You are on page 1of 58

DOKUMEN STUDI KELAYAKAN

PROYEK (DSKP)

PEMBANGUNAN NURSERI TANAMAN


PERKEBUNAN DI DESA LANGENSARI
KECAMATAN PARUNGKUDA
KABUPATEN SUKABUMI - JAWA BARAT

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN


KEMENTERIAN PERTANIAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN


LEMBAR PENGESAHAN
PEMBANGUNAN NURSERI TANAMAN PERKEBUNAN DI DESA LANGENSARI KECAMATAN
PARUNGKUDA KABUPATEN SUKABUMI - JAWA BARAT

1. Prioritas Nasional : Nilai Tambah dan Daya Saing Industri


2. Nama Satuan Kerja : Direktorat Jenderal Perkebunan
3. Alamat dan Kode Pos : Jalan Harsono RM No 3
Gedung C, Ragunan, Pasar Minggu,Jakarta Selatan

4. Nomor Telepon : 021 7815486


Nomor Fax 021 7815586
5. Nomor Faksimile dan e‐mail : ditjenbun.pertanian.go.id
6. Nama Koordinator Kegiatan : Direktur Perbenihan
7. Sumber Dana : Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
8. Jumlah Dana : Rp. 75.300.000.000,- (Tujuh puluh lima milyar tiga ratus juta rupiah)

Jakarta, Mei 2023

i
KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, mempunyai peran


penting dalam mewujudkan ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang
berkualitas dan berkeadilan, sesuai dengan RPJMN 2020-2024. Diharapkan,
Direktorat Jenderal Perkebunan akan memberikan kontribusi pada Program
Prioritas, “Nilai tambah dan daya saing industri” dan sasaran program yaitu
meningkatnya daya saing komoditas pertanian.

Pekerjaan Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan Proyek (DSKP)


Pembangunan Nurseri tanaman perkebunan Perkebunan di Desa Langensari,
Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat untuk mendorong
pengembangan dan ketersediaan benih. Dengan jarak yang relatif dekat dengan
perkebunan kelapa di Indonesia (Sumatera dan Jawa), diharapkan juga akan
meminimalisir benih yang rusak dan juga biaya transportasi yang mahal akibat
pengangkutan jarak jauh.

Keluaran dari pekerjaan ini adalah laporan Studi Kelayakan yang


memberikan gambaran menyeluruh untuk mengatasi hambatan dalam peluang
investasi Nurseri yang selama ini disebabkan belum tersedianya informasi profil
proyek yang lengkap. Beberapa tahapan implementasi telah disusun dimasukkan
dalam laporan ini untuk melengkapi dokumen studi kelayakan.

ii
Akhir kata, perkenankan kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
atas dukungan yang tulus dari semua pihak Kementerian Pertanian, Direktorat
Jenderal Perkebunan, Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Industri dan
Penyegar, dan rekan-rekan lainnya yang telah mengabdi dengan dedikasi dan
standar tinggi dalam penerbitan laporan ini.

TIM PENULIS

PT. GEJA CAHAYA MANDIRI

Guruh Firmansyah, ST
Direktur Utama

iii
RINGKASAN
Produksi kelapa nasional semakin tahun semakin menurun, dari 3,05 juta ton
di tahun 2016 menjadi 2,83 juta ton di tahun 2019. Namun, jika dilihat dari
produktivitas terjadi peningkatan dari tahun 2016 hingga 2019. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan produktivitas masyarakat petani kelapa.

Pemerintah meluncurkan program 2 juta benih kelapa untuk meningkatkan


produktivitas dan juga memperbaharui atau mengganti perkebunan yang sudah tua.
Hal ini dilakukan dengan perlu adanya pusat-pusat pembenihan (Nurseri) yang akan
menjadi pemasok bibit unggul kelapa kepada masyarakat petani, khususnya di
Jawa dan Sumatera.

Lahan yang dimiliki oleh BPSI TRI berada di Desa Langensari, Kecamatan
Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Dengan luas total diperkirakan 18 Ha, didapati
untuk pengembangan area Nurseri kelapa sebesar 15,5 Ha.

Selain iklim dan topografi yang cocok untuk pengembangan Nurseri kelapa,
dari segi aksesibilitas, Sukabumi dekat dengan Jakarta. Sehingga baik untuk
distribusinya.

Dari hasil yang didapat melalui perhitungan studi kelayakan, diperlukan Rp


71.199.700.000 (Tujuh Puluh Satu Milyar Seratus Sembilan Puluh Sembilan
Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah) dengan rencana pembangunan fasilitas selama
satu tahun dan berjalan aktivitas selama 15 tahun. Hasil menunjukkan bahwa
proyek pembangunan dan pengembangan Nurseri kelapa di Desa Langansari,
Kecamatan Parungkuda dinilai layak dan sudah berkesuaian dengan prinsip
syari’ah. Pengembangan masyarakat sekitar, pembukaan lapangan pekerjaan,
serta tidak melibatkan pembiayaan bank konvensional menunjukkan proyek ini
sudah berkesesuaian dengan prinsip syariah.

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

RINGKASAN .............................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

1. KAJIAN TEKNIS .................................................................................1

1.1. Letak Lokasi Calon Nurseri ..........................................................3

1.2. Status Lahan ................................................................................4

1.3. Jenis Tanah dan Kelerengan Awal ...............................................4

1.4. Tutupan Lahan dan Iklim ..............................................................6

1.5. Aksesibilitas Lokasi ......................................................................8

1.6. Sumber Air ...................................................................................9

1.7. Keadaan Sosial Ekonomi Calon Lokasi Nurseri ..........................11

1.8. Ruang Lingkup ...........................................................................12

1.9. Fasilitas Bangunan Eksisting ....................................................124

2. KAJIAN EKONOMI ...........................................................................19

2.1. Asumsi .......................................................................................19

2.2. Rencana Investasi ......................................................................19

2.3. Estimasi Kelayakan Finansial ...................................................222

3. KAJIAN POTENSI PEMANFAATAN .................................................23

3.1. Pasokan .....................................................................................23

3.2. Pendapatan Ekonomi Masyarakat Sekitar ..................................23

v
3.3. Sebagai Benchmark Nurseri Kelapa di Indonesia .......................23

3.4. Sebagai Fasilitas Nurseri dalam Bidang Penelitian.....................23

3.5. Optimalisasi Lahan Milik Negara ................................................24

4. KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL ..............................................25

4.1. Aspek Lingkungan ......................................................................25

4.2. Aspek Sosial ..............................................................................28

5. KAJIAN RISIKO ................................................................................29

5.1. Identifikasi, Evaluasi, dan Mitigasi Risiko-Risiko Utama .............29

5.2. Mitigasi Risiko ............................................................................31

5.3. Outstanding Issue ......................................................................32

6. KAJIAN KELEMBAGAAN .................................................................33

6.1. Sertifikasi Benih Kelapa Dalam Bentuk Butiran ..........................33

6.2. Sertifikasi Benih Kelapa (Dalam Polibag) ...................................33

6.3. Sertifikasi Benih Kelapa (Tanpa Polibag) ...................................34

6.4. Sertifikasi Benih Kelapa dengan Teknik Kultur Jaringan .............34

6.5. Peredaran, Pembinaan dan Pengawasan ..................................34

7. KESESUAIAN DENGAN PRINSIP SYARIAH ...................................36

7.1. Identifikasi Penggunaan Proyek .................................................36

7.2. Penyelenggaraan Proyek ...........................................................36

8. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...............................................38

8.1. Kesimpulan ................................................................................38

8.2. Rekomendasi .............................................................................39

9. LAMPIRAN .......................................................................................40

Lampiran 1. Pengambilan data lapangan menggunakan drone ..............40

vi
Lampiran 2. Survey lokasi calon Nurseri tanaman perkebunan ..............40

Lampiran 3. Hasil Perhitungan NPV, IRR, BCR, PP dan RoI .................41

10. DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................47

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Tujuan Ekspor Kelapa .................................................................2

Tabel 1.2. Kelas kelerengan, Luas, dan Persentase Terhadap Luas Lahan 5

Tabel 1.3. Sebaran Curah Hujan Tahun 2017-2021 ....................................7

Tabel 1.4. Perbandingan Beberapa Sistem Irigasi Pembenihan Kelapa ....12

Tabel 2.1. Capital Expenditure ...................................................................19

Tabel 2.2. Operational Expenditure ...........................................................21

Tabel 4.1. Dampak Aspek Lingkungan ......................................................25

Tabel 5.1. Risiko Permintaan/Pasar ...........................................................29

Tabel 5.2. Risiko Lahan .............................................................................29

Tabel 5.3. Risiko Implementasi Infrastruktur Pendukung ...........................29

Tabel 5.4. Risiko Regulasi dan Politik ........................................................30

Tabel 5.5. Risiko Force Majeur dan Lingkungan ........................................30

Tabel 5.6. Risiko Operasional Proyek ........................................................30

Tabel 5.7. Risiko Sumber Bahan Baku ......................................................31

Tabel 5.8. Kategori Risiko dan Mitigasi Risiko ...........................................31

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Produksi Kelapa (Ton) .......................................................................1

Gambar 1.2. Produktivitas Kelapa (Kg/Ha) .............................................................2

Gambar 1.3. Koordinat Lokasi Calon Nurseri .........................................................3

Gambar 1.4. Pagar Pembatas Pada Calon Lokasi Nurseri tanaman perkebunan...4

Gambar 1.5. Peta Kontur Calon Lahan Nurseri ......................................................5

Gambar 1.6. Peta Kelerengan Calon Lahan Nurseri ..............................................6

Gambar 1.7. Kondisi Vegetasi di Dalam Area Calon Lokasi Nurseri tanaman
perkebunan................................................................................................7

Gambar 1.8. Kondisi Jalan Utama dan Jalan Akses Langsung ke Calon Lokasi
Nurseri tanaman perkebunan ....................................................................9

Gambar 1.9 Kondisi Saluran Drainase di Daerah Calon Lokasi Nurseri tanaman
perkebunan................................................................................................9

Gambar 1.10 Contoh Rancangan Embung dan Irigasi di Daerah Calon Lokasi
Nurseri tanaman perkebunan ..................................................................10

Gambar 1.11 Area Calon Lokasi Nurseri tanaman perkebunan yang Ditanami Ubi
Kayu ........................................................................................................11

Gambar 1.12. Ilustrasi Pembenihan Metode Tanpa Polibeg .................................14

Gambar 1.13. Gambar Denah Fasilitas di Lokasi .................................................18

ix
1. KAJIAN TEKNIS
Pohon kelapa di Indonesia tercatat seluas 3.410.893 Ha. Dimana tanaman
yang menghasilkan seluas 2,55 juta Ha, belum menghasilkan 455 ribu Ha, dan
sebesar 397 ha tanaman yang tidak menghasilkan. Namun, dari 3,4 juta Ha
tersebut, sebesar 88,06 % luas areal kelapa Indonesia merupakan Perkebunan
Rakyat atau sekitar 3,37 juta Ha dibudidayakan oleh Petani rakyat dengan
melibatkan lebih dari enam juta rumah tangga petani.

