You are on page 1of 11

E-ISSN - 2654-9751

Vol 3 No 2 Oktober 2020

Avalilable Online http://jurnal.mercubaktijaya.ac.id/index.php/mercusuar

ASESMEN TINGKAT KEPUASAN DAN PERSEPSI ASUHAN ANTENATAL PADA


IBU – IBU TUNANETRA DI KOTA PADANG (STUDI KASUS)

Sunesni1*, Dian Furwasyih2

¹²Program Studi Kebidanan Program Sarjana dan Program Studi Pendidikan Bidan Program
Profesi, STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
*
Email: nesni_harfi@yahoo.co.id

Abstract
The International Agency for The Prevention of Blindness states that two thirds of blind people in the
world are women. This group made very few antenatal visits. This results in poor maternal and infant
well-being and pregnancy outcomes when compared to the general population. In addition, health
workers are often incompetent in providing services to this group, thus rendering the antenatal
services provided of poor quality. This study aims to assess the level of satisfaction and perceptions of
blind pregnant women on antenatal care in Padang city. The study design was a descriptive study with
cross sectional approach. The research informants were 16 people. The results showed that 12.5% of
informants expressed dissatisfaction with antenatal care and 54% expressed negative perceptions of
antenatal care. The discriminatory treatment and communication of officers that are difficult to
understand, and the unavailability of special disability lines at the service counters are some of the
complaints raised by informants during interviews.
It can be concluded that a small proportion of informants were dissatisfied with the pregnancy services
obtained and more than half of the informants had a negative perception of the pregnancy services
obtained. It is recommended that the government and the private sector place the issue of health
services on groups with special needs as one of the priority programs in the health sector so as to
ensure social and health protection for this group.

Kata Kunci :
pregnant women, visual impairment, people with disability, perception, antenatal care

13
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

Abstrak
International Agency for The Prevention of Blindness menyatakan dua pertiga dari penyandang tuna netra
di dunia adalah perempuan. Kelompok ini sangat jarang melakukan kunjungan antenatal. Hal ini
mengakibatkan buruknya kesejahteraan ibu dan bayi serta outcome kehamilan jika dibandingkan dengan
populasi pada umumnya. Selain itu, seringkali tenaga kesehatan tidak kompeten dalam memberikan
pelayanan pada kelompok ini sehingga menjadikan pelayanan antenatal yang diberikan tidak berkualitas.
Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat kepuasan dan persepsi ibu hamil tunanetra terhadap pelayanan
antenatal di Kota Padang. Desain penelitian adalah deskriptif observasional dengan pendekatan potong
lintang. Informan penelitian berjumlah 16 orang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 12,5% informan
menyatakan tidak puas terhadap pelayanan antenatal dan 54% menyatakan persepsi negatif terhadap
pelayanan antenatal. Perlakuan diskriminatif dan komunikasi petugas yang sulit dipahami, serta tidak
tersedianya jalur khusus disabilitas pada konter pelayanan merupakan beberapa keluhan yang
dikemukakan informan saat wawancara.
Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil informan merasa tidak puas terhadap pelayanan kehamilan yang
didapatkan dan lebih dari separuh informan mempunyai persepsi negatif terhadap pelayanan kehamilan
yang diperoleh. Disarankan pada pemerintah dan swasta untuk menempatkan isu pelayanan kesehatan
pada kelompok berkebutuhan khusus sebagai salah satu program prioritas bidang kesehatan sehingga
menjamin perlindungan sosial dan kesehatan pada kelompok ini.

Kata Kunci :
ibu hamil, tunanetra, penyandang disabilitas, persepsi, pelayanan antenatal

