You are on page 1of 8

Sosio Drama Sejarah

Peristiwa Seputar Proklamasi

Disusun oleh:

XI MIPA 5

SMA Negeri 3 Kota Sukabumi

Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Dan juga Guru Mata Pelajaran Sejarah tanpa bimbingan nya kami tidak akan pernah
sampai disini.

Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang peristiwa seputar proklmasi, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Tugas ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya tugas ini dapat terselesaikan.

Tugas ini memuat tentang “DRAMA” , Drama memiliki arti sebagai yang berbuat, berlaku, bertindak, dan beraksi. Berdasarkan sejarah kata tersebut, teks drama dapat dipahami sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang ditulis dan selanjutnya digunakan dalam pementasan di sebuah
panggung.

Dalam arti yang luas, teks drama pada dasarnya merupakan bagian dari bentuk karya sastra berisi cerita tentang kehidupan yang dipamerkan atau ditunjukkan dalam bentuk tindakan atau perbuatan. Sementara itu, drama sendiri biasanya diperankan oleh seseorang yang disebut aktor atau
aktris. Dalam melakukan pementasan drama, aktor dan aktris ini akan membuat gerakan dan dialog sesuai dengan teks drama untuk dipertontonkan kepada banyak orang.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru Sejarah yaitu Ibu Yuyun Yuniasih, S.pd. yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun naskah drama. Semoga naskah drama ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun naskah drama ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Sukabumi, Maret 2023

Penulis

Narasi Peristiwa Seputar Proklamasi

Ibu kota kekaisaran Jepang, Tokyo menyelenggarakan sebuah sidang berisi Kuniaki Kaiso Bernama ‘Tenikoku Ginkai’ yang dihadiri oleh Soekarno beserta golongan tua.Perdana Mentri Jepang yaitu Kuniaki Kaiso, menyatakan kepada rakyat Indonesia akan menerima
kebebasan di masa depan juga berterima kasih kepada pemerintah juga tentara yang telah bekerjasama dengannya. Soekarno menjawabnya dengan berterima kasih kepada Kuniaki Koiso karena bisa meraih kemerdekaan di kemudian hari. Sejatinya janji tersebut hanya sebuah kecurangan dari
Jepang agar Indonesia ingin membantu mereka dalam perang dunia ke-2, akan tetapi untuk memenuhi janjinya, Jepang membentuk BPUPKI dimana DR,RAdjiman Wedyodiningrat sebagai pemimpinnya, dibentuknya BPUPKI bertujuan untuk mempersiapkan kemerdekaan hingga membuat
dasar negara.

Peristiwa ini bermula pada tanggal 6 Agustus yaitu jatuhnya bom atom di kota Hiroshima, Jepang oleh Amerika Serikat dalam keadaan kota Hiroshima yang hancur, Jepang sama sekali tidak peduli, yang datang ke lokasi tersebut hanyalah ilmuan guna menyelidiki
komponen. Amerika Serikat Geram dengan sikap Jepang yang mengabaikannya, membuat Amerika Serikat menyerang Jepang yang kedua kalinya pada tanggal 9 Agustus 1945, kali ini yang menjadi sasaran Amerika Serikat adalah Kota Nagasaki. Pada saat yang bersamaan, terjadi
pemanggilan kepada Ir. Soekarno, Moch.Hatta dan Dr.Radjiman ke Dalat, Vietnam oleh Marsekal Terauchi. Ini akan menjadi pemicu awal mula semangat kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Sesampainya di Dalat, Marsekal Terauchi menyampaikan bahwa Jepang sedang berada di ambang kekalahan, sehingga kemerdekaan Indonesia semakin dekat. Soekarno tidak lupa berterima Kasih kepada Marsekal Terauchi karena membolehkan Indonesia meraih
kemerdekaan. Di saat yang sama Dr.Radjiman bertanya kepada Marsekal Terauchi terkait perkiraaan hari kemerdekaan akan datang, Marsekal Terauchi menjawab yaitu sekitar tanggal 24 Agustus mendatang.

