You are on page 1of 39

PROPOSAL PENELITIAN

MODAL SOSIAL PETANI DAN PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN

CENGKEH DI DESA NGGELE KECAMATAN TALIABU BARAT LAUT

KABUPATEN PULAU TALIABU

OLEH:

NINING ADNIAR

NIM. D1E1 19 058

JURUSAN/PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
MODAL SOSIAL PETANI DAN PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN

CENGKEH DI DESA NGGELE KECAMATAN TALIABU BARAT LAUT

KABUPATEN PULAU TALIABU

Proposal Penelitian

diajukan kepada Fakultas Pertanian

untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pada Jurusan/Program Studi Penyuluhan Pertanian

OLEH:

NINING ADNIAR

NIM. D1E1 19 058

JURUSAN/PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Modal Sosial Petani dan Peningkatan Produksi Tanaman

Cengkeh di Desa Nggele Kecamatan Taliabu Barat Laut

Kabupaten Pulau Taliabu

Nama : Nining Adniar

NIM : D1E119058

Program Studi : Penyuluhan Pertanian

Menyetujui;

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dasmin Sidu, S.P., M.P. La Ode Kasno Arif, S.P., M.Si
NIP. 19720506 200003 1 001 NIP. 19860419 201903 1 006

Mengetahui;

Ketua Jurusan/Program Studi Penyuluhan

Salahuddin, S.P., M.Sc


NIP. 19771101 200501 1 001
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................i


Halaman Judul................................................................................................ii
Halaman Pengesahan.....................................................................................iii
Daftar Isi..........................................................................................................iv
Daftar Tabel ...................................................................................................v
Daftar Gambar................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN.......................................................................................
I.1 Latar Belakang.......................................................................................
I.2 Rumusan Masalah..................................................................................
I.3 Tujuan....................................................................................................
I.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
II.1Deskripsi Teori .....................................................................................
II.1.1 Modal Sosial .............................................................................
II.1.2 Produksi Komoditas Perkebunan.................................................
II.1.3 Tanaman Cengkeh ....................................................................
II.1.4 Tahap Budidaya .........................................................................
II.1.5 Penelitian Terdahulu ..................................................................
II.1.6 Kerangka Pikir .........................................................................
III. METODE PENELITIAN........................................................................
III.1...............................................................................................................Loka
si Penelitian............................................................................................
III.2 Populasi dan Sampel............................................................
III.3 Jenis dan Sumber data....................................................
III.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................
III.5 Variabel Penelitian...................................................................
III.6 Konsep/Definisi Operasional...................................
III.7 Teknik Analisis Data...........................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Variabel Indikator Penelitian...........................................................


Tabel 3.2. Skor Alternatif Jawaban Instrumen.................................................
Tabel 3.3. Interval Skala Likert........................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian ...........................................................


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi alamiah yang tinggi untuk mengembangkan

sektor pertanian. Salah satu sub-sektor pertanian yang perlu terus dikembangkan

adalah sub sektor perkebunan. Potensi yang perlu dikembangkan berkenan dengan

diversifikasi komoditi khususnya di bidang perkebunan adalah komoditi cengkeh

baik di pasar domestik maupun di pasar internasional mempunyai prospek yang

cerah antara lain ditandai dengan terus meningkatnya nilai ekspor komoditi

cengkeh secara nasional, sehingga memberikan da menambah devisi bagi Negara

(Goenadi, ddk, 2005).

Cengkeh memegang peranan penting dalam pembangunan perkebunan

khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Kontribusi cengkeh yang

nyata dalam penyediaan kebutuhan bahan baku terutama bagi industri rokok

kretek, peningkatan pendapatan petani, peningkatan devisi Negara, penyediaan

kesempatan kerja ditingkat on farm, industri farmasi dan perdagangan serta sektor

informal, saat ini sebagian besar hasil cengkeh (95%) digunakan sebagai bahan

baku pembuatan industri rokok kretek (PRK), sisanya untuk memenuhi kebutuhan

industri makanan dan obat-obatan, oleh karenanya tidak dapat disangka bahwa

peran cengkeh dalam perekonomian nasional cukup besar (Nurdjanna, 2007).


Kondisi cengkeh di tingkat nasional mengalami pasang surut mengingat

fluktuasi harga cengkeh yang cukup besar dan biaya panen dan pengolahan cukup

tinggi, sementara itu, di sisi teknis tanaman cengkeh mempunyai karakteristik


yang khas yaitu adanya panen besar diikuti panen kecil pada tahun berikutnya

serta panen raya pada periode tertentu.

Permasalahan besar yang dialami petani cengkeh adalah ketakutan

terhadap turunnya kembali harga cengkeh yang sudah terlanjur mereka garap.

Mereka harus mengeluarkan modal besar untuk menggarap pertanian cengkeh,

mulai dari menyiapkan lahan, menyiapkan bibit hingga biaya perawatan tanaman.

Bagi para petani desa resiko terjadinya kerugian adalah hal yang sangat mereka

hindari. Masyarakat dihadapkan pada masalah ketidak beranian mengambil resiko

yang dikarenakan mereka tidak memiliki modal pengembangan, dan kegagalan

usaha akan mempengaruhi kehidupan ekonomi mereka selanjutnya (Mustofa,

2005).

Kabupaten Pulau Taliabu merupakan daerah sektor pengembangan

potensi komoditas cengkeh sehingga menjadi daerah penghasil cengkeh di

Indonesia. Salah satu daerah yang mengembangkan komoditas cengkeh di

kabupaten Pulau Taliabu adalah di Desa Nggele. Komoditas Cengkeh merupakan

salah satu komoditas perkebunan yang memberikan kontribusi terhadap

perekonomian negara, tidak kalah dari industri kecil hingga besar yang meliputi

industri pembuatan rokok, kosmetik, parfum dan rempah-rempah yang sangat

membutuhkan komoditas ini.

Pulau Taliabu dengan potensi perkebunan rakyat yang luas harus menjadi

perhatian utama kita ke depan, karena 96% penduduknya bekerja di bidang

pertanian/pertanian. Hampir seluruh masyarakat Taliabu bermata pencaharian

sebagai petani tanaman perkebunan, khususnya tanaman cengkeh.


