan dan penetapan dapat menimbulkan dampak dan negatif yaitu
rencana tata ruang; tidak hanya terhadap keadaan sosial ekonomi
2. partisipasi dalam pemanfaatan ruang, perubahan penggunaan tanah menimbulkan
adalah upaya untuk mewujudkan struktur banjir, tanah longsor dan menurunnya kualitas
ruang dan pola ruang sesuai dengan air tanah (BPHN, 2016). Begitu juga perubahan
rencana tata ruang melalui penyusunan dan tanah pertanian yang produktif menjadi non
pelaksanaan program beserta pertanian akan berdampak pada berkurangnya
pembiayaannya; produksi pertanian namun disisi lain dapat
3. partisipasi dalam pengendalian meningkatkan pendapatan Daerah dari nilai
pemanfaatan ruang, adalah upaya untuk Pajak.
mewujudkan tertib tata ruang.
Secara teknis maka peran serta dan partisipasi B. Kearifan Lokal Sunda
masyarakat dalam penataan ruang dapat kita Kearifan lokal didefinisikan sebagai
lihat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 68 kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam
Tahun 2010 perihal Bentuk dan Tata Cara suatu daerah. Kearifan lokal atau sering disebut
Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang. local wisdom dapat dipahami sebagai usaha
Dalam peraturan pemerintah tersebut manusia dengan menggunakan akal budinya
ditentukan peranmasyarakat dalam untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu,
penataan ruang yang dilakukan pada tahap: objek atau pristiwa yang terjadi dalam ruang
1. perencanaan tata ruang; tertentu. Kearifan (wisdom) secara etimologi
2. pemanfaatan ruang; dan berarti kemampuan seseorang dalam
3. pengendalian pemanfaatan ruang. menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi
suatu kejadian, objek atau situasi. Sedangkan
Dalam proses penyusunan lokal menunjukkan ruang interaksi di mana
rencana tata ruang, peran masyarakat harus peristiwa atau situasi tersebut terjadi. Kearifan
terlibat dalam seluruh proses dimulai dari tahap atau kebijaksanaan berpadanan dengan kata
persiapan sampai pada tahap penetapan suatu wisdom. yang mengandung arti perhimpunan
rencana tata ruang wilayah. Pelaksanaan kefilsafatan atau pembelajaran ilmiah
penyusunan rencana tata ruang diawali dengan (accumulated philosophic or scientific learning),
identifikasi potensi dan masalah pembangunan yang juga diartikan sebagai a wise attitude or
yang tidak hanya mencakup perhatian pada course of action yaitu suatu tingkah laku yang
masa sekarang, namun juga potensi dan bijaksana atau jalan tindakan yang benar.
masalah yang akan mengemuka di masa depan Dijelaskan dalam kata wisdom terkandung suatu
dengan tetap mempertimbangkan potensi pengetahuan ilmiah, yaitu suatu pengetahuan

