You are on page 1of 9

P-ISSN : 2597 – 7075

E-ISSN : 2541 – 6847

ANALISIS KEUNTUNGAN PETANI PADA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI


DESA DAENAA KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

Risnawati H. Laiya *) 1), Amelia Murtisari 2), Yuriko Boekoesoe 2)


1)
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo, 96128
2)
Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo, 96128

ABSTRACT
This study aims to analyze: 1) To know the cost structure of hybrid corn farming in Daenaa Village, West
Limboto District, Gorontalo Regency, 2) Analyze the income of hybrid maize farm in Daenaa Village, West Limboto
District, Gorontalo Regency. This research was conducted in Daenaa Village, West Limboto District, Gorontalo
District from July to August of 2017. The method used was survey method that is data collection based on interview
and observation. The sampling technique was done by using systematic sampling method. Namely sampling
technique from a sequence of lists in a particular order where in this study the population consists of 750 people
and taken from a multiple of 25 so that the results obtained as many as 31 people. Types and data sources used in
this study are primary data and secondary data. Data analysis used is farming analysis by calculating cost, revenue,
and income. The results showed that 1). the cost structure of the maize farm in Daenaa Village is a fixed cost of Rp.
1.092.074 / farmer or Rp. 868.058 / ha and variable cost Rp.5.492.886 / farmer or Rp.4.366.139 / ha. 2). The
average revenue received at the maize farm in Daenaa Village is Rp. 10.134.667 / farmer / ha. While the average
income received is Rp. 3,549,718 / farmers or Rp.2.821.57 / ha.

Keywords: Corn, Farming, Profit

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) Mengetahui struktur biaya usahatani jagung hibrida di Desa
Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo, 2) Menganalisis pendapatan usahatani jagung hibrida di
Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa
Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo dari bulan Juli sampai dengan bulan Agustus Tahun 2017. Metode
yang digunakan adalah metode survei yaitu pengumpulan data berdasarkan wawancara dan observasi. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sampeling sistematis. Yaitu teknik pengambilan
sampel dari suatu urutan daftar menurut urutan tertentu dimana dalam penelitian ini populasi terdiri dari 750 orang
dan diambil dari kelipatan 25 sehingga di dapatkan hasil sampel sebanyak 31 orang. Jenis dan sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu analisis
usahatani dengan menghitung biaya, penerimaan, dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). struktur
biaya pada usahatani jagung di Desa Daenaa adalah biaya tetap sebesar Rp. 1.092.074/petani atau sebesar Rp.
868.058/ha dan biaya variabel Rp.5.492.886/petani atau sebesar Rp.4.366.139/ha. 2). Penerimaan rata – rata yang
diterima pada usahatani jagung di Desa Daenaa adalah Rp. 10.134.667/petani/ha. Sedangkan pendapatan rata – rata
yang diterima adalah Rp. 3.549.718/petani atau sebesar Rp.2.821.57/ha.

Kata Kunci: Jagung, Usahatani, Keuntungan

PENDAHULUAN
Indonesia berada pada urutan ke tujuh fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun
Negara dengan areal jagung terluas dan urutan ke pakan. dan penggunaan jagung untuk pakan pun
Sembilan Negara penghasil jagung terbesar di telah mencapai 50% dari total kebutuhan. Dalam
dunia. produksi jagung Indonesia meningkat perekonomian nasional, jagung adalah
berturut-turut sebesar 4%, 3%, dan 2% per tahun. kontributor terbesar kedua setelah padi dalam
penggunaan jagung untuk pakan meningkat rata- subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung
rata 4,9% per tahun. jagung yang digunakan terhadap PDB terus meningkat setiap tahun,
untuk pangan meningkat rata-rata 2% per tahun sekalipun pada krisis ekonomi. (Departemen
dan peningkatan penggunaan jagung untuk Pertanian, 2005: 1).
industry sebesar 3% (Muhammad, 2007: 76). Provinsi Gorontalo memiliki luas
Jagung termasuk komoditas strategis dalam 12.215,44 km². dimana lahan yang berpotensi
pembangunan pertanian dan perekonomian sebagai areal pertanian seluas 463.649 ha (37.9
Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai %). Areal yang telah dimanfaatkan seluas

*Alamat Email:
risnawatilaiya94@yahoo.com
Risnawati H Laiya dkk.: Analisis Keuntungan Petani Pada Usahatani Jagung Hibrida Di........................

