You are on page 1of 11

ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI TEPUNG BERAS UNTUK INDUSTRI

PANGAN TRADISIONAL (Studi Kasus Wanita Pengusaha di Kabupaten Jember, Jawa


Timur)

ANALYSIS OF PRODUCTION AND CONSUMPTION OF RICE FLOUR FOR


TRADITIONAL FOOD INDUSTRY (Case study of Woman Enterpreneurship in Jember
Regency)

Achmad Budisusetyo

The goals of this research were : (1) To know rice flour production in producer’s stage
(about place, quantity and some factors influencing rice flour production). (2) To know rice
flour consumption for traditional food industry, and some factors influencing the consumption.
This research was conducted in Jember regency which had 31 districts. Observation was done
in 4 samples of district in the town and 4 samples of districts in the rural area selected by
purposive sampling method. Total respondent involved were 180 persons. Primary and
secondary data were collected by means of : (1) Rapid rural appraisal (RRA); (2) Focus Group
Discussion (FGD); (3) Participatory Rural Appraisal (PRA); (4) Interview; (5) Survey. The
data was analysed using Shazam program version 9.0. The results showed that rice flour
production in a town (892.14 kg/year) was bigger than that in the village (1206.87 kg/year).
Rice flour consumption for small industry (473.71 kg/year) was smaller than that of home
industry (948.54 kg/year). Factors influencing rice flour consumption were rice flour and
industrial capacity.

Key Words : rice flour production and consumption

I. PENDAHULUAN
Tepung beras (rice flour) merupakan salah satu bahan dasar untuk pembuatan kue
tradisional. Penggunaan tepung beras untuk kue tradisional (nogosari, mendut,
getas/emplang, kue thok, bikang, pukis, kue putu, kelepon, onde-onde, lapis, cucur, putri
mandi, serabi, awug-awug dan lain-lain) meningkat di kawasan agribisnis, seperti Kabupaten
Jember. Endang (1999) dan Soesastro (2001) memperkirakan sekitar 70 persen pengusaha
kue tradisional di Jawa Timur menggunakan tepung beras, karena merupakan bahan baku
yang relatif murah dan hemat. Secara relatif penggunaan tepung beras naik dari tahun ke
tahun sedangkan produksinya cenderung menurun (Tabel 1.1).

1
Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Tepung Beras di Jawa Timur (1980-
2000)
Tahun Produksi *) Konsumsi *)
1980**) 100,0 100,0
1984 118,9 150,2
1988 104,5 206,1
1992 100,2 237,5
1996 96,0 269,0
2000 92,5 300,6
Sumber : Endang (1999); Soesastro (2001)
Keterangan : *) angka indeks
**) sebagai tahun dasar

Konsumsi tepung beras di Jawa Timur seperti terlihat pada Tabel 1.1 menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat meskipun tidak disertai perkembangan produksinya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi percepatan konsumsi tepung beras adalah tumbuhnya industri-
industri pangan baru yang menggunakan tepung beras yang umumnya ditangani wanita
(Soesastro, 2001; Hazmi dkk., 2002), harga tepung beras yang relatif murah dibandingkan
jenis tepung lain (Disperindag, 2002), kualitas kue yang dihasilkan sangat baik dan disenangi
konsumen (Sigar dan Ernawaty, 2000). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penurunan produksi tepung beras adalah menurunnya ketersediaan beras sebagai bahan baku
tepung beras, ketersediaan lahan untuk penanaman padi semakin terbatas (BPS, 2002),
teknologi yang efisien dan murah untuk memproduksi tepung beras belum tersedia
(Disperindag, 2002) dan terbatasnya modal (biaya) (Hazmi, dkk., 2002).
Perhatian Pemda Propinsi Jawa Timur dan Pemda Kabupaten Jember untuk mengatasi
ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi tepung beras baru diperlihatkan lebih
kurang enam tahun yang lalu. Diduga faktor penyebabnya adalah terbatasnya informasi
penggunaan tepung beras yang terpercaya belum tersedia. Hal ini terkait dengan mekanisme
perdagangan tepung beras yang umumnya dilakukan di pasar-pasar tradisional, warung-
warung, pedagang eceran dan sebagian di super market, sehingga data tentang produksi dan
konsumsi tepung beras di kantor-kantor statistik belum tersedia. Dalam rangka mengetahui
tingkat keseimbangan produksi dan konsumsi tepung beras khususnya di Kabupaten Jember,
maka penelitian ini diperlukan.
Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai daerah kasus dengan
pertimbangan :
1. Merupakan daerah sentra industri pangan tradisional dengan konsumsi tepung beras
yang sangat tinggi.