PENDAHULUAN Dari penelitian yang dilakukan Homeyard


Tuna netra atau buta menempati urutan (2016) didapatkan hasil bahwa perempuan
tertinggi untuk penyandang disabilitas di dengan disabilitas sangat jarang
Indonesia. Jumlahnya mencapai 3,5 juta jiwa mengunjungi fasilitas kesehatan. Hal ini pun
pada tahun 2015. (Damayanti, 2015). terjadi ketika hamil. Perempuan dengan
Menurut International Agency for The disabilitas juga sangat jarang melakukan
Prevention of Blindness, dua pertiga dari kunjungan antenatal. Hal ini mengakibatkan
penyandang tuna netra adalah perempuan. buruknya kesejahteraan ibu dan bayi serta
(Persatuan Tunanetra Indonesia, 2017). outcome kehamilan jika dibandingkan
Perempuan tunanetra sering kali dengan populasi pada umumnya, termasuk
terpinggirkan dan dianggap sebagai lebih sering mengalami prematur dan bayi
komunitas yang tidak penting jika dengan berat lahir rendah. (Homeyard,
dibandingkan dengan kelompok lelaki Montgomery, Chinn, & Patelarou, 2016)
tunanetra. Perempuan tunanetra juga lebih Stigma yang berkembang di masyarakat
sering mengalami diskriminasi dibandingkan tentang ketidakmampuan perempuan
dengan kelompok lelaki tunanetra. tunanetra untuk menjadi seorang ibu,
Perempuan tunanetra lebih sulit mengakses menyebabkan perempuan tuna netra enggan
pendidikan, pelayanan kesehatan yang untuk melakukan kunjungan antenatal ketika
terjangkau, kesempatan bekerja, dan hamil. Selain itu, seringkali tenaga kesehatan
mengalami isolasi dengan rasio lebih tinggi tidak mempunyai kompetensi yang adekuat
dibandingkan dengan kelompok lelaki tuna untuk memberikan pelayanan antenatal
netra. (Persatuan Tunanetra Indonesia, 2017) kepada perempuan tuna netra. Masalah
dalam berkomunikasi ketika memberikan

14
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

pendidikan kesehatan tentang kehamilan Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk
menjadikan pelayanan antenatal tidak melakukan asesmen tentang persepsi dan
berkualitas. (Malouf, Henderson, & pengalaman perempuan tuna netra di kota
Redshaw, 2017) Padang terhadap pelayanan antenatal yang
Bidan sebagai salah satu profesional mereka terima selama menjalani kehamilan.
kesehatan yang sangat dekat dengan
perempuan, seharusnya mampu menjawab METODE PENELITIAN
tantangan – tantangan diatas. Bidan dalam Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif
konteks sosial harus mempunyai kecakapan kualitatif dengan pendekatan cross sectional
dalam memberikan pelayanan pada yang menggambarkan persepsi dan
kelompok perempuan yang termarginalisasi pengalaman ibu – ibu tuna netra tentang
seperti ibu – ibu muda, perempuan pelayanan antenatal yang diterima selama
disabilitas, kelompok lesbian, dan pekerja hamil. Informan penelitian adalah ibu – ibu
seks komersil. Bidan harus mempunyai tuna netra yang sedang hamil atau pernah
kemampuan komunikasi yang baik sehingga melahirkan (16 orang). Pengumpulan data
dapat membangun kepercayaan dan dilakukan dengan metode wawancara
hubungan baik dengan klien. (Diane M. menggunakan daftar pertanyaan. Dalam
Fraser; Margareth A. Cooper, 2009) penelitian ini penulis melibatkan 4 (empat)
Dari tahun ke tahun, jumlah perempuan orang mahasiswa yang membantu
disabilitas yang menjadi ibu terus meningkat, mengumpulkan data dan melakukan
akan tetapi studi tentang akses dan wawancara pada para informan. Tiap
pengalaman mereka selama kehamilan, wawancara direkam menggunakan perekam
persalinan, dan masa nifas sangat jarang suara dari telepon seluler dan ditranskripsi
dilakukan. (Malouf et al., 2017). Hal yang sesuai dengan hasil percakapan selama
sama terjadi juga di Indonesia. Terbukti wawancara.
dengan belum adanya artikel publikasi yang
membahas masalah akses pelayanan Data yang dikumpulkan dianalisis dengan
antenatal bagi perempuan disabilitas aplikasi NVIVO QSR 10 dan MS Office
khususnya tunanetra di Indonesia. Excel 2013. Data dianalisis berdasarkan
Di kota Padang sendiri, penulis tidak pernyataan informan tentang persepsi dan
menemukan data pasti angka perempuan tuna pengalaman pelayanan antenatal yang
netra yang hamil ataupun yang mempunyai diterima selama hamil. Pernyataan
balita. Data – data yang tersedia di website diklasifikasikan pada 3 klasifikasi yaitu
dinas sosial maupun dinas kesehatan tidak positif, negatif, dan tidak dapat
mempunyai pembahasan khusus tentang mengevaluasi.
akses pelayanan kesehatan bagi perempuan
tuna netra yang hamil, bersalin, maupun HASIL PENELITIAN
mempunyai bayi dan balita. Padahal, Jumlah informan yang di wawancara dalam
kelompok ini mempunyai proporsi yang pengumpulan data adalah 16 orang. Pada
cukup besar untuk berkontribusi pada tabel di bawah ini dirincikan karakteristik
outcome kehamilan yang tidak optimal informan berdasarkan usia, paritas, tingkat
seperti disebutkan diatas jika semasa pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan
kehamilan mereka tidak mendapatkan akses kepemilikan buku KIA
ke pelayanan antenatal yang berkualitas dan
tidak sejahtera secara fisik dan emosional.