Desa Nggele Kecamatan Taliabu Barat Laut Kabupaten Pulau T aliabu

merupakan salah satu daerah sentra Produksi Tanaman Cengkeh. Namun dalam

lima tahun terakhir Produksi Cengkeh Didesa Nggele Mengalami naik turunnya

Produksi.

Data jumlah produksi tanaman Cengkeh di Desa Nggele Tahun 2020-2022

didapatkan bahwa pada tahun 2020 produksi tanaman cengkeh sebanyak 30,72

ton dengan luas tanah 7,93 ha. Pada tahun 2021 produksi tanaman cengkeh

sebanyak 30,73 ton dengan luas panen 8,17 ha. Dan pada tahun 2022 produksi

tanaman cengkeh sebanyak 30, 79 ton dengan luas panen 8,18. Berdasarkan data

produksi petani cengkeh di Desa Nggele Kecamatan Taliabu Barat Laut

Kabupaten Pulau Taliabu di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi

tanaman cengkeh mengalami kenaikan sebesar 2,2 % pertahun.

Selain bermata pencaharian di bidang pertanian dan perkebunan,

masyarakat Taliabu juga bekerja di bidang Nelayan untuk dapat menghidupi

kebutuhannya sehari-hari. Desa Nggele merupakan salah satu desa penghasil

cengkeh yang sudah bertahun-tahun bertani cengkeh. Dalam budidaya cengkeh

hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah masalah pendapatan, karena

sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu usahatani dan bagi petani itu

sendiri.

Modal sosial juga merupakan faktor penting yang perlu dimiliki petani

untuk melakukan inovasi. Penggunaan teknologi dalam seluruh rangkaian

kegiatan pertanian akan lebih efektif apabila dilakukan dalam bentuk kelompok

dan dilakukan secara kolektif. Pemanfaatan teknologi dan inovasi seringkali


disalurkan oleh lembaga dalam satu kelompok dimana kelompok yang dibentuk

atas dasar kesamaan tujuan dan ikatan kekeluargaan. Tanpa ikatan modal sosial,

kelompok diantara sesama pelaku pertanian dan pelaksanaan kegiatan ini akan

sulit dilakukan dimana kerjasama dan kepercayaan diantara para pelaku pertanian

menjadi hal yang paling utama. Demikian halny a apabila ada rasa percaya antar

sesama petani dalam pemanfaatan tenaga kerja, maka proses produksi menjadi

lebih efisien. Jika modal sosial di suatu kelompok atau masyarakat semakin

menghilang maka segala macam bentuk kebijakan dari pemerintah dengan tujuan

ingin menyejahterakan petani akan sulit untuk terealisasikan (Hasbullah, 2006).

Menurut Fukuyama dalam Inayah (2012), faktor kultural, khususnya

modal sosial menempati posisi yang sangat penting sebagai faktor yang

menentukan kualitas masyarakat. Hal ini setara dengan permasalahan mengenai

penggunaan modal sosial oleh petani cengkeh, karena dapat berpengaruh dengan

keberlangsungan pertanaian cengkeh kedepan. Petani yang telah meninggalkan

pertanian cengkeh mereka kemungkinan akan kembali untuk menekuni pertanian

cengkeh, jika mereka mengetahui langkah– langkah yang dilakukan oleh para

petani cengkeh lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Modal Sosial Petani cengkeh di Desa Nggele Kecamatan Taliabu

Barat Laut Kabupaten Pulau Taliabu?


2. Bagaimana upaya peningkatan Produksi berdasarkan modal sosial yang

dimiliki petani?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan Masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui modal sosial petani cengkeh di Desa Nggele Kecamatan Taliabu

Barat Laut Kabupaten Pulau Taliabu

2. Mengetahui upaya peningkatan produksi cengkeh di Desa Nggele Kecamatan

Taliabu Barat Laut Kabupten Pulau Taliabu.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bahan informasi petani untuk meningkatkan Produski Cengkeh.

2. Bahan informasi bagi pemerintah daerah dalam hal pengambilan kebijakan

untuk masyarakat petani Cengkeh.

3. Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang

relevan dengan penelitian ini.


II. TINJAUAN PUSTAKA (Spasi bab ke sub bab 3.0)

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi Teori adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan

suatu fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep

gagasan, pandangan, sikap dan atau tata cara-cara yang pada dasarnya

menguraikan nilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam

proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau hubungan fungsional di

antara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas tertentu.

2.1.1 Modal Sosial

Dalam pemikiran ekonomi istilah „modal‟ berarti sejumlah uang yang

diakumulasi, yang dapat di investasikan dengan harapan akan memperolah hail

yang menguntungkan dimasa yang akan datang (Field, 2011). Sementara itu,

modal sosial adalah jumlah sumberdaya aktual atau maya, yang berkumpul pada

seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa

hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak

terinstitusionalisasikan (Bourdieu dan Wacquan) dalam (Field, 2011).

Modal sosial adalah sistem dari norma masyarakat dan hubungan timbal

balik yang menghasilkan kepercayaan, tindakan kolaboratif dan kesadaran

masyarakat. Putnam menyatakan Dalam (Field, 2011) bahwa yang dimaksud

dengan „modal sosial‟ adalah bagian dari kehidupan sosial, jaringan, norma dan

kepercayaan, yang mendorong partisipasi bertindak bersama secara lebih efektif

untuk mencapat tujuan-tujuan bersama (Supiyanto, 2011).


Modal sosial dalam penelitian ini adalah modal diluar modal fisik,

sepertihalnya modal yang dimaksud dalam istilah ekonomi, melainkan modal

jaringan, nilai, trust yang digunakan oleh petani tanaman cengkeh di Desa Nggele

dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yaitu kemajuan pertanian cengkeh

mereka.

Modal sosial yang ada dalam masyarakat dapat mensejahterakan

masyarakat bahkan dapat meminimalisir peluang konflik (Noor, dalam masdin AP

2006). Bangsa yang memiliki modal sosial tinggi akan cenderung lebih efisien

dan efektif menjalankan berbagai kebijakan untuk mensejahterakan dan

memajukan kehidupan rakyatnya dan begitu juga sebaliknya. Masyarakat yang

memiliki modal sosial tinggi akan membuka kemungkinan menyelesaikan

persoalan dengan lebih mudah. Hal ini memungkinkan terjadi pada masyarakat

yang terbiasa hidup dengan rasa saling mempercayai yang tinggi (Putnam, 2000).

