You are on page 1of 39

PENGARUH PUPUK UREA DAN MONOSODIUM

GLUTAMAT (MSG) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PRODUKSI TANAMAN CABAI RAWIT
(Capsicum frutescens L.)

OLEH:

LAREN SAMBADHA
184110421

USULAN PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022
PENGARUH PUPUK UREA DAN MONOSODIUM
GLUTAMAT (MSG) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN CABAI RAWIT
(Capsicum frutescens L.)

USULAN PENELITIAN

NAMA : LAREN SAMBADHA


NPM : 184110421
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI

MENYETUJUI

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. H. T. Edy Sabli, M.Si

Ketua Program Studi


Agroteknologi

Drs. Maizar, MP
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang

telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penulisan proposal ini yang berjudul “Pengaruh Pupuk Urea

dan Monosodium Glutamat (MSG) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)”

Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada

Bapak Dr. Ir. H. T. Edy Sabli, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan serta nasehat dalam penelitian dan penulisan proposal ini hingga

selesai. Ucapan terima kasih kepada Dekan dan Ketua Program Studi

Agroteknologi, serta Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan Staf Tata Usaha Fakultas

Pertanian Universitas Islam Riau yang telah banyak membantu. Tidak lupa pula

penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan rekan-rekan

seperjuangan yang telah membantu baik dari segi moril maupun materil.

Penulis sudah berusaha menyelesaikan penulisan proposal ini dengan

semaksimal mungkin. Jika dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan, kritik

dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk mendapatkan

kesempurnaan skripsi ini.

Pekanbaru, Oktober 2022

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL.......................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Tujuan Penelitian............................................................................. 4

C. Manfaat............................................................................................ 4

D. Hipotesis...........................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5

III. BAHAN DAN METODE....................................................................... 16

A. Tempat danWaktu.............................................................................. 16

B. Bahan dan Alat................................................................................... 16

C. Rancangan Percobaan......................................................................... 16

D. Pelaksanaan Penelitian....................................................................... 18

E. Parameter Pengamatan........................................................................ 23

IV. ANALISIS STATISTIK......................................................................... 25

V. ANGGARAN BIAYA............................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 52

LAMPIRAN................................................................................................... 59
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kombinasi perlakuan pupuk urea dan MSG.............................................. 16

2. Parameter Pengamatan ............................................................................. 24

3. Analisis Sidik Ragam (ANOVA) ............................................................. 26

4. Anggaran Biaya......................................................................................... 27
iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian November 2022-Maret 2023............................ 31

2. Deskripsi Tanaman Cabai Rawit Bhaskara F1.............................................. 32

3. Layout dilapangan Menurut Rancangan Acak Lengkap Faktorial............... 33


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting dan banyak

dibudidayakan di Indonesia. Cabai memiliki aroma, rasa dan warna yang spesifik,

sehingga banyak digunakan oleh masyarakat sebagai rempah dan bumbu

masakan. Seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan cabai di Indonesia

pun semakin meningkat (Soelaiman dan Ernawati, 2013). Disamping sebagai

konsumsi dalam negeri, cabai rawit juga merupakan komoditi ekspor yang tinggi

nilainya.

Menurut Alif (2017), cabai rawit dapat memenuhi kebutuhan vitamin C

sebanyak 24%, vitamin A 32%, zat besi 3%, dan kalsium sebanyak 7% dari

asupan harian yang disarankan. Dalam 100 gram cabai rawit mengandung 103 kal

energi, 4.7 g protein, 2.4 g lemak, 19.9 g karbohidrat, 45 mg kalsium dan 8 mg

fosfor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2020), produktivitas cabai rawit di

Provinsi Riau pada tahun 2019 adalah 6,13 ton/ha dan pada tahun 2020

produktivitas cabai rawit yaitu 6,59 ton/ha. Dari data tersebut dapat diketahui

bahwa periode 2019 sampai 2020 terjadi peningkatan produktivitas. Provinsi Riau

menduduki urutan kedelapan terbanyak dalam produksi cabai rawit di Indonesia,

sementara Provinsi Aceh menjadi daerah yang memproduksi cabai rawit

terbanyak diurutan satu dengan data produktivitas ditahun 2020 yaitu 15,17

ton/ha. Rendahnya produksi cabai rawit di Riau terjadi karena beberapa faktor

penyebab yaitu kondisi musim, kandungan unsur hara dalam tanah yang rendah

dan tingginya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).


2

Untuk meningkatkan produksi tanaman cabai rawit maka perlu

diperhatikan teknik budidaya yang tepat serta dengan menggunakan cabai rawit

yang memiliki sifat unggul atau tahan terhadap hama dan penyakit. Hal yang

terpenting adalah pada perawatan yang diberikan seperti pemberian pupuk untuk

mendapatkan kualitas tanaman yang baik serta mendukung untuk mendapatkan

hasil budidaya yang baik dalam waktu singkat.

Dalam pertumbuhan cabai rawit membutuhkan unsur hara nitrogen yang

cukup untuk menghasilkan pertumbuhan dan kualitas hasil yang baik. Unsur N

merupakan unsur hara yang berfungsi dalam merangsang perkembangan dan

pertumbuhan vegetatif tanaman dan menyehatkan pertumbuhan daun tanaman.

Urea ialah pupuk tunggal yang mengandung N tinggi yaitu sekitar 45-46%

(Simanullang et al., 2014). Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N daun

akan berwarna lebih hijau. Oleh karena itu, ketersediaan N yang cukup selama

pertumbuhannya perlu di perhatikan. Gejala kekurangan nitrogen secara umum

menyebabkan daun menguning, pertumbuhan daun dan ranting terbatas, tanaman

kerdil (Hernita, 2012).

Tujuan penggunaan Monosodium glutamat (MSG) adalah agar tanaman itu

dapat tumbuh lebih cepat. Pemanfaatan MSG sebagai perangsang pertumbuhan

tanaman dapat diterapkan pada berbagai jenis tanaman termasuk cabai rawit.

Adapun rumus molekul kimia MSG adalah C5H8NO4Na dan kandungan kimia

pada MSG berperan menyuburkan tanaman, terutama N dan Na yang terkadung

didalam MSG. Tanpa natrium, tanaman tidak dapat meningkatkan kandungan air

pada jaringan daun. MSG sangat berperan membantu pertumbuhan tanaman

waktu muda (tunas) untuk merangsang agar daun lebih banyak, serta memberikan

daya tahan terhadap hama dan penyakit. Respon tanaman yang diberikan MSG

menyerupai hormon tumbuh giberelin (Pujiansyah et al., 2018).