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 205 - 218 209
yang benar secara metodologis dan sistematis. tabu dan hanya dapat dipahami oleh kerangka
Saraswati mengatakan bahwa Di kalangan dunia tradisional. Kearifan lokal juga memiliki sifat-
barat, sistem pengetahuan lokal ini dikenal sifat lokal dari refleksi karakteristik komunitas
dengan istilah indigenous knowledge, native lokal. Corak komunal, sosial, serta kolektif
knowledge, local wisdom, local knowledge, local dalam kearifan lokal ini selaras dengan prinsip
genius. Sedangkan di Indonesia ditemukan dalam UUPA juga erat kaitannya dengan hukum
beberapa istilah lain yaitu: sistem pengetahuan adat. Definisi terkait kearifan lokal pun
asli, sistem pengetahuan adat, sstem tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32
pengetahuan lokal, budaya lokal, budaya Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
tradisional dan lain-lain. Kearifan lokal atau Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan
istilah lainnya yaitu pengetahuan lokal, bahwa kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur
pegetahuan tradisional, local knowledge atau yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
local wisdom pengertiannya adalah segala untuk antara lain melindungi dan mengelola
sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan lingkungan hidup secara lestari (Keraf, 2012:
budaya tertentu dan mencerminkan gaya hidup 66).
suatu masyarakat tertentu. Landasan konstitusional perlindungan,
Kearifan lokal dapat diartikan sebagai pengakuan, dan penghormatan terhadap
cara untuk memecahkan persoalan di dalam masyarakat hukum adat terdapat pada Pasal 18,
lingkungan. Dalam kearifan lokal ada karya atau Pasal 18 B Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
tindakan manusia yang sifatnya bersejarah, yang berbunyi: “Negara mengakui dan menghormati
masih diwariskan masyarakat tertentu dengan kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
cara mereka sendiri dengan mengunakan akal beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
budi, pengalaman dan pengetahuan yang di hidup dan sesuai dengan perkembangan
miliki masyarakat dalam suatu wilayah geografis masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
tertentu. Perilaku bijak ini pada umumnya Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-
adalah tindakan, kebiasaan atau tradisi dan cara- undang.” Keberadaan dan eksistensi masyarakat
cara yang menuntun untuk hidup tentram, damai dalam konstitusi diatur juga dalam Pasal 18B
dan sejahtera. Konsep sistem kearifan lokal Ayat (3), Pasal 28I Ayat (3), serta Pasal 32 Ayat
berakar dari sistem pengetahuan dan (1) dan (92) UUD 1945.
pengelolaan masyarakat adat. Hal ini Sehingga tampak bahwa selain hak
dikarenakan kedekatan hubungan mereka tradisional dan kekayaan intelektual masyarakat,
dengan lingkungan dan sumberdaya alam, sesungguhnya pengakomodiran kearifan lokal
melalui proses interaksi dan adaptasi dengan pun merupakan kewajiban pemerintah. Seiring
lingkungan dan sumberdaya alam yang panjang. dengan perkembangan era globalisasi, aspek
Masyarakat adat mampu mengembangkan cara kebudayaan juga mengalami perkembangan
untuk mempertahankan hidup dengan yang cukup pesat karena merupakan bagian
menciptakan sistem nilai, pola hidup, sistem penting dalam ilmu pengetahuan dan
kelembagaan dan hukum yang selaras dengan keterkaitannya dengan hubungan sosial
kondisi dan ketersediaan sumberdaya alam kemanusiaan. Karena keterkaitan yang erat
disekitar daerah yang ditinggalinya. Kearifan antara potensi budaya dan perencanaan tata
lokal harus bersifat komunal secara kepemilikan ruang, diperlukan upaya untuk mengakomodasi
dan tidak individual. Kearifan lokal memiliki nilai budaya lokal/adat istiadat ke dalam hukum
sifat keterbukaan dan dapat dipraktikkan dalam positif, yaitu ke dalam regulasi penataan ruang.
kehidupan sepanjang usia komunitas yang ada. Bahkan jika kita tinjau lebih lanjut,
Kearifan lokal juga lebih bersifat aplikatif dan sesungguhnya muatan-muatan kearifan lokal
pragmatis dengan landasan filosofi yang telah dibahas dan diakui dalam beberapa
dipahami bersama. Kearifan lokal menyangkut konvensi internasional (Kajian KKP, 2017: 87).
bagaimana berhubungan secara baik dengan Kearifan lokal adalah suatu sistem yang
semua isi alam. Kearifan lokal lebih bersifat mengintegrasikan pengetahuan, budaya dan
holistik menyangkut kehidupan mikrokosmos kelembagaan serta praktik mengelola
dan makrokosmos. Kearifan lokal merupakan sumberdaya alam. Orientasi penataan ruang
refleksi moralitas yang didasarkan pada prinsip adalah dalam rangka mewujudkan ruang wilayah

210 Implementasi Kearifan Lokal Sunda dalam... (Eko Noer Kristiyanto)


JurnalPenelitianHukum p-ISSN1410-5632

De Jure AkreditasiLIPI:No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
e-ISSN2579-8561

