You are on page 1of 310

Kemilau Satu

Langit
Penulis

D Kemalawati Fanny J. Poyk


Abd. Karim Gullam Juri Durabi
Dhenok Kristianti Heri Mulyadi
Hasyuda Abadi Mohd. Jasni Yakub
Fatin Hamama R. Syam Isbedy Stiawan ZS
Jasni Matlani Sitti Rahmah G. Haji Ibrahim

Prolog
Sastri Sunarti

Epilog
S.M. Zakir

SERI PUISI INDONESIA-MALAYSIA


iv

Hak penerbitan
Denny JA
Right@cerahbudayaindonesia

Penulis

D Kemalawati Fanny J. Poyk


Abd. Karim Gullam Juri Durabi
Dhenok Kristianti Heri Mulyadi
Hasyuda Abadi Mohd. Jasni Yakub
Fatin Hamama R. Syam Isbedy Stiawan ZS
Jasni Matlani Sitti Rahmah G. Haji Ibrahim

KORDINATOR
Fatin Hamama R. Syam

Desain grafis tetep


Ayra Wintala

Cetakan pertama September 2018

ISBN
978-602-5896-31-6

PENERBIT
PT Cerah Budaya Indonesia

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Kemilau Satu Langit


v

Daftar Isi

Prolog
Sastri Sunarti
MERAJUT KEMELAYUAN DAN KEINDONESIAAN DALAM PUISI
ESAI .................................................................................................................... 1

Bag. I
Puisi Esai Indonesia

D. Kemalawati
INONG TAK LAGI MENARI ........................................................................... 16

Dhenok Kristianti
PERAHU BERCADIK BERLAYAR KE MALAYSIA ....................................... 32

Fanny J. Poyk
CERITA TENTANG ADELINA JEMIRA SAU
(TKI YANG TEWAS DI PENANG, MAYALSIA) ............................................ 55

Fatin Hamama R. Syam


CAHAYA DUA NEGERI DI BAWAH BAYU .................................................. 71

Heri Mulyadi
MALAM PETAKA ............................................................................................. 130

Isbedy Stiawan ZS
INI DARAHKU, MENGALIR DARI MATA AIR YANG SATU .................... 148

Bag. II
Puisi Esai Malaysia

Daftar Isi
vi

Abdul Karim Gullam


SEKUNTUM BUNGA YANG TELAH GUGUR ............................................ 173

Hasyuda Abadi
DARAH DULKASEH ....................................................................................... 193

Jasni Matlani
BURUNG YANG MENANGIS ........................................................................ 210

Juri Durabi
AIR DICENCANG TIDAK AKAN PUTUS ..................................................... 242

Mohd. Jasni Yakub


AYAH, MAT CONGO DAN PERISTIWA KALABAKAN ............................ 260

Sitti Rahmah G. Haji Ibrahim


KISAH LABUKU DAN KIAMBANG BERTAUT ........................................... 277

Epilog
S.M. Zakir
NARATIF SOSIAL PUISI ESEI ........................................................................ 296

Kemilau Satu Langit


1

Prolog
Sastri Sunarti
MERAJUT KEMELAYUAN DAN KEINDONESIAAN
DALAM PUISI ESAI

Latar Belakang
Penggunaan kata Melayu pertama kali muncul pada abad ketujuh
Masehi dari sumber bangsa Cina semasa berkunjung ke Sumatra. Istilah
ini pertama kali digunakan di Kalimantan atau di sekitar wilayah sungai
di Sumatra. Sungai itu sekarang dikenal dengan nama Batanghari yang
bermuara di Muara Jambi Provinsi Jambi dan hulunya di Danau di Ateh
dan Danau di Bawah, Sumatra Barat (tambahan dari penulis). Namun
kemudian, penggunaan istilah Melayu berkembang dan berubah secara
terus-menerus. Pada abad ketujuh belas, istilah Melayu dan Maleis mulai
muncul di kalangan kolonial Inggris dan Belanda yang digunakan baik
di kalangan masyarakat lokal maupun diceritakan oleh Bangsa Portugis,
Spanyol, dan bangsa Eropa lainnya yang telah datang lebih awal di
wilayah kawasan Melayu. Penggunaan ketiga kata Melayu, Malay, Maleis
telah digunakan untuk menunjuk kepada berbagai konfigurasi seperti
orang, lokasi, bahasa, adat-istiadat, negeri, dan objek antara Pattani dan
Timor, Manila dan Banda Aceh, Makassar dan Bangkok, Pagaruyung dan
Batavia, termasuk juga Selat Malaka (Timothy P. Barnad dan Henk Maier,
2004:ix).

Batasan Melayu seperti yang disampaikan oleh kedua sarjana Eropa


tersebut kemudian bertransformasi. Istilah Melayu misalnya saat
ini lebih identik dengan negara Malaysia dan sebagian Indonesia.
Keduanya menjadi negara bangsa yang dipisahkan oleh ideologi, politik,
dan geografis. Dalam Imagine Community, Bennedict Anderson, 1991)

Prolog
2

menyatakan bahwa negara bangsa ini dibentuk oleh imajinasi satu


tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Di Indonesia imajinasi negara
bangsa itu sudah dideklarasikan sejak tanggal 28 Oktober 1928.

Adapun kemelayuan adalah satu konsep yang membayangkan


kehadiran budaya serumpun di Nusantara atau Alam Melayu (Malay
World). Kemelayuan terbentuk dari hasil interaksi sosial-budaya termasuk
agama, bahasa, kesenian, dan kesusastraan. Interaksi ini sudah terjalin
sejak lama pada kedua negara bangsa sebagaimana yang disampaikan
oleh Timothy P. Barnad dan Henk Maier di atas.

Dalam pembentukan imajinasi sosial dan budaya yang berkembang di


kedua negara ini semakin lama memiliki perbedaan dan ciri khasnya
masing-masing. Perbedaan itu dibentuk oleh pengalaman dan sejarah
Negara Bangsa tersebut. Namun, bukan berarti perbedaan dan ciri-ciri
budaya setempat di Nusantara ini akan dengan mudah menggoyahkan
kesepaduannya yang telah terbentuk selama ribuan tahun (Solehah Ishak,
2007:224). Selanjutnya Solehah Ishak menyatakan bahwa sebelum abad
ke sembilan, Indonesia maupun Malaysia sama-sama berkongsi dalam
menikmati karya sastra baik yang disampaikan secara lisan maupun
yang tertulis hingga ke percetakan. Pada periode Hindu misalnya, kedua
negara serumpun berbagi dalam cerita epik Ramayana karya Valmiki
dan Mahabrata karya Vysa yang terkenal itu. Di Kelantan pada masa lalu
dikenal satu pertunjukan wayang Kelantan yang berangkat dari Hikayat
Seri Rama. Di Jawa cerita yang sama disebut sebagai Kakawin Ramayana
yang dimainkan oleh wayang orang, wayang kulit, dan wayang golek.
Demikian juga dengan epik Mahabarata juga dikenal luas baik dalam
kesusatraan Melayu Malaysia maupun dalam kesusastraan di Indonesia.
Kedua epik Hindu ini menjadi wacana bersama bagi khalayak sastra
serumpun Melayu Nusantara selama ratusan tahun. Tidak hanya di
bidang pernaskahan, dalam tradisi lisanpun kedua bangsa berbagi
cerita lisan yang sama yakni sama-sama mengenal cerita “Pak Pandir”,
“Pak Belalang”, “Si Luncai”, “Si Kelambai” “Putri Buluh Betung”, dan cerita
humor Melayu lainnya (Sastri Sunarti, 2012).

Perkongsian dalam kesusastraan yang sudah terbentuk sejak ratusan


tahun itu, kemudian diteruskan di abad 21 ini dengan perkongsian
dalam karya puisi esai. Puisi esai adalah sebuah genre sastra baru di

Kemilau Satu Langit


3

dalam khazanah kesusastraan Indonesia yang digagas oleh Denny JA


pada tahun 2012. Sejak itu, puisi esai telah berhasil menjadi populer
dengan terbitnya 5 buku antologi puisi esai dan yang terakhir telah
terbit pula sebanyak 34 puisi esai secara daring (online) yang berasal dari
34 provinsi di Indonesia dan melibatkan sebanyak 170 penulis puisi esai.
Lanjutan dari program penulisan puisi esai dari 34 provinsi tersebut,
12 penulis dari Indonesia dan Malaysia pula ambil bagian meramaikan
penulisan puisi esai yang memuat isu bersama antara kedua negara
yang saling berjalin berkelindan selama ini.

Hubungan antara Indonesia dan Malaysia yang sudah terbangun sejak


ratusan tahun silam itu ternyata pernah mengalami pasang surut dan
pernah mengalami gesekan dan konflik seperti, konflik politik pada
tahun 1963-1965; ketika Sukarno memerintahkan untuk mengganyang
Malaysia. Konflik politik berikutnya dilanjutkan dengan perseteruan
kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan dan Indonesia dinyatakan kalah
oleh pengadilan internasional di Den Haag pada tahun 2015. Kemudian
dilanjutkan dengan perang kata-kata di jagad media sosial dan saling
klaim atas kekayaan budaya. Konflik sosial-politik itu kemudian sempat
merenggangkan hubungan Indonesia dan Malaysia. Kedua bangsa
seperti kanak-kanak yang bertengkar, hari ini bertengkar esok merindu
dan ingin bertemu. Pertengkaran ibarat cabuik-cabuik bulu ayam
(pepatah Minangkabau). Hari ini, melalui penulisan puisi esai, kemesraan
kedua bangsa pun dirajut dan dijahit kembali. Penyair dalam karyanya
menuliskan ingatan, kenangan, baik yang bersifat personal maupun
secara kolektif direpresentasikan dalam karya puisi esai. Ingatan dan
kenangan yang memperlihatkan jalinan relasi antara kedua negara
menjadi sumbar ide bagi 12 penulis puisi esai ini. Adapun kedua belas
penyair puisi esai Indonesia dan Malaysia itu terdiri atas D. Kemalawati,
Dhenok Kristianti, Fatin Papyrus Hamama R.Syam., Fanny Poyk, Isbedy
Stiawan ZS, Hery Mulyadi (Indonesia), Abdul Karim Gulam, Hasyuda
Abadi, Juri Durabi, Jasni Matlani, Mohd. Jasni Yakub, dan Sitti Rahmah G.
Haji Ibrahim (Malaysia).

Model Relasi dalam Puisi Esai Malaysia-Indonesia


Secara umum dapat dilihat sebuah pola atau model relasi yang
direpresentasikan oleh kedua belas penyair puisi esai kedua negara ini.

Prolog
4

Baik penyair dari Indonesia maupun dari Malaysia secara sadar atau tidak
merepresentasikan satu model relasi berupa perjalanan atau migrasi
orang dari Indonesia ke Malaysia pada beberapa periode. Dalam puisi
esai Fatin Hamama, Hasyuda Abadi, Sitti Rahmah Ibrahim, Heri Mulyadi,
dan Dhenok Kristianti, migrasi orang Indonesia ke Malaysia digambarkan
terjadi pada periode 60-70-an. Dalam karya Jasni Matlani, Fanny J. Poyk,
dan Isbedy, migrasi itu terjadi pada periode 1990- 2000-an saat bisnis
TKI dari Indonesia mulai marak dilakukan dengan negeri tujuan utama
Malaysia. Terdapat sebanyak sepuluh penyair menggambarkan pola
migrasi orang dari Indonesia ke Malaysia. Salah satunya dalam karya D,
Kemalawati yang berjudul “Inong Tak Lagi Menari”.

Puisi esai karya kedua belas penulis dari Malaysia dan Indonesia ini
akan dibicarakan dengan pendekatan aktan yaitu kesatuan unit terkecil
dalam struktur naratif yang terdiri atas tiga pasang (binnary opposition).
Aktan yakni Subjek dan Objek, Pengantar dan Penerima, Pembantu dan
Penghambat dari A.J. Greimas (1966). Ketiga binari oposisi dari Greimas
ini digunakan sebagai alat membongkar pergerakan alur cerita yang
terdapat di dalam puisi esai yang memang sangat mungkin dibicarakan
dengan pendekatan struktur naratif karena karakter esai yang terdapat
dalam genre puisi esai.

Peristiwa tsunami menjadi sumber ide yang tidak kering-keringnya


bagi penulis untuk menceritakan kembali kegetiran dan kepahitan
yang ditinggalkan oleh bencana tersebut. Demikian juga dalam karya
puisi esai D. Kemalawati, “Inong Tak Lagi Menari” peristiwa tsunami
meninggalkan luka sosial dan psikologis yang tak kunjung terleraikan.
Selain itu relasi sosial-budaya antara Indonesia-Malaysia juga mendapat
sorotan dalam puisi esainya. Kepergian tokoh Rasyid (subjek) ke Malaysia
pada awalnya adalah untuk melanjutan pendidikannya didorong oleh
pertimbangan bahwa Malaysia memiliki mutu pendidikan yang lebih
baik jika dibandingkan dengan mutu pendidikan di Aceh (sebagai objek
yang hendak dicapai oleh subjek). Motivasi untuk merantau ke Malaysia
itu adalah pengirim yang mengantarkan subjek untuk mencapai objek.
Motivasi (the sender) juga menggerakkan alur cerita sehingga tokoh
Rasyid berangkat ke Malaysia yang menyebabkannya harus berpisah
sementara dengan anak dan istrinya yang berada di Aceh. Setelah

Kemilau Satu Langit


5

berpisah dengan keluarganya, Rasyid merindukan mereka. Namun,


keinginan untuk bertemu dengan anak dan istrinya ternyata mengalami
hambatan (theopponent). Penentang bagi subjek untuk mencapai objek
adalah peristiwa bencana tsunami yang melanda Aceh. Setelah musibah
tsunami ia kembali ke Malaysia untuk memulai kehidupan baru dan
berharap dapat melerai luka kehilangan anak dan istrinya. Di Malaysia
dia datang sebagai pengungsi bersama seorang anak perempuan lain
yang diharapkannya dapat sebagai pengganti anak perempuannya
yang mati. Malaysia berfungsi sebagai penolong (the helper) bagi Rasyid
untuk menemukan ketenangan dan katarsis dari trauma psikologis
akibat kehilangan anak dan istrinya.

Pada karya Dhenok, penggerak alur cerita adalah hasrat pengembara


seorang lelaki keturunan Bugis bernama Makatenga. Sebagai
lelaki Bugis yang memiliki darah seorang pelaut pengembara yang
diperolehnya dari orang tua dan masyarakatnya, ia merasa terpanggil
untuk mengembara tidak hanya sampai ke Jawa (ketika mengambil
pendidikan S1) melainkan hingga ke tanah Semenanjung sebagai dosen
(pensyarah di perguruan tinggi). Beberapa tikungan dalam puisi esai
Dhenok menambah kompleksitas karyanya yang disampaikan dengan
gaya bahasa yang puitis dan diksi yang ketat sehingga lahirlah larik dan
rima yang terjaga. Dhenok berhasil mencapai estetika puitik yang indah
tanpa kehilangan kata bersayap sebagai ciri bahasa puisi. Alur ceita
disampaikan dengan teknik kilas balik untuk menarasikan kisahnya. Alur
cerita baru dimulai setelah kematian tokoh utamanya yang dipanggil
Bapa Toa oleh cucunya alias Makatenga. Melalui buku harian Bapa Toa,
Dinda Bulan sang cucu menemukan sejarah keluarganya yang selama ini
tenggelam. Bapa Toa berangkat ke Malaysia pada tahun 1970-an untuk
melamar mengajar di UM. Bapa Toa terpaksa berpisah dengan istrinya
perempuan Jawa yang disuntingnya di Jogya ketika kuliah di sana.
Subjek dalam cerita mengalami beberapa kali hambatan (opponent)
saat berusaha mencapai objek (keinginan untuk menikah dengan istri
Jawa dan keinginan untuk berkumpul dengan keluarga di Malaysia).
Tantangan pertama yang dihadapi oleh subjek untuk mencapai
objek adalah kematian ibunya dan penolakan keluarga Bugisnya saat
menikah dengan gadis Jawa. Walau akhirnya diterima oleh ayahnya
setelah kelahiran anak dan cucunya adalah unsur penolong (the helper).

Prolog
6

Unsur penghambat kedua ketika subjek ingin mencapai objek adalah


musibah kecelakaan kapal tenggelam yang menyebabkan kematian
istri, anak, ibu mertua dari Jawa. Hanya Dinda Bulan (cucu)nya yang
selamat yang berfungsi sebagai unsur penolong (the helper) bagi subjek
untuk mengisi kekosongan jiwa ditinggal mati oleh istri dan anaknya.
Makatenga membesarkan cucunya hingga dewasa dan hingga maut
menjemputnya. Kisah perjalanan hidup sang pengembara dari Bugis
yang disebut sebagai Bapa Toa oleh cucunya itu membuka tabir sejarah
masa silam silsilah keluarganya di mata Dinda Bulan yang secara de Jure
dibesarkan dalam pola asuh masyarakat Melayu Malaysia sekalipun
sejatinya ia mewarisi darah Bugis dan Jawa (Indonesia) dari pihak kakek
dan neneknya. Penemuan buku harian Bapa Toanya menjadi unsur
penggerak alur dalam puisi esai ini sebagaimana telah disebutkan di
atas. Di sinilah kepiawaian Dhenok meramu cerita dalam puisi esainya
dalam teknik yang penuh tikungan dan berliku.

Dalam puisi esai Fatin Hamama, tokoh Karim dan Noera dari
Minangkabau merantau ke Sabah sebagai guru setelah membekali
diri sebagai calon pengajar di sekolah agama di Padang-Panjang.
Subjek bergerak mencapai objek dalam karya Fatin direpresentasikan
oleh keinginan untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik dalam
bidang pendidikan. Subjek bergerak mencapai objek dari kampung
halaman ke Padang Panjang lalu dari Padang Panjang bergerak lagi ke
Kuwait (Noera belajar hingga ke Universitas Kuwait) dan kembali lagi
ke Padang Panjang. Karim merantau ke beberapa negeri di Malaysia
hingga ke Sabah dan kembali ke Padang Pajang lalu berjodoh dengan
Noera. Unsur penghambat bagi kedua subjek (Karim dan Noera) dalam
mencapai objek (berupa hasrat untuk mendapatkan pendidikan yang
tinggi bagi Noera dan hasrat memperoleh pekerjaan yang layak bagi
Karim) dihambat oleh beberapa faktor. Unsur penghambat pertama
bagi subjek (Noera dan Karim) adalah kemiskinan. Subjek memiliki
unsur penolong dalam mencapai objek (impian) sebagai pelajar dan
pekerja. Unsur penolong bagi subjek (Noera) untuk mencapai objek
(pendidikan yang lebih tinggi ke Kuwait) adalah bantuan beasiswa.
Unsur penolong subjek (Karim) ketika mencari pekerjaan di Malaysia
adalah lowongan pekerjaan sebagai pengajar (guru) di Sabah. Hingga
akhirnya ia menyunting Noera dan membawanya merantau ke Sabah
sebagai teman pendamping dalam hidup dan karir.

Kemilau Satu Langit


7

Kisah cinta dua anak manusia bernama Karim dan Noera yang berakhir
bahagia sebagai Cik Gu di Sabah, Malaysia ini disampaikan dalam
jumlah puluhan bait puisi esai. Karya ini teramat panjang hingga penyair
sangat leluasa menceritakan berbagai hal dalam karyanya seperti,
sekolah pendidikan agama Diniyah Putri dan Kulliatul Mubaligien
Muhammadiyah di Padang Panjang. Lembaga pendidikan yang
mencetak dua Cik Gu bernama Noera dan Karim yang akhirnya menjadi
pasangan guru dari Indonesia yang merantau ke Malaysia dan Sabah,
tepatnya di tahun 60-an.

Membaca karya Fatin kita serasa dibawa berlanglang buana ke berbagai


tempat dan negeri baik di Malaysia khususnya di Minangkabau dan negeri
di Malaysia seperti Perak, Kuala Lumpur, Sabah, hingga Kuwait. Tradisi
setiap Jumat ketika barisan siswi Dinniyah Padang Panjang diizinkan ke
luar asrama untuk berbelanja ke pasar dan dikawal oleh beberapa orang
guru pada tahun 70-80-an adalah pemandangan yang dapat dilihat
setiap minggu di kota Serambi Mekah tersebut. Penggambaran latar
tempat yang rinci mengenai negeri jiran juga disampaikan oleh penyair.
Sabah, Malaysia, merupakan tempat terakhir yang dipilih oleh Karim di
negeri jiran untuk mendedikasikan dirinya bersama Noera sebagai Cik
Gu di sana sampai akhir hayat mereka.

Dalam puisi esai Fanny J. Poyk yang berjudul “Nestapa Jemira Adelina
Sau (TKI Yang Tewas Di Penang Malaysia)” merepresentasikan kisah pilu
para TKI (tenaga kerja wanita Indonesia khususnya dari NTT) di negeri
jiran Malaysia yang sempat marak pada beberapa kasus dan periode.
Latar belakang wartawan Fanny Poyk mewarnai gaya penulisan puisi
esainya yang memperlihatkan gaya bahasa jurnalistik. Kemiskinan
di kampung halaman di Timor Tengah Selatan, NTT, menjadi unsur
penggerak alur cerita yang menyebabkan tokoh Adelina meninggalkan
kampung halamannya menuju Penang, Malaysia. Namun, alih-alih
mendapatkan kemakmuran (objek) malah kematian yang ditemuinya
akibat kekerasan dan pelayanan yang buruk dari majikannya di Malaysia
(sebagai unsur penghambat) bagi objek mencapai tujuannya di sana.
Adelina (sebagai subjek) menjadi korban perdagangan manusia (unsur
penghambat/the opponent) yang menjual perempuan muda dari NTT
ke Malasysia. Satu yang khas dalam puisi esai Fanny adalah masuknya

Prolog
8

gaya bahasa Indonesia Kupang yang digunakan oleh penulis untuk


merepresentasikan masyarakat Indonesia Timur.

Pada puisi esai Heri Mulyadi kita menemukan satu model relasi Melayu
Raya yang saling berkaitan sejak masa Kolonial. Namun, Kolonialisme
memecah belah ikatan kerajaan-kerajaan Melayu pada masa itu demi
kekuasaan. Sejarah kesultanan Bulungan di Bukit Padang dapat dibaca
pada catatan kaki yang menjelaskan susur galur kesultanan Bulungan
dan tragedi Bultiken (Bulungan, Tidung, dan Kenyah) pada tahun 1964.
Tragedi berdarah di Bultiken menjadi unsur penggerak alur dalam puisi
esai Heri Mulyadi yang diberinya judul “Malam Petaka”.

Pembantaian yang dilakukan oleh TNI di kesultanan Bulungan pada tahun


1964 menyebabkan kematian dan kehancuran kesultanan Bulungan.
Peristiwa pembantaian itu menyebabkan kesedihan dan traumatis
yang mendalam bagi tokoh Ibrahim sebagai salah satu warga Bulungan
yang selamat dalam peistiwa berdarah itu. Kesedihan dan traumatis
psikologis ini kemudian menjadi unsur penggerak alur dalam puisi esai
Heri Mulyadi. Tokoh Ibrahim sebagai representasi subjek dalam cerita
ini merantau atau hijrah ke Sabah, Malaysia dan hidup di sana hingga
hari tua. Trauma masa lalu adalah unsur penghambat (the opponent)
bagi Ibrahim untuk kembali ke kampung halamannya. Setelah peristiwa
berdarah di Bulungan, dia menolak untuk kembali. Subjek mendapatkan
bantuan (unsur penolong) untuk mencapai kebahagian (objek) setelah
pindah ke Sabah. Kedamaian dan kebahagian di negerinya sendiri
(Bulungan) sesungguhnya adalah objek yang ingin diraihnya tetapi
kenangan akan angkara murka dari penguasa (TNI) telah mengirimnya
(the sender) meninggalkan kampung halamannya selamanya. Di Sabah
Ibrahim menemukan ketenangan hidupnya seperti yang juga dialami
oleh Rasyid dalam puisi esai D. Kemalawati.

Bahasa puisi esai yang digunakan oleh Heri Mulyadi dalam karyanya ini
memperlihatkan kemampuan penguasaan bahasa Melayu-Indonesia
yang memiliki peringkat kemahiran seorang pewaris bahasa Melayu.
Satu contoh larik puisi esainya memiliki frasa dan rima yang otentik
seperti contoh larik berikut /maukah kau kuajak bertemu penganyam
waktu?/berbilang jejak/ lalu kita kembali jadi anak/. Pada larik yang Heri

Kemilau Satu Langit


9

juga menggunakan istilah Melayu yang tidak populer dalam bahasa


Indonesia seperti kata [berkapit] yang membuat diksinya menjadi
istimewa karena ada ekspolarasi dalam karyanya.

Pada puisi esai Isbedy yang berjudul “Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air
yang Satu” merepresentasikan kisah percintaan warga Malaysia dengan
TKW Indonesia. Sekalipun di balik kisah cinta itu masih terdapat saling
kecurigaan kedua bangsa yang pernah saling klaim kekayaan budaya
dan wilayah akan tetapi semuanya dapat diselesaikan dengan cinta.
Itulah pesan yang ingin disampaikan penyair. Namun, satu kelemahan
puisi esai ini adalah penggunaan diksinya yang longgar. Kata-kata
menjadi sangat denotatif alih-alih konotatif. Kemampuan stilistika dan
piranti puitik yang “menggelinjangkan” pembacanya tidak digunakan
oleh Isbedy sebagaimana yang terdapat dalam sajak-sajaknya yang lain
sebelum ini. Topik yang ditawarkan pun terkesan sangat umum dan
tidak menukik ke perenungan persoalan yang dalam.

Pada puisi esai karya penulis Malaysia pola atau model relasi antara
warga Indonesia dan warga Malaysia direpresentasikan melalui
peristiwa kedatangan orang Indonesia ke Malaysia pada periode
awal setelah kemerdekaan kedua negara. Hasyuda Abadi misalnya
menceritakan sejarah nenek moyang aku lirik dalam karya puisi esainya
yang berjudul “Darah Dulkaseh”. Puisi esai ini merepresentasikan napak
tilas kedatangan orang Jawa ke Sabah pada masa penjajahan Jepang
di Indonesia. Sebagai penulis dengan darah Jawa, Hasyuda Abadi
kemudian melakukan perjalanan ke Kalimantan untuk melakukan napak
tilas nenek moyangnya dari Jawa. Di sini terlihat sebuah anakronisme
dalam puisi esai Hasyuda Abadi yang menjadikan Kalimantan sebagai
tempat menemukan ke-Jawaannya. Keistimewaan puisi esai Hasyuda
Abadi adalah pemilihan diksi yang ketat dan larik serta rima yang indah.
Hal yang serupa sebagaimana yang dilakukan oleh Dhenok Kristianti
dalam puisi esainya “Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia”.

Kisah cinta antara lelaki Sabah dengan gadis Jawa yang merantau ke
Malaysia karya Jasni Matlani lebih terasa sebagai autobiografi penyair. Di
sini ada upaya dari lelaki Sabah untuk mengenal budaya asal sang gadis
pujaan yang berasal dari Jawa. Dengan demikian relasi antara Malaysia

Prolog
10

dengan Indonesia tidak terjadi satu arah seperti yang digambarkan


dalam beberapa puisi esai dari penulis Indonesia. Melainkan relasi
yang terbina adalah relasi dua arah dengan kedatangan tokoh lelaki
ke kampung halaman si gadis Jawa. Gaya bahasa yang digunakan
pun masih mempertahankan gaya bahasa konotatif alih-alih denotatif
seperti yang menjadi ciri dalam gaya bahasa puisi esai yang digagas
oleh Denny J.A. dan kemudian diikuti oleh beberapa penulis puisi esai
dalam antologi ini. Puisi esai Jasni dengan judul “Burung Yang Menangis”
tidak sekadar menyampaikan bahasa yang tersurat melainkan juga yang
tersirat. Pembaca hanya dapat menangkap makna yang sejati dari frasa
[burung yang menangis] setelah membaca secara utuh puisi esai Jasni
Matlani, yakni sebuah metafor yang orisinil ketika menggambarkan
manusia-manusia perantau dari Jawa atau TKI ke Malaysia. Metafor
burung yang menangis ini diambil dari kisah pewayangan yang digelar
di kampung kekasihnya.

Puisi Esai Juri Durabi dalam catatan penulis memiliki ciri-ciri struktur
puisi esai yang sesuai dengan kriteria yang disampaikan oleh Denny JA
sang penggagas genre ini. Bahasanya merupakan bahasa yang terang,
memuat peristiwa sosial-politik pada periode yang berkenaan dengan
hubungan Indonesia-Malaysia. Ada realitas (sejarah) yang diacu dan
kemudian dijelaskan sebagai catatan kaki. Topik yang diangkatpun
sangat kuat yakni peristiwa penyerbuan TNI ke Kalabakan, Tawau dalam
sudut pandang-sudut pandang seorang pejuang Kalaban yang bernama
Dewan Husin. Dewan Husin seorang mantan anggota SHG, pasukan
sukarela pembela kampung bentukan Inggris pada saat terjadinya
konfrontasi Indonesia-Malaysia dan ikut membantu Inggris membatasi
pergerakan Komunis di Tanah Malaya. Informasi-informasi yang dimuat
dalam catatan kaki karya Juri Durabi sangat sesuai kriteria puisi esai
yakni sebagai bahan pendukung batang tubuh puisi esai. Subjek dalam
karya Juri Durabi di atas adalah hasrat penaklukan yang dimiliki oleh
TNI untuk menyerbu Kalabakan. Subjek dikirim oleh ideologi yang
digaungkan oleh Sukarno untuk membentuk Negara Melayu Raya
termasuk sebagian Borneo yang dikuasai oleh Inggris pada masa itu.
Sebagai unsur pembantu Subjek mencapai objek adalah perlengkapan
senjata perang yang dimiliki oleh TNI untuk menghadapi SHG. Namun,
Subjek mendapatkan penghambat (opponent) yakni berupa kesadaran

Kemilau Satu Langit


11

dan nurani yang masih dijaga oleh Dewan Husin yang merasa bimbang
bertempur menghadapi TNI yang dilihatnya sebagai saudara sendiri.
Upaya Dewan Husin yang tetap menjaga nuraninya bersuara di tengah
kecamuk perang adalah intipati pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis dalam karyanya ini kepada pembaca sasaran.

Dalam puisi esai karya Mohd. Jasni Yakob yang berjudul “Ayah,
Mat Congo, dan Peristiwa Kalabakan” menceritakan latar peristiwa
konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1963-1965 hingga terjalinnya
kembali persahabatan kedua negara melalui meja perundingan maupun
melalui upaya warga sipil. Salah satu upaya perdamaian yang berhasil
dilakukan oleh kedua negara adalah melalui perundingan Malindo yang
diselenggarakan di Sumatra Utara tahun 1975.

Abdul Karim Gulam mengetengahkan satu kisah yang personal dalam


konteks hubungan manusia Indonesia dengan Malaysia dengan judul
“Sekuntum Bunga Yang telah Gugur”. Karya ini menggambarkanempati
dan simpati seorang penulis Sabah (Malaysia) kepada seorang penari
Dayak Pontianak berdarah Tionghoa (Indonesia), bernama Sarita.
Perasaan empati kepada sang gadis menjadi unsur penggerak alur
cerita dalam puisi esai ini. Subjek digerakan oleh pengirim (sender) untuk
mencapai objek (keinginan melihat negeri Indonesia) dan sekaligus
menemukan Sarita. Tetapi sayang keinginan untuk bertemu kembali
dengan Sarita tidak kesampaian (unsur penghambat/the opponent)
karena sang gadis impian sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan
di kotanya.

Dalam puisi esai karya Sitti Rahmah Ibrahim diceritakan kisah kedatangan
sepasang suami istri dari Bau-Bau, Sulawesi Tenggara yang diterima
dengan mesra oleh keluarga Melayu di Sabah. Alur cerita digerakan oleh
hasrat atau keinginan (sender) sepasang suami istri muda dari Bau-Bau
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik (objek yang ingin dicapai)
di Malaysia. Keinginan itu dapat terlaksana berkat kebaikan hati encik
Ibrahim, warga Sabah yang membawa pasangan muda itu ke rumahnya
dan bahkan mengangkat mereka sebagai anak angkat (pembantu /
helper). Namun, di tengah masa perantauan, pasangan muda Labuku
dan Wahaji ini harus berpisah dengan keluarga Encik Ibrahim. Labuku

Prolog
12

teringat pesan ayahnya bahwa sejauh-jauh merantau wajib kembali


ke kampung halaman di Bau-Bau. Pesan atau amanah ayahnya dapat
dilihat sebagai unsur penghambat (theopponent) bagi kemesraan yang
berlangsung antara keluarga muda dari Bau-Bau dengan keluarga Encik
Ibrahim dari Sabah. Syukurlah cerita dalam puisi esai karya Sitti Rahmah
berakhir bahagia seperti laiknya ending dalam cerita tradisional Melayu
yang cenderung berakhir bahagia. Subjek mendapatkan bantuan
dari tokoh Lahadi (adik Labuku) yang berperan sebagai narahubung
(the helper) antara Labuku dan anak-anak Encik Ibrahim yang sempat
terputus. Berkat bantuan adiknya, Labuku dapat berjumpa kembali
dengan keluarga Encik Ibrahim yang sempat ditinggalkannya di Sabah
dan menetap kembali di sana untuk menyambung tali silaturahim yang
pernah dibina pada masa lalu.

Penutup
Kedua belas puisi esai yang ditulis oleh masing-masing enam penulis
Indonesia dan Malaysia memiliki karakter cerita yang berbeda. Tetapi
ada satu benang merah yang mampu menjadi pengikat yakni tema
mengenai ingatan bersama sebagai bangsa serumpun. Model relasi
antara kedua negara serumpun juga tergambar dari puisi esai yang
ditulis ini yakni perpindahan manusia Indonesia ke Malaysia yang terjadi
dalam dua periode yakni periode tahun 60-an dan periode tahun 90-an
hingga saat ini. Dengan berbagai alasan dan cerita di belakang relasi
hubungan manusia di kedua negara, para penulis puisi esai ini dengan
sadar memilih menceritakan bahwa persaudaran itu memang ada antara
Indonesia dan Malaysia. Sekalipun ideologi, politik, dan geografis telah
memisahkan keduanya sebagaimana pihak kolonial pada masa lalu
memecah belah manusia Melayu demi kepentingan mereka. Namun,
seperti pepatah Melayu dalam puisi esai Jasni Moh. Yakub, “air dicincang
takkan pernah putus”. Begitulah ekpresi relasi antara manusia Indonesia
dengan manusia Malaysia dari dulu hingga kini sekalipun canang
digantikan telepon, mesin tik digantikan komputer, dan mesin cetak
digantikan digital, sama ada sejak dulu hingga kini tali darah manusia
serumpun takkan hilang.

Kemilau Satu Langit


13

Daftar Pustaka
Anderson, Bennedict.1983. Imagined Communties. London UK: Verso
Greimas, A.J.1966. SemantiqueStructurale. Paris: Du Sens.
Ishak, Solehah dalam Amin Sweeney et Al.2007. KeindonesiaandanKemelayuan
dalamSastra. Depok: Desantara.
P. Barnard, Timothy dan Henk Maier. 2004. ContestingMalayness.
Sunarti, Sastri. 2012. “Cerita Pak Udak dan Mak Udak Sebagai Persebaran
Budaya Melayu”. Makalah Seminar Indonesia Malaysia di
Universitas Indonesia,Depok November 2012

Prolog
Bag. I
Puisi Esai Indonesia
15

ABSTRAK

Harapan Rasyid sudah mulai sirna. Perjalanannya mencari anak istri


dari satu tenda ke tenda pengungsi lainnya sudah dilakukan berbulan-
bulan. Dia bahkan sudah berkali-kali datang ke stasiun TV yang
menyiarkan berita tsunami Aceh. Bahkan dia sudah menonton ratusan
video di stasiun pusat Metro TV, satu-satunya televisi berita yang terus
menerus menyiarkan berita tsunami. Jika ada wajah anak perempuan
berusia sekitar 7 tahun, dia akan meminta diputar ulang berkali-kali.
Tetapi tak jua ada wajah Inong si permata hati juga wajah istri tercinta
ditemui. Rasyid gamang. Dia tak tahu apakah harus terus mencari anak
dan istrinya atau kembali melanjutkan kuliahnya ke Malaysia. Sementara
saudara-saudaranya yang kehilangan keluarga akibat tsunami dan telah
lebih dulu menyeberang ke Malaysia sedang dibantu oleh kerajaan
untuk mendapat kesempatan menetap di sana dengan memberi kartu
tanda warga negara. Dengan konflik berkepanjangan dan bencana
tsunami yang membuatnya kehilangan anak istri, Rasyid dilemma.
Menetap di negeri sendiri mengusir trauma atau menjadi warga negara
Malaysia berkeluarga kembali di sana.

Inong Tak Lagi Menari


16

D Kemalawati
INONG TAK LAGI MENARI

/1/

Awan-awan bergegas melayang


Langit biru seluas mata memandang
Menyatu riak lautan
Pasir putih tempat perahu melandai
Setelah berhari-hari mencari ikan ke tengah lautan
Pohon-pohon berdaun jarang melukis bayang
Wajah-wajah girang anak nelayan menunggu ayahnya pulang

Terdengar teriakan Inong


Di tengah riuh hempasan gelombang
Buih putih dikumpulkan di tangan
rumah pasirnya remuk dibawa arus ke lautan
Inong bukan anak nelayan
Ayah Inong seorang dosen di perguruan tinggi negeri
Sedang mengambil S-tiga di luar negeri
Sengaja ia memilih negara jiran Malaysia
Yang jarak tempuh pesawat hanya lima puluh lima menit saja
Yang dalam berbahasa dan budaya tak jauh berbeda
Juga makanan khas Aceh yang mudah ditemui di sekitar Safuan Plaza1

Tanpa ayah mendampinginya


Inong bersama ibu dan teman-teman sebaya
Mengisi hari-hari bermain pasir dan berlari-lari di pantai
Jika hari Minggu tiba, mereka ke sana di pagi hari
Menyaksikan penyu beringsut pergi

1 Banyak pedagang Aceh yang berjualan di sekitar pasar Chow Kit terutama di Jalan Raja
Alang yang bersisian dengan Safuan Plaza. Ada banyak pilihan menu Aceh dijual di warung
nasi seperti kari kambing, mie Aceh dan lainnya. Suasana di sana mirip dengan pasar-pasar
yang ada di Aceh. Perbincangan menggunakan Bahasa Aceh sangat mudah kita temui di
sana

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


17

Kadang disore hari saat matahari merah jingga


Seperti mengapung sebelum sirna

Inong senang menari-nari di pasir basah


Beberapa gerakan tari seperti pointe, pirouette, plie2
Diulang-ulang seakan-akan belum sempurna geraknya
deru ombak menjadi musiknya
Menghempas buihnya ke dalam rima

Ibunya Inong berdiri di bawah pohon cemara


Senyum manis mengembang di bibirnya
Kaki Inong kuat dan indah dipandang mata
Tubuhnya lebih tinggi dari kawan-kawan sebaya
Ibunya berandai-andai di dalam hati
Jika Ayah Inong tak mengubah pilihannya
Tetap melanjutkan kuliah di Jakarta
Inong akan menjadi ballerina3
Karena selama ia belajar balet di sana
Inong menunjukkan bakat yang luar biasa
Ia berkhayal ingin tampil di pentas dunia
Seperti Anna Pavlova4 yang termasyur
Pada zamannya

Ibu Inong menginginkan anaknya belajar menari


Bukan hanya tari tradisi yang dia mampu mengajar sendiri
ia mau anaknya bukan sekadar menari
tetapi dengan menari anaknya juga melatih kesabaran
dan juga mengendalikan emosi5
2 Pointe adalah gerakan berdiri dengan ujung kaki yang menjadi ciri khas tarian balet,
pirouette merupakan gerakan seperti angsa menari, gerakan plie ialah gerakan kaki yang
ditekuk namun badan harus berdiri tegak.
3 Penari Ballet wanita disebut ballerina
4 Anna Pavlova (1881-1931) adalah legenda belet dunia yang berasal dari Rusia. Wanita
cantik yang sangat lihai dalam teknik balet ini menjadi role model bagi banyak penari balet
wanita di zamannya. Dengan pembawaan kalem dan tegas, Anna mampu menampilkan
tariannya dengan sempurna di banyak tempat di dunia. Dia adalah ballerina pertama yang
mengadakan tur keliling dunia(http://www.educenter.id/tari-balet-dan-menjadi-penari-
balet//
5 Gerakan tari ballet yang sangat lambat yang dilakukan dengan penuh perasaan membuat
penari ballet harus sabar dan pandai dalam mengendalikan emosinya yang akan terbawa
dalam lingkungan anak diluar tari ballet itu sendiri

Inong Tak Lagi Menari


18

Ayah dan ibu Inong dalam hal seni berbeda pandangan


Ayahnya menyukai seni tradisi sesuai syariat yang diyakini
Ibunya menyukai seni yang tertata rapi karena dia pelaku
Dan juga akademisi
Kepada Inong mereka menyembunyikan perseteruan ini
Meski kadang mereka lepas kendali
Tetapi Inong tak sampai mengetahui

/2/

Betapa tak mudah belajar balet di negeri sendiri


Tak ada sanggar tempat berlatih
Tak ada guru yang mahir melatih
Tak ada panggung untuk ballerina
Meski penontonnya dibatasi perempuan saja
untung sebelum kembali ke Aceh
ibunya sempat membeli beberapa vcd tutorial
untuk diikuti gerakan-gerakannya
Inong dilatih dengan penghayatan, mimic, dan keuletan
Di ruang keluarga mereka yang berjarak
Enam langkah kaki berlari saja

Keinginan Ibunya Inong tak mendapat restu suami


membuat anak terlatih menjaga keseimbangan tubuh
bertumpu pada ujung jemari kaki
meski tak dalam posisi berdiri
dalam tari tradisi gerakan itu juga banyak ditemui
begitu kata suaminya, ayah Inong memberi solusi
saat ibunya menjelaskan seni menegakkan kaki
juga tentang pembentukan karakter6 sejak dini

6 Beberapa manfaat Balet untuk pembentukan karakter pada anak dapat dijelaskan antara
lain karena Balet melatih kesabaran dan mengendalikan emosi anak, melatih anak
berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain, melatih kerjasama, melatih konsentrasi
kepada anak, meningkatkan daya ingat anak dan melatih kepercayaan diri pada anak.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


19

Ajarkan saja Rateb Meuseukat7


duduk merapat melafazkan syahadat dan shalawat
agar hidupnya lebih tenang dan nikmat
untuk apa gerakan sehat
kalau pakaiannya mengumbar aurat8

bukankah Inong masih kanak-kanak


meski memakai leotard atau unitard9 saat menari
dia bukan hentak memamerkan keindahan karunia Ilahi
sama dengan perenang yang mengejar medali
7 Rateb Meusekat berasal dari Bahasa Arab yaitu rateb asal kata ratib yang artinya ibadat dan
meusekat asal kata dari sakat yang berarti diam. Pada mulanya Rateb Meusekat dimainkan
setelah selesai mengaji pelajaran agama pada malam hari, dan juga menjadi media dakwah.
Gerakannya dilakukan dalam posisi duduk dengan kaki ditegakkan. Ada perbedaan cara
duduk pada tari Rateb Meusekat dengan tari Saman. Rateb Meusekat diciptakan gerak dan
gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Aceh Barat), sedangkan
ratebnya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan yang hidup
pada abad ke XIX. Isi kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada
Allah dan sanjungan kepada nabi. Tari Rateb Meusekat berbeda dengan tari Saman yang
sudah menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda sejak 24 November 2011 ditetapkan oleh
UNESCO. Tari Rateb Meusekat sering disalah artikan sebagai tari Saman Gayo. Padahal
antara kedua tarian ini terdapat perbedaan yang sangat jelas selain cara duduk dengan
menegakkan kaki yang disampaikan di atas. Perbedaan utama antara tari Saman dan
Rateb Meuseukat ada tiga yaitu: tari Saman menggunakan Bahasa Gayo sedangkan tari
Rateb Meusekat menggunakan Bahasa Aceh. Kedua, tari Saman dibawakan oleh laki-laki,
sedangkan tari Rateb Meusekat dibawakan oleh perempuan. Ketiga, tari Saman tidak
diiringi oleh alat musik sedangkan Rateb Meuseukat diiringi oleh alat music yaitu Rapa’i
dan geunderang.
8 Berdasarkan Qanun nomor 11 tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang
Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam pada pasal 13, ayat 1 : Setiap orang Islam wajib berbusana
Islami, ayat 2 : Pimpinan instansi pemerintah, lembaga pendidikan, badan usaha dana
tau institusi masyarakat wajib membudayakan busana Islami di lingkungannya. Aturan
berbusana yang islami ini lebih ditekankan kepada perempuan. Alasannya bahwa wanita
memiliki batasan-batasan aurat yang lebih dari pria. Seluruh wanita muslim di wilayah
Aceh wajib menggunakan tutup kepala (jilbab) apabila ia keluar dari tempat kediamannya.
Perbuatan pidana dan hukumnya menurut ketentuan Qanun No. 11 Tahun 2001 tentang
Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Ibadah, Aqidah dan Syiar Islam khusus untuk busana
islami termaktub pada no 5.23 pasal Perbuatan Pidana : Tidak berbusana Islami (Ps 13(1))
Ta’zir mulai dari yang paling ringan seperti teguran lisan, membuat pernyataan tertulis dan
diberi pembinaan (Sumber: Dinas Syariat Islam Aceh)
9 Leotard adalah jenis baju yang sering digunakan oleh para ballerina. Bentuknya yang mirip
seperti baju renang dimana bagian kakinya terbuka karena tari ballet merupakan tari yang
menonjolkan gerakan di bagian kaki. Leotard yang sering digunakan berlengan panjang,
namun ada juga yang pendek tergantung dengan kebutuhan masing-masing. Sedangkan
Unitard adalah jenis baju ballet yang memanjang di bagian bentuk kakinya. Baju balet jenis
ini bisa digunakan untuk anak laki-laki dan perempuan.