3

Monosodium glutamat dapat dijadikan sebagai pupuk pada tanaman, karena

didalamnya mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

Senyawa ini terdapat secara alami diproduksi hampir seluruh tubuh makhluk

hidup dan digunakan untuk kepentingan metabolisme dan sebagai sumber energi

(Ana, 2015).

Berdasarkan uraian diatas dengan kombinasi perlakuan pupuk Urea dan

organik dan Monosodium Glutamat (MSG) terhadap tanaman cabai rawit, penulis

tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pupuk Urea dan

Monosodium Glutamat (MSG) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)”.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh interaksi pupuk Urea dan MSG terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit.

2. Mengetahui pengaruh utama pemberian pupuk Urea terhadap pertumbuhan

dan produksi cabai rawit.

3. Mengetahui pengaruh utama pemberian MSG terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman cabai rawit.

C. Manfaat Penelitian

1. Memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.

2. Memberikan pengalaman dalam penelitian tentang Pengaruh Pupuk Urea

dan MSG (Monosodium Glutamat) terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.).

3. Sebagai sumber referensi dan informasi dalam pembudidayaan cabai rawit.


4

D. Hipotesis

H0 :

1. Tidak ada pengaruh interaksi Pupuk Urea dan MSG terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman cabai rawit.

2. Tidak ada pengaruh utama pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan produksi

cabai rawit.

3. Tidak ada pengaruh utama larutan MSG terhadap pertumbuhan dan produksi

cabai rawit.

H1 :

1. Ada pengaruh interaksi Pupuk Urea dan MSG terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman cabai rawit.

2. Ada pengaruh utama pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan produksi cabai

rawit.

3. Ada pengaruh utama larutan MSG terhadap pertumbuhan dan produksi cabai

rawit.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Telah disebutkan didalam Al-Qur’an tentang tanaman yang artinya: ''Dan

di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun

anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang, disirami dengan

air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman atas sebagian yang

lain dalam rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda

(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.'' (QS. Ar-Ra'd: 4).

Dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d ayat 4 menjelaskan bahwa dibumi ada

berbagai macam tempat yang saling bedampingan (ada yang subur dan ada yang

tandus) dimana tumbuhan-tumbuhan dapat hidup dengan sumber air yang sama

(hujan). Dari sebagian tanaman Allah ciptakan dengan berbagai rasa, ada yang

manis dan ada yang masam. Semua hal itu merupakan bentuk kekuasaan Allah

SWT.

Seperti firman Allah SWT yang artinya: “Dia menumbuhkan bagi kamu

dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam

buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda

(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkannya.” (QS. An-Nahl: 11).

Menjelaskan bahwa tanaman membutuhkan air untuk tumbuh. Allah SWT

menciptakan hujan sebagai rahmat untuk menumbuhkan tanaman-tanaman yang

menghasilkan biji-bijian dan jenis buah-buahan bagi manusia. Allah menciptakan

hal-hal baik agar manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia berkata, telah bersabda

Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam: “Tidaklah seorang muslim menanam

tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan
6

tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Imam Muslim

hadits no.1552 (10) ).

Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu

‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak

pula menanam tanaman kemudian pohon/tanaman tersebut dimakan oleh burung,

manusia atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam

Bukhari hadits no.2321).

Berdasarkan hadist tersebut, menjelaskan bahwa Allah SWT Sang

Pencipta telah menyediakan berbagai fasilitas yang melimpah untuk menanam

pohon, sayur-sayuran dan sebagainya. Dimana manusia diberikan kenikmatan

untuk dapat menikmati tanaman sebagai makanan. Dan tanda-tanda itulah

merupakan bukti yang nyata bagi orang-orang yang berfikir atas kebesaran dan

keagungan Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Menurut sejarah, masyarakat yang pertama kali memanfaatkan dan

mebudidayakan tanaman cabai adalah suku inca (Amerika selatan), suku Maya

(Amerika Tengah) dan suku Aztek (Meksiko) pada sekitar 2.500 SM. Tanaman

cabai pertama kali masuk ke indonesia karena dibawa oleh pelaut Portugis,

Ferdinand Magelhaens (1480-1521) yang melakukan pelayaran atas prakarsa

Spanyol. Pada tahun 1519, Magelhaens mendarat di pulau Maluku. Dalam

pelayarannya melalui samudera Atlantik menuju lautan teduh, ia melewati sebuah

selat yang selanjutnya disebut selat Magelhaens (Maulana, 2015).

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman

hortikultura dari famili Solanaceae yang tidak saja memiliki nilai ekonomi tinggi,

tetapi juga karena buahnya yang memiliki kombinasi warna, rasa, dan nilai nutrisi

yang lengkap (Kouassi et al., 2012). Cabai rawit merupakan salah satu sayuran
7

penting yang hidup didaerah tropis dan subtropis. Tanaman ini digunakan sebagai

bahan bumbu masak, bahan makanan, maupun bahan mentah industri farmasi

(Pramarta et al., 2017).

Berikut merupakan klasifikasi tanaman cabai rawit menurut Suriana

(2019) yaitu: Kingdom : Plantae (tumbuhan), Sub kingdom : Tracheobionita

(tumbuhan berpembuluh), Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), Class :

Magnolipsida, Subclass : Asteridae, Ordo : Solanes, Famili : Solanaceae (suku

terong-terongan), Genus : Capsicum, Spesies : Capsicum frutescens L.

Cabai rawit adalah tanaman perdu yang tingginya hanya sekitar 50-135

cm. Tanaman ini tumbuh tegak lurus ke atas. Akar cabai rawit merupakan akar

tunggang. Akar tanaman ini umumnya berada dekat dengan permukaan tanah dan

melebar sejauh 30-50 cm secara vertikal, akar cabai rawit dapat menembus tanah

sampai kedalaman 30-60 cm (Wati, 2018).

Tjandra (2011), menyatakan bahwa cabai rawit memilik batang yang kaku

dan tidak bertrikoma. Daunnya merupakan daun tunggal yang bertangkai. Helaian

daun bulat telur memanjang atau bulat telur bentuk lanset, dengan pangkal

runcing dan ujung yang menyempit. Letaknya berselingan pada batang dan

membentuk pola spiral.

Menurut Khoirunisa (2018), bawha bunga cabai rawit keluar dari ketiak

daun. Warnanya putih atau putih kehijauan, ada juga yang berwarna ungu.