Perkebunan kelapa Indonesia tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia,


dimana Provinsi Riau menjadi wilayah dengan perkebunan kelapa terluas dan
produksi tertinggi. Namun, dari tahun ke tahun, produksi kelapa (ton) semakin
berkurang. Berikut ini adalah jumlah produksi kelapa (ton)

3100000
3050000
3000000
2950000
2900000
2850000
2800000
2750000
2700000 Produksi
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Produksi 3051586 3005016 2920665 2914170 2854300 2840143 2839851

Gambar 1.1. Produksi Kelapa (Ton)


Sumber: BPS (2022)

Namun, data BPS juga mencatat bahwa produktivitas kelapa (Kg/Ha)


meningkat dari tahun 2016- 2019. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tahun,
produktivitas petani meningkat, namun secara jumlah justru menurun. Seperti
dalam gambar 1.2 berikut

1
1160

1150

1140

1130

1120

1110

1100

1090

1080

1070
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Produksi 1150 1130 1110 1100 1100 1114 1114

Gambar 1.2. Produktivitas Kelapa (Kg/Ha)


Sumber: BPS

Dari data produktivitas tersebut, menunjukkan ada tren kenaikan terhadap


produktivitas para petani. Sehingga, pemerintah perlu untuk mendukung dan
mendorong para petani untuk mengembangkan dan mendapatkan bibit-bibit kelapa
yang terjangkau dan juga terbaik. Hal ini untuk mendorong produktivitas petani dan
peningkatan kesejahteraan.

Adapun aspek pasar luar negeri, terdapat enam negara tujuan utama ekspor
Kelapa. Seperti pada tabel 1.1 berikut ini

Tabel 1.1. Tujuan Ekspor Kelapa


No Tujuan Ekspor Nilai
1 Belanda 100,7ribu ton (USD 74,47 juta)
2 India 155,4 ribu ton (USD 39,1 juta)
3 China 358 ribu ton (USD 138,42 juta)
4 Korea 148,7 ribu ton (USD 53,9 juta)
5 Malaysia 412,8 ribu ton (USD 142,7 juta)
6 Jepang 2,66 ribu ton (UD 1,41 juta)
Sumber: BPS 2022
Tingginya ekspor kelapa Indonesia ke Malaysia dan Tiongkok menunjukkan
bahwa pangsa pasar ke negara tersebut cukup potensial dengan kontribusi masing-
masing sebesar 21,97% dan 19,05%.

2
1.1. Letak Lokasi Calon Nurseri

Lokasi calon Nurseri berada di Desa Langensari, Kecamatan Parungkuda


Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, letak calon Nurseri ini berada pada
6°50'08.1"LS dan 106°44'53.7"BT. Luas dari lahan calon Nurseri ini adalah ±18,6
ha. Dengan disajikan Gambar 1.1. terkait peta lokasi. Adapun batas-batas lahan
calon Nurseri adalah sebagai berikut
Batas utara : area pertanian dan perumahan
Batas timur : kebun campuran
Batas selatan : perkampungan dan jalan desa
Batas barat : jalan desa dan kebun pembenihan
Lokasi calon Nurseri ini berada pada ketinggian 411 m di atas permukaan
laut (mdpl) sampai 464 mdpl. Titik tertinggi dengan ketinggian 464 mdpl berada di
bagian sebelah barat lahan.

Gambar 1.3. Koordinat Lokasi Calon Nurseri


Sumber: Diolah

3
1.2. Status Lahan

Status Status calon lahan nurseri adalah Sertifikat Hak Pakai (SHP) nomor 1
an Pemerintah Republik Indonesia cq Kementerian Pertanian dengan luas total
lahan 71,84 Ha, luas lahan yang diperuntukkan untuk nurseri seluas 18,6 HA.
Karena lahan terpotong oleh akses jalan yang digunakan oleh warga sekitar,
maka diperlukan batas lahan. Pagar pembatas eksisting sudah ada sebagian,
namun hanya sebagian kecil dan kondisi sudah rusak.

Gambar 1.4. Pagar Pembatas Pada Calon Lokasi Nurseri tanaman perkebunan
Sumber: Dokumentasi

1.3. Jenis Tanah dan Kelerengan Awal

Jenis tanah pada calon lokasi pembangunan Nurseri tanaman perkebunan


secara umum terkategori ordo tanah Ultisol dan inceptisol, Sub ordo Humult dan
Udult serta kelompok tanah Dystropept dan Humitropept (Darmawan, 1987). Tanah
bertekstur liat berpasir dengan solum tanah yang dalam. Kondisi areal lahan
cenderung di dominansi datar bergelombang. Hal ini bisa dilihat dari jarak antar
garis kontur yang bervariasi dari renggang hingga rapat (Gambar 1.5).

4
Gambar 1.5. Peta Kontur Calon Lahan Nurseri
Sumber: Diolah

Lahan calon Nurseri tanaman perkebunan memiliki kemiringan lahan yang


didominasi oleh lahan datar dan bergelombang (Gambar 1.5). Lahan dengan
klasifikasi datar dengan kemiringan lahan 0% - 8% mempunyai luas sebesar 8.83
ha. Lahan dengan klasifikasi landai dengan kemiringan 8-15 % mempunyai luas
sebesar 8.41 ha. Pada lahan dengan kemiringan ini perlu pengkondisian lahan
berupa konservasi tanah melalui pembuatan terasan bersambung. Kelas
kelerengan, luasan, dan persentase terhadap luas lahan disajikan dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Kelas kelerengan, Luas, dan Persentase Terhadap Luas Lahan
Persentase
Luas
No Kelas Kelerengan % Kemiringan terhadap luas
(ha)
lahan (%)
1 Datar 0-8% 8,37 45
2 Landai 8-15% 7,99 43
3 Agak curam 15-25% 1,86 10
4 Curam 25-40% 0,37 2
5 Sangat curam >40% 0,00 0
Total 18,6 100
Sumber: Diolah

5
Pada beberapa titik terdapat lereng dengan tingkat kelerengan 25-40% yang
ditemukan pada areal batas lahan sebelah utara dan barat (Gambar 1.6). Pada
daerah yang berlereng curam ini direkomendasikan untuk dijadikan area konservasi
dengan ditanami pohon-pohon yang dapat menahan tanah dari bahaya longsor.

Gambar 1.6. Peta Kelerengan Calon Lahan Nurseri


Sumber: Diolah

Berasarkan kriteria kesesuaian lahan, tingkat kesesuaian lahan calon


Nurseri tanaman perkebunan di Desa Langensari Kecamatan Parungkuda
Kabupaten Sukabumi masuk ke dalam kategori SESUAI.

1.4. Tutupan Lahan dan Iklim

Kondisi tutupan lahan pada calon lokasi pembangunan Nurseri tanaman


perkebunan kelapa, didominasi oleh tanaman ubi kayu, palawija (jagung) dan
tanaman berkayu lainnya yaitu tanaman kakao, kopi dan tanaman penaung dari

6
jenis Glyricidae (gamal), Albizia (sengon), Leucaena (Lamtoro). Beberapa jenis
vegetasi lainnya berupa pohon pisang, pohon berkayu dan kelapa tersebar pada
beberapa titik (spot). Kondisi vegetasi calon lokasi Nurseri tanaman perkebunan
terilustrasikan pada Gambar 1.7.

Gambar 1.7. Kondisi Vegetasi di Dalam Area Calon Lokasi Nurseri tanaman
perkebunan
Sumber: Dokumentasi

Berdasarkan data curah hujan pada kurun waktu 2017-2021 teridentifikasi


nilai Q sebesar 20.26% sehingga berdasarkan Schimdt dan Ferguson, lokasi
tersebut beriklim B (Basah). Curah hujan tahunan terhitung sebesar 3058
mm/tahun dengan rata-rata bulan kering 1.6 bulan kering (Tabel 1.2). Bulan kering
berdasarkan tabel tersebut menunjukkan tempat calon persemaian termasuk dalam
kategori sangat sesuai yaitu kurang dari 3 bulan. Bulan basah pada calon lokasi
Nurseri antara 8-11 bulan dan kurun 5 tahun terakhir, hal tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber air untuk kegiatan Nurseri dengan dibuat
tempat penampungan air hujan.

Tabel 1.3. Sebaran Curah Hujan Tahun 2017-2021


2017 2018 2019 2020 2021 Rata-rata
Bulan
CH (mm/bulan)
Januari 261 333.1 384.8 421.3 384 380.8
Februari 688.5 671.5 427.9 537.1 687.1 580.9
Maret 283.7 432 210.8 511.8 187.4 335.5
April 400.8 290.8 463 328.2 358.2 360.05
Mei 225.9 108 167.4 383.6 115.3 193.58
Juni 130.8 152.4 61.9 88.3 257.6 140.05
7
2017 2018 2019 2020 2021 Rata-rata
Bulan
CH (mm/bulan)
Juli 89.1 9 35.4 63.1 66.3 43.45
Agustus 49.3 20.5 18.8 38 165.7 60.75
September 33.7 161.7 5.8 68.4 187.6 105.88
Oktober 367.4 130.4 180.2 276.6 311 224.55
November 420.8 382.1 143.8 165.7 343.8 258.85
Desember 320.7 195.7 320.9 319.9 446 320.63
Total 3271.7 2887.2 2420.7 3202 3510 3005.0
Nilai Q (%) 22.2 20.0 37.5 12.5 9.1 20.26
BB 9 10 8 8 11 9.2
BL 1 - 1 3 1 1.5
BK 2 2 3 1 0 1.6
Sumber: Data Online Pusat Data BMKG Stasiun Meteorologi Citeko

Keterangan:
CH = Curah Hujan
Q = Banyaknya bulan kering dibagi banyaknya bulan basah dikali 100%
BB = Bulan basah, jumlah curah hujan lebih dari 100 mm/bulan
BL = Bulan lembab, jumlah curah hujan antara 60-100 mm/bulan
BK = Bulan kering, jumlah curah hujan kurang dari 60 mm/bulan

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor


57/kpts/KB.020/07/2022, tingkat kesesuaian iklim pada calon lokasi termasuk
dalam kategori AGAK SESUAI, dengan pertimbangan unsur iklim pembatas pada
lama penyinaran yang rendah disebabkan tutupan awan yang juga berdampak pada
curah hujan yang relatif diatas kondisi optimum. Pada konteks jumlah bulan kering
diperoleh rata-rata < 3 bulan kering sehingga diperkirakan kecukupan air terpenuhi
sepanjang tahun.