207.984 ha (45 % dari potensi areal pertanian) yang sebagian besar penduduknya berusahatani
yang terdiri atas lahan sawah seluas 32.295 ha jagung sehingga untuk memenuhi kebutuhan
(15. %) dan lahan kering seluas 175.889 ha (84.5 hidup petani terus mengupayakan untuk
%). Potensi areal untuk pengembangan jagung meningkatkan usahatani dari tanaman ini
seluas 2.33386 ha. potensi terbesar terdapat di meskipun pada suatu waktu mengalami gagal
Kabupaten Gorontalo yang mencapai 95.266 ha panen yang disebabkan oleh keadaan alam.
untuk areal yang telah dimanfaatkan seluas Selama lima tahun terakhir produksi
50.892 ha. lahan kering yang belum diusahakan jagung di Kecamatan Limboto Barat mengalami
dan berpotensi untuk penanaman jagung seluas fluktuasi. pada tahun 2011 produksi jagung
57.697 ha. (Muhammad, 2007: 40). kecamatan Limboto Barat menurun, hal ini dapat
Luas panen dan produksi jagung di dikarenakan berkurangnya luas panen jagung,
Kabupaten Gorontalo pada tahun 2015 di 19 pada tahun 2012 produksi jagung mengalami
(Sembilan belas) Kecamatan dan Kecamatn yang peningkatan, dari produksi sebesar 1.628,74 ton
terluas Kecamatn Tibawa menduduki urutan pada tahun 2011 menjadi sebesar 12.221.76 ton
pertama luas panen sebesar 5 369,00 ha dengan pada tahun 2012. peningkatan produksi jagung
produksi 25234,3 ton, dan urutan yang terendah pada tahun 2012 dapat dikarenakan meningkatnya
adalah Kecamatan Talaga Jaya yaitu 48,00 ha luas panen jagung dan produktivitas, pada tahun
dengan produksi 225,6 sedangkan untuk 2013 dan tahun 2014 produksi jagung kembali
Kecamatn Limboto Barat luas panen 1 087,00 mengalami penurunan sedangkan pada tahun
dengan produksi 5108,9. hal ini menunjukkan 2015 produksi jagung mengalami peningkatan.
bahwa produksi jagung untuk Kecamatn Limboto produksi jagung yang berfluktuasi selama 5 tahun
Barat masih rendah dibandingkan dengan terakhir ini dapat dikarenakan ketergantungan
produksi jagung Kecamatan Tibawa. (BPS kepada keadaan alam. (BPS Kabupaten Gorontalo
Kabupaten Gorontalo 2015). 2015).
Kabupaten Gorontalo Kecamatan Limboto
Barat Desa Daenaa merupakan salah satu Desa

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jagung sewaktu-waktu manakala produksi dirasa telah
Jagung (Zea mays L.) pertama menurun petani terkadang membeli benih baru,
diintroduksikan ke Indonesia sekitar abad ke-16 namun kemudian mengulang kembali kebiasaan
oleh Portugis dan Spanyol yang merupakan benih yang terdahulu.
asal daerah tropik Amerika melalui Eropa, India Petani Indonesi amayoritas menanam
dan China (FAO, 2001). Di Indonesia jagung jagung dalam skala kecil, mereka menggunakan
merupakan bahan pangan penting, sumber benih yang diseleksi dari hasil panen yang di
karbohidrat kedua setelah beras. Disamping itu, dapatkan atau dari kerabat mereka yangb erada di
jagung juga merupakan bahan pakan ternak dan desa lain. Penggunaan benih hasil panen yang
bahan baku industri. Sentra produksi jagung di terusmenerus mengakibatkan terjadinya
Indonesia berada di pulau Jawa (65 %) dan pembatasan pertumbuhan genetis individu dari
sisanya (35 %) tersebar di daerah Sumatera Utara, sejumlah populasi pertanaman.Oleh karena itu
Lampung, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara sewaktu-waktu manakala produksidirasa telah
FAO (2001) dalam (Khaerizal, H. 2008: 35). menurun petani terkadang membeli benih baru,
Penanaman jagungdapat dilakukan di jenis namun kemudian mengulang kembali kebiasaan
lahan basah maupun lahan kering. Tujuh puluh yang terdahulu.
persen penanaman jagung Indonesia dilakukan di Jagung Hibrida yaitu jagung yang memiliki
lahan kering dan pada musm hujan dan 30 persen potensi besar terhadap peningkatan produktivitas
dilakukandilahanbasahpadamusimkering setelah persatuan luas dan peningkatan efisiensi
musim panen padi. farming) di lahan kering usahatani jagung. Selain menawarkan
(FAO, 2001). produktivitas tinggi, penggunaan benih hibrida
Petani Indonesia mayoritas menanam juga lebih hemat. Jagung hibrida mempunyai
jagung dalam skala kecil, mereka menggunakan daya tumbuh benih diperkirakan di atas 80% dan
benih yang diseleksi dari hasil panen yang tahan hama penyakit. Keunggulan tersebut
didapatkan atau dari kerabat mereka yang berada selanjutnya berdampak pada hasil (produksi),
di desa lain. Penggunaan benihhasil panen yang jagung hibrida mampu menghasilkan 7-10 ton per
terus menerus mengakibatkan terjadinya ha. Hibrida memiliki potensi jauh lebih baik dari
pembatasan pertumbuhan genetis individu dari segi kualitatas maupun kuantitas disbanding
sejumlah populasi pertanaman. Oleh karena itu jagung biasa.

57 | AGRINESIA Vol. 2 No. 1 November 2017


Risnawati H Laiya dkk.: Analisis Keuntungan Petani Pada Usahatani Jagung Hibrida Di........................