Modal sosial yang tumbuh pada suatu komunitas yang didasarkan atas

norma-norma bersama akan sangat membantu dalam memperkuat entitas

masyarakat tersebut. Modal sosial berbeda dengan bentuk modal-modal yang lain,

salah satunya adalah kemampuan untuk menciptakan dan mentransfer ide,

pemikiran, dan sejenisnya (Fukuyama, 2002). Modal sosial yang tinggi akan

membawa dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam berbagai

bentuk (Putnam, 2002).

Kondisi modal sosial di daerah pedesaaan berbeda dengan modal sosial di

daerah perkotaan. Perbedaan tersebut dicirikan dengan masyarakat pedesaan yang

sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan berbeda


dengan mayarakat perkotaan yang pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri

tanpa harus bergantung kepada orang lain (Soekanto, 2013).

Modal sosial secara sederhana didefinisikan sebagai kumpulan nilai-nilai

atau norma-norma informal secara spontan yang terbagi di antara para anggota

suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka.

Fukuyama mengemukakan bahwa mereka harus mengarah kepada kerjasama

dalam kelompok dan berkaitan dengan kebajikan-kebajikan tradisional seperti:

kejujuran; memegang komitmen; bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan

norma saling timbal balik, Fukuyama juga menjelaskan bahwa modal sosial

mustahil dimiliki oleh individi yang bergerak diatas kepentingannya sendiri.

Selanjutnya dijelaskan oleh Fukuyama bahwa dalam kondisi tertentu modal sosial

dapat memfasilitasi tinggnya derajat inovasi masyarakat dan daya adaptasi

masyarakat (Fukuyama, 2010).

Penelitian tentang modal sosial petani cengkeh di Desa Nggele

menggunakan teori analisis modal sosial yang dikemukakan oleh Jousairi

Hasbullah bahwa modal sosial yang ada pada petani cengkeh didesa Nggele

berupa jaringan, kelembagaan dan kepercayaan. Modal sosial sebagai upaya

bersama untuk kesejahteraan bersama. Penelitian tentang modal sosial petani

cengkeh didesa Nggele menunjukan adanya upaya bersama yang dilakukan oleh

masyarakat dalam mengembangkan pertanian cengkeh atau upaya bersama antar

petani cengkeh.

Modal sosial juga memberikan alasan kenapa para petani cengkeh tetap

bertani cengkeh meskipun banyak tanaman jenis lain yang dapat ditanam. Modal
sosial yang ada telah berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh petani cengkeh.

Upaya memanfaatkan modal sosial dilakukan oleh petani yaitu dengan

memanfaatkan modal sosial yang mereka miliki terhadap usaha pertanian cengkeh

mereka. Upaya memanfaatkan modal sosial adalah hal yang secara tidak sadar

dilakukan oleh petani, kepemilikan jaringan dan kepercayaan petani terhadap

pertanian cengkeh dianggap sebagai hal yang umum bagi para petani cengkeh.

Petani lebih memandang bahwa masing-masing orang memiliki cara sendiri

dalam menjalankan kehidupan ekonominya.

Hal yang dilakukan petani oleh petani untuk memanfaatkan modal sosial antara

lain: memanfaatkan jaringan dalam upaya perawatan dan peremajaan tanaman

cengkeh, memanfaatkan jaringan untuk distribusi hasil panen, memanfaatkan nilai

dan norma dalam aktivitas pertanian cengkeh, menjadikan trust sebagai dasar

untuk pengembangan usaha pertanian cengkeh.

Menurut Hasbullah, modal sosial merupakan kebersamaan masyarakat

untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas kehidupan dan senantiasa

melakukan perubahan dan penyesuaian secara terus menerus (Hasbullah, 2006).

Hasbullah (2006) mengemukakan bahwa unsur-unsur pokok modal sosial adalah:

1) partisipasi dalam suatu jaringan, 2) timbal balik (resiprocity), 3) kepercayaan

trust, 4) norma-norma sosial, 5) nilai-nilai dan, 6) tindakan yang proaktif.

a. Jaringan sosial

Jaringan sosial adalah rangkaian hubungan sosial yang khas diantara sejumlah

orang, yang didalamnya terdapat kepercayaan dan kepercayaan tersebut

dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. Dalam pengelolaan
sampah di TPS terpadu ditemukan adanya hubungan sosial dan relasi sosial yang

mengacu pada aspek Bonding, Bridging dan Linking. Aspek Bonding ditunjukan

oleh adanya kesamaan latar belakang yaitu etnis sunda dan agama islam. Aspek

Bridging, yaitu adanya kerjasama antara lembaga TPST dengan kelompok

masyarakat seperti karang taruna, kelompok komunitas maupun kelompok ibu-ibu

PKK. Aspek linking yaitu adanya relasi kerjasama antara TPS Terpadu dengan

kelompok masyarakat, organisasi dan perangkat pemerintahan dalam menjalin

kesepakatan dan kerjasama (Damsar dan Indrayani, 2009).

Setiap orang memiliki hak untuk menentukan pilihannya termasuk untuk

memilih bergabung atau memisahkan diri terhadap suatu jaringan. Dalam modal

sosial keikutsertaan seseorang didalamnya sebagai anggota suatu jaringan

memiliki peran yang penting untuk kelangsungan modal sosial, atau setidaknya

memberikan tambahan kekuatan bagi keberlangsungan suatu modal sosial. Hal

sebaliknya berlaku apabila seseorang tidak lagi turut berpartisipasi didalam

jaringannya maka jaringan itu akan kehilangan sebagian kekuatannya.

b. Kelembagaan

Kelembagaan adalah seluruh pola-pola ideal, organisasi, dan aktivitas yang

berpusat disekeliling kebutuhan dasar seperti kehidupan keluarga, Negara, agama

dan mendapatkan makanan, pakaian dan kenikmatan serta tempat perlindungan.

Suatu lembaga dibentuk selalu bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan

manusia sehingga lembaga mempunyai fungsi. Selain itu lembaga merupakan

konsep yang terpadu dengan struktur, artinya tidak saja melibatkan pola aktivitas
yang lahir dari segi sosial untuk memenuh kebutuhan manusia, tetapi juga pola

organisasi untuk melaksanakannya (Roucek dan Warren, 1984).

