You are on page 1of 11

ANALISIS KEBIJAKAN PERCEPATAN INVESTASI PADA KAWASAN

TERDAMPAK BENCANA LUMPUR SIDOARJO


(Studi Tentang Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Percepatan Investasi pada Kawasan Terdampak Lumpur Sidoarjo)

Putri Benida Ayuningsih, Bambang Supriyono, Tjahjanulin Domai


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: benidaputri@gmail.com

Abstract: Analysis of Investment Acceleration Policy in Areas Affected by the Sidoarjo Mud Disaster
(Study of Sidoarjo Regent's Regulation Number 52 of 2020 concerning the Implementation of
Accelerating Investment in Areas Affected by the Sidoarjo Mudflow). Background Research is Sidoarjo
Regent Regulation Number 52 of 2020 despite being implemented, Porong District as one of the districts
in the typology zone affected by Lapindo heat mud, has an unfavorable economic condition, when
compared to other districts in the same area. Problem Formulation In this study: What is the formulation,
implementation and evaluation of investment acceleration policies in the Sidoarjo mud disaster affected
area (study of Sidoarjo Regent Regulation Number 52 of 2020 concerning Implementation of Investment
Acceleration in Sidoarjo Mud affected areas)? The findings in the field show that the policy formulation
(Winarno, 2014), related to the target group and the absence of alternative policies. Implementation of
Policy (Grindle, 1980: 11), related to the absence of socialization to investors and entrepreneurs to
eliminate the negative stigma of Lapindo Sidoarjo mud which causes fear of entrepreneurs and frequent
changes in human resources responsible for the implementation of policies, with the transfer of
knowledge that has not been maximized. Policy Evaluation (Dunn, 2003), related to measuring
devices/indicators that are clearly stated and standard which are the benchmark of the measurement of
policy success.

Keywords: Policy Analysis; Formulation; Implementation; Policy Evaluation; Lapindo Mud.

Abstrak: Analisis Kebijakan Percepatan Investasi pada Kawasan Terdampak Bencana Lumpur
Sidoarjo (Studi Tentang Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan
Percepatan Investasi Pada Kawasan Terdampak Lumpur Sidoarjo). Latar belakang penelitian adalah
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020 meskipun telah diimplementasikan, Kecamatan Porong
sebagai salah satu kecamatan yang berada di dalam zona tipologi yang terkena dampak lumpur panas
Lapindo, memiliki kondisi perekonomian yang kurang baik, apabila dibandingkan dengan kecamatan lain
pada Kawasan yang sama. Rumusan masalah dalam penelitian ini: Bagaimanakah Formulasi,
Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Percepatan Investasi pada Kawasan Terdampak Bencana Lumpur
Sidoarjo (Studi Tentang Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan
Percepatan Investasi Pada Kawasan Terdampak Lumpur Sidoarjo)? Hasil temuan di lapangan
menunjukkan bahwa, formulasi kebijakan (Winarno, 2014), terkait belum melibatkan kelompok sasaran
dan tidak adanya alternatif kebijakan. Implementasi kebijakan (Grindle, 1980: 11), terkait belum adanya
sosialisasi kepada para investor dan pengusaha untuk menghilangkan stigma negatif terhadap Lumpur
Lapindo Sidoarjo yang menyebabkan ketakutan para pengusaha serta seringnya perubahan sumber daya
manusia yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dengan transfer knowledge yang belum
maksimal. Evaluasi kebijakan (Dunn, 2003), terkait alat ukur/indikator yang tertuang dengan jelas dan
baku yang menjadi patokan dari ukuran keberhasilan kebijakan.

Kata kunci: Analisis Kebijakan; Formulasi, Implementasi; Evaluasi Kebijakan; Lumpur Lapindo.

Pendahuluan Indonesia, pemanfaatan sumber daya alam


Sumber daya alam (SDA) merupakan salah (SDA) masih menjadi sumber utama pendapatan
satu input untuk kegiatan produktif, terutama di nasional. Berdasarkan data PDRB triwulanan
sektor pertanian, industri dan jasa. Semua tahun 2022 atas dasar harga berlaku per sektor
kegiatan dalam proses ini menghasilkan barang usaha di Jawa Timur (Rp miliar), segmen usaha
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Di industri pengolahan menjadi penyumbang data

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 1


PDRB terbesar di Jawa Timur sebesar semburan lumpur pada wilayah sekitarnya.
835.710,91 pada tahun 2022. Jenis pembagian wilayah tersebut adalah: 1)
Menurut Kementerian Perdagangan, di Wilayah dengan zona merah atau zona bencana
Provinsi Jawa Timur terdapat salah satu lumpur, beradius 0 hingga 1,5 km dari pusat
kabupaten yang menjadi salah satu pusat industri lumpur; 2) Wilayah dengan zona kuning atau
dan pergudangan strategis, yaitu Kabupaten daerah rawan bencana lumpur beradius 1,5
Sidoarjo. Dalam bidang industri, Lokasi Sidoarjo hingga 3,5 km dari pusat lumpur pusat; 3)
sangat strategis karena kawasan Sidoarjo Wilayah atau daerah dampak bencana lumpur
merupakan jalur yang menghubungkan beradius 3,5 hingga 5 km dari pusat lumpur
Surabaya dengan kota-kota industri besar di (Revisi profil RDTRK daerah gelombang,
Jawa Timur seperti Pasuruan, Malang, 2009).
Mojokerto dan Gresik (Madjid, 2014). Menurut Menurut Peraturan Bupati Nomor 59
data Kementerian Perindustrian Sidu Ajo, Tahun 2019 tentang tentang Pelaksanaan
industri tersebut dibagi menjadi tiga kelompok Percepatan Investasi Pada Kawasan Terdampak
menurut skala kepemilikannya, kelompok Lumpur Sidoarjo, rincian Zona Merah Daerah
pertama adalah industri besar dengan aset lebih Terkena Lumpur Kabupaten Sidoarjo meliputi:
dari Rp 600 juta, termasuk PMDN dan PMA. 1) Kecamatan Jabon yang terdiri atas
dan yang ketiga kerajinan rakyat dengan aset di kelurahan/desa: a) Desa Besuki; b)
bawah 5 juta. Seperti terlihat pada Tabel 6.11, Kedungcangkring; c) Pejarakan.
pada tahun 2005 terdapat 446 industri besar 2) Kecamatan Porong yang terdiri atas
dengan 55.635 tenaga kerja, 2.053 industri kecil kelurahan/desa: a) Glagaharum; b) Kelurahan
dengan 52.864 tenaga kerja, dan 11.842 industri Gedang; c) Kelurahan Jatirejo; d) Kelurahan
kerajinan dengan 50.642 tenaga kerja. Dari 446 Mindi; e) Kelurahan Siring; f) Pamotan; g)
industri besar di Siduarjo, industri kimia Renokenongo.
menyumbang 23,99%, industri pengolahan 3) Kecamatan Tanggulangin yang terdiri atas
lainnya mencapai 20,63%, dan industri kelurahan/desa: a) Gempolsari; b)
komoditas dan logam mencapai 19,51%. Kedungbendo; c) Ketapang.
Akan tetapi pada tanggal 29 Mei tahun
LAMPIRAN