Mahkota bunga berjumlah 4-7 helai dan berbentuk bintang. Bunga dapat berupa

bunga tunggal atau 2-3 letaknya berdekatan. Bunga cabai rawit ini bersifat

hermaprodit (berkelamin ganda). Buah buni bulat telur memanjang, buah

warnanya merah, rasanya sangat pedas, dengan ujung yang mengangguk 1,5-2,5

cm. Buah cabai rawit tumbuh tegak mengarah ke atas. Buah yang masih muda
8

berwarna putih kehijauan atau hijau tua. Ketika sudah tua menjadi hijau

kekuningan, jingga, atau merah menyala.

Buah cabai rawit ini memiliki ukuran yang sangat kecil dengan panjang

buah 1-2 cm dan memiliki warna hijau saat masih muda serta berubah menjadi

merah saat sudah tua dan siap untuk dipanen. Buah muda umumnya berwarna

hijau hingga kuning keputih-putihan. Sementara buah yang sudah tua berwarna

hijau tua, merah muda, dan merah tua. Biji cabai terdapat di dalam buah pada

empulur dan tersusun bergerombol (berkumpul). Biji pipih dan berwarna putih

krem kekuningan dengan ukuran 1-3 mm (Suriana, 2019).

Berdasarkan kandungan kalori dan nutrisi, didapatkan bahwa vitamin C

dan vitamin A pada cabai rawit segar lebih banyak dari cabai rawit kering. Dan

menurut Alif (2017), cabai rawit dapat memenuhi kebutuhan vitamin C sebanyak

24% dari asupan harian yang disarankan, vitamin A 32% dari asupan harian yang

disarankan, zat besi 3% dari asupan harian yang disarankan, dan kalsium

sebanyak 7% dari asupan harian yang disarankan.

Menurut Wahyudi (2013), syarat tumbuh cabai rawit yaitu karena sifat

adaptasinya paling luas diantara jenis cabai, maka sebagian besar cabai rawit bisa

ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, cabai rawit yang

ditanam di dataran tinggi akan mengalami umur panen dan masa panen yang lebih

lama, tetapi hasil panennya masih relatif sama dibandingkan dengan jika kultivar

yang sama ditanam di dataran rendah. Astri (2015) berdasarkan ketinggian

tempatnya, tanaman cabai rawit dapat dibudidayakan ditiga daerah sentrum

sayuran, yaitu daerah rendah (0 m – 200 m dpl.), dataran menengah (201 m – 700

m dpl.) dan dataran tinggi (lebih dari 700 m dpl).


9

Tanah yang tidak baik untuk penanaman cabai rawit adalah tanah yang

strukturnya padat dan tidak berongga. Tanah semacam ini akan sulit ditembus air

pada saat penyiraman sehingga air akan tergenang. Selain itu, tanah tidak akan

memberikan keleluasan bagi akar tanaman untuk bergerak, karena sulit ditembus

akar tanaman. Akibatnya, tanaman sulit menyerap air dan zat hara pada tanah.

Jenis tanah yang tidak baik untuk pertumbuhan cabai rawit antara lain : tanah liat,

tanah berkaolin, tanah berbatu, dan tanah berpasir (Tjandra, 2012).

Berbagai faktor dapat mempengaruhi tingkat produksi dan kesuksesan

budidaya cabai. Kelembaban udara yang tinggi, temperatur lingkungan, dan

meningkatkan penyebaran dan perkembangan hama serta penyakit tanaman. Cabai

rawit dapat beradaptasi dengan baik pada suhu 24º C - 27 o C dengan kelembaban

yang tidak terlalu tinggi. Curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman

cabai rawit yang baik yakni antara 1000 – 3000 mm setiap tahunnya (Jamil,

2012).

Adapun buah cabai rawit berkhasiat untuk menambahkan nafsu makan,

melegakan hidung tersumbat pada penyakit sinusitis, menguatkan kembali kaki

dan tangan yang lemas, mengobati migrain, serta sebagai obat luar yang

bermanfaat dalam mengobati penyakit rematik, sakit perut, dan kedinginan

(Tjandra, 2012). Cabai rawit kaya dengan vitamin A untuk mencegah kebutaan

dan dapat menyembuhkan sakit tenggorokan (Said, 2017).

Di Indonesia, lahan kering dan lahan sawah merupakan agroekosistem

yang mempunyai potensi besar untuk usaha pertanian, baik tanaman pangan,

hortikultura (sayuran dan buah-buahan), maupun tanaman tahunan. Dalam hal ini

perlu adanya pengelolaan lahan untuk budidaya pertanian dengan memperhatikan

teknis yang tepat agar memperbaiki kualitas tanah serta mengupayakan agar
10

tanaman dapat tumbuh subur. Pertumbuhan tanaman cabai juga tergantung oleh

perawatan yang diberikan, misalnya banyaknya penyiraman dan pupuk yang

digunakan (Bhuvaneswari et al., 2014).

Nitrogen dimanfaatkan tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman

secara keseluruhan dan merangsang pertumbuhan vegetatif seperti daun. Fosfor

digunakan tanaman untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman

dan merangsang pembuahan. Kalium berfungsi dalam proses fotosintesis,

pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, dan sulfur yang

berfungsi sebagai pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas (Sinta &

Warisnu, 2014).

Tanaman Cabai rawit memerlukan kebutuhan unsur hara esensial agar

menghasilkan produksi yang maksimal, antara lain dengan penambahan unsur

nitrogen untuk menghasilkan daun yang hijau dan bunga yang besar. Urea

pertama kali dibuat dari campuran amonia dan asam sianida pada tahun 1828 oleh

F. Wohler. Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar

tinggi sebesar 45% - 56% (Kurnia, 2014). Unsur Nitrogen merupakan zat hara

yang sangat diperlukan tanaman. Unsur nitrogen di dalam pupuk urea sangat

bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Manfaat lainnya

antara lain pupuk urea membuat daun tanaman lebih hijau, rimbun, dan segar.

Nitrogen juga membantu tanaman sehingga mempunyai banyak zat hijau daun

(klorofil). Dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah, tanaman akan lebih

mudah melakukan fotosintesis, pupuk urea juga mempercepat pertumbuhan

tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain). Serta, pupuk urea juga

mampu menambah kandungan protein di dalam tanaman.


11

Sari (2013) disebutkan bahwa pembuatan resin, adhesive, tekstil, bahan

pelapis, resin penukar ion, produksi melamin dan makanan hewan yang

mengandung protein juga menggunakan bahan tambahan urea pada produksinya.