15
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

A. Tabel 1 Gambaran Umum Informan Penelitian


Kategori n % Ket
Usia
31 – 35 5 31.25%
36 – 40 6 37.5%
>40 5 31.25%

Paritas
Primipara 4 25%
Multipara 12 75%

Usia anak terkecil


1 – 5 tahun 11 68.75%
6 – 10 tahun 2 12.5%
>10 tahun 3 18.75%

Tingkat pendidikan
Rendah 14 87.5%
Menengah 2 12.5%
Tinggi 0 0

Pekerjaan
IRT 1 6.25%
Pijat 14 87.5%
Lain – lain 1 6.25% Pengemis

Status ekonomi Status ekonomi dibandingkan dengan UMP


Tidak Baik 14 87.5% tahun 2019 yaitu sebesar 2,28 juta
Baik 2 12.5%

Kepemilikan buku KIA


Ada 3 18.75%
Tidak ada 13 81.25% Hilang karna banjir (1 orang)
Total 16 100%

Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir 40% kelompok umur 1 – 5 tahun (68,75%). Hasil
informan berada pada kelompok usia 36 – 40 penelitian kami juga mengungkapkan bahwa
tahun. Sebagian besar informan adalah 14 orang informan mempunyai level
multipara (75%), usia anak terkecil pada pendidikan rendah, dan dari 14 orang ini, 12

16
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

orang hanya mendapatkan pendidikan pengemis. Dilihat dari kepemilikan buku


setingkat SDLB dan sekolah pijat. Jenis KIA, investigasi kami mengungkapkan
pekerjaan dari informan sebagian besar bahwa hanya 3 orang (18,75%) informan
(87,5%) merupakan tukang pijat. Ada 1 yang mempunyai buku KIA.
orang informan yang bekerja sebagai

Tabel 2 Analisis Kualitatif Persepsi Ibu Tunanetra Tentang Pelayanan Antenatal


No Nomor Kategori
Pertanyaan
Puas Cukup puas Tidak puas

1 Q.4 12 2 2

Baik, dari segi Merasa cukup puas Insyaallah baik, tapi pas
pelayanan dan dengan kelahiran anak ke 3
fasilitasnya bagus dan pelayanannya. agak kecewa pas satu
saya berobat dan suntik Transkrip 6 Ny. N hari melahirkan udah di
kb saya gratis di tempat suruh pulang. kata
bidan tersebut. dokter anak saya
Transkrip 14 Ny. N tersebut terminum air
ketuban dan tidak
disedot sehingga anak
saya meninggal. karena
kamar penuh dan dikira
saya pakai BPJS
padahal saya bayar
umum bukan pakai
BPJS. Transkrip 15 Ny.
U

No Nomor Kategori
Pertanyaan
Positif Negatif Tidak memberikan
jawaban

2 Q9 6 7 3

Aman dan tidak ada Kalau dapat bidan -


kendala Transkrip 16 atau dokter gak
Ny. Y membedakan antara
tuna netra dan
melihat pada

17
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

umumnya kan tuna


netra itu kan sama,
sama sama
perempuan juga.
Transkrip 15 Ny. U

Pengalaman saya
pribadi, tenaga
kesehatannya ramah,
namun ada beberapa
teman saya yang
mendapatkan
perlakuan kasar dari
tenaga kesehatan.
Transkrip 9 Ny. R