Kelembagaan petani yang dimaksud di sini adalah lembaga petani yang

berada pada kawasan lokalitas (Local Institution), yang berupa organisasi

keanggotaan (membership organization) atau kerjasama (Cooperatives) yaitu

petani-petani yang tergabung dalam kelompok kerjasama. Kelembagaan ini

meliputi pengertian yang luas, yaitu selain mencakup pengertian organisasi petani,

juga ‘aturan main’ (relo of the game) atau aturan perilaku yang menentukan pola-

pola tindakan dan hubungan sosial, termasuk juga kesatuan sosial. Kesatuan sosial

yang merupakan wujud kongkrit dari lembaga itu.

c. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu bentuk tindakan yang didasari rasa yakin

untuk mengambil resiko, bahwa seseorang akan melakukan sesuatu sesuai apa

yang diharapkan dan selalu bertindak dalam pola-pola yang saling

menguntungkan (Hasbullah dalam Ningrum (2012). Pola ini digunakan sebagai

dasar suatu hubungan, yaitu rasa saling percaya. Menurut Fukuyama dalam

Pramatya (2013) bahwa unsur terpenting dalam modal sosial adalah kepercayaan

(trust) yang merupakan perekat bagi langgengnya kerjasama dalam kelompok

masyarakat. Dengan kepercayaan (trust) orang-orang akan bisa bekerjasama

secara lebih efektif.

2.1.2 Produksi Komoditas Perkebunan

Sektor perkebunan sangat berperan penting dalam mensukseskan

pelaksanaan strategi transformasi ekonomi di Indonesia, istilah komoditas


perkebunan umurnya merujuk kepada sekelompok tanaman atau komoditas

tertentu. Namun permasalahn yang timbul adalah aktor yang berperan disini

masih sangat minim, terutama dari masyarakat lokalnya yang memiliki

pengetahuan terbatas mengenai potensi lokal yang ada di daerahnya. Dari

banyaknya komoditas dan jumlah adata yang banyak maka diperlukan suatu

sistem pengelompokan untuk mempermudah instansi maupun pemerintah dalam

mengelompokkan data dengan jumlah yang banyak dan agar dapat memberikan

informasi tentang potensi di suatu wilayah yang diperlukan oleh masyarakat

maupun petani dan lembaga-lembaga yang terkait dengan informasi tersebut.

Produksi di definisikan sebagai menghasilkan kekayaan melalui

eksploitasi manusia terhadap sumber-sumber kekayaan lingkungan. Secara

konvensional, produksi adalah proses penghasilan atau menambah nilai guna

suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya yang ada. Produksi

tidak berarti menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada. Pengertian ahli

ekonomi, yang dapat dikerjakan manusia hanyalah membuat barang-barang

menjadi berguna disebut dihasilkan.

Produksi bisa dititik di dua aspek; kajian positif terhadap hukum-hukum

ekonomi yang menentukan fungsi produksi. Kajian normatif yang membahas

dorongan-dorongan dan tujuan produksi. Pembahasan mengenai nilai, norma dan

etika dalam produksi termasuk dalam aspek normatif yang banyak dikaji oleh para

ahli teori sosial (Mirsad, 2021).


a. Peningkatan Produksi Secara Intensif

Peningkatan produksi dengan cara intensifikasi merupakan kegiatan

memperluasan produktivitas dari faktor produksi yang ada pada tiap unit

produksi. Peningkatan produksi secara intensif pada bidang pertanian, misalnya,

pemupukan yang tercukupi, pengairan yang lebih intensif, penyiraman yang tepat,

pemangkasan dahan, penyuluhan pada petani, pemilihan bibit unggul yang tepat,

dan pemberantasan hama.

b. Penigkatan Produksi Secara Ekstensifikasi

Penigkatan produksi secara ekstensif adalah kegiatan perluasan produksi

untuk meningkatkan mutu (kualitas) dan jumlah (kuantitas) yang dilakukan

dengan cara menambah unit produksi baru. Peningkatan produksi secara ekstensif

pada bidang pertanian, yaitu menambah area, tenaga kerja, dan bibit tanaman.

Selanjutnya, memperluas lahan pertanian baru, misalnya membuka hutan dan

semak belukar didaerah sekitar rawa-rawa dan daerah pertanian yang belum

dimanfaatkan, sehinggah membuka persawahan pasang surut.

2.1.3 Tanaman Cengkeh

Tanaman cengkeh memiliki nama latin syzgium aromaticum. Pohon

cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m.

Mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya.

Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga

sudah mekar. Cengkeh (Syzygium aromaticum) Miringkan termasuk jenis

tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras,

cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun. Pohon
cengkeh merupakan tanaman rempah yang banyak dimanfaatkan untuk

pembuatan obat. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun

(Oktora, 2013). Tanaman cengkeh tumbuh optimal pada 300 - 600 dpal dengan

suhu 22°-30°C, curah hujan yang dikehendaki 1500-4500 mm/tahun (Prabowo

PA, 2007).

Tanaman cengkeh dalam penelitian ini adalah tanaman cengkeh yang di

tanam oleh petani cengkeh di Desa Nggele Kecamatan Taliabu Barat Laut

Kabupaten Pulau Taliabu. Jenis tanaman cengkeh di Desa Ketanda sama dengan

tanaman cengkeh di tempat lain pada umumnya. Petani memanfaatkan panen

cengkeh hanya untuk di jual, bukan untuk diolah menjadi obat atau jenis olahan

lainnya.

2.1.4 Tahap Budidaya

Budidaya adalah suatu istilah yang berhubungan dengan suatu proses

memperbanyak sumber daya hayati, yang biasanya terdapat dalam bidang

perkebunan, peternakan, dan pertanian. Budidaya ini sering dijadikan sebagai

suatu lading bisnis yang ampuh untuk meraupbanyak keuntungan. (Masukan

pendapat siapa dan tambahkan teori tentang tahap budidaya)

a. Persemaian dan Pembibitan (Masukan pendapat siapa)

Proses budidaya cengkeh biasanya dimulai dari kerja pembibitan dan

persemaian. Agar bisa memperoleh dan menghasilkan pohon cengkeh yang

produktif dan berkualitas, maka kerja pembibitan dan persemaian harus dilakukan

secara baik, cermat dan teliti. Dalam memilih tempat persemaian, ada beberapa

faktor yang diperhatikan:


1. Tanah harus subur dan muda diairi (terutama pada musim kemarau).

2. Tempat persemaian harus terlindungi dari angin kencang

3. Tempat strategis (misalnya mudah mengangkut benihdan dekat dengan areal

tanam).