Urea memiliki rumus molekul CO(NH2)2 dengan bentuk padatan (kristal, prill

atau granule) berwarna putih dan memiliki nilai higroskopis tinggi. Urea juga

memiliki nilai kandungan nitrogen tertinggi pada golongan pupuk tunggal

(Hardjowigeno, 2013). Walaupun urea memiliki kandungan unsur hara berupa

nitrogen tertinggi, akan tetapi tidak semua nitrogen dapat diserap oleh tanah dan

tanaman. Hal ini diakibatkan karena kondisi fisik urea yang mudah rusak akibat

kondisi lingkungan. Sebagai contoh, mengutip dari Cookie (1982) dalam (Sari,

2013) bahwa pada musim kemarau urea menguap hingga 55 % dan pada musim

hujan hilang akibat proses pencucian hingga 79 %. Sehingga membuat

penggunaannya kurang efisien.

Pupuk ini termasuk salah salah satu jenis pupuk higroskopis sehingga lebih

mudah menguap di udara. Bahkan pada kelembaban 73%, urea sudah dapat

menarik uap air dari udara sehingga mudah larut dalam air serta mudah diserap

oleh tanaman. Untuk dapat diserap oleh tanaman, nitrogen dalam urea harus

dikonversi terlebih dahulu menjadi ammonium (N-NH4 + ) dengan bantuan enzim

urease melalui proses hidrolisis. Namun bila diberikan ke tanah, proses hidrolisis

tersebut akan cepat sekali terjadi sehingga mudah menguap sebagai ammonia.

Pemberian urea dengan disebar akan cepat terhidrolisis (dalam 2-4 hari) dan ini

rentan terhadap kehilangan melalui volatilisasi (Nainggolan et al., 2013).

Salah satu cara untuk mengurangi kehilangan N adalah dengan

memodifikasi bentuk fisik dan kimia pupuk urea sehingga diharapkan dapat

memperlambat proses hidrolisis. Pembuatan pupuk urea dalam bentuk ukuran


12

butiran besar dapat meningkatkan ketersediaan pupuk sehingga dapat bertahan

lebih lama dan banyak diserap tanaman serta lebih sedikit yang hilang

dibandingkan dengan urea pril. Beberapa contoh bentuk baru dari urea antara lain;

urea super granule, urea briket yang diaplikasikan dengan cara dibenamkan

sedalam 15 cm dari lapisan atas (Nainggolan et al., 2013).

Hasil penelitianWijayanti, dkk (2013) menunjukan bahwa Kombinasi pupuk

kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan pupuk kandang ayam masing-masing

dengan dosis Urea 200 kg/ha menghasilkan pertumbuhan dan hasil cabai lebih

tinggi dari pada kombinasi pupuk kandang tersebut dengan dosis Urea lainnya.

Hasil penelitian Adrian dan Yetti (2017) menunjukan,Pemberian pupuk A4

= Urea 1,25 g/10 kg tanah (250 kg/ha) + TSP 2,59 g/10 kg tanah (518 kg/ha) +

KCl 2 g/10 kg tanah (400 kg/ha) dan pupuk organik cari (POC) kulit pisang B3 =

300 ml/L, Menjadi dosis yang lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman cabai.

Hasil penelitian Deli, dkk (2018) menunjukkan bahwa sumber pupuk N

berpengaruh terhadap diameter batang, jumlah buah per tanaman, bobot buah per

petak dan bobot buah per hektare. Tanaman cabai rawit memperoleh hasil

maksimum bobot buah per petak (9.03 kg/petak) dan bobot buah per hektare

(10.43 ton/ha) diperoleh dengan pemberian dosis optimum N berkisar antara 259

sampai 287 kg N/ha

Pemanfaatan MSG sebagai perangsang pertumbuhan tanaman dapat

diterapkan pada berbagai jenis tanaman, misalnya tanaman kacang tanah yang

diteliti oleh (Gresinta, 2015), tanaman pakcoy yang diteliti oleh Novi (2016) dan

tanaman cabai rawit yang diteliti oleh Emilia dkk (2020). MSG dapat dijadikan

sebagai pupuk pada tanaman, karena didalamnya mengandung zat-zat yang


13

dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu banyak mengandung unsur

Nitrogen (N) yang merupakan kebutuhan makro pada tanaman. Unsur ini juga

terdapat secara alami diproduksi oleh hampir seluruh tubuh mahluk hidup dan

digunakan untuk kepentingan metabolisme dan sebagai sumber energi, jika

digunakan untuk pemupukan tanaman maka tanaman itu cepat tumbuh dan

melebatkan daun (Benediktus dkk., 2017).

Menurut Nuryani dan Jinap (2011), MSG adalah garam natrium (Na) yang

berikatan dengan asam amino berupa glutamate. Natrium (Na) memiliki peran

dalam membantu pembukaan stomata yang terlibat dalam osmosis (pergerakan

air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan, dalam hal ini unsur Na berperan untuk

membantu fungsi unsur kalium (K). Adapun menurut Azzahrawani (2011), bahwa

pemanfaatan MSG sebagai pupuk tanaman pangan dan berbunga karena MSG

mengandung N 5%.

Hasil penelitian Novi (2016) yang mengaplikasikan MSG (Monosodium

glutamate) untuk tanaman pakcoy yaitu dosis optimum yang diberikan adalah 8

g/tan untuk pertumbuhan tinggi tanaman pakcoy meningkatkan jumlah daun dan

rata-rata panjang daun tanaman pakcoy. Dari hasil penelitiannya menunjukkan

semakin tinggi dosis MSG yang diberikan, maka akan pertumbuhan tanaman akan

semakin optimal.

Hasil penelitian lainnya yaitu oleh Gresinta (2015) menunjukkan bahwa

dosis optimum MSG yang digunakan untuk pertumbuhan kacang tanah (Arachis

hypogaea) yaitu sebesar 6 g/tan. Jika konsentrasi dinaikkan maka terjadi

penurunan pertumbuhan kacang tanah. Hasil penelitian lainnya yang

menggunakan MSG yaitu Khair dkk, (2018) yang menggunakan tanaman Kakao

menyatakan bahwa pemberian aplikasi Monosodium Glutamat (MSG) 6 g


14

berpengaruh nyata pada parameter diameter batang, berat basah bagian bawah

tanaman, berat kering bagian atas tanaman.

Dan untuk tanaman cabai rawit dilihat dari hasil penelitian Emilia (2020)

menujukkan bahwa, dosis MSG yang digunakan dengan hasil terbaik yaitu 6 g.

Hal ini karena pada penelitiannya, pemberian MSG sebanyak 6 g memberikan

hasil dengan nilai tertinggi untuk pertumbuhan diameter batang, jumlah daun dan

berat basah tanaman. Dan pada konsentrasi MSG sebanyak 8 g memberikan hasil

tertinggi terhadap tinggi tanaman saja. Semakin tinggi dosis MSG yang diberikan,

semakin tinggi pula hasil yang didapatkan.


III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 113 KM 11 Marpoyan

Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru. Penelitian ini telah

dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan November 2022 sampai Maret

2023 (Lampiran 1).