2
2. Merupakan daerah kawasan agribisnis dan perdagangan yang berkembang pesat
dengan jumlah penduduk 2,12 juta jiwa dan kepadatan penduduk yang tinggi yaitu
644,92 jiwa/km2 (BPS, 2002), serta daerah singgahan wisatawan dan turis ke Bali.
Dari uraian yang dikemukakan di atas, penelitian ini ingin menjawab beberapa
permasalahan :
1. Seberapa besar produksi tepung beras di tingkat produsen di Kabupaten Jember yang
meliputi asal, jumlah dan cara pengusahaannya serta faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi produksi tepung beras ?
2. Seberapa besar konsumsi tepung beras dari berbagai jenis dan skala industri pangan
tradisional di Kabupaten Jember serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
konsumsi tepung beras ?
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hal-hal sebagai berikut :
1. Produksi tepung beras di tingkat produsen di Kabupaten Jember yang meliputi asal, jumlah
dan cara pengusahaannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tepung beras.
2. Konsumsi tepung beras dari berbagai jenis dan skala industri pangan tradisional serta
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tepung beras.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jember, dengan pertimbangan : (1) merupakan
daerah yang sudah lama dikenal sebagai pusat industri pangan tradisional dengan konsumsi
tepung beras yang sangat tinggi; (2) merupakan daerah kawasan agribisnis dan perdagangan
yang berkembang pesat dengan kepadatan penduduk (644,92 jiwa/km2) yang tinggi serta
tempat persinggahan wisatawan dan turis ke Bali.
Pemilihan sampel kecamatan dan desa (dalam kaitannya dengan produksi tepung
beras) diuraikan sebagai berikut. Kabupaten Jember yang terdiri dari 31 kecamatan dipilih
secara purposive berdasarkan letak kecamatan yang berada di perkotaan (4 kecamatan) dan
kecamatan yang berada di pedesaan (4 kecamatan). Selanjutnya dari masing-masing
kecamatan dipilih secara acak 3 desa. Untuk mengetahui tingkat produksi tepung beras di
Kabupaten Jember ditentukan 90 responden, sehingga masing-masing desa ditentukan
sebanyak 3-4 responden.
Pemilihan sampel industri pangan tradisional (dalam kaitannya dengan konsumsi
tepung beras) diuraikan sebagai berikut. Industri pangan tradisional di Kabupaten Jember
dalam hal ini digolongkan menjadi dua, yaitu industri rumah tangga dan industri kecil.
Kemudian ditentukan industri pangan tradisional yang berada di kota dan industri pangan

