Professional Documents
Culture Documents
¹²Program Studi Kebidanan Program Sarjana dan Program Studi Pendidikan Bidan Program
Profesi, STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
*
Email: nesni_harfi@yahoo.co.id
Abstract
The International Agency for The Prevention of Blindness states that two thirds of blind people in the
world are women. This group made very few antenatal visits. This results in poor maternal and infant
well-being and pregnancy outcomes when compared to the general population. In addition, health
workers are often incompetent in providing services to this group, thus rendering the antenatal
services provided of poor quality. This study aims to assess the level of satisfaction and perceptions of
blind pregnant women on antenatal care in Padang city. The study design was a descriptive study with
cross sectional approach. The research informants were 16 people. The results showed that 12.5% of
informants expressed dissatisfaction with antenatal care and 54% expressed negative perceptions of
antenatal care. The discriminatory treatment and communication of officers that are difficult to
understand, and the unavailability of special disability lines at the service counters are some of the
complaints raised by informants during interviews.
It can be concluded that a small proportion of informants were dissatisfied with the pregnancy services
obtained and more than half of the informants had a negative perception of the pregnancy services
obtained. It is recommended that the government and the private sector place the issue of health
services on groups with special needs as one of the priority programs in the health sector so as to
ensure social and health protection for this group.
Kata Kunci :
pregnant women, visual impairment, people with disability, perception, antenatal care
13
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
Abstrak
International Agency for The Prevention of Blindness menyatakan dua pertiga dari penyandang tuna netra
di dunia adalah perempuan. Kelompok ini sangat jarang melakukan kunjungan antenatal. Hal ini
mengakibatkan buruknya kesejahteraan ibu dan bayi serta outcome kehamilan jika dibandingkan dengan
populasi pada umumnya. Selain itu, seringkali tenaga kesehatan tidak kompeten dalam memberikan
pelayanan pada kelompok ini sehingga menjadikan pelayanan antenatal yang diberikan tidak berkualitas.
Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat kepuasan dan persepsi ibu hamil tunanetra terhadap pelayanan
antenatal di Kota Padang. Desain penelitian adalah deskriptif observasional dengan pendekatan potong
lintang. Informan penelitian berjumlah 16 orang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 12,5% informan
menyatakan tidak puas terhadap pelayanan antenatal dan 54% menyatakan persepsi negatif terhadap
pelayanan antenatal. Perlakuan diskriminatif dan komunikasi petugas yang sulit dipahami, serta tidak
tersedianya jalur khusus disabilitas pada konter pelayanan merupakan beberapa keluhan yang
dikemukakan informan saat wawancara.
Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil informan merasa tidak puas terhadap pelayanan kehamilan yang
didapatkan dan lebih dari separuh informan mempunyai persepsi negatif terhadap pelayanan kehamilan
yang diperoleh. Disarankan pada pemerintah dan swasta untuk menempatkan isu pelayanan kesehatan
pada kelompok berkebutuhan khusus sebagai salah satu program prioritas bidang kesehatan sehingga
menjamin perlindungan sosial dan kesehatan pada kelompok ini.
Kata Kunci :
ibu hamil, tunanetra, penyandang disabilitas, persepsi, pelayanan antenatal
14
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
pendidikan kesehatan tentang kehamilan Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk
menjadikan pelayanan antenatal tidak melakukan asesmen tentang persepsi dan
berkualitas. (Malouf, Henderson, & pengalaman perempuan tuna netra di kota
Redshaw, 2017) Padang terhadap pelayanan antenatal yang
Bidan sebagai salah satu profesional mereka terima selama menjalani kehamilan.