Tahap-tahap kerja yang harus dilakukan dalam persemian:

1. Membuat patok atau tanda pada tanah yang akan dicangkul. Lebarnya

maksimal 175 cm dan panjangnya maksimal 5 m, atau ditentukan secara

kondisional dengan cara melihat lahan atau medan.

2. Diantara bedengan persemaian diberi parit air kira-kira 50 cm.

3. Pencangkulan tanah yang akan dibuat bedengan sedalam kira-kira 30 cm.

4. Membersihkan rerumputan dan tanaman pengganggu lainnya hingga ke akar-

akarnya.

5. Pencangkulan di ulangi 3 kali untuk menggemburkan tanah, kemudian di gulut

kira-kira 20 cm diatas permukaan parit.

6. Sekeliling tiap gulutan/ bedengan persemaian diberi penahan (amping) supaya

tanah persemaian tidak larut kena air.

7. Tanah dicampur dengan pupuk kandang yang telah masak rata-rata 1 blek tiap

3 m2 atau kondisional, melihat intensitas kesuburan tanah.

8. Memasang peneduh setinggi rata-rata 2 meter dengan atap alang-alang, daun

kelapa atau jerami.

9. Tiap-tiap gulutan/ bedengan disemprot dengan insektisida atau dicampur bubuk

incex untuk membunuh ulat ranah, gangsir, rayap, dan lain-lain, yang senang

memakan bibit cengkeh.


Setelah semuanya siap, biji mulai ditanam. Pilihlah biji kualitas terbaik

atau unggul, biji bisa disediakan sendiri jika mempunyai induk tanaman cengkeh

yang bagus. Jika tidak punya benih yang bagus, sebaiknya mencari di toko-toko

pertanian dan tanaman yang terpercaya. Jika benih dari biji yang akan

dipindahkan pada umur 1 tahun, maka jarak tanamnya 20x20 cm. Jika benih dari

biji yang akan dipindahkan pada umur 2 tahun, maka jarak tanamnya 30x30 cm.

sebaiknya biji dikecambahkan dulu, kurang lebih selama 5 hari sehingga

pertumbuhan akarnya lurus dan baik. Caranya, biji ditempatkan pada keranjang-

keranjang pipih yang diberi tanah secukupnya. Biji cengkeh ditaruh berjajar rata

pada tempat tersebut.

b. Persiapan Lahan

Mempersiapkan lahan, yang harus dilakukan adalah:

1. Pembersihan lahan

2. Pembuatan lubang tanaman biasanya disiapkan sejak bulan juli sampai dengan

September dan ditutup pada bulan Oktober, tujuannya agar lubang dan tanah

galiannya terkena panas yang cukup lama. Ukuran (panjang, lebar, dan

kedalaman) yang biasa digunakan dalam pembuatan lubag tanam yaitu: (i)

60x60 cm, (ii) 80x80 cm, dan (iii) 1x1x1 m.

3. Pada 2 minggu sampai 1 bulan sebelum tanam, tanah diberi pupuk kandang

yang telah menjadi tanah atau kompos sebanyak 5-10 kg/pohon.

4. Untuk mengatur kelebihan air perlu dibuatkan saluran drainase yag cukup.
c. Penanaman

Penanaman dilakukan apabila semua persiapanya, misalnya teras erring

telah baik. Peneduh alam atau buatan telah siap, lubang-lubang tanam yang

memenuhi syarat telah ditut kembali, serta jarak tanam telah ditentukan. Jarak

tanaman yang biasa digunakan pada penanaman cengkeh tidak sama tergantung

pada tanah agak miring minimal 6m x 6m = 256 pohon, atau dapat dibuat

bervariasi 8m x 6m = 200 pohon , 6m x 7m = 238 pohon, 7m x 8m = 178 pohon.

Bila terdapat gangguan-gangguan yang dapat merugikan, jarak tanam dapat dibuat

lebih rapat lagi, misalnya 4m x 4m = 625 pohon.

Penanaman cengkeh dilaksanakan pada awal musim hujan. Dalam

penanamannya dilakukan pula pola tanam campuran (polikultur) dengan sistem

tanam pagar, yaitu memperkecil jarak tanam dalam baris (Timur- Barat) misalnya

12m x 5m atau 14m x 6m sehingga tersedia ruangan untuk tanaman sela atau

tanaman campuran. Tanaman campuran dapat dilakukan pada tanaman yang

belum produktif dan atau kurang produktif. Beberapa tanaman campuran yang

dapat digunakan antara lain: kacang tanah, kacang tunggak, jagung, dan tanaman

lain kecuali ketela pohon karena ketela pohon menyerap banyak garam-garam

mineral dari dalam tanah dan tidak dikembalikan sehingga sangat cepat

mengurangi kesuburan tanah.

d. Pemupukan dan Pemeliharaan

Pemupukan adalah proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman agar

ketersediaan unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Tujuannya untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman agar


ketersediaan unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Pemeliharan adalah perlakuan terhadap tanaman dan lingkungannya agar tanaman

tumbuh sehat dan normal melalui penyulaman, penyiangan, penggemburan tanah,

penyiraman, pemupukan, pemangkasan tanaman dan pemberantasan hama dan

penyakit. Pemeliharaan juga merupakan salah satu komponen budidaya yang

bertujuan untuk menjamin keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman.

1. Pengelolaan Lahan dan Tanaman

a. Tanaman cengkeh yang berumur 1-5 tahun merupakan periode kritis, sekitar

10-30% tanaman yang telah ditanam dilapangan mengalami kematia atau

perlu diganti/disulam kerana berbagai sebab, seperti hama penyakit,

kekeringan, kalah bersaing dengan gulma, atau penyebab lainnya.

b. Penggemburan tanah disekeliling tanaman di daerah sekitar perakaran di

cangkul dangkal (± 10 cm) sekurang-kurangnya 2 kali setahun, pada awal dan

akhir musim hujan sekaligus sebagai persiapan pemupukan

c. Gulma atau alang-alang harus dibersihkan sampai akar-akarnyadengan

cangkul/ garpu atau dengan pemyemprotan herbisida.