2006, terjadi bencana menyemburnya Lumpur PETA KAWASAN TERDAMPAK LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO
PERATURAN BUPATI SIDOARJO
NOMOR 59 TAHUN 2019 TENTANG
PERCEPATAN INVESTASI PADA KAWASAN
LUMPUR SIDOARJO
PELAKSANAAN
TERDAMPAK

panas Lapindo Sidoarjo di sumur Banjar Panji-1


akibat dari pengebiran yang dilakukan oleh PT.
Lapindo Brantas. Kegiatan pengeboran gas dan
minyak yang dilakukan oleh PT Lapindo
Brantas adalah kegiatan pencarian seismik dan
eksplorasi (Herawati, 2007). Bencana lumpur
Lapindo Sidoarjo perlahan merenggut nyawa
masyarakat sekitar. Semburan lumpur panas dan
gas merusak rumah-rumah dan memaksa warga
Gambar 1. 1 Peta Kawasan Terdampak
mengungsi. Lahan yang semula merupakan
Lumpur di Kabupaten Sidoarjo
kawasan pemukiman, kawasan pertanian, dan
Sumber: Peraturan Bupati Nomor 59 Tahun
kawasan komersial, kini telah menjadi lautan
2019 tentang Pelaksanaan Percepatan Investasi
lumpur (Triani, 2009).
Pada Kawasan Terdampak Lumpur Sidoarjo
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
telah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi Belasan tahun berlalu sejak menyemburnya
masalah lumpur. Kebijakan tersebut adalah lumpur panas Lapindo pada tahun 2006, bencana
Perpres No. 13 Tahun 2006 tentang Tim lumpur Lapindo telah memberikan dampak
Nasional Penanggulangan Longsor Siduarjo dan jangka panjang pada berbagai aspek kehidupan.
Keppres No. 5 Tahun 2007 tentang Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
perpanjangan mandat Tim Nasional membuat berbagai kebijakan dalam rangka
Penanggulangan Longsor Sidurjo. Pemerintah memulihkan berbagai aspek kehidupan di
berusaha membenahi diri dengan mengeluarkan wilayah terdampak lumpur Sidoarjo, salah
kebijakan baru melalui Keputusan Presiden satunya melalui Peraturan Bupati Sidoarjo
Nomor 14 Tahun 2007 tentang Badan Nomor 52 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo. Peraturan Bupati Nomor 59 Tahun 2019 tentang
Kawasan bencana Lumpur Lapindo Pelaksanaan Percepatan Investasi Pada Kawasan
Sidoarjo terbagi menjadi tiga jenis wilayah, Terdampak Lumpur Sidoarjo.
pembagian wilayah tersebut bertujuan untuk Tujuan disusunnya Peraturan Bupati ini
mengidentifikasi dan memetakan dampak dalam rangka 1) Minat investasi yang meningkat

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 2


dalam bentuk kegiatan usaha di Kawasan Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor 59
terdampak lumpur dan 2) Perekonomian Tahun 2019 tentang tentang Pelaksanaan
masyarakat yang terdorong khususnya dari Percepatan Investasi Pada Kawasan Terdampak
kegiatan penanaman modal. Peraturan ini Lumpur Sidoarjo telah dilaksanakan, Sub
berisikan tentang pemberian insentif dan Bagian Porong sebagai salah satu Sub Bagian
kemudahan investasi. divisi yang berada di daerah tipe lumpur
Insentif dan/atau fasilitasi penanaman longsor Lapindo Hot, masih harus bekerja keras
modal yang diberikan kepada masyarakat untuk memulihkan kondisi ekonominya, karena
dan/atau investor yang memiliki kriteria sebagai kondisi ekonomi Jalan Porong di antara jalan-
berikut: 1) Berkontribusi pada peningkatan jalan lain di distrik yang sama kurang baik.
pendapatan masyarakat; 2) Penyerapan tenaga Salah satu kondisi perekonomian Kabupaten
kerja; 3) Mengutamakan pemanfaatan sumber Porong dapat dilihat pada urusan Penanaman
daya lokal; 4) Berkontribusi pada peningkatan Modal dan Industri, seperti terlihat pada gambar
pelayanan publik; 5) Berkontribusi dalam di bawah ini:
peningkatan PDRB daerah; 6) Pembangunan
berwawasan lingkungan dan sustainable; 7) Tabel 1. 1 Banyaknya Industri Besar/Sedang
terbangunnya infrastruktur; 8) transfer dan Jumlah Tenaga Kerja Menurut KLUI
teknologi; 9) inovasi, pengembangan, penelitian Tahun 2020
yang terlaksana; 10) melakukan kegiatan Industri Besar/Sedang dan Jumlah Tenaga Kerja Menurut KLUI Tahun 2020

komersial sesuai dengan prioritas nasional Klasifikasi


Kecamatan Zona Merah
No
dan/atau daerah;dan/atau; 11) orientasi ekspor. Lapangan
Usaha
Kecamatan Porong Kecamatan Jabon Kecamatan Tanggulangin