kesehatan yang sangat dekat dengan
perempuan, seharusnya mampu menjawab METODE PENELITIAN
tantangan – tantangan diatas. Bidan dalam Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif
konteks sosial harus mempunyai kecakapan kualitatif dengan pendekatan cross sectional
dalam memberikan pelayanan pada yang menggambarkan persepsi dan
kelompok perempuan yang termarginalisasi pengalaman ibu – ibu tuna netra tentang
seperti ibu – ibu muda, perempuan pelayanan antenatal yang diterima selama
disabilitas, kelompok lesbian, dan pekerja hamil. Informan penelitian adalah ibu – ibu
seks komersil. Bidan harus mempunyai tuna netra yang sedang hamil atau pernah
kemampuan komunikasi yang baik sehingga melahirkan (16 orang). Pengumpulan data
dapat membangun kepercayaan dan dilakukan dengan metode wawancara
hubungan baik dengan klien. (Diane M. menggunakan daftar pertanyaan. Dalam
Fraser; Margareth A. Cooper, 2009) penelitian ini penulis melibatkan 4 (empat)
Dari tahun ke tahun, jumlah perempuan orang mahasiswa yang membantu
disabilitas yang menjadi ibu terus meningkat, mengumpulkan data dan melakukan
akan tetapi studi tentang akses dan wawancara pada para informan. Tiap
pengalaman mereka selama kehamilan, wawancara direkam menggunakan perekam
persalinan, dan masa nifas sangat jarang suara dari telepon seluler dan ditranskripsi
dilakukan. (Malouf et al., 2017). Hal yang sesuai dengan hasil percakapan selama
sama terjadi juga di Indonesia. Terbukti wawancara.
dengan belum adanya artikel publikasi yang
membahas masalah akses pelayanan Data yang dikumpulkan dianalisis dengan
antenatal bagi perempuan disabilitas aplikasi NVIVO QSR 10 dan MS Office
khususnya tunanetra di Indonesia. Excel 2013. Data dianalisis berdasarkan
Di kota Padang sendiri, penulis tidak pernyataan informan tentang persepsi dan
menemukan data pasti angka perempuan tuna pengalaman pelayanan antenatal yang
netra yang hamil ataupun yang mempunyai diterima selama hamil. Pernyataan
balita. Data – data yang tersedia di website diklasifikasikan pada 3 klasifikasi yaitu
dinas sosial maupun dinas kesehatan tidak positif, negatif, dan tidak dapat
mempunyai pembahasan khusus tentang mengevaluasi.
akses pelayanan kesehatan bagi perempuan
tuna netra yang hamil, bersalin, maupun HASIL PENELITIAN
mempunyai bayi dan balita. Padahal, Jumlah informan yang di wawancara dalam
kelompok ini mempunyai proporsi yang pengumpulan data adalah 16 orang. Pada
cukup besar untuk berkontribusi pada tabel di bawah ini dirincikan karakteristik
outcome kehamilan yang tidak optimal informan berdasarkan usia, paritas, tingkat
seperti disebutkan diatas jika semasa pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan
kehamilan mereka tidak mendapatkan akses kepemilikan buku KIA
ke pelayanan antenatal yang berkualitas dan
tidak sejahtera secara fisik dan emosional.
15
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
Paritas
Primipara 4 25%
Multipara 12 75%
Tingkat pendidikan
Rendah 14 87.5%
Menengah 2 12.5%
Tinggi 0 0
Pekerjaan
IRT 1 6.25%
Pijat 14 87.5%
Lain – lain 1 6.25% Pengemis
Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir 40% kelompok umur 1 – 5 tahun (68,75%). Hasil
informan berada pada kelompok usia 36 – 40 penelitian kami juga mengungkapkan bahwa
tahun. Sebagian besar informan adalah 14 orang informan mempunyai level
multipara (75%), usia anak terkecil pada pendidikan rendah, dan dari 14 orang ini, 12
16
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
1 Q.4 12 2 2
Baik, dari segi Merasa cukup puas Insyaallah baik, tapi pas
pelayanan dan dengan kelahiran anak ke 3
fasilitasnya bagus dan pelayanannya. agak kecewa pas satu
saya berobat dan suntik Transkrip 6 Ny. N hari melahirkan udah di
kb saya gratis di tempat suruh pulang. kata
bidan tersebut. dokter anak saya
Transkrip 14 Ny. N tersebut terminum air
ketuban dan tidak
disedot sehingga anak
saya meninggal. karena
kamar penuh dan dikira
saya pakai BPJS
padahal saya bayar
umum bukan pakai
BPJS. Transkrip 15 Ny.