Dua hari setelahnya di Dalat, yaitu yanggal 14 Agustua 1945, Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat. Tetapi, berita tersebut masih dirahasiakan oleh Jepang dengan cara mensegel semua stasiun radio, berbeda dengan Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul
Shaleh yang mendengar berita tersebut menyepakati untuk mengadakan pertemuan membahas mengenai berita yang sudah disiarkan di radio.

Sjahrir yang membuka suara pertama, yaitu menyampaikan bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu tanpa syarat. Wikana kemudian bertanya kepada temannya, bagaimana Tindakan yang harus mereka lakukan? Pertanyaan Wikana dibalas oleh Suwiryo yang
mengusulkan menemui Soekarno di kediamannya untuk meminta menyegerakan kemerdekaan Indonesia, karena ia yakin jika Hatta dan Radjiman juga sedang mendengar kabar tersebut.

Di kediaman Soekarno, Soekarno menyambut golongan muda dengan rasa penasaran mengapa golongan muda menemuianya, dijawab oleh Sutan Sjahrir dengan tegas mengucapkan “Kita harus segera memerdekakan bangsa ini !”, Radjiman yang mendengar ucapan
tidak sopannya dari Sjahrir membuatnya jengkel. Sutan Sjahrir menjelaskan bahwa Jepang telah menyerah, dimana ini menjadi momentum yang pas untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Soekarno menjawab jika proklmasi akan dibacakan, maka adakanlah rapat PPKI agar
semuanya jelas, dan Soekarno menganggap dukungan untuk proklamasi kemerdekaan itu belum besar, membuat Soekarno tetap dalam pendiriannya.

Sehabis menemuai Soekarno, Sjahrir menemui golongan muda, menyampaikannya bahwa Soekarno dan Hatta tidak setuju atas pendapat golongan muda, karena menurut Soekarno memproklamasikan kemerdekaan perlu adanya pertemuan PPKI karena telah terikat oleh
kesempatan yang dibuat oleh Marsekal Terauchi.

Tanggal 15 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat, mereka sepakat untuk mendesak Soekarno dan Hatta di kediamnnya. Golongan muda dengan semangat yang membara dan memegang prinsipnya mendesak Soekarno dan Hatta untuk mengobarkan revolusi
saat itu juga, jika tidak, akan terjadi peperangan besar dengan pertumpahan darah. Argumen dari golongan muda membuat golongan tua menimbulkan amarah. Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Dr. Sanusi dan Iwa pada malam itu juga melakukan perundingan yang berlangsung
menegangkan.

Sesudah rapat dilaksanakan, Hatta kemudian menemui golongan muda yang telah menunggu untuk mengemukakan hasil perundingan tersebut. Hasil dari perundingan tersebut adalah kemerdekaan dilaksanakan dikemudian hari dalam waktu yang belum ditentukan, Jika
terburu-buru akan membahayakan karena persiapan yang sangat kurang. Golongan muda yang mendengar itu dipenuhi dengan kekecewaan.

Setelah usaha golongan muda gagal mendesak golongan tua, golongan muda Kembali melaksanakan pertemuan di Jl. Cikini 71. Hasil dari pertemuan tersebut, mereka sepakat akan menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok dengan tujuan membujuk keduanya.
Pada pukul empat sore golongan muda datang ke kediaman Soekarno juga Hatta dan langsung menyeretnya, membawa ke Rengasdengklok yang sudah menjadi kesepakatan para pemuda.

Sesampainya di Rengasdengklok, Soekarno langsung menanyakan kepada golongan muda, dijawabnya oleh Soekarni bahwa golongan muda ingin Seokarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan, karena Jepang sudah menyerah. Jawaban Soekarno masih
sama yaitu menunggu Jepang untuk melakukannya, sehingga menyuruh golongan muda untuk bersabar dan menunggunya. Saat itu Shaleh mendadak datang memberi tahu jika Mr.Soebardjo memaksa ingin menemui Soekarno dan Hatta. Disampirinya Mr. Soebardjo oleh Wikana dan
menyakan dengan tujuan apa Soebardjo datang ke Rengasdengklok. Soebardjo memberi tahu bahwa rapat PPKI dibatalkan, karena meraka tidak ada, sehingga Soebardjo bertujuan untuk menjemput Soekarno dan Hatta. Shaleh sebagai golongan muda menolaknya dengan tegas karena
rencana golongan muda yang mendesak Soekarno dan Hatta harus terealisasikan. Tetapi, Soebardjo menginginkan untuk menemui Soekarno dan Hatta terlebih dahulu.

