Professional Documents
Culture Documents
MuhammadRanim 2110631010028 IPPU
MuhammadRanim 2110631010028 IPPU
TEORI DELEGASI
FAKULTAS HUKUM
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
Muhammad Ranim
2110631010028
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu asas legalitas, maka
berdasarkan prinsip ini tersirat bahwa wewenang pemerintahan berasal dari
peraturan perundang undangan.2 Sistem penyelenggaraan kenegaraan dan
pemerintah harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh
undang undang. Didalam hukum administrasi negara dikenal dengan sumber
kewenangan delegasi. Menurut Bagir Manan, wujud delegasi wewenang bermacam
macam. Salah satu adalah delegasi di bidang perundang-undangan.
1
Pelimpahan kewenangan delegasi dalam pembuatan perangkat hukum
tingkat daerah, dalam rangka melaksanakan pemerintahan daerah. Undang-undang
telah memberikan rambu-rambu sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 146 Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Peraturan delegasi dewasa ini memegang peranan yang penting dan bahkan
cenderung terus berkembang dalam praktik, hampir semua negara hukum modern.
Fenomena “ delegated legislations” sebagai peraturan pelaksana undang undang
atau “subordinate legislation” ini, diakui sangat penting di semua negara. Hampir
tak ada negara yang tak memebutuhkan untuk menggerakkan pemerintahan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DELEGASI
4 Biro Administrasi Mutu Akademik dan Informasi Universitas Medan Area, Pengertian Delegasi dan Cara Memaksimalkannya. Diakses dari
https://bamai.uma.ac.id/2022/09/29/pengertian-delegasi-dan-cara-memaksimalkannya/ 09 April 2023
5 DR Ridwan HR Op.Cit, hlm 103
6 Hasibuan. Pendelegasian Wewenang, Diakses dari https://bamai.uma.ac.id/2022/09/29/pengertian-delegasi-dan-cara-memaksimalkannya/ 09 April
2023
3
yang lebih tinggi kepada peraturan yang lebih rendah, baik pelimpahan
dinyatakan dengan tegas atau tidak tegas7
B. PENGATURAN DELEGASI
Yang utama dikenal juga sebagai legislative acts, statute, atau the paraent
act. Sedangkan yang kedua dikenal juga sebagai executive act delegated legislation
subordinate legislation, atau statutory instrument 9.Namun sejauh ini, kiranya
belum ada istilah resmi sebagai pengindonesiaan istilah tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, ada dua macam legislator yang berwenang
memberikan atribusi wewenang yakni original legislator dan delegated legislator10
7 Maria Farida Indrats. S, Ilmu Perundang-undangan, Jenis, Fungsi, dan, Materi Muatan, kanisius, Yogyakarta 2020, hlm 58.
8 Zaelani, Pelimpahan kewenangan dalam pembentukan Peraturan perundang-undangan (delegation of authority the establishment of legislation
regulation, jurnal legislasi indoneisa, vol. 9, 2012.
9 Moh. Fadil, Peraturan Delegasi Di Indonesia, Malang, UB Press,2011, hlm, 10.
10 Ibid
4
Sementara dalam lampiran UU No 10 Tahun 2004, Bab II Hal-Hal khusus,
huruf A diatur ketentuan delegasi pendelegasian wewenang sebagai berikut :11
11 Ibid.hlm. 45
5
kembali dapat dilakukan sepanjang rumusan norma atau ketentuan
tersebut diperlukan sebagai pengantar (aanloop) untuk merumuskan
norma atau ketentuan lebih lanjut di dalam pasal atau ayat selanjutnya.12
Pasal 146
12 Ibid, hlm 46
13 Lihat Pasal 146 UU 32 Tahun 2004
14 Lihat Pasal 7 ayat (1) No.12. Tahun 2011.
6
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
C. TEORI DELEGASI
7
Menurut jimly, “legal maxim” yang dikenal luas, yaitu “delegatus
non potest delegare” berarti “ a delegate may not sub delegate his or her
power”. Artinya pejabat atau Lembaga yang diberi delegasi itu tidak boleh
mendelegasikan lagi kewenangan untuk mengatur itu kepada yang lebih
rendah.
Menurut A. Hamid S. Attamimi Asas delegatus non potest delegare,
sering dinyatakan dengan delegata potestas non potest delegari, yang
berlaku juga bagi hukum bidang perundang undangan. Karena itu apabila
delegasi memang diperlukan, maka harus dilihat bagaimana kewenangan
suatu Peraturan Pemerintah misalnya, sampai seberapa jauh Peraturan
Pemerintah boleh mendelegasikan lagi ketentuan-ketentuannya kepada
peraturan yang lebih rendah, misalnya kepada keputusan Presiden yang
berfungsi pengaturan.17
Untuk memberikan sub delegasi kewenangan dipersyaratkan bahwa
hal itu harus sudah ditentukan dengan tegas atau eksplisit dalam undang-
undang induknya (principal legislation).
Mengenai materi muantan suatu undang-undang, adakalanya diatur
secara formal dalam undang undang, ada kalanya undang-undang yang
bersangkutan mendelegasikan kepada peraturan perundang-undangan yang
lebih renda tingkatannya (delegated legislation). Dengan perkataan lain,
suatu materi undang-undang dapat diatur oleh undang-undang(bij de wet)
atau berdasarkan undang-undang (bij de krachten de wet). Namun demikian,
peraturan delegasi bukan tidak ada batasnya. Pembatasan-pembatasan itu
mencakup18.
a. Peraturan delegasi suatu materi muatan undang-undang hanya
dapat ditetapkan berdasarkan undang undang.
b. Kadang-kadang berlaku prinsip tidak boleh ada subdelegasi atas
peraturan delegasi (delegatus non potes delegare).
17 Ibid, hlm 44
18 Ibid, hlm 45
8
c. Materi muatan tertentu tidak boleh didelegasikan oleh undang-
undang seperti undang-undang organic.
d. Materi muatan peraturan delegasi hanya dapat mengatur yang
didelegasikan dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan lain yang lebih tinggi tingkatannya.
Karena itu dalam undang-undang yang mendelegasikan harus
diatur secara tegas, bentuk peraturan delegasi dan ruang lingkup
peraturan delegasi, maka peraturan itu batas demi hukum (van
rechwege nietig void), karena ditetapkan oleh pejabat atau badan
yang tidak berwenang.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pres, Depok, 2018
Artikel Jurnal
Peraturan Perundang-undangan
Internet
11