1.5. Aksesibilitas Lokasi


Akses jalan menuju calon lokasi Nurseri tanaman perkebunan berada di jalan
utama desa yaitu Desa Langensari. Jarak calon lokasi dari jalan utama Pakuwon-
Parungkuda Sukabumi kurang lebih 3 km. Dengan kondisi jalan beraspal dengan
lebar jalan sekitar 5 m dan dapat dilalui oleh 2 kendaraan. Jalan akses menuju lokasi

8
sering dilalui oleh truk tronton maupun truk trailer dengan 6 sumbu. Akses jalan juga
digunakan oleh masyarakat setempat untuk keluar masuk aktivitas sehari-hari dan
kegiatan distribusi budidaya serta panen komoditas pertanian.

Gambar 1.8. Kondisi Jalan Utama dan Jalan Akses Langsung ke Calon Lokasi
Nurseri tanaman perkebunan
Sumber: Dokumentasi dan Google Earth (2022)

1.6. Sumber Air


Sumber air pada calon lokasi dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu
parit alami dan sumur gali. Di dalam lokasi calon lokasi terdapat parit alami dengan
lebar ± 1,5 meter namun tidak berair sepanjang tahun sehingga tidak akan dapat
memasok kebutuhan air untuk kegiatan nurseri tanaman perkebunan yang akan
dibangun. Parit alami tersebut lebih berfungsi sebagai parit drainase pembuangan
limpasan air ketika musim hujan. Di sekitar lokasi juga tidak dijumpai sungai-sungai
besar yang dapat dijadikan sebagai sumber air pemasok kegaiatan persemaian.

Gambar 1.9 Kondisi Saluran Drainase di Daerah Calon Lokasi Nurseri tanaman
perkebunan
Sumber: Dokumentasi

Saat ini di dalam areal calon lokasi ada sumur dengan kondisi sumur gali

9
tersebut belum menghasilkan air secara maksimal, sehingga perlu dilakukan
pendalaman untuk ketersedian air secara berkelanjutan. Dapat juga dilakukan
pembuatan sumur bor dan pembuatan reservoar untuk penampungan air hujan.
Sumur bor difokuskan untuk memenuhi kebutuhan air di areal sekitar perkantoran,
untuk kebutuhan persemaian perlu dibuat reservoar. Reservoar yang dibuat
termasuk ke dalam kategori embung kecil dengan daya tampung minimal 70
m3/hari. Berikut rancangan embung tadah hujan berikut saluran irigasi untuk
mengairi lahan persemaian:

Gambar 1.10 Contoh Rancangan Embung dan Irigasi di Daerah Calon Lokasi
Nurseri tanaman perkebunan
Sumber: Surat Edaran Menteri PUPR Nomor: 07/SE/M/2018 tentang Pedoman Pembangunan
Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di Desa

10
1.7. Keadaan Sosial Ekonomi Calon Lokasi Nurseri

Berdasarkan data Kecamatan Parung Kuda Dalam Angka Tahun 2021, Desa
Langensari memiliki lahan pertanian sebesar 59.5% dari total luas desa. Dengan
mayoritas luas lahan didominasi lahan pertanian tetapi belum memiliki reservoar
desa.
Pada tahun 2020, jumlah penduduk Desa Langensari sebanyak 7305
penduduk dengan kepadatan per kapita sebesar 2580 jiwa per km2 mayoritas
penduduk memiliki pekerjaan sebagai petani. Komoditas yang banyak
dibudidayakan yaitu padi dan ubi kayu. Pada calon lokasi banyak masyarakat yang
memanfaatkan lahan untuk ditanami ubi kayu, seperti pada Gambar 1.11.

Gambar 1.11 Area Calon Lokasi Nurseri tanaman perkebunan yang Ditanami Ubi
Kayu
Sumber: Dokumentasi

11
1.8. Ruang Lingkup

Sebagai persyaratan dalam penentuan lokasi Nurseri perlu memperhatikan


beberapa hal diantaranya :
1. Areal relatif datar,
2. Dekat dengan sumber air
3. Dekat pemukiman penduduk
4. Aksesibilitas jalan berdekatan

Pada lahan calon lokasi Nurseri tanaman perkebunan perlu dilakukan cut
n’fill pada sebagian areal dalam bentuk konservasi tanah melalui pembuatan teras
bersambung. Hal tersebut dimaksudkan untuk membuat areal yang memiliki
kelerengan 8-15% menjadi relatif datar. Pada kondisi eksisting lahan sebagian telah
dibentuk terasan sehingga dalam pelaksanaan pembanguan areal Nurseri nantinya
cenderung lebih mudah.
Berkaitan dengan sumber air mempertimbangkan iklim setempat yang
memiliki rata-rata curah hujan 3005 mm/tahun maka konteks irigasi dapat tercukupi
melalui pembangunan reservoar (embung) yang didukung dengan sistem
penyaluran irigasi yang cukup dan merata. Kebutuhan air untuk penyiraman (irigasi)
perhari membutuhkan 2 liter/polibeg (pagi dan sore 1 liter). Sehingga kebutuhan air
per ha pembenihan 35.000 bibit/ha x 2 liter= 70.000liter atau 70 m3/hari/ha. Sistem
irigasi dapat mengadopsi sistem overhead spayer-mist system (Sumishower),
Overhead Sprinkler dan Layflat Perforated Polythene Tube. Masing-masing
kelebihan dan kekurangan dari sistem tersebut tersaji pada Tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.4. Perbandingan Beberapa Sistem Irigasi Pembenihan Kelapa


Sistem Irigasi Kelebihan Kekurangan
Overhead spayer-mist  Bentuk siraman persegi  Mudah tersumbat pada
system (Sumishower)  Penyebaran air ke tanah pada saringannya sehingga butuh
polibeg lebih merata proses pembersihan
 Tidak ada proses pencucian  Efek penyebaran siraman yang
pupuk yang terdapat di polibeg tidak merata karena kecepatan
 Mudah dibersihkan angin
 Dapat dipergunakan pada areal  Membutuhkan pipa yang lebih
yang bergelombang banyak
 Biaya relatif lebih tinggi
12
Sistem Irigasi Kelebihan Kekurangan
 Dapat menimbulkan area yang
tidak tersiram karenanya butuh
penyesuaian letak
 Butuh pekerjaan pembersihan
bila air agak kotor
Overhead Sprinkler  Penyiraman lebih seragam  Biaya yang lebih besar
 Sedikit rintangan  Butiran air siraman lebih besar
 Mudah dalam perawatan  Dibutuhkan lebih banyak pipa
 Dapat dipergunakan kembali
Layflat perforated  Pengkabutan yang dihasilkan  Butuh alas dan bebas dari
polythene tube sangat baik benda keras yang menutupi
 No “hardcapping”  Windrift
 Membutuhkan tekanan air yang  Blockages
rendah  Penyiraman tidak merata
 Biaya yang lebih relatif murah karena terganggu tajuk
tanaman
 Butuh air yang bersih
 Butuh tekanan air yang relative
lebih tinggi
 Pancaran air dapat terganggu
karena bibit yang telah tinggi
 Diperlukan proses pencucian
berkala agar tidak tersumbat
Sumber: Diolah

Dikarenakan CH yang dinilai cukup tinggi dibandingkan dengan rekomendasi


KEPMENTAN RI Nomor 57/kpts/KB.020/07/2022. Maka untuk mengatasi faktor
berlebihnya air perlu diperhatikan drainase di areal pembenihan agar tidak terjadi
penggenangan di lahan atapun runoff yang tinggi.
Pada proses produksi bibit siap salur dapat melalui 2 cara yaitu dengan
melakukan teknik pembenihan dalam polibeg dan pembenihan tanpa polibeg
Pembenihan dengan polibeg dilakukan dengan melakukan penanaman benih yang
sebelumnya telah disemai pada bedengan ke dalam polibeg yang telah disediakan.
Benih yang ditanam dalam polibeg merupakan benih yang telah diseleksi
sebelumnya. Polibeg yang telah terisi benih disusun dengan jarak tanam 60 cm x
60 cm x 60 cm (segitiga sama sisi). Estimasi populasi bibit dengan metode
penanaman langsung pada polibeg 35.000-40.000 bibit/ha.
Pembenihan kelapa dengan metode tanpa polibeg, dilakukan dengan
menanam benih kelapa dalam bentuk butiran pada bedengan. Ukuran bedengan
lebar 120 cm dan panjang bedengan menyesuaikan dengan kebutuhan, tinggi

13
bedengan dibuat 25 cm dan dibuat jarak antar bedengan selebar 1 meter. Dalam
satu bedengan terdapat 5 baris benih kelapa dengan jarak tanam 5 cm x 20 cm
(Gambar 1.12).

Gambar 1.12. Ilustrasi Pembenihan Metode Tanpa Polibeg


Sumber: google.com

Pada areal pemibitan tiap ha bibitan efektif memiliki jalan (termasuk parit)
sepanjang 200 m dengan lebar badan jalan 5 m sehingga total areal jalan per ha
1000 m2.