Ketika Soebardjo telah menemui Soekarno dan Hatta, ia langsung memberi tahu bahwa rapat PPKI dibatalkan, karena Jepang telah menyerah kepada sekutu. Setelah mendengar berita dari Soebardjo, semakin yakin Soekarno agar segara memproklmasikan kemerdekaan.
Rengasdengklok menjadi tempat atas sepakatnya Soekarno dan Hatta yang menyetujui memproklamasikan kemerdekaan.

Sesampainya di Jakarta pada tanggal 16 Agustus pukul empat sore, Soebardjo mengusulkan kepada Soekarno untuk merumuskan naskahnya di rumah kerabatnya yaitu seorang laksamana dari Angkatan laut Jepang, dimana rumahnya akan sangat aman, karena tidak
semua orang bisa mauk ke kediamannya. Soekarno langsung menyetujui usulan dari Soebardjo.

Malam itu juga, rombongan berangkat ke Jakarta, menuju rumah Laksamana Maeda di Meiji Dori No. 1 untuk membahas masalah tersebut. Setibanya disana, Soebardjo dan Maeda sempat bertukar sapa sejenak sehelum akhirnya menjelaskan permasalahan dan
informasi yang sebenarnya terjadi. Maeda lalu mempersilakan ketiga tokoh menemui Gunseikan (Kepala Pemerintah Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto untuk membahas upaya tindaklanjut yang akan dilakukan. Namun, setibanya di Markas Gunseikan di kawasan Gambir, mereka bertiga
mendapat jawaban yang mengecewakan karena Jenderal Nishimura yang mewakili Gunseikan melarang segala bentuk upaya perubahan situasi yang dilakukan. Mereka diharuskan menunggu Sekutu datang terlebih dahulu.

Ketiga tokoh bersepakat bahwa Jepang tidak dapat diharapkan lagi dan kemerdekaan harus segera dirancang secepatnya. Anggota PPKI yang menginap di hotel Des Indes segera dikawal oleh Sukarni dan kawan-kawan menuju rumah Maeda. Pada saat itulah. Soekarno,
Hatta dan Soebardjo dipercayakan untuk menuliskan naskah proklamasi semnetara anggota lain berjaga di ruang tamu.

Setelah naskah proklamasi selesai dibuat, Soebardjo mengusulkan untuk mendatangani naskahnya oleh semua yang hadir disini, tetapi menurut Soekarni itu terlalu banyak, lebih baik oleh Soekarno dan Hatta saja, pemuda yang lain pun ikut setuju. Setelah
ditandatanganinya naskah proklamasi, Sokearno menyuruh Sayuti untuk mengetik naskahnya.

Naskah proklamasi sudah dibuat, Soekarno menyarankan agar dibacakan naskah proklamasi pada tanggal 17 Agustus, karena menurutnya tanggal 17 adalah tanggal baik. Sebagaimana Al-Quran diturunkan tanggal 17, selain itu dalam sehari semalam orang islam sholat
sebanyak 17 rakaat. Disepakatinya oleh seluruh anggota yang hadir. Sehingga proklamasi telah sepakat akan dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul sepuluh. Soekarno juga menyuruh kepada Fatmawati untuk menjaitkan benderanya.

Naskah yang diketik oleh Sayuti telah selesai, dan ditandatanganinya oleh Soekarno juga Hatta. Disebarnya naskah proklamasi keseluruh Indonesia. Tersisa hanya menentukan siapa yang akan menjadi pengibar berderanya. Soekarno mengusulkan Trimurti. Trimurti
juga mengusulkan dari kalangan prajurit, yaitu Latief dan Soehoed.