Tabel 2 menjelaskan hasil analisis kualitatif Pada tabel 2 juga terlihat ada 2 orang
dari wawancara tentang persepsi pemberian responden yang merasa tidak puas dengan
asuhan antenatal pada ibu tunanetra di Kota pelayanan antenatal yang diterima selama
Padang. Tulisan yang dimiringkan hamil. Seperti diungkapkan oleh Ny. U
merupakan gambaran respon atau jawaban (kode informan 15) sebagai berikut :
dari informan ketika pertanyaan tersebut
“Insyaallah baik, tapi pas kelahiran anak ke
dilontarkan saat wawancara.
3 agak kecewa pas satu hari melahirkan
Pada pertanyaan tentang tingkat kepuasan udah di suruh pulang. kata dokter anak
informan terhadap pelayanan antenatal yang saya tersebut terminum air ketuban dan
didapatkan, respon informan tidak disedot sehingga anak saya meninggal.
diklasifikasikan pada 3 kategori, yaitu puas, karena kamar penuh dan dikira saya pakai
cukup puas, dan tidak puas. Selanjutnya, BPJS padahal saya bayar umum bukan
pada pertanyaan tentang persepsi pasien, pakai BPJS.”
respon dari informan dikategorikan pada 3
Pertanyaan 4 dan 9 kemudian di elaborasi
kategori juga yaitu positif, negatif, dan tidak
dengan pertanyaan poin 10 yaitu saran
memberikan jawaban. Terlihat pada tabel 2
perbaikan terhadap pelayanan kesehatan
sebagian besar informan (75%) menyatakan
antenatal pada pasien tunanetra. Ada
puas dengan pelayanan yang didapatkan
beberapa poin yang disorot oleh informan,
selama hamil di fasilitas kesehatan di Kota
rincian dari hasil wawancara ini dirangkum
Padang. Seperti diungkapkan oleh Ny. N
pada tabel 3 :
(kode informan 14) sebagai berikut :
“Baik, dari segi pelayanan……”.

18
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

Tabel 3 Saran Perbaikan Informan terhadap Pelayanan Antenatal Ibu Tunanetra di Kota
Padang
.10 : Apa saran perbaikan ibu untuk pelayanan antenatal pada ibu tunanetra di Kota
Padang ?
No Saran Cuplikan Respon Informan
1 Penyediaan jalur 7/14 Hendaknya adanya jalur khusus untuk tunanetra, atau
khusus tunanetra rambu-rambu khusus bagi tunanetra agar memudahkan
tunanetra mencapai tempat pelayanan kesehatan yang
dituju….
(Informan 9 Ny. R)
2 Komunikasi 3/14 Cara komunikasi tenaga kesehatan mungkin lebih
petugas diperbaiki, karena waktu dirumah sakit, pernah dibilang
kalau ibu tunanetra itu melahirkan harus operasi tidak bisa
normal, padahal saya sendiri kemarin melahirkan secara
normal.
(Informan 10 Ny. E)
3 Akses informasi 10/14 Kalau dapat selama hamil sebaiknya dijelaskan lebih jelas
agar kami bisa mendapatkan lebih jelas informasinya
(Informan 14 Ny. N)
4 Media pengganti 12/14 Adanya media pengganti buku KIA, karena tunanetra tidak
buku KIA bisa memanfaatkan buku tersebut secara maksimal
(Informan 11 Ny. M)
5 Pendampingan 10/14 Sebaiknya ada petugas khusus pendamping ibu – ibu buta
nakes saat saat ke puskesmas jadi tidak susah
berkunjung ke (Informan 4 Ny. L)
faskes

Tabel 3 mengungkapkan beberapa isu utama hal sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan
yang menjadi sorotan para informan ketika dengan penelitian Hall et.al yang
mengakses pelayanan kehamilan. Dari 16 mengungkapkan bahwa sebagian informan
informan, 2 orang tidak memberikan respon menyatakan tidak memperoleh pelayanan
pada pertanyaan ini. Terlihat bahwa ada 5 yang semestinya ketika mereka
tema yang menjadi fokus pembahasan mengunjungi fasilitas kesehatan. Informan
informan penelitian yaitu penyediaan jalur mengemukakan bahwa mereka merasa hak –
khusus tunanetra, komunikasi petugas, akses hak mereka tidak sepenuhnya dihargai dan
informasi, media pengganti buku KIA, dan tidak diberikan pelayanan selayaknya karena
pendampingan tenaga kesehatan saat kecacatan yang mereka alami. (Hall,
berkunjung ke fasilitas kesehatan. Hundley, Collins, & Ireland, 2018).