Inong Tak Lagi Menari


20

meski menggunakan kustum minim sekali


tapi para penonton tidak birahi
begitu kilah umpama dikatakan oleh ibunya Inong kepada suami

/3/

Ketika Inong dan ibunya mengantar ayahnya ke Malaysia


Mereka bertiga berjalan-jalan ke sebuah plaza
Sungei Wang10 nama tempatnya
Selain melihat-lihat apa saja yang dijual di sana
Mereka juga mencari Tiramisu chocolate with milk11
Yang sangat disukai anaknya
Tak sengaja Inong melihat point shoes12berwarna jingga
Yang sangat ingin dibeli di Jakarta
Inong merayu ayah dan ibunya
Setelah dibaca berapa ringgit harganya

Betapa bahagianya Inong saat mengenakan


Point shoes jingga sangat pantas di kakinya
Tetapi sungaung ia tak menduga
Point shoes itu tak ikut bersamanya
Pulang ke negeri huru hara

10 Sungei Wang adalah tempat berbelanja pakaian Bangkok dan China termurah di Kuala
Lumpur, selain pakaian di sana banyak juga menjual sepatu, tas, luggage, dll. Mall yang
merupakan salah satu surge, bukan hanya harga yang relatif murah, juga menawarkan
kualitas yang baik. Mencari coklat untuk oleh-oleh adalah pilihan pelancong dari Indonesia
termasuk pelancong maupun warga Aceh yang datang menemui keluarganya yang
melanjutkan kuliah di Kuala Lumpur.
11 Coklat tiramisu adalah salah satu cemilan oleh-oleh produksi Beryl’s Chocolate Kingdom
Kuala Lumpur yang menjadi favorit anak-anak juga orang dewasa.
12 Sepatu khusus berujung keras yang digunakan penari balet terutama saat melatih gerakan
menjinjit

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


21

Negeri perang13 saudara yang begitu lama


Inong dan ibunya kembali berdua
Setelah mereka dikabari tetangga
Bahwa rumah mereka berkali-kali sudah diminta
Tempat sebagai gudang senjata14

/4/

ayah Inong tak merasa bersalah sama sekali


melihat point shoes anaknya di dalam lemari
alhamdulillah diulang-ulang puluhan kali
tanpa sepatu yang digunakan melatih kaki berdiri
Inong tak akan bisa menawarkan diri menari
Meski di panggung sekolah saat perpisahan nanti
Biar saja dia berlatih di ruang keluarga sendiri
Sehingga ia tak perlu menanggung dosa
Dan menyesali diri tak membina keluarga

Begitu harapannya di dalam hati


Sambil membungkus rapat-rapat sepatu tari
Menyimpannya ke tempat yang lebih tinggi

13 Aceh meski dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya memiliki
riwayat perang yang cukup lama. Adanya pemberontakan yang dikobarkan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) untuk memperoleh kemerdekaan dari Indonesia antara tahun 1976 hingga
tahun 2005. Amnesty Internasional mendokumentasikan penggunaan penangkapan
sewenang-wenang, penahanan di luar legalitas, eksekusi, perkosaan dan pembumi-
hangusan sebagai karakter operasi militer Indonesia terhadap GAM sejak 1990. Di antara
tindakan yang lebih mengerikan diamati oleh Amnesty Internasional adalah pembuangan
public mayat-mayat korban eksekusi (penembakan misterius) yang dilakukan sebagai
peringatan untuk orang Aceh untuk menahan diri dari bergabung atau mendukung GAM
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/pemberontakan_di_Aceh ). Kondisi Aceh sebelum adanya
MOU Helsinki (Agustus 2005) benar-benar sangat mencekam, kontak pisik antara TNI dan
GAM menimbulkan banyak korban di pihak sipil juga trauma berkepanjangan.
14 Saat perang di Aceh, rumah-rumah yang lama ditinggalkan akan menjadi tempat
persembunyian sementara orang-orang yang dicurigai sekaligus menyimpan senjata.
Bahkan bisa jadi digunakan untuk markas sementara para serdadu dari pihak pemerintah
selain pos yang disediakan secara resmi.

Inong Tak Lagi Menari


22

Tetapi ayahnya Inong tak bisa berlega hati


anaknya menelpon berkali-kali
Meminta sepatunya dikirim segera
Teman-teman sebaya yang dia cerita
Masih belum percaya bahwa Inong akan menjadi ballerina
Tanpa sepatu dan baju balet diperlihatkannya

Ayahnya berjanji akan membawa pulang sepatu itu nanti
Sambil meminta anaknya rajin belajar dan mengaji
Tetapi betapa hatinya begitu resah setelah melihat tayangan televisi
Gempa berkekuatan dahsyat diikuti tsunami melanda negeri
Dan dia tahu dimana posisi anak dan istrinya ketika bencana itu terjadi

/5/

Sekawanan burung terbang
membelakangi laut15 menuju timur
ke arah matahari yang baru timbul
warna sayapnya kelabu
seperti selapis awan melayang-layang
bergerak ringan menuju hilang

di atas pasir tergeletak patahan-patahan karang


di antaranya lubang ubur-ubur
mengubur seluruh buih ke dalam sarang
kulit-kulit kerang mengering membuka cangkang
belum satu pun dipilih ke dalam keranjang
Inong masih meliuk-liukkan badan
Kadang mengapung dengan kaki diayun-ayunkan
Angin laut begitu tenang
Orang-orang berenang dengan senang

15 Malam sebelum tsunami, penulis dan teman-teman seniman merasa heran melihat di
halaman gedung Taman Budaya Banda Aceh binatang ternak seperti lembu seakan sengaja
berkumpul di sana. Padahal Taman Budaya Banda Aceh berada di pusat kota.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


23

Tiba-tiba ibunya dan orang-orang di sana


merasa bumi bergonjang-gonjang
seakan mereka di dalam mobil yang melaju kencang
di badan jalan yang dipenuhi lubang-lubang
tak ada sabuk mengikat badan
mereka terhuyung-huyung tanpa pegangan

belum pernah bumi bergetar begitu lama16


disusul dengan suara ledakan17 entah di mana
seperti petir yang luar biasa kerasnya
berkali-kali melebihi kerasnya suara bom
yang sering didengar oleh mereka di malam buta
selama perang berkecamuk puluhan tahun lamanya18

belum hilang ketakutan mereka semua


tiba-tiba air laut surut menjauh
tegak seolah dinding langit
ikan-ikan seperti tumpah ke darat
menggelepar-gelepar di tempat yang kering seketika

orang-orang ada yang berlarian memungut ikan


sebagian lagi berlari menuju kenderaan
memacu secepatnya ke arah jalan
yang seketika menjadi seperti pusat keramaian
suara klakson mobil dan kenderaan roda dua

16 Gempa pertama sebelum terjadinya tsunami tercatat memiliki durasi terlama dalam
sejarah kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit)
17 Suara ledakan yang terdengar membahana setelah gempa terdengar begitu jelas oleh
penulis yang saat itu berada di rumah di kawasan Lambhuk, Ulee Kareng Banda Aceh.
Suara ledakan seperti bom itu hingga kini belum diketahui dengan pasti. Namun pakar
Tektonik Institut Teknologi Bandung, Iwan Meilano mengatakan, “Ada yang berpendapat,
itu akibat pelepasan gas hidrat.” Ada gas metana hidrat di dasar lautan. Ketika aktivitas
gempa yang memicu tsunami atau tsunami itu sendiri terjadi, gas metana hidrat itu seperti
terganggu, akibat goyangan, akibatnya gas itu terlepas dan terdengar suara ledakan.
(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/05/penjelasan-ilmiah-atas-suara-misterius-
di-bumi)
18 Sejarah mencatat konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah Republik
Indonesia menjadikan Aceh ladang pembantaian dengan kontak tembak antara GAM dan
TNI berlangsung hamper 30 tahun lamanya. Dan selama itu pula masyarakat Aceh terbiasa
mendengar bedil menyalak dan granat dan bom meledak.

Inong Tak Lagi Menari


24

terdengar riuh mengalahkan teriakan


Pawang Laot19 yang menyuruh menjauh dari lautan

Di antara mereka yang menjauhi laut


Di antara mereka yang memilih ikan-ikan
Ada Inong dan Ibunya yang gamang
Sementara ombak sudah setinggi gunung
Seperti lidah air menjilat angkasa
lalu menyerang daratan dengan ganasnya

/6/

Minggu pagi di pantai Ulee Lheue20


Setelah berminggu-minggu usai tsunami
Rasyid berdiri memandang laut tenang
Bayangan Inong menari-nari di pasir putih
Membuat matanya segera perih
Kenapa laut begitu garang ketika itu

19 Panglima Laut merupakan suatu institusi Adat yang mengatur tentang tata cara
penangkapan ikan di laut, bagi hasil dan tata cara penyelesaian sengketa jika terjadi
pelanggaran di laut. (www.panglimalaotaceh.org)
Ketika terjadi gempa dan laut surut, panglima laot wilayah Meuraksa berlari ke jalan
memaksa orang yang masih terpana melihat laut surut untuk segera menjauh. Hingga saat
tulisan ini ditulis, saksi mata yang melihat laut surut dan Panglima Laot yang berteriak-teriak
menyuruh warga menjauh masih hidup dan masih bisa diajak menceritakan kronologis saat
terjadi gempa dan tsunami. Mereka sekeluarga segera mengunci pintu rumahnya yang
hanya belasan meter dari bibir pantai Ulee Lheue sambil ikut-ikutan berteriak “lari…lari, air
laut naik.”
20 Pantai Ulee Lheue terletak di kecamatan Meuraksa Banda Aceh. Jarak pantai Ulee Lheue
dengan pusat kota Banda Aceh hanya sekitar 3 km. Pantai ini menjadi pilihan warga yang
gemar mandi laut atau sekedar menikmati suasana, mendengar deburan ombak. Saat
peristiwa tsunami 26 Desember 2004 menerjang Aceh, sebagaian besar warga yang
selamat menceritakan melihat air laut mundur jauh ke tengah dan ikan-ikan menggelepar
di atas pasir basah. Beberapa yang melihat fenomena aneh itu bergegas menjauh dari
pantai. Tetapi banyak yang bahkan berlarian memilih ikan yang menggelepar dan tak
menyadari air laut sedang bergulung-gulung beranjang-anjang kembali menerjang pantai.
Setelah air kembali surut dan tenang, semua bangunan hancur. Nun di bibir pantai terlihat
sebuah masjid berdiri kokoh. Masjid yang selamat itu bernama Baiturrahim yang kini
menjadi masjid yang paling banyak dikunjungi selain masjid Baiturrahman di pusat kota
Banda Aceh.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


25

Kenapa laut menerjang pantai memburu daratan


Kenapa, kenapa laut begitu kejam

Rumah kita sudah hancur, anakku


Desah Rasyid perih
Tak ada Inong di hadapannya
Mendengarkan keluhnya
Seperti rumah pasir yang pernah kita bertiga
Membangunnya bersama, lanjut Rasyid berkaca-kaca
Dulu kita bisa tertawa-tawa

Tak merasakan apa-apa


Ketika ombak datang menghancurkannya

Rumah pasir kita bangun lenyap tanpa bekas


Tidak dengan rumah sederhana yang ayah dan ibu
Berjuang membangunnya
Rumah kita masih ada bekasnya
Lantai kamarmu dan lantai ruang salat kita
bersama masih tersisa
mari kita lihat bersama-sama
mari tunjukkan di mana kamarmu
kita bangun kembali nantinya

masih terngiang suara ibumu mengajar mengaji


masih terbayang bagaimana ibumu memakaikan
mukena saat kita tarawih bersama
dapur tempat ibumu memasak setiap sahur
telah terkubur bersama seluruh perkakas
juga keranjang mainanmu ikut lenyap

anakku, ini sepatu tarimu


kenakan dan menarilah sesukamu
menarilah anakku semasih itu pantas untukmu
ayah akan belikan untukmu lemari baju
juga cermin besar untukmu berkaca

Inong Tak Lagi Menari


26

sungguh ayah begitu keras memerintah ibumu


untuk pulang terlebih dahulu
tidak membolehkannya sama-sama menimba ilmu
pergi sementara menjauh dari ledakan peluru

maafkan ayah yang selalu salah mengerti


apa yang diterangkan ibumu tentang seni
ayah begitu mementingkan diri sendiri
seolah hanya ayah yang lebih mengerti
tentang aturan melalui wahyu ilahi

Inong anakku, engkau tak pernah mengingkari janji


Semua permintaanku engkau turuti
Tak pernah membantah bila diajari
sembahyang dan mengaji selalu didahului
meski teman bermain sudah menanti
di beranda kecil rumah kita untuk belajar menari

Andai permintaanmu ayah turuti


Menikmati tahun baru bersama di Malaysia
Kalian berdua tak menjadi mangsa tsunami
Dan ayah masih bisa melihat kalian berdua menari

/7/

Setelah berbulan-bulan mencari


Hampir semua tempat penampungan
Dan tenda pengungsian dia datangi
Juga ke stasiun televisi di Jakarta
Yang menyimpan rekaman liputan tsunami
Hanya untuk mencari-cari wajah anak dan istri
Mencari lokasi-lokasi pengungsian yang
Masih belum dikunjungi

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


27

Rasa putus asa mulai terasa


Ayah Inong merasa begitu menderita
Dalam baringnya yang tak seberapa
dilihatnya istri dan anaknya sedang menari
mereka memakai gaun tari yang indah
Inong dengan leotard berhias mawar
ibunya dengan unitard dilengkapi jubah dan kerudung
gerak mereka begitu lincah
terlihat begitu indah
gaun putihnya melambai-lambai
seperti serbuk lili putih ditiup angin
begitu ringan membawa mereka bergandengan
di atas gelombang yang tiba-tiba bergulung-gulung hitam
gaun mereka terendam air garam
memberat menjadi puluhan nisan
menembus gelap palung dalam

Rasyid tersentak istighfar


di atas gunung tempat dia terdampar
dilihatnya garis pantai bertambah lebar
sampah basah berona darah
bau lumpur bercampur belerang tercium olehnya
di antaranya pucuk-pucuk cemara melemah patah
hitam dan basah
“Inong… Inong… Inong,” desahnya

/8/

Tak ada passport, tak ada handphone, jam tangan


Juga perhiasan mewah lainnya
Semua ditinggal di kontrakan
Di Chow Kit21 ia ditunggu rombongan
Salat subuh berjamaah mereka lakukan di Safuan

21 Pasar Chow Kit terletak di ujung Utara jalan Tunku Abdul Rahman Malaysia merupakan
daerah berkumpulnya warga Aceh yang tinggal menetap di Malaysia.

Inong Tak Lagi Menari


28

Setelah itu mendengar arahan


Bagaimana bersikap di dalam tahanan
Di arena Kantor Imigrasen yang mungkin akan mencekam

Ke dalam bus mereka dipandu anak-anak muda


Berbagai peraturan dibacakan lagi di sana
Apa yang boleh dan tak boleh harus dipatuhi
Agar ID Card nanti disetujui
Rasyid, ayah Inong, diam seribu kata
Cabang-cabang ragu berdaun layu tumbuh di pikirannya

Seorang anak perempuan kecil menggayut di lengan ayahnya


Mereka kelihatan begitu bahagia
“Kata petugas tadi di dalam sana, Inong boleh sekolah
Seperti budak-budak Malaysia.”
Ayahnya mengusap rambut keriting anaknya
“Bila kita sudah jadi warganya,” jawabnya

Rasyid menatap anak perempuan itu


Inong yang seusia anaknya
Inong yang bukan anaknya

Banda Aceh, April 2018

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


29

Biodata
D Kemalawati, lahir di Meulaboh, Aceh Barat, 2 April
1965. Sebagai penyair sudah menerbitkan buku
puisi tunggalnya yaitu: Surat Dari Negeri Tak Bertuan
(Lapena, 2006), Hujan Setelah Bara (Lapena&Bandar
Publishing), dan Bayang Ibu (Arti Bumi Intaran &
Lapena, 2016). Novelnya tentang kearifan lokal dan
tsunami berjudul Seulosoh (Lapena, 2007) serta
kumpulan tulisan pendidikan berjudul Pembelaan
Seorang Guru (Lapena 2008). Puisi esainya dimuat dalam buku Antologi
Puisi Esai berjudul Sungai Isak Perih Menyemak (PT Jurnal Sajak Indonesia,
2014).

Inong Tak Lagi Menari


30

ABSTRAK

Puisi esai ini mengisahkan jiwa petualang masyarakat Bugis, Sulawesi


Selatan, di lautan. Sejak zaman dahulu, masyarakat Bugis dikenal sebagai
pelaut andal. Mereka tak hanya mengarungi lautan di Indonesia, tetapi
juga berlayar hingga ke negeri-negeri jauh. Mereka umumnya berlayar
sambil berdagang.

Di masa modern, mereka tidak lagi berlayar dengan cara tradisional,


tapi jiwa merantau tetap terwarisi secara turun-temurun. Puisi esai ini
mengisahkan seorang suami dan ayah (Makatenga namanya) yang
merantau sebagai dosen di Malaysia, tinggal terpisah dari keluarganya.
Ia pulang ke Indonesia sebulan sekali.

Dengan merantau, ia semakin mengerti bahwa Indonesia dan Malaysia


tak terpisahkan, meskipun hubungan keduanya seringkali mengalami
ketegangan.
Ketika istri, anak, menantu, dan cucunya bermaksud mengunjungi
Malaysia, alangkah gembira hatinya. Ia menjemput di pelabuhan.
Ingin ia mengajak keluarganya menikmati daerah-daerah pariwisata di
Malaysia, juga memperkenalkan keluarganya dengan para sahabatnya,
orang Malaysia. Betapa ia ingin menunjukkan pada keluarganya, bahwa
Indonesia dan Malaysia benar-benar negara serumpun yang sudah
seharusnya saling dukung, saling kasih-mengasihi.

Sayang, kapal yang mereka tumpangi karam di Selat Malaka. Seluruh


anggotanya tewas, hanya cucunya – Dinda Bulan – yang secara ajaib
selamat. Ia pun bersumpah untuk mengasuh cucunya hingga dewasa.
Janjinya itu ia lakukan. Ia merawat cucunya dengan penuh kasih sayang,
sampai akhirnya, saat cucunya hampir menjadi sarjana, ia dipanggil
Tuhan.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


31

Puisi esai ini beralur flashback. Pada awal cerita dikisahkan Makatenga
meninggal dunia. Peristiwa-peristiwa sebelumnya diketahui Dinda
Bulan, sang cucu tercinta, dari catatan harian yang ditulis sang kakek,
Makatenga.

Dengan puisi esai ini, diharapkan kita kian menghargai arti perjuangan,
kesetiaan, persaudaraan, dan cinta kasih – baik antarmanusia maupun
hubungan antarnegara.

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


32

Dhenok Kristianti
PERAHU BERCADIK BERLAYAR KE MALAYSIA

TAMPARANG 1

Malam
Perahu bercadik menunggang gelombang
Berlayar di tengah laut, bersiasat dengan karang
Ia antar Bombang2, lelaki tangguh pelaut perkasa
Singgah di bandar-bandar dan dermaga
Dari perairan Bugis hingga tiba di Malaysia3

Perahu bercadik berlayar ke Malaysia


membawa Bombang dan berbagai bawaan
Bekal makanan, pakaian, dan barang dagangan4
Suatu hari dibawanya palawija,
kesempatan lain rempah-rempah,
bahkan pernah perhiasan dan batu-batuan
1 Tamparang (bhs. Bugis) = laut
2 Bombang adalah nama khas suku Bugis, artinya ombak laut. Anak yang diberi nama
Bombang, diharapkan akan menjadi seorang yang tangguh di lautan. https://pustakatips.
wordpress.com/2012/09/11/ide-nama-bayi-dari-suku-bugis-makassar/
3 Masyarakat Bugis sangat terkenal sebagai pelaut ulung. Secara turun-temurun, bermula
dari nenek moyangya, transformasi  budaya dalam dunia pelayaran tidak pernah berhenti
dilakukan. Dari generasi ke generasi aktivitas pelayaran semakin berkembang, bermula
dengan perahu yang terbuat  dari kayu tanpa mesin, benar-benar hanya mengandalkan
layar sebagai alat penggerak. Orang Bugis sejak zaman lampau telah berhasil melakukan
penjelajahan dengan perahu layar sampai ke luar negeri, yakni ke Kamboja, Malaysia,
Philipina, Australia, bahkan ke Afrika. Hal ini tentu menggambarkan karakter masyarakat
Bugis yang pemberani.
http://budaya.kampung-media.com/2014/11/08/pelaut-bugis-makasar-dan-nabi-
khidir-6236
4 Menurut seorang sosiolog, selain keahlian di bidang bahari, bangsa Bugis mempunyai
reputasi andal sebagai pedagang. Selama berabad-abad mereka menjadi pemain utama
dalam bisnis pengangkutan rempah-rempah, kayu cendana, mutiara, ambergris, damar,
sarang burung walet yang dapat dimakan, sagu, dan sirip ikan hiu yang dikeringkan untuk
diperdagangkan. Ketika Portugis datang pada awal 1500-an, bangsa Bugis telah dikenal
sebagai bajak laut yang menjual hasil rampasan mereka hingga ke Malaka. Sampai saat
ini mereka dikenal sebagai hebat, pemimpin yang baik, pedagang yang jujur, senang
berpetualang, dan prajurit perang yang baik.
http://ila-galigo.blogspot.co.id/2010/11/kerajaan-sriwijaya-dan-para-pelaut.html

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


33

Bombang leluhurku beberapa tingkat di atasku


Sebelumnya tak pernah kutahu,
hingga kutemukan buku harian bapa’toa5
pembuka tabir kehebatan nenek moyangku:
Pelaut Bugis yang tak gentar melawan cuaca
Pejuang sejati yang mewariskan darah samudra
Samudra luas di perairan Nusantara
Karenanya nadi-nadiku berdenyut penuh cinta
Padamu, bumi pertiwiku:
Indonesia raya!

TAMPARANG 2

Kakiku lekat di tanah basah di pusara ini


Jasad Bapa’toa Makatenga baru saja diturunkan
Para pelayat usai mengirim doa
Hatiku pedih berkubang air mata
Tanah ditimbun, bunga tiga warna ditabur
Aku bersimpuh mencium tanah
Bagai kucium telapak kaki bapa’toa
Hormat dan tanda cinta kuhaturkan padanya

Bapa’toa-ku seorang! Bapa’toa tersayang!


Langit boleh memanggil sukmamu pulang
Bumi boleh memeluk ragamu selamanya
Namun sejatinya, di hatiku bapa’toa berada

Pulang dari pusara kumasuki kamar bapa’toa


Begitu lengang, tapi aroma bapa’toa masih tertinggal
Cangkir kopi tergeletak, sunyi
Koran-koran berdebu, sunyi
Kaos kaki, sarung Bugis, sajadah, sunyi
Sunyi!
Hanya foto bapa’toa dalam pigura bagai berkata:
Ini aku. Mari kubebat pedihmu, cucuku!
5 bapa’toa = kakek (bhs. Bugis)

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


34

Maksud hati membersihkan kamar bapa’toa


Mengumpulkan memilah menyimpan membuang
Namun sebuah buku catatan mengerling tiba-tiba
Maka tanganku terulur menyambutnya

Aih, bapa’toa menulis catatan harian?


Bapa’toaku seorang! Bapa’toa tersayang!
Sungguh belum lengkap kukenal dirimu
Duhai, ‘remaja’ tahun 60-an menulis catatan harian!
Ini menakjubkan!

Kurebahkan diri di pembaringan bapa’toa


Catatan harian kubaca lembar demi lembar
Serasa bapa’toa sendiri berkisah kepadaku
Riwayat lelaki penuh liku mengungkit rasa haru

TAMPARANG 3

Aku, lelaki Bugis, Makatenga6 namaku


Diselempangkan orang tua sebagai areng rikale7
Bangga aku menyandang nama Makatenga
Bapa-amma8 ingin aku adil bijaksana
Maka di antara bangga terselip resah gelisah
Sanggupkah aku menjadi sesungguhnya Makatenga?
Aku lelaki biasa tak lebih dari lainnya
6 Makatenga mengandung arti adil, berada di tengah, tidak memihak. https://pustakatips.
wordpress.com/2012/09/11/ide-nama-bayi-dari-suku-bugis-makassar/
7 Cara memberikan nama bayi pada Suku Bugis berlangsung dalam tahap-tahapan. Pada saat
putra-putri lahir, pertama mereka diberi nama sebut-sebutan atau “areng dondo-dondo”,
yakni nama berdasarkan kondisi bayi waktu lahir. Menginjak usia 6 atau 7 tahun, mereka
diberi nama diri atau “areng rikale”, bisa dari nama Arab ataupun nama Makassar, biasanya
mempunyai arti bagus dan merupakan harapan orang tua terhadap putra-putri mereka.
Setelah dewasa, nama mereka pun diubah sesuai gelaran atau “areng pa’daengang”.
Khusus bagi bangsawan, kecuali gelar “areng pa’daengang”, mereka diberi juga “areng
pakkaranengang”, yakni nama berdasarkan nama daerah yang dikuasainya. Contohnya
Karaengta Ujung Tanah, Karaengta Patukangang, dsb.
https://pustakatips.wordpress.com/2012/09/11/ide-nama-bayi-dari-suku-bugis-
makassar/
8 bapa = ayah, amma = ibu (bhs. Bugis)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


35

Kala itu bapa berujar:


Nama yang kami berikan adalah doa, Makatenga
Semesta akan membantumu menjadi manusia adil
Adillah terhadap orang lain
Terhadap istri dan anak-anakmu kelak
Terhadap atasanmu dan bawahanmu
Adillah terhadap kawan dan musuhmu
Adillah terhadap dirimu sendiri!
Begitu nasihat keramat bapa,
sambil ia pegang bahuku

Kepalaku tertunduk, tetapi hati tengadah


Semangat membuncah hendak tunjukkan diri
Aku Makatenga!
Dilahirkan demi mewujudkan keadilan
Tanggal sudah areng dondo-dondo9-ku: Kalinci10
Dadaku membusung, menemukan identitas diri

Amma menimpali kata bapa:


Makatenga putraku, doa amma sepanjang jalan
Jangan lupakan ajaran leluhur, Siri’ na pace11
Meniti lautan lepas haruslah kaupandai
tapi menjalin handai taulan wajiblah kaugapai

9 Ibid
10 kalinci = kelinci
11 Siri’ napacceadalah dua suku kata yang merupakan filosofi dasar dalam kehidupan
keseharian masyarakat Bugis Makassar. Dua kata ini tidak bisa dipisahkan satu sama
lain, dan mempunyai keterkaitan yang sangat mendalam. “Siri’ napacce” dalam bahasa
Indonesia berarti “malu, harga diri”, atau “usaha yang kuat”. Dalam sastra Melayu
maknanya lebih mendekati kata “marwah” untuk kata “siri”, dan “pacce” lebih mendekati
kata “pantang lari dari tanggung jawab, sanggup memikul rasa pahit, dan berani mengambil
risiko”. Masyarakat Bugis Makassar sangat menjunjung tinggi filosofi siri’ napacce. Bahkan
bisa dikatakan, sebelum melakukan sesuatu, siri’ napacce adalah pertimbangan utama.
Siri’ napacce merupakan tolak ukur kebaikan dalam melakukan hubungan sosial maupun
ekonomi. Filosofii siri’ napacce telah mendarah daging, sehingga orang-orang Bugis
Makassar sangat menjunjung tinggi kehormatan dan rasa malu, orang-orang yang tangguh,
dan berani mengambil risiko (bertanggung jawab). Oleh : Muhammad Adha Agary. https://
pemudaukss.wordpress.com/2015/11/11/siri-na-pacce-budaya-malu-dan-bertanggung-
jawab-dalam-masyarakat-bugis-makassar/
https://rayesablog.wordpress.com/2013/03/28/sekali-layar-terkembang-pantang-biduk-
surut-ke-pantai/

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


36

Tanjung-semenanjung bolehlah kapalmu menjejak


tapi pada empunya tanah dipijak, wajiblah kauhormat
Bolehlah seluruh pesisir jadi pusat-pusat kelana
Bahkan dunia bolehlah di bawah duli kakimu
Namun semua tak berarti
jika tiada pernah kaumenangkan satu hati
Belahan jiwa hidup kelanamu:
perempuan peniti buih!

Carilah itu, Nak!


Dengannya angin sakal di setiap waktumu
akan terasa bagai semilir sepoi basa
Kapal tiada oleng, nakhoda tiada patah kemudi
Berlayarlah ke mana kausuka
Tapi ingat,
hanya satu pelabuhan akhir tempat kapalmu berlabuh

Aku bersimpuh di kaki amma


memohon restu dan segenap doa

Hampir tumpah air mata,


saat bapa kembali merangkai kata:
Makatenga, air laut telah memandikanmu
Gelombang pasang menguatkan otot-ototmu
Sematkan keberanian di dadamu, hai putra samudra!
Tak sia-sia kau menjadi anak semata wayangku
Kelak warisilah keunggulan Bugis:
Pedagang, pelaut yang tak pernah kecut
Berulang kali kuceritakan padamu
Nenek-moyang kita hebat tak terkira:
Bombang, penakluk lautan!
Ia telah mewariskan pada anak keturunannya,
jiwa pelaut tiada dua:
Kualleangi Tallanga Natowalia12
12 Arti semboyan Kualleangi Tallanga Natowalia secara harafiah adalah “Lebih kupilih
tenggelam (di lautan) daripada harus kembali lagi (ke pantai)”. Dari pengertian tersebut
tercipta semboyan masyarakat Bugis yang sangat terkenal, yaitu “Sekali layar terkembang
pantang biduk surut ke pantai.” Semboyan mengajarkan masyarakat Bugis tentang
keberanian dalam menjalankan sebuah prinsip dengan penuh kearifan dan perhitungan
yang matang.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


37

Maka warisan itu kuteruskan jua kepadamu


Jadilah putra samudra nan gagah perkasa!
Andaipun kelak daratanmu bukan lautan,
jangan lupakan inti sarinya, pantang menyerah!

Begitulah kuterima nasihat bapa-amma


Kujunjung dengan setia di atas kepala
Kupeluk dengan cinta, kurekatkan dalam jiwa
Aku, Makatenga, putra samudra
Ya, akulah dia!

TAMPARANG 4

Yogyakarta, tempat rantauku yang pertama


Selepas SMA, di sana bapa-amma mengirim aku
Mencari ilmu, menggembleng diri
Jauh dari orang tua, agar kelak aku mandiri
Maka sebagai pemuda Bugis, kutekan rasa ngeri
Pada akhirnya manusia memang harus sendiri
Benar-benar sendiri dan harus berani!

Kupilih Fakultas Ekonomi seperti anjuran orang tua


Aku belajar di Universitas Islam Indonesia
Perguruan tinggi yang cukup punya nama
di kawasan Yogyakarta

Di tahun kedua kuliah, seorang gadis memikat hati


Gadis Jawa lemah lembut bertutur kata
Dyah Marini ia, adik kelas di Fakultas Ekonomi
Senyumnya indah mencerahkan cuaca
Hatiku jatuh padanya dan ia tangkap dengan cinta

Aku lelaki Bugis, jatuh cinta pada gadis Jawa


Bagi keluargaku, ini kesalahan tak terkira
Mengapa tidak kaupilih gadis Bugis?

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


38

Pernikahan beda budaya rawan silang sengketa


Bisakah air menyatu dalam belanga minyak kelapa?
Begitu surat amma menjawab suratku diplomatis

Maka hari-hari kulalui dengan langkah ragu


Ingin kubahagiakan bapa-amma-ku
maka kucoba menafikan cinta, kubelenggu rindu
Namun air mata Dyah Marini, membuatku pilu
Meninggalkannya, aku tak tega hati
Aku tak mampu membujuk diri

Hari wisuda tiba setelah empat tahun di Yogya


Bapa-amma datang membawa bangga dan bahagia
Ingin kupertemukan Dyah Marini pada keduanya
Kuharap kehalusan pekerti kekasihku,
meluruhkan karang di hati orang tua

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih


Kubawa Dyah Marini berkenalan dengan mereka
Amma mematung tanpa kata
Tubuhnya kejang, mengeras tiba-tiba
Bergegas kami bawa ke rumah sakit Bethesda
Serangan jantung merenggut nyawa amma

Hari terburuk dalam hidup


Setiap telunjuk seperti ditudingkan kepadaku
Aku pembunuh amma tercintaku!
Ya, Allah,
bukankah hidup dan mati wewenang Paduka?
Siapa aku hingga mampu mengambil nyawa?

Dalam dukaku kehilangan amma,


perasaan bersalah menekan dada
Jenazah amma dipulangkan hari itu juga
Dan bapa, sepatah kata pun tak berucap apa-apa
Matanya menghindar dari tatapanku

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


39

Bibirnya mengatup, hatinya menutup


Ke Bugis aku tak dibawa serta

Di rumah kos di Yogyakarta aku mengurung diri


Dalam lamunan kucari jejak amma di alam baka
Ammaku, bagimu putra durhaka aku ini
Tapi masihkah kausalahkan juga Dyah Marini?
Amma, Ammaku, jika cinta bagimu suci,
Mengapa kauhukum aku dalam rasa bersalah?

Doa tak henti kuunjukkan bersama titik air mata


Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun
Allahumma ajjirni fi musibati wakhluf li khoiron minha13

Ammaku, berat beban ini kutanggung


Lebih lagi seolah bersebab aku kaupergi
Katakan padaku, Amma, ini adalah takdir Ilahi
Kehendak Allah membawa Amma dalam keabadian
Ini adalah waktu yang ditentukan-Nya
bukan karena pilihanku jatuh pada Dyah Marini

Dan Amma,
mestikah kuhapus cintaku pada dara jelita?
atau di matamu, kami berdua bertimbun dosa?
Amma, cinta kami takdir illahi,
jangan pisahkan cuma karena aku Bugis dia Jawa
Izinkan aku menikahinya
Hendak kudidik ia menjadi seperti Amma:
Perempuan peniti ombak, sahabat lautan
Itulah caraku mengobati luka hati Amma
Lantas doa restu,
Amma berikan dari ketinggian surga

13 Ini adalah doa yang diucapkan untuk mengantar arwah menuju akherat. Artinya,
“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Ya Allah berilah kami pahala
atas musibah ini dan gantilah bagi kami yang lebih baik dari musibah ini.”

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


40

TAMPARANG 5

Di Yogyakarta pertama kali aku bekerja:


asisten dosen di almamaterku UII14
Sambil kuliah S2 kujalani pekerjaan ini
Kabar gembira pun kukirim pada bapa
Semoga duka lara tak lagi merundungnya
Semoga pekerjaanku membuatnya bahagia

Tapi, aduhai, bapa menyuruhku pulang


Ada gadis Bugis akan diperkenalkan
Baginya jodoh terbaik untuk putranya
ialah seadat sebudaya,
terbiasa dengan deru ombak di samudra
Lagi pula, menikahkan aku dengan gadis Bugis,
sama artinya menjalankan wasiat amma

Dyah Marini sedemikian nelangsa


Ia merasa tertolak merasa terhina
Jika kuikuti kata bapa,
hatinya bakal hancur berserak-serak
Aku bertekad membela mendampinginya

Makatenga namaku,
dilahirkan menjunjung keadilan
Tak tega aku meninggalkan Dyah Marini
Tak mungkin aku kembali ke Bugis,
sementara kekasihku pilu menangis

Maka, kutulis surat pada bapa:


Perahu telah kudorong,
layar sebentar lagi kukembangkan
Tak akan aku berpaling, Bapa
jika bukan labuhan yang kutuju15
Dan labuhan hati itu, telah kubertemu
14 UII singkatan Universitas Islam Indonesia yang berada di Yogyakarta.
15 Merupakan salah satu semboyan masyarakat Bugis dan Makassar yang menunjukkan tekad
keras mereka dalam meraih tujuan hidup yang telah ditetapkan.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


41

Di sini ia, pada diri Dyah Marini


Bapa, restui kami melangkahkan kaki

Maka, kuyakinkan Dyah Marini


Bagai matahari, aku tak hendak ingkar janji
Penerimaan keluarganya memperkuat tekad kami
Insya Allah, niat kami mencari rida illahi

Aku tak pulang ke Bugis


Sekali lagi bapa kubuat kecewa
Hanya satu janjiku di dalam hati
Sebisaku akan kubuat bapa bahagia,
semoga Dyah Marini menjadi menantu setia

Selepas setahun kepergian ibu ke alam baka,


kubimbing Dyah Marini ke pelaminan
Pernikahan sederhana
dengan wali nikah seorang paman
Bapa di Bugis kuberitahu,
namun ia tak datang jua

Hari berlarian, bulan tanggal, tahun berganti


Bahagia kami menjadi sejoli, satu jiwa satu hati
Sejoli yang menggosok-gosokkan panas api,
lantas rekahlah si Matahari
Ya, Matahari putri jelita kami
Lahir di bulan Mei saat surya membakar bumi

Matahari mendatangkan kehangatan berlipat


Bapa membuka lebar pintu maaf
Gopah-gopoh ia datang ke Yogya
Cinta membanjir
Tanpa kata, tapi tak kehilangan bahasa
Cinta yang membasahkan pertemuan kami,
menghanyutkan lumpur dan kerak kebuntuan

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


42

Sambil bersenandung ditimangnya Matahari


Wajah bapa penuh bahagia
Tuntas pula satu bakti kewajibanku sebagai lelaki
Cucu nan cantik kupersembahkan pada orang tua

Bapa meminta kami segera pulang ke Bugis


Matahari perlu mengenal tanah leluhur
Ia harus dibasuh buih, mencicip rasa garam
Kelak ia tumbuh menghiasi negeri pusaka

Setelahnya, kau putraku lelaki Bugis, kata bapa:


Pergilah jauh ke negeri seberang
Panas hujan di negeri orang,
lebih garang memanggang,
lebih dingin menggigilkan
Dengan mengunyah segala cuaca di luar sana
jiwa tubuh dan pikirmu mantap sebagai kesatria!

Begitulah kami kembali utuh sebagai keluarga


Pada bapa kukatakan, kelak kami pulang
Saat ini, sebagai putra Bugis, waktuku berkelana
Di negeri orang menjalankan nasihat bapa-amma
Pantang pulang sebelum petang
Pantang kembali sebelum pundi berisi

Bapa tertawa antara masgul dan bangga


Langkahmu kurang lebar, Nak, katanya
Merantau ke Yogya bagai bermain di rumah tetangga
Rasa aman nyaman pastilah ada
Putraku harus pergi lebih jauh
Meninggalkan kenyamanan semu
yang membuat diri jadi benalu
Belajarlah hidup dari gelombang kehidupan
Ingatlah yang kita muliakan, Bombang nenek moyang
Dengan perahu bercadik berlayar di perairan Malaka
Berbulan ia berniaga di negeri-negeri orang
Setelah makan asam garam baru ia pulang

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


43

Kata-kata bapa menyalakan api di dada


Harus lebar langkahku, harus keras bertekad
Maka saat Malaysia membuka kesempatan kerja,
aku melamar untuk menjadi dosen di sana
Dan Dyah Marini mendukung sepenuh jiwa

TAMPARANG 6

Tahun 1970
Pertama kali kucetak jejak di tanah Malaysia
Mencoba peruntungan di Kuala Lumpur
sebagai dosen di University of Malaya16
Istri dan anakku tetap tinggal di Yogyakarta
Tak mungkin kubawa mereka serta,
sebab istriku harus pula merawat bunda matua17
Beliau terkena stroke, perlu dibantu untuk apa saja
Aku Makatenga, selalu berusaha adil
Tak kularang istri melakukan kewajiban,
apalagi terhadap ibundanya:
Sosok anggun yang menyimpan surga
di telapak kakinya yang berlumur cinta
Sebagai rasa hormat seorang mintu18 pada matua,
Kuputuskan secara berkala pulang ke Yogya
ialah saat Idul Fitri dan liburan semester,
juga hari libur lain yang memungkinkan

Semua berjalan lancar di tahun-tahun awal


Sebagai tenaga asing, aku dibayar mahal
16 University of Malaya, atau UM, universitas tertua di Malaysia, terletak di kampus seluas
922 are (373.12 hektar) di barat daya Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia. Pertumbuhan
Universitas sangat cepat selama dekade pertama pendiriannya dan ini menghasilkan
pembentukan dua Divisi otonom pada 15 Januari 1959, yang terletak di Singapura dan
yang lainnya di Kuala Lumpur. Pada tahun 1960, pemerintah dari dua wilayah menunjukkan
keinginan mereka untuk mengubah status Divisi menjadi universitas nasional. Legislasi
disahkan pada 1961 dan Universitas Malaya didirikan pada 1 Januari 1962. https://www.
um.edu.my/about-um/our-history
17 matua (bhs. Bugis) = mertua
18 mintu (bhs. Bugis) = menantu

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


44

Kuhidupi keluarga Yogya dan bapaku di Bugis


Bapa telah tua, tubuhnya kian renta
Aku di Malaysia, bangga hidupku punya makna

Tinggal di rantau menjadikan aku sosok berbeda


Sebelumnya tak kukenal masyarakat Malaysia
Sebelumnya aku asing terhadap mereka
Yang kutahu Malaysia bekas jajahan Inggris
Inggris yang oleh Soekarno hendak dilinggis
Malaysia yang oleh Soekarno hendak disetrika

Kini setelah bergaul akrab dengan mereka,


bagai bertemu saudara sendiri yang lama tak bersua
Kami sebangsa serumpun Melayu
Sifat watak kami serupa19
Kamilah suku bangsa yang ramah bertata-krama
Sopan dalam bicara, beradab dan berbudaya
Kami menjunjung tinggi agama,
rela bertaruh nyawa demi yang kami percaya
Kami rumpun bangsa yang suka belajar,
berani berkreasi dan mencipta keindahan
Tanpa kami, bumi kehilangan cantiknya

Tahun demi tahun berlari cepat


Keindahan dan kemelut hidup silih berganti
Takdir tak bisa dilawan,
roda nasib terus menggelinding
Tak seorang pun mampu mengendalikan lajunya

Putriku, Matahari, menikah di tahun ‘90, usia 23


Ia melahirkan seorang bayi perempuan tahun ‘92
Cucu yang hanya sesekali kutimang
Ia diberi nama Dinda Bulan
Tubuhnya gemuk, wajahnya bulat bagai purnama
19 Sifat watak orang-orang Melayu menurut Frank Swettenham antara lain suka bergaul,
sopan-santun, taat pada agama, pekerja keras, tetapi banyak juga pemalas, menjunjung
tinggi budaya, berani mati untuk membela kebenaran yang diyakini, dsb.
https://sokmo.net/2015/04/29/baik-buruk-orang-melayu-dari-kaca-mata-frank-
swettenham/

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


45

Tahun ‘95 kami sekeluarga dihantam nestapa


Bapaku di Bugis, pergi ke labuhan abadi dalam usia renta
Kami sekeluarga pulang ke Bugis,
Anak menantu cucu dan cicit
Doa kulantunkan dalam diam:
Beristirahatlah, petarung andal
Telah kaucapai puncak-puncak gelombang
Semoga tak ada sesal kaubawa ‘pulang’
Doaku, semoga Bapa bertemu amma di sana
Katakan pada amma, Makatenga telah berkelana,
Menjadi lelaki Bugis seperti dambaan amma

Usai pemakaman bapa, kami kembali


Istri anak dan cucu ke Yogyakarta,
aku ke Malaysia setelah masa cutiku habis

Dan derita paling dahsyat, Idul Fitri ‘96


Keluargaku ingin merayakannya di Malaysia
Bapa matua, istriku, Matahari dan menantu,
serta si kecil Dinda Bulan, cucuku yang lucu

Istriku tak mau naik pesawat terbang


Sebagai istri orang Bugis,
ia ingin merasakan naik kapal penumpang
“Sekali-sekali,” katanya
Maka berangkatlah mereka dengan kapal laut
Aku berjanji menjemputnya di pelabuhan

Telah kurancang tamasya indah di Kota Putrajaya20


20 Kota Putrajaya merupakan pusat pemerintahan Malaysia. Jika traveler ke Putrajaya, jangan
heran jika kota ini memang memikat. Berjarak sekitar 35 kilometer dari Kuala Lumpur,
kawasan Putrajaya menjadi salah satu tujuan para pelancong. Pemerintah Malaysia ingin
menjadikan Putrajaya sebagai destinasi wisata di kawasan Asia Tenggara. Dibangunnya kota
ini pada 19 Oktober 1995 bertujuan memindahkan pusat administrasi pemerintahan yang
sebelumnya di Kuala Lumpur. Nama Putrajaya diambil dari nama perdana menteri Malaysia
pertama, Tungku Abdul Rahman Putra, dengan ditambah kata ‘jaya’ di belakangnya.
Artinya kejayaan Malaysia setelah ratusan tahun dijajah Inggris. https://travel.detik.com/
international-destination/d-3720413/putrajaya-pusat-pemerintahan-malaysia-yang-
memikat

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


46

agar mereka mengenal jiwa Malaysia


Indonesia-Malaysia, bukan cuma bertetangga
Malaysia-Indonesia, itulah bersaudara
Beberapa kali persaudaraan terancam karam
Ada masalah perbatasan, TKI, dan lainnya
Syukur selalu teratasi,
sebab Indonesia-Malaysia tak ubahnya kakak-adik
Pertengkaran tak memutus tali silaturahmi
Kasih sayang mengatasi segala kericuhan
Politik seringkali memecah belah,
tapi cinta kasih merekatkan yang rusak

Akan kukenalkan keluargaku pada para sahabat


Mereka orang-orang Malaysia yang ramah,
tidak beda dengan orang Indonesia
menerima kawan dengan sepenuh jiwa
Hubungan antar manusia memang harus dijaga
Kita sama-sama ciptaan yang Mahakuasa
Hamba yang diutus mengembara di dunia
Sesama adalah kawan perjalanan,
saling topang saling bantu
Tak peduli apa bangsamu,
apa agamamu
Kemanusiaan di atas segala
Tanpa kemanusiaan, kita bukan manusia!