nasional yang aman, nyaman, produktif, dan dalam proses pembentukan peraturan
berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara perundang-undangan, masyarakat dapat
dan ketahanan nasional (Sumardjono, 2011: berperan dalam proses partisipasi. keberhasilan
67). Hal penting lain yang perlu diperhatikan pembangunan daerah di era otonomi tidak
adalah bahwa Undang-Undang Nomor 26 Tahun berada ditangan para pemegang kebijakan
2007 Tentang Penataan Ruang menghendaki semata, tetapi justru terletak pada terjalinnya
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan sinergi yang saling memperkuat diantara pilar-
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pilar pembangunan daerah, yakni pemerintah
pemanfaatan ruang. Sebuah tujuan dan konsep daerah, kalangan dunia usaha, serta masyarakat
yang selaras dengan kearifan lokal masyarakat. luas termasuk kelompok masyarakat adat.
Penyelenggaraan penataan ruang dan kearifan Dalam konteks kebijakan otonomi daerah,
lokal memiliki keterkaitan yang erat. Di tingkat urgensi partisipasi masyarakat dalam
daerah, kearifan lokal merupakan kunci pembangunan semakin tinggi. Sebab, jiwa atau
penguatan penyelenggaraan penataan ruang. semangat otonomi adalah kewenangan kesatuan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang masyarakat hukum di daerah untuk mengatur
Penataan Ruang telah memberi kewenangan surusan rumah tangganya sendiri.
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk Pada tataran yang lebih mikro, terdapat
melakukan peningkatan diri sesuai dengan indikasi bahwa lembaga/kelompok masyarakat
potensi sumber daya, karakteristik, dan budaya adat seringkali kurang mendukung secara penuh
(kearifan lokal) daerah masing-masing. Kearifan kebijakan dan program pembangunan
lokal itu terdapat dalam masyarakat, komunitas, pemerintah daerah yang bersangkutan. Hal ini
dan individu. Dengan demikian kearifan lokal bisa disebabkan antara lain oleh belum
merupakan pandangan dan pengetahuan dibukanya kesempatan secara luas untuk
tradisional yang menjadi acuan dalam berpartisipasi, kurangnya informasi dari
berperilaku dan telah dipraktikkan secara turun- pemerintah daerah tentang berbagai program
temurun untuk memenuhi kebutuhan dan yang dapat dilaksanakan secara partisipatif, atau
tantangan dalam kehidupan suatu masyarakat. bisa juga oleh keengganan dari lembaga
Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalam adat/kelompok masyarakat adat untuk
masyarakat baik dalam pelestarian sumber daya berpartisipasi.
alam dan manusia, adat dan budaya, serta
Masyarakat asli di suatu daerah
bermanfaat untuk kehidupan.
memiliki cara pandang, wawasan dan konsep
Masyarakat asli di suatu daerah terkait lingkungan mereka, cara pandang serta
memiliki cara pandang, wawasan dan konsep konsep itulah yang dapat kita artikan sebagai
terkait lingkungan mereka, cara pandang serta bagian dari kearifan lokal. Kearifan lokal
konsep itulah yang dapat kita artikan sebagai memiliki cakupan yang lebih luas daripada
bagian dari kearifan lokal. Kearifan lokal sekedar pengetahuan tradisional. Kearifan lokal
memiliki cakupan yang lebih luas daripada merupakan perwujudan implementasi artikulasi
sekedar pengetahuan tradisional. Kearifan lokal dan pengejawantahan serta bentuk pengetahuan
merupakan perwujudan implementasi artikulasi tradisional yang dipahami oleh manusia atau
dan pengejawantahan serta bentuk pengetahuan masyarakat yang berinteraksi dengan alam
tradisional yang dipahami oleh manusia atau sekitarnya, sehingga kearifan lokal merupakan
masyarakat yang berinteraksi dengan alam pengetahuan kebudayaan yang dimiliki
sekitarnya, sehingga kearifan lokal merupakan kelompok masyarakat tertentu mencakup model-
pengetahuan kebudayaan yang dimiliki model pengelolaan sumber daya alam secara
kelompok masyarakat tertentu mencakup model- lestari termasuk bagaimana menjaga hubungan
model pengelolaan sumber daya alam secara dengan alam melalui pemanfaatan yang
lestari termasuk bagaimana menjaga hubungan bijaksana dan bertanggung jawab (Suhartini,
dengan alam melalui pemanfaatan yang 2009: 44). Dengan demikian kearifan lokal
bijaksana dan bertanggung jawab (Suhartini, adalah suatu sistem yang mengintegrasikan
2009: 11). Untuk mengintegrasikan substansi pengetahuan, budaya dan kelembagaan serta
kearifan lokal ke dalam regulasi formiil tentunya praktik mengelola sumberdaya alam (Suja,
harus melalui mekanisme yang formiil juga 2010: 33).