PEMBAHASAN Respon informan pada pertanyaan tentang


Secara umum, perempuan tunanetra persepsi pasien dikategorikan pada 3
memberikan respon yang baik terhadap kategori juga yaitu positif, negatif, dan tidak
pertanyaan tentang tingkat kepuasan mereka memberikan jawaban. Tiga (3) orang
ketika mendapatkan pelayanan antenatal di informan tidak memberikan respon terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan, meskipun pertanyaan ini, sedangkan hampir 54%
demikian ada 12,5% informan menyatakan mengungkapkan persepsi negatif terhadap

19
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

pelayanan antenatal yang mereka dapatkan. lebih baik dan menghasilkan outcome
Salah satunya terlihat pada jawaban dari Ny. kelahiran yang lebih optimal.
U yang mengemukakan seperti berikut ini : Informan 14 Ny. N mengungkapkan :

“Kalau dapat bidan atau dokter gak “Kalau dapat selama hamil sebaiknya
membedakan antara tuna netra dan melihat dijelaskan lebih jelas agar kami bisa
pada umumnya kan tuna netra itu kan sama, mendapatkan lebih jelas informasinya”
sama sama perempuan juga.”
Pemberian informasi yang tidak adekuat
Ibu merasakan adanya perbedaan perlakuan juga menjadi hal yang dikeluhkan oleh
terhadap dirinya ketika mendapatkan informan. Menurut informan, cara
pelayanan antenatal di fasilitas pelayanan berkomunikasi dari tenaga kesehatan tidak
kesehatan. Pada tabel 3 kita dapat melihat memperhatikan kebutuhan mereka. Seperti
beberapa isu yang menjadi keluhan dari ibu diungkapkan oleh informan 10 Ny. E
tunanetra ketika mengunjungi tenaga dibawah ini :
kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan.
“Cara komunikasi tenaga kesehatan
Tidak adanya media edukasi pengganti buku mungkin lebih diperbaiki, karena waktu
KIA yang tersedia di fasilitas pelayanan dirumah sakit, pernah dibilang kalau ibu
kehamilan menjadi penyebab utama tunanetra itu melahirkan harus operasi
ketidakpuasan informan, seperti tidak bisa normal, padahal saya sendiri
diungkapkan oleh 12 dari 14 orang kemarin melahirkan secara normal.”
informan.
Sebagian perempuan dengan disabilitas
“………..karena tunanetra tidak bisa merasa kesulitan dalam mencari petugas
memanfaatkan buku (KIA) tersebut secara kesehatan yang memiliki pengalaman
maksimal” (Informan 11 Ny. M) memberikan pelayanan kepada perempuan
disabilitas sehingga tenaga kesehatan yang
Buku KIA merupakan buku yang berisikan mereka kunjungi tidak bisa memberikan
informasi kesehatan bagi ibu hamil, bersalin, pelayanan sesuai dengan kebutuhan mereka.
nifas, bayi, balita dan anak. Buku ini juga Hal ini diungkapkan di dalam hasil
merupakan alat komunikasi antar tenaga penelitian (Akasreku, Habib, & Ankomah,
kesehatan ketika melakukan pelayanan 2018; Debus, 2015). Ibu dengan disabilitas
kesehatan pada ibu sepanjang siklus mengungkapkan bahwa tenaga kesehatan
reproduksi. Saat ini, belum tersedia buku cenderung tidak memberi dukungan yang
KIA yang bisa diakses dengan mudah oleh cukup ketika memberikan pelayanan
ibu tunanetra sehingga hal ini menyulitkan kesehatan kepada mereka selama hamil.
mereka untuk mendapatkan informasi yang Informasi yang disampaikan terkesan
cukup ketika menjalani kehamilan, menakut – nakuti. Seperti respon Ny E
persalinan, maupun masa nifas dan merawat diatas yang diberi informasi bahwa
anak. Oleh sebab itu, perlu adanya media perempuan tunanetra harus bersalin dengan
edukasi pengganti buku KIA yang dapat operasi. Hal ini juga diungkapkan oleh
diakses oleh ibu tunanetra sehingga ibu responden pada penelitian Debus (2015),
dapat menjalani masa kehamilan dengan sebagian perempuan disabilitas mengalami
persalinan dengan seksio sesaria meskipun