17 Agustus 1945 pukul sepuluh, ditempat halaman depan rumah Ir. Soekarno di Jalan Pelaksanaan Timur Nomor 56, Jakarta. Soekarno didampingi Moh. Hatta membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia, Hal-hal yang mengenai pemindahan kekusasaan dan lain-lain, diselenggarakannya dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945

Atas nama bangsa Indonesia


Soekarno/Hatta

Setelah dibacakannya proklamasi, selanjutnya dilakukan pengibaran bendera oleh Trimutri, Latief dan Soehoed diiringi lagu Indonesia raya.

Teks Naskah Sosiodrama Proklamasi

Narator : Di Ibu Kota Kekaisaran Jepang, Tokyo. Terselenggara sebuah sidang istimewa berisi janji Kuniaki Koiso bernama 'Tenikoku Ginkai' yang dihadiri oleh Soekarno beserta golongan tua.

Koiso : Saya Kuniaki Koiso sebagai Perdana Mentri Jepang menyatakan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa kalian akan menerima kebebasan di masa depan. Saya berterimakasih atas para pegawai pemerintah dan tentara yang telah bekerjasama memenuhi
kewajibannya.

Soekarno : Yang mulia Kuniaki Koiso, dengan haru yang meluap-luap kami menerima pernyataan Kekaisaran Nippon memperkenankan kami meraih kemerdekaan di kemudian hari. Dengan ini saya meminta kepada Yang Mulia untuk menerima rasa terimakasih kami.

(Sorak Sorai Tepuk Tangan)

Narator : Sejatinya, janji tersebut hanyalah sebuah taktik Jepang agar Indonesia mau membantu mereka dalam perang dunia ke-2 yang meledak dengan segera.

Narator : Namun sebagai pembuktiannya dalam memenuhi janji, pada 1 Maret mendatang rupanya Jepang kemudian membentuk BPUPKI dengan menjadikan Dr. Radjiman Wedyodiningrat sebagai pemimpin. Yang setiap rapatnya diisi perbincangan mengenai segala
persiapan kemerdekaan hingga menghasilkan dasar negara berupa Pancasila dan Undang-Undang Dasar.

Narator : Disela-sela persiapan, tibalah peristiwa 6 Agustus yang menggemparkan Jepang. Kota indah Hiroshima hari itu dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat. Sebagai wujud ancaman supaya Jepang lekas menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Menjatuhkan ribuan
korban serta kerusuhan. Namun, Jepang memilih seolah tidak peduli. Yang berdatangan ke lokasi tersebut hanyalah para ilmuan hebat guna menyelidiki komponen pada bom atom tersebut

Narator : Amerika Serikat beserta sekutu yang merasa geram sebab diabaikan, memilih serangan kedua dilancarkan pada 9 Agustus 1945 mendatang. Kali ini Kota Nagasaki menjadi incaran.

Narator : Pada saat yang bersamaan, terjadi pemanggilan kepada Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Dr. Radjiman ke Dalat, Vietnam oleh Marsekal Terauchi. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi pemicu awal mula semangat kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
menggelora.

*Di Dalat*

Marsekal Terauchi : "Seperti yang telah Anda semua ketahui, peperangan semakin liar dan Jepang berada di ambang kekalahan. Maka atas persetujuan bangsa kami, kemerdekaan Indonesia akan diberikan dengan segera."

Soekarno : "Dengan segala hormat, kami berterimakasih atas ketersediaan bangsa Jepang dalam memperkenankan kami untuk meraih kemerdekaan dengan segera."

Radjiman : "Mohon izin Marsekal Terauchi, jikalau tidak keberatan. Kapankah perkiraan hari kemerdekaan tersebut akan datang?"

Marsekal Terauchi : "Melihat dari sesak yang sedang melanda, paling tidak 24 Agustus mendatang. Segerakanlah persiapannya sejak saat ini."

Soekarno : "Sekali lagi kami sampaikan terimakasih, akan kami persiapkan kemerdekaan bangsa kami sesegera mungkin."

*Pulang ke tanah air*

Narator : Dua hari setelah pembicaraan di Dalat, pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu. Berita ini dirahasiakan oleh Jepang bahkan semua stasiun radio di segel oleh Jepang. Namun Sutan Syahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Shaleh
mendengar kabar itu, bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah melalui radio BBC.