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 205 - 218 211
Pemikiran masyarakat adat terkait leluhur (karuhun) untuk dijaga keutuhannya.
penataan ruang adalah termasuk dalam kearifan Tidak boleh diganggu gugat dan harus
ekologi. Kearifan lokal dalam konteks penataan dipertahankan dari segala usaha dan ancaman
ruang sangat penting karena asas-asas dalam dari pihak-pihak luar. Leuweung titipan ini
Undang-Undang Penataan Ruang selaras dengan biasanya berada di daerah atas atau puncak
konsep-konsep kearifan lokal. Secara fungsional gunung.
kearifan lokal sangat berkaitan dengan harmoni, Leuweung Tutupan adalah kawasan
keseimbangan dan keberlanjutan (Geriya, 2010: hutan cadangan yang pada saat tertentu bisa
55). digunakan jika memang perlu (leuweung awian).
Kearifan lokal di Bandung dan Jawa Pengertian tutupan ibarat pintu yang bias dibuka
Barat adalah kearifan lokal yang erat dengan dan ditutup sesuai keperluan menurut
Sunda, orang-orang Sunda kaya akan budaya pemahaman masyarakat ini. Di dalam leuweung
baik yang berwujud maupun tidak berwujud, awian ini terdapat istilah kabendon (kualat) bila
Selain bentuk kearifan lokal yang berwujud, ada melanggar aturan. Manusia diijinkan masuk
juga bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud hanya dengan tujuan pengambilan hasil non
seperti petuah yang disampaikan secara verbal kayu seperti: rotan, getah, madu, buah-buahan,
dan turun temurun yang dapat berupa nyanyian umbi-umbian, obat-obatan, dan lainnya. Setiap
dan kidung yang mengandung nilai-nilai ajaran penebangan satu batang pohon di leuweung
tradisional. Melalui petuah 9 atau bentuk tutupan harus segera diganti dengan pohon yang
kearifan lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai baru. Leuweung larangan dan leuweung tutupan
sosial disampaikan secara oral/verbal dari merupakan suatu kawasan yang tidak boleh
generasi ke generasi.. Desa-desa adat mungkin dirubah dan diganggu gugat dari keadaan
sudah tak ada karena masyarakat adat sudah asalnya, baik habitatnya maupun sistemnya.
beranjak modern jika di Bandung. Namun Wilayah ini diperuntukkan sebagai zona
Bandung ini kan simbol dari entitas masyarakat penyedia kebutuhan pelestarian sumber
sunda, dan tentunya banyak kearifan lokal. kehidupan.
Konsep sunda dalam pembangunan dan tata Leuweung Garapan (leuweung
ruang ini kan melihat DAS (Daerah Aliran baladaheun, leuweung sampalan, leuweung
Sungai) dan hutan-lingkungan. Konsep Sunda lembur) adalah kawasan hutan yang dibuka
pun mengenal tentang adanya leuweung titipan, menjadi lahan yang dibudidayakan oleh
leuweung tutupan, dan leuweung garapan. Dr. masyarakat untuk berhuma atau berladang.
Indra Perwira, dosen FH Unpad, dan pegiat Pengusahaan huma atau ladang dilakukan secara
DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan rotasi atau gilir balik minimal 3 tahun
Lingkungan Tatar Sunda) menjelaskan lebih sekali. Leuweung garapan biasanya di kawasan
lanjut tentang konsep tiga zona tersebut sebagai yang relatif lebih datar di kaki gunung. Wilayah
berikut: ini berfungsi Sebagai pusat produksi dan
Leuweung Titipan (leuweung kolot, ekonomi masyarakat (pemukiman, perkebunan,
leuweung larangan, leuweung sirah cai) adalah pertanian, perikanan, dan sebagainya. Terkait
kawasan hutan yang sama sekali tidak boleh konsep kearifan lokal tersebut dapat dilihat
ditunggu oleh manusia. Kata titipan merupakan selengkapnya dalam bagan berikut:
amanat dari Tuhan (Gusti Nu Kawasa) dan para

Gambar 1. Bagan Konsep Kearifan Lokal


Masyarakat Sunda

212 Implementasi Kearifan Lokal Sunda dalam... (Eko Noer Kristiyanto)


JurnalPenelitianHukum p-ISSN1410-5632

De Jure AkreditasiLIPI:No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
e-ISSN2579-8561