3
tradisional yang berada di desa. Untuk menentukan tingkat konsumsi tepung beras bagi
industri pangan tradional di Kabupaten Jember ditentukan 88 – 90 responden, sehingga untuk
lokasi ditentukan sebanyak 22 responden.
Macam data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Data
primer yang diambil antara lain produksi tepung beras (asal, jumlah, jenis dan cara produksi
tepung beras), konsumsi tepung beras untuk industri pangan tradisional, jenis industri pangan
tradisional dan kapasitas industri pangan tradisional.
Data sekunder diperoleh dari Kantor Desa, Kantor Kecamatan, Pemda propinsi dan
kabupaten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Biro Pusat Statistik dan instansi lain yang
terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang diambil antara lain : produksi padi dan
beras, luas areal pertanian, pola tanam, keadaan sosial ekonomi masyarakat di lokasi
penelitian dan jumlah industri pangan tradisional.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, secara garis besar menggunakan 5
metode yang saling melengkapi yaitu : (1) Rapid Rural Appraisal (RRA); (2) Focus Group
Discussion (FGD); (3) Participatory Rural Appraisal (PRA); (4) Indept Interview, (5) Survey.
Analisis data produksi tepung beras di Kabupaten Jember menggunakan program
SHAZAM, Kalau ditransformasikan ke dalam “logaritma natural” menjadi :
Ln Qp = ln ao + a1 ln X1 + a2 ln X2 + a3 ln P1 + a4 ln P2 + a5 ln P3 + a6 ln P4 + a7 ln P5 +
d1 D1 + d2 D2 + E
Keterangan :
Qp = jumlah tepung beras yang diproduksi rumah tangga atau industri kecil
(ton/tahun)
ao = intersep
ai = (i = 1,2,3) = elastisitas penawaran (produksi) tepung beras terhadap variabel
di = koefisien regresi variabel dummy
X1 = ketersediaan beras di pasar (ton/tahun)
X2 = ketersediaan peralatan produksi tepung beras di tiap desa atau kelurahan
(jumlah mesin per desa)
P1 = harga tepung beras di pasar (Rp/kg atau Rp/ton)
P2 = harga tepung terigu (Rp/kg atau Rp/ton)
P3 = tepung kanji
P4 = tepung tapeoka
P5 = tepung maezena
D1 = 1 produksi tepung beras dari wilayah perkotaan
0 produksi tepung beras dari wilayah pedesaan
D2 = 1 pola tanam selain padi-padi-palawija
0 pola tanam padi-padi-palawija
E = error term

4
Analisis data konsumsi tepung beras di Kabupaten Jember menggunakan program SHAZAM,

Kalau ditransformasikan ke dalam “logaritma natural” menjadi :

Ln Qd = ln bo + b1 ln P1 + b2 ln P2 + b3 ln P3 + b4 ln P4 + b5 ln P5 + b6 ln Pend + b7 ln
Um + d1 D1 + d2 D2 + E
Keterangan :
Qd = jumlah tepung beras yang dikonsumsi rumah tangga atau industri pangan
(ton/tahun)
bo = intersep
bi = (i = 1,2,3) = elastisitas permintaan tepung beras terhadap variabel
di = koefisien regresi variabel dummy
P1 = harga tepung beras di pasar (Rp/kg atau Rp/ton)
P2 = harga tepung terigu (Rp/kg atau Rp/ton)
P3 = tepung kanji
P4 = tepung tapeoka
P5 = tepung maezena
K = kapasitas produksi industri pangan (ton/tahun)
Pend. = pendidkan
Um = umur
D1 = 1 adalah skala usaha industri pangan tradisional (skala industri kecil); 0
adalah skala usaha industri pangan tradisional (skala rumah tangga)
D2 = 1 letak industri pangan di kota
0 letak industri pangan di desa
E = error term

Pengujian model di atas dengan uji F (over all test) dan untuk melihat keeratan
hubungan antara semua variabel independen dengan variabel dependen digunakan koefisien
determinasi (R2). Untuk memperoleh persamaan penduga yang baik juga harus dilakukan uji t.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Produksi tepung beras di Kabupaten Jember dihasilkan dari kota dan desa ditunjukkan
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Produksi Tepung Beras di Lokasi Penelitian Kabupaten Jember (2005)
Produksi tepung beras Jumlah (kg/tahun)
1. Kota 829,14
2. Desa 589,93
Total 1.419,07
1. Industri kecil 156,09
2. Industri rumah tangga 1.262,98
Total 1.419,07
Sumber : Analisis data primer (2005)