Indonesia
Insentif yang diberikan berupa: 1) (KLUI)
Jumlah
Perusahaan/
Jumlah
Tenaga
Jumlah
Perusahaan/
Jumlah
Tenaga
Jumlah
Perusahaan/
Jumlah
Tenaga
Usaha kerja Usaha kerja Usaha kerja
Keringanan, pengurangan bahkan pembebasan Industri
Makanan
dari pajak daerah; 2) Keringanan, pengurangan 1.
dan
Minuman
11 37 27 689 17 1760

bahkan pembebasan dari retribusi daerah; 3) Indsutri


Tekstil,

Diberikannya dana stimulant atau permodalan 2. Pakaian


Jadi dan
1 27 - - 9 370

Kulit
pada koperasi daerah dan/atau UMKM; 4) riset Industri
3. Kayu dan - - - - - -
dan pegnembangan yang diberikan bantuan Sejenisnya

untuk koperasi daerah dan/atau UMKM; 5)


Industri
Pelatihan Vokasi UMKM dan/atau koperasi 4.
Kertas,
Percetakan 1 34 - - - -
yang difasilitasi; serta 6) Rendahnya bunga dan
Penerbitan

pinjaman.
Pemberian investasi yang dimudahkan Industri
Kimia,
Minyak,
adalah sebagai berikut: 1) Informasi dan data 5. kecuali
Minyak
- - - - - -

peluang penanaman modal yang tersedia; 2) Bumi dan


Batubara

Sarana dan prasarana yang tersedia; 3) Lahan Industri


atau lokasi yang disediakan/difasilitasi; 4) Barang
Galian
6. kecuali - - - - - -
Bantuan teknis yang diberikan; 5) Perizinan Minyak
Bumi dan
melalui pelayanan terpadu satu pintu yang Batubara

dipermudah dan dipercepat; 6) Pemasaran hasil 7.


Industri
Logam - - - - - -
produksi yang mendapatkan kemudahan akses; Dasar

7) Investasi konstruksi langsung yang 8.


Industri
barang dari - - - - - -
Logam
mendapatkan kemudahan; 8) Berinvestasi di
kawasan strategis dengan potensi 9.
Industri
Pengolahan - - 2 54 3 -

pengembangan daerah yang telah ditetapkan Lainnya

melalui peraturan perundang-undangan, akan Total 13 98 29 743 29 2130


mendapatkan kemudahan; 9) Keamanan dan
kenyamanan yang diberikan untuk berinvestasi Sumber: Kecamatan Jabon dalam Angka 2021,
pada kawasan tersebut; 10) Menyederhanakan Kecamatan Porong dalam Angka 2021,
proses standarisasi dan sertifikasi berdasarkan Kecamatan Tanggulangin dalam Angka 2021.
ketentuan yang tertuang pada peraturan
perundang-undangan; 11) Tenaga kerja yang Apabila disandingkan di antara tiga
siap dan terampil yang diberikan kemudahan kecamatan dengan kategori zona merah
akses; 12) Pasokan bahan baku yang diberikan (Kecamatan Jabon, Tanggulangin dan Porong),
kemudahan akses; dan/atau 13) Fasilitasi sesuai maka Kecamatan Porong memiliki kondisi yang
dengan advokasi otoritas daerah. paling rendah jumlah perusahaan/usahanya dan
Namun demikian, meskipun Peraturan jumlah tenaga kerjanya dibandingkan dengan
Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020 tentang kecamatan lainnya.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 3


Tabel 1. 2 Banyaknya Industri Kecil dan Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020
Jumlah Tenaga Kerja menurut KLUI Tahun Tentang Pelaksanaan Percepatan Investasi
2020 Pada Kawasan Terdampak Lumpur
Industri Kecil dan Jumlah Tenaga Kerja Menurut KLUI Tahun 2020 Sidoarjo)?
Kecamatan Zona Merah
Kecamatan Porong Kecamatan Jabon
No Klasifikasi Juml Tinjauan Pustaka
Lapangan Usaha Jumlah Jumlah Jumlah ah
Indonesia (KLUI) Perusahaan/ Tenaga Perusahaan/ Tena 1. Pengertian Analisis
Usaha kerja Usaha ga
kerja Penelitian sosial terapan yang dengan
1.
Industri Makanan
6 68 81 566 sistematis disusun untuk memperoleh informasi
dan Minuman
Indsutri Tekstil,
substansi melalui kebijakan supaya bisa
2. Pakaian Jadi dan
Kulit
- - 12 124
memperoleh informasi yang jelas tentang
3.
Industri Kayu dan
- - - -
permasalahan yang dijawab oleh kebijakan serta
Sejenisnya
Industri Kertas,
permasalahan yang muncul karena penerapan
4. Percetakan dan
Penerbitan
- - 7 74 kebijakan, merupakan definisi dari analisis
Industri Kimia, kebijakan. Ruang lingkup serta metode analisis
Minyak, kecuali
5.
Minyak Bumi dan
- - - - kebijakan sifatnya (umumnya) adalah factual dan
Batubara
Industri Barang deskriptif tentang sebab dan akibat oleh sebuah
Galian kecuali
6.
Minyak Bumi dan
- - 3 18 kebijakan (Dunn, 2000).
Batubara
Dunn memberikan gambaran lima
Industri Logam
7. - - - -
Dasar informasi kebijakan dan lima prosedur kebijakan
8.
Industri barang dari
- - - - yang saling terhubung, kemudian diformulasikan
Logam

Industri Pengolahan
sebagai analisis kebijakan yang memiliki
9. - - 14 59
Lainnya orientasi kepada permasalahan, melalui gambar
Total
6 68 117 841 berikut (Dunn, 2000):
Sumber: Kecamatan Jabon dalam Angka 2021,
Kecamatan Porong dalam Angka 2021,
Kecamatan Tanggulangin dalam Angka 2021.