Dua jam sebelum jadwal kapal berlabuh,


telah kutunggu mereka di dermaga
Rindu yang membuncah mendegupkan jantung
Dyah Marini, istriku satu-satunya
marilah kemari, merapatlah di Bandar Malaka
Ingin kucecap senyummu dan aroma rambutmu

Dyah Marini, ini kesempatan kita berbagi


Kita tunjukkan pada anak, menantu, dan cucu
Indonesia-Malaysia berbeda, tapi satu rumpun bangsa
Indonesia-Malaysia dipisahkan samudra

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


47

Biar berbeda, satu dalam debar dan gemuruh cinta


Indonesia-Malaysia tak semestinya saling mangsa

Adakah Indonesia-Malaysia, sama-sama di laut tenang?


tanya Dyah Marini suatu hari

Tidak, Dyah Marini,


arus dan gelombang kerap terlampau buas
Mengombang-ambingkan dua bangsa
Tapi kesadaran sebagai satu rumpun yang sama,
memampukan Indonesia-Malaysia mengatasinya
Dengan saling memaafkan di puncak ombak,
saling memahami di ceruk laut,
tak ada pedang sanggup membelah persaudaraan

Satu jam berlalu


Tiba-tiba dermaga riuh rendah
Para petugas panik berlarian
dan pengumuman dikumandangkan:
Kapal dari Indonesia karam di Selat Malaka!
Bagai disengat lebah, para penjemput melolong,
merangsek ke bagian informasi
Kapal apa namanya?
Berangkat dari mana?
Adakah yang selamat?
Berapa korban hilang?
Adakah yang ditemukan?

Lututku goyah
Aku, lelaki Bugis, kali ini tak malu menangis

TAMPARANG 7

Inilah akhirnya
Aku kehilangan Dyah Marini kekasihku, ibu putriku

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


48

Kehilangan putriku si Matahari dan suaminya


Kehilangan bapa matua yang tak banyak bicara
Sedihku tak terkira,
seperti nyawaku sendiri dicabut paksa

Tapi kecelakaan sering menyisakan keajaiban


Di antara segelintir penumpang selamat,
adalah Dinda Bulan ditemukan pingsan
Gadis kecil cucuku, alangkah kuat dirimu!

Dan keajaiban lain, ditemukan tas istriku


Semua kartu dan uang di dalamnya basah,
juga selembar kertas coretan tangannya
Ajaib, masih terbaca! Sebuah puisi untukku,
ditulisnya di atas kapal:

PULANG MENUJUMU21
Gelombang lepas gelombang membawaku menujumu
Kian dekat kapal ke dermaga, kian galau ini rasa
Begitu gentar di antara rindu yang menggeletar
Adakah kau di labuhan,
menjemput dengan kain basuh tersandang di bahu?
Aku datang, tak lagi membawa air mata, kekasih!
Deraiannya tercecer di sepanjang pelayaran,
teraduk bersama air laut
yang semakin asin oleh rinduku padamu

Bersua bersatu kita, itulah inti hari pelepasan
Tak sudi lagi kuingat langit gelap,
pun gelombang pasang,
atau cuaca buruk,
atau penumpang lain yang menjemukan
Tidak juga elang laut
yang mencuri bekal makan malamku,
atau batu-batu karang yang menghadang,
yang memaksa kapal putar haluan,

21 Puisi karya Dhenok Kristianti dalam buku Ini Kunci, Kata Namanya, dengan perubahan.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


49

mencari dan selalu mencari jalan pulang


menujumu!

Sekejap lagi aku bakal sampai, kekasih!


Akankah kau keringkan sisa-sisa air laut di tubuhku
dengan kain basuh beraroma kembang melati?
Lantas rengkuhanmu yang kuat
meremukkan tulang-tulang
Pasti aku lumer serupa adonan, menyatu di dalammu
Nanti di titik perpaduan yang muskil,
bantu aku menghentikan perputaran bumi
agar kunikmati percintaan terpanjang bersamamu,
dalam keabadian, tanpa disela jeda waktu!

Membaca puisinya hati jadi begini sakit


Betapa singkat waktu bersama!
Bahkan sebelum tuntas rindu,
layar hidupmu telah ditutup
Tapi Allah Mahabaik, Dyah Marini,
Ia selamatkan Dinda Bulan, cucu kita
Dia akan meneruskan keturunanmu-keturunanku
Aku bersumpah untukmu:
Akan kurawat Dinda Bulan sebisaku
Dalam suka duka, atas nama cinta kita!

Teriris hati setiap melihat Dinda Bulan


Ia belum lagi empat tahun
Tak ber-bapa tak lagi ber-amma
Sama denganku, kami berdua tak punya siapa
Maka kupersembahkan untuknya sisa usia

Kuasuh ia di sini, di Malaysia, tempat aku bekerja


Hendak kutanamkan jiwa kesatria leluhurnya:
Suku bangsa Melayu penguasa samudra!
Kuajarkan padanya bagaimana mencinta:
Tak perlu alergi pada perbedaan22

22 Enam baris puisi tersebut merupakan nukilan dari puisi Dhenok Kristianti berjudul “Di
Serambi” dalam buku Ini Kunci, Kata Namanya, Ernawati Literary Foundation, 2013

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


50

Tiap suku ada istimewanya


Tiap keyakinan ada keindahannya
Tiap manusia, hanya Dia pencipta-Nya!
Kausakiti seterumu, sakit pula hati-Nya
Kauremukkan kepala lawanmu,
bersiaplah menghadapi-Nya!

Cucuku Dinda Bulan tumbuh sehat dan lincah


Ia cantik bercahaya seperti ibunya, si Matahari
Ia lembut besahaja seperti istriku, Dyah Marini
Kami berdua saling menyayang
Kakek dan cucu, beda generasi dalam kesatuan
Menjalani hidup dari tahun ke tahun
dari kurun ke kurun!
Kuasuh cucuku, yatim piatu itu, hingga ia dewasa

TEMPARANG 7

Untuk cucuku, Dinda Bulan


Sejak kecil di sini kau bersamaku, bapa’toa-mu
Kini kau telah dewasa, sebentar lagi sarjana
Lihatlah ragaku mengering kini
Diabetes dan ginjal yang melemah,
menggerogoti dari waktu ke waktu
Bagai pohon yang kulitnya mengelupas,
rasanya tak lama lagi aku bakal tumbang

Jangan menangis, Dinda Bulan,


telah kuajarkan padamu kerasnya hidup
Suatu hari jika kau harus sendiri,
aku tahu kaukuat bagai pohon trembesi

Dinda Bulan,
hampir seluruh waktumu kautapaki kota ini:
Kuala Lumpur Malaysia

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


51

Tapi jangan lupa, darahmu Indonesia


Memang tiada jauh berbeda
sebab Malaysia-Indonesia sejatinya serumpun
Sungguh pun begitu, Dinda Bulan,
Indonesia tanah airmu, ibu pertiwimu
Jika suatu hari Indonesia memanggilmu,
menghamburlah ke pelukannya yang hangat
Sampaikan debar cinta yang selalu menggelora
Sebab sesunggu....

TEMPARANG 8

Aku terpana. Kalimat terakhir belum selesai


Ini artinya, bapa’toa menulis di masa sakitnya
Sebelum maut menjemput,
ia sempatkan menulis untukku

Hari senja
Aku masih berbaring di kamar bapa’toa
Usai kubaca catatan hariannya yang tak selesai
Tak terasa air mata titik, jatuh di buku bapa’toa
Tak kuingat seluruh peristiwa kecelakaan itu
Kecelakaan kapal yang merenggut ayah, ibu,
juga kakekku
Begitu samar dan jauh terasa
bagai mimpi yang sepenggal-sepenggal

Bapa’toa, terima kasih telah menyayangiku


Terima kasih telah berjuang untukku
Apakah aku akan kembali ke Indonesia,
tanah leluhur yang ditulis bapa’toa?

Sepertinya, untuk sementara di sini aku


Beberapa bulan lagi ujian skripsi
Untung bapa’toa menyisihkan uang deposito

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


52

Itu jatah biaya kuliahku


Untung bapa’toa punya banyak kawan baik,
mereka itulah juga saudaraku

Suatu hari setelah lulus jadi sarjana,


ingin aku kembali ke Indonesia
Seperti kata bapa’toa,
tak akan kuingkari Indonesia
Tapi sementara ini,
biarlah aku menjadi Indonesia dari sini
dari negeri serumpun ini
Dari Malaysia aku bertekad:
Tetap INDONESIA, berjiwa bineka!

Buku harian bapa’toa kututup


Samar-samar bagai kulihat
perahu bercadik berlayar di petang hari
Seorang lelaki berdiri di anjungan, begitu megah
Alun membawanya semakin jauh
Semakin jauh
Semakin jauh!

Tangerang, 2018

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


53

Biodata
Dhenok Kristianti, lahir di Yogyakarta,
berprofesi sebagai guru Bahasa dan Sastra
Indonesia. Ia mulai menulis puisi dan cerpen
sejak duduk di bangku SMA, juga aktif berteater
di bawah binaan Azwar A.N., Genthong
Hariono, dan Alm. Masroom Bara. Menulis
dan berekspresi dilakoninya untuk mencapai
keseimbangan jiwa.

Puisi-puisinya telah diterbitkan, baik dalam antologi bersama maupun


tunggal, antara lain Penyair Yogya 3 Generasi (1981), Menjaring Kaki
Langit (1983), Tugu (1986), Tonggak 4 (1987), Akulah Musi (2011),
Beranda Rumah Cinta (2011), Hati Perempuan (2011), Suluk Mataram
(2012), Antologi Kartini 2012 (2012), Sauk Seloko (2012), Perempuan
Langit 1 (2014), Gondomanan 15 (2016), dan lain-lain. Bersama Nana
Ernawati terbit kumpulan puisi 2 di Batas Cakrawala (2011) dan Berkata
Kaca (2012). Buku puisi tunggalnya Ini Kunci, Kata Namanya (2013) dan
Setelah Ingar-Bingar (2015).

Dalam penulisan cerpen, pernah mendapat penghargaan dari Majalah


Hai dan Majalah Zaman (tahun 1978 dan 1979); juara I lomba penulisan
cerpen Kopertis Wilayah V dan juara I penulisan cerpen Majalah Kartini
tahun 1987. Tahun 2003 terpilih sebagai salah satu pemenang dalam
Lomba Menulis Cerita Pendek (LMCP) Depdiknas. Salah satu cerpennya
dimuat dalam kumpulan cerpen Cerita Etnis 5 Negara Serumpun dan
beberapa cerpen lainnya dipublikasikan di Sinar Harapan, Bali Post,
Majalah Kartini, Hai, Minggu Pagi, dan Tabloid Nova.

Kecuali menulis, aktif di Lembaga Seni Sastra ‘Reboeng’ sebagai


pelaksana harian dan kadang-kadang bertindak sebagai editor. Di sela-
sela kesibukannya sebagai, beberapa kali pentas monolog di Denpasar,
Yogyakarta, dan Tangerang [ ]

Perahu Bercadik Berlayar ke Malaysia


54

ABSTRAK

Mimpi mencari penghidupan yang lebih baik, bukanlah mimpi


sederhana dari segelintir gadis yang hidup kekurangan di berbagai
pelosok daerah-daerah miskin di Indonesia. Bangkit dari kemiskinan
telah menjadi spirit yang muncul di benak mereka. Hingga suatu hari,
ketika janji ‘manis’ tiba, iming-iming ringgit atau dollar menusuk-nusuk
gendang telinga, maka mata mulai berbinar, dan mimpi itu bukan lagi
hanya sekedar angan, namun telah diyakini akan menjadi nyata. Lalu,
khayalan tentang kehidupan yang mapan terpampang di depan mata.
Hidup sejahtera bak sinetron dengan asesoris kemewahan semu, mulai
memenuhi benak, hingga akhirnya beragam pertimbangan tentang
efek yang akan muncul terabaikan. Mimpi yang berkaitan erat dengan
memperbaiki hidup yang lebih baik lagi, terjadi juga di Nusa Tenggara
Timur (NTT). Sebuah provinsi bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang beribukota Kupang.

Dari provinsi ini terkuak kisah tentang Adelina Sau, seorang TKI (Tenaga
Kerja Indonesia) yang kembali pulang ke kampungnya di Desa Aby,
Kecamatan Oenino, Timor Tengah Selatan dalam keadaan meninggal
dengan perut yang telah dijahit. Selain Adelina ada beberapa puluh TKI
NTT yang juga pulang dalam keadaan meninggal. Kisah Adelina menjadi
viral di dunia maya, internet hingga media massa maupun visual.
Berbagai kalangan termasuk pemerintah tersentak, maka dicarilah
solusi untuk para TKI agar kejadian itu tidak terulang kembali. Gemuruh
rasa menghinggapi seluruh keluarga. Ibu dan ayah Adelina menangis,
meratapi nasib anak gadis mereka yang tewas di negeri orang dalam
keadaan mengenaskan. Namun apa mau dikata, nasi telah menjadi
bubur dan yang pergi menghadap ilahi, tak akan pernah kembali.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


55

Fanny J. Poyk
NESTAPA ADELINA JEMIRA SAU
(TKI YANG TEWAS DI PENANG, MALAYSIA)

/1/

Raungan pedih terdengar dari rumah Yohana Banuaek


Desa Aby, kecamatan Oenino Kabupaten Timor Tengah Selatan gempar1
Kabar itu tak hanya mereka dapatkan dari berita di televisi
tapi juga dari koran
juga dari tutur bibir ke bibir
Desa Aby berduka
Kota Kupang muram durja
rakyat marah
empati berdatangan
semua luka tercurah bersama jerit ketidakadilan
satu lagi tenaga kerja wanita NTT tewas di rantau
ia kembali dengan mata terkatup
derita terpancar dari wajah pucatnya
Adelina Jemira Sau, gadis berusia 28 tahun pulang berupa mayat

1 Liputan6.com, Kupang - Setelah resmi dilaporkan oleh orangtua Adelina Sau (bukan
Adelina Lisao), TKI di Malaysia asal RT 08/RW 04 Desa Aby, Kecamatan Oenino, Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS), aparat Polres TTS langsung melakukan penyelidikan kasus itu.
Langkah awal adalah menyelidiki dugaan pemalsuan dokumen korban. Polisi mengaku
sudah mengantongi nama calo perekrut yang mengirim korban secara ilegal ke Malaysia.
“Namun, identitas pengirim masih dirahasiakan untuk kepentingan pengungkapan kasus
ini,” ujar Kapolres TTS, AKBP Totok Mulyanto, Rabu, 14 Februari 2018. Totok mengatakan,
setelah korban direkrut dan dikirim, orangtua korban mendapat uang Rp 500 ribu dari
calo perekrut calon TKI. Uang itu dititip perekrut melalui tetangga korban. Setelah korban
dibawa oleh perekrut, sejak saat itu pula komunikasi antara korban dengan keluarganya
putus hingga keluarga mendapatkan informasi bahwa korban sudah meninggal dunia di
Malaysia.

Nestapa Adelina Jemira Sau


56

Tak dapat disangkal


tanah Timor kering kerontang2
batu karang tak menyerap air, hujan menjadi mutiara
puluhan desa gagal panen
lapar mendera miskin menerpa
Adelina berkata, “Kitong bisa mati kelaparan kalau son ada makanan.”3
Yohana Banunaek menatap nanar
bertanya pada sang puteri, apa maksud ucapannya

Tanah Timor kian kerontang


padi tumbuh pada tempat yang disuka
tanah karang tak bersahabat
perut lapar tetap menahan perih
Adelina Jemira Sau menekan gigi
berkata pada pada diri, “lapar beking beta
pung usus sakit Mama, beta harus pi merantau”4

2 www.nttprov.go.id: Topografi Keadaan Tanah di NTT; Apabila dilihat dari topografinya, maka
wilayah NTT dapat dibagi atas 5 bagian besar, yaitu : Agak berombak dengan kemiringan
3-16%. Agak bergelombang dengan kemiringan 17-26%. Bergelombang dengan kemiringan
27-50 %. Berbukuti-bukit bergunung dengan kemiringan lebih besar dari 50 %. Dataran
banjir dengan kemiringan 0-30%. Keadaan topografi demikian mempunyai pengaruh pula
terhadap pola kehidupan penduduk, antara lain pola pemukiman di gunung-gunung,
sehingga terdapat variasi adat dan tipologi kehidupan yang sangat besar antara suatu
daerah dengan daerah lainnya. Mikroba Tanah Sediakan Unsur Hara untuk Tanaman Lahan
Kering di NTT, kekayaan mikroba jenis mikoriza dan bakteri pelarut fosfat yang berperan
dalam proses daur unsur hara dalam tanah, belum mampu menyediakan unsur hara bagi
tanaman lahan kering di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). “Keadaan kering di NTT
menyimpan berbagai rahasia yang dapat dimanfaatkan. Salah satu potensi tersebut adalah
kekayaan mikroba tanah yang berperan dalam proses daur unsur hara dalam tanah yang
mampu hidup dalam kondisi kering,” kata Prof. Dr. Samuel Pakan, di Kupang, Sabtu.
3 Kitong = Kita; Son = Tidak
4 Beking = Bikin; Pi = Pergi; Pung = Punya; Beta = Saya; https://baomongkupang.wordpress.
com ibarat adonan, campuran yang membentuk bahasa Kupang yang saat ini kita
kenal adalah bahasa Melayu, bahasa daerah di NTT, Ambon, Manado, bahasa Belanda,
Portugis, dan lain-lain. Beta kasih sedikit rujukan ... Menurut pengamatan beta, bahasa
Kupang itu termasuk bahasa yang terus mengalami perkembangan di Bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


57

/2/

Begitulah yang terjadi


Yohana bungkam seribu bahasa
menunggu hasil tes CPNS sang anak yang tak kunjung tiba5
seperti harap dari semua ibu di NTT
angan membumbung tenyata hanya mimpi semata
Adelina Sau berharap pada ada namun tiada
ketika tahu semua mimpi tak pernah nyata
asa yang ada punah sudah
buyar tertiup angin kemarau nan kering

Jalan termudah menjadi TKI6


sama semperti gadis lain di desa Aby
terbebas dari himpitan derita paceklik panjang
lalu memilih tanah rantau tempat bertarung raga
memintal peluh dari kerja keras
membayar luka dengan tunai
agar Bapa dan Mama tak lagi menahan perih lapar di perut

Sesaat senyum berkelebat


mengingat negeri tetangga
tempat kaki berpijak
juga harap mengawang
meski semua masih teka-teki
5 Enam Info Penting Pendaftaran CPNS 2018 - Mulai Waktu, Persyaratan, Kuota, Hingga
Bocoran Gaji. TRIBUN-TIMUR.COM - Profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ternyata
masih jadi primadona bagi sebagian orang. Kabar rencana rekrutmen CPNS oleh
pemerintah tahun ini banyak mencuri perhatian netizen. Terbukti kata kunci pencarian
tentang pendaftaran CPNS 2018 sempat menjadi tranding di Google beberapa waktu lalu.
6 Pengertian, Syarat dan Prosedur menjadi TKI oleh Tedjaya Slamet Santoso on Monday,
August 19, 2013 at 10:05pm; Pengertian, Syarat dan Prosedur menjadi TKI: Pengertian
TKI Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah : sebutan bagi warga negara Indonesia
yang bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan
menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja
kasar. Jenis Bidang Kerja Para TKI :
A. Pekerja Formal 1. Konstruksi (BP2TKI) 2. Kesehatan (BNP2TKI) 3. Dll 
B. Pekerja Non Formal  1. Pembantu Rumah Tangga; Syarat untuk menjadi TKI: A.Syarat
Formal TKI, formal yang dimaksud yaitu : Tenaga kerja yang akan bekerja pada sektor-sektor
formal di perusahaan-perusahaan di negara tujuan TKI, bukan bekerja untuk perorangan. B.
Syarat Umum TKI: Beberapa persyaratan umum untuk bekerja menjadi TKI di sektor formal
: - Usia antara 20 - 35 tahun- Berbadan sehat, tidak cacat- Pendidikan minimal SMA.

Nestapa Adelina Jemira Sau


58

meski semua bisa menjadi suka


bisa juga berubah lara
dan hidup bagai berjalan di lintasan waktu
bersama tanya dari jawab yang tak sama

/3/

Adelina Jemira Sau memohon pada sang mama


berkata perlahan tentang negeri tetangga
di Penang, Malaysia, kaki kan berpijak
mencari ringgit lembar demi lembar
mata penuh harap berbinar ceria
agar izin terucap dan kepak sayap terbang segera

Mama Yohana Bonunaek menatapnya iba


“Lu mau kerja di mana? Karnapa jauh sekali lu pi cari kerja?”7
Adelina menjawab pasti:
“Malaysia negeri nan permai, dari sana
hidup kita akan berubah, Mama”8
harap terpampang di mata
labirin gulita belum terkuak
jalan masih samar
Adelina pantang mencari kembali jalan pulang

7 “Mengapa kaumencari kerja jauh sekali” (Dialek dalam bahasa Kupang, NTT)
https://baomongkupang.wordpress.com
8 Malaysia adalah sebuah negara federal[6] yang terdiri dari tiga belas negeri (negara bagian)
dan tiga wilayah federal di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi.[7][8] Ibukotanya
adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan federal. Jumlah
penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa.[8] Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan
— Malaysia Barat dan Malaysia Timur — oleh Kepulauan Natuna, wilayah Indonesia di Laut
Tiongkok Selatan.[8] Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei,
dan Filipina.Negara ini terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropika.Kepala negara
Malaysia adalah seorang Raja atau seorang Sultan yang dipilih secara bergiliran setiap 5
tahun sekali, hanya negeri-negeri (negara bagian) yang diperintah oleh Raja/Sultan saja
yang diperbolehkan mengirimkan wakilnya untuk menjadi Raja Malaysia. Raja Malaysia
biasanya memakai gelar Sri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong. dan pemerintahannya
dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.Model pemerintahan Malaysia mirip dengan
sistem parlementerWestminster

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


59

/4/

Cerita bergulir tak selalu sama


Adelina berontak pada muramnya desa
pergerakan zaman tak bisa ditunda
meski pedih jalan berdebu tetap harus dipijak
perubahan nasib tak boleh berjalan di tempat
karena padi tak tumbuh di tempat yang tepat
lontar meliuk tak sederas cuaca
hasil nira hanya seteguk pelepas dahaga
“Beta mau memperbaiki kehidupan kita Mama,
kalau beta bisa kumpul doi yang banyak, beta
nanti mau buka warung internet
supaya kitong pung penghasilan tetap.”9

Pergi menyongsong penghidupan yang lebih baik


mengejar agar matahari tak tenggelam sia-sia
meniti langkah pada kilasan angan yang menderu
membuat Adelina lupa pada hal yang paling hakiki
bahwa di manapun penghidupan yang lebih cerah
bukan sekedar mimpi indah yang perlahan jadi nyata
ada misteri kelam yang muncul dari setiap tindakan
sebuah rahasia hitam penuh tanya
andai segala hal tidak dipertimbangkan dengan seksama

9 Beta = saya; doi = duit/uang; Kitong = Kita; Pung = Punya; Bahasa Melayu Kupang atau
Bahasa Kupang dituturkan penduduk di Kota Kupang, Kota Atambua, Kab. Kupang, Kab.
Timor Tengah Selatan, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu, Kab. Malaka dan Sekitarnya.
Sebagian besar kata-kata dalam bahasa Manado sama seperti kata-kata dalam bahasa
Indonesia. Karena bahasa Kupang hanya digunakan untuk komunikasi lisan, tidak ada
standar ortografi/tulisan yang pernah disahkan. Bahasa Kupang berhubungan dekat
dengan bahasa Indonesia. Perbedaannya yang paling mendasar adalah dengan adanya
kata-kata serapan dari bahasa Belanda dan Portugis, serta penggunaan “kita” sebagai kata
ganti orang pertama tunggal (yang dalam bahasa Indonesia digunakan untuk kata ganti
orang jamak tunggal)

Nestapa Adelina Jemira Sau


60

Maka mimpi memeluk dengan erat


menjadi TKI di negeri seberang tak sekadar dikenang10
Adelina Sau melayang terbang di angkasa
burung besi mengemas tubuhnya
mencari lakon di kehidupan nyata
apakah tanya nanti menunggu
entah…di Penang semuanya bermuara
Adelina Sau akan menimba asa

10 Kisah Ana, TKI Taiwan “Mimpi Menjadi TKI”; Indonesia adalah salah satu negara asal
terbesar bagi korban perdagangan orang, baik bersifat domestik maupun lintas-batas.
Mayoritas korban adalah perempuan yang diperdagangkan untuk tujuan dipekerjakan
sebagai buruh atau untuk eksploitasi seksual. Perdagangan orang menuju dalam negeri juga
semakin menjadi isu serius, dengan korban berasal dari negara-negara lain di Asia Tenggara
atau berasal dari Amerika Selatan untuk bekerja dalam industri seks atau periklananan.
Dalam satu dekade terakhir Indonesia telah menunjukkan komitmen yang sungguh-
sungguh pada tingkat nasional, regional dan internasional, untuk memberantas salah
satu ancaman serius atas keamanan manusia ini dan IOM Indonesia telah menjadi salah
satu aktor dan mitra kunci pemerintahan Indonesia dalam pemberantasan perdagangan
manusia; Jakarta - Satgas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Subdit III Direktorat
Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri menggerebek penyalur TKI ilegal di Condet, Jakarta
Timur. Pihak penyalur, PT Narafi Ilman Jaya, mendapat uang Rp 127 juta per orang yang
dikirim dari pihak pemesan. “Per orang Rp 127 juta. Uang dikirim dari Saudi (pemesan),”
kata Kasubdit III Dit Tipidum Bareskrim Kombes Ferdi Sambo saat dihubungi detikcom,
Selasa (11/7/2017).

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


61

/5/

Penang11
Negeri yang dituju membuncah di benak
menjajikan ribuan ringgit menyelinap di kocek
berbinar indah bersama harap di dada
berpendar di mata dengan sejuta mimpi akan perbaikan nasib
mencari majikan welas asih
mengerti akan hubungan atasan dengan bawahan

Tapi mimpi tak hanya sebatas mimpi


tanpa izin kerja
tanpa selembar surat kontrak
tanpa legalisasi kuat yang tertera
semua angan terempas ditanya tanpa makna
Adelina mengerang dalam diam
perilaku bar bar mulai dirasa
kerja…kerja…kerja…
bak budak belian ia jalani semuanya
tak kenal pagi siang ataupun malam
majikan telah lupa bahwa ia manusia
nurani sudah mati

11 Pulau Pinang atau Penang merupakan sebuah Negara Bagian Malaysia, yang terdiri
dari Pulau Pinang seluas 293 km², dan “Seberang Perai” yang terletak di pantai barat
Semenanjung Malaysia seluas 760km². Asal namanya dari pohon Pinang. Pulau ini diasaskan
oleh Francis Light pada tahun 1786. Pulau Pinang adalah antara negeri yang termaju dan
terkaya dalam Malaysia. Pulau Pinang adalah negara bagian Malaysia yang terkecil kedua,
setelah Perlis. Namun dari segi kepadatan penduduk, menduduki urutan pertama. Negeri
ini juga memiliki persentase penduduk muslim dan Melayu yang terendah di antara negara-
negara bagian di Malaysia. Negara bagian ini terbagi ke dalam 5 daerah: Pulau Pinang:
Daerah Barat Daya
Daerah Timur Laut
Seberang Perai
Seberang Perai Selatan
Seberang Perai Tengah
Seberang Perai Utara
Kota utama di Pulau Pinang adalah George Town yang merupakan salah satu bandar
terbesar di Malaysia, Balik Pulau, Butterworth yang meurpakan pusat pariwisata di pulau
Pinang, Prai, Air Itam, Gelugor, Batu Feringghi, Bayan Lepas, Seberang Jaya, Bukit Mertajam,
Kepala Batas, Jawi, Bertam, Pantai Acheh, Teluk Kumbar, Gelugor, Bayan Baru, Jelutong dan
Nibong Tebal.

Nestapa Adelina Jemira Sau


62

ganas juga trengginas


hari-hari menjadi kisah buruk tanpa tepi
berjalan bersama semilir angin kemarau
panas penuh debu
jalan berliku
air mata luruh satu satu
sesal hanya sebatas rasa
ucap terhenti di tubir makna
majikan tak memberi ruang untuk berkata
jalan kebebasan buntu di tiap lini

Adelina Sau terpuruk pada sisi kemanusiaan yang paling nista12


Ia mengerang di gigil malam
tidur dalam selimut dingin bersama anjing dan lara mencekam
tak ada makanan
tak ada minuman
O…derita
datang tanpa suara
menghapus angan tentang kehidupan yang lebih baik
dari seorang gadis desa di Timor Tengah Selatan
dengan bumbungan harap yang terhempas sia-sia

Tak ada lagi perbaikan hidup


tak ada lagi tawa juga canda
karena raga telah pergi jauh ke awan gemawan
meninggalkan rasa sakit yang teramat dalam
Adelina Sau bisu di remang pagi

12 KUPANG, KOMPAS.com - Adelina Sau, Tenaga Kerja Indonesia ( TKI) asal Desa Abi,
Kecamatan Oenino, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT),
tewas di Malaysia. Adelina tewas, setelah disiksa secara keji oleh majikannya di Malaysia.
Perwakilan Kementerian Luar Negeri Tody Baskoro mengatakan, kejadian itu bermula
ketika pada Sabtu (10/2/2018), aparat penegak hukum Malaysia di Sebrang Prai Tengah,
menerima laporan adanya dugaan penganiayaan terhadap seorang warga negara
Indonesia. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Kronologi Tewasnya
TKI Adelina di Malaysia”, https://regional.kompas.com/read/2018/02/18/11522741/
kronologi-tewasnya-tki-adelina-di-malaysia. “Yang bersangkutan (Adelina) diduga dianiaya
oleh majikannya,”kata Tody kepada sejumlah wartawan di sela-sela penjemputan jenazah
Adelina di Ruang Kargo Bandara El Tari Kupang, Sabtu (17/2/2018) sore. Setelah menjalani
perawatan secara intensif di rumah sakit itu lanjut Tody, Adelina akhirnya meninggal pada
Minggu (11/2/2018).

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


63

bersama sunyi yang mencekam


bersama nyeri di sekujur badan
nyawa hanya sebatas kata
terucap dengan rasa ‘kasihan’ tanpa makna
majikan menyesali laku yang terlambat
sifat jahanam terlupakan dalam sekejap
siksa bertahun hilang tanpa bekas

Adelina Sau tak akan pernah kembali13


kerja paksa tak ada hasil
ia pulang mengantar jasad
membeku dalam selimut bisu
tanpa suara juga tangisan
tanpa genangan air mata

13 Kisah Tragis TKI Adelina: Disiksa Hingga Dipaksa Tidur Bersama Anjing Majikan; Jakarta, IDN
Times - Peristiwa penyiksaan terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) seolah tiada habisnya.
Kali ini peristiwa tersebut menimpa seorang TKI asal Nusa Tenggara Timur bernama Adelina
Lisao.  Ia meninggal pada Minggu (11/02) di RS Bukit Mertajam, Penang, Malaysia. Yang
menyedihkan, Adelina diduga mengalami penyiksaan oleh majikan. Bahkan, satu bulan
sebelum meninggal, perempuan berusia 21 tahun dibiarkan tidur di luar rumah di samping
anjing peliharaan keluarga jenis
Rottweiler. www.thestar.com.my/kepolisian Malaysia. Menurut keterangan polisi Seberang
Prai, Penang, Asisten Comm Nik Ros Azhan Nik Abdul Hamid, Adelina sudah bekerja di Negeri
Jiran selama dua tahun. Ia masuk ke Negeri Jiran secara legal, walau belakangan akhirnya
masuk perseorangan. Pedihnya, majikan tempat ia bekerja kini justru memperlakukannya
tidak manusiawi.  Menurut Nik, begitu tiba di rumah sakit, di tubuh Adelina banyak
ditemukan luka lebam, terutama di bagian kepala, wajah dan kaki. “Kami berupaya untuk
meminta keterangan dari dia, tapi tidak berhasil, sebab dia masih dalam keadaan takut,”
ujar Nik seperti dikutip dari laman Malaysia, The Star pada Senin (12/02).  Diselamatkan
oleh asisten anggota parlemen Malaysia: Kasus Adelina kali pertama terkuak bukan
karena ia melapor ke polisi. Tetapi, asisten anggota parlemen Malaysia bernama Por
Cheng Han menerima laporan dari para tetangga kalau Adelina kerap disiksa selama satu
bulan terakhir. Bahkan, perempuan malang itu terpaksa tidur di luar rumah dengan anjing
Rottweiler peliharaan mereka. Por memutuskan memanggil polisi dan mendatangi rumah
tempat Adelina bekerja.  “Kami berbicara dengan tetangga, yang mengatakan mereka
sering mendengar majikan sering memaki Adelina bahkan dari dalam rumah,” ujar Por. 

Yang memilukan, ketika ia tiba di rumah dan melihatnya duduk tak berdaya, Adelina malah
tidak merespons.

Nestapa Adelina Jemira Sau


64

/6/

Daun lontar yang tumbuh di halaman


rumah bebak mama Yohana bergoyang
lagu Bo Lele Bo terdengar sayup-sayup
mama Yohana menghapus air mata
Bapa Banunaek bertopi Ti’langga
Memegang tenun ikat Rote di tangan berkata,
“Bapa deng Mama selalu berdoa untuk Lu,
semoga Lu sonde apa-apa di negeri orang,
bawa tenun ini, kalau lu kedinginian, lu bisa pakai.”
Kemudian seorang lelaki bertubuh gempal
membawa puterinya pergi
Itulah pertemuan terakhir mereka14

Dan gempita itu membahana
mama juga bapa terkejut ketika menonton televisi
melihat gambar Adelina tergolek tak berdaya
tidur bersama seekor anjing di beranda
depan rumah majikannya
Ia sakit karena kekurangan gizi
seluruh desa gempar
Adelina Sau dikabarkan meninggal
kembali ke NTT bersama jahitan di perut
tangis panjang bagai lolongan kesakitan
14 Pakaian Adat Suku Rote Pakaian adat Suku Rote merupakan simbol pakaian adat NTT di
kancah nasional. Pakaian ini dipilih karena memiliki desain yang sangat unik dan sarat nilai
filosofis. Salah satu keunikannya terletak pada desain Ti’i langga. Ti’i langga adalah sebuah
penutup kepala dengan bentuk seperti topi sombrero khas Meksiko yang dibuat dari daun
lontar kering. Selain untuk pelengkap penampilan, topi adat suku Rote ini juga dianggap
sebagai simbol wibawa dan kepercayaan diri bagi para pria Rote. Topi Ti’i langga adalah
pelengkap utama pakaian adat Rote yang bernama pakaian Tenun Ikat. Sesuai dengan
namanya, pakaian tenun ikat lebih didominasi oleh kain tenun khas Rote. Untuk para pria
Rote, kemeja putih lengan panjang menjadi atasan dan sarung tenun ikat warna gelap
menjadi bawahan. Selendang dari kain dengan motif yang sama juga diselempangkan di
bahu untuk penutup dada. Sementara untuk para wanita Rote, perpaduan kebaya dan
bawahan berupa tenunan tangan menjadi pilihan utama. Gambar pria dan wanita yang
mengenakan pakaian adat Rote dapat Anda lihat pada foto di atas!
Sumber:http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/pakaian-adat-ntt-nusa-tenggara-
timur.html. Rumah bebak, rumah tradisional orang Rote yang terdiri dari kayu pohon
lontar, bamu juga beratap daun lontar

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


65

terdengar dari bibir mama


“Boi’i eee…karnapa jadi bagini? Lu pi
antar nyawa ke itu negara15

/7/

Berita tentangmu membahana di tiap lini


empati bertalu diucapkan
tanya berkumandang
mengapa nyawa manusia
begitu tak berharga di mata sesama manusia?
dan pemerintah terhenyak
sekilas euforia terjadi
gegar berita membahana

15 JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja


Indonesia (BNP2TKI) sudah mendapatkan penyebab meninggalnya Adelina Lisao, tenaga
kerja Indonesia yang tewas ditelantarkan di Malaysia. Informasi ini didapat dari satgas
yang telah melihat langsung kondisi jenazah dan bertemu dengan Dokter Amir Sa’ad, pakar
forensik RS Sebrang Jaya, dan Inspektur Zul, polisi Kantor Polisi Sebrang Prai Tengah. “Hasil
sementara, kematian disebabkan anemia, kekurangan hemoglobin, dan malnutrisi akibat
pembiaran yang dilakukan majikan dalam jangka lama,” kata Kepala BNP2TKI Nusron Wahid
dalam keterangan tertulis, Selasa (13/2/2018); Ketujuh Prinsip Dasar Perlindungan TKI yang
telah dibuat dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Pekerja di Liar Negeri
(PPILN) terdiri dari : Atase Ketenagakerjaan yang dibentuk di semua negara penempatan;
bagian dari perwakilan RI; tugas pendataan, verifikasi, market intelegent, berkordinasi
dengan negara penempatan; dalam melaksanakan tugas atase ketenagakerjaan dapat
dibantu oleh perwakilan RI dan badan; memiliki kewenangan diplomat dan menguasai
bidang ketenagakerjaan.  Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia (JSPMI)
diselenggarakan oleh BPJS. Soal pembiayaan dengan prinsip zero cost komponen.  Biaya
tidak boleh dibebankan pada pekerja migran Indonesia. Fungsi pelaksanaan pusat pelayanan
terpadu/layanan terpadu satu atap.Memberikan pelayanan sebelum dan setelah bekerja.
Tugas dan tanggungjawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat
bertanggung jawab menyediakan/ memfasilitasi pelatihan calon pekerja migran Indonesia
melalui pendidikan vokasi yang anggarannya berasal dari fungsi pendidikan. Sementara
tanggung jawab pemerintah daerah adalah menginformasikan job order kepada pencari
kerja, pelaksana pusat pelayanan terpadu bidang pekerja migran, bersama pemerintah
pusat melakukan pendidikan dan pelatihan kerja. Pemerintah daerah juga menyediakan/
memfasilitasi pelatihan calon pekerja migran Indonesia melalui pendidikan vokasi yang
anggarannya berasal dari fungsi pendidikan. Sayangku, kenapa jadi begini? Kau pergi
mengantar nyawa ke negeri itu. https://gerlanmanu.wordpress.com/2010/10/.../belajar-
bahasa-kupa...

Nestapa Adelina Jemira Sau


66

juga para TKI NTT yang mati


sia-sia di negeri seberang
kisah kalian jadi berita utama.
“Bo,i Adelia Jemira Sau…biar kitong
di sini makang jagung bose, beta sonde rela
lu mati sia-sia. Beta manyasal kas pi lu kerja di sana…”16

Tapi terlambat sudah
nyawamu terbang mencari arah jalan pulang
menyimpan luka dari ribuan nestapa
menyimpan rahasia dari sebuah perilaku manusia
ganas tanpa belas kasihan
Puluhan TKI kembali pulang dengan jasad membeku17

16 “Lebih baik kita makan jagung bersama, Mama menyesal membiarkanmu pergi ke sana/
Malaysia”
17 Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengunjungi ke Pusat Pelatihan Keterampilan
Kerja bagi TKI di Singapura, Minggu, (3/09/17).  Nasib pekerja migran Indonesia diyakini
makin terlindungi dengan disahkannya Undang undang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia (PPMI) oleh DPR pekan kemarin.Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja
Indonesia (APJATI), Ayub Basalamah mengatakan, dalam UU baru tersebut masalah
rekrutmen calon pekerja migran menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemerintah
daerah. Pihak swasta dalam hal ini perusahaan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Swasta(PPTKIS) hanya sebagai marketing penempatan. “Tentang rekrutmen,
pelayanan data imigrasi, kesehatan, pelatihan peningkatan skill menjadi tanggungjawab
pemerintah daerah. Ini cermin negara hadir dalam perlindungan pekerja migran sejak dari
kampung halaman,” kata Ayub di Jakarta, Selasa (31/10/2017). Terkait dengan pelayanan
data, pemerintah pusat dan daerah sudah membuka layanan satu atap. Penempatan TKI
juga sesuai dengan informasi dari Atase Ketenagakerjaan Indonesia di negara tujuan.
Namun terkait dengan pelatihan dan sertifikasi kompetensi, diharapkan pemerintah segera
meyiapkan infrastrukturnya. Ayub sangat yakin, dengan UU baru tersebut, pekerja migran
Indonesia makin terlindungi. Diakuinya, selama ini sering dijumpai adanya manipulasi data
TKI yang bekerja di luar negeri, misalnya pemalsuan alamat dan usia. Juga ada TKI yang
ditempatkan dengan skill yang rendah. Dengan UU PPMI yang baru, kejadian demikian
diharapkan tidak terjadi lagi. “Sebagai penanggungjawab rekrutmen, tentu pemerintah tak
akan mengirim TKI secara sembarangan,” jelas Ayub. Terpisah, Direktur Eksekutif Migrant
Care, Wahyu Susilo mengatakan, pihaknya mengapresiasi perubahan-perubahan yang
signifikan dalam UU PPMI, terkait tata kelola migrasi tenaga kerja terutama dengan adanya
penguatan peran negara baik dari pemerintah pusat sampai pemerintah desa. “Hal ini
memperlihatkan adanya komitmen untuk menghadirkan dalam memberikan perlindungan
pada buruh migran, mengakhiri proses sentralisasi tata kelola migrasi tenaga kerja yang
eksploitatif serta mendorong tanggung jawab dan rasa kepemilikan dari pemerintah daerah
mengenai perlindungan buruh migran,” ujarnya. Setelah disahkan oleh DPR, selanjutnya
menunggu pemerintah memberlakukan UU tersebut diundangkan. Wahyu berharap,
pemerintah memastikan UU tersebut tidak dibajak oleh kepentingan-kepentingan anti
buruh migran yang cerdik memanfaatkan celah-celah potensi kelemahan UU tersebut. (*)
Tribunnews.com

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


67

Tapi tanah NTT, tanah Timor Tengah Selatan


tak pernah jera mengantar siapa saja pergi
ke negeri seberang adakah pedih
yang teramat pedih merambat ke jiwa?
mama Yohana Banunaek bergeming
“Anakku…anakku…mengapa begitu
cepat jiwamu pergi meninggalkan raga?”