U
No Nomor Kategori
Pertanyaan
Positif Negatif Tidak memberikan
jawaban
2 Q9 6 7 3
17
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
Pengalaman saya
pribadi, tenaga
kesehatannya ramah,
namun ada beberapa
teman saya yang
mendapatkan
perlakuan kasar dari
tenaga kesehatan.
Transkrip 9 Ny. R
Tabel 2 menjelaskan hasil analisis kualitatif Pada tabel 2 juga terlihat ada 2 orang
dari wawancara tentang persepsi pemberian responden yang merasa tidak puas dengan
asuhan antenatal pada ibu tunanetra di Kota pelayanan antenatal yang diterima selama
Padang. Tulisan yang dimiringkan hamil. Seperti diungkapkan oleh Ny. U
merupakan gambaran respon atau jawaban (kode informan 15) sebagai berikut :
dari informan ketika pertanyaan tersebut
“Insyaallah baik, tapi pas kelahiran anak ke
dilontarkan saat wawancara.
3 agak kecewa pas satu hari melahirkan
Pada pertanyaan tentang tingkat kepuasan udah di suruh pulang. kata dokter anak
informan terhadap pelayanan antenatal yang saya tersebut terminum air ketuban dan
didapatkan, respon informan tidak disedot sehingga anak saya meninggal.
diklasifikasikan pada 3 kategori, yaitu puas, karena kamar penuh dan dikira saya pakai
cukup puas, dan tidak puas. Selanjutnya, BPJS padahal saya bayar umum bukan
pada pertanyaan tentang persepsi pasien, pakai BPJS.”
respon dari informan dikategorikan pada 3
Pertanyaan 4 dan 9 kemudian di elaborasi
kategori juga yaitu positif, negatif, dan tidak
dengan pertanyaan poin 10 yaitu saran
memberikan jawaban. Terlihat pada tabel 2
perbaikan terhadap pelayanan kesehatan
sebagian besar informan (75%) menyatakan
antenatal pada pasien tunanetra. Ada
puas dengan pelayanan yang didapatkan
beberapa poin yang disorot oleh informan,
selama hamil di fasilitas kesehatan di Kota
rincian dari hasil wawancara ini dirangkum
Padang. Seperti diungkapkan oleh Ny. N
pada tabel 3 :
(kode informan 14) sebagai berikut :
“Baik, dari segi pelayanan……”.
18
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
Tabel 3 Saran Perbaikan Informan terhadap Pelayanan Antenatal Ibu Tunanetra di Kota
Padang
.10 : Apa saran perbaikan ibu untuk pelayanan antenatal pada ibu tunanetra di Kota
Padang ?
No Saran Cuplikan Respon Informan
1 Penyediaan jalur 7/14 Hendaknya adanya jalur khusus untuk tunanetra, atau
khusus tunanetra rambu-rambu khusus bagi tunanetra agar memudahkan
tunanetra mencapai tempat pelayanan kesehatan yang
dituju….
(Informan 9 Ny. R)
2 Komunikasi 3/14 Cara komunikasi tenaga kesehatan mungkin lebih
petugas diperbaiki, karena waktu dirumah sakit, pernah dibilang
kalau ibu tunanetra itu melahirkan harus operasi tidak bisa
normal, padahal saya sendiri kemarin melahirkan secara
normal.
(Informan 10 Ny. E)
3 Akses informasi 10/14 Kalau dapat selama hamil sebaiknya dijelaskan lebih jelas
agar kami bisa mendapatkan lebih jelas informasinya
(Informan 14 Ny. N)
4 Media pengganti 12/14 Adanya media pengganti buku KIA, karena tunanetra tidak
buku KIA bisa memanfaatkan buku tersebut secara maksimal
(Informan 11 Ny. M)
5 Pendampingan 10/14 Sebaiknya ada petugas khusus pendamping ibu – ibu buta
nakes saat saat ke puskesmas jadi tidak susah
berkunjung ke (Informan 4 Ny. L)
faskes
Tabel 3 mengungkapkan beberapa isu utama hal sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan
yang menjadi sorotan para informan ketika dengan penelitian Hall et.al yang
mengakses pelayanan kehamilan. Dari 16 mengungkapkan bahwa sebagian informan
informan, 2 orang tidak memberikan respon menyatakan tidak memperoleh pelayanan
pada pertanyaan ini. Terlihat bahwa ada 5 yang semestinya ketika mereka
tema yang menjadi fokus pembahasan mengunjungi fasilitas kesehatan. Informan
informan penelitian yaitu penyediaan jalur mengemukakan bahwa mereka merasa hak –
khusus tunanetra, komunikasi petugas, akses hak mereka tidak sepenuhnya dihargai dan
informasi, media pengganti buku KIA, dan tidak diberikan pelayanan selayaknya karena
pendampingan tenaga kesehatan saat kecacatan yang mereka alami. (Hall,
berkunjung ke fasilitas kesehatan. Hundley, Collins, & Ireland, 2018).