Apabila disandingkan di antara kecamatan


dengan kategori zona merah, maka Kecamatan
Porong memiliki kondisi yang paling rendah
jumlah perusahaan/usahanya dan jumlah tenaga
kerjanya dibandingkan dengan kecamatan
lainnya.
Atas dasar tersebut maka peneliti
bermaksud untuk melakukan kajian analisis
kebijakan percepatan investasi di daerah lumpur
sidorjo (Studi pelaksanaan percepatan investasi
di daerah lumpur sidorjo dengan Perda
Kabupaten Sidorjo No 52 Tahun 2020), dan
Pernyataan dari masalah tersebut, yaitu:
1. Bagaimana Formulasi Kebijakan Percepatan Gambar 2. 1 Analisis Kebijakan yang
Investasi pada Kawasan Terdampak Bencana Berorientasi pada Masalah
Lumpur Sidoarjo (Studi Tentang Peraturan Sumber: Dunn, 2000
Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020
Tentang Pelaksanaan Percepatan Investasi 2. Pengertian Kebijakan
Pada Kawasan Terdampak Lumpur Menurut Dye, kebijakan publik merupakan
Sidoarjo)? apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
2. Bagaimana Implementasi Kebijakan pemerintah. Senada dengan pandangan Dye
Percepatan Investasi pada Kawasan adalah pandangan Edward III dan Sharkansky
Terdampak Bencana Lumpur Sidoarjo (Studi tentang kebijakan publik sebagai berikut: “Apa
Tentang Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 52 yang dikatakan pemerintah dilakukan, atau
Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Percepatan tidak dilakukan. Itu adalah tujuan atau maksud
Investasi Pada Kawasan Terdampak Lumpur dari perencanaan pemerintah. (Berkata dan
Sidoarjo)? dilakukan, atau tidak dilakukan. Kebijakan
3. Bagaimana Evaluasi Kebijakan Percepatan adalah seperangkat tujuan dan sasaran
Investasi pada Kawasan Terdampak Bencana perencanaan pemerintah)” (Edward III dan
Lumpur Sidoarjo (Studi Tentang Peraturan Sharkansky dalam Widodo, 2009: 190).

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 4


Pendapat Edward III dan Sarkansky juga masuk dalam agenda kebijakan. Isu publik yang
menyatakan apa yang telah dilakukan dan apa masuk dalam agenda kebijakan kemudian
yang tidak dilakukan. Hal tersebut berhubungan didiskusikan oleh pembuat kebijakan.
dengan tujuan yang terkandung dalam rencana
yang disusun oleh pemerintah. Wahab (1997) c. Tahap Ketiga, pemilihan alternatif
mengutip pernyataan Friedrich tentang kebijakan untuk memecahkan masalah
implikasi kebijakan dalam bukunya Policy Pada tahap ini pembuat kebijakan akan
Analysis: National Policy Formulation to dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan
Implementation: “Kebijakan adalah tindakan kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut.
yang mengarah pada tujuan yang dinyatakan Pembuat kebijakan akan berhadapan dengan
oleh individu, kelompok, atau pemerintah pemangku kepentingan yang terlibat dalam
dalam pengaturan tertentu sebagai tanggapan pengembangan kebijakan. Dalam hal ini,
atas hambatan tertentu, sambil mencari peluang pilihan kebijakan akan didasarkan pada
untuk mencapai tujuan atau untuk mencapai negosiasi dan kompromi di antara para
tujuan yang diinginkan” (Friedrich dalam pemangku kepentingan.
Wahab, 1997: 3).
d. Tahap Keempat, penetapan kebijakan
3. Tahap-Tahap Pengambilan Kebijakan Setelah menawarkan salah satu dari
Dalam proses kebijakan ini, para ahli beberapa alternatif kebijakan, diambil
telah mengajukan beberapa konsep. Anderson keputusan sebagai cara untuk memecahkan
dalam Djoko Widodo mengartikulasikan lima masalah tersebut, sehingga tahap akhir dari
langkah proses kebijakan, yaitu penetapan pengembangan kebijakan adalah
agenda, perumusan kebijakan, adaptasi mengidentifikasi kebijakan yang dipilih,
kebijakan, implementasi kebijakan, dan menjadikannya mengikat (Mulia, 2019).
evaluasi/penilaian kebijakan (Widodo, 2009).
William N. Dunn menggambarkan proses 4. Implementasi Kebijakan
kebijakan sebagai berikut: Menurut Grindle (1980:11), faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap implementasi
kebijakan adalah “content” dan “context” dari
kebijakan tersebut.
1) Content atau isi kebijakan, terdiri atas:
a. Interest affected
Gagal atau berhasilnya suatu kebijakan
sangat tergantung pada kepentingan-
kepentingan yang ada dalam kebijakan tersebut.
Dalam hal ini, apakah kebijakan tersebut
mewakili kepentingan sebagian individu atau
masyarakat luas? Suatu kebijakan akan berhasil
Gambar 2. 2 Proses Kebijakan jika mendapat dukungan luas dari masyarakat
Sumber: Widodo, 2009 sasaran. Jika suatu kebijakan mewakili
kepentingan kelompok sasaran, maka kebijakan
1. Formulasi Kebijakan tersebut akan mendapat dukungan luas dari
Winarno (2014), berdasarkan pendapat kelompok sasaran, begitu pula sebaliknya.
beberapa ahli menyimpulkan bahwa dalam
pembuatan kebijakan dilakukan empat tahapan b. Type of benefits
secara sistematis, yaitu:
Keberhasilan suatu kebijakan kalau
a. Tahap pertama, perumusan masalah
kebijakan tersebut memberikan manfaat yang
Menggali dan merumuskan masalah banyak terhadap kelompok sasarannya dan
merupakan langkah yang paling fundamental kebijakan tersebut akan mendapat dukungan
dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat yang luas dari kelompok sasarannya. Hal ini juga
merumuskan suatu kebijakan dengan baik, terjadi sebaliknya, kalau suatu kebijakan hanya
maka masalah-masalah publik harus dikenali
memberikan manfaat yang sedikit kepada
dan diidefinisikan dengan baik. kelompok sasarannya.
b. Tahap Kedua, Agenda Kebijakan c. Extent of change evisoned
Tidak semua isu publik masuk ke dalam Suatu kebijakan berhasil jika membawa
agenda kebijakan, ini dipertimbangkan dari satu banyak manfaat bagi kelompok sasaran dan jika
isu ke isu lainnya. Hanya isu-isu tertentu yang
kebijakan tersebut mendapat dukungan luas dari