Tanah Timor menangis
tanah dan hamparan batu karang
pohon lontar
laut biru lagu Flobamora lirih meratap
tak mudah menyimpan pedih
karena luka yang tertoreh bagai dicucup
di kubang derita tanpa dasar
menuntut pada pemerintah setempat pun sia-sia
sebab pelatihan dan hak-hak TKI hanya sebatas ucap
tak ada sosialisasi
semuanya gelap, sunyi tanpa suara18
18 KUPANG, KOMPAS.com - Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Timur (
NTT), yang meninggal di Malaysia, mengalami peningkatan dalam rentang waktu beberapa
tahun terakhir ini. Berdasarkan data dari Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI), Kupang, jumlah TKI yang meninggal pada tahun 2013
sebanyak 31 orang, tahun 2014 menurun menjadi 21 orang, tahun 2015 sebanyak 28
orang, tahun 2016 naik menjadi 49 orang dan tahun 2017 meningkat pesat menjadi
62 orang. TKI yang paling banyak meninggal di Malaysia, sebagian besar berasal dari
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan tidak memiliki dokumen atau TKI ilegal yang
menjadi korban perdagangan orang. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
“Kenapa NTT Terus Saja “Panen” Jenazah TKI dari Malaysia?”, https://regional.kompas.
com/read/2018/04/01/09525241/kenapa-ntt-terus-saja-panen-jenazah-tki-dari-malaysia.
Di NTT ada 18 Kabupaten yang merupakan daerah tertinggal. Dengan jumlah penduduk
sekitar 5.036.897 orang, penduduk yang tersebar di kabupaten-kabupaten tersebut harus
beerjuang untuk menghidupi diri mereka sendiri juga keluarga yang terdiri dari anak dan
juga cucu-cucu. Kemiskinan menjadi pahatan kehidupan mereka sehari-hari. Ditambah
dengan beberapa faktor yaitu, pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan p e n ga n g g u ra n ,
membuat para generasi mudanya mencari penghidupan di luar NTT, salah satunya ke
negeri tetangga yaitu Malaysia. Nusa tenggara Timur (NTT) Itulah mimpi yang mungkin
tertanam di benak Adelina Sau, sebelum ia pergi mencari penghidupan yang lebih layak
di negeri seberang, tepatnya di Penang, Malaysia. Perempuan berusia 21 tahun asal desa
Abi Kecamatan Oenino, Timor Tengah Selatan, NTT itu, dikabarkan mengalami penyiksaan
oleh majikannya selama bekerja di sana. Setiap hari ia harus tidur di luar rumah majikannya
bersama seekor anjing. Kondisi kekurangan gizi (karena jarang diberi makan dan hidup
yang tidak higienis selama bekerja, ditambah dengan pekerjaan berat yang harus ia
lakukan setiap harinya, membuat kesehatannya memburuk. Beredar kabar sang majikan

Nestapa Adelina Jemira Sau


68

Para gadis, para pemuda, para orang tua


menangis di depan keranda
memandang nanar pada bujur mayat
dengan bibir terkatup dan lidah kelu
absurditas kehidupan terjadi sudah
tak ada perlawanan
semua merenung dalam diam
mencari jawab yang tak pasti
bertanya pada diri
mengapa kekejian menumpulkan nurani

Adelina Jemira Sau


di balik perutmu yang dijahit,
di kedalaman rasa
bersama jasadmu yang membujur kaku,
seharusnya ada cerita di hari-hari kelam
membelenggu langkahmu
seharusnya…

Depok, Mei 2018

juga melakukan penyiksaan yang membuat fisik Adelina tak kuat untuk menanggung
semuanya. Ia tak bisa bertahan, dalam keadaan yang tidak sehat, baik lelah secara fisik dan
psikis, akhirnya membuat Adelina Sau meninggal dunia ketika dibawa ke rumah sakit di
Penang. Untuk mengantisipasi hal tersebut kembali terulang, pihak pemerintah Indonesia
telah melaksanakan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia yang dibentuk oleh Presiden
Jokowi. Badan ini dipimpin oleh Kepala Badan yang diangkat dan bertanggung jawab
kepada Presiden dan berkoordinasi dengan Menteri. Badan ini bertugas sebagai pelaksana
kebijakan dalam Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia secara terpadu
dan terintegrasi. Keanggotaan Badan dari wakil-wakil Kementerian/Lembaga terkait.
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja badan diatur dalam Peraturan
Presiden. Di dalam peraturan tersebut ada 7 Prinsip Dasar perlindungan terhadap Tenaga
Kerja Indonesia. Pelaksana ketujuh penempatan pekerja migran Indonesia, adalah
pemerintah pusat, perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia dan perusahaan
yang menempatkan pekerja migran Indonesia untuk kepentingan perusahaan sendiri, juga
Pekerja Migran Indonesia Perseorangan. (Kupang Post).

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


69


Biodata
Fanny J. Poyk, lulusan Institut
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta
(IISIP) jurusan jurnalistik, aktif
menulis sejak tahun 1970-an di
berbagai majalah dan suratkabar,
sejak tahun 1994-2004 menjadi
wartawan dan redaktur peliputan
di Tabloid Fantasi satu grup
dengan Tabloid Bintang Indonesia,
Home dan Aura), pernah bertugas
sebagai konsultan media di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Pembinaan SMA, menjadi Pemred Majalah Sastra Komodo
Courier dan Pemimpin Redaksi Orchid Magazine. Menulis berbagai
cerpen, puisi dan novelette di berbagai koran dan majalah di Ibu Kota.
Menulis novel dan beberapa buku motivasi yang sudah diterbitkan.
Menulis puisi yang sudah diterbitkan berjudul Gemuruh Rasa.

Puisi Fanny pernah dimuat di harian Sinar Harapan dan cerpen-cerpen


serta novelettenya pernah dimuat di Majalah Sarinah, Famili, Kartini,
Gadis, Puteri Indonesia, suratkabar Jurnal Nasional, Sinar Harapan, Suara
Pembaruan, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Suara Karya, Kompas, Timor
Expres, dll.

Beberapa penghargaan pernah diperolehnya, di antaranya sebagai


penulis kedua terbaik dalam penulisan Kisah Inspiratif versi penerbit
Erlangga, dan tergabung sebagai cerpen terbaik pilihan Kompas 2017.
Selain menulis Fanny juga memberikan pelatihan creative writing,
mengedit tulisan, menulis artikel membuat biografi dan menulis profil
wilayah juga buku-buku pemerintahan.

Nestapa Adelina Jemira Sau


70

ABSTRAK

Diangkat dari kisah nyata dengan latar belakang kota Padang Panjang
Sumatera Barat Indonesia. Tentang seorang pemuda bernama Karim dan
seorang gadis muda bernama Noera. Orang orang muda di pertengahan
tahun enam puluhan yang sangat berdedikasi tinggi menuntut ilmu
dan berjuang untuk mendapatkan kesempatan bersekolah dengan
suka duka yang panjang namun tidak mengenal lelah.

Mereka berdua kemudian berjodoh, walaupun mereka dari satu kota


yang sama tapi tidak saling mengenal. Karim yang telah lebih dahulu
merantau ke Malaysia kemudian kembali ke kampung mempersunting
Noera dan membawanya untuk merantau bersama, mereka berdua
bekerja sebagai guru dan menetap di Negeri di Bawah Bayu Kota
Kinabalu, Sabah, Malaysia. Lama tinggal di Malaysia dan menabur bakti,
Karim dan Noera menjadi warga negara Malaysia. Hidup dan berbaur
dengan harmoni kehidupan rantau dan menemukan tanah air kedua
tanpa terusik dengan kondisi sosial-politik dan perbedaan suku ras dan
agama.

Mereka berdua menjadi guru kecintaan bagi murid murid dan


masyarakat sekitarnya. Sebuah perjalanan hidup dua duta pendidikan,
dibesarkan dan dibentuk karakternya oleh Negeri Padang Panjang yang
elok, negeri dingin dan berkabut di lembah Merapi Singgalang, untuk
kemudian tangan Tuhan mengirimnya menjadi cahaya, tinggal dan
membaktikan ilmu di negeri tetangga di Negeri Di Bawah Bayu Kota
Kinabalu, Sabah.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


71

Fatin Hamama R. Syam


CAHAYA DUA NEGERI DI BAWAH BAYU1

/1/

Pagi berkabut dan rinai yang turun


Udara dingin dan beku dari waktu ke waktu
Di lembah Merapi2 Singgalang3 kota kecil Padang Panjang4
Pertengahan tahun enam puluhan

Terdengar suara beduk berdentang dipukul


Kemudian disusul suara azan dari Surau di ujung kampung
Tanpa pengeras suara begitu sayu, jernih dan lirih

1 Terima kasih kepada bapak Abu Bakar dan Ibu Nurhayati Moeloek yang telah berbagi cerita
dan menginspirasi tulisan ini
2 Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), ternyata
menyimpan banyak cerita. Seperti lazimnya gunung-gunung lain, Gunung Marapi dipercaya
menyimpan cerita legenda dan sejumlah mitos yang diceritakan secara turun-temurun
oleh masyarakat Agam dan sekitarnya. Keberadaan Gunung Marapi dikenal sangat kental
mempunyai nilai historis bagi masyarakat Minangkabau. Konon menurut sejarah, nenek
moyang orang Minangkabau berasal dari lereng Gunung Marapi. Hal ini ditandai dengan
terdapatnya Nagari Pariangan di Kabupaten Tanah Datar. (https://daerah.sindonews.
com/read/839861/24/konon-nenek-moyang-minangkabau-berasal-dari-gunung-
marapi-1393514824)
3 Gunung Singgalang merupakan sebuah gunung yang terdapat di provinsiSumatera
Barat, Indonesia dengan ketinggian 2,877 meter. Dari bentuknya, gunung ini sangat mirip
dengan Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Gunung ini sudah tidak aktif lagi dan mempunyai
telaga di puncaknya yang merupakan bekas kawah, Telaga ini dinamai Telaga Dewi. Gunung
Singgalang mempunyai kawasan hutan gunung yang sangat lembap serta memiliki
kandungan air yang banyak
4 Kota Padang Panjang adalah kota dengan luas wilayah terkecil di Sumatera Barat, Indonesia.
Kota ini memiliki julukan sebagai Kota Serambi Mekkah, dan juga dikenal sebagaiMesir van
Andalas  (Egypte van Andalas). Sementara wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh
wilayah administratif  Kabupaten Tanah Datar. Kawasan kota ini sebelumnya merupakan
bagian dari wilayah  Tuan Gadang  diBatipuh. Pada masa  Perang Padri  kawasan ini
diminta Belanda sebagai salah satu pos pertahanan dan sekaligus batu loncatan untuk
menundukan kaum Padri yang masih menguasai kawasan  Luhak Agam. Selanjutnya
Belanda membuka jalur jalan baru dari kota ini menuju Kota Padang karena lebih mudah
dibandingkan melalui kawasan Kubung XIII di kabupaten Solok sekarang. Kota ini pernah
menjadi pusat pemerintahan sementara  Kota Padang, setelahKota Padang  dikuasai
Belanda pada masa  agresi militer Belanda  sekitar tahun 1947; (https://id.wikipedia.org/
wiki/Kota_Padang_Panjang)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


72

dibawa angin subuh yang hening


Menyeruak lamat-lamat dalam sepi ke bilik-bilik mimpi
penduduk kampung

Dengan kantuk begitu berat


Karim turun ke kulah bilik air di ujung belakang rumah
kabut masih tebal, tak ada bulan
Angin dingin gunung dan desaunya mengibas-ngibas dinding tadir
bambu
Irama angin di pucuk-pucuk pohon dan perdu halaman
seperti zikir alam yang menggiring dini hari
menuju fajar menjemput pagi
dari saat ke saat

Air di dalam kulah begitu jernih dan dingin


Dari sumber mata air di celah-celah batu perbukitan
Karim membasuh muka menyelesaikan wudunya di pagi itu
Kota kecil Padang Panjang ini begitu dia idamkan dari dulu
semenjak masa kanak-kanaknya di Lintau Buo5

Dulu ketika kawan kawan bermainnya di sawah berlari-lari di pematang


Sesekali mereka berbincang-bincang
Jika kelak dewasa nanti, apa yang akan mereka cita-citakan
Karim selalu berangan dan menyampaikan cita-citanya pada mereka
”Suatu hari nanti aku akan sekolah ke Padang Panjang
Kota Serambi Mekah, tempat orang orang menimba ilmu,”
begitu selalu disebutnya.

Subuh menjalar menjadi pagi


Karim bergegas berkemas
Rinai berubah rintik menjadi hujan
Bukan halangan bagi kota ini sehujan apa pun
Jika pagi tiba, di sepanjang jalan tengah kota akan memutih
Dengan iringan anak anak sekolah berseragam sekolah

5 Lintau Buo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Indonesia.


Kecamatan Lintau Buo terletak sekitar 45 Km dari KotaBatusangkar.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Lintau_Buo,_Tanah_Datar)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


73

Berjalan menuju sekolah masing-masing


Semua berjalan kaki

Belum lagi ramai kendaraan di zaman itu


Dan udara begitu bersih tanpa polusi

Dari daerah Tapak Lambiak6 Karim menuju Guguak Malintang7


Dingin dan kabut rendah mencium tanah
Pandangan mata samar dalam hujan
Tanpa payuang, dengan undung-undung8 plastik seadanya
Karim menuju komplek Kauman9 sekolahnya di Guguk Malintang

Karim sekolah di Kulliatul Mubaligien Muhammadiyah10


Setingkat Sekolah Menengah Atas

Memasuki komplek Kauman hujan makin jadi


Angin makin berhembus kencang
Kawan-kawannya di sekolahnya sebahagian sudah datang
Dengan basah kuyup tapi tetap riang dengan wajah penuh semangat
Saling sapa dan bersenda ala anak muda di masanya

6 Tanah Pak Lambiak adalah sebuah nama kelurahan di Kecamatan Padang Panjang Timur
- Kota Padang Panjang. Wilayah yang sejarahnya adalah sebuah lahan perkebunan, Tanah
Pak Lambiak  kini  berkembang menjadi sebuah daerah pemukiman yang favorit bagi
masyarakat Padang Panjang.
(http://www.pasbana.com/2016/12/tanah-pak-lambiak-perpaduan-belanda.html)
7 Guguk Malintang  adalah sebuah nama  kelurahan  di wilayah  Padangpanjang Timur,  kota
Padangpanjang, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia
(https://id.wikipedia.org/wiki/Guguk_Malintang,_Padangpanjang_Timur,_Padangpanjang)
8 penutup kepala
9 Terdiri atas, Paud,SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, MTs
Muhammadiyah, MAK Muhammadiyah dan FKIP; Kota terdekat:  Large York (koto laweh
bako den),  jl lapau nango,  Sungai Puar Koordinat:    -0°27›59»N   100°24›19»E ; (http://
wikimapia.org/18197815/id/Kompleks-PErguruan-Kauman)
10 Sejarah mencatat, kulliyatul Muballighin Muhammadiyah berdiri 2 januari 1930. Embrio
berdirinya kulliyatul muballighin muhammdiyah berawal dari pemintaan pelajar dari
thawalib, diniyah putra, dan irsyadunanas agar Buya Hmaka bisa memberikan ilmu tentang
kepemimpinan. Dengan usia panjang kulliyatul muballighin sejak lahirnya tentu tentu
telah banyak melahirkan alumni yang bersebaran diseluruh Nusantara bahkan hingga luar
negri. Banyak alumni yang telah berhasil mendudukin jabatan pemerintahan, pengajar,
pengusaha,ulama dari propinsi lainnya menandakan bahwa kuliyatul muballighin telah
menjadi bagian dari lembaga pendidikan yang masih eksis hingga sekarang. (http://
makmm.sch.id/index.php/school_profile)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


74

Sekolah ini begitu ternama


Kawan-kawan Karim bukan hanya berasal dari kota Padang Panjang
Atau kota lain sekitar Sumatera Barat
Tapi dari negeri-negeri yang jauh
Dari Aceh, ujung utara Sumatera sampai
Lampung ujung selatan
Bahkan dari Bugis, Sulawesi
Pada masanya dulu Kulliayatul Mubaligein ini
Pimpinan sekolahnya Buya Hamka11
11 Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, pemilik nama pena Hamka (lahir diNagari Sungai
Batang,  Tanjung Raya,  Kabupaten Agam,  Sumatera Barat,  17 Februari  1908  –  meninggal
di  Jakarta,  24 Juli  1981  pada umur 73 tahun) adalah seorang ulama dan sastrawan
Indonesia. Ia melewatkan waktunya sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Ia terjun
dalam politik melalui  Masyumi  sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat  Ketua
Majelis Ulama Indonesia  (MUI) pertama, dan aktif dalam  Muhammadiyah  sampai akhir
hayatnya.  Universitas al-Azhar  dan  Universitas Nasional Malaysia  menganugerahkannya
gelar doktor kehormatan, sementara  Universitas Moestopo, Jakarta  mengukuhkan
Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untuk  Universitas Hamka  milik
Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia. Dibayangi nama
besar ayahnya Abdul Karim Amrullah, Hamka sering melakukan perjalanan jauh sendirian.
Ia meninggalkan pendidikannya di Thawalib, menempuh perjalanan ke Jawa dalam usia 16
tahun. Setelah setahun melewatkan perantauannya, Hamka kembali ke Padang Panjang
membesarkan Muhammadiyah. Pengalamannya ditolak sebagai guru di sekolah milik
Muhammadiyah karena tak memiliki diploma dan kritik atas kemampuannya berbahasa
Arab melecut keinginan Hamka pergi ke Mekkah. Dengan bahasa Arab yang dipelajarinya,
Hamka mendalami sejarah Islam dan sastra secara otodidak. Kembali ke Tanah Air, Hamka
merintis karier sebagai wartawan sambil bekerja sebagai guru agama paruh waktu di
Medan. Dalam pertemuan memenuhi kerinduan ayahnya, Hamka mengukuhkan tekadnya
untuk meneruskan cita-cita ayahnya dan dirinya sebagai ulama dan sastrawan. Kembali ke
Medan pada 1936 setelah pernikahannya, ia menerbitkan majalah Pedoman Masyarakat.
Lewat karyanya Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, nama
Hamka melambung sebagai sastrawan. Selama  revolusi fisik, Hamka bergerilya bersama
Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) menyusuri hutan pengunungan di Sumatera
Barat untuk menggalang persatuan menentang kembalinya Belanda. Pada 1950, Hamka
membawa keluarga kecilnya ke Jakarta. Meski mendapat pekerjaan di Departemen
Agama, Hamka mengundurkan diri karena terjun di jalur politik. Dalam  pemilihan
umum 1955, Hamka dicalonkan Masyumi sebagai wakil Muhammadiyah dan terpilih
duduk di  Konstituante. Ia terlibat dalam perumusan kembali dasar negara. Sikap politik
Masyumi menentang komunisme dan gagasan Demokrasi Terpimpinmemengaruhi
hubungannya dengan Sukarno. Usai Masyumi dibubarkan sesuaiDekret Presiden 5 Juli
1959, Hamka menerbitkan majalah  Panji Masyarakat  yang berumur pendek, dibredel
oleh Sukarno setelah menurunkan tulisan  Hatta—yang telah mengundurkan diri sebagai
wakil presiden—berjudul “Demokrasi Kita”. Seiring meluasnya pengaruh komunis, Hamka
dan karya-karyanya diserang oleh organisasi kebudayaan  Lekra. Tuduhan melakukan
gerakan subversif membuat Hamka diciduk dari rumahnya ke tahanan Sukabumi pada
1964. Ia merampungkan  Tafsir Al-Azhar  dalam keadaan sakit sebagai tahanan. Seiring

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


75

Ulama yang sangat disegani


Penulis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wikj12
Dengan latar belakang Kota Padang Panjang
Tempat Zainuddin dan Hayati, dua tokoh dalam novel itu bertemu
Merajut cinta dan kandas dalam perbedaan adat suku

Hujan reda di luar jendela


Angin jinak menyapu dahan-dahan
Matahari berselimut kabut perlahan beranjak terang
Pagi menuju siang begitu lekas di dalam kelas
Pelajaran rutin agama dan syariah juga sosial ekonomi
Ilmu hitung dan fisika bergantian guru-guru masuk kelas mengajar
Tak terasa waktu lonceng pun berdering, waktunya pulang sekolah

Sepulang sekolah itu Karim pun segera menuju pasar


Di salah satu sudut pasar Karim membuka lapak pangkas rambut
Bekerja paruh waktu untuk membiayai sekolah dan kebutuhan hariannya
Semenjak beberapa tahun ayahnya sakit
Tergolek lemah di tempat tidur
Tak berdaya lagi turun ke sawah meneruka ladang mereka

peralihan kekuasaan ke  Soeharto, Hamka dibebaskan pada Januari 1966. Ia mendapat
ruang pemerintah, mengisi jadwal tetap ceramah di  RRI  dan  TVRI. Ia mencurahkan
waktunya membangun kegiatan dakwah di Masjid Al-Azhar. Ketika pemerintah menjajaki
pembentukan MUI pada 1975, peserta musyawarah memilih dirinya secara aklamasi sebagai
ketua. Namun, Hamka memilih meletakkan jabatannya pada 19 Mei 1981, menanggapi
tekanan Menteri Agama untuk menarik fatwa haram MUI atas perayaan  Natal  bersama
bagi umat Muslim. Ia meninggal pada 24 Juli 1981 dan jenazahnya dimakamkan di TPU
Tanah Kusir, Jakarta. (https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Malik_Karim_Amrullah)
12 Tenggelamnja Kapal Van der Wijck (EYD: Tenggelamnya Kapal Van der Wijck) adalah sebuah
novel yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama
Hamka. Novel ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan
latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir
dengan kematian. Novel ini pertama kali ditulis oleh Hamka sebagai cerita bersambung
dalam sebuah majalah yang dipimpinnya, Pedoman Masyarakat pada tahun 1938. Dalam
novel ini, Hamka mengkritik beberapa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu
terutama mengenai kawin paksa. Kritikus sastra Indonesia Bakri Siregar menyebutVan der
Wijck sebagai karya terbaik Hamka, meskipun pada tahun 1962 novel ini dituding sebagai
plagiasi dari karya Jean-Baptiste Alphonse Karr berjudul Sous les Tilleuls (1832). Diterbitkan
sebagai novel pada tahun 1939, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck terus mengalami cetak
ulang sampai sekarang. Novel ini juga diterbitkan dalambahasa Melayu sejak tahun 1963
dan telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tenggelamnya_Kapal_Van_der_Wijck)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


76

Karim harus berpikir panjang tak mungkin lagi rasanya


Menggantungkan seluruh keperluannya pada orang tua
untuk mewujudkan cita-citanya menamatkan sekolah
tentunya perlu biaya

Dengan giat dan sungguh-sungguh Karim bekerja


Sebahagian sisa dari pendapatannya ia kirim
untuk ibu dan adik-adiknya di kampung
Sementara ibunya rutin mengirim beras untuknya tiap bulan
Dari hasil sawah mereka yang beliau garap

-oOo-

/2/

Dingin Padang Panjang dan udara yang berkabut


Halaman dipenuhi embun-embun berkilau
Di daun dan rumput-rumput yang terhampar
Sebelum subuh pagi
Ibu asrama akan membangunkan anak-anak asrama
dengan lonceng yang tak berhenti berdering
Sampai semua anak-anak asrama bangkit dari tidur
dan menyudahi mimpi dalam tidur mereka
Menggulung kasur dengan tertib dan memindahkannya kembali ke
langkan13
Melipat selimut dengan rapi dan menyusunnya
di rak-rak yang berjejer di dinding asrama
Anak-anak akan bergegas ke tabek14 besar, mandi dan berwudu
bersiap untuk shalat subuh berjamaah

Asrama mereka aula panjang dan lebar


Tempat mereka tidur jika malam tiba
Tempat berkumpul keseharian setelah pulang sekolah
Tempat kegiatan, juga tempat shalat berjamaah
13 gudang
14 kolam

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


77

Mereka akan bergiliran piket belajar menjadi imam shalat


dan sesudahnya setelah subuh rutin mengaji dan tadarus
Menghafal ayat-ayat Al Quran dalam pelajaran tafsir
suara lantunan ayat-ayat suci yang bersahut-sahutan
membelah subuh menjadi pagi
Matahari yang lindap menyembul dari balik jendela

Noera bergegas segera berkemas


Ruang sekolah berjarak tak jauh dari asrama
Melintasi jembatan penghubung antara asrama dan sekolah
Noera memandang langit
Begitu besar harap menaungi ruang dadanya
Dengan riang melangkah menuju ke kelas ruang belajar

Sekolah di Perguruan Diniyah Putri15 Padang Panjang


Cita-citanya dari kecil
Berbaur dengan kawan kawannya lain daerah
Dari pelosok pelosok yang jauh di Indonesia
Bahkan dari negara tetangga, hatinya bunggah
Puji syukurnya pada Allah dan sangat berterima kasih pada orang tuanya
Mengirim dan merestuinya sekolah di Perguruan Diniyah Putri

Meski orang tuanya tinggal jauh dan merantau


Di Tanjung Balai Karimun16 daerah Riau, bekerja di Bea Cukai
Meninggalkan kampung mereka Lintau Buo yang permai

15 Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang merupakan pondok pesantrenmodern


khusus putri yang terletak di Kota Padang Panjang, Sumatra Barat. Pesantren ini didirikan
oleh Rahmah El Yunusiyyah pada tanggal 1 November 1923. Saat ini, Perguruan Diniyyah
Puteri Padang Panjang telah berkembang jauh dengan memiliki lima program pendidikan
mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampaiSekolah Menengah Atas. (https://id.wikipedia.
org/wiki/Pondok_Pesantren_Diniyyah_Puteri)
16 Kota Tanjung Balai Karimun adalah ibu kota kabupaten Karimun di provinsi Kepulauan Riau.
Kota Tanjung Balai ini berada di bagian tenggara dari pulau Karimun dan secara keseluruhan
merupakan bagian dari wilayah perdagangan bebas (free trade zone) BBK (Batam-Bintan-
Karimun) yang cukup strategis karena terletak di jalur pelayaran internasional di sebelah
barat Singapura. Kota ini juga berada dekat dengan pulauSumatra daratan (provinsi Riau)
serta dengan negara Malaysia. Dengan berdirinya Badan Pengusahaan Karimun akan
memberikan informasi yang lebih akurat dalam mengetahui secara detail tentang potensi
bisnis yang sedang berkembang; https://id.wikipedia.org/wiki/Tanjung_Balai_Karimun_
(kota)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


78

Dalam usia yang masih kanak-kanak di awal remaja


Setamat Sekolah Dasar dalam usia belasan tahun
Noera memasuki Diniyah Menengah Pertama
Setingkat Tsanawiyah, tak ada beban dalam hatinya

Berpacu dengan kawan-kawannya belajar menuntut ilmu


Tantangan yang luar biasa baginya harus belajar sabar di usia dini
Terkungkung di dalam asrama dengan peraturan ketat
Tak berat baginya
Prestasi belajarnya luar biasa
Matanya senantiasa memancarkan bintang harapan
Noera selalu juara kelas dan murid teladan

Sekolah di Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang


Merupakan kebanggaan luar biasa dalam keluarga dan kampungnya
Sekolah dengan predikat terbaik dan diakui Al Azhar University, Mesir
Dengan pendiri dan pemimpin sekolah
Seorang perempuan tangguh bernama Rang Kayo Syekhah Rahmah El
Yunussiyah17
17 Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah  (lahir di  Nagari Bukit Surungan,Padang
Panjang, Hindia Belanda , 29 Desember 1900 – meninggal di Padang Panjang, Sumatera
Barat  ,  26 Februari  1969  pada umur 68 tahun) adalah seorang reformator pendidikan
Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan pendiri  Diniyah Putri,
perguruan yang saat ini meliputi taman kanak-kanak hingga sekolah tinggi. Ia memelopori
pembentukan  Tentara Keamanan Rakyat  (TKR) di Padangpanjang, menjamin seluruh
perbekalan dan membantu pengadaan alat senjata mereka sewaktu  Revolusi Nasional
Indonesia. Rahmah sempat belajar di Diniyah School yang dipimpin abangnya, Zainuddin
Labay El Yunusy. Tidak puas dengan sistem koedukasi yang mencampurkan pelajar
putra dan putri, Rahmah secara inisiatif menemui beberapa  ulama Minangkabauuntuk
mendalami agama, hal tidak lazim bagi seorang perempuan pada awal abad ke-20 di
Minangkabau. Ia mempelajari berbagai ilmu praktis secara privat yang kelak ia ajarkan
kepada murid-muridnya. Dengan dukungan abangnya, ia merintis Diniyah Putri pada
1 November 1923 yang tercatat sebagai sekolah agama Islam perempuan pertama di
Indonesia. Sewaktu pendudukan Jepang, Rahmah memimpin Hahanokai di Padangpanjang
untuk membantu perwira  Giyugun. Pada masa  perang kemerdekaan, ia memelopori
berdirinya TKR di Padangpanjang dan mengerahkan muridnya ikut serta melawan penjajah
walaupun dengan kesanggupan mereka dalam menyediakan makanan dan obat-obatan.
Ia ditangkap oleh Belanda pada 7 Januari 1949 dan ditahan. Dalam pemilu 1955, Rahmah
terpilih sebagai anggota DPR mewakili Masyumi, tetapi tidak pernah lagi menghadiri sidang
setelah ikut bergerilya mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Keberadaan Diniyah Putri kelak menginspirasi Universitas Al-Azhar membukaKulliyatul Lil
Banat, fakultas yang dikhususkan untuk perempuan. Dari Universitas Al-Azhar, Rahmah
mendapat gelar kehormatan “Syekhah”—yang belum pernah diberikan sebelumnya—

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


79

Menumbuhkan bunga-bunga harapan bagi dirinya kelak


akan menjadi ibu yang cakap dan bertanggung jawab
sebagai pendidik yang andal dalam keluarga dan masyarakat
sebagaimana yang dicita-citakan Rang Kayo ibu Rahmah El Yunussiyah
dan menjadi tujuan sekolah mereka

Kegiatan rutin dari belajar formal di sekolah


Kemudian setelah pulang sekolah mengikuti muhadarah
belajar berorganisasi, berpidato, belajar seni,
memasak, menenun, merangkai bunga sampai menjahit
semua dilalui Noera dengan riang dan ringan

Sekali seminggu pada Jumat pagi, hari libur sekolah


kegiatan rutin asrama setelah subuh
Anak-anak sekolah Perguruan Diniyah Putri akan keluar asrama
Didampingi ibu-ibu asramanya akan mengawasi dan menjaga mereka
Berjalan-jalan pagi mengitari kota Padang Panjang

Iring-iringan siswi yang mengular beberapa kilo meter


Pemandangan rutin setiap jumat pagi
Hampir ribuan siswi berbaris melintasi sepanjang
Jalan-jalan kota Padang Panjang

Hari Jumat, hari pekan kota Padang panjang selain hari Senin
Masyarakatpun tumpah ke jalan
Dari pelosok gunung Singgalang dari Gunung18 dan Panyalaian19
sewaktu ia berkunjung ke Mesir pada 1957, setelah dua tahun sebelumnya  Imam
Besar Al-AzharAbdurrahman Taj berkunjung ke Diniyah Putri. Di Indonesia, pemerintah
menganugerahkannya tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana secara anumerta
pada 13 Agustus 2013. (https://id.wikipedia.org/wiki/Rahmah_El_Yunusiyah)
18 Gunung Singgalang merupakan sebuah gunung yang terdapat di provinsi Sumatera
Barat, Indonesia dengan ketinggian 2,877 meter. Dari bentuknya, gunung ini sangat mirip
dengan Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Gunung ini sudah tidak aktif lagi dan mempunyai
telaga di puncaknya yang merupakan bekas kawah, Telaga ini dinamai Telaga Dewi. Gunung
Singgalang mempunyai kawasan hutan gunung yang sangat lembap serta memiliki
kandungan air yang banyak;
(https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Singgalang)
19 Panyalaian merupakan salah satu nagari yang termasuk ke dalam wilayahkecamatan
Sepuluh Koto,  Kabupaten Tanah Datar,  Provinsi  Sumatera Barat,Indonesia. Nagari ini
terletak di dekat Batusangkar, ibu kota dari kabupaten Tanah Datar.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Panyalaian,_Sepuluh_Koto,_Tanah_Datar)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


80

Dengan memanggul beban hasil sawah ladang


Mereka turun ke pekan pasar berdagang menjual
Menukar hasil kebun mereka dengan kebutuhan sehari-hari
berjalan kaki dari desa-desa yang jauh
Di sekeliling gunung Merapi dan Singgalang atau menaiki pedati
Memadati pasar yang sunyi menjadi meriah dan ingar

Padang Panjang dan sekitarnya memang terkenal dengan palawija


serta hasil bumi sayur-mayur yang segar
Jumat yang berkah dan pemandangan yang mewah
Dari alam yang perawan di antara kabut gunung
dan bunga-bunga yang mekar sepanjang musim
Padang Panjang indah tak bertara
Sebait sorga yang Tuhan turunkan di belantara Sumatera

Menjelang siang setelah mengitari jalan-jalan kota


Di kejauhan jelas terdengar deram kereta api
Yang melintas dan berhenti di stasiun
Suara pekik lonceng kereta yang keras
menandakan hari berangkat siang

Anak-anak sekolah siswi Perguruan Diniyah putri


akan kembali ke asrama setelah tadabbur alam20
Bekal pemandangan di jalan yang mengasah mereka
Bukan hanya belajar mengaji tapi juga mengkaji
Mencintai alam dan masyarakat sekitar
Tak melulu di depan buku tapi juga mengambil ilmu
dari alam terhampar bagai puisi, yang menjadi guru

Segala yang baik untuk digugu dan ditiru


Untuk kelak mereka bawa dewasa
Mereka akan kembali pada masyarakat dan alam sekitar
Berbaur dan menyatu menjalani hidup di dalamnya

Noera begitu cinta sekolah dan alam di sekeliling kota itu


Tumbuh dalam hatinya yang lembut namun perkasa
20 Tadabbur Alam merupakan sarana pembelajaran untuk lebih mengenal ke Maha Besaran
Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


81

Diasah alam lingkung yang elok


Dia anak perawan remaja menjelang dewasa
Kembang bunga harapan orang tua
Gadis muda dengan cita-cita yang membara

-oOo-

/3/

Karim menamatkan sekolahnya


Di Kuliyatul Mubaligein dengan baik
Sekolah setingkat Aliyah ini memberinya
Bekal belajar menjadi mubalig
Kadang Karim mempraktekan ilmu yang dia dapat
Di surau-surau menjadi imam dan khatib

Tapi tentulah cita-citanya tak hanya sampai di sini


Karim berniat melanjutkan sekolanya ke jenjang kuliah
Cita-citanya yang tumbuh tak mungkin luruh begitu saja
Meski ayahnya sakit dan tak kunjung sembuh
Tertidur di kasur dan sakit tiada berangsur
Karim tetap berniat melanjutkan untuk kuliah
Hatinya tak kendur

Walau pun dilema panjang dalam hatinya


Orang tua dalam kondisi sakit tentu tak mungkin
Sepenuhnya bisa diharapkan membiayai kuliahnya nanti

Karim berniat merantau jauh mencari ilmu


Dan meneruskan kuliahnya di kota lain
Tapi ayah melarangnya
“Jangan jauh-jauh dari kami,” kata ayahnya
“Selagi aku hidup, tetaplah dekat kami
yang engkau dapat silau21 kapan waktu,
Jika kelak Tuhan menjemputku
21 mendatangi

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


82

engkau akan datang tak berlama-lama.”


Begitu permintaan ayahnya

Dengan rida dan bakti orang tua


Karim mengurungkan niatnya melanjutkan kuliah
dan merantau ke negeri yang jauh

Kemudian Karim kuliah di satu Institut Agama Islam 22


Yang masih berada di Kota Padang Panjang
Sebuah Institut Negeri dari kota Padang
Dengan kelas jauhnya di kota Padang Panjang

Agar tak begitu jauh dari orang tuanya di Lintau Buo


Yang dapat ditempuh dari Padang Panjang
dengan kendaraan dalam hitungan jam

Karim memulai kuliah


Tahun-tahun berjalan begitu sulit
Karim harus membagi waktu

Jika dulu ia bekerja di lapak pangkas rambutnya


Setelah pulang sekolah kini berganti waktu
Jam kuliahnya sore hari paginya Karim bekerja
Membagi waktu dengan cermat dan pasti
dengan harapan yang pasti pula

Kadang dalam satu hari tak ada pelanggan


Yang datang ke lapaknya untuk memangkas rambut
Di waktu selang yang sepi pelanggan itu
Karim membaca dan melalap diktat
pelajaran mata kuliahnya
Belajar menekuni diktat
mengajarnya pula mengusir rasa lapar

22 IAIN Imam Bonjol Padang diresmikan berdirinya pada 29 November 1966, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 77/1966 tertanggal 21 November 1966. Dengan
Surat keputusan Menteri Agama itulah IAIN Imam Bonjol baru memiliki empat Fakultas
yaitu Tarbiyahdi Padang, Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang, Fakultas Syariah di Bukit
Tinggi dan Fakultas Adab di Payakumbuh.
(http://blu.djpbn.kemenkeu.go.id/index.php?r=publication/blu/view&id=72)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


83

Hujan yang rajin di kota Padang Panjang


Udara yang dingin, Karim bertarung dari waktu ke waktu
Dan tahun-tahun terlewat dalam kerja dan kuliah

Mimpi dan harapan, kecamuk hati dan kehidupan


Antara kuliah, lapak pangkas rambut dan surau
Sesekali ia mengunjungi ayah ibu
di Lintau Buo kampungnya

Ibunya selalu setia membekalinya


dengan beras dari sawah di kampung
yang tidak seberapa lagi beliau garap

Beras dari ibu yang tidak seberapa tapi cukup


Meringankan beban kebutuhan Karim
Dia harus pintar-pintar memakainya
Jika tidak ingin habis sebelum waktunya

-oOo-

/4/

Noera menamatkan Diniyah Menengah Pertama


Dengan gemilang selama empat tahun
Sekolah di Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang
Menempa Noera menjadi perempuan remaja tangguh
Riang dan aktif, berbudi baik
Dan teladan bagi kawan-kawannya

Di akhir tahun di hari perpisahan


dengan kawan-kawannya
Noera berbenah riang
Libur panjang memberinya harapan bahagia
Bertemu keluarganya di Tanjung Balai Karimun
Betapa ia rindu pada ayah ibu dan saudara-saudaranya

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


84

Pada kawan-kawannya yang juga berbenah untuk pulang liburan


Mereka saling berjanji selesai liburan akan segera kembali
Melanjutkan sekolah mereka pada tingkat Aliyah
Pada Kulliatul Muallimat Islamiyah,
Mereka menyebutnya dengan singkatan KMI
Pendidikan guru agama Islam
Sekolah kecakapan untuk menjadi guru
Yang masih berada di lingkungan pengajaran
Perguruan Diniyah Putri

Terbayang kelak bagi Noera


Setelah tamat nanti sekolah di KMI
Di kemudian hari dia akan menjadi guru
Berdiri di depan kelas mengajar murid-muridnya
Harapan yang begitu luhur dan begitu tinggi
Melambunglah mimpinya

Dalam perjalanan dengan oto bus


Menuju Tanjung Balai Karimun tempat tinggal keluarganya
Noera tertidur dengan senyum
Ayahnya yang menjemputnya dari asrama tadi
Duduk di sebelah Noera
di atas bangku yang sesak oleh penumpang
Berlinang air matanya memandang
gadis kecil yang berangkat remaja itu

Tak terasa waktu empat tahun


Mengubah Noera yang manja
Menjadi remaja yang tumbuh dewasa
Dengan semangat dan cita-cita yang mekar
Bagai bunga indah dialun ayun angin
Riang berwarna ditimpa cahaya

Ayah Noera menghapus air matanya


yang mulai menitik
tak ingin terlihat oleh anak gadisnya
Betapa cita-cita anak gadisnya

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


85

yang tumbuh besar


Entah dengan apa akan dia sambung

Di luar oto bus jalanan terasa sunyi


Sunyi pula merayap hati ayahnya
Lebuh dengan aspal yang tidak rata
Mengoyang badan oto bus
Juga menggoyangkan hatinya
tak tentram

Ayahnya telah pensiun dari pekerjaannya


Kebutuhan hidup makin tinggi
Adik-adik Noera juga butuh sekolah
Dan kehidupan mereka makin sulit
Negara masih berbenah setelah Gestapu23
Suasana politik dalam negeri yang panas
Tak menuai kehidupan yang bernas

Sementara dalam laju oto bus


Dalam guncangan-guncangan
jalan berbatu yang berlubang-lubang
Noera putri kecilnya yang beranjak gadis remaja
Lelap dengan senyum dan mimpi yang merekah
Sehabis liburan panjang
akan kembali ke Perguruan Diniyah Putri
Melanjutkan sekolah

Entah dengan bagaimana caranya nanti


Ayah Noera menyampaikan pada putrinya itu
Berat hati dan cemas
Relung dadanya perih seperti ditusuk-tusuk jarum
Terasa ngilu dan tajam

23 Gerakan 30 September  (dalam dokumen pemerintah tertulis  Gerakan 30 September/


PKI, disingkat G30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh),Gestok (Gerakan Satu
Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai
di awal 1 Oktober 1965 ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang
lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta. (https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_
September)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


86

Perjalanan jauh yang melelahkan


Dari Padang Panjang ke Tanjung Balai Karimun
Melelahkan juga hati ayahnya
Kepala ayahnya sibuk menyusun kata
Entah bujuk apa nanti
yang akan dia sampaikan pada Noera
Hatinya gamang dan risau

Matahari merambat menuju malam


Daun-daun di sepanjang jalan remang berupa bayang
Bayang-bayang remang pekat menuju gelap
berkelabat di kepala ayah Noera

-oOo-

/5/

Takdir nasib dan ketentuan hidup semua di tangan-Nya


Di subuh yang remang kabar duka datang dari kampung
Ayah Karim berpulang ke rahmatullah

Seluruh persendian Karim lunglai dalam tangis


Ayahnya yang telah sakit bertahun tahun
Pergi selama-lamanya ke pangkuan kasih abadi milik Allah
Berburai tangis Karim di pemakaman
Ibu dan saudara-saudaranya terguncang menangis
Bersandar di bahu Karim

Langit serasa kelam


Hujan tangis berderai di hati mereka
Basah kedua pipinya mengalir ke jantung serasa berhenti
Mengumpal dalam raung dan isak yang dalam
Udara duka berbaur harum mawar dan pandan