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa produksi tepung beras di kota (892,14 kg/tahun) lebih
besar dari pada di desa (589,93 kg/tahun). Hal ini karena banyak unit usaha yang
memproduksi tepung beras dan peralatan untuk membuat tepung beras berada di wilayah
perkotaan. Produksi tepung beras untuk industri rumah tangga (1262,98 kg/tahun) lebih besar
5
daripada industri kecil (156,09 ton/tahun). Hal ini karena sebagian besar unit usaha yang
memproduksi tepung beras berskala industri rumah tangga (dengan tenaga kerja kurang dari 3
orang).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tepung beras di Kabupaten Jember
ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa F-hitung (2,684) berbeda nyata
pada taraf keyakinan 90 %. R2 adjusted sebesar 19,74, artinya variasi variabel dependen
dipengaruhi variabel independen sebesar 19,74 %, sisanya ditentukan oleh variabel di luar
model. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tepung beras di Kabupaten Jember secara
signifikan adalah harga tepung beras dan variabel dummy (kota >< desa), variabel lain
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tepung Beras di Kabupaten Jember
(2005)
Variabel Koefisien estimasi t-hitung
X1 (Ketersediaan Beras) 77,684ns 0,8558
X2 (Ketersediaan Peralatan) – 25,721ns – 0,5395
P1 (Harga Tepung Beras) 0,3229*** 3,035
P2 (Harga Tepung Terigu) 0,1237ns 0,6320
P3 (Harga Tepung Kanji) 0,1398ns 0,8155
P4 (Harga Tepung Tapioka) – 0,0129ns – 0,831
P5 (Harga Tepung Maizena) 0,282ns 0,4385
Pendidikan 5,0672ns 0,2873
D1 (Kota >< Desa) 356,32** 2,459
D2 Pola Tanam (Bukan padi-padi-palawija 129,98ns 1,287
>< Padi-padi-palawija)
Konstanta –1523,1 –1,217
F-hitung 2,684*
R2 adjusted 19,74
Sumber: Analisis Data Primer (2005)
Keterangan : ns = non significance; *) = significance pada taraf keya-kinan 90%;
**) = significance pada taraf keyakinan 95%; ***) = significance pada
taraf keyakinan 99%

Penjelasan lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tepung beras
di Kabupaten Jember adalah sebagai berikut. Variabel harga tepung beras menunjukkan hasil
yang berbeda nyata pada taraf 99 % terhadap produksi tepung beras dan nilai koefisien
estimasinya sebesar 0,3229. Artinya, setiap peningkatan harga tepung beras sebesar I % maka
produksi tepung beras akan meningkat sebesar 0.3229 %. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel harga tepung beras merupakan variabel penting yang mempengaruhi produksi tepung
beras.
Variabel dummy (kota >< desa) menunjukkan hasil yang signifikan terhadap produksi
tepung beras. Artinya, produksi tepung beras di kota lebih besar daripada di desa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa produksi tepung beras di kota (892,14 ton/tahun) lebih besar
6
dari pada di desa (589,93 ton/tahun). Hal ini karena banyak unit usaha yang memproduksi
tepung beras dan peralatan untuk membuat tepung beras berada di wilayah perkotaan.
Variabel ketersediaan beras di Kabupaten Jember menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata terhadap produksi tepung beras. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
ketersediaan beras terutama yang ada di pasar pengaruhnya kurang nyata terhadap produksi
tepung beras di Kabupten Jember.
Variabel ketersediaan peralatan untuk memproduksi tepung beras menunjukkan hasil
tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah peralatan untuk memproduksi
tepung beras ketersediaannya terbatas, sehingga pengaruhnnya kurang nyata terhadap produksi
tepung beras yang dihasilkan.
Variabel harga tepung terigu, harga tepung kanji, harga tepung tapioka, harga tepung
maizena menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap produksi tepung beras. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel tersebut bukanlah barang substitusi (pengganti) tepung beras.
Varibel pendidikan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap produksi
tepung beras. Hal ini karena pendidikan pembuat tepung beras pada umumnya rata-rata
setingkat SD, Sehingga pengaruhnya tidak nyata terhadap produksi tepung beras yang di
hasilkan.
Variabel dummy pola tanam bukan padi-padi-palawija >< padi-padi-palawija
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap produksi tepung beras. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel dummy tersebut tidak berhubungan secara langsung terhadap
produksi tepung beras.
Konsumsi tepung beras di Kabupaten Jember dihasilkan dari kota dan desa
ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Konsumsi Tepung Beras di Lokasi Penelitian Kabupaten Jember (2005)
Produksi tepung beras Jumlah (kg/tahun)
1. Kota 2.724,86
2. Desa 1.206,87
Total 3.931,73
1. Industri kecil 473,71
2. Industri rumah tangga 3.458.02
Total 3.931,73
Sumber : Analisis data primer (2005)