berlanjut melalui proses adaptasi yang


merupakan fungsi kreatifitas yang
berkelanjutan, budaya yang telah hilang
keberadaannya dapat diupayakan kembali
untuk dikembangkan. Bahkan, hal ini juga
berlaku untuk cara pandang atau budaya
baru, di mana akan ada proses adaptasi atau
penyesuaian terhadap kondisi yang ada.
Selain itu, konsep kearifan lokal Sunda
terkait penataan ruang dan lingkungan
dilaksanakan juga oleh masyarakat sunda di
Kampung Naga (Suganda, 2006: 27).
Menurut Suganda, ada empat ciri ekologis
Sumber: Tim Kawasan Linding/ OTJO 2002
yang identik dengan penerapan kearifan lokal
dengan karakter ekologis tersebut yaitu:
Diperlukan kemauan politik dari 1. Rona lingkungan hidup biogeofisik kampung
pemerintah untuk melindungi masyarakat adat, tersebut berbeda dengan kampung-kampung
karena tidak ada kearifan lokal tanpa masyarakat masyarakat Sunda di sekitarnya. Pada daerah
dan teritorialnya. Jadi atur oleh regulasi resmi yang letaknya di sebelah hulu yang berbentuk
perlindungan terkait wilayah dan punggung bukit, wilayahnya merupakan hutan
masyarakatnya, lalu biarkan saja tata ruang di alam yang relatif masih utuh. Sehingga fungsi
wilayah itu dijalankan oleh kearifan lokal hidrologinya masih berperan baik menjadi
mereka. sumber daya air. Sementara bagian punggung
Dalam konteks implementasi, kearifan bukit yang letaknya berdampingan dengan
lokal sunda ini diterapkan dengan baik di tempat permukiman mereka, ditanami berbagai
beberapa daerah yang didominasi masyarakat jenis pohon. Dengan demikian, hutan bagi
sunda (JawaBarat-Banten) Melalui proses warga Kampung Naga mempunyai fungsi
adaptasi, pemerintah mengakui dan menetapkan sebagai “bank pangan” dan sekaligus “apotek
beberapa daerah di Banten, contohnya, Desa hidup”.
Kanekes sebagai hak ulayat masyarakat hukum 2. Hutan tersebut berfungsi sebagai penyangga
adat Baduy, melalui beberapa peraturan daerah, ketahanan lereng dan bukit dari kemungkinan
seperti: terjadinya bencana longsor atau banjir pada
1. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor musim hujan. Atau sebaliknya, kekeringan pada
32 Tahun 2001 tentang Perlindungan atas musim kemarau.
Hak Ulayat Masyarakat Baduy; 3. Kawasan yang dijadikan pemukimannya. Di
dalamnya termasuk bentuk bangunan, bahan-
2. Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2001
bahan yang digunakan, dan pembagian kawasan
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
wilayahnya. Bahkan arsitektur bangunan yang
Kabupaten Lebak;
mereka tempati merupakan bangunan rumah
3. Keputusan Bupati Lebak Nomor yang masih tetap mencerminkan arsitektur
590/Kep.233/Huk/2002 tentang Penetapan tradisional Sunda yang penuh dengan
Batas-batas Detail Tanah Ulayat Masyarakat kandungan nilai-nilai filosofis. Kesetiaan
Adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan mempertahankan bentuk bangunan rumah
Leuwidamar, kabupaten Lebak. mereka itu seharusnyalah mereka memperoleh
Dengan ketetapan hukum tersebut dan proses penghargaan dan perlindungan, paling tidak
adaptasi, hingga saat ini tanah ulayat dari masyarakat Sunda sendiri.
masyarakat Baduy tetap terjaga 4. Ciri ekologis keempat yakni masyarakat
keberadaannya, termasuk nilai-nilai budaya Kampung Naga memiliki kekayaan berupa
tetap dilestarikan, sehingga kearifan lokal keanekaragaman sumber daya alam hayati.
dapat disinkronisasikan dengan proses Kampung Naga diidentifikasi tidak kurang dari
adaptasi ke dalam regulasi penataan ruang. 39 jenis tanaman dan tumbuhan yang dipelihara
Dengan keanekaragaman budaya yang dan dikembangkan oleh masyarakatnya.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 205 - 218 213
Perhatian dan pengembangan konsep tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
kearifan lokal di wilayah tertentu ini justru Dalam Penataan Ruang. Dalam tataran teknis
hanya tampak sekedar zona tujuan wisata, maka kearifan lokal ini harus diformulasikan ke
padahal dalam konteks yang lebih luas, konsep dalam bentuk peraturan perundang-undangan