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


87

Setelah tanah terakhir menutup liang lahat rapat


Dan taburan rampai di pusara menyelimuti tanah merah
Pandam pekuburan keluarga itu senyap dan hampa
Karim berjalan gontai mengiring ibu dan saudara saudaranya
Menuju rumah yang terasa lengang

Ada yang terasa lepas dari hidupnya


Terbayang ayah yang perkasa dulu
Turun ke sawah mengolah tanah yang liat
menjadi gembur bertanam padi dan sayur
dengan subur

Usia mengambil umur


Terbayang pula ayah yang uzur
Diserang sakit dan merintih di atas kasur
“Ayah selamat jalan,” bisik Karim
“Kami sayang padamu namun Allah melebihi sayang kami
Kami ikhlas, disudahi-Nya derita sakitmu
Dipanggil-Nya kembali engkau keharibaan kasih-Nya
Selamat berbaring dengan damai
dalam pelukan Allah, ayah,” ujar Karim gontai
Hati Karim duka dan lara
Tanah merah pekuburan sunyi dan basah dalam hujan

Hari berjalan pasti namun oleng


Setelah ayahnya tiada duka dalam jiwa Karim
memacunya makin teguh bekerja dan kuliah
dengan terseret kuliah Karim pun selesai

Sawah yang dulu digarap ayah dan ibu


Sepeninggal ayah diambil paksa oleh salah satu pamannya
Karim berduka dan terluka

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


88

Hak waris24 tak sampai di tangannya

Dalam hampa yang gigil


Karim merenung jauh ke depan
Dengan bekal sarjana muda waktu itu
Karim bercita-cita pergi merantau
Entah negeri jauh mana yang ingin dia tempuh

Peribahasa Minang
“Karatau madang di hulu
Berbuah berbunga belum
Merantau bujang dahulu
Di kampung berguna belum”
Merasuk pikirannya setiap saat

Negeri-negeri jauh mana yang akan di tempuhnya


Dalam pikirannya berseliweran dalam kepalanya
Terbawa dalam mimpi di setiap tidur
Karim melangkah tak pasti

Di Padang Panjang tempat lapak pangkas rambutnya


Karim merenung dari pagi ke pagi
Padang Panjang tak pernah sepi dari hujan
Kadang rintik kadang juga badai

24 Sistem pewarisan merupakan salah satu hukum yang jelas sekali disebutkan aturannya
dalam agama islam, dimana salah satu prinsipnya adalah bagian anak laki-laki 2 kali
bagian anak perempuan. sedangkan kedudukan harta pusako tinggi/ harta milik kaum di
minangkabau diwariskan ke kemenakan yang diwariskan kebawah menurut jalur keibuan/
matrilineal. Hal ini kadang masih menjadi perdebatan oleh alim ulama di minangkabau
tentang kedudukan harta pusako tinggi, ada yang menganggap subhat dan sebagian ada
yang menganggap mubah. Status dan keberadaan harta pusako tinggi di sumatera barat
sudah dikaji mendalam dalam seminar adat di Batusangkar pada tahun 1968 yang dihadiri
oleh pakar-pakar hukum dan ulama, antara lain : Buya Hamka dan Prof. Mister Hazairin;
Dari seminar tersebut disepakati bahwa harta pusako tinggi hukumnya halal dan harta
pusako tinggi dianggap sebagai harta musabalah dan bukan harta subhat. Musabalah
artinya harta sabil yaitu harta yang kepemilikannya secara kolektif yang diminangkabau
menjadi milik kaum.
(http://www.ranahminang.info/2015/04/sistem-pewarisan-harta-pusako-tinggi-di.html)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


89

Di Bukit Tui25 perbukitan kapur


Kadang jelas terlihat dalam awan dan kabut gunung
kadang juga samar membayang

Karim memandang dari jauh ke lereng Bukit Tui itu


yang mengepulkan asap-asap hitam dan putih
Dari tungku tungku pembakaran kapur
Seperti hatinya Karim
Kadang begitu gelap,
Kadang putih dengan harapan
Yang menyembul timbul tenggelam

Di arak awan yang berlari di puncak bukit


Karim menulis impiannya pergi merantau
Terantuk di langit dan berderai dalam hujan
bekal ijazah sarjana mudanya menggoda Karim

Sesekali jika dalam rindu dia pulang


Dari Padang Panjang
ke Lintau Buo menemui ibunya
Melerai jerih bimbang hatinya
Berharap bertemu ibunya akan memberinya
Pikiran jernih akan kemana kaki melangkah
Melanjutkan hidup mencari hari esok yang lebih baik

Sekali waktu itu pula


bertepatan ketika Karim pulang ke Lintau Buo
Ada paman jauhnya yang lama hilang dan kini pulang
Paman itu dulu seorang buron yang melarikan diri dari penjara

25 Bukit Tui adalah bukit kapur yang berjajar di selatan Padangpanjang, letaknya berada
antara Rao-Rao hingga Tanah Hitam. Banyak kisah yang terjadi di bukit ini. Mulai dari
penduduknya, mitos yang beredar hingga tragedi yang terjadi di bukit ini. Sebagian besar
mata pencaharian warga adalah penambang kapur. Di bukit ini terdapat wanita perkasa,
disebut demikian karena pekerjaan mereka berbeda dengan wanita pada umumnya. Selain
sebagai ibu rumah tangga mereka berkerja sebagai pemecah batu kapur, lalu mengemasnya
dalam karung. Sedangkan para lelaki bertugas membakar batu kapur. Mereka memasukkan
batu kapur ke tungku pembakar. Selain itu, sebagian besar kaum lelakinya bekerja sebagai
kuli angkut batu kapur yang memasukkan karung-karung kapur ke dalam truk; (http://
akumassa.org/id/carito-dari-bukik-tui/)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


90

Setelah membunuh seorang Parewa26 kampung


Yang sering menggasak orang orang kampung dengan tingkahnya

Parewa itu beraja dengan hatinya merajalela semena-mena


Tak ada yang dia hirau dan takuti
Milik orang miliknya, hidup dengan sesuka hati
Selalu menang sendiri tanpa perlawanan
Orang kampung enggan berurusan dengannya
Lebih baik menghindar atau menyerah saja
Takluk dan tunduk
Begitu kondisi mereka

Suatu hari ketika Parewa itu melepaskan sapinya


ke sawah milik Sutan Kadir paman jauh Karim
Sutan Kadir sudah hilang sabar
Ini bukan kali pertama sawah itu dimamah habis
Oleh sapi milik si Parewa
Padi yang tengah tumbuh lunyah dan rusak
hancur dan kisai27

Sutan Kadir sudah hilang sabar dia dendam dan sakit hati
Di malamnya dengan mengendap-endap
Sutan Kadir mendatangi Parewa kampung baku hantam
Dan menusukan Pisau Si Rauik28
yang selalu terselip di pinggang Sutan Kadir

26 Berasal dari bahasa Minangkabau Nomina (kata benda) penjahat; perusuh


27 habis berantakan
28 Pisau Si Rauik sejenis pisau kecil serbaguna yang sangat tajam, biasa dibawa laki-laki Minang
kemana pergi, ke sawah dan berburu. Pisau Si Rauik juga bisa dipakai untuk menjaga diri,
senjata terakhir yang biasa dipakai para pesilat untuk membela diri dalam pertarungan.
Tersebut dalam sebuah pantun Minang “Pituah Mandeh” :
Panakiak pisau sirauik
ambiak galah batang lintabuang
silodang ambiak ka niru
nan satitiak jadikan lauik
nan sakapa jadikan gunuang
alam takambang jadikan guru...
Lihat:https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=190143741021802&
id=113373345365509

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


91

Ke lambung Parewa
Seketika Parewa terkapar dan mati

Dendam dan sakit hati menggelapkan mata Sutan Kadir


Hilang kebenaran ia berang dan murka
tertutup matanya marah membuncah dan merah

Sutan Kadir tersadar setelah Parewa diam terkapar


Darah membanjiri tanah Sutan Kadir terperangah
Baru sadar dia telah membunuh dan jantungnya gemuruh
Ragu dan kacau Sutan Kadir bimbang takut dan lingau29

Berpikir bagaimana menghilangkan jejaknya


Dalam malam yang belum lagi dini
Sutan Kadir memopong mayat yang mulai kaku
Dalam otaknya akan dia buang
Mayat Parewa ke ujung kampung
Dekat rimba tepian lurah batang air

Beringsut dengan beban mayat di bahu


Sutan Kadir menyeret kakinya yang berat
Bulan di langit timbul tenggelam
Awan kadang hitam kadang tersibak dalam cahaya bulan
Bayangan Sutan Kadir membawa mayat Parewa
Tergambar di tanah di atas perdu-perdu
Sunyi dan gamang, mencekam dan sarau

Di sepanjang jalan Sutan Kadir riuh isi kepalanya


Kesadarannya baru pulih ada rasa gentar yang mencekam
Kalau orang kampung tahu, apa jadinya nanti
Namun semua sudah terjadi pikiran Sutan Kadir pepat dan sendat
Yang mati tak munkin bangkit dan hidup kembali
Dinihari berubah fajar
Bayangan matahari meremang di ufuk timur
Perjalanan ke lurah batang air dekat rimba masih jauh

29 Bingung sendiri sepi

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


92

Sementara kokok ayam di kejauhan mulai terdengar bersahutan


Sutan Kadir bimbang dan mulai takut

Mayat di bahunya makin berat


Dan sinar fajar makin terang
Tanpa pikir panjang Sutan Kadir
melemparkan mayat Parewa
Ke sebuah sawah yang dilaluinya
Dan membenamkannya dalam lumpur
Setelah itu bergegas ia lari dan bersembunyi

Pagi datang dengan terang


Di sawah dan ceceran darah di jalan
Membuat heboh orang kampung dan mereka telusuri jejak
Kemudian menemukan sawah yang lanyah dan padi yang rebah
Di bawahnya meringkuk mayat bergelimang tanah

Kehebohan waktu itu begitu bingar


Masing-masing orang kampung dengan isi kepala
dan pikirannya sendiri-sendiri
Hampir semua orang kampung
Bersyukur melihat Parewa itu mati
Serasa dendam mereka terbalaskan
Dan merasa merdeka
dari penindasan dan penjajahan
Parewa selama ini

Bendera hitam di halaman sudut surau berkibar


Namun tak banyak yang berduka selain keluarga Parewa
Tak ada tangis yang mengiringi pemakaman Parewa
Kecuali dari anak dan kerabat dekat

Seberapa pun mereka benci pada Parewa


atas tingkah lakunya selama ini
Tapi Parewa meninggal dengan cara dibunuh
Mereka tidak dapat menerima begitu saja

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


93

Kepala orang-orang kampung dipenuhi tanya


Mereka mereka-reka siapa kiranya orang bagak berani
yang telah menumpas habis Parewa
Tak sedikit rasa terimakasih mereka pada ‘orang bagak berani’30 itu
Rasa damai dan tenang menyusup kampung
Parewa lalim telah mati
Namun hukum tetaplah hukum
Meski selama ini Parewa kebal hukum
Tapi pembunuhan dan kematiannya
tetaplah tindakan kejahatan
Dan hukum bicara

Polisi Aparat Negara


masuk kampung dan investigasi
Bertanya dan menyelidiki
sampai menemukan siapa pembunuhnya
Lengkap dari bukti-bukti penyelidikan
mengarah pada Sutan Kadir
Sutan kadir tak dapat mengelak

Orang kampung berduka


Sutan Kadir ditangkap dan dipenjara
Duka yang genap bukan karena meninggalnya Parewa
melainkan karena ‘orang bagak berani’ mereka yang dipenjara

Tak lama di penjara


Suatu hari tiba tiba Sutan Kadir hilang tak tahu rimbanya
Lenyap tak bertanda

Sutan Kadir pergi dan raib tak ada berita


Buron
Entah kemana mengembara

Bilangan tahun, dan masyarakat berganti


Orang orang kampung telah lupa
Tiba-tiba Sutan Kadir muncul kembali di kampung mereka

30 Jagoan

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


94

Beberapa orang orang yang telah tua


masih mengingatnya dan menyambut Sutan Kadir
Seperti pahlawan pulang
Kampung geger dan heboh
Semua ingin bertemu Sutan Kadir
Mendengar berita dan ceritanya

Dan Karim pun sempat pula


bertemu dengan paman jauhnya itu
Mereka sempat duduk dan bercerita-cerita
Karim terkesima, ternyata selama ini
Sutan Kadir berada dan mengembara di Malaysia

Betapa pun jauh mengembara dan merantau


Seperti bangau yang terbang tinggi
Rindu pada kubangan tetaplah ada

Demikian juga Sutan Kadir


Rindunya pada kampung begitu pekat pula
Setelah memikirkan dirinya merasa aman
Dia kembali ke kampung menemui
kerabatnya yang masih ada

Karim menyimak cerita pelarian


dan pengembaraan paman jauhnya itu
Dengan takjub
Terbetik dalam pikiran Karim
Serasa menemukan peta dalam kepalanya
Dia hendak pula merantau ke Malaysia
Negeri yang jauh tapi sudah
serasa tepat dalam tekadnya

-oOo-

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


95

/6/

Sebulan sudah Noera di rumah


Persiapan tahun baru memasuki awal sekolah sudah di depan mata
Namun belum juga ada tanda-tanda dari orang tuanya
Untuk mengantarnya kembali ke Padang Panjang
melanjutkan sekolahnya

Dari hari ke hari Noera bimbang


dan bertanya-tanya dalam hati
Untuk bertanya langsung pada orang tuanya
Noera juga merasa berat dan hati-hati
Setiap hari dia lihat ayahnya
Kadang hanya bermenung di tepi jendela
Memandang jauh entah ke mana

Sedang ibu selalu sibuk mengurus rumah


Mengurus adik-adik dan saudaranya
Kehidupan yang biasanya boleh dikatakan cukup
meski tak berlebih dari hari ke hari makin surut
Dia mulai menyadari ayah dan ibunya
mengencangkan ikat pinggang
Ayahnya yang biasanya tiap pagi pergi ke kantor
Kini sudah di rumah saja
Ayah sudah memasuki masa pensiun

Noera membatin di hati kiranya kesempatan


kembali sekolah ke Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang
Makin jauh dan pupus

Sebulan, dua bulan waktu ajaran sekolah sudah berlalu


Memasuki bulan ke tiga dan ke empat
Dan hampir setengah tahun belum jua ada kepastian
Kondisi kehidupan makin surut

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


96

Yakinlah Noera makin tipis harapannya


Tapi niat dan dan cita-citanya menjadi guru
Makin tebal tumbuh subur dalam impiannya

Tanpa bertanya pada ayah dan ibunya


Takut tambah membebani pikiran mereka berdua
Noera hanya diam dalam kesehariannya

Setiap pagi ketika adik adiknya


yang masih kecil kecil berangkat ke sekolah
Juga kawan-kawan seusianya
Yang melintas di depan rumahnya pergi sekolah
Noera memandang dengan pilu

Tapi sadar hidup harus berbagi


dengan saudara saudaranya lain
Mereka pun juga butuh sekolah

Kalau Noera berangkat ke Padang Panjang


Meneruskan kembali sekolahnya
tentulah pengeluaran yang tidak sedikit
Bagaimana pula nanti dengan biaya sekolah
adik dan saudara-saudaranya di sini

Berkecamuk hati Noera dalam diam


dan berusaha mengubur mimpinya
Namun semakin dikubur semakin subur
Noera menyemai harap dan doa dari hari ke hari
Waktunya datang harapan entah kapan
Jadilah Noera pasrah menunggu

Sembari membantu ibunya berkemas di rumah


Sesekali datang surat-surat dari kawan-kawannya dulu di asrama
Yang telah kembali melanjutkan sekolahnya di Perguruan Diniyah Putri
Berkabar dan bertanya kapan ia kembali datang bersekolah

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


97

Luruh airmata Noera di malam-malam yang sepi


Tetes airmatanya basah merendai bantal
Entah apa yang akan terjadi dengan nasibnya
Putus sekolah di usia muda

Noera membayangkan bisa jadi dia hanya menunggu takdir


Dijodohkan orang tua dalam usia yang muda entah dengan siapa
Menjadi istri kemudian mengandung dan melahirkan
Membina hidup berumah tangga
Seperti ada beberapa kawan-kawan mainnya
Di kampung ini yang sudah berkeluarga

Noera bergedik ragu dan ngilu


Apakah dia mampu sedang ia menyimpan
Cita-cita hendak menjadi guru
Hari-hari di depan matanya serasa kelabu

Berlalulah waktu dari hari ke hari


Dari minggu ke minggu
Dari bulan ke bulan berikutnya
Mendekati setengah tahun namun impiannya
melanjutkan sekolah yang masih menggebu
Tertunda dan terus menunggu
Entah kapan waktu

Suatu hari dengan keberanian yang padu


Noera mendatangi ayah ibu
Berujar, dia rindu untuk datang dan pulang
ke kampung asalnya Lintau Buo

Ayah ibu memberi izin Noera


Dengan satu adiknya dia berangkat ke Lintau Buo
dengan bekal seadanya

Dalam oto bus yang membawa mereka


Bercampur sesak dengan penumpang lain

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


98

Melintasi sungai dan hutan Riau Sumatera Tengah


Kerinduan Noera bersekolah kembali tumbuh

Dia mengawang dan pikirannya kembali mengenang


Bagaimana dulu perjalanan pertamanya ke Padang Panjang
Seolah-olah seperti mimpi yang bekejaran
Dia ingin mengulang kembali
Tapi kembali surut menginjak bumi
begitu teringat tak ada bekal sekolah dari orang tuanya lagi

Tak berlama hari Noera di Lintau Buo berdiam di kampungnya


Rindu pada Padang Panjang dan sekolahnya duhulu
Memaksa hati dan badannya berkunjung ke sana
Ia berangkat bersama adiknya
Padang Panjang yang tak berapa jauh dari Lintau Buo
Noera tempuh dalam hitungan jam

Memasuki Padang Panjang hawa dingin dan sejuk


Udara gunung memenuhi ruang dadanya
Ketika menghampiri gerbang asrama air matanya mengalir

Ingin dia reguk kembali waktu


Mengulang sekolah di sana
Berkumpul dengan kawan-kawannya
menghabiskan hari yang padat dari pagi ke pagi
dengan riang dan semangat

Seolah membakar dan menghidupi api


keinginannya kembali
Matanya panas merebak berderai airmata
Apa lagi setelah bertemu kembali
Dengan kawan-kawannya yang dahulu
meski hanya baru beberapa jenak

Noera memandang dinding-dinding asrama


bergantian menatap mata kawan-kawannya
Terbersit keinginan dan pertanyaan dalam hatinya

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


99

Walau dengan tiada bekal apa pun


Apakah kalau dia bertemu langsung dengan pengurus sekolah
Dan minta izin untuk bersekolah lagi
Akankah pengurus sekolah memberinya peluang

Antara ragu dan keinginan hati yang kuat untuk bersekolah lagi
Di hari itu Noera mendekati kantor pengurus sekolah
Noera mengetuk pintu dan mengucap salam dengan takzim

Seorang laki-laki paruh baya


yang biasa mereka panggil Ayah Nazir
Keponakan dari pimpinan dan pemilik sekolah
Duduk di belakang meja kerja sibuk dengan pekerjaannya

Noera mengulang salam dengan bimbang


Ayah Nazir yang tengah bekerja mengangkat muka
Dan menjawab salam Noera
“Salamualaikum Ayah,” ulang Noera sekali lagi

Ayah Nazir menjawab lagi salam Noera


dengan terkejut memandang Noera
“Wah, Noera ke mana saja kamu selama ini?” tanya Ayah Nazir
“Hayu silakan masuk,” ujar Ayah Nazir

Noera mendekat dan duduk tak jauh dari meja kerja ayah Nazir
“Kamu sekolah di mana sekarang” tanya ayah Nazir
Dengan gagu dan tersedu air mata Noera berlinang
menjawab pertanyaan Ayah Nazir

“Saya di rumah saja Ayah,” jawab Noera

“Kenapa tidak bersekolah,” timpa Ayah Nazir lagi

Noera dengan ragu menceritakan


Kenapa ia tidak bersekolah lagi karena kondisi keluarganya
Juga mengutarakan keinginannya untuk bersekolah lagi
Tapi terhambat dengan segala keterbatasan yang menghalangi

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


100

Ayah Nazir memandang Noera dan menatap prihatin


Dia tahu Noera murid yang rajin, pandai dan berprestasi baik
“Apakah kamu mau bersekolah lagi?” tanya Ayah Nazir dengan pasti

Noera mengangguk dan menyusul dengan pertanyaan


“Apakah saya bisa sekolah lagi, ayah?” tanyanya
“Namun orang tua saya tak mampu mengirim
sebarang apa pun juga saat ini untuk biaya sekolah saya,“
ujur Noera dengan putus asa

Ayah Nazir dengan kearifan yang bijak mengangguk


“Sekolah lagilah,” kata beliau
“Kamu bisa memulai sekolahmu lagi di sini.”

Allah Pemurah Maha Rahman dan Maha Rahim


Penyayang dan berbelas kasih
Serasa terbang badan Noera mendengar kata Ayah Nazir
Menerima berkah Allah tak alang bahagianya Noera
Airmatanya mengalir puji dan syukur tak henti keluar dari bibir
Juga terima kasih pada ayah Nazir
Yang telah bersedia memberi peluang sekolah lagi padanya

Seperti bunga layu yang kering menerima berkah hujan


Hati Noera mekar dan bunggah cita-citanya yang lelap tidur
bangun dan terjaga dari mimpi yang buram

Noera berjanji akan belajar dengan giat


setengah tahun tertinggal dari kawan kawannya
Dia harus mulai dari awal lagi tak masalah baginya
Karena Noera murid yang pintar dan pandai dalam pelajaran

Noera berkirim kabar pada ayah dan ibunya di Tanjung Balai Karimun
Dia akan bersekolah lagi dengan izin pengurus sekolah
Meski tanpa biaya dari kedua orang tuanya
Ayah ibu Noera termanggu membaca surat Noera

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


101

Meski tak apa pun jua yang dapat mereka kirim


pada Noera untuk bekal sekolah selain doa
Tapi Allah begitu pemurah
Meluangkan rahmat-Nya untuk Noera bersekolah

Bulan pertama Noera mulai melalui bersekolah lagi


tanpa kiriman orang tua
Ayah Nazir memberikan keluangan bagi Noera seperti
Anak anak sekolah yang lain

Bulan ke dua
Bulan ke tiga
Bulan ke empat
Baru orang tuanya dapat sedikit berkirim
Itu pun berupa beras dari kampung
Noera dengan penuh syukur memacu semangat belajarnya
Cita-citanya menjadi guru harus dia kejar dan buru

-oOo-

/7/

Setelah bertemu paman jauhnya


yang dia sebut dengan panggilan Angku Sutan Kadir
Karim membulatkan hatinya pergi merantau ke Malaysia
Penghasilannya dari bekerja pangkas rambut
Pastinya tak akan memadai untuk ongkos dan bekal merantau

Karim menemui saudara ayahnya yang lain


Bertanya tentang harta waris ayahnya yang mungkin masih ada
Meski pun dulu sudah diambil oleh saudara ayahnya yang satu lagi

Dia temui saudara ayahnya itu


Dengan sungguh-sungguh Karim sampaikan
niat hatinya ingin merantau

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


102

Pamannya memberi sebidang sawah padanya


Dan Karim menjualnya untuk ongkos
Dan bekal persediaan merantau ke Malaysia

Pada hari terakhir di kampung menjelang pergi merantau


Dia temui lagi pamannya itu untuk pamit dan minta restu
Dalam duduk berhadap-hadapan
Pamannya hanya berkata “Pergilah merantau, tapi ingat
Jangan malu nanti jika di rantau engkau tak berhasil,
Pulang ke kampung engkau akan diberi makan
orang kampung dengan tempurung.”

Karim terpana dan nanar, dan tertantang


Ini kata dan kalimat kias yang tajam sekali
Sangat hina jika tak berhasil di rantau
Orang kampung akan memandang
dengan rendah, hina, dan tak berdaya

Hanya hewan peliharaan yang biasa


mereka beri makan dengan tempurung
Dan penyamaan perantau gagal
dengan serendah hewan peliharaan
menjadi cambuk berjuang bagi Karim

Pergi merantau bukan perkara mudah


Entah laut dan pantai mana nanti yang akan dia temu
Entah tanah dan daerah mana nanti
Darah dan peluhnya akan tumpah
Tapi sekali mengayun kayuh membuka langkah
Sebesar apa pun ombak rantau harus ditempuh
Berpantang surut pulang dalam lusuh

Adat darah Minang dan darah perantau yang kental


berpantang pulang dari rantau sebelum hidup senang
membulatkan tekad Karim untuk berjuang
apapun yang terjadi tak akan pulang dengan hampa dan dina

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


103

Dengan bekal ongkos dari sawah yang dijual


Peninggalan waris ayahnya Karim berangkat menuju Malaysia
Di negeri Perak31 karim terdampar dan memulai hidup di rantau

Siang malam Karim berupaya mencari kerja


Daerah baru tanpa sanak dan keluarga
Karim orang asing di negeri asing
Baginya tentulah tak mudah

Bekal yang dia bawa dari kampung makin hari makin menipis
Jika bergantung terus pada apa yang ada pastilah akan terkikis
Karim memutar otaknya untuk tidak habis

Di tengah kota ada pembanguan sebuah rumah


Karim mendekati para pekerja
Menawarkan diri dan jasa ingin ikut
bekerja pula menjadi kuli bangunan di sana

Menyingkirkan sementara ijazah sarjana mudanya


Yang di masa itu tentulah sangat berharga
Belum lagi banyak orang yang bergelar BA32
Tapi merantau di Negeri Perak
Negeri luas yang belum lagi dikenalinya
Tentulah sukar baginya karena belum kenal situasi
Untuk sementara apa pun pekerjaan asal halal dilakoni

31 Perak Darul Ridzuan  (Jawi: ‫ )قريڨ‬adalah  negara bagian  di  Malaysia  dan yang terbesar
keempat. Nama  Perak  kemungkinan berasal dari warna perak  timah, sumber daya alam
Perak dahulu kala. Ibukota Perak terletak di Ipoh sedangkan ibukota kerajaannya berada
di  Kuala Kangsar. Kota-kota penting lainnya termasuk  Taiping  dan Teluk Intan (dahulu
bernama Teluk Anson).  Pulau Pangkor  adalah sebuah pulau kecil di lepas pantai yang
menyediakan aktivitas seperti snorkeling.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Perak,_Malaysia)
32 Gelar  Bachelor of Arts  (disingkat BA) merupakan pencapaian tingkat sarjana yang
diberikan oleh universitas-universitas di seluruh dunia. Mengambil gelar sarjana (Bachelor
of Arts) dapat menawarkan sejumlah manfaat yang beragam, mulai dari prospek karir
yang meningkat hingga meningkatkan ketrampilan dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah; Untuk kondisi Indonesia saat ini, gelar akademik diatur dalam
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 036/U/1993
tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi,

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


104

Hari berganti hari penat berkubang debu sebagai kuli


Dijalani Karim dengan tabah dan syukur tanpa tinggi hati
Setiap kali begitu selesai berkuli
Di sore hari Karim akan singgah shalat di Mesjid Bandar Raya

Menghilangkan letih dan risau hatinya dengan munajat dan doa


mengadukan nasibnya pada Allah mohon pengharapan
untuk kebaikan dunia akhirat menjaga hatinya untuk tetap kuat
tidak kalah dan menyerah

Satu hari ada pengajian di mesjid setelah shalat ashar berjamaah


Seorang penceramah muda dengan asyik bercerita memberi pengajian
tiba tiba ada pertanyaan dari jamaah kepada penceramah itu
Tentang beberapa hukum dalam syariat Islam

Penceramah sedikit keteter dan gagap menjawabnya


Karim mengajukan diri untuk membantu
Semua jamaah terdiam
Karim yang selama ini mereka kira
Hanya kuli bangunan biasa
Ternyata begitu fasih dan berilmu

Selesai acara pengajian penceramah muda tadi mendekati Karim


Bertanya siapa Karim dan dari mana asal usul negerinya
Karim dengan rendah hati menceritakan siapa dirinya
Dan asal usulnya dari mana dia datang dan kampungnya

Barulah jamaah mesjid tahu


Siapa diri Karim yang sesungguhnya
Bak mutiara yang terpendam dalam lumpur
Karim sarjana muda dari suatu Institut Agama Islam
dari Minang Sumatera Barat terpelajar dan berilmu

Penceramah tadi dengan ramah berbincang dengan Karim


Dan bercerita pula di Negeri Perak ini juga ada
Seorang ulama yang sudah lama tinggal di Negeri Perak
Berasal dari Minang Sumatera Barat Indonesia

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


105

Penceramah tadi berjanji mengenalkan Karim


pada beliau suatu waktu

Waktu berjalan matahari terbit di pagi hari


Dan tenggelam di senja kala
Bilangan hari dan bulan Karim menjalani hidup
Yang belum lagi ramah padanya

Bekerja keras sebagai buruh kuli bangunan


Karim melihat nasibnya yang berserakan
Belum lagi utuh sepenuhnya
kalau hanya menerima tanpa berjuang lebih keras lagi
tentulah nasibnya tak akan berubah

Dia menatap dan merenungi pasir-pasir dan batu


Tak hanya mengaduk dan mencampur keduanya dengan cermat
Akan menjadikannya perekat bagi bangunan yang kokoh
Tapi juga kesungguhan membentuk
meletakkannya dengan kadar yang tepat
dan menghargai pemberian alam

Begitu juga segala ikhtiarnya mencari kerja


Harus diolah dan diupayakan sedemikian rupa
selebihnya menyerahkan kepada Tuhan
dan bersyukur dengan apa yang ada

Jika selesai berkuli tempat yang paling damai


bagi Karim tetaplah Mesjid Raya
Meletakkan keningnya bersujud kemudian
menggantungkan doa dan harapan pada-Nya

Karim terus berikhtiar mencari kerja yang lebih baik


Sesekali Karim diminta untuk jadi imam
Dan kadang menjadi khatib di Mesjid Raya itu
Karim bersyukur mendapat peluang
Sekecil apa pun bekerja dengan niat ibadah
Tentulah Allah menggandakan pahala dan berkah

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


106

Suatu hari penceramah muda yang dulu


Datang menepati janjinya pada Karim
Dibawanya Karim bertemu
Tuanku Guru Syeh Amiruddin
Beliau yang telah mendengar nama Karim
Menyambut Karim dengan hangat
Persaudaraan serantau dan sesuku menautkan mereka

Jalan arah nasib berangkat baik


Karim mulai mengajar dan jadi pula penceramah
Di beberapa Sekolah dan Mesjid

Pada satu kesempatan ada kunjungan rombongan


Pengurus Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang
dari Minang Padang Panjang Sumatera Barat, Indonesia
Bertandang ke rumah Tuanku Guru Syeh Amiruddin

Tuanku Guru meminta pula Karim datang dalam pertemuan itu


Ternyata salah satu orang dari rombongan itu
Dosen Karim dahulu di Intitut Agama Islam negeri Padang Panjang
Pertemuan yang penuh rahmat
dan menyambung silaturrahmi kembali

Mulailah mereka saling bercerita


Suka duka hidup yang telah terlampai
Kenangan di Padang Panjang sampai Karim pergi merantau
Kota Padang Panjang sangat membekas di hati Karim
Serasa sudah menjadi kampungnya sendiri
Meski ia berasal dari Lintau Buo

Cerita punya cerita tak sengaja


Pimpinan Perguruan Diniyah Putri bercerita pula
Di sekolah mereka ada juga siswinya
yang berasal dari Lintau Buo
Noera namanya murid teladan
Pintar dan pandai dalam pelajaran

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


107

Entah mengapa ada darah


yang tiba-tiba mendesir di dada Karim
Noera nama yang indah
Bercahaya seperti arti namanya
Karim senyum sendiri mengulang-ulang nama itu

Di luar halaman angin berhembus begitu sepoi


Ada bayangan seraut wajah dalam pikiran Karim
Indah seperti cahaya pagi
Entah serupa apa wajah yang melintas
Tapi begitu damai dalam bayangannya

-oOo-

/8/

Noera bunga yang tumbuh di keriangan sinar matahari


Dengan semangat yang ulet dia kejar
semua ketinggalan belajarnya

Dasar memang Noera berotak encer


Dalam setiap pelajaran selalu unggul dan moncer
Tak terasa waktu dua tahun berlalu
Noera gigih memburu cita-citanya menjadi guru
Segala halang rintang berlalu

Suatu hari ada kabar gembira dari pimpinan Perguruan


Akan ada seleksi beasiswa keluar negeri
Dari salah satu Kerajaan di Timur Tengah
Kuwait memberi beasiswa
pada siswa yang berprestasi

Noera mendengarnya dengan penuh harap dan ikut kompetisi


Sesuai harapannya Noera berhasil menyisihkan yang lain
Dan berhasil lulus seleksi

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


108

Tak alang gembiranya Noera


Sesuatu yang tak terbayangkan rekah di hadapan matanya
Segala pujinya pada Allah tak putus dari bibirnya
Mata Noera bersembur airmata tangis bahagia

Orang tua, karib kerabat dan saudara


Bangga pada kesungguhan dan hasil belajar Noera

Di atas segala keterbatasan selalu ada tangan-tangan rahasia Tuhan


Mengatur berkah dan mendengar doa yang sungguh-sungguh
Dia-Nya bukakan gerbang pintu rahmat yang tak terpikir oleh Noera

Dulu jangankan berani bercita-cita sekolah ke luar negeri


Terpikir pun tidak
sesuatu yang jauh dalam mimpinya

Dengan persiapan yang cukup


Noera berangkat menuju Kuwait
Perjalanan jauh menantinya

Pengurus Perguruan melepasnya dengan doa


Dengan satu harapan kelak
Noera pulang setelah tamat kuliah
Berbakti pada sekolah

Dan Noera berjanji menepatinya


Berjanji dengan hatinya
Berjanji dengan waktu
Berjanji
dan berbisik pada jiwanya

Meninggalkan Diniyah Putri Padang Panjang


Kelak suatu hari dia akan kembali pulang
Dan akan menabur bakti pada sekolah yang dia begitu cinta

Menempuh perjalanan jauh melintasi lautan dan benua


Menghadang gelombang angin cuaca

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


109

Berbekal doa menguatkan Noera


Noera sampai di Kuwait belajar pada satu Univertas ternama33

Dengan beasiswa lebih dari cukup


dari Kerajaan Kuwait menjamin hidupnya
Noera tenang belajar dan bertambah gigih
Kesempatan emas yang ada
tak akan ia sia-siakan

Angin gurun dan musim yang berganti


Dari musim panas ke musim gugur
Musim dingin ke musim semi
Memasuki musim bunga
tiada waktu berleha bagi Noera

Ditengah padang pasir


Kerajaan Kuwait membangun kotanya
Dengan gedung gedung tinggi yang menjulang
Menenggelamkan Noera di balik buku-buku kuliah
yang harus dia baca dan tamatkan

Sering dalam sepi dan penat


Wajah ayah dan ibu meremang dalam bayang
Noera getir menahan rindu pada mereka
Pada kampungnya, pada Padang Panjang
Pada kawan-kawan dan saudaranya

Tapi waktu adalah perjudian sekali kalah dan tergelincir


Tak akan ada kesempatan baru untuk menebusnya
Tak ingin kalah dengan semua rintang
Noera khusyuk belajar tanpa hirau
Belajar sepenuh hati meraih prestasi dan ilmu

Tahun-tahun kuliah terlewati dengan baik oleh Noera


Angin dingin jika musim dingin datang menusuk nusuk pori-porinya

33 kulliyyat al banat, jami’at al Kuwait (Fakultas Putri, Kuwait University)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


110

Begitu juga dengan musim panas angin gurun yang garang membakar
peluh dan keringat bercucuran tak ada keluh bagi Noera
Satu pada tujuan menuntut ilmu
Dan selesai tepat waktu harus diraihnya

Sesekali di musim bunga ketika libur masa kuliah


Noera berkeliling kota yang indah itu
Kota bermenara yang menakjubkan
Cukup menghibur hatinya

Meski tak rimbun pepohonan yang tumbuh di sana


Tapi bunga-bunga yang tumbuh ditengah kota
Menyemarak indah suasana

Noera berkuat hati tabah dan tegar


sampai kuliahnya selesai lima tahun
dan tamat

Noera kembali ke Padang Panjang


Menunai janji dan baktinya

-oOo-

/9/

Tak lama Karim tinggal di Negeri Perak


Kemudian melanjutkan perantauannya ke Kuala Lumpur34
34 Kuala Lumpur  (sering disingkat  KL), atau nama lengkapnya  Wilayah Persekutuan  Kuala
Lumpur, adalah  ibu kota  dan kota terbesar di  Malaysia. Kawasan Wilayah Persekutuan
meliputi wilayah seluas 244 km2 (94 sq mi), dengan penduduk sekitar 1,6 juta jiwa (2010).
Wilayah metropolitan Kuala Lumpur atau yang juga dikenal sebagai Lembah Klang, memiliki
jumlah penduduk sebesar 5,7 juta jiwa. Kuala Lumpur merupakan wilayah metropolitan
dengan pertumbuhan paling pesat di Malaysia, baik dalam jumlah penduduk maupun
ekonomi. Di Kuala Lumpur berdiri Parlemen Malaysia. Kota ini juga pernah menjadi lokasi
kantor pemerintahan eksekutif dan kehakiman, yang telah pindah ke Putrajayasejak tahun
1999. Namun beberapa kantor cabang kehakiman masih berdiri di kota ini. Kediaman
resmi Yang di-Pertuan Agong, yaitu Istana Negara, berada di Kuala Lumpur. Kota ini juga
merupakan pusat kebudayaan dan ekonomi Malaysia kerana kedudukannya sebagai ibu

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


111

Di kota besar ibu kota kerajaan ini


Karim sudah diterima di beberapa sekolah untuk mengajar
Dan juga menjadi penceramah dan khatib di masjid-masjid

Walau pun bukan menjadi pekerja tetap


Tapi cukup untuk menutupi kebutuhan hidupnya
Karim bersyukur Ijazahnya
sebagai sarjana muda tidak lagi terbengkalai
Karim bisa bekerja sesuai bidangnya

Suatu hari ada lowongan untuk menjadi guru tetap di Sabah


Karim mengajukan diri dan berhasil mendapat kesempatan
Sabah sebuah Negeri di Timur Malaysia
yang bukan di Semenanjung
Tapi di belahan ujung pulau Kalimantan
Menjadi negeri lanjutan perantauannya

Jika dulu Karim berangkat merantau ke Malaysia


tanpa arah dan tujuan tempat dan pekerjaan yang pasti
Namun sekarang kaki Karim ringan melangkah
Pekerjaan pasti telah menunggunya

kota dan kota utama. Globalization and World Cities Study Group and Network (GaWC)
menilai Kuala Lumpur sebagai sebuah kota global alfa. Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur
adalah salah satu dari tiga buah  Wilayah Persekutuan Malaysia, dan juga sebuah enklaf
dalam negeri Selangor, di pantai barat tengah Semenanjung Malaysia. Sejak tahun 1990-an,
kota ini telah menjadi tuan rumah dari berbagai acara olahraga, politik, dan kebudayaan
internasional, seperti Commonwealth Games 1998 dan Formula Satu. Selain itu, di Kuala
Lumpur berdiri menara kembar tertinggi di dunia, yaitu Menara Kembar Petronas. Kuala
Lumpur dihubungkan dengan dunia luar oleh dua bandar udara, yaituBandar Udara
Internasional Kuala Lumpur di Sepang dan Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah di Subang.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kuala_Lumpur)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


112

Sabah sebuah negeri yang elok di bawah Gunung Kinabalu35


Di kota Kinabalu Karim tinggal
Kota berpantai dan berteluk landai
Indah perpaduan gunung biru dan laut biru

Karim mejadi kepala sekolah di salah satu sekolah negeri36


Menghadapi murid-muridnya yang beragam
Suku-suku setempat Karim betah dan kerasan
Hari-hari Karim mulai terisi dengan rutin
Jalan hidupnya yang mulai mendapatkan muara

Mengalir mengarugi lautan kehidupan


Dari keringat peluh dan airmata rantau
Jauh dari kampung dan terdampar pada suatu negeri
Yang menerimanya seperti anak dagang yang pulang ke rumah sendiri

Di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung


Nasib perantau seperti kata pepatah
“Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Ibu dicari sanak dicari
Induk semang cari dahulu”

Berinduk semang pada pemerintah Negeri Kerajaan


Segala kebutuhan hidup Karim sudah dapat terpenuhi
Namun secara nyata Karim masih seorang diri
Bujang, hidup sendiri, dan belum beristeri

35 Gunung Kinabalu terletak di Sabah, Malaysia, dengan ketinggian 4,095 mdpl. Gunung ini


merupakan  gunung  tertinggi di  Pulau Kalimantan  dan tertinggi kelima di  Asia Tenggara.
Gunung Kinabalu terdiri atas 4 kawasan yaitu hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp
Atas,  hutan Montane  dan  Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung Kinabalu
merupakan lambang kebesaran penduduk yang tinggal diSabah. Penduduk Sabah
menganggap Gunung Kinabalu dapat memberikan semangat juang dan persatuan mereka.
Gunung Kinabalu banyak menyimpan cerita dan kisah-kisah misteri. Menurut kepercayaan
masyarakat KadazanSabah, Gunung Kinabalu merupakan tempat bersemedinya jiwa mereka
setelah meninggal dunia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kinabalu)
36 SAN Baufort, Sabah

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


113

Dua tahun berjalan waktu


Karim sibuk dengan pekerjaan
Tapi pikirannya ikut sibuk juga
Siapa nanti yang akan mendampingi diri

Banyak gadis dan kenalan


Tak sedikit orang tua yang datang
Menawarkan pendamping bagi Karim
Belum ada yang berkenan di hati

Ada sebuah nama yang dahulu pernah didengarnya


Nama yang elok dan merdu di telinganya
Selalu bergema dan mengirimkan nada-nada indah
Gadis yang belum pernah dia temui
Tapi sudah mencuri hati

Berkabar Karim ke kampungnya


Bertanya pada sanak saudara dan kenalan tentang si gadis
Nasib baik dan suratan baik
Ternyata si gadis masih sendiri

Dia utus keluargananya bertemu keluarga si gadis


dan jadilah sebuah perhitungan keluarga yang tersambung
Angin laut dan gunung bertemu
Tepian pantai Teluk Likas37 di Kota Kinabalu jingga di waktu senja
Berdesir daun nyiur di angin yang lalu
Gemuruh desirnya seperti desir hati Karim
mengirim hasratnya ke seberang pulau

Ditingkah malam yang panjang


Menunggu pagi yang cerlang

37 Taman di Jalan Tun Fuad Stephen di persisiran pantai Teluk Likas itu begitu cantik dan
menarik dengan pemandangan pantai yang bersih dan laut yang terbentang luas.
Artikel Penuh: 
http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2008&dt=1210&pub=Utusan_
M a l a y s i a & s e c = S a b a h _ % 2 6 _ S a r a w a k & p g = w b _ 0 1 . h t m # i x z z 5 F a M G h r V L 
© Utusan Melayu (M) Bhd 

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


114

Berangkat Karim pulang ke kampung


meminang dan ingin menyunting
Noera nama gadis yang dia kenang

-oOo-

/10/

Pertama pulang ke Diniyah Putri Padang Panjang


Di gerbang asrama terbayang kembali bagi Noera
Tahun-tahun duhulu yang sudah dilewatinya
Dengan air mata suka dukanya yang berbuah bahagia

Di sekolah yang dia cinta


Jika dulu dia hanya menjadi siswi
Sekarang Noera berdiri di depan kelas
Menjadi guru sesuai cita-citanya

Tak putus rasa syukur Noera pada Tuhan


Segala halangan yang dulu menghambat niat sekolahnya
Kini menjadi berkah yang tak terkata
Dari semua hasi jerih payah belajar dan kesungguhannya
Mekar menjadi bunga harapan
bagi semua orang yang dicintanya

Di depan kelas Noera seorang perempuan muda


yang telah dewasa dengan asam manis perjuangan hidup
menatap murid-muridnya dan tersenyum