1.9 Fasilitas Bangunan Eksisting


Di lokasi calon lokasi yang direncanakan akan dibangun sudah ada beberapa
fasiltas pendukung diantaranya pagar batas lahan, namun sudah banyak
mengalami kerusakan sehingga perlu dibangun ulang dan dibuat sepanjang jalan
umum. Ada juga sumur gali yang bisa digunakan dan diperdalam supaya
kapasitasnya bertambah sehingga bisa membantu penyediaan air untuk
penyemaian.
Kajian teknis yang dilakukan untuk Pembangunan Nurseri tanaman
perkebunan Perkebunan di Parungkuda, Kabupaten Sukabumi–Jawa Barat ditinjau
dari beberapa bagian, yaitu:
14
a. Penyusunan dokumen perencanaan
Penyusunan Detail Enginering Design (DED) dan masterplan kawasan
rencana perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan
untuk Pembangunan Nurseri tanaman perkebunan di Parungkuda, Kabupaten
Sukabumi ini.Kondisi lahan yang tersedia saat ini masih berbentuk perbukitan
sehingga hasil perencanaan Detail Enginering Design (DED) serta masterplan
kawasan rencana harus mampu menjawab kebutuhan serta fasilitas Pembangunan
Nurseri tanaman perkebunan Perkebunan di Desa Langensari, Kecamatan
Parungkuda, Kabupaten Sukabumi–JawaBarat. Pekerjaan persiapan dilaksanakan
mulai dari :
 Memastikan lokasi pengembangan masih di dalam batas-batas lahan
yang tertera
 Penyusunan identifikasi Risiko.
 Pengurusan surat-surat perizinan administratif dan pemberitahuan ke
pihak keamanan.
 Program pengadaan material proyek.
 Program rekruitment tenaga kerja dan usahakan pakai tenaga lokal perlu
diprioritaskan.
 Dokumen perencanaan harus mendapat persetujuan dari Pengelola
Teknis (Dinas PUPR Provinsi Jawa Barat) sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
b. Manajemen Konstruksi
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Pembangunan Nurseri tanaman
perkebunan Perkebunan di Desa Langensari, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten
Sukabumi–Jawa Barat diperlukan adanya manajemen konstruksi berupa
pendampingan perencanaan, pengelolaan pekerjaan dan pengawasan
pelaksanaan kegiatan konstruksi.
c. Rekonturing tanah
Kondisi lahan yang tersedia untuk Pembangunan Nurseri tanaman
perkebunan Perkebunan di Desa Langensari, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten
15
Sukabumi–Jawa Barat saat ini Kondisi kelerengan areal tergolong datar sampai
landai, lahan posisi di depan lebih tinggi dan menurun ke arah belakang, dengan
arah kemiringan lereng dari depan ke belakang kisaran 2%–15%. sehingga perlu
adanya pematangan lahan yang mengacu pada dokumen perencanaan DED dan
master plan. Pelaksanaan pematangan lahan menjadi satu kesatuan dengan
pembuatan Nurseri dan sarana prasarana lainnya.
d. Pembuatan bangunan nursery dan sarana prasarana lainnya
Dokumen pembangunan sarana dan prasarana untuk Nurseri mengacu pada
perencanaan DED yang telah disusun berdasarkan survey lapangan.
Untuk menyusun urutan pelaksanaa pembangunan perlu adanya
penguasaan kondisi site pembangunan dan proses pembangunannya itu sendiri.
Kondisi lokasi proyek yang perlu diperhatikan meliputi :
 Batas kegiatan proyek.
 Jalan akses ke proyek untuk angkutan material.
 Tingkat kematangan lahan pertapakan proyek
 Sirkulasi kegatan dalam lokasi/site proyek.
Pekerjaan pelaksanaan proyek disesuaikan dengan jenis komponen proyek
yang akan dilaksanakan, apakah terpusat pada suatu bangunan gedung atau
merupakan pekerjaan lapangan/luar bangunan gedung. Kalau merupakan
pekerjaan yang terpusat seperti pembangunan gedung maka untuk kemanan perlu
adanya pagar proyek. Untuk pekerjaan luar gedung maka akan terjadi interaksi
dengan masyarakat umum dan hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal
yang dapat menghambat kelancaran proyek.
Adapun prasarana pendukung yang harus dibangun meliputi:
 Pagar batas, berupa pagar panel beton sepanjang lokasi yang melewati
jalan umum dan bersebelahan dengan tanah warga sekitar
 Turap/Tembok Penahan tanah, di perbatasan lahan sebelah utara yang
bersebelahan dengan Perumahan karena sudah ada potensi longsoran.
 Jalan akses ke persemaian, dibuat bersamaan dengan parit drainase di
sekitar persemaian dengan konstruksi beton.

16
 Komplek perkantoran yang terdiri dari: Gerbang utama, pos penjaga,
Kantor operasional, Rumah untuk penjaga, Mushola, Toilet dan Gudang
serta Area parkir dengan konstruksi paving blok.
 Reservoar atau embung kecil untuk mampu mengairi 70m3/hari
persemaian yang berada di lahan paling ketinggian dengan sedikit
cekungan agar dalam proses pengaliran bersifat gravitasi dan diberi
saluran pelimpah sehingga ketika musim hujan tidak menimbulkan banjir
di sekitar area persemaian.
 Sumur bor untuk kebutuhan persemaian dan kebutuhan air di area
perkantoran.
Secara umum penggambaran denah untuk fasilitas pendukung adalah sebagai
berikut:

17
Gambar 1.13. Gambar Denah Fasilitas di Lokasi

18
2. KAJIAN EKONOMI

2.1. Asumsi

Dalam melakukan analisis kelayakan finansial pembangunan Nurseri


tanaman perkebunan tanaman kelapa di Langensari, Parungkuda, Kabupaten
Sukabumi, digunakan beberapa asumsi:

1. Kegiatan usaha diperhitungkan dalam 15 tahun


2. Biaya satuan menggunakan data standar dari Dirjen Perkebunan,
Kementerian Pertanian. Jika tidak didapatkan, diperoleh data sekunder
dari referensi ilmiah lain dan harga pasaran.
3. Umur pakai Nurseri tanaman perkebunan ditetapkan 15 tahun
4. Produktivitas nurseri kelapa modern, berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor 57/Kpts/KB.020/07/2022 tentang
Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih
Tanaman Kelapa, didapat perhitungan untuk luasan lahan 15,5 Ha
(berdasarkan kesesuaian areal ideal hasil pemotretan drone) adalah 620
ribu benih (15,5 ha x 40.000 bibit/ha) , dengan total lost/rusak 12 persen
sejumlah 540 ribu benih
5. Harga satuan yang dijual Rp. 20.000 per pohon, dan harga benih Kelapa
dengan asumsi terdapat pohon induk sendri Rp.3.000 per benih.

2.2. Rencana Investasi

Berikut ini adalah Capital Expenduture dari Proyek Nurseri Kelapa di Desa
Langensari, Parungkuda, Kabupaten Sukabumi :

Tabel 2.1. Capital Expenditure


Asumsi CAPEX
Keterangan Kebutuhan (M2) Harga Total (Rp)
CAPEX :
(Bangunan +
Equipment)

1 Bangunan

19
1. Rumah Produksi 155.000 Rp 300.000,00 Rp 46.500.000.000,00
2. Pos Jaga, Gapura 42 Rp 3.500.000,00 Rp 147.000.000,00
3. Kantor Operasional 112 Rp 3.500.000,00 Rp 392.000.000,00
4. Gudang 60 Rp 3.500.000,00 Rp 210.000.000,00
5. Rumah penjaga 48 Rp 3.500.000,00 Rp 168.000.000,00
6. Water Reservoir 800 Rp 1.700.000,00 Rp 1.360.000.000,00
7. Toilet Umum 8 Rp 3.500.000,00 Rp 28.000.000,00
8. Mushola 14 Rp 3.500.000,00 Rp 49.000.000,00
9. Pagar Pembatas 2.600 Rp 650.000,00 Rp 1.690.000.000,00
10. Turap 1.825 Rp 550.000,00 Rp 1.003.750.000,00
11. Jalan Beton 3.100 Rp 1.000.000,00 Rp 3.100.000.000,00
12. Area parkir
(Paving blok) 160 Rp 125.000,00 Rp 20.000.000,00
13. Pembersihan
Lahan 193.700 Rp 20.000,00 Rp 3.874.000.000,00
14. Cut and Fill 104.100 Rp 40.000,00 Rp 4.164.000.000,00
15. Pembuatan sumur
bor 30 Rp 500.000,00 Rp 15.000.000,00
Total Bangunan 461.599 Rp 62.720.750.000,00
Peralatan dan Mesin
Pendukung Nursery
Peralatan
1 Cangkul unit 50 200.000 Rp 10.000.000,00
2 golok unit 50 200.000 Rp 10.000.000,00
3 angkong unit 6 500.000 Rp3.000.000,00
4 knapsack sprayer 9 600.000 Rp5.400.000,00
5 ember unit 50 50.000 Rp 2.500.000,00
6 sekop 10 200.000 Rp 2.000.000,00
7 Garpu tanah 25 200.000 Rp5.000.000,00
8 sendok tanah 30 80.000 Rp 2.400.000,00
9 ayakan 5 100.000 Rp 500.000,00
10 pengki 30 50.000 Rp 1.500.000,00
11 Gembor 30 100.000 Rp 3.000.000,00
Total Peralatan Rp 2.280.000,00 Rp 45.300.000,00
Mesin Pendukung
1 Setrifugal pump unit 6 35.000.000 Rp 210.000.000,00
2 cultivator unit 2 25.000.000 Rp 50.000.000,00
Total Mesin Pendukung Rp60.000.000,00 Rp 260.000.000,00
Total Equipment Rp 305.300.000,00
Total CAPEX Rp 63.026.050.000,00
Sumber: diolah

20
Berikut ini adalah Operational Expenditure dari proyek ini:

Tabel 2.2. Operational Expenditure


Keterangan Jumlah Periode Harga Total (Rp)
A. CASH INFLOW
1 Kelapa Per Batang Bibit 652500 1 Tahun Rp 30.000,00 Rp 19.575.000.000