Narator : Para golongan muda tersebut kemudian sepakat untuk segera mengadakan pertemuan

Syahrir : Saudaraku semua, ada sebuah kabar besar yang hendak aku sampaikan. Melalui radio BBC, telah diserukan bahwa Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat.

Shaleh : Berita itu benar adanya!

Wikana : Lantas bagaimana tindakan kita berikutnya?

Suwiryo : Ayo temui Soekarno di kediamannya. Aku yakin, Hatta dan Radjiman juga sedang di sana sekarnag untuk mendengark kabar ini. Tegaskan kepada mereka, mintalah menyegerakannya dan jangan khawatir soal pertumpahan darah. Aku yang akan
bertanggungjawab.

Narator : Persiapan mereka dilakukan dengan cepat, segera berangkat menuju kediamna Soekarno.
Soekarno : "Ada hal mendesak apakah Anda semua datang kemari dengan tergesa-gesa seperti itu?"

Syahrir : "Maafkan atas ketidaksopanan kami, Bung. Akan tetapi, menurut kami. Kita harus segera memerdekakan bangsa ini!"

Radjiman : "Apa maksud dari perkataanmu itu Syahrir?"

Syahrir : “Jepang telah menyerah, Bung. Itu artinya sudah saatnya bagi kita segera memproklamasikan kemerdekaan."

Soekarno : “Dengar Syahrir Kita tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan begitu saja! Bila memang benar begitu, maka segerakanlah rapat PPKI agar semuanya jelas."

Hatta : “Dan apakah berita kekalahan itu sudah terbukti secara akurat?”

Syahrir : “Saya sendiri yang mendengar berita tersebut melalui radio BBC."

Soekarno : "Saya amat menghargai keberanianmu, Syahrir. Akan tetapi, tanpa adanya dukungan yang besar, saya akan tetap pada pendirian saya."

*Syahrir pergi, segera menemui golongan muda*

Sukarni : “Bagaimana hasilnya Syahrir?”

Syahrir: “Bung Karno dan Bung Hatta sangat tidak setuju dengan pendapat golongan muda."

Sayuti Melik : “Kenapa bisa begitu? Ini semua untuk kebaikan kita, karena dalam keadaan vacum of power ini, kita dapat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan golongan muda membutuhkan keterlibatan golongan tua untuk memproklamasikan kemerdekaan
tersebut."

Syahrir : “Menurut Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan perlu adanya pertemuan PPKI karena mereka telah terikat oleh kesepakatan yang dibuat oleh Marsekal Terauchi”.

Diah : “Kita secepatnya harus mengadakan pertemuan golongan muda terkait pembahasan masalah ini”.

Narator : 15 Agustus 1945. Golongan muda mengadakan rapat. Mereka berpendirian, bahwa kemerdekaan adalah hak rakyat tanpa adanya campur tangan siapapun.

Narator : Seusai pertemuan tersebut, golongan muda sepakat untuk segera mendesak Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta di kediamannya.

Wikana : "Selamat malam Bung."

Soekarno : "Selamat malam, Wikana. Ada gerangan apakah Anda semua datang kemari?"

Shaleh : Telah tiba saatnya, Bung. Sekarang! Sekaranglah masa yang tepat untuk mengobarkan revolusi!

Wikana : Sekali lagi kami tegaskan, Bung! Jika tidak hari ini maka esok hari akan terjadi peperangan besar dengan pertumpahan darah.

Narator : Kerusuhan golongan muda dalam penyampaian argumen mereka tentang pendesaakan kemerdekaan di keadiaman Ir. Soekarno membuat api amarah dalam diri golongan tua tersebut menyala.

Soekarno : Ini batang leherku, seretlah ke pojokan sana! Jangan kau tunggu esok hari! Apa hal yang tergambar dalam pemikiran kalian mengenai kemerdekaan? Sudah tahu cara menyelamatkan perempuan dan anak-anak? Kita tidak mendapat bantuan dari sekutu. Anda
semua tenanglah dahulu, biarkan saya merundingkan persoalan ini."

Narator : Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Dr. Sanusi dan Iwa yang hadir pada malam itu melakukan perundingan yang berlangsung menegangkan. Hatta kemudian menemui golongan muda yang telah menunggu untuk mengumumkan hasil perundingan tersebut.