Noera mengajar mereka


Dengan bahasa yang santun ramah
Menjadi kecintaan para siswi
Dan menjadi guru kesayangan

Hampir dua tahun Noera


Menyemai bakti di sekolahnya itu

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


115

Suatu hari pada petang yang indah


udara hangat matahari bersinar penuh
Padang Panjang yang biasanya dingin dan berkabut
Cerah dan terang

Dulu ketika pimpinan sekolah itu pergi lawatan ke Malaysia


Bertemu seorang pemuda satu kampung dengan Noera
Kini keluarga pemuda itu datang
Menemuinya dan bertanya tentang Noera

Pimpinan sekolah memanggil Noera


Dan bercerita tentang pertemuannya dengan Karim dulu
Dan kini ada keluarga Karim yang datang
Menyampaikan maksud keinginan hati Karim

Noera tercenung dan termangu


Tak pernah dalam pikiran Noera membayangkan
Seorang pemuda dalam hari-harinya
yang tenggelam dengan buku-buku selama ini

Kini dihadapannya ada pinangan


Dan Noera belum pernah bertemu
Pipi Noera bersemu merah salah tingkah dan malu

Sudah waktunya Noera memikirkan dirinya,


Begitu kata pimpinan perguruan
Dan Karim laki-laki muda
Yang pernah mereka temui di Malaysia dulu
Rasanya cocok berjodoh dengam Noera

Noera tak bisa menjawab


Hatinya berkecamuk antara bimbang dan ragu
Namun juga ada setitik sinar entah apa namanya

Tapi seperti masuk dalam mimpinya


Bayangan seseorang entah siapa
Dan entah kenapa pula tiba-tiba

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


116

Noera merasa terpaut


Noera menunduk menyembunyikan
wajah merahnya yang bersemu
Diam bisu melarikan hatinya
yang berdetak dan berdesir

Pimpinan perguruan memandang Noera dengan senyum


Diam dan menunduk malu tanpa suara
Adalah jawaban setuju dari seorang gadis jika dipinang
Dan pimpinan sekolah paham hal itu

Kibaran marawa38menggelar
perhelatan terbayang di depan mata

38 Marawa merupakan bendera Kerajaan Pagaruyung yang pernah berdiri di wilayah


minangkabau dari tahun 1347 sampai tahun 1825. Bendera Minangkabau atau marawa
ini dapat kita temukan di kantor kantor daerah Sumatera Barat, di acara pernikahan, acara
adat Minangkabau dan lain lain.
Arti Warna Marawa:
Marawa Minangkabau mempunyai 2 jenis, Marawa Adat dan Marawa Luhak:
Arti Warna Pada Marawa Adat : Urutan warna pada marawa adat: Merah, Putih, Kuning dan
Hitam: Warna merah melambangkan Dubalang; Warna merah mencerminkan keberanian
Dubalang yang sebagai urang bagak yang bertanggung jawab dalam keamanan dalam
Nagari.; Warna Putih melambangkan Malin: Warna putih mencerminkan tugas Malin yang
membimbing masyarakat kedalam ajaran Islam; Warna Kuning melambangkan Manti:
Warna kuning mencerminkan seorang manti yang arif dan bijaksana dalam mengambil
keputusan; Warna Hitam melambangkan Penghulu: Penghulu merupakan orang besar atau
pemimpin di suatu Nagari Minangkabau. Dubalang, Malin dan Manti merupakan tangan
kanan Penghulu dalam memimpin Nagari.
Arti Warna Pada Marawa Luhak: Warna Hitam pada Marawa Luhak: Warna Hitam disebelah
luar atau di sebelah kanan menunjukkan Wilayah Luhak 50 kota; Dengan susunan warna
marawanya kuning, merah dan hitam.
Warna Kuning pada Marawa Luhak: Warna kuning di sebelah luar atau di sebelah kanan
menunjukkan Wilayah Luhak Tanah Datar; Dengan susunan warna marawanya hitam,
merah, kuning.
Warna Merah pada Marawa Luhak: Warna merah pada sebelah luar atau sebelah kanan
menunjukkan Wilayah Luhak Agam. Dengan susunan warna marawanya hitam, kuning,
merah. Ketiga luhak tersebut dikenal dengan nama Luhak Nan Tigo yang merupakan
daerah asli Minangkabau wilayah Darek. Demikianlah arti warna bendera Minangkabau
yang dikenal dengan nama marawa. Lambang warna pada Marawa Luhak bersumber dari
Tambo. Sementara pemakaian warna pada marawa adat berasal dari Pemikir Minangkabau
terdahulu seperti Tan Malaka dan M. Yamin.
Sumber: M Sayuti Dt Rajo Panghulu, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau
(LKAAM) Sumbar. www.harianhaluan.com

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


117

-oOo-

/11/

Karim mempersiapakan diri pulang ke tanah air


Pulang ke kampungnya di Lintau Buo
dan juga ke Padang Panjang

Surat dari kampungnya dan


dari pimpinan Perguruan Diniyah Putri
Melambungkan mimpinya
Gadis yang belum dia kenal itu
seakan sudah dekat dan lekat dengan dirinya

Persiapan pernikahan di kampung telah dimulai


Keluarga calon anak dara juga sudah datang
Menjelang ke rumah keluarga Karim
Serperti adat Minang yang lazim
keluarga perempuanlah yang datang meminang resmi
Dengan mengantar cerana bersirih pinang

Hari baik dan waktu baik telah ditentukan


Perhelatan akan segera digelar
Karim berangkat dengan hati berbunga
dari Kota Kinabalu, Sabah
Menyeberang pulau dan lautan

Layar hari serasa ingin dia robek menjadi segera


Melabuhkan hati bertemu calon anak dara
yang belum pernah dia temui
Tapi sudah lekat di mata dan hatinya

-oOo-

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


118

/12/

Noera memandang pagi dari balik jendela asrama


Gunung Singgalang cerah dalam sinar matahari pagi
Dia juga mempersiapkan diri
Hari itu dia pulang ke Lintau Buo
Keluarganya telah menjemput dan menantinya

Di kampung persiapan perhelatan sudah dimulai


Tungku-tungku sudah dipasang di halaman
Dandang dan tarenang periuk besar sudah dikeluarkan
Dari penyimpanannya

Begitu juga persiapan padi di rangkiang39 sudah pula diturunkan


Bunyi alu di lesung meningkahi suara kerabat menumbuk padi
Rumah gadang40 sudah dibersihkan halaman sudah disiangi
Marawa sudah terpasang
Bantal-bantal besar pelaminan sudah ditata
Ninik mamak kaum kerabat dan keluarga sudah datang
dan berkumpul

Suara talempong dan pupuik sarunai41


menyemarak suasana

Adakah waktu dan saat yang indah selain


Ketika suara syahadat di tengah rumah bergema
Seorang pengantin laki-laki bernama Marapulai
Menyelesaikan ucap akad nikahnya dengan lugas dan lepas
tanpa terbata dan mengeja

Dan para tetua ninik mamak kaum kerabat serentak berucap


Amin..
meremang dan mengaung

39 lumbung padi
40 rumah adat Minangkabau
41 talempong dan pupuik sarunai alat musik Minang

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


119

Malaikat-malaikat turun menabur rahmat


Doa selamat untuk sebuah bahtera melaju
Mengarung ke laut kehidupan menempuh hidup baru
dan berlabuh di pantai baru untuk segala yang baru
Wajah suka dan bahagia suasana haru dan biru

Noera tertunduk menatap inai di jari kukunya


Suntingnya bergoyang kemilau
Baju kurung merah anak dara bersulam benang emas
Anggun membalut dirinya
Pasumandan pendamping pengiring pengantin di sampingnya
Riang mencandai Noera menuju pelaminan

Noera tambah tertunduk duduk di pelaminan


Di sebelahnya Marapulai laki-laki
Yang belum pernah dikenalnya
kini bernama suami bagi dirinya

Karim tak lepas senyum dari bibirnya


Nama yang dulu hanya didengar dengan indah
Serasa tak percaya kini duduk disampingnya
Anak dara cantik anggun mempesona
kini bernama istrinya

Perhelatan selesai kedua keluarga yang dulunya


Tak saling kenal meski dalam satu daerah
Tapi lain kampung kini berkerabat

-oOo-

/13/

Tak lama Karim di kampung setelah perhelatan selesai


Karim segera berangkat kembali menuju Kota Kinabalu, Sabah
Pekerjaan telah menunggunya di sana

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


120

Sekarang Karim tak sendiri lagi


Tapi bersama Noera pautan hati
Membelah lautan dan pulau dengan bahtera baru
Dan bersama menempuh hidup baru

Di pertengahan tahun tujuh puluhan


Karim dan Noera memulai hidup baru di perantauan
Berbekal doa dan restu dari keluarga
Mereka berdua melayari hidup

Noera dibekali surat rekomendasi


dari Buya Hamka dan Bapak Muhammad Natsir42
Membuatnya mudah mendapat pekerjaaan
Dan diterima menjadi guru
Di salah satu sekolah di Kota Kinabalu, Sabah

42 Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok,Sumatera


Barat, 17 Juli 1908 – meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah
seorang ulama, politisi, dan pejuang kemerdekaan  Indonesia. Ia merupakan pendiri
sekaligus pemimpin partai politik  Masyumi, dan tokoh  Islamterkemuka Indonesia. Di
dalam negeri, ia pernah menjabat menteri dan perdana menteri Indonesia, sedangkan di
kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World
Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia. Natsir lahir dan dibesarkan di Solok,
sebelum akhirnya pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan
kemudian mempelajari ilmu Islam secara luas di  perguruan tinggi. Ia terjun ke dunia
politik pada pertengahan 1930-an dengan bergabung di partai politik  berideologi Islam.
Pada 5 September 1950, ia diangkat sebagai perdana menteri Indonesia kelima. Setelah
mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 26 April 1951 karena berselisih paham
dengan Presiden  Soekarno, ia semakin vokal menyuarakan pentingnya peranan  Islam di
Indonesia hingga membuatnya dipenjarakan oleh Soekarno. Setelah dibebaskan pada tahun
1966, Natsir terus mengkritisi pemerintah yang saat itu telah dipimpinSoeharto  hingga
membuatnya dicekal. Natsir banyak menulis tentang pemikiran Islam. Ia aktif menulis di
majalah-majalah Islam setelah karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929; hingga
akhir hayatnya ia telah menulis sekitar 45 buku dan ratusan karya tulis lain. Ia memandang
Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Ia mengaku kecewa dengan
perlakuan pemerintahan Soekarno dan Soeharto terhadap Islam. Selama hidupnya, ia
dianugerahi tiga gelar doktor  honoris causa, satu dari  Lebanon  dan dua dari  Malaysia.
Pada tanggal 10 November 2008, Natsir dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Natsir dikenal sebagai menteri yang “tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Dia dikenang
sebagai menteri yang tak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah.”
(https://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Natsir)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


121

Berdua mereka menjadi guru duta Ilmu Agama Islam


dan pencerah budi di negeri yang menerima
mereka berdua dengan tangan terbuka

Dua anak-anak mereka lahir


tumbuh dan besar di negeri rantau
Rantau yang dulu hanya rantau bagi Karim dan Noera
Tapi kini berubah tanah kelahiran
Bagi anak-anak mereka
Merupakan kampung halaman baru

Sebab dan dikarenakan dedikasi


dan pengabdian mereka bertahun-tahun
Kerajaan Malaysia menerima mereka sebagai warga Malaysia
Karim dan Noera resmi menjadi penduduk Malaysia

Di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung


Alam yang berkah negeri yang ramah
menerima Karim dan Noera

Di seling waktu mereka berdua mengajar


Karim dan Noera mencari pula peruntungan
Mereka membuka kedai Rumah Makan

Seperti perantau Minang pada umumnya


Ulet dan tak mau berpangku tangan hanya menjalani rutinitas
Rumah Makan mereka ramai dikunjungi pembeli
Masakan Minang yang terkenal lezat menjadi daya tarik

Beragam pembeli yang datang


Dari masyarakat setempat hingga perantau seperti mereka
Kota Kinabalu Bandar Raya yang sibuk
Di dermaga Grace Point hilir mudik orang-orang ramai
yang datang dan berlayar antarpulau
ramai pula mereka singgah di kedai Rumah Makan
milik Karim dan Noera

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


122

Kadang-kadang mereka menerima


pengunjung yang terdampar
Dengan bekal yang tipis dan habis
Tak mengapa bagi mereka
Bukan uang berlimpah
yang mereka cari melainkan berkah

Bermacam suku suku yang singgah


Tumpah ruah perbauran di Bandar Raya
Dari Dayak Kalimantan, Bugis Sulawesi, Jawa dan Madura
hingga Filipina dan Brunei serta penduduk setempat
Orang Sungai, Kadazan Dusun, Bajao, dan Sukuk
Menjadi tamu di kedai Rumah Makan Karim dan Noera

Bermacam isu dan pengkabaran yang beragam


Hadir di meja makannya
Berita berita pedas, perebutan Simpadan dan pulau-pulau
Kisah tenaga kerja yang malang
Pertentangan paham dan budaya
Tak mengusik pergaulan Karim dan Noera hidup di sana

Mereka berdua lalui dengan keyakinan yang pasti


Bahwa mereka bersaudara
berasal dari satu rumpun yang sama
Sama-sama Melayu
darah Melayu
akar bahasa yang sama
Melayu

Orang orang yang datang ke kedai Rumah Makan


Dalam pergaulan dan kehidupan
Seumpama masakan Minang yang berkuah dan berbumbu
Berasal dari banyak macam ragam rempah-rempah
Tapi menyatu dalam campuran olahan menjadi cita rasa
nikmat membaur di piring; enak dan lezat

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


123

Sama halnya orang-orang yang datang


Dari asal yang berbeda suku dan agama
Dari asin manis dan pedas kehidupan
Berbaur satu pergi dan datang
Menjadi pelanggan Karim dan Noera di kedai makannya
Sebagiannya malah menjadi teman dan saudara pula

Beragam namun semua punya kesamaan


walau pun berbeda-beda warna kulit dan budaya
Karim dan Noera menyikapi dengan tenang, sabar, dan santun

Sama seperti halnya membuat rendang43


masakan Minang yang terkenal
Masakan berempah itu dimasak dengan kesabaran tinggi
Tanpa kesabaran tak akan ada rendang yang enak
Memasak rendang dengan terburu dengan api besar
rendang akan gosong hitam dan pahit
Rendang harus dimasak dengan api yang sedang
Menenai api yang panas mengaduk dan menanti
Dengan waktu yang tepat dan teliti
Menghasilkan rendang yang berkualitas

Kehidupan yang telah mengajari mereka berdua dari usia muda


Hanya buah kesabaran yang tercipta dengan rasa manis
Menghadapi manusia yang beragam harus pandai menating diri

43 Rendang atau randang adalah masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan


campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses
memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan  santankelapa. Proses memasaknya
memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna
hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu.
Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering
disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan. Rendang dapat dijumpai di  Rumah
Makan Padang di seluruh dunia. Masakan ini populer di Indonesia dan negara-negara Asia
Tenggara  lainnya, seperti  Malaysia,Singapura,  Brunei,  Filipina, dan  Thailand. Di daerah
asalnya,  Minangkabau, rendang disajikan di berbagai upacara adat dan perhelatan
istimewa. Meskipun rendang merupakan  masakan tradisional Minangkabau, masing-
masing daerah di Minangkabau memiliki teknik memasak serta pilihan dan penggunaan
bumbu yang berbeda. Pada tahun  2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan yang
menduduki peringkat pertama daftar  World’s 50 Most Delicious Foods  (50 Hidangan
Terlezat Dunia) versi CNN International; (https://id.wikipedia.org/wiki/Rendang)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


124

Menempatkan kerendahan hati akal budi yang tinggi


Keluhuran pekerti

Waktu berlalu kedai Rumah Makan itu menjadi berkah bagi mereka
Beberapa rumah dan kendaraan dapat terbeli dengan hasilnya
dan pendidikan anak-anaknya berjalan lancar

Pasang surut kehidupan pergolakan dua negara bertetangga


Tak selalu berjalan mulus dan damai
Tapi bagi Karim dan Noera yang berdarah Minang
Sumatera Barat Indonesia tak menjadi kendala
Kini mereka warga Malaysia

Pergaulannya yang baik dengan penduduk setempat


Dan penerimaan mereka pada Karim dan Noera
Sebagai guru di tengah-tengah mereka menjadikan mereka hormat
Mereka menyayangi Karim dan Noera
Karim dan Noera mencintai mereka pula

Apakah yang lebih dari rasa sayang dan cinta


Perbedaan setajam apa pun lumer dalam pautan rasa
Saling menghormati dan menghargai
Harmoni kehidupan hakiki
Memembus sekat-sekat perbedaan
Membangun peradaban baru

Berganti-ganti masa, ganti Presiden Perdana Menteri dan Raja


Dua negara dalam hati yang mereka bina
Selaras dalam kehidupan
Sehala dalam perjalanannya
Tak kasat beda tak berjurang rasa

-oOo-

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


125

/14/

Puluhan tahun sesudahnya Karim dan Noera mulai tua


Pensiun menjadi guru di sekolah tempat mereka mengajar
tapi tidak pensiun menjadi guru dikehidupan nyata
Karim dan Noera tetap mengajar
Di tempat-tempat kajian ilmu agama mereka selalu dinanti

Murid-muridnya yang dulu muda-muda belia


Kini sebahagian dari mereka telah menjadi orang-orang ternama
dari pejabat pembantu menteri, sastrawan, tokoh-tokoh masyarakat
dosen dan juga guru seperti mereka

Kebahagian Karim dan Noera pada mereka


Ladang pahala yang mereka semai
Mekar wangi sampai usia senja

Kedai Rumah Makan pun sudah tak ada


Pembangunan dan pemekaran merubah tata letak kota
Disamping tenaga mereka pun tak lagi muda

Di perkebunannya di ujung kota


Karim dan Noera menghabiskan waktu-waktu tua mereka
Duduk berdua memandang ladang dan kebun
Suara burung di kejauhan merdu bernyanyi

Rama rama terbang di antara jejeran


Bunga raya44 yang mekar di halaman menjadi pagar

44 Bunga Raya lambang negara Malaysia. Bunga Raya merupakan sejenis tumbuhan berbunga
yang sering ditanam sebagai pokok hiasan. Tumbuhan berbunga mula muncul pada zaman
Cretaceous. Pokok berbunga pertama ialah angiosperm. Hibiscus rosa-sinensis ialah bunga
kebangsaan Malaysia, dikenali sebagai Bunga Raya. Selepas mencapai kemerdekaan,
Kementerian Pertanian telah diarah mencadangkan bunga yang sesuai untuk dipilih
sebagai bunga kebangsaan. Pada penghujung tahun 1958 Kementerian Pertanian telah
mencadangkan tujuh jenis bunga untuk dipilih sebagai Bunga Kebangsaan Persekutuan
Tanah Melayu. Bunga yang dicadangkan ialah Bunga Kenanga, Bunga Raya, Bunga Melur,
Bunga Teratai, Bunga Mawar, Bunga Cempaka dan Bunga Tanjung. Selepas perbincangan
pada 28 Julai 1960, Bunga Raya telah diisytiharkan sebagai Bunga Kebangsaan Persekutuan
Tanah Melayu. (https://ms.wikipedia.org/wiki/Lambang_Malaysia)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


126

Warna indahnya kemilau


Indah disentuh angin

Udara Gunung Kinabalu yang menjulang


Sejuk menembus jendela
Karim dan Noera memandang jauh
Jauh ke langit tak berbatas
Jauh ke hari-hari silam
yang sarat perih perjalanan berbuah bahagia

Dari negeri yang jauh berkabut kota Padang Panjang


Menempa mereka berdua di masa muda
Alam yang terhampar menjadi guru
Mendidik dan membekali mereka ilmu

Mereka sama-sama tumbuh belajar dan tak pernah kenal


Mengarungi kehidupan berliku dan penuh jurang
Mendaki dan menurun di jalan berbatu perantauan
Mewujudkan cita-cita mulia jadi guru

Kemudian berjodoh dan bertemu


turun dari pelaminan berlayar bersama
Melabuhkan hari dan diri di Kota Kinabalu, Sabah
Menabur bakti pada anak-anak tanah air keduanya

Tak habis-habis rasa syukur Karim dan Noera kepada Allah


Demikian pula rasa terima kasih yang menjulang
kepada para guru yang telah mendidiknya
hingga mereka pun menjadi guru

Rasa terima kasih yang tak berbilang tak bertara


Berkah kebaikan dan ilmu yang terus mengalir
Atas jasa para guru
tersemat dihati keduanya
sebagai pahlawan tanpa jasa yang menabur jasa
abadi sepanjang masa

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


127

Derai airmata jatuh di lubuk bahagia


Rinai membasahi jiwa damai mereka
Seiring matahari merambat di timur
Terang cahaya dua negeri di Bawah Bayu
Padang Panjang dan Kota Kinabalu
Bersinar di mata mereka berdua

Karim berkah dan kemulian dihidup Noera


Noera cahaya kemilau cinta bersinar di hati Karim
Mereka dua manusia tangguh, dua guru penyebar ilmu
Di hatinya tumbuh dua negara yang bersatu
Merajut manis hari tua bersama anak dan cucu

Di negeri Bawah Bayu Kinabalu.


Di pantai langit senja berwarna tembaga tenggelam dalam malam
Semilir dibawa angin lagu Sayang Kinabalu bernyanyi
Para Sumandak seperti burung melayang menarikan Sumazau45 riang

Riuh berangsur hening suasana bulan berenang di langit


Teluk Likas dan Tanjung Aru Sembulan menyimpan malam
Tugu Pahlawan yang lelap tidur sunyi dalam doa

Para pahlawan Wira Negara menjaga Kota Kinabalu


Di pusara bertabur bunga
Azan subuh disambut fajar menyingsing
bersinar sepenuh cahaya
menjemput pagi baru yang kan tiba

Karim dan Noera


Kemuliaan dan cahaya
Melayari usia di tanah air kedua

Kinabalu-Jakarta, April-Mei 2018

45 Tarian Sumazau merupakan sejenis tarian tradisi rakyat Sabah yang amat terkenal di


Sabah dan di seluruh Malaysia. Ia merupakan tarian tradisi suku kaum Kadazandusun
yang sering dipersembahkan pada Tadau Kaamatan yang bermaksud Hari Penuaian yang
dirayakan di negeri Sabah pada setiap bulan Mei. (https://ms.wikipedia.org/wiki/Tarian_
Sumazau)

Cahaya Dua Negeri di Bawah Bayu


128

Biodata
Lahir dan besar di Padang Panjang, Sumatera
Barat, 15 November 1967. Alumni Diniyah Putri
Kulliyatul Muallimat dan Kulliyatul Muballigien
Muhammadiyah Kauman, Padang Panjang.
Menulis dan aktif membaca puisi semenjak usia
8 tahun. Aktif di berbagai kegiatan teater dan ikut
mendirikan beberapa kelompok teater di Padang
Panjang. Pernah menimba ilmu di Universitas Al-
Azhar Fakultas Theologi, Cairo Mesir.

Di sana ia pun mendirikan kelompok teater mahasiswa. Kembali ke


Indonesia dan aktif mengikuti forum-forum sastra dalam dan luar negeri.
Menjadi pengurus Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan beberapa
organisasi sosial. Beberapa kali diundang tampil antara lain, Festival
Penyair sedunia (World Congress of Poets) di Seoul Korea Selatan
(1997), Pertemuan Sastrawan Nusantara Malaysia (1999), Dialog Utara
VIII di Thailand (1999) dan hari Puisi Nasional XII di Langkawi, Malaysia.
Menghadiri Undangan AIAA (Australia Indonesia Arts Alliance) Sidney
(2001), Pengucapan Puisi Dunia Kuala Lumpur Ke-9 (2002). Sydney
Writers Festival (2002) dan (2003).

Sajak-sajaknya dihimpun dalam kumpulan puisi berjudul Papyrus dan


beberapa antologi bersama penyair Indonesia, dan dimuat di berbagai
Media. Sebelumnya pernah dimuat di beberapa harian daerah Sumatra
Barat, serta di bulletin-buletin di Kairo. Hobi baca sajak, juga disalurkan
lewat kegiatan menjadi dubber film-film India untuk RCTI dan SCTV. Dan
Pengisi acara Drama Radio RRI “Butir-Butir Pasir di Laut”.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


129

ABSTRAK

Hati Ibrahim penuh kecamuk. Hidupnya terampas. Keluarganya


musnah. Cintanya kandas. Semua terjadi pasca tragedi pembantaian
Istana Kesultanan Bulungan, Kalimantan bagian Utara, dekat perbatasan
Indonesia-Malaysia. Peristiwa 1964 itu terus berbekas, membayangi
hari-hari Ibrahim yang  lama menetap di Sabah, Malaysia. Rindunya
pada Bulungan acap menyergap, tapi ia tak pernah berani mudik ke
kampung halaman. Bulungan terlalu getir baginya. Kepergian sang
kekasih di malam petaka itu,  membuat ia memilih terus membujang
hingga keriput. Adalah TNI disebut-sebut terlibat di balik pembantaian
tragis itu.

Malam Petaka
130

Heri Mulyadi
MALAM PETAKA

/1/

Malam mengapung di Bukit Padang


rembulan redup, cahayanya pasi
kalah terang oleh gemerlap lampu jalan
penghias Kinabalu.

Ibrahim, sebut  begitu, tak bisa pejam


suara itu terus terngiang: “jangan kau lupa,
jangan kau lupa, jangan kau lupa,
jangan kau lupaaaaaa.....”

Bah.... apa ini?


Ibrahim mengangguk-anggukkan kepala
ia mainkan teaterikal penuh imaji
dalam desah napas kian memburu.

Prang......
Ibrahim sesenggukan.... bayang-bayang itu
kembali datang: rumah-rumah terbakar,  istana hancur, 
anak-anak berlarian, tubuh-tubuh rubuh, bersimbah darah.

“Ibu, maafkan kami....


kami tak pandai merawat apa yang kau beri
kami tak cakap menjaga apa yang kau titip.”

Ibrahim kian tersedu


mata sayu, pipi basah
berpegang ia ke ujung meja
melempar tatap keluar jendela.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


131

Malam makin larut


di langit, rembulan menggantung kian pasi,
tersaput awan tipis berarak:
ini purnama ke-640, Ibrahim mengenang tragedi berdarah itu.

/2/

“Bakar! Bakar! Hancurkan!”


komando itu terdengar jelas
bersama letusan bedil dan api berkobar.

Warga berlarian. Bingung. Tak paham apa yang terjadi.


Sekuat tenaga mereka berusaha selamatkan diri:
amuk orang-orang kekar, berbaju loreng.

“Habisi, pengkhianat tak guna.


Tak tahu diri. Negara tak perlu mereka.
Cuma bikin susah.”

Komandan kian bringas. 


warga menghambur
bocah-bocah menjerit
korban mulai jatuh 
dewasa, anak-anak, laki-laki, perempuan
rebah, satu satu
terkulai digebah, bersimbah darah.

Itu malam petaka


malam berdarah menghantu selalu
Ibrahim muda tiada lupa

Malam Petaka
132

ia gigil di bawah gorong-gorong jalan


di seberang, Istana Bulungan gemeratak dimakan api.1

Murka apa
angkara apa
Ibrahim tak mengerti
ia tercekat
tak berani berkata-kata. 

Tentarakah mereka
mereka serdadukah
kompenikah mereka
Ibrahim tak paham benar.

/3/

Ibrahim tak beringsut


ia lewati malam penuh jerit tangis itu
di bawah gorong-gorong jalan
selokan berair oleh hujan
di awal musim tiada ia hiraukan.

Lelaki muda itu ingin menjerit, menangis,


memaki, mendamprat puluhan tentara menyerbu
menghancurkan rumah, menembaki warga membabi buta.

1 Penyerbuan dan pembumihangusan Kesultananan Bulungan bermula subuh dini hari,


Jumat, 3 Juli 1964. Saat itu, sepasukan tentara dari satuan tempur Brawijaya 517 di bawah
pimpinan Letnan B. Simatupang, atas perintah Pangdam IX Mulawarman Brigadir Jenderal
Suharjo, mengepung istana Kesultanan Bulungan. Pengepungan berlangsung dua hari
dua malam, dan berakhir setelah Istana Bulungan yang bertingkat dua habis dibakar, rata
dengan tanah. Selama pengepungan, satu persatu bangsawan Bulungan diculik, ditangkap
dan dibunuh. Puncaknya ketika pada Sabtu malam, 18 Juli 1964, istana Raja Muda dibakar.
Raja Muda Datu Mukemat diculik, dieksekusi di laut antara Pulau Tarakan dan Pulau
Bunyu. Datu Mukemat diikat, diberi beban batu pemberat , ditembak lalu dibuang ke laut.
Peristiwa penyerbuan tentara ini belakangan dikenal sebagai Tragedi Bultiken (Bulungan,
Tidung, dan Kenyah)—lihat Wikipedia, Tragedi Kesultanan Bulungan.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


133

Kalut, takut, amarah datang mengaduk-aduk


emosi Ibrahim pun akhirnya tersulut
ia tidak tahan lagi.

“Tidakkkk..........
jangann..........!!!!” teriaknya ditingkah rentetan letusan senapan.

Ibrahim tersungkur
langit gelap
ia tak sadarkan diri.

/4/

Lelaki itu terbaring lemah


kepala, kaki, dan lengan dibalut perban
ia belum sadar benar
matanya yang lama rapat mulai bergerak.

“Oh, di mana aku....


di mana aku...” ucapnya pelan saat kesadaran akhirnya datang.

Tak ada penjelasan di pagi buta itu


Tanjung Palas2 masih berselimut kabut
jalanan sepi, embun enggan beringsut
murai mulai berkicau.

Ibrahim mengingat-ingat lagi peristiwa terakhir


sebelum jatuh tak sadar diri
hanya nyeri, pusing,
mata berkunang-kunang.
2 Tanjung Palas adalah ibu kota Kesultanan Bulungan. Kesultanan Bulungan atau Bulongan
(Belanda, Rees, Willem Adriaan 1865, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863, D. A.
Thieman, hlm. 2), adalah kesultanan yang pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten
Bulungan, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan,
Tawaw, dan Sabah, sekarang. Kesultanan ini berdiri pada 1731, dengan raja pertama
bernama Wira Amir Gelar Amiril Mukminin (1731-1777), dan raja terakhir, raja ke-13, Datuk
Tiras Gelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958).

Malam Petaka
134

“Ah, kenapa begini


aku tak ingat
kenapa aku di sini.”

/5/

Ini hari kesepuluh Ibrahim terbaring di ranjang itu


kekuatannya mulai pulih
nyeri, pusing, mata berkunang-kunang tak lagi terasa.

“Kamu tertembak di bagian dada


kepalamu terbentur,” tutur Iren, perawat rumah sakit.

Ibrahim akhirnya tahu juga kenapa dia di situ


ingatannya kembali datang
bersama peristiwa malam jahanam
yang kembali terkenang.

Ibrahim menarik napas dalam


satu-satu rentetan tragedi itu datang menerkam
jerit tangis itu, kobaran api itu, letupan bedil itu,
juga teriakan dan hardikan itu.

“Oh, di mana ibuku...


dimana ayahku... dimana kakak dan adikku......
mengapa mereka tak menjengukku,” Ibrahim dilanda kecamuk tanya.

/6/

Ingatlah Bulungan
tanah Ibrahim membawa luka

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


135

bermula dari Kuwanyi3


berakhir pada Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin.4

Tanyalah Datuk Mencang5


agar engkau tiada lupa kisah jalinan bangsa-bangsa di Tanah Melayu
kawin-mawin, berjalin-jalin, menoreh kisah: bangunkan adab
berpuak-puak.

Bulungan, di suatu masa, berkapit rapat dengan Sulu


kapal-kapal Kesultanan Sulu, masa itu, berlayar ke Tarakan, lalu Bulungan
gelar dagang dengan Tidung, bertukar aneka barang.6

3 Menurut folk history yang berkembang, Kuwanyi adalah nama seorang pemimpin suku
bangsa Dayak Hupan atau Dayak Kayan karena mereka tinggal di hilir Sungai Kayan. Kuwanyi
konon dianugerahi bocah yang terlahir dari sebatang bambu betung dan sebutir telur di
atas tunggul kayu jemlay, lelaki dan perempuan yang masing-masing diberi nama Jauwiru
dan Lemlai Suri. Keduanya dinikahkan. Dari pasangan inilah kemudian lahir para pemimpin
suku Dayak Kayan hingga sampai ke masa pemerintahan Kesultanan Bulungan. Bulungan
berasal dari bahasa Dayak Kayan, bulu tengon, artinya bambu betulan. Karena adanya
perubahan dialek akibat pengaruh bahasa Melayu, jadilah terucap bulungan. Belakangan
Bulungan berkembang menjadi kesultanan yang dipimpin anak-anak keturunan Jauwiru
dan Lemlai Suri. Kisah Jauwiru dan Lemlai Suri kini diabadikan dengan didirikannya sebuah
Monumen Telur Pecah, yang terletak di antara Jl. Sengkawit dan Jl. Jelarai, Tanjung Selor,
ibu kota Kabupaten Bulungan sekarang.
4 Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958) adalah raja ke-13 Kesultanan
Bulungan, sekaligus raja terakhir. Nama aslinya Datuk Tiras. Kesultanan Bulungan
sebelumnya dikenal sebagai Negeri Merancang, bekas daerah Kesultanan Berau yang
memisahkan diri. Pada kenyataannya, sampai tahun 1850, Bulungan berada di bawah
dominasi Kesultanan Sulu [Borneo in 1850, Digital Atlas of Indonesian History, Robert
Cribb, 2007]
5 Datuk Mencang adalah putra Raja Brunei, kawin dengan Asung Luwan, putri Kepala Suku
Dayak Kayan, Simun Luwan dan Sadang. Sejak pemerintahan Datuk Mencang inilah timbul
Kerajaan Bulungan. Datuk Mencang membawa sistem pemerintahan yang ia warisi dari
ayahnya di Brunei, yang kala itu telah memiliki sistem pemerintahan yang lebih teratur
ketimbang yang dijalankan Suku Dayak Kayan. Setelah Asung Luwan menikah dengan Datuk
Mencang (1555-1594), berakhirlah sistem pemerintahan di Bulungan yang dipimpin kepala
suku/kepala adat, karena sejak Datuk Mencang memimpin daerah Bulungan, pemimpinnya
disebut kesatria atau wira—Wikipedia, Sejarah Kesultanan Bulungan.
6 Pengaruh Kesultanan Sulu terhadap Kesultanan Bulungan berakhir pada 1881 sejak Inggris
membentuk Perusahaan North Borneo Chartered di wilayah yurisdiksinya di wilayah
Sabah. Inggris memang sejak lama ingin mematikan pengaruh Kesultanan Sulu terhadap
Kesultanan Bulungan yang kaya itu.

Malam Petaka
136

Kalau tak oleh serakah Eropa


jalin kisah bangsa-bangsa serumpun
bisa jadi ukirkan panjang sejarah sendiri.

Tak akan sama cerita itu


andai Belanda, Spanyol, Inggris
tak terus mengiris, mengerat
petak demi petak, jengkal demi jengkal, bumi tanah kita
di gugus nusantara—yang subur makmur itu.

Salah siapa?
mari tanya pada sejarah
agar kita tak lupa
kita masih punya itu mimpi.

/7/

maka aku mulai mencatat


dalam lembar tercecer

pada pena,aku titip pesan


:tinta tak lagi biru

—pendakian ini melelahkan

aku tak akan kembali, katamu


di senja itu bersama kelebat bayang-bayang:
diam, lalu hening

tinta yang tak lagi biru itu


menggores sebuah kata
aku mengejanya
—bukan untuk pulang
tapi, kau sebut, biarlah
terselip sebagai kenangan

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


137

“kau dapati aku


dalam tumpukan buku putih,” ujarmu tak peduli

“aku pamit, bukan pulang!” katamu lagi

aku kembali menghitung,


lalu tiba-tiba tertulis, almarhum!7

Ibrahim tercenung
ia amati lagi gores demi gores larik puisi
di kertas putih itu—tidak terlalu rapi
itu tulisan tangan Rahmah, tunangannya
sebelum tragedi itu.

Saat Rahmah memberikan kertas bertulis puisi itu


Ibrahim tak paham maksudnya
Rahmah cuma tersenyum.

“Untuk apa kau tulis puisi elegi ini


siapa kau tuju? Akukah?” tanya Ibrahim senja itu.

Rahmah tak menjawab


lagi gadis ayu itu cuma tersenyum
Ibrahim tak mendesak.

Waktu berlalu
mereka nikmati kebersamaan dalam cinta yang mekar
Ibrahim pun telah berniat segera mengakhiri
pertunangan mereka ke kursi pelaminan
—“tak lama lagi kita akan jadi pengantin,” janji Ibrahim.

Rahmah menganguk
keduanya berbinar-binar.

7 Dinukil dari puisi “Buku Putih” dalam buku kumpulan puisi, Kembali Kosong, Heri Mulyadi,
2015

Malam Petaka
138

Sampai, tak dinyana


tibalah malam petaka itu
semua musnah: Ibrahim tak bisa berkata-kata lagi.

Dipandanginya lagi larik puisi itu


puisi yang hampir dia lupa kalau Rahmah pernah memberikannya.

“Almarhum?
Ya, benar. Kau akhirnya almarhum, Rahmah: seperti puisimu.”

Ibrahim berkaca-kaca
dipandanginya puing-puing rumah yang telah rata dengan tanah itu
di rumah itu dulu Rahmah tinggal bersama ayah-ibunya
di rumah itu pula dulu mereka berdua sering bercakap
hingga cinta tumbuh mekar.

“Rahmah, sekarang aku mengerti maksud puisimu


aku paham goresan penamu
ternyata, engkau lebih cepat pergi, meninggalkanku dalam sepi.”8

Ibrahim tak cuma kehilangan Rahmah


ia juga tak tahu nasib ayah, ibu, kakak dan dua adiknya
mereka semua raib dalam tragedi yang tiada pernah Ibrahim duga
tempat tinggal mereka pun jadi puing.

/8/

Ibrahim kini hanya seorang lelaki tua


kulitnya penuh keriput
tragedi yang telah merenggut cinta dan keluarganya
membuat ia kehilangan separuh jiwa.

8 Berapa banyak korban jatuh pada Tragedi Bultiken? Tak ada angka pasti. Berbagai pihak
menyebut simpang siur. Namun, laporan Koran Kaltim, 14 Maret 2013, menyebutkan
korban 87 orang, 37 di antaranya tewas.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


139

Pria itu lama sudah menjadi warga Sabah


menetap di Kinabalu—kota yang memberinya
kehidupan baru selama 50 tahun lebih.

“Bulungan dulu juga daerah makmur


kami hidup dengan baik
sayang semua cepat berakhir,” kenang Ibrahim.

Anak kedua dari empat bersaudara itu


hijrah ke Sabah saat hatinya sungguh hancur
saat ia kehilangan segalanya—bahkan
nyaris hidupnya sendiri.

“Tinggal di Bulungan hanya menambah kesedihan


karena itu, saya putuskan tinggalkan kampung halaman.”

Ibrahim masih berusia 24 kala itu


usia penuh mimpi
obsesi mengejar hari
—Rahmah ada di situ.

“Aku ingin berlari


berlari dan berlari
hingga hilang pedih perih.”

Ibrahim bersenandung,
mengutip bait puisi Chairil Anwar.

/9/

Kenapa tentara menggebah Bulungan


menumpas hingga tuntas
Ibrahim terus menyimpan tanya.

Ia bukan ahli politik


bukan pula jago detektif
jadi Ibrahim tak suka menebak-nebak.

Malam Petaka
140

Cerita soal para petinggi Kesultanan Bulungan yang dicap berkhianat


pada Pemerintah RI itu, telah lama pula ia dengar—ia tak yakin itu benar.9

“Tuduhan itu selayaknya dibuktikan,


supaya tidak terus jadi sandungan.
Tak sepantasnya Bulungan diperlakukan seperti ini.”

maukah kau kuajak bertemu penganyam waktu?


berbilang jejak, lalu kitakembali jadi anak-anak.

kepada arloji yang terus berdentang


kutitip pesan: aku tak bisa
menulis hariku sendiri—mari sudahi.

dan jika nanti kau baca


akutak lagi di sini—biar lupakan!

/10/

Polumpung Melangkap10 gemercik jernih


airnya mengalir, deras melewati batu-batu besar berserak
menyembul dari dasar sungai—pagi itu.
Ibrahim merapikan alas tidur:
tenda plastik, rumah rebahnya semalam

9 Pada 24 April 1964, Pangdam IX Mulawarman Brigjen Soeharjo memerintahkan tentara


menangkap seluruh bangsawan Bulungan. Alasannya: Kesultanan Bulungan telah
berkhianat terhadap NKRI karena dianggap lebih berpihak kepada Malaysia, saat Presiden
Soekarno mengeluarkan perintah berkonfrontasi dengan Negeri Serumpun 9, karena dinilai
menjadi boneka Inggris. Mereka dibagi ke dalam beberapa grup. Seluruh bangsawan laki-
laki disatukan dalam satu kelompok lalu dimasukkan ke dalam perahu, sedangkan anak-
anak dan perempuan ditempatkan di perahu lain. Rencananya mereka akan dibawa ke
Tarakan, dari sana berlanjut ke Balikpapan. Rencana itu tak dijalankan. Ada 30 orang yang
akhirnya dieksekusi tim pengawal dari Kodim Bulungan. Mayat mereka dilempar begitu
saja ke lautan (Burhan Djabier Magenda, East Kalimantan: The Decline of a Commercial
Aristocracy, hal.91).
10 Sungai kecil di Kota Belud, Sabah, Malaysia, airnya jernih berbatu, menyediakan tempat-
tempat berkemah bagi para pengunjung dan wisatawan yang ingin melewati malam
bernuansa alam perbukitan—termasuk salah satu objek wisata favorit di negeri jiran.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


141

ini waktu jalan-jalan


menikmati sejuk udara pagi,
kicau burung-burung
—juga embun di rerumputan.

—ini hari untukmu

aku selalu mengingat masa-masa itu


saat kau sadarkan aku
setelah lama terperam
di rahim kasih rumah singgah kita dulu

lihatlah
malaikat sebentar lagi
mengepakkan sayapnya
terbang ke negeri cakrawala

aku akan ikut


terbang bersama mereka
kembali ke kampung lama kita:
tempatmu Rahmah!

aku mungkin tertatih


sayap-sayapku mungkin tak kuat
tak sekokoh sayap-sayap malaikat
—tapi tak apa
aku akan terus mengepak
untukmu........

“jadilah manusia penunggang harimau,


melompat tinggi.”

Itu katamu dulu


aku ingat itu,
jadi, aku tak akan berhenti
untukmu.

Malam Petaka
142

Ayo, tunggu aku!

......Ibrahim
mengusir
sepi.......

/11/

Mentari segera tidur ke pembaringan


malam cepat menikam
Ibrahim terpakur bersama gemericik Polumpung Melangkap
—sungai kecil berbatu berarus deras itu.

Pada tenda-tenda berjajar di tepian sungai itu


Ibrahim acap melewatkan malam—sepi tapi asri
seperti malam ini.

Apalagi yang ia tunggu?


tiada—usia pun tua sudah.....
“buku catatanku segera berakhir di sini—bersama Bulungan kurindu
biar kupahat kenangan di sungai berbatu ini
jadi cerita generasi baru—anak-anak milenia:
cinta itu sungguh berat, rindu ini amat dalam
sepi ini menyiksa sangat.”

Ibrahim kadang berkeluh kesah


begitulah ia dengan jiwa separuhnya.

/12/

Adakah ia korban politik berhadap-hadapan


kala dua serumpun dilanda curiga
saat jiran tak berjabat erat
pedih selalu.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


143

Ibrahim, di sini aku membacamu


soal cintamu yang pasi
soal politik yang basi
soal kita yang kadang dilanda caci maki.

Ibrahim, kenapa tak kau cari saja Rahmah yang baru


agar hidupmu tiada sepi
agar anakmu dapat memanggilmu ayah
agar cucumu bisa menyebutmu kakek.

Ibrahim, tak inginkah kau berpuak-puak


untuk Ibrahim-Ibrahim setelahmu
atau pula Rahmah-Rahmah sesudah Rahmahmu.