2. Pengaturan Naungan

a. Pada stadia awal pertumbuhan, tanaman cengkeh memerlukan nanguan yang

cukup.

b. Naungan buatan diadakan maksimal untuk dua periode musim kemarau setelah

penanaman.
c. Bila naungan alami (pohon peneduh) sudah terlihat gelap harus segera

dipagkas, pagkasan dimasukkan ke dalam rorak (sebagai humas). Jangan

memangkas pada musim kemarau karena akan merugikan.

d. Setelah tanaman cengkeh mencapai umur 5 tahun nanguan alami ( pohon

peneduh) sama sekali dihilangkan, karena tanaman sudah tahan terhadap

semua pengaruh dari luar.

3. Penyulaman

a. Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan, yaitu untuk

menghindari kematian tanaman karena kekeringan.

b. Bibit sulaman yang digunakan berasal dari sumber benih dan umur yang tidak

jauh berbeda dengan tanaman yang telah ditanam.

4. Penyiraman

a. Pada awal pertumbuhan, tanaman cengkeh memerlukan kondisi tanah yang

lembab, sehingga pada musim kemarau perlu adanya penyiraman. Setidak-

tidaknya penyiraman dilakukan 2-3 kali sehari. Penyiraman dilakukan pada

sore hari setelah pukul 15.00 karena saat sore hari keadaannya sejuk dan tidak

akan terjadi penguapan yang banyak sehingga air dapat diserap oleh akar

dalam jumlah yang banyak.

b. Pada tanaman dewasa penyiran kurang diperlukan lagi, kecuali pada kondisi

iklim ekstrim kering

5. Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan menjelang musim kemarau. Tujuannya

untuk menjaga kelembaban tanah disekitar tanaman dan memberikan kondisi yang

lebih baik bagi pertumbuhan akar.

6. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman dan

meningkatkan produksi cengkeh dilakukan dibawah proyeksi tajuk dan bagian

dalam tajuk (Ali, 2015). Pemupukan dilakukan 2 kali setahun, yaitu saat awal

musim hujan ( akhir musim kemarau)dan saat awal musim kemarau (akhir musim

hujan). Jenis pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organic (pupuk kandang

atau kompos) dan pupuk anorganik, baik tunggal maupun berupa pupuk majemuk

dalam bentuk butiran maupun tablet.

Pupuk organik berbentuk butiran (UREA, TSP/SP-36, KCI, Kieserit)

diberikan pada proyeksi tajuk 2/3 bagian dan 1/3 bagian dibawah bagian dalam

tajuk yang dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan.

Pupuk anorganik berbentuk tablet, diberikan dalam 8 lubang tugal (4 lubang

dibawah proyeksi tajuk 4 lubang dibawah tajuk bagian dalam). Sedalam 10-15

cm, pupuk tablet hanya setahun sekali, yaitu pada awal musim hujan.

e. Panen dan pasca Panen

Panen adalah kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau mencapai

kematangan fisiologis sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Pasca panen

merupakan rangkaian kegiatan penanganan buah sejak dipanen hingga buah siap

didistribusikan ke konsumen.

1. Pemanenan
Produk utama cengkeh adalah bunga, yang pada waktu dipanen kadar

airnya berkisar antara 60-70%. Waktu yang paling baik untuk memetik cengkeh

adalah sekitar 6 bulan setelah bakal bunga timbul, yaitu setelah satu atau dua

bunga pada tandanya mekar dan warna bunga menjadi kuning kemerah-merahan

dengan kepala bunga masih tertutup, berisi dan mengkilat.

Pemungutan bunga cengkeh dilakukan dengan cara memetik tangkai

bunga dengan tangan, kemudian dimasukkan ke dalam kantong kain atau

keranjang yang telah disiapkan, menggunakan tangga segitiga atau galah dari

bamboo, serta tidak merusak daun sekitarnya saat pemetikan. Waktu panen sangat

berpengaruh terhadap rendemen dan mutu bunga cengkeh serta minyak atsirinya.

Saat pemetikan cengkeh yang tepat yaitu apabila bunga sudah penuh

dengan benar tetapi belum mekar, pemetikan yang dilakukan saat bunga cengkeh

masih muda (sebelum bunga masak) akan menghasilkan bunga cengkeh yang

kering yang keriput, kandungan minyak atsirinya rendah dan berbau langu (tidak

enak). Sedangkan apabila pemetikannya lambat 9 bunga sudah mekar setelah

dikeringkan akan diperoleh mutu rendah, tanpa kepala serta rendemennya rendah

(Ali, 2017).

2. Pasca Panen

Sebelum dikeringkan, bunga cengkeh dipisahkan dari tangkai atau gagang

dan dikeringkan secara terpisah. Pada tahap ini dilakukan pemisahan antara bunga

cengkeh yang baik, bunga yang terlalu tua dan yang terjatuh, setelah itu bunga

cengkeh dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemurnya dibawah

sinar matahari langsung atau menggunakan pengering buatan. Bunga cengkeh


yang akan dijemur dihamparkan pada alas tikar, anyaman bamboo gribig, atau

plastik, atau pada lantai jemur yang diberi alas plastik. Selama proses

pengeringan, cengkeh dibolak-balik agar keringnya merata. Proses pengeringan

dianggap selesai apabila warna bunga cengkeh telah berubah menjadi coklat

kemerahan, mengkilat, mudah dipatahkan dengan jari tangan dan kadar air telah

mencapai sekitar 10-12 %. Lamanya waktu penjemuran dibawah sinar matahari

sekitar 3-4 hari. Cengkeh yang telah kering kalau disimpan tidak akan susut

beratnya dan tahan lama asalkan tidak terkena air.