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih cabai rawit

varietas Bhaskara F1 (Lampiran 2), polybag ukuran 35 x 40 cm, pupuk Urea,

MSG, seng plat, cat dan tanah lapisan atas.

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, sekop,

garu, gembor, penggaris, kamera, timbangan, timbangan analitik, kuas, gergaji,

jangka sorong dan alat tulis.

C. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

4x4 yang terdiri dari 2 faktor yaitu faktor Pupuk Urea (U) dengan 4 taraf

perlakuan dan faktor MSG (M) dengan 4 taraf perlakuan sehingga diperoleh 16

kombinasi perlakuan. Dimana setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga

diperoleh 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman

dalam polybag dan 2 diantaranya dijadikan sebagai tanaman sampel, sehingga

didapat 192 tanaman.


16

Adapun faktor perlakuan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Faktor Dosis Pupuk Urea (P) terdiri dari 4 taraf yaitu:

U0 = Tanpa Pupuk Urea

U1 = Pupuk Urea 2,5 g/polybag (100 kg/ha)

U2 = Pupuk Urea 5 g/polybag (200 kg/ha)

U3 = Pupuk Urea 7,5 g/polybag (300 kg/ha)

Faktor Dosis MSG (M) terdiri dari 4 taraf yaitu:

M0 = Tanpa MSG

M1 = Dosis pupuk MSG 3 g/polybag

M2 = Dosis pupuk MSG 6 g/polybag

M3 = Dosis pupuk MSG 9 g/polybag

Kombinasi perlakuan darai dosis pupuk urea dan MSG dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan pupuk urea dan MSG.

Pupuk Urea MSG (M)


(U)
M0 M1 M2 M3
U0 U0M0 U0M1 U0M2 U0M3
U1 U1M0 U1M1 U1M2 U1M3
U2 U2M0 U2M1 U2M2 U2M3
U3 U3M0 U3M1 U3M2 U3M3

Data hasil pengamatan masing-masing perlakuan dianalisis secara statistik.

Apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji lanjut Beda

Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.


17

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Lahan Penelitian.

Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan yang akan

dilakukan untuk penelitian dari rumput-rumput dan sisa-sisa tanaman. Kegiatan

ini dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang dan garu. Lahan kemudian

diukur sesuai kebutuhan penelitian yaitu dengan ukuran panjang 9,4 m dengan

lebar 7,2 m. Setelah lahan bersih, dilakukan perataan tanah dilahan agar nantinya

mudah meletakkan dan menyusun polybag.

2. Persiapan Media Tanam.

Persiapan media tanaman dilakukan dilahan penelitian. Media tanam yang

digunakan adalah tanah top soil yang dibeli di toko tanaman hias Pekanbaru.

Tanah yang telah disediakan kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran

35 x 40 cm dengan berat tanah 5 kg/polybag. Lalu disusun sesuai denah

percobaan dengan menggunakan jarak 50 x 50 cm antar polybag dan 60 cm antar

satuan percobaan.

3. Penyemaian.

Penyemaian dilakukan dalam polybag ukuran 8 cm x 10 cm yang terlebih

dahulu diisi tanah yang dicampurkan dengan pupuk kompos jerami padi dengan

perbandingan 1:1. Kemudian dilakukan penanaman satu benih per polybag semai,

setelah itu diletakkan di bawah naungan berukuran 2 x 1 m yang telah disiapkan

di pinggir lahan yang terkena cahaya matahari cukup dan disusun rapi.

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari agar tanah

pada polybag tetap lembab. Penyemaian ini dilakukan selama 30 hari setelah

semai.
18

2. Pemasangan Label.

Pemasangan label dilakukan sebelum pemberian perlakuan agar

memudahkan pada saat pemberian perlakuan. Sebelum dilakukan pemasangan

label, terlebih dahulu masing-masing kode perlakuan ditulis di selembar seng plat

berukuran ± 10 cm x 15 cm yang telah ditempelkan kayu penyangga dan diberi

cat. Lalu label dipasang menurut lay out penelitian (lampiran 3).

3. Penanaman.

Penanaman bibit cabai rawit dilakukan saat bibit cabai rawit berumur 30

hari setelah semai (hss). Kegiatan penanaman ini dilakukan pada sore hari dengan

cara membuat lubang tanam terlebih dahulu di polybag yang sudah tersusun pada

lahan penelitian. Setiap lubang tanam diisi satu bibit dengan cara membuka

polybag semai tersebut tanpa merusak bibit kemudian ditimbun kembali dengan

tanah agar akar tertimbun sempurna dan tanaman dapat berdiri kokoh. Selanjutnya

dilakukan penyiraman pagi dan sore hari.

4. Pemberian Perlakuan.

a. Pemberian Pupuk Urea

Pemberian perlakuan urea, diberikan satu kali yaitu pada saat tanaman

Cabai rawit berumur 7 HST dengan cara membuat larikan dengan jarak ±

10 cm dari pangkal batang tanaman tersebut. Diberikan sesuai dosis

perlakuan adapun dosis perlakuannya sebagai berikut, U0 = Tanpa

pemberian Urea, U1 = Urea dengan dosis 2,5 g/polybag, P2 = Urea dengan

dosis 5 g/polybag, P3 = Urea dengan dosis 7,5 g/polybag

b. Pemberian MSG (Monosodium Glutamat).

Pemberian monosodium glutamate dilakukan 3 kali yaitu pada saat

tanaman cabai berumur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam. Pemberian


19

perlakuan disesuaikan dengan perlakuan masing-masing yang dibedakan

dalam 4 taraf perlakuan, yaitu M0 : Tanpa pemberian MSG, M1 : 3

g/polybag MSG, M2 : 6 g/polybag MSG, M3 : 9 g/polybag MSG. Cara

pemberian monosodium glutamate ini yaitu dengan membuat lubang

disekeliling tanaman pada jarak 5 cm dari pangkal batang, kemudian pada

lubang tersebut diisi monosodium glutamat dengan jumlah yang diberikan

yaitu 1/3 dari masing-masing dosis perlakuan yang digunakan. Setelah itu

lubang tersebut ditimbun kembali dengan tanah agar monosodium

glutamat cepat terurai di dalam tanah.

5. Pemeliharaan.

a. Penyiraman.

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan

menggunakan gembor. Penyiraman ini dilakukan hingga akhir penelitian.

b. Penyiangan.