Cash In Rp 19.575.000.000 Rp 19.575.000.000,00


B. OPEX (FULL PRODUKSI)
1 Bahan Baku
Benih Kelapa Butir 750000 1 Tahun Rp 3.000,00 Rp 2.250.000.000,00
Tanah Topsoil Rp 500.000.000,00
Pupuk Rp 2.557.500.000,00
Dolomit Rp 50.000.000,00
Pestisida Rp 50.000.000,00
Polybeg 40 X 50 Rp1.406.250.000
2 Manajemen
Kepala Kebun 1 12 Rp 2.500.000,00 Rp 30.000.000,00
Asisten Pembenihan 1 12 Rp 2.000.000,00 Rp 24.000.000,00
Supervisor 3 12 Rp 1.800.000,00 Rp 64.800.000,00

3 Biaya Tenaga Kerja


Perawatan HK 9 300 Rp 125.000,00 Rp 337.500.000,00
Pembenihan HK 20 300 Rp 125.000,00 Rp 750.000.000,00

4 Pemeliharaan, Listrik Dan


Air 1 Rp 50.000.000,00 Rp 50.000.000,00
5 Distribusi Rp 100.000.000,00 Rp 100.000.000,00
6 Pengolahan Limbah 12 Rp 300.000,00 Rp 3.600.000,00
Total OPEX Rp 156.853.000,00 Rp 8.173.650.000,00

Sumber: Diolah

Dari jumlah tersebut didapat angkat total yang diperlukan dalam investasi Nurseri
Kelapa di Parungkuda, Sukabumi yaitu pertambahan dari Capital Expenditure dan
Operational Expenditure sebesar Rp 71.199.700.000 (Tujuh Puluh Satu Milyar
Seratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah)

21
2.3. Estimasi Kelayakan Finansial

Estimasi kelayakan finansial dari kegiatan pembangunan dan operasional


Nurseri Kelapai Langensari, Parungkuda Sukabumi selama 15 tahun dengan
discout factor 20% adalah sebagai berikut:

1. IRR : 21,73%
2. NPV : Rp. 5.070.173.700
3. BCR : 1,071
4. RoI : 1,44
5. Payback : 7 Tahun, 2 bulan dan 1 hari.

Berdasarkan hasil analisis ekonomi/finansial dapat disimpulkan bahwa


kegiatan dengan periode 15 tahun dengan tingkat harga jual dan biaya produksi
dimaksud, kegiatan layak untuk dikembangkan sesuai dengan nilai parameter
kelayakan finansial yang diperoleh dengan nilai IRR 21,73%.

Nilai Net Present Value yang bernilai positif menunjukkan investasi tidak
dalam keadaan rugi. Nilai BCR adalah mengukur yang lebih besar antara biaya
yang dikeluarkan dibandingkan. Hasil yang diperoleh di atas 1,071 menunjukkan
proyek ini juga tidak mengalami kerugian, meskipun nilai BCR mendekati 1, karena
proyek ini adalah pemerintah, sehingga keuntungan finansial tidak menjadi faktor
utama dalam berinvestasi.

Sementara itu berdasarkan perhitungan RoI (Return of Investment) diperoleh


nilah 1,44 dapat disimpulkan bahwa dalam periode 15 tahun, laba bersih dari
kegiatan nurseri tanaman perkebunan sebanding dengan nilai investasi yang
dikeluarkan meskipun nilainya tidak terlalu besar, tetapi angka tersebut lebih dari
100%. Semakin tinggi RoI, maka semakin baik perkembangan usaha dimasa
mendatang. Karena jenis usaha ini adalah dilakukan oleh pemerintah, laba yang
diperoleh bukan tujuan utama tetapi lebih kepada kesejahteraan masyarakat secara
lebih luas dalam hal ini adalah petani Kelapa untuk mendapatkan kemudahan dalam
memperoleh bibit. Payback Period terhitung pada 7 tahun, dua bulan dan satu hari.

22
3. KAJIAN POTENSI PEMANFAATAN

3.1. Pasokan

Dengan dibuatnya Nurseri tanaman perkebunan baru di Desa Langensari,


Parungkuda diharapkan mampu meningkatkan pasokan bibit kelapa. Hal ini sejalan
dengan program dua juta bibit baru seluruh Indonesia dan meningkatkan produksi
komoditas perkebunan untuk ketahanan pangan. Estimasi bibit yang dapat
dihasilkan dalam Nurseri tanaman perkebunan ini sekitar 35.000-40.000 per ha
dengan luasan ±15.5 ha lahan efektif atau 543.000-620.000 bibit per tahun.
Pembangunan Nurseri tanaman perkebunan yang bertempat di Sukabumi mampu
memangkas waktu dan biaya distribusi bibit kelapa yang sebelumnya banyak dikirim
dari Sumatera, Bali dan Sulawesi. Dengan begitu kualitas bibit yang akan
didistribusikan akan lebih baik dan harga bibit akan lebih murah.

3.2. Pendapatan Ekonomi Masyarakat Sekitar

Masyarakat sekitar perkebunan akan mendapatkan benefit berupa lapangan


pekerjaan baru berupa tenaga di dalam area Nurseri tanaman perkebunan.
Ditambah juga bertambahnya kebutuhan pemukiman baru bagi para pegawai di
sekitaran lokasi. Selain itu, masyarakat bisa bermitra dengan Nurseri tanaman
perkebunan untuk menyuplai bibit kelapa siap salur yang sudah terstandarisasi oleh
Nurseri dengan harga yang sesuai.

3.3. Sebagai Benchmark Nurseri Kelapa di Indonesia

Keberadaan Nurseri kelapa di Desa Langensari, Parungkuda diharapkan


bisa menjadi salah satu Benchmark pengembangan bibit Kelapa, mendampingi
Nurseri yang berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

3.4. Sebagai Fasilitas Nurseri dalam Bidang Penelitian

Fasilitas Nurseri di Desa Langensari, Parungkuda juga diharapkan akan bisa


23
berkontribusi terhadap bidang penelitian dalam pembenihan di Indonesia. Salah
satu tujuan dibangunnya Nurseri tanaman perkebunan yaitu menghasilkan benih
kelapa unggul. Benih tersebut diberikan perlakuan dan kontrol/pengecekan dengan
kualitas tepat, sehingga pengadaan benih mengutamakan kualitas, kuantita dan
efektivitas dalam distribusinya. Oleh karena itu aspek penelitian menjadi penting
untuk keberlanjutan Nurseri tanaman perkebunan di masa yang akan datang.

3.5. Optimalisasi Lahan Milik Negara

Lahan yang akan dibangun adalah besifat Clean and Clear dimiliki oleh
Negara. Tanah seluas 186.000 M2 dari Balai Pengujian Standar Instrumen
Tanaman Industri dan Penyegar akan diserahkan ke Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Perkebunan Sehingga pemanfaatannya diharapkan akan lebih optimal
dalam pengembangan Nurseri kelapa

24
4. KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

4.1. Aspek Lingkungan

Berikut ini adalah dampak dari aspek lingkungan dalam kelayakan


proyek Nurseri di Parungkuda, Sukabumi
Tabel 4.1. Dampak Aspek Lingkungan
Dampak Penting Bentuk Pengelolaan Lingkungan
Tahapan Sumber Dampak
Yang Dikelola Hidup
Pra Persepsi dan Pembersihan  Melaksanakan semua pengelolaan
Konstruksi Sikap Masyarakat Lahan dampak hilangnya mata
pencaharian dan penurunan
pendapatan dengan baik dan benar,
setelah pemanfaatan oleh warga
 Mensosialisasikan atau
mengkomunikasikan proses dan
hasil kegiatan pembersihan lahan
Gangguan Lalu Mobilisasi alat  Menggunakan kendaraan yang
Lintas dan bahan layak jalan
pembagunan  Pemasangan rambu-rambu lalu
lintas, pengaturan kecepatan
kendaraan, pengangkut di jalur
mobilisasi alat dan material sesuai
dengan prosedur dan ketentuan
yang berlaku
 Pengaturan jarak kendaraan yang
keluar masuk dalam mobilisasi
Peningkatan Penerimaan  Penerimaan tenaga kerja konstruksi
Kesempatan tenaga kerja yang dibutuhkan mengutamakan
Kerja untuk konstruksi warga lokal sesuai dengan
kualifikasi dan ketersediaan
lapangan kerja
 Proses perekrutan tenaga kerja
lokal benar-benar memperhatikan
dan memprioritaskan pencari kerja
yang berasal dari komunitas
masyarakat, terutama yang berada
dalam ring 1 di desa-desa yang
termasuk dalam wilayah
pembangunan
Konstruksi Penurunan Mobilisasi  Proses pengangkutan material
Kualitas Udara peralatan dan (tanah gali/urug) dilengkapi dengan
material penutup terpal pada saat melewati
daerah pemukiman
 Melakukan penyiraman min. 2 kali
sehari menggunakan water spraying
truck pada ruas jalan akses yang
tidak diaspal yang dilalui kendaraan
pengangkut peralatan dan material

25
Dampak Penting Bentuk Pengelolaan Lingkungan
Tahapan Sumber Dampak
Yang Dikelola Hidup
secara rutin, terutama pada saat
musim kemarau dengan mengacu
pada prosedur penyiraman jalan
Gangguan Lalu lintas jalan  Melakukan sosialisasi mengenai
aktivitas raya sekitar mobilitas peralatan dan material
masyarakat proyek kepada masyarakat yang terkena
dampak
Peningkatan Pemanfaatan  Pemanfaatan lahan dan penyiapan
debit air lahan dan areal kerja dilakukan secara
penyiapan areal bertahap dan terbatas hanya pada
kerja tapak proyek
 Membuat saluran drainase sekeliling
batas luar tahap proyek dengan
dimensi yang mampu menampung
limpasan permukaan pada periode
puncak hujan
Operasional Penurunan Operasional unit  Membangun dinding pencegah
kualitas/debit air longsor
tanah
Sampah B3 Pencemaran  Gudang khusus B3
lingkunga