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 5


kelompok sasaran. Kebalikannya juga berlaku tidak jelas variabel mana yang berdampak
jika suatu kebijakan membawa sedikit manfaat langsung terhadap hasil kebijakan dan variabel
bagi kelompok sasaran. mana yang berdampak tidak langsung terhadap
hasil kebijakan.
d. Site of decision making
Kegagalan atau keberhasilan implementasi
kebijakan sangat tergantung pada di mana
keputusan dibuat. Semakin jauh lokasi
pengambilan keputusan, semakin besar
kemungkinan implementasi kebijakan akan
gagal, begitu pula sebaliknya.

e. Program implementors
Implementatorlah yang menentukan
berhasil tidaknya implementasi kebijakan.
Pelaksana yang kompeten dan berkomitmen
tentu saja merupakan kebijakan yang sukses.

f. Resources commited Gambar 2. 3 Keterkaitan Antar


Ketersediaan sumber daya untuk Variabel-Variabel yang Berpengaruh
mendukung implementasi kebijakan akan terhadap Kebijakan
sangat mempengaruhi keberhasilan kebijakan. Sumber: Grindle (1980:11)
Tentu saja, kurangnya sumber daya pendukung
dapat mempersulit implementasi kebijakan yang 5. Evaluasi Kebijakan
berhasil. Dunn (2003) mengajukan beberapa kriteria
rekomendasi kebijakan yang sama dengan
2) Context atau lingkungan kebijakan, terdiri kriteria evaluasi kebijakan, dan kriteria
dari: rekomendasi kebijakan tersebut antara lain:
a. Power, interests, and strategies of actor 1) Efektifitas (effectiveness). Mengenai
involved apakah solusi alternatif mencapai hasil
Keberhasilan suatu kebijakan mengacu yang diinginkan (efek), atau mencapai
pada apakah para aktor yang terlibat dalam tujuan melakukan tindakan. Efektivitas,
implementasi kebijakan memiliki kekuatan, terkait erat dengan rasionalitas teknis,
kepentingan, dan strategi untuk selalu diukur dalam satuan produk atau
mengimplementasikan kebijakan tersebut. jasa atau nilai moneternya.
2) Efisiensi (efficiency). Terkait dengan
b. Institution and regime characteristics jumlah usaha yang diperlukan untuk
Keberhasilan kebijakan akan ditentukan pula menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.
oleh dukungan institusi dan rezim yang berkuasa. Efisiensi setara dengan rasionalitas
Dukungan ini bervariasi tergantung dari ekonomi, yang merupakan hubungan
karakteristik rezim berkuasa. antara usaha dan efektivitas, yang terakhir
biasanya diukur dengan biaya moneter.
c. Compliance and reponsiveness 3) Kecukupan (adequacy). Muncul
Kebijakan akan berhasil apabila ada pertanyaan tentang seberapa baik tingkat
kesesuain bentuk program dan tujuan. Hal yang ketersediaan memenuhi kebutuhan, nilai,
sama juga apabila para implementor bertanggung atau peluang. Kriteria kecukupan
jawab terhadap pelaksanaan kebijakan. menekankan kekuatan hubungan antara
Keterkaitan konseptual yang pilihan kebijakan dan hasil yang
mempengaruhi implementasi kebijakan, diharapkan.
sebagaimana dikatakan Grindle, berdasarkan 4) Perataan (equity). Terkait erat dengan
model proses implementasi kebijakan yang hukum dan rasionalitas sosial, yang
dikemukakan Grindle di bawah ini, dapat dilihat mengacu pada distribusi upaya dan efek di
bahwa kekuatannya terletak pada antara berbagai kelompok dalam
kemampuannya untuk mengidentifikasi dan masyarakat. Kebijakan yang berorientasi
menjelaskan tidak hanya karakteristik birokrasi kelancaran adalah kebijakan yang
sebagai pelaksana, tetapi juga juga kekuasaan mendistribusikan upaya (seperti biaya
yang terkait dengan implementasi kebijakan dan moneter) atau hasil (seperti unit layanan
kelompok kepentingan. Kelemahannya adalah atau manfaat moneter) secara adil.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 6