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa konsumsi tepung beras untuk di wilayah kota Jember
(2.724,86 kg/tahun) lebih besar daripada di wilayah desa (1.206,87 kg/tahun). Hal ini karena
unit industri kue tradisional yang berbahan baku tepung beras banyak terdapat di wilayah
perkotaan. Konsumsi tepung beras untuk industri kecil (473,71 kg/tahun) lebih kecil daripada

7
industri rumah tangga (3.458.02 kg/tahun). Hal ini karena unit industri yang berbahan baku
tepung beras umumnya berskala industri rumah tangga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tepung beras di Kabupaten Jember
ditunjukkan pada Tabel 3.4. Nilai F-hitung (575 x 106) berbeda nyata pada taraf keyakinan 99
%. R2 adjusted sebesar 0,99, artinya variasi variabel dependen dipengaruhi variabel
independen sebesar 99 %, sisanya ditentukan oleh variabel di luar model.

Tabel 3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Tepung Beras di Kabupaten Jember
(2005).
Variabel Koefisien Estimasi T-hitung
P1 (Harga Tepung Beras) -0,0002*** -3,3801
P2 (Harga Tepung Terigu) -0,0001ns -0,4745
P3 (Harga Tepung Kanji) -0,0001ns -0,8615
P4 (Harga Tepung Tapeoka) -0,00003ns -0,7528
P5 (Harga Tepung Maezena) -0,00002ns -1,431
Pendidikan 0,0013ns 0,1365
Kapasitas Industri 0,5882*** 63710
Umur 0,0019ns 0,7097
D1 (industri kecil >< industri -0,0065ns -0,0794
rumah tangga)
D2 (kota >< desa) -0,023ns 0,3045
Konstanta 1,4562*** 3,091
F-hitung 575 x 106
R2 adjusted 0,99
Sumber : Data Primer (2005)
Keterangan : ns = non significance; *) = significance pada taraf keyakinan 90%;
**) = significance pada taraf keyakinan 95%;
***) = significance pada taraf keyakinan 99%

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tepung beras secara signifikan di


Kabupaten Jember adalah harga tepung beras dan kapasitas industri. Sedangkan, faktor-faktor
yang tidak berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi tepung beras di Kabupaten Jember
adalah harga tepung terigu, harga tepung kanji, harga tepung garut, harga tepung maezena,
pendidikan pengusaha, umur, variabel dummy (industri kecil >< industri rumah tangga),
variabel dummy (kota >< desa) (Tabel 6.4).
Penjelasan lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tepung
beras di Kabupaten Jember diuraikan sebagai berikut. Variabel harga tepung beras
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap konsumsi tepung beras pada taraf 99 % dan
nilai koefisien estimasinya sebesar – 0,0002. Artinya, setiap peningkatan harga tepung beras
sebesar I % maka konsumsi tepung beras akan menurun sebesar 0.0002 %. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel harga tepung beras merupakan variabel penting yang
mempengaruhi konsumsi tepung beras.
8
Variabel kapasitas industri kue tradisional menunjukkan hasil yang berbeda nyata
terhadap konsumsi tepung beras pada taraf 99 % dan nilai koefisien estimasinya sebesar
0,5882. Artinya, setiap peningkatan kapasitas industri kue traisional sebesar I % maka
konsumsi tepung beras akan meningkat sebesar 0.5882 %. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel kapasitas industri kue tradisional merupakan variabel penting yang mempengaruhi
konsumsi tepung beras.
Variabel harga tepung terigu, harga tepung kanji, harga tepung tapioka, harga tepung
maezena menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi tepung beras. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel tersebut bukanlah barang substitusi (pengganti) bagi tepung
beras.
Varibel pendidikan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi
tepung beras. Hal ini karena pendidikan pengusaha kue tradisional pada umumnya rata-rata
setingkat SD, Sehingga pengaruhnya tidak nyata terhadap konsumsi tepung beras untuk kue
tradisional.
Varibel umur pengusaha kue tradisional menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata
terhadap konsumsi tepung beras. Hal ini menunjukkan bahwa variabel umur pengusaha kue
tradisional bukanlah variabel penting terhadap konsumsi tepung beras.
Variabel dummy industri kecil >< industri rumah tangga menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata terhadap konsumsi tepung beras. Hal ini karena jumlah kue tradisional yang
berbahan baku tepung beras yang dihasilkan antara industri kecil dan industri rumah tangga
relatih sama.
Variabel dummy (kota >< desa) menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap
konsumsi tepung beras. Hal ini karena unit industri di wilayah perkotaan dan di wilayah
pedesaaan jumlahnya tidak berbeda jauh.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dan hasil penelitian serta
pembahasan, maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Produksi tepung beras di kota (892,14 kg/tahun) lebih besar dari pada di desa (589,93
kg/tahun). Produksi tepung beras untuk industri rumah tangga (1262,98 kg/tahun) lebih
besar daripada industri kecil (156,09 ton/tahun).
2. Faktor-faktor yang mempegaruhi produksi tepung beras di Kabupaten Jember secara
signifikan (nyata) adalah harga tepung beras dan variabel dummy (kota >< desa).