20
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

pilihan persalinan mereka adalah persalinan menjadi perhatian utama dari fasilitas
pervaginam. pelayanan kesehatan sehingga ibu dengan
Responden Debus (2015) juga disabilitas mendapat pelayanan kesehatan
menyampaikan bahwa kelas antenatal tidak yang setara dengan sesama perempuan lain.
informatif dan tidak membantu ibu
mempersiapkan kehamilan. Hal ini Tujuh (7) dari 14 orang informan
disebabkan instruktur di kelas tersebut tidak mengungkapkan tidak tersedianya jalur
mempunyai pengetahuan yang cukup khusus bagi tunanetra di fasilitas pelayanan
tentang disabilitas yang mereka alami dan kesehatan menyulitkan akses bagi mereka
pengaruh dari disabilitas tersebut terhadap menuju konter pelayanan yang diinginkan.
kehamilan ibu. (Debus, 2015) Kemudian, tidak tersedianya tenaga
kesehatan khusus pendamping ibu tunanetra
Ketidakpercayaan diri yang terbentuk dari di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi
akibat pemberian informasi yang salah saat masalah tersendiri yang juga harus dibahas
konseling antenatal, berakibat pada lebih lanjut. Hal ini diungkapkan oleh Ny. R
kekhawatiran berlebihan saat menjalani dan Ny. L seperti berikut :
kehamilan. Perempuan dengan disabilitas
cendrung takut untuk mencari pertolongan “Hendaknya adanya jalur khusus untuk
tenaga medis ketika merasakan adanya tunanetra, atau rambu-rambu khusus bagi
keluhan selama masa reproduksinya. Respon tunanetra agar memudahkan tunanetra
pertama kali yang diungkapkan oleh tenaga mencapai tempat pelayanan kesehatan yang
kesehatan adalah berupa rasa tidak percaya dituju…” (Ny. R)
bahwa perempuan tunanetra tidak bisa
menjalani kehamilan dengan baik, “Sebaiknya ada petugas khusus pendamping
perempuan tunanetra harus menggugurkan ibu – ibu buta saat ke puskesmas jadi tidak
kandungannya, dan berbagai reaksi negatif susah” (Ny. L)
lainnya. (Debus, 2015)
Jalur khusus disabilitas dengan gangguan
Tenaga kesehatan harus memahami metode penglihatan menjadi penting untuk
konseling yang tepat pada kelompok ibu memudahkan mobilitas mereka pada
disabilitas. Informasi tentang seberapa fasilitas pelayanan publik. Begitu pula
berdampak disabilitas yang mereka alami dengan ibu tunanetra. Studi kami
terhadap proses reproduksi mereka menjadi mengungkapkan bahwa sebagian (50%)
hal yang krusial untuk disampaikan dalam informan mengeluhkan tidak adanya jalur
kelas antenatal dan persiapan menjadi orang khusus untuk ibu tunanetra menuju konter
tua, sehingga menurunkan risiko outcome pelayanan yang diinginkan. Hal ini
kehamilan dengan kualitas yang buruk. diperburuk dengan tidak adanya tenaga
Kolaborasi multidisiplin juga sangat penting kesehatan yang mendampingi mereka di
jika ibu masih mengonsumsi obat – obatan fasilitas pelayanan kesehatan. Di beberapa
tertentu terkait dengan disabilitas yang negara, telah disediakan aplikasi navigasi
dialami dengan mempertimbangkan risiko untuk orang dengan gangguan penglihatan
pemberian obat terhadap janin. Memastikan seperti landmark-enhanced route yang
bahwa setiap ibu dengan disabilitas terbebas digunakan untuk pejalan kaki dengan
dari respon negatif tenaga kesehatan baik kebutaan. Aplikasi ini sangat efektif bagi
verbal maupun non verbal juga harus pejalan kaki tunanetra untuk menemukan