Ibrahim......
ah, lelaki tua
kutulis lagi engkau di sini
rupanya ada juga cerita cinta mati seorang lelaki sepertimu
di zaman yang mudah saja orang mendapat pasangan berganti-ganti
tak pria, tidak juga wanita.

Ibrahim,
ah, kau!

/13/

Dan, setiap kali ada amuk


saat bulan redup, kau pun terkenang
satu malam petaka; orang-orang
bertubuh gagah mengacung senapan
lalu memuntahkan pelor ke segala arah
hingga kampung benar-benar lengang
: ah, petaka
ah, betapa ngeri

Malam Petaka
144

pada waktu bersamaan


aku pun mengingatmu
lelaki tanpa belaian perempuan
berjalan di bawah langit temaram

Ibrahim…

Bandar Lampung, 14 April 2018

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


145

Biodata
Heri Mulyadi, lahir di Tanjungkarang, 10
Oktober 1973, dari seorang ibu bernama
Waliyah dan ayah, Ahmad Humaidi (alm).
Sulung dari delapan bersaudara ini tumbuh
besar dalam lingkungan yang multietnik,
berpindah-pindah ke banyak tempat
mengikuti orang tuanya yang “tergusur”
oleh kesahajaan, sebelum akhirnya memilih
mandiri selepas bangku
SMA.

Walau terseok, Heri berhasil menuntaskan pendidikan sarjananya di


FISIP Unila Jurusan Ilmu Pemerintahan pada Agustus 1997 dengan
meraih predikat cumlaude.

Heri aktif menulis sejak kecil dan mengirimkan karya-karyanya ke


Majalah Bobo dan Kuncung yang cukup populer kala itu. Beberapa
puisinya pernah terbit di Harian Lampung Post dan beberapa media
lainnya.

Selain menulis puisi, ayah dua anak ini juga dikenal sebagai kolomnis;
pernah bekerja sebagai wartawan, juga pernah tercatat sebagai anggota
parlemen DPRD Kota Bandar Lampung 2004-2009 dari Fraksi Partai
Keadilan Sejahtera.

Heri kini bergiat di dunia bisnis melalui bendera PT. Zakwan Agrindo
Perkasa dan PT. Karbon Tionin Semesta, perusahaan eksportir yang
bergerak di bidang komoditi perkebunan dan hasil laut.

“Menulis artikel dan puisi adalah cara saya merefleksikan aneka peristiwa,
sebagai kepedulian atas apa yang terjadi di sekitar,” ujar suami Eka
Susilawati ini memberi alasan soal kecimpungnya di dunia tulis menulis.

Malam Petaka
146

Heri berobsesi terus menulis dan menerbitkan lebih banyak buku. Salah
satu bukunya yang pernah terbit Menembus Arus: Gerakan Mahasiswa
dan Perspektif Reformasi dari Lampung. Buku mengenai catatan
gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru ini ditulis
secara keroyokan bersama sejumlah penulis lain, dieditori Syafarudin,
terbit medio 1998.

Heri diundang pada Pertemuan Penyair Nusantara di Pattani, Selatan


Thailand, 21-24 November 2015. Dua buku kumpulan puisinya yang
telah terbit, Kembali Kosong (2015) dan Melukis Langit (2017). Selain itu
juga sejumlah buku antologi puisi bersama para penyair lainnya: Jogya
dalam Nafasku (2015), Mengeja Kitab (2016), Merenda Kasih (2016),
Menyulam Sayang (2017).

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


147

ABSTRAK

Setidaknya ada 7 kekayaan senibudaya Indonesia yang diklaim milik


Malaysia, di antaranya adalah lagu “Rasa Sayange”, tari Tor-Tor, dan
kesenian Reog Ponorogo. Pengakuan tersebut membuat dua negara
bertetangga dan masuk “Negeri Serumpun” ini, sempat bersitegang
dan renggang; belum lagi soal saling klaim beberapa pulau di perairan
Indonesia yang memicu kedua negara ini nyaris memanas.

Padahal, Malaysia bisa saja mengaku bahwa darah yang mengalir di


mayoritas masyarakatnya adalah “Indonesia” semisal dari Jawa, Minang,
Bugis, Batak, dan lain sebagainya. Nama-nama orang Malaysia yang
masih “jowo” beberapa di antaranya masih dipertahankan, pun nama
Minang, Aceh, Bugis, dan seterusnya.

Hubungan Indonesia dan Malaysia sempat merenggang, sebabnya soal


klaim kekayaan senibudaya dan perbatasan. Persoalan yang mungkin
akan terus berulang, mengingat kedua negara bertetangga dan
serumpun yang berakar Melayu itu nyaris tiada perbedaan. Misalnya,
Malaysia juga mengenal akrab bambu runcing, lemang tapai, maupun
panganan khas yang ada di masyarakat tradisi suku Indonesia.

Itulah yang hendak diangkat dalam puisi esai ini: ketegangan yang
terjadi hingga ke bilik privasi keluarga/rumah tangga: “Darah dalam
diriku ini adalah Jawa. Tetapi kami mencintai 1 Malaysia!” *

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


148

Isbedy Stiawan ZS
INI DARAHKU,
MENGALIR DARI MATA AIR YANG SATU

jika harus memliih


cinta pada kampung halaman
atau pada seseorang
yang kini teman perjalanan?

keduanya – Ibrahim menegaskan,


tapi Rima beda pandangan:
seseorang bersamaku sekarang
sebab kampung halaman
masa lalu dan akan usang
sementara aku hidup di ini hari
untuk menjemput waktu datang

/1/

suatu pagi Jumat di bulan Desember,


Jetti Lumut1 amatlah ramai; begitu riuh
karena akhir pekan bagi wisatawan
menikmati pantai menawan
dan pertunjukan senibudaya:

1 Nama penyeberangan laut dari Ipoh menuju Pulau Pangkor, Perak, Darul Ridzuan. Selain
Lumut ada juga Marina. Untuk ke Pangkor para wisatawan membeli tiket pergi dan pulang,
namun tak harus kapal yang membawa saat ke Pangkor; artinya bisa naik kapal apa saja.
Kalau berangkat dari Lumut maka pulangnya harus ke tempat semula, begitu pun jika
keberangkatan dari Marina

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


149

puisi dan lagu rakyat2


serta tari-tarian antarbangsa
di panggung terbuka pulau Pangkor3

tak cuma Melayu, juga Cina,


India, dan lain sukubangsa
beramai ke ini pulau
segalanya terpukau
oleh pembacaan puisi,
lagu-lagu rakyat, tari, dan musik

juga Ibrahim, bersama Rima di sebelahnya,


begitu suka dan terkesima
menyaksikan seni di malam
penuh bintang-bintang

“seni budaya itu ada


di semua tanah Melayu,” kata
Ibrahim. Istrinya melempar
tatapan kepada suaminya

ada tari zapin, inang


joget dan tari asli4
serta tor-tor dan lainnya
ada musik dan lagu
yang juga hidup di nusantara

: ada gambus….

*
2 Setiap tahun pada Desember, di Pulau Pangkor digelar Festival Puisi dan Lagu Rakyat
Antarabangsa (Pulara). Kegiatan ini ditaja oleh Negara Bagian Perak Darul Ridzuan bekerja
sama dengan Kampung Karyawan Malim yang dketuai sastrawan terkemuka Malaysia,
Malim Ghozali PK. Pada 2017 Pulara memasuki ke 8 tahun, dilaksanakan pada 29 November
hingga 3 Desember 2017. Sebelumnya, Pulara dilaksanakan di antara minggu kedua atau
ketiga pada bulan Desember.
3 Adalah pulau lepas pantai di semenanjung Malaysia barat laut, dicapai dengan feri lewat
Ipoh. Pulau Pangkor memiliki wilayah hanya 8 km persegi dan penduduk sekitar sekira 25
ribu jiwa. Menteri Besar Perak, Zambry Abdul Kadir, kelahiran Pulau Pangkor.
4 Dapat dilihat di www.jkknperak.blogspot.co.id

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


150

/2/

hampir tiap tahun Ibrahim


mengajak Rima ke Pangkor
sejak dibukanya Pulara
menyaksikan penyair
antarbangsa5 baca puisi,
penampilan lagu-lagu
rakyat dan tari-tarian

“aku seperti berada


di kampung datuk-nenekku,”
kata Ibrahim. cukuplah menonton
di sini, setiap tahun untuk
melepas rindu-rindu

Rima menjawab, “tiada beda


kusaksikan di sini dengan
di kampungku sana…”

keduanya riang-gembira
berbaur dengan pengunjung lain
di Pangkor, di pulau kelahiran
menteri besar Perak,
berdarah Aceh dalam tubuhnya6
yang setia hadir tiap pesta seni
: ia pun membacakan puisi7

sungguhlah ramai. tak hanya


warga Malaysia, dari negara
tetangga menjayakan acara
5 Antara bangsa (Malaysia)
6 MB Perak Darul Rudzuan Zambry Abdul Kadir kelahiran Kampung Masjid, Pulau Pangkor,
sebuah pulau nelayan di negeri Perak. Beliau telah dilantik menjadi Menteri Besar Perak
yang ke 11 pada 12 Mei 2009. Darah yang mengalir di dalam dirinya, konon, Aceh. Zambry
pernah mendapatkan gelar kehormatan sekaligus diangon oleh Sjachroeddin ZP say
menjadi Gubernur Lampung.
7 Zambry Abdul Kadir juga dikenal sebagai penyair, salah satu kumpulan puisi bertema politik
dan sosial pernah diluncurkan dan dibahas di sesi seminar Festival Pulara, tahun 2014.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


151

Ibrahim dan Rima


sama-sama selayaknya
pulang kampung; ia bawa
kampung kelahiran8
ke mana pun melangkah

“kerinduan pada kampung


ibu atau nenek, tak bisa
hilang begitu saja,” ucap Ibrahim
setelah menyaksikan tari zapin
oleh para penari di panggung

Rima enggan membantah


ia hanya mengangguk; tersenyum
dan tangannya melilit di pinggang
suaminya; ia ingin dimanja
seperti pasangan remaja
memadu cinta…

/3/

Kuala Kangsar, ibukota kerajaan


negeri Perak. nama ini tersebab
pertemuan Sungai Kangsar
dengan Sungai Perak9

8 Budayawan Nirwan Dewanto dalam makalahnya saat Kongres Kesenian Indoensia pertama
mengatakan, setiap diri ini membawa kampung halaman (kampung kelahiran, kampung
ibu) ke mana pun merantau. Itu sebabnya, seseorang di rantauan seakan ulang-alik dari
kampung halaman dengan tanah perantauan. Apa yang ada di kampung kelahiran seperti
terbawa di tanah rantau atau tanah kedua
9 Sungai Perak sepanjang 400 km mengalir dari Hulu Perak hingga ke Beting Beras Basah
di Bagan Datoh ke Selat Melaka. Sungai Perak merupakan sungai ke-2 terpanjang di
Semenanjung Malaysia setelah Sungai Pahang. Sungai ini memunyai banyak anak sungai.
(baca: https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Perak )

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


152

Kuala Kangsar dihuni


masyarakat melayu
yang di dalam dirinya
mengalir darah Jawa
juga Minangkabau

lalu, apa kami salah


pabila mencintai
seni dan budaya nenek-moyang?
sedang kampung masa lalu
selalu bersemayam di ini lubuk
seperti detak napas di jantung
isapan udara di hidung

jangan salahkan anak-anak kini


masih menyukai zapin,
tari inang, reog, tor-tor
atau pun “rasa sayange”
sebab sejak kecil ibu-ayah
datuk-nenek mengajarkan
pada anak-anak sebelum tidur

bahkan, di sanggar-sanggar seni


guru mengajarkan anak-anak Melayu
agar tak jauh melupakan lubuk
agar tak meninggalkan biduk

dan Rima, gadis Indon10


mula ke Ipoh karena bekerja
di sebuah rumah makan
lalu pindah di keluarga melayu,
“di tempat ini aku suka
sebab keluarganya ramah,

10 Warga Malaysia, juga Brunei Darussalam, menyebut Indonesia dengan Indon. Bagi  warga
Indonesia sendiri kata Indon berkonotasi negatif  dan terkadang sampai tahap melecehkan
atau penghinaan. Namun dari pihak Malaysia menyangkal bahwa perkataan Indon tersebut
adalah sebuah penghinaan atau pelecehan. Karena kata “Indon” tersebut hanya panggilan
biasa yang bermaksud Indonesia.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


153

tak lalai laksanakan ibadah,” cerita


Rima kepada Ibrahim kali pertama
jumpa di Lumut ingin berlibur

pertemuan tiada sengaja itu


kecuali karena kehendak Illahi
di atas boat kedua insan
saling tukar kisah:
Ibrahim anak Melayu
datuk-neneknya berdarah Jawa
sejak kecil sering diajak
menonton wayang
suka suara tuk dalang
saat memainkan lakon

Rima bercerita lagi tentang


keluarga majikan yang baru,
“anak-anak lelakinya rajin
salat di masjid bersama abah,
sementara anak perempuan
berjamaah di rumah.”

Ibrahim memberi jempol,


“jaga diri, jaga kepercayaan
akan selamat di perantauan.”

satu kapal boat


Ibrahim-Rima ke Pangkor
—itu dulu, 11 tahun silam...—

dan, jodoh tak ke mana-mana


ibrahim ingin Rima jadi ibu
dari anak-anaknya; menikahlah,
mereka berjanji setia-secinta
dibawa istrinya ke Kuala Kangsar
bangun rumah tangga
dengan tiang-tiang cinta

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


154

beratap kesetiaan dan kasih sayang


mengarungi lautan dengan arah
yang satu: berkah

tapi rumah ini sepi


tanpa tangis bayi

sampai 12 tahun kemudian


mereka tak punya anak disayang
meski rindu alang kepalang
namun Tuhan tak juga berikan
anak yang cantik dan tampan
buah dari cinta sepasang manusia

dan, Rima masih Indonesia


tak ingin melepas warga-negaranya
tak hendak jadi pengkhianat
pada leluhur yang mengangkat
bambu runcing mengusir penjajah laknat

“darah yang mengalir di tubuhku ini


biarkan tetap Indonesia, meski hatiku
mencintai lelaki Malaysia…” gumamnya

walaupun ia harus bersusah-susah


melapor ke kedutaan atau pulang
sebab tak mau disebut pendatang haram
lalu diburu-buru polisi Malaysia

lalu mati dalam bui


lapar di penjara

Ibrahim, suaminya, juga


tak berniat pindah warga negara
apalagi menetap di Indonesia

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


155

betapa pun leluhurnya


dari Jawa. Ya! tak ingin
jadi pendusta bangsa

sekali Malaysia,
akan satu Malaysia!

jadi, sesama Melayu


tak elok saling tuduh:
pencuri budaya leluhur

ketika sebagai serumpun


sama-sama punya zapin
tari inang, tarian piring
musik gambus; pun lagu
yang sama disenandungkan:
aku pulang dari rantau
bertahun-tahun di negeri orang, oh Malaysia
oh di mana kawan dulu
kawan dulu yang sama berjuang oh Malaysia

kekasih hati pun telah pula hilang


hilang tiada pesan
aduhai nasib, apakah daya
cinta hamba jiwaku merana, mana dinda

inilah kisahku semalam di Malaysia


diri trasa sunyi
aduhai nasib, apakah daya
aku hanya seorang pengembara yang hina11

11 Lagu “Semalam di Malaysia” amat terkenal di dua negara ini, pernah dipopularkan oleh
Bimbo, D’Loyd; lagu ini karya Sjaiful Bachri dan dipopularkan oleh S. Effendi Nozie. Dari liri
lagu ini pernah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama.

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


156

/4/

Ibrahim pernah geram ketika


negerinya dituding mencuri
tujuh budaya Indonesia12
seakan Malaysia tak berbudaya
tiada garis leluhur yang berakar
dari pohon yang satu

waktu itu, ia belum


bertemu Rima. tak pula
mengenal Indonesia
selain dari cerita-cerita
yang dikisahkan orang tua

ya, ya. Indonesia begitu asing


dan ia hanya tahu Indon
untuk menyebut negara
ribuan pulau itu. negara yang
nyaris mengganyang negerinya,
yang dikobarkan Soekarno13

tentu cerita itu juga ia terima


dari para leluhur; sebuah sejarah
amatlah kelam,
“ah, perang tak boleh terulang!”

sama-sama bangsa terjajah


meski beda tuan diraja
satu rumpun dua negara
hati dan selera terpaut sama

12 https://nasional.tempo.co/read/411954/malaysia-sudah-tujuh-kali-mengklaim-budaya-ri -
26 Jun 2012, 15:46 WIB
13 Konfrontasi Indonesia-Malaysia (lebih dikenal Konfrontasi) adalah ebuah perang mengenai
masa depan Malaysia, Brunei, Sabah, dan Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia
dan Indoensia pada 1962-1966.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


157

sebab,
“ini darahku, mengalir dari
mata air yang satu. kemudian
mencipta anak sungai,
beragam warna dan tangkai
darah dalam diriku ini
adalah Jawa
tetapi aku mencintai 1 Malaysia.”

kalimat itu diucap


dengan suara bergetar
protes seorang remaja

berita yang diceritakan ayah


masih terngiang di telinganya

“pemerintah Malaysia
sudah tujuh kali mengklaim budaya
Indonesia sejak 2007. bahkan, tari zapin,
rendang, gamelan, dan cendol pun
tercatat dalam akta budaya Malaysia.
“Pertama, klaim terhadap
kesenian reog Ponorogo….” kata
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti14

Rima tak pernah tahu


soal ketegangan dua negera ini
sebab kala itu ia masih belia
apalagi ia tinggal di desa
tiada koran tak ada pula kabar lain

14 Selebihnya buka https://nasional.tempo.co/read/411954/malaysia-sudah-tujuh-kali-


mengklaim-budaya-ri - 26 Jun 2012, 15:46 WIB

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


158

barulah ketika remaja


Rima dengar cerita
banyak perempuan desa
mencari kerja ke Malaysia

ia sangat gembira
setiap para pekerja pulang
berkisah soal Kualalumpur,
Johor, Negeri Sembilan,
Kedah, Ipoh, ataupun Sarawak,
juga Sabah. nama-nama yang
tentu asing dan entah di mana
untuk membuka lembar peta
agar tahu letaknya

ia tak bisa; “di sekolah hanya


ada bola dunia, dipajang
hanya di meja atau di atas lemari
ruang Kepala Sekolah,” katanya
bercerita dan sadar betapa
ia jauh tertinggal dari anak-anak
seusianya tinggal di kota

tak bisa melanjutkan sekolah


menengah atas, Rima kerja di kota
sebagai pembantu rumah tangga

di kota ia mulai buka-buka koran


nonton berita televisi; “ahai!
Indonesia memang kaya, kandungan
alam, laut, gunung, hutan. juga
budaya. lebih kaya dari Malaysia.”

ia pernah geram ketika dapat cerita


kalau negara jiran itu mengakui
lagu “Rasa Sayange” milik mereka,
Reog Ponorogi sebagai kekayaan

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


159

Nenek-moyang Malaysia! dari


mana bisa ngecup15 begitu? apakah
orang Malaysia juga dari Indonesia
kenapa harus pisah?

ah, mana sampai dalam pikirannya


ia hanya tamatan esempe;
pelajaran sejarah baru soal raja-raja
di tanah air. tak tahu negara serumpun;
Malaysia, Singapura, Brunei…

tak pernah ada dalam benaknya

meski ia pernah marah


sewaktu tuan majikannya di kota
berang saat bercerita sejumlah
kekayaan budaya Indonesia
diakui negara tetangga

“enak saja mereka mengaku


Reog Ponorogo dan tortor
sebagai miliknya!” suara
majikan Rima menggelegar.
ia mengangguk. dalam hati mendukung
sekiranya diajak melawan, siap di depan

itu dulu,
sebelum ia kenal bujang Malaysia
lalu menjadi istrinya
meski belum ganti warga negara

15 Ngecup dari bahasa daerah, yang berarti mengklaim, atau mengambil lebih dulu

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


160

/5/

Ipoh negerinya indah


Kuala Kangsar selalu menawan
seni budaya selalu berjaya
dikenalkan sejak buaian

di sini hidup seni wayang


dimainkan Tuk Dalang
warga nikmat menyaksikan
hingga semalaman

Malaysia juga ada rendang


yang bikin suku Minang
ada Reog Ponorogo
namanya Tari Barong

“kekayaan budaya itu


telah hidup bertahun-tahun
sudah berdarah-daging
dalam diri kami…”

ibarat kampung halaman


akan dibawa ke mana saja
tiap langkah mengayun,
lantas apakah tak boleh
semua itu milik bangsa
sebagai orang merdeka?

“Ini darahku, mengalir


dari sungai yang satu,” kata
ibrahim, juga Rahamad,
Kemala, maupun Rosita

maka tak elok jika


seni budaya yang hidup
di darah dalam tubuh ini

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


161

adalah milik orang lain


ialah kepunyaan orang

di sini, memanglah
berdatangan dari Bugis,
Minang, Jawa, Batak,
ataupun Aceh

Kampung-kampung halaman
yang tak akan mungkin hilang
biarpun hidup di lain padang

seperti Rima tak bisa lupa


kampung kelahiran
juga berbagai kesenian
walau di Kuala Kangsar
ia saksikan berbagai seni

ia bisa nikmati
tapi rasa yang lain
sebagaimana mencecap pempek
tapi dibuat bukan di Palembang
atau menikmati ketoprak
namun bukan di Cirebon

“Ya, menonton Reog Ponorogo


ataupun Kuda Lumping
lebih terasa magisnya
dimainkan di Jawa,” kata Rima
kepada suaminya

Ibrahim memandangi istrinya


ia mengerti arah cakap Rima
bahwa kesenian di Malaysia
walaupun sama dengan di Indonesia
tentu berbeda rasa dan sajian

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


162

/6/

sebagai orang Indonesia


ia pernah berdebat dengan suaminya
ia katakan, sememangnya
Reog Ponorogo, Tor-tor
dan kesenian lain dari Indonesia
tak boleh diakui semena-mena

“sebab setiap seni budaya


pasti diikuti oleh sejarahnya
lalu apakah orang Malaysia
punya sejarah silam
tentang seni budaya itu,
selain mereka datang
dari Indonesia dan menetap
sebagai warga negara Malaysia?”
kata Rima membuka percakapan

dipandangnya Rima amat lama


sebelum akhirnya Ibrahim berujar;
kami punya sejarah tidak kelam
para leluluhur kami pindah ke sini
ketika Indonesia dijajah
hidup saat itu sangatlah payah
kerja rodi membuat banyak orang mati
“bermigrasilah mereka
bukan karena tak setia pada bangsa
demi hidup layak dan diri berharga.”

mungkin para leluhur itu


berniat hidup sementara
setelah aman kembalilah
mereka ke Indonesia
: tanah tumpah setetes darah

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


163

nyatanya takdir bicara lain


orang-orang Indonesia
amatlah banyak di sini
beranak pinak, hidup bahagia
akhirnya lupa tanah kelahiran
juga kebangsaan:
jadilah penduduk Malaysia
tapi apakah hati mereka
bisa lepas begitu saja?

“o tidak! segala nilai-nilai


budaya, adat istiadat
tak mungkin hilang dari hati
karena akan terus menetap
ke mana pun ia berada
sebagai manusia pergi-pulang
dari tanah leluhur
dan ladang perantauan
tak mudah luntur.”

tapi, apakah Malaysia


punya budaya sendiri
lahir dari pribumi asli?
Rima mendesak

“apakah masih ada


asli di bawah langit?”

Rima memaklumi
kini pun ia ulang-alik16
apakah masih Indonesia
tatkala menetap di Malaysia
lalu apakah Rima sudah Malaysia
sedangkan hatinya di Indonesia?
16 Manusia pulang balik, antara manusia kampung halaman dan perantauan. Ini sering diakui
banyak orang, misalnya ketika seseorang merantau dan menjadi warga negara lain, lalu
mereka bertanya: “apakah aku bangsa ini….? ah bukan, aku bangsa itu. tapi apakah aku
masih bangsa itu? ah tidak, aku bangsa ini.”

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


164

Berkali-kali ia diminta
pindah warga negara
setiap itu pula ditolaknya:
selain mencintai Indonesia
ia tak ingin khianati bangsa

maka,
“biarlah anak-anak kelak
bebas memilih jadi apa
sila mau Malaysia
atau ikut aku ke Indonesia
tapi kelak, jika kita
dikaruniai anak…”

ah, lalu sunyi


bagaikan pemakanan
malam hari…

/7/

jika politik mencerai-beraikan


kebudayaan akan menyatukan
untuk menghargai keragaman
saling mencintai perbedaan
sebab itu, kesenian diterima
tanpa melihat tahta maupun bangsa
diterima orang-orang mekah
sampai di benua eropa

lalu dua negara tetangga


sempat bertegang-tegangan
tiada lain sebabnya kebijakan
sedang budaya tetaplah semayam
di hati setiap manusia

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


165

“seperti kita, hanya negara


membedakan. cinta
dan kasih-sayang tak bisa
dipisahkan,

seperti Adam mencari-cari


Hawa, lantaran satu rusuk
dibawa pergi, setelah terpisah
keduanya dari surga

cinta dua pasang pertama itu


bertemu lagi di bukit Rahma;
jabal yang dipenuhi kasih sayang
dan cinta abadi,” bisik Ibrahim

Rima membalas,
“sebab cinta aku tertawan
di lubuk yang lain
di padang yang berbeda

lain lubuk lain ikan


lain ladang lain pula belalang
hatiku lahir di negeri seberang
bertunas di kebun orang.”17

lantaran setiap orang


selalu membawa kampung halaman
sejauh-jauh ia di perantauan
sebagaimana bangau tinggi terbang
akan ke danau pula ia pulang.”

begitu pun tanah pijak kedua


sesudah kampung budaya
yang dibangun para orang tua

17 Peribahasa sebenarnya: lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, yang beerarti
setiap negeri memiliki adat yang berbeda satu sama lain – tiap-tiap negeri ada adat
istiadatnya sendiri. Sementara Indonesia dan Malaysia adalah negeri serumpun.

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


166

akan selalu merindukan


nun halaman yang jauh

jadi, tak perlu tuding dan caci


sebab budaya itu abadi
bersemayam di dalam hati

/8/

tahukah kau berapa abad sudah


kami tinggalkan negeri leluhur
lalu membangun rumah
dan mengolah tanah di sini?

para tokoh kesohor


berdarah Jawa seperti
penyanyi Herman Tino
Wak Doyok, model dan artis18

dalam diri dibawanya


kenangan-kenangan kampung halaman
budaya bagi Jawa dia lahir
jadilah Jawa-Melayu
tak hilang dihapus zaman
malah kian hidup
setiap ada kerinduan19

18 Banyak tokoh penting dan terkenal di Malaysia yang memiliki darah keturunan Jawa.
Orang Jawa bukanlah satu-satunya suku bangsa Indonesia yang telah berasimilasi dalam
masyarakat Malaysia, terdapat juga suku Minangkabau, suku Bugis, suku Banjar, suku
Bawean, dan lain-lain. Migrasi orang Indonesia ke Malaysia telah terjadi sebelum zaman
kolonial khususnya pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Pernikahan politis antar
kerajaan seperti antara Sultan Mansur Shah dari Malaka dan Putri Raden Galuh Chandra
Kirana dari Majapahit menjadi bukti interaksi antar bangsa sudah dimulai sejak lama.
19 Suku bangsa Jawa di Malaysia telah beradaptasi pada budaya dan nilai sosial setempat
dengan sangat baik. Komunitas orang Jawa di Malaysia telah mengadopsi budaya Melayu,
mereka berbicara dalam bahasa Melayu dan menggunakan nama-nama Melayu.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


167

seperti kisah cinta


Ibrahim dan Rima
akan terpenggal
jika habis masa tinggal
lalu menyatu kembali
setelah ada izin menetap

begitulah, begitu…
tapi tak serupa
kembara Adam dan Hawa

ini darahku
mengalir dari mata air yang satu

“ini mata airku


mengalir di darahku yang merah
untuk menyatu dalam darahmu.”

ini kerinduanku pada leluhur


tanah tumpah segala rindu

“ini rinduku
bersatu dalam degup cintaku
hanya padamu;

lelaki dari seberang


berawal dari negeri serumpun
berumah di Kuala Kangsar
bukan karena tersasar.”

jika mesti mati di sini


tetapkan sebagai Malaysia
dihanyutkan di sungai
“aku Jawa! ya…”

dan, jika Tuhan


mengantar anak-anak ke pelukan

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


168

biarlah mereka menentukan;


sebagai Malaysia
ataukah Indonesia,
selagi di tubuhnya mengalir
darah dari mata air yang satu
kaki berpijak di tanah Melayu
maka tak hilang digilas waktu
tak goyah diterpa gelombang

sebab di dadanya
tertancap budaya
maha perkasa!

o, bila?
“kami rindui bocah-bocah
yang menjadi jembatan
bagi hari ini dan mendatang
menyatukan perbedaan…”

anak panah – melesat jauh


meninggalkan masa lalu
dan tegak di waktu datang –
di antara rumpunan

inilah Malaysia
ini pula Indonesia
semestinya berkasih-sayang
dalam dekapan dua tangan
yang bersilang di dada

Pangkor 2016, Lampung 2017-2018

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


169

Biodata
Isbedy Stiawan ZS lahir di Tanjungkarang,
Lampung pada 5 Juni 1958, dan sampai kini
masih menetap di kota kelahirannya. Menulis
puisi, cerpen, esai, dan karya jurnalistik di
sejumlah media massa terbitan Jakarta
dan daerah, di antaranya Kompas, Media
Indonesia, Koran Tempo, Republika, Indopos,
Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Tabloid
NOVA, majalah sastra HORISON, Pikiran
Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Jawa
Pos, Suara Merdeka, Riau Pos, Padang Ekspres,
Batam Pos, Lampung Post, Radar Lampung, Fajar Sumatera, dan lain-lain.

Buku puisinya adalah Menampar Angin, Lelaki yang Membawa Matahari,


Laut Akhir, Salamku Pada Malam, Kota Cahaya, Taman di Bibirmu, Dongeng
Adelia, Menuju Kota Lama (memenangkan Sayembara Buku Puisi pada
Hari Puisi Indonesia, 2014), Pagi Lalu Cinta, Perjalanan Sunyi, Melipat
Petang ke Dalam Kain Ibu (Siger Publisher, 2016), November Musim Dingin
(Siger Publisher, 2016), Kita Hanya Pohon (Aura Publishing, Juni 2016),
Kota, Kita, Malam (Basabasi.co/Diva Pers, Desember 2016, dan masuk 10
besar Kusala Sastra 2017), Kepada Puisi Beri Aku lagi Cinta dan Anak Kunci
di Kepala (Siger Publisher, 2017), Di Alunalun itu Ada Kalian, Kupukupu,
dan Pelangi (Siger Publisher, 2018).

Kumpulan cerpennya antara lain, Perempuan Sunyi, Hanya untuk


Satu Nama, Dawai Tak Berdenting, Selembut Angin Setajam Ranting,
Seandainya Kau Jadi Ikan, Perempuan di Rumah Panggung (10 besar buku
prosa terbaik Khatulistiwa LiteraryAward, 2014), Tumang, dan Kau Mau
Mengajakku ke Mana Malam ini? (basabasi, 2018), dan lain-lain.

Pernah diundang ke berbagai acara yaitu Temu Sastra Indonesia (TSI),


Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN), Pertemuan Penyair Nusantra
(PSN), Festival Puisi dan Lagu Rakyat (Pulara) di Pangkor, Malaysia. Juga

Ini Darahku, Mengalir dari Mata Air yang Satu


170

di beberapa negara lain, yakni Brunei, Singapura, Thailand. Sepanjang


November 2015 melawat ke Belanda dan Belgia. Diundang mengikuti
Aruh Sastra Kalimantan Selatan (ASKS) XIV di Kandangan, Kabupaten
Hulu Sungai Selatan pada 17-19 November 2017.

Pernah memenangkan sayembara penulisan cerpen dan puisi, teranyar


adalah juara pertama Lomba Penulisan Puisi tema Cimanuk Tingkat
Nasional yang diadakan Dewan Kesenian Indramayu (2016), dan
pemenang ke satu Lomba Penulisan Puisi tema Indonesia Tingkat
Nasional yang digelar Pimpinan Pusat Partai Demokrat (2017), masuk
25 besar Sayembara Menulis Cerpen tema pesiri yang ditaja Dewan
Kesenian Indramayu (2017), dan lain-lain.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Indonesia


Bag. II
Puisi Esai Malaysia
172

ABSTRAK

Hubungan antara Malaysia-Indonesia telah melalui pelbagai fasa,


sejak sebelum merdeka sehingga kedua-dua negara ini mencapai
kemerdekaan masing-masing. Tetapi bagi aktivis seni budaya seperti
Sarita, dia percaya bahawa seni budaya juga berperanan dalam
menyatukan bangsa yang sama, walaupun dipisahkan sempadan negara.
Sebab itu ia berusaha hendak datang ke Sabah untuk mempelajari tarian
Magunatip yang menjadi tarian suku kaum Dayak di Negeri Sabah yang
dipanggil suku kaum Murut. Namun hasrat Sarita itu tidak kesampaian,
kerana dia terlibat dalam satu kecelakaan jalan raya dan meninggal
dunia. Dia meninggalkan kita semua ketika laluan perhubungan dua
hala kedua-dua negara semakin terbuka luas dan semakin mengeratkan
lagi hubungan antara Malaysia-Indonesia.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


173

Abdul Karim Gullam


SEKUNTUM BUNGA YANG TELAH GUGUR

Buat pertama kali


setelah hampir setengah dekad
menjunjung usia yang dipinjamkan Tuhan
kugagahi diri merentas perjalanan jauh
ke halaman ranahmu yang dirindukan
mencari kasih-sayang para warga
yang dipisahkan batas negara.

“Oh! Aku datang di kotamu


dengan hati bersih yang berbunga
dan rasa persaudaraan yang penuh cinta.”

Jalan yang berliku ke kotamu


jarak jauh yang ditempuh
hutan tebal yang setia mengawasi perjalanan
siang yang melelahkan
dan malam yang menangis
bukan lagi penghalang
yang menebalkan perbezaan
dan renik prasangka.

Sempadan yang dijaga polis dan tentera


bukan lagi tembok pemisah
antara kau dan aku.

“Oh! Aku datang ke kotamu


dengan jiwa besar
dengan jalinan kata penuh budi
yang membunuh curiga
curiga yang menyakitkan
Ini laguku bukan lagumu
Ini tarianku bukan tarianmu
Ini hakku bukan hakmu.”

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


174

**

Aku rempuh hutan tebal


aku panjat garis batas yang seperti tembok
aku lontar rasa iri benci
ke dalam hutan tebal Kalimantan
aku kubur kata-kata yang selalu
membuatku menangis sebagai
warga satu rumpun
dan selalu berkumandang
“Ini tanahku
dan itu tanahmu
ini kotaku dan itu kotamu.
Ini budayamu dan itu budayaku.”

Aku sudah lama melenyapkan fikiran murah


tentang sastera dan budaya
yang kononnya tidak menyatukan politik
dan tidak meredakan
permusuhan yang tak direstui.

Aku sudah akur dengan rendah hati


dan bersetuju bahawa sastera dan budaya
memang menyuburkan batin bangsa
menjahit carik kain ukhuwah
mengikat tali persahabatan dengan baik
antara warga dua negara,
Malaysia-Indonesia.

Sebab itu aku bertemumu di Pontianak


dan itu bukan permainan takdir
panggillah saja kau Sarita
perempuan yang lembut
dan berkulit halus seperti kulit telur
dengan raut wajah dan sosok tubuh

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


175

seperti perempuan Tionghua


yang ramah mesra berkata.

“Datanglah ke negeri Indonesia rayaku.


Kecil tapak tangan, nyiru ditadahkan.”

**

Ya, Sarita memang memiliki


susur galur keturunan Tionghua
dalam tubuhnya.

Pada tahun 3,000-1,500 sebelum masehi


dikatakan berlaku proses migrasi yang besar
orang Tionghua dari provinsi Yunan
membelah lautan
dengan bidar yang teroleng
ditimang gelombang
menuju Asia Tenggara,
dan sebahagiannya mendarat
di bumi Kalimantan.

Lalu waktu berlalu dan akhirnya


berlaku proses perkahwinan
rentas kaum dan budaya
antara masyarakat setempat
dengan orang Tionghua
yang membentuk masyarakat baru
dipanggil “Orang Dayak.”
dan Sarita salah seorang daripadanya.

Sarita, Perempuan Dayak yang baik


Perempuan yang membuatkan aku tertegun
bijaksananya berpaksi
tutur katanya beralas
budi pekertinya berakar
diplomasinya bersumber.

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


176

Memang maksud hatiku


melukiskan kebaikannya
dengan percikan warna putih
dan bauran warna ceria
serta kasih-sayang.

Memang maksud hatiku


menggerakkan berus ukhuwah
yang melakar bersama di kanvas
dan mengikut rentaknya.

“Ah!, sastera dan budaya


terlalu hebat aturan Tuhan
menjadikan sastera
mampu menggabung-jalinkan hati-budi
warga dua negara
yang bermukim di atas tanah
dan pulau yang sama.”

Apakah yang lebih bermakna


daripada pertemuan ini, Sarita?

Sedikit suntikan kemesraan


Kasih-sayang yang hidup di jalurnya
degup kencang jantung hati
yang lembut di singgasana persefahaman
atau sentuhan hati nurani
yang dituang perasaan halus
telah mengubah warna kanvas
yang berdebu
menjadi putih seperti kapas
sehingga sempadan politik
yang mengekang hubungan dua hala
selama ini
akhirnya terbuka lebar
dan seolah-olah termeterai
janji keakraban

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


177

yang tidak mungkin terhalang


dahulu, kini dan selamanya.

**

Aku bersyukur kepada-Mu


kerana menulis takdir ini
bahawa suatu hari
aku akan menyertai kunjungan penulis
dan budayawan ke kota Pontianak1ini
di provinsi Kalimantan Barat
sempena program Dialog Borneo-Kalimantan2
yang Ke-13 anjuran GAPENA3PUTERA4,

1 Kota Pontinak (bahasa Tionghoa, Khek: Khuntien) ialah ibu kota provinsi Kalimantan Barat,
Indonesia; Kota ini dikenal sebagai Kota Khatulistiwa kerana dilalui garis khatulistiwa. Di
utara Kota Pontianak, tepatnya Siantan, terdapat tugu khatulistiwa yang dibangunkan pada
tempat yang dilalui garis khatulistiwa. Selain itu Kota Pontianak dilalui oleh sungai Kapuas
dan Sungai Landak.Kedua-dua sungai ini diabadikan dalam lambing Kota Pontinak. Kota ini
memiliki keluasan wilayah 107.82 kilometer persegi.Layari Http://id.m.wikipedia.org.wiki.
kota
2 Dialog Borneo Kalimantan ( DBK ) merupakan acara dwi tahunan yang mempertemukan
penulis,sasterawan,akademis dan pengiat budaya Pulau Borneo dan semenanjung
Melaka.Kegiatan ini merupaka program pertemuan internasional antara pengiat budaya
Kalimantan. Baik yang berada di Indonesia,Malkaysia maupun Brunei Darussalam dengan
wilayah persekutuan lain yang ada di semenanjung.Layari: hurmaniora.or.id./2017/12/20/
dilog-Kalimantan-xii tahun 2017
3 GAPENA adalah Gabungan Persatuan Penulis Nasional atau ringkadsnya GAPENA di
tubuhkan pada 23 Oktober 1970.GAPENA merupakan sebuah gabungan persatuan penulis
dan budayawan di Malaysia yang berteraskan bahasa Melayu.GAPENA beribu pejabat di
Rumah GAPENA,JKR 734,Jalan Dewan Bahasa,50450 Kuala Lumpur, Malaysia.
Layari: https:// ms.m.wikipedia.org/wiki/Gabungan_Persatuan_Penulis_Nasional
4 PUTERA atau Persatuan Penulis Utara Sarawak merupakan satu persatuan penulis
di Sarawak,Malaysia.Persatuan Penulis Utara Sarawak di tubuhkan pada 7 Jun 1979
di Miri,Sarawak.Ia di tubuhkan sebagai mengwujudkan sebuah badan penulis yang
bakal menjadi pusat bagi penggemblengan tenaga dan minda dalam merancang dan
melaksanakan kebahasaan dan kesusteraan di wilayah utara Sarawak Bumi Kenyalang.
Pengasas utama dan orang paling penting dalam mengilhamkan kelahiran PUTERA ini ialah
Jeli Bohari Biha,mantan ketua 1 PUTERA. Beliau sebelum ini pernah bersama Persatuan
Bahasa dan Sastera Sarawak( PEBAS ) di Kuching,sebelum menghimpun beberapa
orang penulis dan peminat sastera setempat untuk duduk semeja dalam usaha untuk
menubuhkan sebuah persatuan penulis.Akhirnya mesyuarat penubuhannya berlangsung
pada 7 Jun 1979 di Kelab Shell Lutong. PUTERA di daftarakan secara rasminya pada 4 April
1980. Ketua 1 yang pertama ialah Abu Bakar Matasan dan Setiausaha 1 pula di sandang
oleh Jeli Bohari Biha sendiri.

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


178

BAHASA5,PERWILA6
Majlis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat
dan Pemerintah Kota Pontianak.

Sesungguhnya program itu


telah mempertemukan kita
malah mencairkan hatiku
untuk akur terhadap nilai bersama
bangsa serumpun
dan menolak pelbagai isu
yang hangat sebelumnya
tentang isu budaya, politik, ekonomi
masalah tenaga kerja Indonesia
bendara dan sempadan negara.

**

“Salam ukhuwah dari perempuan Dayak


yang tidak sepertinya”
Kata Sarita menimbus jurang dalam
persengketaan
merakam penghargaan yang tulus ikhlas
di atas kegigihan dan kesanggupanku
melakukan perjalanan jauh
selama enam hari empat malam,
pergi-balik
dalam jarak 3,000 kilometer yang ditempuh
Kota Kinabalu - kota Pontianak
melewati negara Brunei Darussalam,
Sarawak, sebelum memasuki

5 BAHASA atau nama penuhnya Badan Bahasa dan Sastera Sabah ( BAHASA ) d tubuhkan
pada 19 Mac 1970. Badan ini merupakan sebuah persatuan yang sangat berpengaruh
dengan objektifnya menyatupadukan seluruh penulis di Negeri Sabah menerusi bahasa
rasmi yang tunggal iaitu Bahasa Melayu.
6 PERWILA atau nama penuhnnya Persatuan Penulis Wilayah Persekutuan Labuan (PERWILA)
merupakan sebuah persatuan penulis yang dianggotai oleh budayawan,penulis,peminat
sastera dan bahasa yang bermastautin di Wilayah Labuan yang di tubuhkan pada 15 April
1985.
Layari: https://ms.m.wikipwdia.org/wiki/Persatuan_Wilayah_Persekutuan_Labuan.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


179

Post Imegresen Malaysia-Indonesia


di Entikong.

“Sesungguhnya kamu lelaki pemberani


sanggup mengharungi cabaran getir
dalam perjalanan penuh makna
siang dan malam
mengharungi kota dan desa,
kebun kelapa sawit dan hutan tebal
demi sastera dan budaya
yang dicintai. Demi ukhuwah
dan semangat persahabatan penuh cinta
yang membunuh prasangka
melampaui batas bangsa dan negara.”

Terima kasih dengan takdirku


kerana bertemumu
sehingga kelelahan bertukar
manik-manik kebahagiaan.

Menatap redup matamu


menjadikan aku lebih kuat
mengharung cabaran
dalam kunjungan yang amat bererti
terutama ketika acara yang berlangsung
di Rumah Adat Melayu itu
yang bukan sahaja
memberi ruang kepadaku
memahami budaya Melayu
tetapi juga budaya orang Dayak
melalui kemahiranmu menari tarian Jonggan7
sehingga aku terpegun
7 Tarian Jonggan adalah tarian pergaulan untuk masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu
Raya (Ambawakng) Mempawah (Toho Manyalitn) Landak (Sahapm) yang menceritakan
kebahagian antara muda mudi yang sedang bergaul. Yang menarik dari tarian ini adalah
tetamu yang hadirdalam acara tarian ini di ajak untuk menari. Tarian Jonggan di iringi oleh
music tradisional yang terdiri dari Gadobong Gendang, Dau (gamelan) Suling Bambu dan
Peluit yang ditiupoleh seseorang pemimpin Jonggan sebagai penanda ketika akan di mulai
sebuah lagupertengahan danakhir lagu tersebut.