9
3. Konsumsi tepung beras untuk di wilayah kota Jember (2.724,86 kg/tahun) lebih besar
daripada di wilayah desa (1.206,87 kg/tahun). Konsumsi tepung beras untuk industri kecil
(473,71 kg/tahun) lebih kecil daripada industri rumah tangga (948,54 kg/tahun).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tepung beras secara signifikan di Kabupaten
Jember adalah harga tepung beras dan kapasitas industri.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengingat produksi tepung beras di kota lebih besar dari pada di desa, maka perlu adanya
keseimbangan produksi tepung beras dengan memperhatikan kebutuhan tepung beras dan
ketersediaan alat untuk memproduksi tepung beras.
2. Mengingat harga tepung beras merupakan variabel penting yang mempegaruhi produksi
tepung beras di Kabupaten Jember maka harga tepung beras hendaknya tetap
memperhatikan kebutuhan produsen agar semangat memproduksi tepung beras tetap ada.
3. Mengingat konsumsi tepung beras di wilayah kota Jember lebih besar daripada di wilayah
desa, maka gairah memproduksi kue tradisional berbahan baku tepung beras hendaknya
perlu ditingkatkan diwilayah pedesaan.
4. Mengingat harga tepung beras merupakan variabel penting yang mempengaruhi konsumsi
tepung beras, maka hendaknya harga tepung beras juga memperhatikan kebutuhan
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2002. Kabupaten Jember dalam Angka Tahun 2002. Kerjasama Badan Perencana
Pembangunan Daerah dengan BPS Kabupaten Jember.

Disperindag. 2002. Teknologi Pengolahan Bahan Baku Berbasis Tepung. Yogyakarta.

Endang, J. 1999. Analisis Permintaan Kue Jajan Pasar di Kawasan Pariwisata Jawa Timur.
Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta.
Http://www.indomerchant.com.

Hazmi, M., G.S. Purwono, H. Basuki, H. Satriyono, S. Widagdo, D. Djumhariyanto, E.


Turjono, T.H. Santosa dan A. Ja’far. 2002. Peran Serta Lembaga Swadaya
Masyarakat dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat di Bidang Pelayanan.
Kerjasama antara Lembaga Pengkajian Masalah dan Pembangunan (LPSP) Jember
dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten (Balitbangda) Jember.

Endang, P., 1999. Pengembangan Model Pembinaan Integratif Kompetitif sebagai Upaya
Peningkatan Pendapatan Wanita Wirausaha Bidang Pengolahan Pangan di daerah
Wisata, Jawa Timur. PSW dan Kema-syarakatan, UMM. Malang.
Sigar, E. dan Ernawaty. 2000. Dapur Pintar. Upaya Warga Negara, Ragunan, Jakarta.

10
Soesastro, H., R. Atje dan N.K. Suhut. 2001. Analisis Permintaan Tepung bagi Rumah
tangga di Jawa Timur. Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta.
Http://www. indomerchant.com.

11

You might also like