kearifan lokal yang terbukti baik dan bermanfaat setingkat peraturan daerah. Dalam proses
ini bisa di adopsi dan adaptasi secara luas ke penyusunan rencana tata ruang, peran
dalam kebijakan daerah terkait penataan ruang. masyarakat harus terlibat dalam seluruh proses
Adopsi berarti mengakomodasikan apa saja yang dimulai dari tahap persiapan sampai pada tahap
terkandung di dalam kearifan lokal seutuhnya penetapan suatu rencana tata ruang wilayah.
atau secara langsung ke dalam regulasi penataan Partisipasi aktif menjadi kunci agar masyarakat
ruang tanpa ada intervensi dari berbagai hal atau dapat berperan secara nyata dan bukan hanya
aspek. Sedangkan adaptasi adalah penyesuaian sekedar aktivisme prosedural formiil dalam
kearifan lokal yang dapat meliputi perubahan pembentukan regulasi di daerah. Melalui
untuk menyesuaikan dan menghasilkan suatu tahapan partisipasi ini pula kearifan lokal
perencanaan yang lebih baik. Apa yang masyarakat akan dapat terakomodir dengan
dilaksanakan di kabupaten Lebak-Banten adalah baik, partisipasi dalam pembentukan regulasi
contoh dari proses adaptasi. daerah dijamin oleh Undang-Undang. Peraturan
Masyarakat adat beserta kearifan daerah yang mengakomodir kearifan lokal
lokalnya diakui eksistensinya dalam penataan masyarakat dapat dijadikan indikator dan dasar
ruang, bahkan peranannya diakomodir secara hukum untuk menunjukkan bahwa kesatuan
eksplisit dalam peraturan perundang-undangan, masyarakat hukum adat itu masih eksis.
khususnya dalam Pasal 9 Ayat 3 dan 4 Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat.
kemarau. Contoh paling parah adalah terjadinya
C. Implementasi di Bandung banjir di daerah yang biasanya tidak pernah
terjadi banjir yaitu kawasan pasteur dan
Dalam penyusunan regulasi daerah,
Cicaheum, kedua daerah ini tidak pernah
pihak pemkot Bandung selalu melibatkan
mengalami banjir sebelum terjadinya
partisipasi masyarakat, masyarakat diajak
pembangunan di kawasan Bandung utara. Dr.
berembuk, diskusi dan ditampung aspirasinya,
Indra Perwira, dosen FH Unpad, dan DPKLTS
termasuk dalam pembentukan regulasi terkait
(Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan
tata ruang hal ini diungkapkan oleh Merdi Hajiji,
Tatar Sunda menjelaskan bahwa prinsip yang
tokoh masyarakat sekaligus Ketua Lembaga
baik pernah dicoba diterapkan pada Peraturan
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kota
Daerah di zaman walikota AA Tarmana, yaitu
Bandung. Dalam praktiknya, keterlibatan
tidak boleh dibuka akses ke Bandung Utara,
masyarakat seperti ini seakan hanya memenuhi
namun ketentuan tersebut diubah di era
syarat-syarat formiil dan prosedural semata,
kepemimpinan Dada Rosada, dan mulailah rusak
sedangkan secara substansi bisa jadi tak
lingkungan, ada 11 mata air dan kini tersisa
terakomodir, oleh karena itu partisipasi
hanya dua. Keliru jika menyamakan konsep
masyarakat memang harus ada di seluruh
kearifan lokal dengan konsep zonasi kawasan
tahapan penataan ruang, tak hanya sebatas
menurut fungsi. Kearifan lokal melihat budidaya
perencanaan namun juga tahap pemanfaatan dan
apapun sebagai penunjang pertanian,
pengendalian.
peternakan, perkebunan, jadi bukan industri.
Contoh nyata bahwa kearifan lokal
Sekretaris Dinas Tata Ruang Pemerintah
sunda diabaikan adalah pembangunan kawasan
Kota Bandung mengatakan bahwa Kota
Bandung utara yang melampaui konsep
Bandung telah memiliki Peraturan Daerah Kota
leuweung titipan dan sebenarnya konsep
Bandung Nomor 10 Tahun 2015 Tentang
kearifan lokal ini selaras dengan klasifikasi
Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan
pemkot tentang ketinggian daerah yang bisa
Zonasi Kota Bandung Tahun 2015 – 2035. Ada
dibangun dan dikembangkan, namun masih juga
juga pusat-pusat kebudayaan di Bandung seperti
tak dipatuhi, akhirnya terjadilah kerusakan
puseur ujung berung dan kawasan budaya saung
lingkungan yang berimbas negatif seperti banjir
angklung Udjo. Pihak pemerintah kota Bandung
saat musim hujan dan kelangkaan air di musim