Penyiangan dilakukan dengan interval 2 minggu sekali dimulai ketika

tanamana berumur 14 hari setelah tanam dan dilakukan hingga akhir

penelitian dengan cara mekanis yaitu mencabut gulma yang tumbuh

didalam polybag dengan menggunakan tangan. Untuk sekitar lahan

penelitian dibersihkan dengan menggunakan cangkul.

c. Pemangkasan Tunas Air.

Pemangkasan tunas air dilakukan pada umur 14, 21, dan 28 hst dengan

membuang tunas air yang tumbuh dibawah cabang utama tunas bakal

percabangan yang keluar di ketiak daun (tunas/cabang air) dibawah cabang

“v”. Dilakukan dengan cara dipetik menggunakan tangan pada pagi hari.
20

d. Pemasangan Lanjaran.

Pemasangan kayu lanjaran dilakukan ketika tanaman cabai rawit berumur

14 hari setelah tanam. Lanjaran yang digunakan adalah dari batang bambu

yang dibelah dengan ukuran panjang 90 cm. Cara pemasangan lanjaran

yaitu dengan menancapkannya pada sisi tanaman.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara preventif dan kuratif.

Secara preventif yaitu menjaga kebersihan dengan mencabut gulma

didalam polybag dan sekitar lahan. Sedangkan secara kuratif dilakukan

dengan aplikasi insektisida yaitu melakukan penyemprotan Curacron

500EC dan Agrimec 18EC pada tanaman yang terserang hama dan

penyakit.

6. Panen

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman sudah memenuhi kriteria panen,

yaitu ukuran buah sudah maksimal dengan warna buah orange sampai kemerahan.

Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dengan cara memetik satu persatu buah

cabai rawit tersebut. Pada penelitian ini, pemanenan dilakukan hingga 7 kali

panen dengan interval 4 hari sekali.

E. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain:

1. Tinggi Tanaman (cm).

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 14 hari

setelah tanam yang disekitar batang tanaman cabai rawit diberi ajir standar dari

sedotan plastik setinggi 5 cm. Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari ajir standar

sampai tajuk tertinggi dengan interval yang dilakukan yaitu 2 minggu sekali
21

hingga tanaman berumur 42 hst. Dari pengukuran ini didapatkan hingga 3 kali

pengukuran dan data tinggi tanaman yang diperoleh kemudian dianalisis secara

statistik dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

2. Umur Berbunga (hst).

Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel dengan mencatat hari sejak

tanam sampai tanaman itu berbunga > 50% dari populasi per plot. Data yang

diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

3. Umur Panen (hst).

Pengamatan umur panen dilakukan pada saat 50% buah tanaman cabai

telah masak dengan kriteria buah berwarna orange/kemerahan. Kemudian dihitung

umur panen dengan cara menghitung jumlah hari dari penanaman sampai panen.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Jumlah Cabang Produktif.

Pengamatan jumlah cabang produktif yaitu dengan cara menghitung

jumlah cabang yang tumbuh pada tanaman cabai rawit yang menghasilkan bunga

dan buah. Pengamatan dilakukan diakhir penelitian. Data yang diperoleh

dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

5. Jumlah Buah Pertanaman (Buah).

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung semua buah yang ada

pada semua sampel tanaman setiap kali panen, mulai dari panen pertama sampai

panen ke-7. Jumlah hasil panen pada panen pertama hingga panen ke-7

dijumlahkan. Hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam

bentuk tabel.
22

6. Berat Buah Pertanaman (g).

Pengamatan berat buah pertanaman dilakukan dengan cara menimbang

buah yang telah dipanen untuk setiap tanaman sampel menggunakan timbangan.

Penimbangan berat buah dilakukan langsung setelah pemanenan. Pengamatan ini

dilakukan sampai panen ke 7. Data pengamatan dianalisis secara statistik dan

disajikan dalam bentuk tabel.

7. Jumlah Buah Sisa (buah).

Pengamatan jumlah buah sisa dilakukan ketika produksi telah turun dan

buah sudah tidak optimal yaitu 4 hari setelah panen ke-7 dilakukan. Data yang

diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.


23

IV. ANALISIS STATISTIK

Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) faktorial dengan rumus sebagai berikut :

Yijr = μ + Ui+ Mj+ (UM) ij + Eijr

Keterangan:

Yijr = Nilai pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh

perlakuan taraf ke-i dari faktor U, taraf ke-j faktor ke M dan

ulangan ke-r.

μ = Nilai tengah umum

Ui = Pengaruh taraf ke-i dari faktor U

Mj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor M

(UM)ij = Interaksi dari taraf ke-i dari faktor U dan taraf ke-j dari faktor M

Eijr = Pengaruh galat pada satuan percobaan yang diperoleh perlakuan

taraf ke-i dari faktor U, taraf ke-j dari faktor M, dan ulangan ke-r.

U = Taraf perlakuan untuk pupuk Urea

M = Taraf perlakuan untuk MSG

i = 0,1,2,3(Taraf perlakuan pupuk Urea)

j = 0,1,2,3 (Taraf perlakan MSG )

r = Banyak ulangan (a,b,c)


24

Tabel 2. Tabel Dasar Parameter Pengamatan

Faktor Faktor M
Ulangan Jumlah Rerata
U M1 M2 M3 M4
1 Y101 Y111 Y121 Y131
2 Y102 Y112 Y122 Y132
U0
3 Y103 Y113 Y123 Y133
Jumlah J10. J11. J12. J13. J0..
Rerata Y10. Y11. Y12. Y13. Y0..
1 Y201 Y211 Y221 Y231
2 Y202 Y212 Y222 Y232
U1
3 Y203 Y213 Y223 Y233
Jumlah J20. J21. J22. J23. J1..
Rerata Y20. Y21. Y22. Y23. Y1..
1 Y301 Y311 Y321 Y331
2 Y302 Y312 Y322 Y332
U2
3 Y303 Y313 Y323 Y333
Jumlah J30. J31. J32. J33. J2..
Rerata Y30. Y31. Y32. Y33. Y2..
1 Y401 Y411 Y421 Y431
2 Y402 Y412 Y422 Y432
U3
3 Y403 Y413 Y423 Y433
Jumlah J40. J41. J42. J43. J3..
Rerata Y40. Y41. Y42. Y43. Y3..
Jumlah besar J.0. J.1. J.2. J.3. J…
Rerata besar Y.0. Y.1. Y.2. Y.3. Y…

Analisis Ragam
25

FK = (J..)2
umr

JKT = (Y001)2 + (Y002)2 + (Y003)2 + …… + (Y333)2 - FK

( J 0..)2 +( J 1..)2 +( J 2..)2 +( J 3..)2


JKU = mxr - FK

( J .0 . )2 +( J . 1. )2 +( J . 2. )2 +( J . 3. )2
JKM = uxr - FK

( J 00 .)2 +(J 01. )2 +( J 02 .)2 +. . ..+(J 33 )2


JKUM = r –FK – JKU – JKM

JKE = JKT – FK – JKU – JKM – JKUM

KK =
√ KTE x 100%
Y ..