Hatta : Kami sangat menghargai usaha kalian dalam memperjuangkan kemerdekaan ini. Akan tetapi, hasil perundingan kami akhirnya memutuskan bahwa kemerdekaan tetap akan dilaksanakan dikemudian hari dalam waktu yang belum ditentukan. Sebab kita tidak bisa
terlalu terburu-buru yang justru lebih membahayakan dengan persiapan yang sangat kurang ini.

*Kepulangan diraih para pemuda dengan kecewaan menghiasi wajah mereka*

Narator : Setelah usaha golongan muda mendesak golongan tua gagal, golongan muda kembali melaksanakan pertemuan di Jl. Cikini 71. Mereka lalu sepakat untuk menculik Soekarno Hatta dan membawa mereka ke rengasdengklok.

Soekarni : Saudara saudara sekalian sebagai mana yang telah kalian ketahui bahwa Bung Karno menolak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, lalu sekarang pikirkan apa yang harus kita lakukan sekarang?

Wikana : Bagaimana kalau kita culik mereka. Kita bawa keduanya ke suatu tempat lalu bujuk mereka?

Shaleh : Kemana?

Darwis : Rengasdengklok. Aku akan menghubungi Shodaco Subeno untuk hal ini.

Shaleh : Kapan kita akan melakukan eksekusi ini?

Wikana : Secepatnya!

Shaleh : Bagaimana jika besok pagi pukul 04.00?

Pemuda : Kami setuju

Narrator : Keesokan harinya pukul 04.00 mereka pun mendatangani kediaman Bung Hatta dan Bung Karno

*Pukul 04.00 Rombongan pemuda mendatangi kediaman Bung Hatta*

Darwis: Selamat pagi, Bung. Kami mengharapkan ketersediaan Bung untuk ikut dengan kami.

*Golongan muda menyeret Bung Hatta*

Hatta : Akan dibawa kemana aku?

Soekarni : Rengasdengklok. Ini sudah menjadi keputusan para pemuda. Anda harus tetap ikut kami ke Rengasdengklok. Ada Soekarno juga di sana.

Hatta : Tidakkah kalian paham juga? Kemerdekaan akan dilaksanakan, tapi tidak hari ini!

Darwis : Ikutlah dengan damai bersama.kami, Bung. Kemerdekaan harus dilaksanakan secepatnya sejak sekarang!
Hatta : Tidak harus sekarang.

Darwis : Tidak, harus sekarang.

*Pada waktu yang sama, di kediaman Soekarno. Sebagian pemuda lainnya datang untuk menculik Soekarno*

Shaleh : Anda harus ikut kami ke Rengasdengklok

Soekarno : Untuk apa?

Fatmawati : Ada apa ini?

Shaleh : Aku akan membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Ini sudah menjadi kesepakatan para pemyda untuk menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang.

Soekarno : Tapi aku tidak mau berpisah dengan anak istriku.

Shaleh : Tidak masalah, Bung. Kami akan membawa kalian, tetapi kita harus segera pergi.

Narator : Tanpa dapat menolak, Fatmawati beserta sang anak mereka memutuskan untuk patuh.

Soekarno : Baiklah.

Narator : Di Rengasdengklok, Hatta telah sampai lebih dahulu.

Hatta : Bung Karno.

Soekarno : Bung, kau telah tiba lebih dahulu rupanya. Langsung saja, Soekarni. Atas dasar apa kalian melakukan ini semua?

Soekarni : Begini, kami ingin Anda berdua segera memproklamasikan kemerdekaan. Jepang sudah menyerah, ini saat yang tepat untuk kita segera memproklamasikan kemerdekaan.

Soekarno : Jepang akan melakukannya untuk kita, tunggulah dan bersabar.

Hatta : Pertemuan di Dalat telah menjelaskan bahwa pada 24 Agustus mendatang adalah waktu yang tepat untuk memproklalmasikan kemerdekaan.

*Di tengah pembicaraan, mendadak Shaleh datang dengan terengah dari arah depan*

Wikana : Ada apa Shaleh, mengapa kau datang dengan terengah begitu?