214 Implementasi Kearifan Lokal Sunda dalam... (Eko Noer Kristiyanto)


JurnalPenelitianHukum p-ISSN1410-5632

De Jure AkreditasiLIPI:No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
e-ISSN2579-8561

menganggap bahwa kearifan lokal terkait kearifan lokal setempat. Namun perlu
dengan kebudayaan dan potensi khas wilayah, diperhatikan pula apa bentuk partisipasi
sehingga yang tampak adalah zona-zona khas, masyarakat di Bandung sudah berlangsung
misal Cibuntu dengan tahunya, Cihampelas ideal dan substansial karena yanmg menjadi
dengan jeans dan konveksi, Cibaduyut dengan parameter telah terjadi diskusi dengan
sepatunya. Lebih dari itu pemkot pun masyarakat bukan pada substansi regulasi
membangun fasilitas penunjang dan namun lebih kepada hal-hal administratif
infrastruktur. Aspek Tata Ruang mengakomodir deperti daftar hadir, tanda tangan dan
kebutuhan masyarakat lalu disesuaikan dengan kelengkapan administratif lain. Padahal
peruntukan ruang. Seringkali terjadi konflik tata partisipasi yang melibatkan masyarakat adalah
ruang yaitu terkait home industri dia area partisipasi yang benar-benar melibatkan
perumahan. Ada permasalahan terkait kawasan masyarakat yang terkena dampak regulasi,
Bandung Utara. Bandung memiliki kawasan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam
yang dikembangkan yaitu di wilayah timur, perencanaan tata ruang dapat secara aktif
sedangkan ke arah utara di perketat. Secara melibatkan masyarakat. Yang mana masyarakat
umum RDTR kota Bandung dianggap cukup tersebut adalah yang terkena dampak langsung
futuristik. Konseptor Tata Kota melibatkan dari kegiatan penataan ruang, yang memiliki
pakar-pakar yang memang banyak tersebar di keahlian di bidang penataan ruang, dan/atau
kampus-kampus terbaik di kota Bandung. Dari yang kegiatan pokoknya di bidang penataan
berbagai disiplin ilmu tak hanya plannologi dan ruang.
hukum saja. Bahkan dibentuk tim ahli bangunan Pemahaman kearifan lokal yang
gedung yang berperan dalam pengeluaran izin dipahami oleh para pejabat di lingkungan
untuk bangunan yang termasuk kompleks/ lebih pemkot Bandung adalah zooning-zooning
dari 4 lantai. Jika di lapangan terjadi kelebihan seperti zona seni, usaha tertentu, wisata, serta
lantai maka langsung dikenakan sanksi industri. Padahal itu semua adalah konsekuensi
administratif berupa denda, nanti bisa dihitung. dari perkembangan kota tuntutan global
Jika tak mau membayar denda maka akan perkembangan kota modern. Sedangkan
dibongkar. Ada juga konsep bonus zooning, kearifan lokal masyarakat terkait penataan
membayar kompensasi, misal batasnya 4 lantai ruang yang dimaksud adalah kearifan lokal
tapi ingin 7 lantai maka silakan namun harus sunda secara ekologis terhadap alam dan
membayar dan bukan berupa uang tapi berupa lingkungan utamanya tentang kategori
fasilitas publik seperti sekolah. Jika ada yang pembangunan dan pendayagunaan lahan
bertentangan atau berkonflik maka perlu ditinjau berdasarkan konsep leuweung (hutan). Bukti
kembali namun pada intinya adalah tak nyata tidak dipahaminya konsep kearifan lokal
mengabaikan kearifan lokal masyarakat. ini adalah pembangunan yang kebablasan di
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam kawasan Bandung utara yang seharusnya
perencanaan tata ruang dapat secara aktif masuk dalam kategori leuweung larangan atau
melibatkan masyarakat. Yang mana masyarakat daerah yang harus dibiarkan dan tidak
tersebut adalah yang terkena dampak langsung dieksploitasi. Imbas dari kebijakan
dari kegiatan penataan ruang, yang memiliki pembangunan kawasan Bandung utara yang
keahlian di bidang penataan ruang, dan/atau seharusnya menajdi kawasan resapan air dan
yang kegiatan pokoknya di bidang penataan mampu menyimpan cadangan air dapat
ruang. dirasakan dan tampak dari banjir yang melanda
Dari penjelasan di atas maka masyarakat Bandung, dan dampaknya semakin parah dari
dapat memberi masukan sejak proses tahun ke tahun karena banjir terjadi di
perencanaan dengan memberi masukan- kawasan-kawasan yang sebelumnya tak pernah
masukan, masyarakat asli yang dianggap terkena banjir.
memahami konsep tata ruang berdasar kearifan
lokal setempat jelas termasuk pihak yang wajib
dilibatkan karena masyarakat asli ini memenuhi
ketentuan sebagai pihak yang memahami dan
ahli terkait tata ruang berdasarkan perspektif

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 205 - 218 215
KESIMPULAN
Kearifan lokal belum sepenuhnya
diakomodir oleh regulasi tingkat daerah yang
mengatur penataan ruang di kota Bandung, hal
ini tampak dari peraturan daerah yang tidak
melarang pembangunan di kawasan Bandung
utara yang menurut konsep kearifan lokal
setempat merupakan zona leuweung larangan
yang seharusnya tidak boleh dibangun properti
dan membatasi kegiatan industri. Namun
kenyataannya pembangunan di kawasan
Bandung utara justru semakin pesat dan
dampaknya buruk untuk lingkungan, hal ini
dapat dilihat dari banjir yang semakin parah
setiap tahunnya dan banjir terjadi di daerah-
daerah yang sebelumnya tak pernah terkena
banjir.