Keterangan :

FK = Faktor Koreksi

JKT = Jumlah Kuadrat Total

JKU = Jumlah Kuadrat untuk semua taraf faktor U

JKM = Jumlah Kuadrat untuk semua taraf faktor M

JKUM = Jumlah Kuadrat untuk interaksi faktor U dan faktor M

JKE = Jumlah Kuadrat Eror

KK = Koefisien Keragaman

Y = Rerata Besar

r = Banyak Ulangan

Tabel 3. Analisi Ragam (ANOVA)


26

FTabel
SK DB JK KT F Hitung
(5%)
U u-1 JKU JKU/ DBB KTU/KTE 2.92
M m-1 JKM JKM/ DBM KTM/KTE 2.92
UM (u-1) (m-1) JKUM JKUM/ DBUM KTUM/KTE 2.21
Eror um (r-1) Error JKE/ DBE - -
Total umr-1 Total

Keterangan :

SK = Sumber Keragaman

DB = Derajat Bebas

JK = Jumlah Kuadrat

KT = Kuadrat Tengah

Apabila dalam analisis ragam memberikan pengaruh yang berbeda nyata,

maka dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf 5% untuk mengetahui perbedaan

masing-masing perlakuan, maka dilakukan pengujian dengan rumus sebagai

berikut :

a. Untuk interaksi UM = BNJUM = q α (t.DBE) x


√ KTE
r

b. Untuk faktor U = BNJU = q α(t.DBE) x


√ KTE
m. r

c. Untuk faktor M = BNJP = q α(t.DBE) x


√ KTE
u.r

Keterangan :

qα = Nilai tabel pada taraf nyata (5 %)

t = Jumlah perlakuan

r = Ulangan

V. ANGGARAN BIAYA
27

Tabel 4. Anggaran Biaya Penelitian

A. Bahan-bahan
Harga
Harga
No Nama Bahan Kuantitas Keseluruhan
Satuan (Rp)
(Rp)
1. Benih Cabai Rawit 10 gr Rp. 86.000 Rp. 86.000
2. Polybag 11 kg Rp. 20.000 Rp. 220.000
3. Pupuk Urea 1 kg Rp. 7.000 Rp. 7.000
4. MSG (Ajinomoto) 1 kg Rp. 35.000 Rp. 35.000
5. Curacron 1 botol Rp. 30.000 Rp. 30.000
6. Paku 1 ons Rp. 5.000 Rp. 5.000
7. Seng Plat 1 meter Rp. 50.000 Rp. 50.000
8. Cat 1 botol Rp. 20.000 Rp. 20.000
9. Spanduk Penelitian 1 lembar Rp. 100.000 Rp. 100.000
10. Tali Rafia 2 gulung Rp. 15.000 Rp. 30.000
Subtotal (Rp) Rp. 583.000
B. Alat-alat
Harga
Harga Satuan
No Nama Bahan Kuantitas Keseluruhan
(Rp)
(Rp)
1 Alat tulis 1 paket Rp.40.000 Rp. 40.000
2 Gembor 1 buah Rp.40.000 Rp. 40.000
Subtotal (Rp) Rp. 80.000
C. Biaya Lain-Lain
Harga
Harga Satuan
No Nama Bahan Kuantitas Keseluruhan
(Rp)
(Rp)
1. Sewa Lahan 1 unit Rp. 25.000 Rp. 25.000
2. Biaya Proposal 10 buah Rp. 25.000 Rp. 250.000
3. Transportasi. Rp. 150.000 Rp. 150.000
4. Biaya tak terduga Rp. 200.000 Rp. 200.000
Subtotal (Rp) Rp. 625.000
A+B+C Total Rp. 1.288.000
Terbilang “Satu juta dua ratus delapan puluh delapan ribu rupiah”.

DAFTAR PUSTAKA
28

Adrian, E., dan Yetti, H. 2017. Pengaruh Pemberian Urea, TSP, KCl dan Pupuk
Organik Cair (POC) Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Cabai merah keriting (Capsicum annum L.). Jom Faperta, 4(1), 1–
13.

Agitaria, N., Marmaini, dan Emilia, I. 2020. Pengaruh Pemberian Monosodium


Glutamate terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.). Jurnal Indobiosains, 2(1), 7–13.

Alif, M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Rawit. Bio Genesis. Yogyakarta.

Ana. 2015. Manfaat Ajinomoto Untuk Tanaman. http://manfaat.co.id/manfaat


ajinomoto-untuk-tanaman. Diakses 21 September 2022

Bhuvaneswari, G., Sivaranjani, R., Reetha, S., dan Ramakrishnan, K. 2014.


Application of Nitrogen Fertilizer on Plant Density, Growth, Yield and Fruit
of Bell Peppers (Capsicum annuum L.). International Letters of Natural
Sciences, 13(2), 81–90.

BPS. 2020. Luas Panen Cabai Rawit Menurut Provinsi, 2014-2019.


https://www.pertanian.go.id/home/index.php?show=repo&fileNum=315.
Diakses 21 September 2022

Gresinta, E. 2015. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea l.). Jurnal
Faktor Exacta, 8(3), 208–219.

Hardjowigeno. 2013. Ilmu Tanah. Akademi Presindo. Jakarta.

Hernita, D. 2012. Penentuan Status Hara Nitrogen pada Bibit Duku. Jurnal
Hortikultura, 22(1), 29–36.

Jamil, A. 2012. Budidaya Sayuran di Pekarangan. Balai Pengkaji Teknologi


Pertanian (BPTP). Medan.

Khair, H., Hariani, F., dan Rusnadi, M. 2018. Pengaruh Aplikasi Dan Interval
Pemberian Monosodium Glutamat (Msg) Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kakao (Theobroma cacao L.). AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 21(2), 195–
201.

Khoirunisa, L. 2018. Heritabilitas Karakter Generatif Cabai Rawit (Capsicum


frustencens L.) Varietas Laris Generasi M2 Hasil Iradiasi Sinar Gamma.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kouassi, C., Koffi-Nevry, R., Guillaume, L., YÉSSÉ, Z., KOUSSÉMON, M.,
Kablan, T., dan Athanase, K. 2012. Profiles of bioactive compounds of some
pepper fruit varieties grown in Côte d’Ivoire. Innovative Romanian Food
Biotechnology, 11(2), 23–31.