Kualitas cengkeh dapat dibedakan dan dinilai menurut:

a. Kekeringannya

b. Persentase kotoran (tangkai bunga dan daun-daun)

c. Persentase yang tidak berkepala (sudah banyak yang mekar)

d. Persentase yang muda

e. Warnanya

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Sardeton (2017) melakukan penelitian dengan judul “Modal Sosial

Mengkawalo Dalam Pengolahan Usahatani Tanaman Cengkeh Di Desa Labelete

Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui 1) bentuk kegiatan dan proses modal mengkawalo yang

dimiliki petani tanaman cengkeh di Desa Labelete Kecamatan Kulisusu Utara

Kabupaten Buton Utara; 2) Manfaat sosial dan ekonomi modal sosial mengkawalo

bagi petani dalam usahatani tanaman cengkeh di Desa Labelete Kecamatan

Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Penelitian ini menggunakan informan


sebagai informasi yang akan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa modal sosial Mengkawalo dapat dilihat dalam bentuk kegiatan

pembukaan lahan, penanaman, pemanenan, dan pemeliharaan tanaman, yang

dilakukan secara bergiliran dan terus menerus sesuai waktu yang telah disepakati

bersama. Manfaat Mengkawalo dapat dilihat dari dua aspek,. (1) aspek sosial

yaitu mempererat rasa persatuan dan kesatuan, memperkuat silahturahim diantara

masyarakat dan menumbuhkan satu x entar saling percaya diantara masyarakat

Desa Labelete. (2) Aspek ekonomi yaitu menghemat biaya operasioal,

meringankan pekerjaan, dan mempercepat penyelesaian pekerjaan.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu dari tujuannya untuk melihat 1)

Mengetahui modal sosial petani cengkeh di Desa Nggele Kecamatan Taliabu

Barat Laut Kabupaten Pulau Taliabu 2) Mengetahui berapa produksi tanaman

cengkeh di Desa Nggele Kecamatan Taliabu Barat Laut Kabupten Pulau Taliabu.

3) Mengetahui hubungan modal sosial petani cengkeh dengan penigkatan

produksi tanaman cengkeh di Desa Nggele Kecamatan Taliabu Barat Luat

Kabupaten Pulau Taliabu.

2.1.6 Kerangka Pikir (spasi 2.5)


Penelitian ini menjelaskan tentang modal sosial sosial petani dan

hubungannya dengan peningkatan produksi tanaman cengkeh di Desa Nggele

Kecamatan Taliabu Barat Laut Kabupaten Pulau Taliabu. Konsep modal sosial

sebenarnya muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin

dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Diperlukan

adanya kebersamaan dan kerja sama yang baik dari segenap anggota masyarakat

yang berkepentingan untuk mengatasi hal tersebut (Syahra,2003). Istilah modal


sosial sejatinya merujuk kepada kapasitas individu untuk memperoleh barang

material atau simbolik yang bernilai berdasarkan kebijakan hubungan sosial dan

dan keanggotaan dalam kelompok sosial atau kapasitas Pluralitas seseorang untuk

menikmati keuntungan dari tindakan kolektif berdasarkan kebajikan dari

partisipasi sosial, kepercayaan terhadap institusi atau komitmen untuk menetapkan

cara dalam melakukan sesuatu (Ritzer, 2004).

Tingkat keberdayaan petani digambarkan oleh kemampuan dalam

pengadaan sarana produksi, pemasaran, dan peningkatan produktivitas usahatani

(lfe dan Frak 2008). Keberdayaan mampu memandirikan petai agar petani tidak

menggantungkan diri pada bantuan luar, baik sumberdaya manusia, sumberdaya

alam, keuangan, dan teknik. Kurangnya pemberdayaan petani berdampak pada

lemahnya prospek keberlanjutan usahatani (Zulvera et al. 2014).

Modal sosial berupa kepercayaan sosial, norma-norma dan jaringan antar

sesame petani. Modal sosial merupakan ciri-ciri kehidupan sosial jaringan,

kaidah-kaidah, dan kepercayaan yang memungkinkan partisipan untuk

bekerjasama secara lebih efektif guna mencapai tujuan bersama. Ada tiga dimensi

sosial yang harus ada jaringan atau hubungan sosial, norma-norma kepercayaan

(Menurut Putnam 1993).


Masukan pendapat siapa dari indikatir modal sosial yang di ambil dari peneliti

Usaha Tani Cengkeh

Peningkatan Produksi
Modal Sosial

1. Jaringan
1. Peningkatan Produksi
2. kelembagaan
secara intensif
3. Kepercayaan
2. Peningkatan produksi

secara ekstensif.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Nggele Kecamatan Taliabu Barat

Laut Kabupaten Pulau Taliabu di mana objek penelitian ini adalah petani di Desa

Nggele. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2023- Juli 2023.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purpossive Sampling)

dengan pertimbangan bahwa: Desa Nggele merupakan salah satu Desa di

Kecamatan Taliabu Barat Laut yang saat ini mayoritas masyarakatnya Menanam

tanaman cengkeh.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah petani cengkeh di Desa Nggele,

Kecamatan Taliabu Barat Laut, Kabupaten Pulau Taliabu yaitu dengan jumlah

keseluruhan petani cengkeh 400 Orang. Penentuan jumlah sampel pada penelitian

ini menggunakan rumus Slovin.

N
n= 2
1+ N (e)

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

E = Persen kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir misalnya

(15%).

400
n=
1+ 400 ¿ ¿

400
n=
1+ 400.0,0225

400
n= = 40
1+ 9

Maka berdasarkan perhitungan, jumlah responden penelitian ini dengan

tingkat kesalahan 15% adalah 40 orang responden. Dari jumlah ukuran sampel

tersebut sudah mewakili populasi, sehingga penelitian dari sampel tersebut

menggambarkan karakteristik populasi.

3.3 Jenis dan Sumber Data

berati saudari menggunakan metode penelitian mix gabungan kuantitatif

dan kualitatif?
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif adalah sekumpulan data/informasi yang bisa diukur, dihitung dan

dibandingkan pada skala numerik. Sedangkan data kualitatif adalah data yang

tidak dapat disajikan dalam bentuk angka atau bilangan, sehingga dapat dikatakan

bersifat non numerik. Data kualitatif ini biasanya disajikan dalam bentuk verbal

baik beruapa lisan atau tulisan. Sumber data dalam peneitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui survei awal,

wawancara, observasi.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran informasi

keputusan dan bersumber dari literature buku, jurnal dan beberapa instansi

yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data tambahkan dokumentasi sebagai bukti bahwa

saudari itu betul-betul melakukan penelitian nantinya

Teknik pengumpulan data merupakan metode atau cara untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

1. Observasi, penelitian melakukan suatu pengamatan secara langsung dan

mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti

pada perusahaan guna mengetahui permasalahan sebenarnya yang ada di

perusahaan tersebut.