Menurut (Hartono dan Purwono, 2006: 16) dari masukan (input). Analisis usahatani sangat
Varietas jagung yang unggul dapat berupa penting bagi petani, karena bertujuan untuk
varietas bersari bebas atau varietas hibrida. menggambarkan keadaan yang akan terjadi, serta
Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan mengukur apakah kegiatan usahataninya selama
menghasilkan produksi yang lebih tinggi, tetapi ini menguntungkan atau tidak. Pendapatan atau
mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan keuntungan merupakan faktor yang memotivasi
dengan varieta bersari bebas. Kelemahan tersebut petani dalam melakukan kegiatan berusahatani.
antara lain harga benihnya yang lebih mahal, Keuntungan yang tinggi akan merangsang petani
hanya dapat digunakan maksimal dua kali untuk lebih mengembangkan usahataninya agar
turunan, dan tersedia dalam jumlah terbatas. mendapatkan produksi yang optimal.
Menurut (Adisarwanto dan Yustina Erna Usahatani adalah proses pengorganisasian
Widyastuti, 1999: 16) Benih hibrida merupakan faktor-faktor produksi yaitu, alam, tenaga kerja,
benih dari varietas hibrida yang berasal dari modal dan pegelolaan yang diusahakan oleh
keturunan pertama (F1) hasil persilangan varietas perseorangan ataupun sekumpulan orang-orang
bersari bebas dan bebas, varietas bersari bebas untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi
dan galur atau galur dan galur. kebutuhan konsumen (Soeharjo dan Patong,
Ada 6 (Enam) istilah hibrida yang selama 1973). Karakteristik umum petani di Indonesia
in dikenal sebagai berikut: adalah petani kecil.Dimana para petani tersebut
1. Hibrida silang tunggal adalah generasi memiliki lahan yang kurang dari 0,5 hektar
pertama persilangan antara dua inbrida. (sempit), tingkat pedapatan yang rendah sekitar
2. Hibrida silang tiga adalah generasi pertama kurang dari 240 kilogram beras perkapita per-
persilangan antara satu inbrida dengan satu tahun, mengalami kekurangan modal dalam
hibrida silang tunggal. bertani serta kurang dinamisnya perkembangan
3. Hibrida silang ganda adalah generasi pertama pola bercocok tanam (Soekartawi et al, 1986)
(F1) persilangan antara dua hibrida. dalam (Khaerizal, 2008: 48).
4. Hibrida silang puncak tunggal adalah Menurut Mubyarto (1989) dalam (Datton,
generasi pertama persilangan antara satu 2008: 44) usahatani adalah himpunan dari
inbrida dengan varietas bersari bebas. sumber-sumber alam yang terdapat di suatu
5. Hibrida silang puncak ganda adalah generasi tempat dan diperlukan untuk produksi pertanian
pertama persilangan antara varietas bersari seperti tanah, air, sinar matahari dan bangunan
bebas dengan hibrida silang tunggal. pertanian. Pembagian bidang pertanian terdiri
6. Hibrida varietas adalah generasi pertama atas dua bagian yaitu usahatani pertanian rakyat
persilangan antara dua varietas bersari bebas. dan perusahaan pertanian. Ditinjau dari segi
Varietas unggul jagung hibrida merupakan ekonomi, pertanian rakyat sebagai pertanian
andalan utama untuk meningkatkan produksi keluarga (pertanian subsisten atau setengah
jagung di masa dating karena keunggulannya. subsisten) yang umumnya memiliki luas lahan
Keunggulan benih hibrida disbanding benih yang sempit, sedangkan perusahaan pertanian
bersari bebas adalah potensi hasilnya lebih tinggi adalah usahatani yang sepenuhnya dijalankan
(> 7 ton/ha), pertumbuhannya lebih seragam, dan secara komersial.
tahan penyakit. Kelebihan benih hibrida ini Hernanto (1991) dalam (Khaerizal, 2008:
diimbangi dengan harganya yang relatif mahal. 49) menyatakan bahwa usahatani adalah setiap
Untuk mendapatkan potensi hasil yang organisasi alam, tenaga kerja dan modal yang
diharapkan, benih hibrida hanya digunakan untuk ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
sekali tanam. Namun jika terpaksa, dapat Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri dapat
digunakan benih hibrida turunan F2. dilaksanakan oleh seseorang atau sekumpulan
Usahatani orang. Dalam hal ini usahatani mencakup
Menurut Soekartawi (2002), dalam (Nyoto, pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu
2016: 14) ilmu usahatani adalah ilmu yang hanya untuk kebutuhan keluarga sampai kepada
mempelajari bagaimana seseorang bentuk yang paling modern yaitu mencari
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara keuntungan.
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh Bacttiar Rivai (1980) dalam Harun (1999),
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. mendefinisikan usahatani adalah sebagai
Dikatakan efektif apabila petani atau produsen organisasi dari alam, tenaga kerja, modal, dan
mampu mengalokasikan sumber daya yang pengolahan yang ditujukan untuk memperoleh
mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan produksi dilapangan pertanian. Dari batasan
efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada
menghasilkan keluaran (output) yang lebih tinggi empat sumber daya yang merupakan faktor

AGRINESIA Vol. 2 No. 1 November 2017 | 58


Risnawati H Laiya dkk.: Analisis Keuntungan Petani Pada Usahatani Jagung Hibrida Di........................