Sumber: Diolah

Berdasarkan tahapannya, dampak lingkungan yang muncul dibagi ke dalam


3 (tiga) tahap, yaitu pra konstruksi, konstruksi, dan operasional. Pada tahap pra-
konstruksi, terdapat 3 (tiga) dampak yang penting untuk dikelola, antara lain
persepsi dan sikap masyarakat, gangguan lalu lintas, dan peningkatan kesempatan
kerja. Pada tahap konstruksi terdapat 3 (tiga) dampak yang penting untuk dikelola
antara lain penurunan kualitas udara, gangguan aktivitas masyarakat, dan
peningkatan debit air. Pada tahap operasional, terdapat penurunan kualitas air.
Pada tahap pra-konstruksi, dampak yang muncul adalah persepsi dan sikap
masyarakat yang muncul akibat pembersihan lahan sehingga untuk melaksanakan
pembersihan lahan harus melakukan komunikasi proses dan hasil kegiatan
terhadap stakeholder terkait. Selain itu, diperlukan pengelolaan terhadap hilangnya
mata pencaharian dan penurunan pendapatan masyarakat setempat dengan baik
dan benar akibat tidak diberikannya lagi untuk memfungsikan lahan ditanami oleh
penduduk sekitar. Dampak lain yang muncul pada fase pra-konstruksi adalah
gangguan lalu lintas akibat mobilisasi alat dan bahan pembangunan, sehingga
diperlukan kendaraan yang layak jalan, pemasangan rambu-rambu lalu lintas
26
pengaturan kecepatan kendaraan, pengangkutan di jalur mobilisasi alat dan
material, serta penerapan pengaturan jarak kendaraan yang keluar dan masuk
dalam kawasan cut and fill tanah. Dampak berikutnya adalah peningkatan
kesempatan kerja karena adanya penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi. Pada
tahap ini, penerimaan tenaga kerja lokal yang memenuhi kualifikasi dan
ketersediaan lapangan kerja, serta proses perekrutan tenaga kerja lokal harus
menjadi perhatian dan diprioritaskan terutama yang berada pada wilayah
pengembangan Nurseri.
Pada tahap konstruksi, akan terjadi penurunan kualitas udara yang
diakibatkan dari mobilisasi peralatan dan material sehingga diperlukan Tindakan
pencegahan dengan menggunakan terpal untuk menutup material (tanah gali/urug)
saat melewati permukiman. Perlu pula dilakukan penyiraman minimal 2 (dua) kali
sehari dengan menggunakan water spraying truck pada jalan yang tidak diaspal dan
dilalui kendaraan pengangkut peralatan dan material terutama pada musim
kemarau. Dampak gangguan aktivitas yang bersumber pada lalu lintas jalan raya di
sekitar lokasi proyek dapat dikelola dengan melakukan sosialisasi mengenai
mobilisasi peralatan dan material kepada masyarakat yang terkena dampak. Pada
dampak peningkatan debit air yang bersumber dari pemanfaatan lahan dan
penyiapan areal kerja, perlu dilakukan pemanfaatan lahan dan penyiapan areal
kerja yang bertahap dan terbatas pada tapak proyek, serta membuat saluran
drainase dengan dimensi yang dapat menampung limpasan permukaan pada
periode puncak hujan di sekeliling batas luar tapak proyek.
Pada tahap operasional, penurunan kualitas air akibat operasional unit
Nurseri yang dapat dikelola dengan membangun dinding pencegah longsor.
Dampak berikutnya adalah limbah B3 akibat operasional pembangunan pabrik yang
dikelola dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 tahun 2021
tentang Pengelolaan Limbah B3 harus bekerjasama dengan kontraktor yang
memiliki izin dan pengelolaan limbah B3, serta pembangunan Gedung untuk tempat
penyimpanan sementara limbah B3.

27
4.2. Aspek Sosial

Penyelenggaraan sebuah proyek diharapkan memberikan berbagai


kemanfaatan bagi masyarakat di wilayah proyek tersebut dilaksanakan. Manfaat
baik dari sisi sosial maupun ekonomi secara jangka pendek dan berkelanjutan
menjadi salah satu indikator capaian keberhasilan proyek terhadap pertumbuhan
wilayah. Pembangunan Proyek Nurseri Kelapa di Parungkuda, Sukabumi telah
didukung oleh Pemerintah Pusat, dengan harapan proyek pembangunan ini mampu
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Langensari, Parungkuda,
Kabupaten Sukabumi baik secara sosial dan ekonomi, khususnya dari segi mata
pencaharian hingga perkembangan dan pertumbuhan ekonomi sebagai multiplier
effect di sekitar rencana lokasi Nurseri.
Rencana pembangunan Nurseri dapat memberikan dampak langsung dan
tidak langsung, terutama implikasi pada dinamika sosial masyarakat di sekitar
Nurseri.
Dengan adanya kegiatan pembangunan Nurseri ini maka akan membuka
peluang kerja dan tentu saja dapat menyerap tenaga kerja lokal. Secara
keseluruhan berjumlah 44 orang dengan 39 orang buruh dan mandor/supervisor.

28
5. KAJIAN RISIKO

5.1. Identifikasi, Evaluasi, dan Mitigasi Risiko-Risiko Utama

1. Risiko Permintaan/Pasar
Tabel 5.1. Risiko Permintaan/Pasar
KATEGORI ALOKASI RISIKO NILAI
DESKRIPSI
RISIKO PUBLIK PEMERINTAH RISIKO
Risiko Permintaan
Kelengkapan infrastruktur
Infrastruktur
penunjang menjadi perhatian
penunjang yang √ Menengah
pemerintah dalam menentukan
lengkap
lokasi Nurseri
Perubahan Mengakibatkan penurunan
proyeksi volume pendapatan dan defisit bagi √ Menengah
permintaan Badan Usaha dan Pemerintah
Sumber: Diolah

2. Risiko Lahan
Tabel 5.2. Risiko Lahan
KATEGORI ALOKASI RISIKO NILAI
DESKRIPSI
RISIKO PUBLIK PEMERINTAH RISIKO
Risiko Permintaan
Kondisi iklim serta potensi
Iklim dan bencana menjadi perhatian
√ Menengah
bencana alam dalam penentuan lokasi di
Parungkuda
Hama dan Hama dan penyakit yang dapat
√ √ Menengah
penyakit menyerang pembenihan kelapa
Kondisi agroklimat menjadi
perhatian dalam menentukan
Kondisi
lokasi karena berdampak pada √ Menengah
agroklimat
potensi pertumbuhan bibit
kelapa
Sumber: Diolah

3. Risiko Implementasi Infrastruktur Pendukung


Tabel 5.3. Risiko Implementasi Infrastruktur Pendukung
KATEGORI ALOKASI RISIKO NILAI
DESKRIPSI
RISIKO PUBLIK PEMERINTAH RISIKO
Risiko Implementasi Infrastruktur Pendukung
Pembebanan terhadap jaringan
Aksesibilitas √ √ Menengah
jalan provinsi dan nasional

29
KATEGORI ALOKASI RISIKO NILAI
DESKRIPSI
RISIKO PUBLIK PEMERINTAH RISIKO
Risiko Implementasi Infrastruktur Pendukung
Perbaikan kualitas jalan
penghubung antar kota dan
kabupaten di Sumatera Selatan
Sumber air baku dari sungai dan
Sumber Air Baku √ √ Menengah
air tanah
Sumber: Diolah

4. Risiko Regulasi dan Politik


Tabel 5.4. Risiko Regulasi dan Politik
KATEGORI ALOKASI RISIKO NILAI
DESKRIPSI
RISIKO PUBLIK PEMERINTAH RISIKO
Risiko Regulasi dan Politik
Perubahan
Menjadi salah satu risiko
regulasi dan √ Rendah
pembuatan Nurseri
pajak yang umum
Sumber: Diolah

5. Risiko force majeur dan Lingkungan


Tabel 5.5. Risiko Force Majeur dan Lingkungan
ALOKASI RISIKO
KATEGORI NILAI
DESKRIPSI
RISIKO PUBLIK PEMERINTAH RISIKO

Risiko Force Majeure dan Lingkungan


Terjadinya bencana alam
Bencana alam sehingga tidak dapat √ √ Menengah
beroperasi secara normal
Terdapat risiko penurunan
tanah karena pengambilan air
Risiko Penurunan
tanah yang digunakan untuk √ √ Rendah
Tanah
memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
Peningkatan polusi udara debu
Polusi Udara √ √ Rendah
pada tahapan konstruksi.
Potensi kebakaran pada saat
Kebakaran √ √ Rendah
pembersihan lahan
Sumber: Diolah

6. Risiko Operasional Proyek


Tabel 5.6. Risiko Operasional Proyek
KATEGORI ALOKASI RISIKO NILAI
DESKRIPSI
RISIKO PUBLIK PEMERINTAH RISIKO
Risiko Force Majeure dan Lingkungan
Risiko sumber Terdapat risiko terkait pekerja √ Menengah
30
daya manusia seperti pencurian,
kecelakaan, dan kelalaian
Terdapat risiko seperti
Risiko sistem kapasitas produksi yang tidak √ Menengah
sesuai rencana
Sumber: Diolah

7. Risiko Sumber Bahan Baku


Tabel 5.7. Risiko Sumber Bahan Baku
ALOKASI RISIKO
KATEGORI NILAI
DESKRIPSI
RISIKO PUBLIK PEMERINTAH RISIKO

Risiko Sumber Bahan Baku


Ketidaksesuaian/tidak
tersedia buah kelapa yang
Risiko Buah ingin dijadikan bibit yang
√ Rendah
Kelapa Unggulan cocok dengan kondisi iklim di
Kecamatan Parungkuda,
Sukabumi
Sumber: Diolah