19
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
pelayanan antenatal yang mereka dapatkan. lebih baik dan menghasilkan outcome
Salah satunya terlihat pada jawaban dari Ny. kelahiran yang lebih optimal.
U yang mengemukakan seperti berikut ini : Informan 14 Ny. N mengungkapkan :
“Kalau dapat bidan atau dokter gak “Kalau dapat selama hamil sebaiknya
membedakan antara tuna netra dan melihat dijelaskan lebih jelas agar kami bisa
pada umumnya kan tuna netra itu kan sama, mendapatkan lebih jelas informasinya”
sama sama perempuan juga.”
Pemberian informasi yang tidak adekuat
Ibu merasakan adanya perbedaan perlakuan juga menjadi hal yang dikeluhkan oleh
terhadap dirinya ketika mendapatkan informan. Menurut informan, cara
pelayanan antenatal di fasilitas pelayanan berkomunikasi dari tenaga kesehatan tidak
kesehatan. Pada tabel 3 kita dapat melihat memperhatikan kebutuhan mereka. Seperti
beberapa isu yang menjadi keluhan dari ibu diungkapkan oleh informan 10 Ny. E
tunanetra ketika mengunjungi tenaga dibawah ini :
kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan.
“Cara komunikasi tenaga kesehatan
Tidak adanya media edukasi pengganti buku mungkin lebih diperbaiki, karena waktu
KIA yang tersedia di fasilitas pelayanan dirumah sakit, pernah dibilang kalau ibu
kehamilan menjadi penyebab utama tunanetra itu melahirkan harus operasi
ketidakpuasan informan, seperti tidak bisa normal, padahal saya sendiri
diungkapkan oleh 12 dari 14 orang kemarin melahirkan secara normal.”
informan.
Sebagian perempuan dengan disabilitas
“………..karena tunanetra tidak bisa merasa kesulitan dalam mencari petugas
memanfaatkan buku (KIA) tersebut secara kesehatan yang memiliki pengalaman
maksimal” (Informan 11 Ny. M) memberikan pelayanan kepada perempuan
disabilitas sehingga tenaga kesehatan yang
Buku KIA merupakan buku yang berisikan mereka kunjungi tidak bisa memberikan
informasi kesehatan bagi ibu hamil, bersalin, pelayanan sesuai dengan kebutuhan mereka.
nifas, bayi, balita dan anak. Buku ini juga Hal ini diungkapkan di dalam hasil
merupakan alat komunikasi antar tenaga penelitian (Akasreku, Habib, & Ankomah,
kesehatan ketika melakukan pelayanan 2018; Debus, 2015). Ibu dengan disabilitas
kesehatan pada ibu sepanjang siklus mengungkapkan bahwa tenaga kesehatan
reproduksi. Saat ini, belum tersedia buku cenderung tidak memberi dukungan yang
KIA yang bisa diakses dengan mudah oleh cukup ketika memberikan pelayanan
ibu tunanetra sehingga hal ini menyulitkan kesehatan kepada mereka selama hamil.