Kurnia, I. G. A. M. 2014. Komposisi Unsur dalam Pupuk.


https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pupuk-organik.
29

Diakses 21 September 2022

Maulana, I. 2015. Sejarah Asal Mula Dan Jenis-Jenis Tanaman Cabai.


http://www.infoglobalkita.com/2015/10/sejarah-asal-mula-dan-jenis-
jenis.html. Diakses 21 September 2022

Nainggolan, G. D., Suwardi, dan Darmawan. 2013. Pola Pelepasan Nitrogen Dari
Pupuk Tersedia Lambat (Slow Release Fertilizer) Urea - Zeolit - Asam
Humat. Journal Zeolit Indonesia, 8(2), 89–96.

Pramarta, I. G. R., Temaja, I. G. R. M., Nyana, I. D. N., dan Suastika, G. 2017.


Identifikasi Spesies Potyvirus Penyebab Mosaik Pada Tanaman cabai
(Capsicum frutescens L.) Melalui Sikuen Nukleotida Gen Coat Protein. J.
Agric. Sci. and Biotechnol, 6(1), 27–34.

Pujiansyah, Parwati, W. D. U., dan Rahayu, E. 2018. Pengaruh Monosodium


Glutamat Sebagai Pupuk Alternatif Serta Cara Pemberiannya Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pre Nursery. Jurnal Agromast, 3(1), 1–10.

Sari, E. P. 2013. Formulasi Pupuk Nitrogen Lambat Tersedia dari Bahan Urea,
Zeolit, serta Asam Humat dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Jagung.
Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Simanullang, V., Bangun, M. K., & Setiado, H. (2014). Respon Pertumbuhan


Beberapa Varietas Timun (Cucumis sativus L.) Terhadap Pemberian Pupuk
Organik. 2(2), 680–690.

Sinta, K., dan Warisnu, A. 2014. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati Terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens
L.). Jurnal Sains Dan Seni Pomits, 2(1), 2337-3520.

Soelaiman, V., dan Ernawati, A. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai


Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi
BAP dan IAA. Buletin Agrohorti, 1(1), 62–66.

Suriana, N. 2019. Panduan Lengkap & Praktis Budidaya Cabai Rawit yang Paling
Menguntungkan. Garuda Pustaka, Jakarta Timur.

Tjandra, E. 2012. Panen Cabai Rawit di Polybag. Cahaya Utama


Pustaka.Yogyakarta.

Wahyudi. 2013. Panen Cabai Sepanjang Tahun. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.

Wijayanti, M., Hadi, M. S., dan Pramono, E. 2013. Pengaruh Pemberian Tiga
Jenis Pupuk Kandang Dan Dosis Urea Pada Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Cabai (Capssicum annum L.). Jurnal Agrotek Tropika, 1(2), 172–
178.

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian November 2022– Maret 2023


30

Bulan
No
Kegiatan November Desember Januari Februari Maret
.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Lahan
2. Penyemaian
3. Pemasangan
Label
4. Penanaman
5. Pemberian
Perlakuan
a. Pupuk Urea
b. MSG
6. Pemeliharaan
a. Penyiraman
b. Penyiangan
c. Pemangkasan
tunas air
d. Pemasangan
ajir
e. Pengendalian
Hama dan
Penyakit
7. Pengamatan
8. Panen
9. Laporan
31

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Cabai Rawit Bhaskara F1

Asal : PT. BISI INTERNATIONAL Tbk, Indonesia


Silsilah : (HP-1019A x HP-1019B ) x HP-1019C
Golongan varietas : hibrida silang ganda
Tinggi tanaman : 85 – 110 cm
Bentuk kanopi : kompak
Kerapatan kanopi : sedang
Bentuk penampang batang : bulat
Diameter batang : 1,0 – 1,2 cm.
Warna batang : hijau bergaris ungu
Bentuk daun : oval
Ukuran daun : panjang 11,0 – 12,0 cm, lebar 2,0 – 5,5 cm
Warna daun : hijau gelap
Tepi daun : rata
Bentuk ujung daun : lancip
Permukaan daun : agak kasar
Warna kelopak bunga : hijau
Warna mahkota bunga : putih
Warna kotaksari : ungu
Warna kepala putik : putih
Jumlah helai mahkota bunga : 5 helai
Jumlah kotaksari : 5 buah
Warna tangkai bunga : hijau
Umur mulai berbunga : 26 – 30 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 77 – 82 hari setelah tanam
Tipe buah : rawit
Bentuk buah : silindris
Bentuk ujung buah : lancip
Ukuran buah : panjang 5,2 – 6,9 cm, diameter 0,6 – 0,8
Warna buah muda : hijau terang
Warna buah tua : merah cerah
Permukaan kulit buah : halus
32

Tebal kulit buah : 0,9 – 1,1 mm


Rasa buah : pedas
Kandungan capsicin : 397.500 scoville unit
Berat per buah : 2,1 – 3,3 g
Berat buah per tanaman : 443 – 756 g
Daya simpan buah pada suhu
kamar (25 – 27 oC) : 6 – 7 hari setelah panen
Hasil buah : 12 – 15 ton/ha
Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai
tinggi dengan altitude 150 – 1.050 m dpl.
Pengusul : PT. BISI INTERNATIONAL Tbk
Peneliti : Kim In Tae, Mulyantoro, Andi W., Danang W.
Tauchid (PT. BISI INTERNATIONAL Tbk)
Sumber :
Anonimus. 2011. Deskripsi Cabai Rawit Varietas Bhaskara. (online
http://varitas.net/varitas10/varimage/baskara.pdf pada tanggal 9 Oktober
2020).
33

Lampiran 3. Layout (Denah) Penelitian di Lapangan Menurut Rancangan


Acak Lengkap (RAL) 4 x 4 Faktorial.

100 cm 60 cm

U1M1 U3M3 U2M2 U3M1 U2M1 U1M3


a b c b a b 100 cm

U2M0 U1M2 U0M2 U1M3 U3M1 U3M3


b c c a c a

60 cm
U0M1 U0M3 U3M0 U2M3 U1M0 U0M0
a b c c b b

U1M3 U3M3 U2M1 U0M0 U1M2 U0M1


c c b a a c

U2M2 U3M0 U0M3 U3M2 U2M2 U2M3


b b c a a b

U3M2 U3M1 U0M1 U2M0 U2M0 U0M3


c a b a c a

U0M2 U1M1 U3M0 U1M0 U3M2 U2M1


b c a a b c

U1M0 U2M3 U0M0 U1M1 U0M2 U1M2


c a c b a b

Keterangan : U
50 cm U : Pupuk Urea
M : MSG
a,b,c : Ulangan
0,1,2,3 : Taraf Perlakuan

50 cm

You might also like