produksi penting dalam usahatani, yaitu: 1) tanah, (termaksud di dalamnya modal, input- input dan
meliputi kuantitas (luas) dan kualitasnya; 2) jasa – jasa yang digunakan di dalam proses
tenaga kerja meliputi kuantitas (jumlah) dan produksi serta membawanya menjadi produk
kualitasnya; 3) modal, meliputi modal tetap tersebut, itulah yang disebut biaya produksi.
(tanah, mesin-mesin, bangunan inventaris) dan Biaya produksi dapat diklasifikasikan menjadi 4
modal kerja untuk pembelian input variabel, dan (empat) katagori / kelompok biaya yaitu sebagai
4) keterampilan manajemen dari petani. berikut:
Downey dan Erickson (1987) dalam 1. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang
(Bahua, 2008: 48) menyatakan bahwa, salah satu penggunaannya tidak habis dalam satu masa
ciri usahatani adalah ketergantungan kepada produksi. Besarnya biaya tetap tergantung
keadaan alam atau lingkungannya. petani secara pada jumlah output yang diproduksi dan tetap
individu tidak dapat mempengaruhi keadaan harus dikeluarkan walaupun tidak ada
lingkungan, cara yang dapat ditempuh untuk produksi. Komponen biaya tetap antara lain :
meningkatkan pendapatan petani adalah dengan pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan
jalan meningkatkan produksi yang optimal dari bangunan pertanian, pemeliharaan tenaga
usahatani, petani harus berusaha dan mampu ternak, pemeliharan pompa air, traktor, biaya
memadukan faktor-faktor produksi tanah, modal, kredit/pinjaman dan lai sebagainya.
dan tenaga kerja serta kemampuan manajemen 2. Biaya variabel atau biaya tidak tetap
(Lae, 1981). (variable cost). Besar kecilnya sangat
Menurut Wharton dalam Hutzi (2007) tergantung kepada biaya skala produksi.
dalam (Datton, 2008: 45) perbedaan antara Komponen biaya variabel antara lain : pupuk,
usahatani subsisten dengan usahatani modern benih/bibit, pestisida, tenaga kerja upahan,
dilihat berdasarkan hasil dan tenaga kerja. panen, pengolahan, tanah dan sewa tanah.
Usahatani subsisten akan mengkonsumsi semua Jadi biaya produksi atau total cost merupakan
hasil produksi dan tenaga kerja yang dipakai penjumlahan fixed cost dengan variable cost
dalam berusahatani adalah tenaga kerja yang (TC = FC + VC).
berasal dari keluarga yang tidak diupah. 3. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa
Sedangkan usahatani modern akan menjual pajak tanah dan pajak air, sedangkan biaya
semua hasil produksinya dan mengerjakan tunai yang sifatnya variabel antara lain
kegiatan operasionalnya dengan meggunakan berupa: biaya untuk pemakaian benih/bibit,
tenaga kerja bayaran. pupuk, pestisida dan tenaga luar keluarga
Biaya Usahatani (tenaga upahan).
Padangaran (2013) dalam (Imani, 2016: 4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi
11) mengatakan bahwa secara umum biaya biaya tetap seperti: sewa lahan, penyusutan
adalah semua dana yang digunakan dalam alat-alat pertanian, bunga kredit dan lain-lain.
melaksanakan suatu kegiatan. Pada proses Sedangkan biaya yang diperhitungkan dari
produksi, biaya pada umumnya terdiri dari harga biaya variabel antara lain: biaya tenaga kerja,
input atau bahan baku, penyusutan dari asset-aset biaya panen dan pengolahan tanah dari
tetap dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang keluarga dan jumlah pupuk kandang yang
tidak termaksud pada harga bahan baku dan biaya dipakai.
penyusutan. Sementara pada perusahaan Biaya (cost) merupakan pengeluaran atau
perdagangan biaya-biaya terdiri dari harga barang pengorbanan yang dapat menimbulkan
dagangan, biaya pengangkutan, biaya perlakuan pegurangan terhadap manfaat yang kita terima
dan biaya retribusi, serta biaya penyusutan asset (Suyanto, dkk. 2001). Pembiayaan merupakan
jngka panjang. Hubungan kedua jenis biaya salah satu aspek paling menentukan dalam
tersebut dengan jumlah produk atau output akan pengembangan usaha. Pembiayaan agribisnis
berbeda baik dalam hal jumlah dan jenisnya dapat diperoleh dari modal sendiri atau
maupun dalam hal bentuk persamaan atau fungsi meminjam dari beberapa sumber keuangan,
biayanya. Fungsi biaya antara perusahaan yang seperti pemodal perorangan, lembaga keuangan
melakukan proses produksi akan berbeda dengan dan bank. (Krisnamurthi, 2001) Macam-macam
fungsi biaya pada perusahaan perdagangan. Oleh biaya yang biasanya diperlukan dalam suatu
karena itu, diperlukan pula teknis analisis yang usaha/proyek diantaranya adalah biaya investasi
berbeda antar keduanya. (tanah, bangunan dan tanaman); Biaya
Hafsah (2003) dalam (Imani, 2016: 11) Operasional (Bahan baku dan tenaga kerja); dan
Biaya produksi usahatani ialah semua biaya lainnya (pajak, bunga, biaya tak terduga,
pengeluaran yang digunakan di dalam reinvestasi dan biaya pemeliharaan).
mengorganisai dan melaksanakan proses produksi

59 | AGRINESIA Vol. 2 No. 1 November 2017


Risnawati H Laiya dkk.: Analisis Keuntungan Petani Pada Usahatani Jagung Hibrida Di........................