Shaleh : Di depan, ada Pak Soebardjo memaksa masuk ingin menemui Soekarno

Wikana : Baik, aku akan menemuinya.

(Di depan, Wikana dan Shaleh menemui Achmad Soebardjo)

Wikana : Ada perlu apa engkau datang kemari?

Yusuf : Mohon izin, saya datang membawa Pak Soebardjo yang hendak menemui Soekarno Hatta

Soebardjo : Aku ingin menemui Soekarno dan Hatta

Wikana: Untuk apa?

Soebardjo : Rapat PPKI dibatalkan karena mereka tidak ada, jadi aku kemari mau menjemput mereka

Shaleh : Tidak bisa! Karena kami para pemuda sudah sepakat untuk medesak mereka agar segera memproklamasikan kemerdekaan

Soebardjo : Kalau begitu ijinkan aku menemui mereka terlebih dahulu.

Wikana : Baiklah, mari!

*Achmad Soebardjo kemudian masuk*

Soekarno : Ada apa Soebardjo?

Soebardjo : Rapat PPKI dibatalkan Bung. Selain itu saya ingin menyampaikan bahwa Jepang telah menyerang kepada sekutu.

Soekarno : Jadi berita itu benar adanya?

Soebardjo : Benar Bung.

Shaleh : Bukankah Saya dan Sjahrir telah memberitahu anda?

Soekarno : Saya menghargai segala usaha yang telah kalian lakukan.. Akan tetapi sebaiknya dalam setiap hal penting seperti ini diperlukan bukti yang akurat dan kuat.

Wikana : Kalau begitu, mari kita proklamasikan kemerdekaan!

Hatta : Iya, sebaiknya memang begitu.

Soekarno : Baiklah, aku akan menuruti permintaan kalian.

Narator : Sesampainya di Jakarta, 16 Agustus 1945 pukul 04.00 Soekarno mengantarkan anak dan istrinya sebelum membahas Proklamasi.

Soebardjo : Bagaimana jika kita rumuskan saja naskahnya di rumah seorang laksamana dari Angkatan laut Jepang?

Soekarno : Apakah aman di sana?

Soebardjo : Dia adalah kenalanku, akan aman berada di rumahnya karena tak seorangpun bisa masuk ddngan leluasa.
Hatta : Baiklah, biar kita meminta izinnya terlebih dahulu.

Narator : Soekarno, Hatta dan Soebardjo kemudian lekas menemui Laksamana Maeda di kediamannya.

Maeda : Soebardjo

Soebardjo : Selamat malam Laksamana, maksud kami datang kemari adalah untuk meminta izinmu. Bolehlah semisalnya rumah ini kami jadikan sebagai tempat untuk merumuskan naskah proklamasi?d

Maeda : Dengan siapa engkau datang?

Soebardjo : Selain aku, Soekarno dan Hatta. Hanya segelintir anggota PPKI.

Maeda : Kita tahu ini adalah tempat yang aman, Soebardjo. http://discord.gg/b22SUxxt temanku. Tapi aku ingin engkau pergi menemui Gunseikan (Kepala Pemerintah Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto untuk membahas upaya tindaklanjut yang akan dilakukan.

Narator : Namun, setibanya di Markas Gunseikan di kawasan Gambir, mereka bertiga mendapat jawaban yang mengecewakan karena Jenderal Nishimura yang mewakili Gunseikan melarang segala bentuk upaya perubahan situasi yang dilakukan. Mereka diharuskan
menunggu Sekutu datang terlebih dahulu. Inilah yang kemudian mendorong para golongan tua bahwa Jepang, boleh jadi sudah tidak lagi tampak akan menyerahkan kemerdekaan sesuai janjinya. Maka atas izin Maeda sekembalinya merwka ke kediamannya, ketiganya segera menyampaikan
pesan singkat tentang simpulan pembahasan tadi dan meminta dukungan agar naskah dapat diselesaikan dengan segera.

Soebardjo : Terimakasih banyak, Laksamana.

[Adegan Soekarno mengantar pulang anak dan istrinya]

*Perumusan Proklamasi*

Soekarno : Jadi bagaimana naskah proklamasi kita?