5.2. Mitigasi Risiko

Mitigasi risiko bertujuan untuk memberikan cara mengelola risiko terbaik


dengan mempertimbangkan kemampuan pihak yang mengelola risiko dan juga
dampak risiko. Mitigasi risiko ini berisi rencana-rencana yang harus dilakukan
pemerintah dalam kondisi preventif, saat risiko terjadi, ataupun paska terjadinya
risiko. Mitigasi risiko ini dapat berupa penghapusan risiko, meminimalkan risiko,
mengalihkan risiko, atau menerima/menyerap risiko tersebut
Tabel 5.8. Kategori Risiko dan Mitigasi Risiko
No KATEGORI RISIKO DESKRIPSI MITIGASI RISIKO
1 Risiko permintaan/pasar Produksi benih kelapa Peningkatan kapasitas
produksi benih kelapa
2 Risiko lahan Adanya potensi Pernyataan kepastian
perubahan kebijakan kebijakan dari Pemerintah
pengelolaan lahan Pusat, dalam hal ini
Kementerian Pertanian
3 Risiko implementasi Aksesibilitas menuju Peningkatan kapasitas jalan
infrastruktur pendukung lokasi proyek yang masih menuju lokasi proyek
terbatas
Sumber jaringan listrik Kerjasama penyediaan listrik
dengan PLN
4 Risiko regulasi dan Perubahan regulasi dan Kepastian hukum terhadap
politik kebijakan terkait regulasi
penanaman modal
31
5 Risiko force majeure dan Potensi bencana alam, Pengawasan ketat
lingkungan serangan hama dan
penyakit, serta gangguna
keamanan dan lingkungan
di Kabupaten Sukabumi
6 Risiko operasional Kenaikan biaya Penyediaan operator andal
proyek Opersional & Manajmen
Supply buah kelapa untuk penyediaan supply cadangan
pembenihan
7 Risiko sumber material Bibit tidak sesuai Pengadaan mandiri
buah kelapa unggulan spesifikasi
Sumber: Diolah

5.3. Outstanding Issue

Ada dua isu strategis terkait dengan Nurseri Kelapa.yaitu biaya dan harga.
Dengan semakin meningkatnya permintaan kelapa dan dorongan pemerintah
terhadap kebijakan pengadaan pembenihan dua juta bibit kelapa, akan
mempengaruhi permintaan. Distribusi menjadi isu yang strategis untuk menekan
biaya dan harga hingga sampai ke petani.

32
6. KAJIAN KELEMBAGAAN

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:


57/Kpts/KB.020/07/2022 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan
Pengawasan Benih Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L) menyebutkan bahwa
dalam rangka pemenuhan kebutuhan benih yang terus meningkat, selain melalui
benih sumber dari varietas yang telah dilepas diperlukan adanya kebijakan dalam
memenuhi kebutuhan benih melalui seleksi dan pemurniah varietas unggul lokal
serta perakitan varietas Kelapa Hibrida.

Benih kelapa wajib disertifikasi dan diberi label terlebih dahulu sebelum
diedarkan untuk menjaga kemurnian dan kualitas benih kelapa. Sertifikasi dan
pelabelan bertujuan menjaga kemurnian, kebenaran, memelihara mutu, dan
memberikan jaminan bahwa benih yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu,
serta memberikan legalitas kepada pengguna bahwa benih yang dihasilkan berasal
dari kebun benih kelapa yang telah ditetapkan.

6.1. Sertifikasi Benih Kelapa Dalam Bentuk Butiran

Benih kelapa dalam bentuk butiran sebelum diedarkan harus disertifikasi


oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang berasal dari UPT Pusat dan/atau UPTD
Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi
benih tanaman perkebunan. Tempat pemeriksaan dilakukan di kebun induk atau
kebun Blok Penghasil Tinggi dan/atau di tempat penyimpanan benih.

6.2. Sertifikasi Benih Kelapa (Dalam Polibag)

Benih kelapa dalam polibeg sebelum diedarkan harus disertifikasi oleh


Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang berasal dari UPT Pusat dan/atau UPTD
Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi
benih tanaman perkebunan. Tempat pemeriksaan dilakukan di kebun pembenihan.

33
6.3. Sertifikasi Benih Kelapa (Tanpa Polibag)

Benih kelapa tanpa polibeg sebelum diedarkan harus disertifikasi oleh


Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang berasal dari UPT Pusat dan/atau UPTD
Provinsi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan
sertifikasi benih tanaman perkebunan. Tempat pemeriksaan dilakukan di kebun
pembenihan.

6.4. Sertifikasi Benih Kelapa dengan Teknik Kultur Jaringan

Sertifikasi benih kelapa asal kultur jaringan dilakukan melalui tahapan


pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan lapangan. Pemeriksaan tersebut
dilakukan pada 3 (tiga) fase pertumbuhan tanaman, yaitu planlet, benih pasca
aklimatisasi dan benih siap salur.

6.5. Peredaran, Pembinaan dan Pengawasan

Peredaran benih antar provinsi pengawasannya dilakukan oleh PBT. PBT


yang melakukan pengawasan berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi
yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih
tanaman perkebunan penerima benih. Peredaran benih antar provinsi yang
sertifikatnya masih berlaku, tidak harus dilakukan sertifikasi ulang. Untuk peredaran
benih antar kabupaten dalam satu provinsi pengawasannya dilakukan oleh PBT
yang berkedudukan di UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi
pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan.

Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang


diedarkan di dalam dan antar provinsi. Pengawasan peredaran benih unggul dan
benih unggul lokal dilakukan oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau
UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan dan OPD
Provinsi yang menangani perbenihan. Pelaksanaan pengawasan peredaran benih
dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu. Pengawasan peredaran dilakukan
melalui pengecekan dokumen dan fisik benih. Berdasarkan hasil pengawasan oleh
34
UPT Pusat/UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan
dan sertifikasi benih tanaman perkebunan, benih yang tidak sesuai dengan sertifikat
dan label dilarang diedarkan atau diperjualbelikan. Pelarangan peredaran
didokumentasikan dengan Berita Acara yang ditandatangani oleh produsen benih
dan PBT.

Dalam melakukan pengawasan PBT menemukan kecurigaan terhadap benih


yang beredar, maka PBT dapat menghentikan peredaran benih. Penghentian
peredaran benih tersebut dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
Penghentian dalam jangka waktu tersebut dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada pengedar membuktikan kebenaran dokumen atas benih yang
diedarkan. Apabila dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja, pengedar
tidak dapat membuktikan kebenaran dokumen atas benih yang diedarkan, PBT
harus menghentikan peredaran benih yang diedarkan. Benih yang peredarannya
dihentikan, wajib ditarik dari peredaran oleh produsen dan/atau pengedar benih.
Jika dalam pengawasan dokumen tidak ditemukan adanya kejanggalan atau
penyimpangan prosedur, maka benih dapat diedarkan kembali.

35
7. KESESUAIAN DENGAN PRINSIP SYARIAH

7.1. Identifikasi Penggunaan Proyek

Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan


Nasioanl/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2020, tentang Tata Cara Pengelolaan Proyek yang dibiayai melalui
Penerbitan Surat Berharfa Syariah Negara disebutkan dalam Pasal 5 Proyek yang
dapat dibiayai melalui Penerbitan SBSN adalam Proyek yang dilaksanakan dalam
rangka:
a. Pembangunan infrastruktur;
b. Penyediaan pelayanan umum;
c. pemberdayaan industri dalam negeri; dan/atau
d. Pembangunan lain sesuai dengan kebijakan strategis pemerintah
7.2. Penyelenggaraan Proyek

Pemanfaatan proyek bukan untuk tujuan yang berkaitan dengan:


1. Penyelenggaraan dan atau adanya kontribusi terhadap jasa keuangan
konvensional (ribawi)
2. Penyelenggaraan dan atau adanya kontribusi terhadap kegiatan yang
mengandung unsur perjudian (maisyir)
3. Penyelenggaraan dan atau adanya kontribusi terhadap produksi,
distribusi, perdagangan dan/atau penyediaan barang/jasa yang dilarang
(haram)
4. Penyelenggaraan dan/atau adanya kontribusi terhadap kegiatan yang
bersifat merusak/berbahaya (mudharat terhadap akhlak/moral maupun
lingkungan)
Proyek industri kelapa di Indonesia yang bersifat riil dan ekonomis dirasakan
langsung oleh masyarakat. Petani kelapa akan berdampak langsung terhadap
adanya benih kelapa unggulan yang bisa meningkatkan produktivitas hal. Pryek ini
juga dikembangkan untuk ilmu pengetahuan dan peningkatan mutu terhadap
lingkungan.
36
Pengelolaan keuangan dalam proyek ini sesuai dengan prinsip syariah yaitu
tanpa riba. Dengan demikian penggunaan dana proyek ini sudah sesuai dengan
prinsip syariah.

37
8. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

8.1. Kesimpulan

1. Aspek Teknis, lokasi rencana pembangunan Nurseri kelapa dinilai layak,


meskipun ada beberapa catatan yang perlu dilakukan modifikasi terkait
dengan kemiringan lereng dan juga sumber air, serta curah hujan
2. Aspek finansial dan ekonomi dinilai layak, dengan kebutuhan Rp
71.199.700.000 (Tujuh Puluh Satu Milyar Seratus Sembilan Puluh
Sembilan Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah)
3. Sebagai potensi pemanfaatan, terdapat potensi ekonomi bagi
masyarakat sekita berupa lapangan pekerjaan baru dan juga bagi
pemerintah adalah sebagai fasilitas dalam bidang penelitian
pengembangan bibit kelapa.
4. Dalam aspek lingkungan dan sosial terdapat dampak dalam pra
konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi pembangunan Nurseri
Kelapa. Proyek ini akan menyerap tenaga kerja sebesar 44 orang,
dengan 39 buruh lokal dan mandor/supervisor.
5. Aspek risiko terdiri dari risiko pasar,risiko lahan (bencana alam, hama dan
penyakit), risiko implementasi infrastruktur pendukung, seperti
aksesibilitas dan sumber bahan baku, risiko perubahan regulasi, risiko
force majeur dan lingkungan, risiko operasional proyek dan risiko sumber
bahan baku.
6. Aspek kelembagaan meliputi manajemen birokrasi yang menjadi bagian
dari pembangunan dan pengembangan Nurseri ke depannya dibawah
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian
7. Kesesuaian dengan prinsip syariah, telah sesuai dengan tata cara
pengelolan proyek melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara.

38
8.2. Rekomendasi

Rekomendasi untuk Direktoral Jenderal Perkebunan:

1. Berdasarkan hasil kajian yang dibuat, pada Aspek teknis perlu dilakukannya
modifikasi minor. Berdasarakan kriteria areal pembenihan secara umum
terpenuhi beberapa aspek penting yaitu ketersediaan air yang ditunjukkan
dari iklim 5 tahun (2017-20121) calon lokasi pembangunan Nurseri yaitu
iklim B menurut Schmidt dan Ferguson. Kondisi curah hujan yang tinggi
memiliki korelasi dengan tutupan awan, sehingga dalam konteks
pembangunan naungan (shading) dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
intensitas mataharinya (lama penyinaran). Pada aspek topografi lahan perlu
dilakukan perancangan bangun konservasi berupa teras bersambung pada
beberapa areal yang memiliki persen kelerengan 8-15%.
2. Aspek sosial masyarakat dapat menggunakan beberapa pilihan model
kemitraan dengan merekrut masyarakat sekitar sebagai karyawan ataupun
melalu mekanisme tenaga kontrak atau borongan.