Biaya usahatani merupakan semua Menurut Hafsah (2003) dalam (Imani,


pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu 2016: 22) Penerimaan usahatani ialah besarnya
usahatani (Soekartawi, 1995: 27). Biaya usahatani nilai total produksi, yaitu semua output yang
di klasifikasikan menjadi 2 yaitu: dihasilkan dari suatu usahatani dikalikan dengan
1. Biaya Tetap (Fixed Cost). Menurut harga perunit output. Dalam prakteknya, petani
Soekartawi (1995: 56), biaya tetap total dalam mengusahakan lahannya tidak hanya satu
adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, macam usahatani saja, sehinga penerimaan yang
dan terus dikeluarkan walaupun produksi diperoleh juga lebih dari satu sumber. Cara
yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh mengusahakannyapun sangat beragam, ada yang
dari biaya tetap adalah pajak, sewa tanah, alat secara monokultur, tumpangsari bahkan ada yang
pertanian dan iuran irigasi. mengusahakan secara terpadu. Dengan demikian,
2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost). Biaya maka penerimaan yang diperoleh petani juga
tidak tetap merupakan biaya yang besar- merupakan penjumlahan semua penerimaan dari
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang hasil usahataninya yang diusahakan di atas
diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana lahannya.
produksi seperti biaya penggunaan tenaga Menurut Soekartawi (1995) dalam (Imani,
kerja, biaya penggunaan benih, biaya 2016: 21) Penerimaan adalah perkalian antara
penggunaan pupuk, dan biaya penggunaan output yang dihasilkan dengan harga jual. Secara
pestisida. sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
Soekartawi (1986), mendefinisikan TR = Q x P
pengeluaran total usahatani sebagai nilai semua Dimana:
masukan yang dikeluarkan dan habis terpakai di TR = Penerimaan total (total revenue)
dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk Q = Jumlah produk yang dihasilkan
tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani. (quantity)
Pengeluaran total usaha tani terdiri dari P = Harga (price)
pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak tetap.
Pengeluaran tidak tetap (variable cost), adalah Menurut Soekarwati et.al (1986) dalam
pengeluaran yang digunakan untuk usahatani Imani (2016: 21) penerimaan adalah besaran
tertentu yang nilainya berubah-ubah dan output usaha, baik produk utama maupun produk
sebanding dengan besarnya skala usaha. sampingan yang dihasilkan. Sedangkan
Pengeluaran tetap (fixed cost) adalah pengeluaran pengeluaran atau biaya adalah semua
usahatani yang tidak bergantung pada besarnya pengorbanan sumber daya yang terukur dalam
produksi. satuan nominal uang (rupiah) yang dikeluarkan
Menurut Gasperpersz (2011), menyatakan dalam mencapai tujuan usahatani. Komponen
bahwa biaya tetap adalah biaya atau suatu input penerimaan usahatani dapat dikelompokkan
bagi sistem produksi yang tingkat penggunaan menjadi dua yaitu penerimaan tunai dan
input itu tidak tergantung pada jumlah output penerimaan non tunai. Pendapatan tunai
yang akan diproduksi. Biaya variabel adalah bersumber dari penjualan tunai hasil
biaya atau suatu input bagi sistem produksi yang produksi/panen (output) usahatani yang
tingkat penggunaan input itu tergantung pada dilakukan, sedangkan penerimaan non tunai
jumlah output yang akan diproduksi. bersumber dari: (1) produk/hasil panen (output)
Penerimaan Usahatani yang dikonsumsi keluarga petani; dan (2)
Menurut Hery (2009) dalam (Imani, 2016: kenaikan nilai inventaris, yaitu nilai benda-benda
20) Penjualan merupakan total jumlah yang investasi yang dimiliki rumah tangga petani
dibebankan kepada pelanggan atas barang berdasarkan selisih nilai akhir tahun dengan nilai
daganganyang dijual perusahaan, baik meliputi awal tahun.
penjualan tunai maupun penjualan secara kredit. Lebih lanjut Soeharjo dan Patong (1991:
Total ini seharusnya tidak termasuk pajak 19) menyatakan bahwa rasio penerimaan atas
penjualan yang di mana perusahaan (penjual) biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan
diharuskan untuk memungutnya dari pelanggan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang
(pembeli) atas nama negara. dikeluarkan dalam produksi usahatani. Rasio
Menurut (Boediono, 2002) Penerimaan penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan
petani dipengaruhi oleh hasil produksi. Petani unuk mengukur tingkat keuntungan relative
menambah hasil produksi bila tiap tambahan kegiatan usahatani, artinya dari angka rasio
produksi tersebut menaikkan jumlah penerimaan penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui
yang diperoleh. Penerimaan (revenue) adalah apakah suatu usahatani menguntungkan atau
penerimaand arihasil penjualan outputnya. tidak.

AGRINESIA Vol. 2 No. 1 November 2017 | 60


Risnawati H Laiya dkk.: Analisis Keuntungan Petani Pada Usahatani Jagung Hibrida Di........................