21
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

area yang ingin dikunjungi. (Balata, DAFTAR PUSTAKA


Mikovec, & Slavik, 2018). Aplikasi serupa Akasreku, B. Dela, Habib, H., & Ankomah,
dapat dimodifikasi untuk kebutuhan ibu A. (2018). Pregnancy in Disability:
dengan tunanetra ketika harus melakukan Community Perceptions and Personal
kunjungan selama kehamilan ke fasilitas Experiences in a Rural Setting in
pelayanan kesehatan. Ghana. Journal of Pregnancy, 2018,
1–12.
SIMPULAN DAN SARAN https://doi.org/10.1155/2018/8096839
Sebagian kecil (12,5%) informan Balata, J., Mikovec, Z., & Slavik, P.
menyatakan tidak puas terhadap pelayanan (2018). Landmark-enhanced route
kehamilan yang didapatkan di fasilitas itineraries for navigation of blind
kesehatan. Hal ini terutama disebabkan oleh pedestrians in urban environment.
tidak adanya media pengganti buku KIA Journal on Multimodal User
untuk ibu tunanetra, cara berkomunikasi Interfaces, 12(3), 181–198.
tenaga kesehatan yang tidak informatif, https://doi.org/10.1007/s12193-018-
informasi yang disampaikan tidak menjawab 0263-5
kebutuhan ibu tunanetra, tidak ada tenaga Damayanti, I. (2015). 3,5 Juta Tunanetra
kesehatan pendamping khusus ibu tunanetra, Perlu Diberdayakan. Retrieved May 5,
dan tidak adanya jalur khusus bagi ibu 2019, from Koran SINDO website:
tunanetra untuk mencapai konter pelayanan https://nasional.sindonews.com/read/9
yang diinginkan. Lebih dari separuh (54%) 49940/149/35-juta-tunanetra-perlu-
informan mempunyai persepsi negatif diberdayakan-1421133129
terhadap pelayanan kehamilan yang Debus, G. (2015). Pregnancy in women
diperoleh. with disabilities. Gynakologe, 48(11),
Pengadaan buku pemantauan kesehatan 843–848.
khusus bagi ibu tunanetra adalah satu hal https://doi.org/10.1007/s00129-015-
yang harus menjadi prioritas, sebab dengan 3799-4
adanya buku tersebut maka ibu tunanetra Diane M. Fraser; Margareth A. Cooper.
dapat mengakses informasi kesehatan (2009). Section 1 The Midwife. In
seputar masa reproduksi. Edukasi kesehatan Diane M. Fraser; Margaret A. Cooper
yang efektif akan meningkatkan tingkat (Ed.), Myles Fifteenth Edition,
pengetahuan ibu sehingga diharapkan Textbook for Midwives (15th ed.).
outcome kelahiran yang lebih baik. Selain Toronto, Canada: Churchill
itu, cara berkomunikasi dan pemberian Livingstone Elsevier.
informasi yang jelas pada ibu tunanetra juga Hall, J., Hundley, V., Collins, B., &
penting untuk menjadi perhatian, sehingga Ireland, J. (2018). Dignity and respect
mereka mendapatkan informasi yang sama during pregnancy and childbirth: A
dengan ibu yang normal. Kemudian, survey of the experience of disabled
pengadaan jalur khusus bagi ibu tunanetra di women. BMC Pregnancy and
fasilitas pelayanan juga perlu Childbirth, 18(1), 1–13.
dipertimbangkan, sehingga terwujud fasilitas https://doi.org/10.1186/s12884-018-
pelayanan kesehatan yang inklusif atau 1950-7
ramah disabilitas. Homeyard, C., Montgomery, E., Chinn, D.,
& Patelarou, E. (2016). Current
evidence on antenatal care provision

22
Sunesni 1*, Dian Furwasih 2| Asesmen Tingkat Kepuasan dan Persepsi Asuhan Antenatal Pada
Ibu-Ibu Tunanetra di Kota Padang

for women with intellectual a national survey. BMJ Open, 7(7),


disabilities: A systematic review. e016757.
Midwifery, 32, 45–57. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-
https://doi.org/10.1016/j.midw.2015.1 016757
0.002 Persatuan Tunanetra Indonesia. (2017).
Malouf, R., Henderson, J., & Redshaw, M. Press Relese: International Women’s
(2017). Access and quality of Day 2017 | Pertuni. Retrieved May 5,
maternity care for disabled women 2019, from PERTUNI website:
during pregnancy, birth and the http://pertuni.or.id/press-relese-
postnatal period in England: data from international-womens-day-2017/

23

You might also like