Kebijakan yang ditujukan untuk memperhatikan syarat dan ketentuan yang
mengalokasikan pendapatan, kesempatan berlaku. Namun stigma yang melekat pada
pendidikan, atau layanan pendidikan Kawasan terdampak Lumpur Lapindo Sidoarjo
terkadang dialokasikan berdasarkan sebagai Kawasan bencana sehingga
kriteria keadilan. Kriteria kesamaan terkait menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran para
erat dengan gagasan keadilan atau investor menjadi salah satu penghambat yang
persaingan yang sehat dan konflik etika menyebabkan Kawasan Terdampak Lumpur
yang beralasan di sekitar alokasi risiko Lapindo Sidoarjo tidak dapat berkembang dan
sosial. pulih dengan pesat, hal tersebut yang
5) Responsivitas (responsiveness) Tentang melatarbelakangi perlunya dilakukan percepatan
sejauh mana suatu kebijakan memenuhi investasi pada Kawasan terdampak Lumpur
kebutuhan, preferensi atau nilai-nilai Lapindo Sidoarjo.
kelompok masyarakat tertentu. Kriteria
daya tanggap penting karena analisis yang b. Tahap Kedua, Agenda Kebijakan
memenuhi semua kriteria lainnya— Permasalahan mengenai Kawasan
efektivitas, efisiensi, kecukupan, terdampak Lumpur Lapindo Sidoarjo dengan
kesetaraan—akan tetap gagal jika tidak stigma yang melekat sebagai Kawasan bencana
menjawab kebutuhan nyata kelompok sehingga menimbulkan ketakutan dan
yang seharusnya mendapat manfaat dari kekhawatiran para investor menjadi agenda
kebijakan. kebijakan yang dibahas oleh Pemerintah Daerah
6) Ketepatan (appropriateness). Kriteria Kabupaten Sidoarjo yang melibatkan Kepala
kesesuaian terkait dengan kewajaran, Daerah (Bupati), Sekretaris Daerah, Asisten II
materialitas, karena pertanyaan tentang Bidang Pembangunan Sekretariat Daerah
kelayakan kebijakan tidak terkait dengan Kabupaten Sidoarjo, Dinas Penanaman Modal
satu kriteria, tetapi dapat dikaitkan dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Pekerjaan
dua kriteria atau lebih secara bersamaan. Umum dan Penataan Ruang, Dinas Cipta Karya,
Akurasi mengacu pada harga atau nilai Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Alam,
tujuan program dan kekuatan asumsi yang Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah,
menjadi dasar tujuan tersebut. Dinas Lingkungan Hidup, serta stakeholder di
luar Pemerintah Kabupaten Sidoarjo (eksternal)
Metode Penelitian seperti Konsultan Tenaga Ahli Geologi,
Metode penelitian yang digunakan adalah akademisi, dsb. Pihak yang dilibatkan dalam
penelitian deskriptif dengan pendekatan proses perumusan kebijakan sebagian besar
kualitatif. Dengan teknik pengumpulan data dari berasal dari internal pemerintah, namun investor
dan pengusaha sebagai kelompok sasaran tidak
wawancara, observasi, dan studi dokumen.
terlibat dalam proses perumusan kebijakan.
Pembahasan
c. Tahap Ketiga, Pemilihan Alternatif
1. Formulasi Kebijakan.
Kebijakan untuk Memcahkan Masalah
a. Tahap pertama, perumusan masalah
Tidak ada alternatif kebijakan lain yang
Dalam proses penggalian perumusan
menjadi pertimbangan selama proses formulasi
masalah, bermula dari bencana Lumpur Lapindo
kebijakan.
Sidoarjo yang terjadi pada tahun 2006 dan
menimbulkan banyak kerugian material dan non-
d. Tahap Keempat, penetapan Kebijakan
material serta berdampak pada banyak aspek
Kebijakan mengenai percepatan investasi
kehidupan masyarakat terdampak Lumpur
dilegalkan melalui Penetapan Peraturan Bupati
Lapindo Sidoarjo, khususnya masyarakat
Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020 Tentang
Kecamatan Porong, Jabon dan Tanggulangin.
Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 59
Awalnya, wilayah tersebut dikategorikan sebagai
Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Percepatan
kawasan ekonomi hitam dikarenakan tidak dapat
Investasi Pada Kawasan Terdampak Lumpur
digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan
Sidoarjo dilakukan secara berjenjang dengan
aktivitas, khususnya aktivitas di bidang
melibatkan berbagai stakeholder khususnya
perekonomian. Seiring berjalannya waktu, status
Kepala Daerah (Bupati), Sekretaris Daerah,
dari Kawasan terdampak Lumpur Lapindo
Asisten II Bidang Pembangunan Sekretariat
Sidoarjo berubah-ubah hingga akhirnya
Daerah Kabupaten Sidoarjo, Bagian Hukum
dilakukan penelitian di bidang Geologi dan
Sekretariat Daerah, Dinas Penanaman Modal
ditetapkan sebagai Kawasan yang dapat
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
dimanfaatkan untuk industri dengan
Sidoarjo, dsb.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 7