mereka untuk mendapatkan informasi yang Informasi yang disampaikan terkesan
cukup ketika menjalani kehamilan, menakut – nakuti. Seperti respon Ny E
persalinan, maupun masa nifas dan merawat diatas yang diberi informasi bahwa
anak. Oleh sebab itu, perlu adanya media perempuan tunanetra harus bersalin dengan
edukasi pengganti buku KIA yang dapat operasi. Hal ini juga diungkapkan oleh
diakses oleh ibu tunanetra sehingga ibu responden pada penelitian Debus (2015),
dapat menjalani masa kehamilan dengan sebagian perempuan disabilitas mengalami
persalinan dengan seksio sesaria meskipun
20
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
pilihan persalinan mereka adalah persalinan menjadi perhatian utama dari fasilitas
pervaginam. pelayanan kesehatan sehingga ibu dengan
Responden Debus (2015) juga disabilitas mendapat pelayanan kesehatan
menyampaikan bahwa kelas antenatal tidak yang setara dengan sesama perempuan lain.
informatif dan tidak membantu ibu
mempersiapkan kehamilan. Hal ini Tujuh (7) dari 14 orang informan
disebabkan instruktur di kelas tersebut tidak mengungkapkan tidak tersedianya jalur
mempunyai pengetahuan yang cukup khusus bagi tunanetra di fasilitas pelayanan
tentang disabilitas yang mereka alami dan kesehatan menyulitkan akses bagi mereka
pengaruh dari disabilitas tersebut terhadap menuju konter pelayanan yang diinginkan.
kehamilan ibu. (Debus, 2015) Kemudian, tidak tersedianya tenaga
kesehatan khusus pendamping ibu tunanetra
Ketidakpercayaan diri yang terbentuk dari di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi
akibat pemberian informasi yang salah saat masalah tersendiri yang juga harus dibahas
konseling antenatal, berakibat pada lebih lanjut. Hal ini diungkapkan oleh Ny. R
kekhawatiran berlebihan saat menjalani dan Ny. L seperti berikut :
kehamilan. Perempuan dengan disabilitas
cendrung takut untuk mencari pertolongan “Hendaknya adanya jalur khusus untuk
tenaga medis ketika merasakan adanya tunanetra, atau rambu-rambu khusus bagi
keluhan selama masa reproduksinya. Respon tunanetra agar memudahkan tunanetra
pertama kali yang diungkapkan oleh tenaga mencapai tempat pelayanan kesehatan yang
kesehatan adalah berupa rasa tidak percaya dituju…” (Ny. R)
bahwa perempuan tunanetra tidak bisa
menjalani kehamilan dengan baik, “Sebaiknya ada petugas khusus pendamping
perempuan tunanetra harus menggugurkan ibu – ibu buta saat ke puskesmas jadi tidak
kandungannya, dan berbagai reaksi negatif susah” (Ny. L)
lainnya. (Debus, 2015)
Jalur khusus disabilitas dengan gangguan
Tenaga kesehatan harus memahami metode penglihatan menjadi penting untuk
konseling yang tepat pada kelompok ibu memudahkan mobilitas mereka pada
disabilitas. Informasi tentang seberapa fasilitas pelayanan publik. Begitu pula
berdampak disabilitas yang mereka alami dengan ibu tunanetra. Studi kami
terhadap proses reproduksi mereka menjadi mengungkapkan bahwa sebagian (50%)
hal yang krusial untuk disampaikan dalam informan mengeluhkan tidak adanya jalur
kelas antenatal dan persiapan menjadi orang khusus untuk ibu tunanetra menuju konter
tua, sehingga menurunkan risiko outcome pelayanan yang diinginkan. Hal ini
kehamilan dengan kualitas yang buruk. diperburuk dengan tidak adanya tenaga
Kolaborasi multidisiplin juga sangat penting kesehatan yang mendampingi mereka di
jika ibu masih mengonsumsi obat – obatan fasilitas pelayanan kesehatan. Di beberapa
tertentu terkait dengan disabilitas yang negara, telah disediakan aplikasi navigasi
dialami dengan mempertimbangkan risiko untuk orang dengan gangguan penglihatan
pemberian obat terhadap janin. Memastikan seperti landmark-enhanced route yang
bahwa setiap ibu dengan disabilitas terbebas digunakan untuk pejalan kaki dengan
dari respon negatif tenaga kesehatan baik kebutaan. Aplikasi ini sangat efektif bagi
verbal maupun non verbal juga harus pejalan kaki tunanetra untuk menemukan
21
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
22
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang
23