Soebardjo : Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia

Soekarno : (Menulis sambil mengeja) Setelah itu apa lagi?

Hatta : “Lanjutannya Bung, Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain dilaksanakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”

Soekarno : (Menulis) Jakarta, 17 Agustus 1945, wakil bangsa Indonesia. Ya sudah selesai. Apa semuanya setuju?

Pemuda : Kami setuju!

Hatta : Siapa yang akan menandatangani naskahnya?

Soebardjo : Bagaimana jika oleh semua yang hadir disini?

Soekarni : Saya rasa terlalu banyak. Lebih baik oleh Bung Karno dan Bung Hatta saja atas nama Bangsa Indonesia. Bagaimana?

Pemuda : Benar, kami setuju

Soekarno : Baik, Sayuti tolong ketik naskah ini.

Sayuti : Baik. (Keluar dan mengetik naskahnya)

Hatta : Kapan kita akan memproklamasikannya?

Soekarno : Menurut saya, tanggal 17 adalah tanggal baik. Sebagaimana Al-Quran diturunkan tanggal 17, selain itu dalam sehari semalam orang Islam sholat sebanyak 17 rakaat. Jadi, bagaimana kalau hari ini, Jumat pagi, tanggal 17 Agustus?”

Soekarni : Setuju Bung.

Hatta : Esok dini hari pukul 10.00, bagaimana?

Pemuda : Setuju!

Soekarno : Baiklah aku akan meminta Fatmawati untuk menjahitkan benderanya.

Diah : Dimana kita akan melaksanakannya bung?

Soebardjo : Di rumah Bung Karno saja, bagimana?

Pemuda : Ya setuju!

*Sayuti masuk

Sayuti : Ini naskahnya Bung, silahkan ditandatangani.

Soekarno-Hatta : Baik

Soekarno : Diah, tolong perbanyak naskah ini dan sebar keseluruh Indonesia

BM Diah : Baik

Soekarno : Untuk pengibaran bendera saya tunjuk Trimurti. Setujukah Tri?”

Trimurti : “Kalau boleh saya usul, sebaikya pengerek dari kalangan prajurit yaitu Latief & Soehoed.”

Soekarno : “Bagaimana, Latief? Soehoed? Siap menjalankan tugas?”

Latief & Soehoed : “Siap, Bung!”

Narator : Di tempat itulah, pemimpin bangsa Indonesia berunding dan merumuskan naskah/teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kemudian Jumat pagi pukul 10.00, semua orang telah berkumpul di halaman depan rumah Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56, Jakarta untuk mendengarkan pelaksanaan proklamasi. Ir. Soekarno didampingi Moh. Hatta membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia..
Soekarno : "Bismillahirahmannirahim, saya akan membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia "

(membacakan)

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya

Jakarta, 17 agustus 1945

“Atas nama bangsa Indonesia”

Rakyat : "HORE! Merdeka Merdeka Merdeka!!!"

*Pengibaran bendera oleh Trimuti, Latief, dan Soehoed diiringi lagu Indonesia raya*

Sosio Drama Sejarah

Sutradara : Genia

Penulis : Neiza, Fadya, Najma

Narator : Adel

Kameramen : Alma, Ira

Pemain

1. Ir. Soekarno : Riziq

2. PM Kaiso : Azhar

3. Jendral Terauchi : Salman

4. Sutan Syahril : Naafil

5. Wikana : Riyan

6. Suwiryo : Radhit

7. Moh. Hatta : Aslami

8. Ahmad Subarjo : Exshya

9. Dr. Radjiman : Ray

10. Latief : Regitta

11. M. Suhud : Naya

12. S K Tri Murti : Alqansa

13. Laksamana Maeda : Iqbal

14. Sayuti Melik : Nayara

15. Sukarni : Dinar


16. Yusuf Kunto : Fakhreza

17. Choerul Shaleh : Callista

18. BM Diah : Aisyah

19. Darwis : Wildatul

20. Fatmawati : Siti Mutiara

Tata Rias dan Busana

1. Naila

2. Fakhira

3. Zalfa

Peralatan

1. Resna

2. Pasya

3. Fadia

You might also like