2. Implementasi Kebijakan f. Memasarkan untuk kemudahan akses hasil
2.1 Content atau Isi Kebijakan produksi; g. Memfasilitasi investasi konstruksi
a. Interest Affected langsung;H. Kemudahan berinvestasi di
Pihak yang menjadi penanggungjawab atau kawasan strategis dengan potensi
leading sector dari Peraturan Bupati Sidoarjo pengembangan daerah yang ditetapkan dengan
Nomor 52 Tahun 2020 adalah Dinas Penanaman peraturan perundang-undangan;i. Memberikan
Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten kenyamanan dan keamanan untuk berinvestasi
Sidoarjo khususnya Bidang Pengembangan dan di kawasan tersebut; j. Menyederhanakan proses
Promosi, Seksi Pengembangan dan Kebijakan sertifikasi dan standarisasi sesuai ketentuan
Pelayanan Penanaman Modal. peraturan perundang-undangan; k. Kemudahan
Sedangkan pihak yang menjadi sasaran akses tenaga kerja yang siap dan terampil;
Perbup Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020 tentang Danau. Kemudahan akses pasokan bahan baku;
Perubahan atas Perbup Nomor 59 Tahun 2019 dan/atau meteran. Fasilitasi sesuai dengan
tentang Pelaksanaan Percepatan Penanaman advokasi otoritas daerah.
Modal di Daerah Terdampak Lumpur Sidoarjo Namun, masih banyak terkendala dengan
adalah para investor yang memenuhi kriteria belum adanya sosialisasi kepada para investor
sebagai berikut: dan pengusaha untuk menghilangkan stigma
• Membantu meningkatkan pendapatan negatif terhadap Lumpur Lapindo Sidoarjo yang
masyarakat; menimbulkan ketakutan para investor untuk
• Penyerapan tenaga kerja; menanamkan modalnya di Kawasan terdampak
• Terutama menggunakan sumber daya lokal; lumpur Lapindo Sidoarjo serta ketakutan para
• berkontribusi pada peningkatan pelayanan pengusaha untuk mendirikan industri di Kawasan
publik; Terdampak Lumpur Lapindo Sidoarjo.
• Membantu meningkatkan PDB daerah;
• Ramah lingkungan dan berkelanjutan;
c. Extend of Change Evisoned
• Pembangunan infrastruktur;
Jangkauan perubahan yang diharapkan
• melakukan alih teknologi;
DPMPTSP Kabupaten Sidoarjo khususnya pada
• melakukan kegiatan penelitian,
industri besar adalah dapat memberikan trickle
pengembangan dan inovasi;
down effect, dengan kata lain industri besar
• melakukan kegiatan usaha sesuai dengan tersebut dapat menginisiasi adanya Usaha Kecil
prioritas nasional dan/atau daerah, dan/atau Menengah (UKM) di sekitar Kawasan industri
• Orientasi ekspor. seperti kos, kontrakan, laundry, tempat makan,
ojek online dan sebagainya, serta dapat
b. Type of Benefit menyerap tenaga kerja khususnya tenaga kerja
Sesuai dengan Peraturan Bupati dari masyarakat Kabupaten Sidoarjo. Meskipun
Kabupaten Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020 berbagai upaya telah dilakukan, namun
tentang Perubahan Peraturan Bupati Nomor 59 Kecamatan Porong masih belum menunjukkan
Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Percepatan perubahan yang signifikan akibat posisinya yang
Penanaman Modal Daerah Terkena Lumpur berada di ring 1, atau di wilayah paling
Sidoarjo, insentif dapat berupa: a.Pengurangan, terdampak dari lumpur Lapindo Sidoarjo,
keringanan atau Pembebasan dari pajak daerah; kurangnya pengetahuan investor dan pengusaha
Pengurangan, keringanan atau pembebasan akibat kurangnya sosialisasi menyebabkan
pajak daerah c. Bantuan keuangan atau dana stigma negatif bahwa Lumpur dapat sewaktu-
stimulus bagi usaha mikro, kecil dan/atau waktu menyembur masih melekat kuat.
koperasi di daerah d. Bantuan penelitian dan
pengembangan usaha mikro, kecil dan/atau d. Site of Decision Making
koperasi e. Bantuan dalam bidang fasilitas Pihak yang menjadi penanggungjawab atau
pelatihan vokasi untuk usaha mikro, kecil leading sector dari Peraturan Bupati Sidoarjo
dan/atau koperasi, dan/atau f.suku bunga kredit Nomor 52 Tahun 2020 adalah Dinas Penanaman
rendah. Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Pemberian fasilitasi penanaman modal Sidoarjo khususnya Bidang Pengembangan dan
dapat berupa: penyediaan data dan informasi Promosi, Seksi Pengembangan dan Kebijakan
peluang penanaman modal;b.penyediaan sarana Pelayanan Penanaman Modal.
dan prasarana;c. Mempermudah penyediaan
lahan atau lokasi; d. Memberikan bantuan e. Program Implementators
teknis; e. Mempermudah dan mempercepat Pihak yang menjadi penanggungjawab atau
perizinan melalui pelayanan terpadu satu pintu; leading sector dari Peraturan Bupati Sidoarjo

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 8


Nomor 52 Tahun 2020 adalah Dinas Penanaman perizinan dan penanaman modal dalam
Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten mendukung kemudahan berusaha, dengan
Sidoarjo khususnya Bidang Pengembangan dan indikator Nilai Survey Kepuasan Masyarakat; 2)
Promosi, Seksi Pengembangan dan Kebijakan Meningkatkan Nilai Investasi Daerah, dengan
Pelayanan Penanaman Modal. indikator Nilai Investasi Daerah”.
Namun, akibat sistem mutasi yang ada di
Pemerintah Daerah, maka seringkali terjadi c. Compliance and Responsiveness
perubahan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra)
bertanggungjawab terhadap kebijakan. DPMPTSP Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016-
Dikarenakan kesibukan masing-masing di 2021, dengan mengacu pada tujuan Renstra
jabatan yang baru, belum ada transfer knowledge adalah 1) Mewujudkan kualitas pelayanan
yang maksimal antara SDM lama dengan SDM perizinan dan penanaman modal dalam
baru yang bertanggungjawab terhadap kebijakan mendukung kemudahan berusaha, dengan
tersebut. indikator Nilai Survey Kepuasan Masyarakat; 2)
Meningkatkan Nilai Investasi Daerah, dengan
f. Resources Commited indikator Nilai Investasi Daerah”.
Sumber Daya Manusia yang terlibat adalah
pihak DPMPTSP, Bupati, Sekretaris Daerah, 3. Evaluasi Kebijakan
Asisten II Pembangunan Setda, PUPR, Dinas 3.1 Efektifitas (effectiveness)
Cipta Karya, Dinas Bina Marga SDA, Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun
BAPPEDA, DLH, stakeholder eksternal seperti 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati
BPLS, Kementerian LH, Kementerian Energi & Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan
SDA, Konsultan Tenaga Ahli Geologi, Percepatan Investasi Pada Kawasan Terdampak
Akademisi. Lumpur Sidoarjo belum terdapat alat ukur atau
Selain sumber daya manusia, sumber daya indikator keberhasilan yang jelas atau baku untuk
non-SDM yang digunakan adalah sarana menyatakan bahwa kebijakan ini sudah berjalan
prasarana, Mall Pelayanan Publik (MPP), RUPM dengan efektif dan efisien serta dianggap berhasil
(Rencana Umum Penanaman Modal) Tahun atau gagal.
2015-2025, dsb. Bagi masyarakat terdampak Lumpur
Lapindo Sidoarjo, dengan keberadaan industri
2.2 Context atau Lingkungan Kebijakan tidak serta merta dampaknya dapat dirasakan
a. Power, Interest, and Strategies of Actor oleh masyarakat terdampak Lumpur Lapindo
Involved Sidoarjo, dikarenakan banyak dari masyarakat
Pihak-pihak yang berkuasa dan memilik terdampak Lumpur Lapindo Sidoarjo yang hidup
kepentingan adalah DPMPTSP, Bupati, berpencar, dan industri tersebut lebih besar
Sekretaris Daerah, Asisten II Pembangunan dampaknya dirasakan oleh masyarakat yang
Setda, PUPR, Dinas Cipta Karya, Dinas Bina tinggal di sekitar Kawasan Industri.
Marga SDA, BAPPEDA, DLH.
3.2 Efisiensi
b. Institution and Regime Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun
Characteristics 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati
Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan
Percepatan Investasi Pada Kawasan Terdampak
Lumpur Sidoarjo belum dikatakan efisien
dikarenakan kondisi anggaran yang menghambat
efektifitas kebijakan.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas 3.3 Kecukupan


Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Hasil yang muncul dari pemilihan alternatif
Satu Pintu Kabupaten Sidoarjo kebijakan tersebut adalah berhasilnya investor
Sumber: Rencana Strategis (Renstra) Perubahan yang masuk ke Kawasan terdampak Lumpur
DPMPTSP Kabupaten Sidoarjo Tahun 2021-2026 Lapindo Sidoarjo, investor tersebut berasal dari
China, Inggris dan Jepang. Investor tersebut akan
Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) mengembangkan usaha Geo-Park, yaitu wisata
DPMPTSP Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016- edukasi yang berbasis penelitian dan ilmu
2021, dengan mengacu pada tujuan Renstra pengetahuan seperti museum, wisaya edukasi
adalah 1) Mewujudkan kualitas pelayanan lumpur, dsb.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 9


3.4 Perataan 3.6 Ketapatan
Pada Kecamatan Tanggulangin dan pada Kecamatan Porong belum terdapat
Kecamatan Jabon sudah terdampat industri, industri besar maupun industri menengah dan
namun pada Kecamatan Porong belum terdapat kecil dikarenakan kawasan tersebut masuk ke
industri besar maupun industri menengah dan dalam ring 1, ring 1 merupakan titik terdekat
kecil dikarenakan kawasan tersebut masuk ke dengan semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo,
dalam ring 1, ring 1 merupakan titik terdekat sehingga menimbulkan ketakutan dan keresahan
dengan semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo, para investor apabila membangun industri atau
sehingga menimbulkan ketakutan dan keresahan usaha pada kawasan tersebut karena
para investor apabila membangun industri atau dikhawatirkan lumpur menyembur kembali.
usaha pada kawasan tersebut karena
dikhawatirkan lumpur menyembur kembali. Kesimpulan
Bagi masyarakat terdampak Lumpur Hasil temuan di lapangan menunjukkan
Lapindo Sidoarjo, dengan keberadaan industri bahwa, formulasi kebijakan (Winarno, 2014),
tidak serta merta dampaknya dapat dirasakan terkait belum melibatkan kelompok sasaran dan
oleh masyarakat terdampak Lumpur Lapindo tidak adanya alternatif kebijakan. Implementasi
Sidoarjo, dikarenakan banyak dari masyarakat kebijakan (Grindle, 1980: 11), terkait belum
terdampak Lumpur Lapindo Sidoarjo yang hidup adanya sosialisasi kepada para investor dan
berpencar, dan industri tersebut lebih besar pengusaha untuk menghilangkan stigma negatif
dampaknya dirasakan oleh masyarakat yang terhadap Lumpur Lapindo Sidoarjo yang
tinggal di sekitar Kawasan Industri. menyebabkan ketakutan para pengusaha serta
seringnya perubahan sumber daya manusia yang
3.5 Respomsivitas bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
Berkaitan dengan responsivitas para kebijakan, dengan transfer knowledge yang
pelaksana terkait kebijakan ditunjukkan melalui belum maksimal. Evaluasi kebijakan (Dunn,
sikap fast respon dan menerapkan sistem jemput 2003), terkait alat ukur/indikator yang tertuang
bola kepada pelaku industri atau UMKM selaku dengan jelas dan baku yang menjadi patokan dari
kelompok sasaran. Dinas Penanaman Modal ukuran keberhasilan kebijakan serta tidak
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten signifikannya dampak yang dirasakan oleh
Sidoarjo mengakomodir keluhan, memberikan masyarakat terdampak Lumpur Lapindo Sidoarjo
penjelasan system dan SOP yang berlaku. terhadap kehadiran industri di Kawasan
Terdampak Lumpur Lapindo Sidoarjo.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2022). Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka 2022. Sidoarjo, BPS Kabupaten
Sidoarjo.
Badan Pusat Statistik. (2021). Kecamatan Jabon Dalam Angka 2021. Sidoarjo, BPS Kabupaten
Sidoarjo.
Badan Pusat Statistik. (2021). Kecamatan Porong dalam Angka 2021. Sidoarjo, BPS Kabupaten
Sidoarjo.
Badan Pusat Statistik. (2021). Kecamatan Tanggulangin dalam Angka 2021. Sidoarjo, BPS Kabupaten
Sidoarjo.
Dunn, William N. (2000). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gajah mada University
Press.
Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Grindle, Marilee. S. (1980). Politics and Policy Implementation in the Third World. New Jersey,
Princeton University Press.
Herawati, N. (2007). Analisis Risiko Lingkungan Aliran Air Lumpur Lapindo ke Badan Air (Studi
Kasus Sungai Porong dan Sungai Aloo – Kabupaten Sidoarjo). Semarang, Universitas
Diponegoro.
Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2007 tentang perpanjangan mandat Tim Nasional Penanggulangan
Longsor Sidurjo.
Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.
Madjid, Abdul. (2014). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Penanggulangan Longsor Sidoarjo.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 10


Peraturan Bupati Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Percepatan Investasi Pada Kawasan
Terdampak Lumpur Sidoarjo.
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 52 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 59
Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Percepatan Investasi Pada Kawasan Terdampak Lumpur
Sidoarjo.
Pujiastuti, Triani. (2009). Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Wahab, Solichin.A. (1997). Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara.
Jakarta, Bumi Aksara.
Widodo, Joko. (2009). Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan
Publik. Malang, Bayu Media.
Winarno, Budi. (2014). Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta, CAPS.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 6, No. 3, Hal. 1-11 | 11

You might also like