Pendapatan Usahatani Pengertian pendapatan yang di kemukakan


Pendapatan adalah hasil dari usaha tani, tersebut pada dasarnya menekankan pada
yaitu hasil kotor (bruto) dengan produksi yang besarnya hasil yang diterima dari produksi yang
dinilai dengan uang, kemudian dikurangi dengan diperoleh untuk meningkatkan penghasilan. Pada
baiaya produksi dan pemasaran sehingga prinsipnya pendapatan petani adalah nilai bersih
diperoleh pendapatan bersihusahatani Sedangkan yang diperoleh dari penerimaan hasil produksi
menurut (Mosher, 2002) pendapatan dibidang petani dikurangi seluruh biaya dalam kegiatan
pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam produksi tanaman tersebut.
bentuk uang setelah dikuranngi dengan biaya Analisis Keuntungan Usahatani
selama kegaiatan usaha tani. Menurut Roza (2009) dalam (Jannah, M.
Usahatani sebagai satu kegiatan produksi Eka 2012: 98) Keuntungan petani adalah
pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari penerimaan yang diperoleh dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
diperoleh. Selisih antara keduanya merupakan proses produksi, baik biaya variabel maupun
pendapatan usahatani. Soeharjo dan Patong biaya tetap. Menurut (Soekartawi, 1985) Analisis
(1973) dalam (Khaerizal, 2008: 50) mengartikan imbangan penerimaan dan biaya digunakan untuk
pendapatan usahatani sebagai balas jasa dari melihat efisiensi dan kelayakan dari usahatani
kerjasama antara faktor - faktor produksi dengan suatu komoditi pertanian. Nilai R/C Ratio
petani sebagai penanam modal dan sekaligus dihitung dngan membandingkan penerimaan total
pengelola usahatani. Secara umum pendapatan dengan biaya total. Jika R/C > 1, maka usahatani
merupakan hasil selisiha ntara penerimaan yang dilakukan memberikan penerimaan lebih
dengan biaya yang dikorbankan.Usahatani juga besar daripada pengeluaran dan secara finansial
menerapkan hal tersebut. Besar kecilnya efisien dan layak untuk dikembangkan. Jika R/C
pendapatan usahatani dapat digunakan untuk < 1, maka penerimaan usahatani lebih kecil
melihat keberhasilan kegiatan usahatani yang daripada biaya yang dikeluarkan sehingga secara
dilakukan. finansial usaha ini sudah tidak efisien dan tidak
Untuk memperhitungkan pendapatan layak untuk dikembangkan. Dan Jika R/C = 1,
usahatani diperlukan informasi mengenai keadaan maka penerimaan yang diperoleh sama dengan
penerimaan dan pengeluaranyang diperhitungkan biaya yang dikeluarkan. Hal ini secara finansial
dalam jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani yang dijalankan tidak memberikan
usahataniadalah nilai produksi yang diperoleh keuntungan maupun kerugian (impas).
dalam jangkawaktu tertentu dan merupakan hasil Rasio Penerimaan atas biaya produksi
perkalian antara jumlah produksi total dengan adalah alat yang digunakan untuk mengukur
harga satuan dari hasil produksi tersebut. tingkat keuntungan relatif suatu usahatani. Rasio
Sementara itu, biaya atau pengeluaran usahatani penerimaan atas biaya menunjukan seberapa
adalah nilai penggunaan faktor - faktor produksi besar penerimaan yang diperoleh dari setiap
dalam melakukan proses produksi usahatani rupiah yang dikeluarkan dalam produksi
Tjakrawilaksana (1983) dalam (Setiyanto, A. usahatani. Dari angka rasio penerimaan atas biaya
2008: 41). tersebut dapat diketahui apakah suatu kegiatan
Menurut (Widiasanti, 2006: 17) bahwa usahatani dijalankan menguntungkan atau tidak
pendapatan usahatani secara ekonomis (Soeharjo dan Patong, 1973).
mempunyai dua pengertian, yaitu pendapatan Pendapatan yang besar bukanlah sebagai
kotor (gross farm income) dan pendapatan bersih petunjuk bahwa usahatani tersebut efisien. Suatu
(net farm income). Pendapatan kotor usahatani usahatani dikatakan layak apabila memiliki
baik yang dijual maupun yang tidak dijual, tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas
sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah setiap biaya yang dikeluarkan hingga mencapai
selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan perbandingan tertentu (Soeharjo dan Patong,
total pengeluaran. 1973).