SARAN
Disarankan agar kearifan lokal benar-
benar diakomodir dalam pembentukan regulasi
terkait penataan ruang di kota Bandung,
terlebih hal tersebut dijamin dan diatur dalam
konstitusi juga dalam peraturan perundang-
undangan lain seperti Undang Undang RI
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 68
Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

216 Implementasi Kearifan Lokal Sunda dalam... (Eko Noer Kristiyanto)


JurnalPenelitianHukum p-ISSN1410-5632

De Jure AkreditasiLIPI:No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
e-ISSN2579-8561

DAFTAR KEPUSTAKAAN Suhartini, Kearifan Lokal dan Konservasi


Buku Keanekaragaman Hayati, UGM,
Yogyakarta, 2009
Bakri, Muhammad, Hak Menguasai TanahOleh
Negara, UB Press, Malang 2011 Suja, Wayan, Kearifan Lokal Sains Asli Bali,
Paramita, Surabaya, 2010
Geriya, I Wayan, Konsep dan Strategi
Revitalisasi Kearifan Lokal, UPT Penerbit
Universitas Udayana Denpasar, 2007 Jurnal
Balitbangkumham, Perlindungan Hukum Kristiyanto, Eko Noer, Kedudukan Kearifan
Terhadap Kearifan Lokal Dalam Lokal dan Peranan Masyarakat Dalam
PenataanRuang, Kemenkumham RI, Penataan Ruang, Jurnal Rechtsvinding
Jakarta, 2017 vol.6 no.2 (Agustus 2017)
Halim, Hamzah dan Kemal Redindo, Cara Nugraheni, Konservasi Hutandan Pola
Praktis Menyusun dan Merancang Pertanian Tradisional Masyarakat Baduy
Peraturan Daerah, Kencana Prenada Media di Banten, Jurnal Studi Indonesia vol. 15
Group, Jakarta, 2009 no. 1 (Mar. 2005)
Her, Suganda, Kampung Naga Mempertahankan
Tradisi, Kiblat. Bandung, 2006 Artikel dan Makalah
Pidato sambutan Dr. Wicipto Setiadi, kepala
Huntington, Samuel dan Joan Nelson, Partisipasi BPHN-Kemenkumham RI dalam seminar
Politik di Negara Berkembang, Rineka tentang Masyarakat Hukum Adat di
Cipta,Jakarta, 1994 Surabaya
Ibrahim, Anis, Legislasi dan Demokrasi, In-
Trans Publishing, Malang, 2008 Peraturan Perundang-Undangan
Isra,Saldi PergeseranFungsi Legislasi, PT. Raja Undang-Undang Dasar Negara Republik
GrafindoPersada, Jakarta, 2010 Indonesia Tahun 1945
Sumardjono, Maria, Pengaturan SDA di UndangUndang RI Nomor 26 Tahun 2007
Indonesia, antara yang tersurat dan tersirat, Tentang Penataan Ruang
Gadjah Mada University, Yogyakarta, 2011 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Kencana, Jakarta, 2010 Masyarakat Dalam Penataan Ruang
Marfai, Muh Aris, Pengantar Etika Lingkungan
dan Kearifan Lokal, Gajah Mada University Wawancara
Press, Yogyakarta, 2012
Dr. Indra Perwira S.H.,M.H., Akademisi
MD. Mahfud, PolitikHukum di Indonesia, PT. UNPAD dan anggota Dewan Pemerhati
Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2009 Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda
Santosa, Mas Achmad danArimbi HP, Peran
Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan
Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas Tata Ruang
Lingkungan, WALHI dan YLBHI, Jakarta,
Kota Bandung
2003
Saptomo, Ade, Hukum dan Kearifan Lokal,
Grasindo, Jakarta, 2010 Dr. Merdi Hajiji, Ketua Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kota Bandung
Sesung, Rusdianto, HukumOtonomi Daerah,
RefikaAditama, Bandung, 2013
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 205 - 218 217
HALAMAN KOSONG

218 Implementasi Kearifan Lokal Sunda dalam... (Eko Noer Kristiyanto)

You might also like