2. Wawancara, yaitu menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data dan

informasi yang diperlukan.

3. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan informasi yang relevan dengan judul.


3.5 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Modal sosial petani meliputi jaringan, kelembagaan, kepercayaan

2. Peningkatan produksi meliputi peningkatan produksi secara intensif dan

peningkatan produksi secara ekstensif.

3.6 Konsep/Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Usaha tani yang di budidayakan yaitu tanaman cengkeh.

2. Modal sosial yaitu jaringan, kelembagaan, dan kepercayaan modal yang

dimiliki oleh petani cengkeh.

3. Jaringan adalah individu ataupun sekumpulan orang yang bekerjasama dengan

petani cengkeh.

4. Kelembagaan adalah seluruh pola-pola ideal, organisasi, dan aktivitas yang

berpusat disekeliling.

5. Kepercayaan adalah rasa saling percaya terhadap sesama petani di Desa Nggele

Kecamatan Taliabu Barat Laut Kabupaten Pulau Taliabu.

6. Peningkatan produksi meliputi peningkatan produksi secara intensif dan

peningkatan produksi secara ekstensif.

7. Peningkatan produksi secara intensif merupakan kegiatan memperluas

produktivitas dari faktor produksi yang ada pada tiap unit produksi.

8. Peningkatan produksi secara ekstensif adalah kegiatan perluasan produksi

untuk meningkatkan mutu (kualitas) dan jumlah (kuantitas) yang dilakukan

dengan cara menambah unit produksi baru.


Penggambaran tentang variabel, indikator dan parameter penelitian dapat

dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Variabel, indikator Penelitain


No Variabel Indikator Parameter

1. Modal sosial Jaringan 1. Kemauan membangun kerjasama


sesama kelompok tani.
2. Kemauan membangun hubungan
dalam masyarakat.
3. Keterbukaan dalam membangun
hubungan kerja dengan sesama
anggota kelompok.
4. Motivasi untuk melakukan
kerjasama dengan sesama
kelompok dan masyarakat.
5. Kemauan dalam mengembangkan
kerjasama dengan masyarakat.

Kelembagaan 1. Keaktifan dalam kegiatan


kelompok.
2. Inisiatif dalam pengolahan
kegiatan.

Kepercayaan 1. Kepercayaan terhadap sesama


petani dan masyarakat.
2. Kepercayaan terhadap
pemerintah.
3. Keperayaan terhadap tokoh
masyarakat.
4. Kepercayaan terhadap masyarakat
luar.
5. Kepercayaan terhadap norma-
norma.
6. Kepercayaan terhadap anggota
kelompok.
2. Peningkatan Peningkatan 1. Memperluas produktivitas dari
produksi produksi hasil produksi
secara intensif 2. Melakukan menyiraman,
pemupukan pada tanmanan
Penigkatan 1. Meningkatkan mutu (Kualitas)
secara dan jumlah (kuantitas)
ekstensif 2. Menambah unit Produksi baru.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan menggunakan pemborosan

kata kalau bisa perbaiki redaksi kalimatnya skala likert dan tabel kecenderungan.

Pada skala likert, responden memilih alternatif jawaban pertanyaan sesuai dengan

kondisi yang dialami. Terdapat 5 alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh

responden yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Perhitungan skor setiap item instrumen mempunyai

tingkatan dari sangat positif sampai sangat negatif, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Skala Model Likert


Skala Keterangan Skor

1 Sangat setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang Setuju 3
4 Tidak Setuju 2

5 Sangat tidak setuju 1

Setelah didapatkan nilai dari metode skala likert, untuk pengkategorian

digunakan rumus interval kelas yaitu sebagai berikut:

J
I=
K

Keterangan:

I = Interval kelas

J = Jarak Sebaran (Skor tinggi-skor rendah)

K = Banyaknya kelas

Analisis data yang digunakan dari saudari dalam penelitian ini mengunakan

analsis data apa ? apakah hanya mengunakan analsis data interval kelas?

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2018). Teknik budidaya tanaman cengkeh.


Arinda, M. R. (2015). Analisis Produksi Tanaman Cengkeh Didesa Tondo
Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala (Doctoral dissertation, Tadulako
University).

Fathy, R. (2019). Modal sosial: Konsep, inklusivitas dan pemberdayaan


masyarakat. Jurnal Pemikiran Sosiologi.

Herdhiansyah, D., Sutiarso, L., Purwadi, D., & Taryono, T. Kriteria Kualitatif
Penentuan Produk Unggulan Komoditas Perkebunan dengan Metode
Delphi di Kabupaten Kolaka-Sulawesi Tenggara. Agritech: Jurnal
Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

Kholifa, N. (2016). Pengaruh modal sosial terhadap produktivitas petani (Studi


Kasus di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap). Jurnal
Pendidikan dan Ekonomi.

Malik, I. (2015). Modal Sosial Petani Cengkeh dalam Mendukung Usaha


Pertanian Tanaman Cengkeh (Studi Kasus di Desa Ketanda Kecamatan
Sumpiuh Kabupaten Banyumas). Solidarity: Journal of Education, Society
and Culture.

Mooduto, A., Boekoesoe, Y., & Bakari, Y. (2021). ANALISIS PENDAPATAN


USAHATANI CENGKEH DI DESA ILOHELUMA KECAMATAN
POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
SELATAN. AGRINESIA: Jurnal Ilmiah Agribisnis.

Pakpahan, H. S., Widians, J. A., & Firmanda, H. D. A. (2022). Implementasi


Metode K-Means Untuk Pengelompokan Potensi Produksi Komoditas
Perkebunan. Adopsi Teknologi dan Sistem Informasi (ATASI).

Putri, I. F., & Hidayat, H. (2011). Analisis Persepsi Modal Sosial (Social Capital)
dan Hubungannya Dengan Eksistensi Kelompok Tani (Kasus pada
Kelompok Tani Wanita †œSri Sejati 2â€, Desa Junrejo, Kecamatan
Junrejo, Kota Batu). Wacana Journal of Social and Humanity Studies.

Suparman, N., & Papuangan, N. (2017). Pemetaan populasi dan tipe varietas lokal
tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L.) di Kecamatan Pulau Ternate.
In Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.

You might also like