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa terutama usahatani jagung.
Daenaa, Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Jenis dan Sumber Data
Gorontalo Waktu penelitian selama dua bulan Penelitian didesain sebagai suatu penelitian
mulai dari bulan Juli-September 2017. Pemilihan survey. Data yang digunakan dalam penelitian ini
lokasi ini dilakukan dengan sengaja, dengan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
pertimbangan karena daerah tersebut sebagian primer diperoleh dari petani jagung dengan

61 | AGRINESIA Vol. 2 No. 1 November 2017


Risnawati H Laiya dkk.: Analisis Keuntungan Petani Pada Usahatani Jagung Hibrida Di........................

melakukan penelitian langsung ke lapangan orang. Alokasi besarnya sampel petani jagung
dengan menggunakan kuisioner serta melakukan pada setiap Dusun yang terpilih dilakukan
wawancara langsung kepetani sampel terkait berdasarkan rumus alokasi proporsional yaitu
dengan objek yang akan diteliti. Sedangkan data bahwa jumlah populasi untuk masing-masing
sekunder diperoleh dari Kantor Desa Daenaa, dan dusun berbeda, sehingga menghasilkan sampel
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo yang berbeda pula. Populasi terbanyak ada di
berupa Profil Desa, data-data statistik, laporan Dusun Diyata sebesar 144 petani dengan sampel
penelitian dan jurnal-jurnal pendukung lainnya. 6 orang petani. Sedangkan untuk populasi yang
Populasi dan Sampel sedikit ada di Dusun Marisa sebesar 70 petani
Populasi dalam penelitian ini meliputi dengan sampel 3 orang petani.
petani jagung yang ada di desa Daenaa Teknik Analisis Data
Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo Dalam penelitian ini, untuk melihat
yang terdiri dari 7 Dusun. Dari ke 7 dusun bagaimana struktur biaya usahatani jagung
tersebut diambil menjadi lokasi penelitian. hibrida di Desa Daenaa Kecamatan Limboto
Penarikan sampel Desa dilakukan secara Barat Kabupaten Gorontalo menggunakan
purposive sampling atau secara sengaja dimana analisis usahatani dengan melihat struktur biaya
Desa yang diambil semua dusun yakni: dusun pendapatan dan penerimaan dengan rumus:
Marisa 70 petani jagung, dusun Tengah 104 1. Biaya
petani jagung, dusun Sipatana 128 petani jagung, Analisis biaya menggunakan rumus sebagai
dusun Yihe 99 petani jagung, dusun Bondula 86 berikut:
petani jagung, dusun Diyata 141 petani jagung, Total Cost = Fixed Cost (FC) + Variable
dusun Ponelo 122 petani jagung. Sehingga jumlah Cost (VC)
populasi seluruhnya adalah 750 petani jagung di 2. Pendapatan
Desa Daenaa. Selanjutnya pengambilan sampel Untuk menganalisis pendapatan usahatani
dilakukan tehnik Sampeling Sistematis, yaitu jagung hibrida digunakan rumus:
teknik pengambilan sampel dari suatu urutan Income (π) = Total revenue (TR) – Total
daftar menurut urutan tertentu. Dalam penelitian cost (TC)
ini jumlah populasi terdiri dari 750 orang, dari 3. Penerimaan
semua jumlah populasi diberi nomor urut 1-750 Total penerimaan (total revenue) diperoleh
Dengan pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus:
diambil dari kelipatan 25 yaitu dari kelipatan 1, Total Revenue (TR) = P (harga) x Q (jumlah)
25, 50, 75, dan seterusnya sampai dengan 750,
sehingga di dapatkan hasil sampel sebanyak 31

HASIL DAN PEMBAHASAN


Struktur Biaya Usahatani Jagung Hibrida Rp. 170.279.460 dengan rata-rata per petani
1. Biaya Tetap sebesar Rp. 5.492.886 dan Rp. 4.366.139 per Ha.
Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap Tabel 1.
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun Total Biaya Usahatani Jagung Hibrida Di
produksi yang diperoleh banyak atau sedikt. Desa Daenaa, Kecamatan Limboto Barat,
Contoh dari biaya tetap adalah pajak, sewa tanah, Kabupaten Gorontalo, 2017
alat pertanian dan iuran irigasi. N Jumlah
Rerata/
Rerata/
2. Biaya Variabel Jenis Biaya Petani
o (Rp) Ha (Rp)
(Rp)
Biaya variabel yaitu biaya yang besar 1 Biaya Tetap 33.854.282 1.092.074 868.058
kecilnya sangat bergantung pada besar skala 2 Biaya
170.279.460 5.492.886 4.366.139
produksi. Yang tergolong dalam biaya ini adalah Variabel
biaya bbit, pupuk, obat, dan tenaga kerja luar Biaya Total
204.133.742 6.584.959 5.234.198
keluarga. (1+2)
Petani jagung di Desa Daenaa Kecamatan Sumber: Data diolah, 2017
Limboto Barat Kabupaten Gorontalo
menggunakan alat-alat seperti: parang, cangkul, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
tangki dan bajak. Jagung Hibrida
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa Berikut adalah data pendapatan petani yang
jumlah biaya tetap sebsar Rp. 33.854.282 dengan diperoleh dari selisih antara total penerimaan
rata-rata per petani sebesar Rp. 1.092.074 dan Rp. dengan total biaya yang dikeluarkan para petani
868.058 per Ha., sedangkan jumlah biaya variabel di Desa Daenaa:

AGRINESIA Vol. 2 No. 1 November 2017 | 62


Risnawati H Laiya dkk.: Analisis Keuntungan Petani Pada Usahatani Jagung Hibrida Di........................

Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat


Pendapatan Petani Jagung Hibrida Di Desa bahwa jumlah penerimaan Rp. 314.175.000
Daenaa, Kecamatan Limboto Barat, dengan rata-rata Rp. 10.134.677 per petani dan
Kabupaten Gorontalo, 2017 sebesar Rp. 8.055.769 per Ha., sedangkan jumlah
N Jumlah Rerata/ Rerata/ total biaya sebesar Rp. 204.133.742 dengan rata-
Jenis Biaya rata Rp. 6.584.959 per petani dan sebesar Rp.
o (Rp) Petani (Rp) Ha (Rp)
1 Penerimaan 314.175.000 10.134.677 8.055.769 5.234.198 per Ha. Pendapatan petani dari
2 Total Biaya 204.133.742 6.584.959 5.234.198 usahatani jagung di Desa Daenaa yaitu
Pendapatan
110.041.258 3.549.718 2.821.571 penerimaan dikurangi dengan total biaya
(1-2) sehingga hasil pendapatannya sebesar Rp.
Sumber: Data diolah, 2017 3.549.718 per petani dan sebesar Rp. 2.821.571
per Ha.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut 2. Penerimaan rata-rata yang diterima pada
maka dapat disimpulkan: usahatani jagung di Desa Daenaa adalah
1. Struktur biaya pada usahatani jagung di Rp. 10.134.677 per petani per Ha.,
Desa Daenaa adalah biaya tetap sebesar sedangkan pendapatan rata-rata yang
Rp. 1.092.074 per petani atau sebesar Rp. diterima pada usahatani jagung Hibrida di
868.058 per Ha., dan biaya variabel Rp. Desa Daenaa adalah Rp. 3.549.718 per
5.492.886 per petani atau sebesar Rp. petani atau sebesar Rp. 2.821.571 per Ha.
4.366.139 per Ha.

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. dan Yustina Erna Widyastuti. Pertanian Universitas Halu Oleo,
2000. Meningkatkan Produksi Jagung. Kendari (Dipublikasikan)
Penebar Swadaya: Jakarta Jannah, M. Eka. 2012. Analisis Keuntungan
BPS Kabupaten Gorontalo, 2015. Dinas Usahatani dan Distribusi Pendapatan
Pertanian, Tanaman Pangan, dan Rumah Tangga Petani Ubi kayu pada
Perkebunan Kabupaten Gorontalo Sentra Agroindustri Tapioka di
Balitbang Pertanian Departemen Pertanian. 2005. Kabupaten Lampung Tengah
Prospek dan Arah Pengembangan Khaerizal, H. 2008. Analisis Pendapatan Faktor-
Agribisnis Jagung faktor Produksi Usahatani Komoditi
Bahua, I. 2008. Analisis Usahatani Jagung pada Jagung Hibrida dan Bersari Bebas Local
Lahan Kering di Kecamatan Limboto (Studi Kasus Desa Saguling Kecamatan
Kabupaten Gorontalo Batujajar Kabupaten Bandung Provinsi
Daton, R. Apollonaris. 2008. Analisis Pendapatan Jawa Barat) Skripsi. Program Sarjana
Usahatani Jambu Mente Anacardium Ekstensi Manajamen Agribisnis
Occidentale L (Studi Kasus di Desa Fakultas Pertanian Institut Pertanian,
Ratulodong Kecamatan Tanjung Bunga Bogor (Dipublikasikan)
Kabupaten Flores Timur Provinsi Muhammad, F. dan Rusthamrin H. Akuba. 2005.
Tenggara Timur) Skripsi. Program Agropolitan Inovasi Membangun
Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Pertanian Departemen Pertanian
Fakultas Pertanian Institut Pertanian, Murtisari, A. 2015. Pendapatan Sumber dan
Bogor (Dipublikasikan) Distribusi Pendapatan Rumah Tangga
Floperda, F. dan A. Wanda. 2015. Analisis Petani Jagung di Kabupaten Bone
Pendapatan Usahatani Jeruk Siam di Bolango
Desa Padang Pangrapat Kecamatan Nyoto. 2016. Analisis Keuntungan Usahatani dan
Tanah Grogot Kabupaten Paser Sistem Pemasaran Jagung Manis di
Imani, I. 2016. Analisis Keuntungan dan Nilai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Tambah Pengolahan Ubi Kayu Selatan
(Manihot Esculenta) Menjadi Tela – Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press:
tela (Studi Kasus Usaha Tela Steak di Depok
Kelurahan Mandonga Kecamatan Setiyanto, A. 2008. Analisis Efisiensi Produksi
Mandonga Kota Kendari) Skripsi. dan Pendapatan Usahatani Jagung
Program Studi Agribisnis Fakultas (Studi Kasus di Desa Beketel
Kecamatan Kayen Kabupaten Pati

63 | AGRINESIA Vol. 2 No. 1 November 2017


Risnawati H Laiya dkk.: Analisis Keuntungan Petani Pada Usahatani Jagung Hibrida Di........................

Propinsi Jawa Tengah) Skripsi. Zulfahmi, M. 2011. Analisis Biaya dan


Program Studi Manajemen Agribisnis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih
Fakultas Pertanian Institut Pertanian, Model Pusat Pelatihan Perdesaan
Bogor (Dipublikasikan) Swadaya. Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta
(Dipublikasikan)

AGRINESIA Vol. 2 No. 1 November 2017 | 64

You might also like