Rekomendasi untuk Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Industri


dan Penyegar:
1. Perlunya memberikan informasi dan alternatif supply bahan baku pusat
Nurseri kelapa dari kebun sendir yang akan berpotensi menurangi biaya
operasional yang cukup signifikan dalam pengadaan benih, dan mengurangi
resiko kerusakan benih.

39
9. LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengambilan data lapangan menggunakan drone

Lampiran 2. Survey lokasi calon Nurseri tanaman perkebunan

40
Lampiran 3 Hasil Perhitungan NPV, IRR, BCR, PP dan RoI

Net Present Value

Biaya
No Tahun Investasi Total Cost Benefit Depresiasi Rtax Tax (22%) Net Benefit DF 20% Present Value
Operasional
a b c=a+b d f=a/15 g=d-f h=gx22% i=d-h
0 2024 Rp71.199.700.000 Rp0 Rp71.199.700.000 Rp71.199.700.000 1 Rp71.199.700.000
1 2025 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,833333 Rp13.593.968.556
2 2026 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,694444 Rp11.328.307.130
3 2027 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,578704 Rp9.440.255.941
4 2028 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,482253 Rp7.866.879.951
5 2029 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,401878 Rp6.555.733.293
6 2030 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,334898 Rp5.463.111.077
7 2031 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,279082 Rp4.552.592.564
8 2032 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,232568 Rp3.793.827.137
9 2033 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,193807 Rp3.161.522.614
10 2034 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,161506 Rp2.634.602.178
11 2035 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,134588 Rp2.195.501.815
12 2036 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,112157 Rp1.829.584.846
13 2037 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,093464 Rp1.524.654.038
14 2038 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,077887 Rp1.270.545.032
15 2039 Rp8.173.650.000 Rp8.173.650.000 Rp19.575.000.000 Rp4.746.646.667 Rp14.828.353.333 Rp3.262.237.733 Rp16.312.762.267 0,064905 Rp1.058.787.527
Rp5.070.173.700

41
IRR

No Tahun Present Value


Net Benefit DF 20% Present Value DF 22% 22%
i=d-h
- - -
0 2024 Rp71.199.700.000 1 Rp71.199.700.000 1 Rp71.199.700.000
1 2025 Rp16.312.762.267 0,833333 Rp13.593.968.556 0,819672 Rp13.371.116.612
2 2026 Rp16.312.762.267 0,694444 Rp11.328.307.130 0,671862 Rp10.959.931.649
3 2027 Rp16.312.762.267 0,578704 Rp9.440.255.941 0,550707 Rp8.983.550.532
4 2028 Rp16.312.762.267 0,482253 Rp7.866.879.951 0,451399 Rp7.363.566.010
5 2029 Rp16.312.762.267 0,401878 Rp6.555.733.293 0,369999 Rp6.035.709.844
6 2030 Rp16.312.762.267 0,334898 Rp5.463.111.077 0,303278 Rp4.947.303.151
7 2031 Rp16.312.762.267 0,279082 Rp4.552.592.564 0,248589 Rp4.055.166.517
8 2032 Rp16.312.762.267 0,232568 Rp3.793.827.137 0,203761 Rp3.323.906.981
9 2033 Rp16.312.762.267 0,193807 Rp3.161.522.614 0,167017 Rp2.724.513.919
10 2034 Rp16.312.762.267 0,161506 Rp2.634.602.178 0,136899 Rp2.233.208.130
11 2035 Rp16.312.762.267 0,134588 Rp2.195.501.815 0,112213 Rp1.830.498.468
12 2036 Rp16.312.762.267 0,112157 Rp1.829.584.846 0,091978 Rp1.500.408.580
13 2037 Rp16.312.762.267 0,093464 Rp1.524.654.038 0,075391 Rp1.229.843.098
14 2038 Rp16.312.762.267 0,077887 Rp1.270.545.032 0,061796 Rp1.008.068.113
15 2039 Rp16.312.762.267 0,064905 Rp1.058.787.527 0,050653 Rp826.285.339
Rp5.070.173.700 -Rp806.623.055

IRR= 21,73

42
BCR

No Tahun Net Benefit DF 20% Present Value


i=d-h
0 2024 -Rp 71.199.700.000 1 Rp71.199.700.000
1 2025 Rp 16.312.762.267 0,833333 Rp13.593.968.556
2 2026 Rp 16.312.762.267 0,694444 Rp11.328.307.130
3 2027 Rp 16.312.762.267 0,578704 Rp9.440.255.941
4 2028 Rp 16.312.762.267 0,482253 Rp7.866.879.951
5 2029 Rp 16.312.762.267 0,401878 Rp6.555.733.293
6 2030 Rp 16.312.762.267 0,334898 Rp5.463.111.077
7 2031 Rp 16.312.762.267 0,279082 Rp4.552.592.564
8 2032 Rp 16.312.762.267 0,232568 Rp3.793.827.137
9 2033 Rp 16.312.762.267 0,193807 Rp3.161.522.614
10 2034 Rp 16.312.762.267 0,161506 Rp2.634.602.178
11 2035 Rp 16.312.762.267 0,134588 Rp2.195.501.815
12 2036 Rp 16.312.762.267 0,112157 Rp1.829.584.846
13 2037 Rp 16.312.762.267 0,093464 Rp1.524.654.038
14 2038 Rp 16.312.762.267 0,077887 Rp1.270.545.032
15 2039 Rp 16.312.762.267 0,064905 Rp1.058.787.527

BCR= 1,0712

43
Payback Period
Biaya
No Tahun Investasi
Operasional Benefit DF 20% Ii OM B
a b c d axd bxd cxd
0 2024 Rp71.199.700.000 Rp0 1 Rp71.199.700.000 Rp0 0
1 2025 Rp8.173.650.000 19575000000 0,833333 Rp0 Rp6.811.375.000 Rp 16.312.500.000
2 2026 Rp8.173.650.000 19575000000 0,694444 Rp0 Rp5.676.145.833 Rp 13.593.750.000
3 2027 Rp8.173.650.000 19575000000 0,578704 Rp0 Rp4.730.121.528 Rp 11.328.125.000
4 2028 Rp8.173.650.000 19575000000 0,482253 Rp0 Rp3.941.767.940 Rp 9.440.104.167
5 2029 Rp8.173.650.000 19575000000 0,401878 Rp0 Rp3.284.806.617 Rp 7.866.753.472
6 2030 Rp8.173.650.000 19575000000 0,334898 Rp0 Rp2.737.338.847 Rp 6.555.627.894
7 2031 Rp8.173.650.000 19575000000 0,279082 Rp0 Rp2.281.115.706 Rp 5.463.023.245 Rp 70.559.883.777
8 2032 Rp8.173.650.000 19575000000 0,232568 Rp0 Rp1.900.929.755 Rp 4.552.519.370 Rp 75.112.403.148
9 2033 Rp8.173.650.000 19575000000 0,193807 Rp0 Rp1.584.108.129 Rp 3.793.766.142 Rp 78.906.169.290
10 2034 Rp8.173.650.000 19575000000 0,161506 Rp0 Rp1.320.090.108 Rp 3.161.471.785
11 2035 Rp8.173.650.000 19575000000 0,134588 Rp0 Rp1.100.075.090 Rp 2.634.559.821
12 2036 Rp8.173.650.000 19575000000 0,112157 Rp0 Rp916.729.241 Rp 2.195.466.517
13 2037 Rp8.173.650.000 19575000000 0,093464 Rp0 Rp763.941.034 Rp 1.829.555.431
14 2038 Rp8.173.650.000 19575000000 0,077887 Rp0 Rp636.617.529 Rp 1.524.629.526
15 2039 Rp8.173.650.000 19575000000 0,064905 Rp0 Rp530.514.607 Rp 1.270.524.605
Rp71.199.700.000 Rp38.215.676.964 Rp 91.522.376.975

Rp
75.112.403.148
Rp
78.906.169.290
Payback Period= 0,17
7,17
44
7 tahun
0,17*12 2,04 2 bulan
0,04*30 1,2 1 Hari

45
RoI

No Tahun Investasi Net Benefit


a i=d-h
0 2024 Rp71.199.700.000 -Rp 71.199.700.000
1 2025 Rp 16.312.762.267
2 2026 Rp 16.312.762.267
3 2027 Rp 16.312.762.267
4 2028 Rp 16.312.762.267
5 2029 Rp 16.312.762.267
6 2030 Rp 16.312.762.267
7 2031 Rp 16.312.762.267
8 2032 Rp 16.312.762.267
9 2033 Rp 16.312.762.267
10 2034 Rp 16.312.762.267
11 2035 Rp 16.312.762.267
12 2036 Rp 16.312.762.267
13 2037 Rp 16.312.762.267
14 2038 Rp 16.312.762.267
15 2039 Rp 16.312.762.267
Rp 173.491.734.000
RoI= 1,436691924

46
10. DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. : 57/Kpts/KB.020/07/2022


2. Data Iklim Harian Kelembabab dan Curah hujan periode 2017-2021 Stasiun
Meterologi CIteko (Diunduh 20 Mei 2023)
3. Darmawan. 1987. Penelaahan Hubungan Antara Satuan Bentuk Permukaan
Lahan dan Satuan Tanah, sebagai Studi Kasus dalam Survai dan Pemetaan
Tanah Semi Detail Pada Lahan Perkebunan Kelapa Hibrida di Daerah Pakuwon,
Parungkuda, Sukabumi (Skripsi). Bogor. Indonesia
4. Astuti M, Hafiza, Yunigsih E, Mustikawati D, Wasingun AR, dan NAsution IM.
2014. Pedoman Budidaya Kelapa (Cocos nucifera) Yang Baik. Kemetan RI.
DIrektorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

47

You might also like