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


180

kagum dengan bakat


dan keistimewaanmu.

**

Sarita, ibu tunggal yang istimewa


mempunyai sepasang cahaya mata
lelaki dan perempuan yang comel
berusia dua dan tiga tahun
yang dijaga kedua orang tuanya.

Ketika persembahan selesai


aku bertemumu sekali lagi
dan mendengar ceritamu
tentang tarian Jonggan
dengan suaramu yang tenang
sesekali ceria menyentuh
hubungan antara dua negara
yang semakin akrab.

Ada pernyataanmu
yang mendap di lantai benakku
sehingga berhari-hari aku memikirkan
lorong yang jauh di hadapan.

“Betapa aku impikan laluan rentas negara


yang lebih baik dan memudahkan
pertukaran budaya dan hubungan timbal-balik
yang lancar. Malah, kita boleh melakukan
melalui sastera dan budaya
dengan saling mengenali sastera dan
budaya masing-masing. Kita abaikan permusuhan
yang mengapi sebelumnya.”
Katamu bersemangat
dan penuh jujur.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


181

Aku mendongak melihat langit malam


aku merasakan garis Khatulistiwa
seperti menjadi sebatang jalan lurus
rentas negara yang sayup di kejauhan
merealisasikan impian murni
dalam konteks memperkukuhkan
hubungan akrab dua hala, Malaysia-Indonesia
melalui sastera dan budaya.

**

Namun hari berlalu


dan acara Dialog Borneo-Kalimantan
melabuhkan tirai dengan izin-Nya
diserikan pesta kesenian
penyeri malam perpisahan
tanggal 29 Disember 2017
menjadi kenangan penuh makna
dengan setiap negeri
membuat persembahan masing-masing.
.
Aku duduk di atas pentas
Rumah Adat Melayu Pontianak8
sambil mendeklamasikan puisi
“Harga Sebuah Malam”.
di tepi sebelah kanan pentas
dengan suara yang garau.

Cahaya bulan menyinar bumi Pontianak


dan jadi saksi pertemuan itu
ketika aku menuruni anak tangga
Rumah Adat Budaya Melayu Kalimantan

8 Rumah Adat Melayu Kalimantan Barat Pontianak ( Kalbar ) terletak di komplek


perkampungan Budaya Jalan Sutan Syahrir Kota Pontianak.Secara historis pembangunan
Rumah Adat Melayu ini dimulai dengan penacapan tiang pertama pada tanggal 17 Mei
2003 hingga selesai dibangunkan pada tahun 2005. Pada 9 Nevember 2005 Rumah Adat
Melayu Kalbar ini dirasmikan oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. http://www.brothertrans.
com.wisata/rumah/adat- melayu- kalimantan- barat

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


182

kau berdiri di hujung anak tangga


dengan panahan bola mata yang redup
dan bahasa hati
yang menuntut pertemuan lain.

**

Akhirnya kita bertemu


di Restoran Texas Chicken
yang dibuka 24 jam hanya di sebelah
Hotel Kapuas Palace
dan ada yang menghantui benakku
tentang pertemuan itu
kerana aku sendiri tidak mengerti
maknanya.
fikiranku melayang jauh
berperang di sepanjang perjalanan
sesekali aku bertanya
dan berteka-teki
tentang hajat yang tersirat
daripada apa yang tersurat.

Ketika jam berdetik


menjelang tengah malam di Pontianak
cahaya purnama
menyaksikan aku berdiri di hadapannya
seperti yang dijanjikan
dan rimba hati ku berkata
kenapa wanita secantik ini
terlalu cepat kehilangan suami
dan menjadi ibu tunggal
pada usia yang muda.

Sarita tunduk
dan bukan itu pusat cerita
sebaliknya dia lebih memikirkan
budaya dua negara yang perlu

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


183

saling kenal mengenali


di antara satu sama lain.

“Aku ingin berkunjung ke negeri Sabah


mempelajari tarian Magunatip.
tarian tradisional negeri abang”, katanya.

Aku teruja mendengar keinginan


yang indah itu.

**

Akhirnya, telah kusematkan di bajunya


kerongsang ikrar
untuk membantunya datang ke Sabah
kerana aku percaya sastera dan budaya
memang mempunyai kuasa magis
menghubungkan dan mengakrabkan
malah, membunuh segala prasangka
atau prejudis yang tidak baik
melibatkan kedua-dua negara selama ini.
Aku tahu tarian Magunatip9
Mempunyai persamaan
dengan tarian Jonggan di Kalimantan.

Namun, apa pun persamaan


atau perbezaannya

9 Tarian Magunatip merupakan tarian tradisional bagi suku kaum Murut yang tinggal di
bahagian Pedalaman Negeri Sabah seperti di Tenom,Pensiangan dan Keningau.Magunatip
adalah perkataan yang di ambil daripada kata “ Atip” yang membawa maksud jepit. Penari
Magunatip mestilah mempunyai kemahiran dan ketangkasan untuk menari melintasi
beberapa batang buluh bamboo yang akan di pukul secara srentak bagi menghasilkan bunyi
dan irama untuk tarian tersebut. Tarian ini biasanya hanya mengunakan buuh sebagai alat
untuk hasilkan muzik serta iramanya dan ia tidak memerlukan alat muzik iringan yang
lain apabila di mainkan. Tarian ini biasanya di tarikan ketika majlis-majlis tertentu seperti
keramaian dan ketika persembahan kebudayaan. Tarian ini juga menjadi salah satu tarikan
kepada para pelancung dari dalam dan luar Negara. Tarian ini juga ada di persembahkan
di beberapa Perkampungan Budaya agar ianya dapat menarik lebih ramai lagi pelancong
untuk datang ke perkampungan ini sekaligus memperkenalkan budaya masyarakat Sabah.
Layari: orangsabahan.blogspot.com.tarian-magunatip

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


184

Sarita tetap ingin melihat


bagaimana kedua-dua tarian itu
mampu menyatukan
ikatan persahabatan
antara warga dua negara yang berbeza
seterusnya memperkukuhkan
ikatan keakraban Malaysia-Indonesia.
yang bertepatan pula
dengan wawasan dan iltizam
kedua-dua negara.

Ku tatap wajah Sarita


ada kelembutan yang terserlah
ada senyuman yang terukir
pada bibir merah delima

“Satukanlah kedua-dua
negara-bangsa ini
melalui seni dan budaya
dengan komitmen
dan semangat juang yang tinggi.

Janganlah saling menuding jari


atau saling menyalahkan
atau saling berbelah
yang merugikan kedua belah pihak
dengan satu pihak menuduh pihak yang lain
sebagai pencuri
bendera negara dibakar
demonstrasi mengapi
di depan bangunan kedutaan Malaysia
konflik Malaysia-Indonesia diperbesarkan10
budaya menjadi pertikaian Negara.

10 Lihat, Berkongsi Warisan Budaya. www1.utusan.com.my yang mengatakan pertiakain


budaya antara Malaysia-Indonesia akhirnya menjadi besar dan menular kepada pelbagai
isu lain seperti kes penganiayaan TKI, Jerebu, pembalakan haram, pertikaian Ambalat,
Pulau Ligitan dan Sipadan dan sebagainya.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


185

Biarlah kita memperbetulkan semula


hubungan yang keruh itu
melalui sastera dan budaya
ketika politik memecah-belahkan
biarlah sastera dan budaya
menyatukan semula.”

**

Namun, segalanya hanya ketentuan-Nya


hari yang ditunggu tiba esoknya
aku hanya berserah
dan menerima takdirku
lalu kutinggalkan dia
tanpa menoleh ke belakang
ketika embun mula membasahi bumi
aku melangkah pulang
bersama seribu kenangan.

Pagi tanggal 30 Disember 2017


ketika gerimis turun menyirami
kota murung Pontianak
aku melangkah berat
meninggalkan Sarita bersama kotanya
dan pulang ke tanah air.

“Semoga selamat dalam perjalanan


dan kita bertemu lagi.”

Aku tunduk sendu


sesekali mendonggak ke langit
yang kelabu dan menyiram gerimis
sehingga Pontianak menangis
dan janji termeterai
aku akan kembali
pada waktu yang lain.

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


186

**

Hari demi hari berlalu


sesuai dengan kehendak-Nya
minggu berganti bulan
dan di tanah air
aku menunggu dengan sabar
kedatangan Sarita
tetapi kehampaan bergayut di mana-mana
sepi seperti dibawa angin
bersimpuh di halaman
tiada berita yang dapat dikongsi bersama
meski aku tidak pernah berhenti
menghantar khabar dan bertanya
apakah yang telah terjadi?

Sehingga suatu hari yang duka


tanggal 20 Mei 2018
aku menerima pesanan ringkas
yang menghiris hati dan perasaan.

“Maafkan aku kerana terlewat


menghantar berita ini
tiada berdaya kami
ketika berita pedih
menghiris dada yang kehilangan
adinda kami Sarita
telah berpulang
selama-lamanya.”

Aku tergamam memandang langit


yang berkaca dan seolah gerimis
menyiram bumi yang basah
ketika aku mendakap
kedua belah tangan ke muka
dan cuba memahami isyarat-Nya.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


187

Manusia hanya mampu merancang


tapi segalanya ketentuan-Nya.
aku pasrah dengan takdir yang tertulis
takdir gugurnya sekuntum bunga bangsa
tapi segala harapan dan cita-citanya
akan terus mekar seperti bunga kembang pagi
dan akan terus diperjuangkan
dengan iringan doa
semoga hubungan dua hala
Malaysia- Indonesia
melalui sastera dan budaya
akan terus terjalin berterusan
abadi dan selamanya.

Malah, hubungan yang sedia terjalin


akan pula terus diperteguhkan
zaman berzaman
melangkaui batas geografi
agama, ekonomi dan politik.

**

Memang ada perbezaan pendapat


antara Malaysia-Indonesia terutama berkaitan
Isu budaya di negara masing-masing
tetapi seperti carik-carik bulu ayam
warganya bersatu semula
tidak ada permusuhan atau persengketaan
yang kekal
tidak ada perbelahan yang kekal
dan mengatasi mustajabnya nilai persaudaraan
atau persahabatan antara sesama warga
kedua-dua negara yang mempunyai tradisi
dan tanah leluhur yang sepunya ini
walaupun bukan mudah
menjaga atau mengurus-tadbir negara
dengan baik.

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


188

Sudah pasti banyak halangan


dan rintangan yang sentiasa menunggu
di hadapan dan terpaksa dilalui
seperti belukar atau jalan bersimpang siur
atau hutan belentara yang tebal
dan dipenuhi fauna dan flora liar
tetapi sesiapa pun tidak dapat lari
daripadanya kerana tanah leluhur
kedua-dua negara ini
adalah tanah tumpah darah
yang amat bererti dan perlu dipertahankan
sehingga ke titisan darah yang terakhir.

**

Malam ini, ketika Malaysia Baharu11


mula menebarkan sayapnya
Malaysia Baharu pasca piluanraya PRU14
yang menewaskan penguasa lama
penguasa yang berkuasa selama 60 tahun
dengan rakyat bangkit menentang korupsi
bangkit menentang kleptokrasi
bangkit meperjuangkan keadilan
bangkit memperbetulkan negara
bangkit menggerakkan ekonomi
agar terus berada di landasan
bangkit melangsaikan hutang 1 trilion negara
bangkit menentang sistem percukaian
yang menghisap darah rakyat
bangkit meletakkan rakyat kembali
di tempatnya
bangkit membina hubungan yang lebih baik
dan realistik dengan negara jiran
dan dunia global.
11 Selepas Kerajaan Barisan Nasional kalah dalam PRU14, dalam tempoh yang terdekat akan
wujud dan popular slogan Malaysia Baharu, yang melambangkan sebuah kerajaan yang adil
dan bebas (bukan seb uah negara polis, wujud kebebasan bersuara sepenuhnya), telus dan
anti rasuah. Lihat Malaysia-baru.blogspot.com

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


189

Seperti kain layar yang terkembang


aku pun mula memikirkan
pelbagai hal yang berkaitan
seni dan budaya.
yang pastinya terus mengeratkan
hubungan dua hala
antara Malaysia dan Indonesia
setelah ribuan tahun lamanya
sudah terpetri dalam lembar kertas sejarah
betapa warganya memiliki ikatan keakraban
yang sedia ada
hubungan baik yang tercipta sekian lama
seni dan budaya yang menjadi lambang jiwa
dan identiti negara
itu pasti akan terus mengingatkanku
harapan dan cita-cita Sarita
yang mahu menyatukan bangsa
yang dipisahkan batas sempadan negara
melalui seni dan budaya
yang tidak terkalahkan itu.

Oh! Sarita
sekuntum bunga bangsa
yang telah gugur.

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


190

Biodata
ABDUL KARIM GULLAM atau lebih dikenali
Karim Gullam, lahir pada tahun 1957 di
Kampung Binaie Tenom, Sabah. Beliau
memulakan alam persekolahan di Sekolah
Rendah Kebagsaan Tenom, seterusnya
melanjutkan pelajaran peringkat menengah
di Sekolah Menengah Kebangsaan Keningau.
Ketika belajar di sekolah inilah bakat beliau
dalam bidang seni mula dikesan guru-gurunya.

Beliau sering terlibat dalam acara pementasan


kesenian di peringkat sekolah, tetapi penglibatannya dalam bidang
pementasan teater secara serius hanya bermula pada tahun 1979
apabila beliau terlibat secara langsung dalam Kumpulan ”Mana Manja
Tenom”, seterusnya berlakon dalam teater Antara Dua Kepercayaan di
bawah arahan Ajamian Mohd Yassin.

Mengimbas kembali detik yang bersejarah itu beliau berkata, perjalanan


telah bermula, dan beliau tidak akan menoleh ke belakang. Justeru,
bakatnya terus menyerlah. Pada tahun 1980 apabila beliau terlibat
dengan pementasan teater yang berjudul Di Bumi Lain, karya Kemala
arahan Mamit Sulaiman. Beliau telah dinobatkan sebagai pelakon lelaki
terbaik Negeri Sabah ketika itu

Beliau terus aktif dalam dunia teater dengan berlakon/mengarah dan


menulis skrip. Dalam bidang pengarahan drama pentas pula, sehingga
kini beliau telah mengarahkan drama pentas 1897 ( untuk tontonan TYT
Negeri Sabah ) Dundungan Kasih ( Untuk tontonan TYT Negeri Sabah
), Detik-Detik Perjuangan (sebagai pengarah teknikal, untuk tontonan
TYT Negeri Sabah ).Sementara skrip teater beliau Tumpalak Rundum
yang dihasilkan bersama Nurul Syafiqah Abdullah @ Stella Nasip telah
memenangi Hadiah Sastera Sabah dan termuat dalam antologi Skrip

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


191

teater terbitan DBP Sabah. Selain itu, skrip Kerana Sogit juga termuat
dalam antologi skrip teater terbitan DBP Sabah.

Skrip adaptasi Mencintai Xiang Li daripada karya cerpen Jasni Matlani


telah beliau arah dan dipentaskan di Dewan Besar DBP Sabah yang
turut disaksikan oleh delegasi dari Jakarta serta pengiat seni dari
Semananjung dan Negara Brunei DS.

Beliau turut terlibat dalam bidang perfileman sejak tahun 1999 sehingga
kini. Beliau menulis skrip drama TV dan terlibat sebagai penolong
pengarah disamping memikul tanggungjawab dan kepercayaan yang
diberikan Dato T.S.Jeffry sebagai Pengurus Produksi di bawah syarikat
Pentas Wayang Production Sdn Bhd. Antara drama TV lakonan beliau
ialah Hantu, Di mana Alin, Korek Lubang Tutup Lubang, Nada Cinta,
Kau....Aku, Cinta Yang Tertinggal, Kerana Sogit, Kopi O siri 1,Kopi O siri
2,Ombak Laut China Selatan, Tagal, Siok Bah, Demi Sugit, Rasa Borneo,
Pidik Merdeka, Kopi 0 siri 3, Pancing Seribu Rasa (sekadar menyebut
beberapa buah drama).

Kerana pencapaian dan sumbangannya dalam bidang teater dan drama,


beliau telah menerima anugerah Pelakon terbaik Negeri Sabah 1980,
Anugerah Penghargaan Pelopor Teater Sabah 2006, Hadiah Sastera
Sabah 2010,Anugerah Penghargaan Seniman Sabah 2011,Penerima
Anugerah Tokoh Teater dan Persuratan Sabah 2016.Beliau juga
telah diberikan penghargaan oleh kerajaan Negeri Sabah dan telah
dianugerahkan pingat Bintang Setia Kinabalu ( B.S.K ) oleh Tuan Yang
Terutama Di Pertua Negeri Sabah 2014.

Kini Abdul Karim Gullam masih terus bergiat dalam bidang seni dengan
menganggotai Badan Bahasa dan Sastera Sabah (BAHASA) dengan
memegang jawatan sebaga Naib Presiden 1. Disamping itu beliau juga
menerajui Badan Bahasa dan Sastera Sabah Cawangan Tenom serta
menjadi Pengerusi Kumpulan Seni Teater Asli Tenom, Negeri Sabah.

Sekuntum Bunga yang Telah Gugur


192

ABSTRAK

Dulkaseh adalah leluhur keluarga sebelah emak, jejaka Jawa yang


membawa diri dan isterinya ke Negeri di Bawah Bayu, Sabah, Malaysia.
Dulkaseh adalah salah seorang kontrakan Jawa yang mengabdikan
usianya di sebuah perkebunan getah selepas perang dunia pertama.

Bersama isteri yang tercinta bernama Sawi, mereka dikurniai empat


orang cahaya mata, dua orang lelaki dan dua orang perempuan.
Kamsinah, anak ketiga, merupakan nenek saya yang melahirkan ibu
bersama suaminya bernama Sidek. Mereka hidup dalam dunia ladang
getah menghidupkan budaya masyarakat Jawa sebagai warisan
yang dibawa oleh Dulkaseh. Citra kehidupan masyarakat Jawa begitu
menyebati dalam jiwa anak, cucu dan cicit Dulkaseh, ini diperkasakan
lagi oleh orang-orang Jawa yang datang kemudian semasa perang
Jepun, yang kemudiannya mengecapi kebebasan.

Semua orang-orang Jawa yang pada mula semata bekerja di Sabah


tetapi tidak kembali ke negeri asal. Termasuklah Dulkaseh. Walaupun
demikian jiwanya tidak pernah melupai tanah leluhur. Darahnya tetap
menggelora dalam jiwa cicitnya, ketika mengadakan lawatan ke Provinsi
Pontianak, membuka kembali hubungan dua tanah besar Nusantara,
Indonesia dan Malaysia melalui darah Dulkaseh.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


193

Hasyuda Abadi
DARAH DULKASEH

I.

Kali ini aku kembara lagi,


ke negara sahabat
ke negara saudaraku
ke negeri bangsa leluhurku

begitu haru mengingat sosok insan


puluhan tahun membawa diri
menjelajah laut dan rimba
hingga tiba di bumi Sabah1.

Kata ibuku, namanya Dulkaseh,


pendamping kekasihnya
Sawi perempuan tabah
menyahut ujian
melayan ketabahan
menjadi pekerja kontrakan
di mana kaki melangkahkan
di situlah jiwa disatukan.

Kali ini kuinjak lagi,


tanah Tuhan tanah leluhur
tanahnya yang luas
menelusuri nikmat subur
apakah lagi yang kuraih
selain meraih ilham

1 Sabah ialah satu daripada 13 negeri yang terdapat di Malaysia dan merupakan negeri


kedua terbesar di Malaysia selepas Sarawak yang terletak di utara pulau Borneo, iaitu pulau
ketiga yang terbesar di dunia.  Ibu negeri  Sabah ialah  Kota Kinabalu, yang dahulunya
dikenali sebagai Jesselton. Sabah juga sering dirujuk sebagai “Negeri di Bawah Bayu”
kerana kedudukan negeri tersebut yang sangat strategik di bawah laluan angin monsun

Darah Dulkaseh
194

ketika puluhan dekad


moyangku membulatkan azam.

Kukira di mana jua,


mataharinya tetap sama
zahirnya siang
membuka sejuta satu rahsia
aku lahir dari sekecil jasa
moyangku mencurah keringat
cari jauh membajai semangat
tiada lain meraih rahmat.

****

Ini kudatangi negeri matahari,


apa lagi yang kucari?
Bis menolak udara
dari Kuching yang masih sunyi
di Entikong kami diperiksai
wajib sebelum masuk ke destinasi
itulah Kota Pontianak2
kota khatulistiwa kota seribu sangsi.

Memandang ke hadapan
berbalam dalam ingatan
seribu satu ingatan
seribu satu peristiwa berdatangan
adakah lagi musykil,
dalam tanya sedari kecil
siapakah gerangan insan
leluhurku kutemui mustahil.

2 Kota Pontianak adalah  ibukota  provinsi  Kalimantan Barat,  Indonesia. Kota ini dikenal
sebagai Kota  Khatulistiwa  karena dilalui  garis khatulistiwa. Di utara kota Pontianak,
tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwayang dibangun pada tempat yang dilalui garis
khatulistiwa. Selain itu, Kota Pontianak dilalui oleh  Sungai Kapuas  dan  Sungai Landak.
Kedua sungai itu diabadaikan dalam lambang Kota Pontianak. (https://id.wikipedia.org/
wiki/Kota_Pontianak)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


195

Baru kusedari
di sebelah Pak Hussain Qasau
telah lama melamun
membaca fikirku yang kacau
dia tersenyum tampan
mantan wartawan kukenali mentor
dialah asli Bugis
sering berkunjung ke tanah leluhur.

Kukembara mengukuh jiwa


menumpu lokasi istimewa
tugu khatulistiwa pertama
istana keraton Pontianak keduanya
ziarah makam terkenal
pembesar Bugis di Mempawah
makam Opu Daeng Menambun3
sarat oleh sejarah.

Jauh dan lama berjalan


bermakna banyak terpandang
menelusuri jalan yang sempit
tetapi di situlah berpaut lapang
bukit bukau yang menghijau,
jiwaku terpukau
sungai-sungai yang akrab
mendekap cintaku yang tegap.

3 Opu Daeng Menambun  (1695-1763) adalah abang yang kedua daripada lima adik-
beradik bangsawan  Bugis  Luwu  dari  Sulawesi, yang pernah menubuhkan dominasi
politik ke atas para diraja di  Alam Melayu.Dalam pengembaraannya, Daeng Menambun
melawat ke  Sukadana,  Kalimantan Barat, di mana beliau berkahwin dengan Puteri
Kesumba,  cucu perempuan  Panembahan Senggaok raja  Kerajaan Mempawah, ia juga
anakanda kepada Sultan Sultan Muhammad Zainuddin dari Kerajaan Tanjungpura.Daeng
Menambun kemudian berpindah ke Mempawah, dan tahun 1740 menjadi rajanya dengan
sebutan  Panembahan Mempawah,  dengan gelaran  Panembahan Pangeran Mas Surya
Negara  (1740-1761). Makam Daeng Menambun terdapat di Sebukit Rama, Kampung
Pasir,  Mempawah Hilir, Pontianak,  Kalimantan Barat.(https://ms.wikipedia.org/wiki/
Daeng_Menambun)

Darah Dulkaseh
196

Teringat ragam rumah-rumah


teringat desa yang jauh
teringat rumah kongsi
warga kontrakan yang perkasa
sawah sedang dianyam tanaman
harum aroma lumpur
ladang getah di desaku
aromanya lebih kuakur.

Dan lautan rumputan di situ,


berbalam membelah masa lalu
di celahannya tompokan air
membasahi hayat nostalgia
satu persatu lembaran masa sudah
membawaku meramahinya
aku ingin mendakapmu
aku ingin bercerita padamlah luka.

****

Katanya, “aku sudah lama di sini”,


Dulkaseh meramahi kawan-kawan
di rumah kongsi yang baru sahaja tiba,
tapi tidak sepertinya Jawa kontrakan4
“Aku bertahun-tahun di sini,
isteriku juga sudah dimakamkan di sini
di ladang getah Lingkungan ini
aku membesarkan Tarsih,
puteri sulungku juga Sakeh,
Kamsinah dan Sagi.”

4 Tak hanya di Semenanjung. Di bagian Malaysia yang lain, di Kalimantan Utara, orang Jawa
juga tercatat membangun permukiman. Di Sabah dan Serawak buruh-buruh Jawa sengaja
didatangkan untuk mengisi kekurangan buruh Cina di perkebunan-perkebunan tembakau
setempat, mulai 1882. Proses ini berjalan sampai datangnya Perang Dunia II. Lalu ketika
kontrak habis, mereka memilih untuk tidak kembali ke Jawa. Karena itulah di Sarawak
terdapat kampung Jawa, Kampung Surabaya, dan Kampung Gresik. Jumlah Jawa-Jawa
itu, ketika diadakan sensus tahun 1947, 2.397 jiwa ditambah sekitar 237 yang menetap di
Brunei.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


197

Kehidupan ini tidak pernah habis


ketika bermulanya langkah
dengan besarnya impian
Dulkaseh remajanya telah siaga
berkahwin muda
dan mengembara bersamanya
meninggalkan keluarga besar
kobar semangat terlalu asa.

Empat orang zuriat mereka


memanjangkan sebuah bangsa
menjadi jati diri
meski pun bukan Indonesia
tetapi mereka berketurunan Jawa
berbudaya Jawa
cucut dan cicit juga membesar
dalam adab Jawa yang luhur.

Memberi ingatan kepada anak-anak


wibawanya yang berpada
biar di mana pun berada
jangan tinggalkan adat
perkasai identiti jati
tersemai dalam diri
anak-anaknya penerus zat
kesaksian tanpa sangsi lagi.

Demikian, ibuku menceritakan


moyangku ingin kembali
tetapi Indonesia itu di kepala
sedang Malaysia itu di hati
cintanya pada Indonesia itu amat dekat
namun sayangnya pada Malaysia telah melekat.

Ia tidak betah meninggalkan


anak dan cucu yang bersatu
tidak bisa dibiarkan

Darah Dulkaseh
198

biarlah dua ini menjadi satu


kusulam darah dari benang jiwa
kutahu warnanya sama
pabila tiba pada satu ketika
kita merai riwayat sukma keluarga.

II.

Pada garis khatulistiwa5 ini


aku sedari tentang kesatuan jiwa
ketika mengamati sesuatu yang luar biasa,
”ini zaman yang berbeza”,
kakek Rais6 teman nenekku,
yang membantu ketika tentera Australia
mula menyerang tentera Jepun
yang mengejami warga

Disaksikan bukit-bukit di belantara


kata ibu, rasa takut amat membelenggu
lubang besar telah dikorek pria muda
itulah ruang tempat bertaut

5 Khatulistiwa  ialah satu bulatan khayalan yang dilukis pada separuh jarak antara kedua-
dua kutub planet atau objek astronomi yang lain. Garis bulatan ini membahagikan
planet menjadi dua bahagian, iaitu  Hemisfera Utara  dan  Hemisfera Selatan. Menurut
takrif,  garisan lintang  khatulistiwa ialah 0°. Panjangnya khatulistiwa  Bumi  ialah kira-
kira 40,075.0  kilometer, atau 24,901.5  batu. Khatulistiwa merupakan salah satu
daripada lima  bulatan latitud  yang utama, berdasarkan hubungan antara putaran Bumi
dengan satah  orbit  yang menyelilingi  matahari. Selain itu, khatulistiwa ialah garisan
latitud tunggal yang juga merupakan  bulatan besar. Dalam pergerakan bermusim
melintasi  langit, matahari lalu secara langsung di atas khatulisiwa sebanyak dua kali
setahun pada ekuinoks Mac dan September. Di kawasan khalistiwa, sinar matahari adalah
serenjang dengan permukaan bumi pada kedua-dua tarikh tersebut. Tempat-tempat
yang berhampiran dengan khalistiwa mengalami kadar  matahari terbit  dan  matahari
terbenam  yang paling cepat di dunia, dengan masa hanya beberapa  minit. Tempat-
tempat tersebut mempunyai jangka siang/malam yang lebih kurang sama setiap hari pada
sepanjang tahun, berbanding dengan tempat-tempat yang terletak lebih di utara atau
selatan. (https://ms.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwa)
6 Kakek Rais, selepas perang menetap di Kampung Hulu Lumadan, Beaufort Sabah, meninggal
dunia pada tahun 1980.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


199

ketika tiba ledakan demi ledakan bom


seperti pagar peluru
melukai bumi datang dari banyak penjuru.

Kakek Rais sempat merangkul nenek


dan ibu dalam pelukannya
lalu terjun ke dalam lubang
“ya Allah selamatkanlah kami!”
“Mudah-mudahan Jepun bisa dikalahkan
mendengar doa dilepas
Nenekku Sidek melafaz dengan yakin dan puas

“Semoga aman semula,


biarlah Australia atau Inggeris
yang penting kita aman
dan dapat kembali bekerja.”
kakek Rais menggendong ibu,
saat masih manis
mendengar letupan demi letupan,
irama lagu perang yang menakutkan.

III.

Tiba hijrahnya waktu bernama usia


atau masa lampau
yang enggan lupa
untuk segera berangkat
ketika melewati sungai Landak
memandang saujana sosok motor
dan tenat kota,
tak berhenti mendengar bingar.

Ingin kurungkai sejauh mana


jejak kaki melangkah
hingga kudihiburkan gudang kata

Darah Dulkaseh
200

tak lagi dihirau merangkak senja


disembunyikan oleh doa-doa
di kota seribu sungai
dan keriuhan yang tak pernah usai.

Ketika ingatan bersahut-sahutan


di celah-celah para insan
membawa pelbagai sepanduk
diiringi zikir dan salawat
pada Rasul Junjungan dikenangi
di desaku saling menghormati
kusantuni kenangan ini
di bahuku tanggungjawab digalasi.

Mengalunkan salawat Nabi


berminggu Kakek Karmani7
membimbing kawan-kawanku
memukul kompang
dan aku menyayikan salawat
ke atas Rasul Junjungan
sungguh ketika kujauh
sosok raga pejuang kukenang.

Bergema desa di hari kebesaran Islam


di kota Pontianak
tidak cepat dan tidak lambat
dirai dalam keberadaan
sama melangkah
sama menunjukkan semangat
mencintai Rasulullah
di mana jua kumengingat.

7 Kakek Karmani masih hidup dan masih bersama anak-anak desa memimpin kumpulan
marhaban dan hadrah di desa.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


201

Indonesia ini sungguh istimewa


kurangkul ke dalam qalbu
budayanya yang rencam
tetapi merimbuni insan-insan
ilmunya mekar dan ranum
bagai buah-buahan tanpa musim
dalam kental berjuang
kental dalam mempertahankan.

Kembara ini menjadikanku pengembala


pada kitab dan buku
saat dahulu kutahu
hanya cerita moyangku aslinya tak tahu
di sini pati sejarah nusantara
berkembang seperti dahulu
kita saling mencari tetapi menyatu
cinta tak pernah layu.

Telah melebar andatila masa sudah


mulai tumbuh dengan ghairah
paling tidak memperteguh
apa yang telah sedia ada
sesuai dengan jiwa kembara dan seniku
selain pengalaman
aku merasakan ilmu mendapat matlamat
dan menggebu azam menjadi azimat.

IV.

Apakah yang akan kutemui


dari kesan-kesan sejarah?

Darah Dulkaseh
202

Membawa ke Mempawah8
untuk langsung ke Sebukit Rama -
kusaksikan makam pembesar Bugis memerintah
bersangkut dengan Bugis lima bersaudara
keturunan Daeng Rilaka9.

Di sini jasad Opu Daeng Menambun bersemadi


Sebukit ini telah terlalu tua
untuk membisikkan zamannya
tetapi akar-akar yang menjalar
menyaksikan silih berganti
daun-daun masa mengajak
mencari diri sendiri.

Dari anak-anak tangga


kukembali membaca matahari
dahan-dahan ru dan kapur
gemalai dicumbu angin pagi
kurasai nikmat bergeming di sanubari
atas jejakku ini

8 Kota Mempawah adalah Ibu kota Kabupaten Mempawah yang memiliki julukan


kota Bestari atau Bumi Galaherang dengan luas 264,40 km2. Kota ini terletak di jalur
perdagangan antara Pontianak,Singkawang dan Sambas. Kota ini terdiri dari 2 kecamatan
yaitu Mempawah Hilir dan Mempawah Timur. Kota ini bukan lah kota madya melainkan
hanya kota kabupaten di provinsi Kalimantan Barat.kota ini di belah oleh sungai Mempawah
yang membagi kota ini menjadi 2 bahagian iaitu hilir dan timur. (https://id.wikipedia.org/
wiki/Mempawah_(kota)).
9 Lima Bersaudara yang pernah menggegarkan arena sosio-politik Dunia Melayu sekitar tiga
abad yang lalu ini merupakan putera-putera kepada Opu Tendriburang Daeng Rilaka putera
kepada Raja La Maddusalat, yang dikatakan merupakan raja Bugis pertama memeluk
Islam menurut kitab Tuhfat al-Nafis dan Salasilah Melayu dan Bugis wallahualam bissawab
(kedua-duanya karya Raja Ali Haji). Ditakdirkan Allah, Opu Daeng Rilaka mangkat ketika
dalam perjalanan pulang dari tanah Kemboja, meninggalkan lima orang puteranya di
Pulau Siantan yang kesemua mereka sudah akil baligh. Sebelum ini mereka telah terdedah
dengan cabaran dan pengalaman di perantauan yang menjadikan lima beradik ini lebih
berani, tabah, bersemangat kental dan gigih beradu nasib di negeri orang. Kegigihan dan
keberanian mereka, ditambah lagi dengan ikatan kekeluargaan yang sangat kuat di kalangan
mereka ibarat air dicincang takkan putus dan bukan sekadar ikatan yang biasa-biasa sahaja
inilah, menjadikan mereka antara legenda bersaudara paling diingati dan disanjungi dalam
sejarah Alam Melayu sepanjang zaman.(https://web.facebook.com/thepatriots2020/
posts/450299345164096:0)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


203

mulai menerawang di sekitar


fikiran berbalam menuju silam.

****

Memang benar perang sudah berakhir


ingatanku terbang
menyaksi semua orang-orang
berumah baharu
di ladang Getah Lumadan10 ini
hidup aman dan damai
dengan wibawa membina keluarga
memperkasa sakinahnya.

Mereka jauh dari tanah lahir


tak mungkin melawan takdir
ada jambatannya utuh terbina
mengamal budaya bangsa
cara kendurinya dengan upacara rewang11
nasi ambeng dibungkus daun pisang.

Aku tak fikir semua ini hadir


tanpa hadirnya leluhurku
jiran senegara ke bumi tempat lahirku
begitu mengintimi kebiasaan kehidupan
dalam pelbagai bangsa
dari generasi ke generasi
disemai di ini dada.

Tak mungkin kurahsiakan


bibit seniku mengalir
adalah darah seni Kamsinah

10 Salah sebuah ladan getah yang besar di Sabah sejak tahun 1940-an.
11 Rewang merupakan perkataan yang sinonim dalam masyarakat melayu jawa sejak dahulu
lagi.Amalan rewang merupakan amalan yang telah diwarisi turun temurun dalam kalangan
masyarakat melayu jawa.Amalan rewang adalah bersamaan dengan maksud amalan
gotong-royong dan seumpama dengannya. http://asamjawe.blogspot.my/2014/01/
aktiviti-rewang-orang-jawa.html

Darah Dulkaseh
204

seorang penari ronggeng


sedang Sidek suaminya si tampan
pemain biola terhebat.
mereka bergabung
memberikan kebahagiaan.

Kepada masyarakat perkebunan inilah


seni yang dianyam
dalam kalangan masyarakat Jawa
dan kedua nenekku itu
bagai mengikat bawaan
al-marhum gemulah moyangku
darah Dulkaseh tak pernah sirna
jadi pengikat kehidupan lalu.

V.

Bumi Pontianak tiba-tiba basah,


bah menakluk daerah rendah,
kuredah jalan kecil
memasuki Kampung Bugis Dalam
menyimpan khazanah,
aku berfikir akulah yang bertuah
membuka lembaran sejarah.

Sepanjang jalan berbagi rasa,


antara gembira dan takut
akibat bah biarlah sering mendamping
asalkan tidak membencana
anak-anak riang di bumi berkah,
aktiviti berlangsung seperti biasa.

Saat Sungai Kapuas mengaum,


semua warga terkagum
menyambut dengan sabar

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


205

aku menjejakkan kakiku


di istana lama Istana Kadriyah12
mencari sejarahnya,
mencari asal susulnya
namun di ruai pamer
dan ruang dalam hanyalah kenangan
kebesaran dan keagungan pemerintah
yang telah berlalu

****

Seperti jambatan saling menghubungkan


ditakdirkan seni yang mendarah
mengalir juga ke urat diriku
meski aku hanya penukang kata-kata
sungguh tanah ini tetap satu
akan mengembalikan sebuah kehidupan
yang pernah hilang diintimi kembali
akulah cicitnya melangkah ke tanah leluhurnya
walau pun ia tidak akan kembali.

Kembara ini hanya sebahagian dari yang besar


memilih satu persatu
dalam jejak mempersatu
meski Pulau Jawa itu masih jauh
di sini langkahku sedang bermula
mencari tanpa henti.
darah Dulkaseh.

12 Istana ini tidak jauh hanya lebih kurang 15 minit dari pusat kota. Terletak di Kampung
Dalam Bugis, Pontianak Timur. Di dalam bangunan dapat ditemui peninggalan-peninggalan
kerajaan seperti kerusi singgahsana, pakaian, cermin pecah seribu, keris, meja giok,
meriam dan sebagainya. Keraton Pontianak berukuran 30 x 50 meter, keraton terbesar
di Kalimantan Barat. Terbuat dari kayu belian dan dibangun oleh  pendiri kota Pontianak,
Sultan Syarif Abdurrahman  pada 1771. Bangunan tua yang cukup megah ini dilapisi cat
kuning yang melambangkan kebesaran kerajaan Melayu. Berhadapan dengan bangunan
keraton terdapat masjid Jami yang dibangun hampir bersamaan.

Darah Dulkaseh
206

VI.

Gelora darah Dulkaseh begitu dirasakan


saat selepas kuberangkat
kutinggalkan Supadio Airport Pontianak
kenangan terus beranak
menyeberangi sempadan
bersama kesan persaudaraan.

Darah Dulkaseh adalah ikatan


saat darahku kembali diulit cuaca negeri sendiri
Sungai Kapuas yang tak puas mengaum
Sungai Landak yang terus menelusuri alurnya.

Itulah kejapnya ingatanku


pada perjalanan moyangku
darahnya yang mengalir sepanjang jarak
kepulauan Nusantara.

Pontianak telah kujejaki,


riuhnya seperti di kota-kota lain
ucapan selamat tinggalnya membawa
kembali rasa, cuaca dan lumrahnya
sebuah perjalanan, jika bisa kupelihara
makna pengalaman yang mengilhami ikatan
leluhur yang luhur.

Kota Kinabalu, Sabah.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


207

Biodata
Hasyuda Abadi atau nama sebenarnya Haji
Sukor Haji Usin lahir di Kampung Lumadan,
Beaufort, Sabah. Beliau mula menulis pada 1979
dan lebih cenderung kepada penulisan puisi
di samping cerpen, esei kritikan dan drama.
Hasyuda antara penerima Hadiah Sastera
Malaysia bagi genre puisi pada tahun 1986,
Hadiah Sastera Perdana Malaysia bagi genre
puisi pada 2008 dan Hadiah Sastera Sabah bagi genre puisi dan cerpen.
pada tahun 1989, 1991, 1998, 2000, 2002, 2004, 2007, 2008, 2012, 2014
dan 2016.

Hasyuda merupakan penerima Anugerah Tokoh Penyair Islam Sabah


pada tahun 2008, pemenang Hadiah Utama Peraduan Menulis Puisi
Berunsur Islam 2011 anjuran DBP Cawangan Sabah melalui kumpulan
puisinya berjudul ‘Perlimbahan Cinta’. Hasyuda pernah mengikuti
Program Penulis Anak Angkat Dewan Bahasa dan Pustaka Cawangan
Sabah pada tahun 1987 di bawah asuhan penyair dan Sasterawan Negara
Dato’ Dr. Haji Ahmad Kamal Abdullah (Kemala) dan melalui Program
Penulisan Majlis Bahasa dan Sastera Asia Tenggara (Mastera) di Pusat
Pengembangan Bahasa, Jakarta pada tahun 1997 di bawah pimpinan
Dr. Sapardi Joko Damono, Dr. Abdul Hadi W.M., dan Taufiq Ismail.

Hasyuda telah menghasilkan lebih 1,000 buah puisi, 50 buah cerpen,


200 buah esei sastera dan 14 buah skrip drama pentas dan drama radio.
Puisi-puisi Hasyuda dimuatkan dalam 48 buah antologi puisi bersama
dan 7 buah kumpulan puisi persendiriannya iaitu ‘Balada Paduka Mat
Salleh’ (DBP, 1989), ‘Akar Cahaya’ (IPS, 1997), ‘Datang Kembali’ (IPS, 1997),
‘Menginai Badai’ (DBP, 2004), ‘Sirna Sirna’ (DBP, 2006), ‘Kembali di Lahad
Rahsia’ (IRIS, 2008) dan ‘Pintu yang Terbuka’ (ITBM, 2014). Cerpen-cerpen
Hasyuda pula dihimpunkan dalam Kumpulan Cerpen ‘Sepasang Sayap
Jelita’ (INPES, 2004). Sebuah buku himpunan pantun karya Hasyuda juga
diusahakannya dalam ‘Usul Mengenal Asal’ (IPS, 2014). Merupakan ahli

Darah Dulkaseh
208

dan Ketua Satu Ikatan Penulis Sabah (IPS), ahli Majlis Bahasa dan Sastera
Sabah (MBSS), ahli sepanjang hayat Persatuan Penulis Nasional (PENA)
dan ahli sepanjang hayat Badan Bahasa dan Sastera Sabah (BAHASA).

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


209

ABSTRAK

Aku bertemu dengan seorang perempuan Jawa, yang bernama Arnie,


di negeri kelahiranku. Pertemuan itu akhirnya membawa aku datang ke
desa Joho, Kacamatan Purwantoro, Kabupaten Jawa Tengah Indonesia,
untuk menyunting, seterusnya menikahinya.

Pernikahan itu meskipun, bagi isteriku merupakan satu takdir kesedihan,


kerana terpaksa berpisah jauh dengan keluarga seperti seekor burung
yang menangis, kerana harus memilih untuk menikah dengan seorang
lelaki yang berasal dari negara lain iaitu Malaysia, tetapi itu tidak
meruntuhkan ikatan kekeluargaan yang sudah terbina kukuh sejak
sekian lama. Malah pernikahan itu juga menyedarkan aku dan si isteri
tentang nilai-nilai kasih sayang, ikatan kekeluargaan dan ukhuwah yang
terbina di tengah-tengah perbezaan budaya, bangsa dan negara.

Burung yang Menangis


210

Jasni Matlani
BURUNG YANG MENANGIS

Setelah melalui perjalanan jauh


dari jalan besar yang mengalir panjang
seperti sungai yang berlekuk
dari kota Solo ke perbatasan Jawa Timur
aku akhirnya menyimpang
ke jalan Lang Buana 1,
yang menghantarku ke desa Joho1
desa yang menghadiahkan lanskap alam,
rimbunan pohon, sawah padi,
sungai dan gunung yang tenteram.

Apakah ini takdirku?


Ya, memang ini takdirku.
takdir anak lelaki Bisaya2 yang akhirnya
bertemu jodoh dengan perempuan Jawa
yang seperti bunga matahari
kembang di waktu pagi
dan panggillah dia Arnie3
nama yang diberikan
warga desa Joho
sejak zaman kecilnya.

Lalu aku mengingati nama itu


nama yang indah
seperti baju tercantik

1 Desa Joho adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri,
Jawa Tengah, Indonesia. Lihat https://id.mwikipedia.org
2 Bisaya adalah kaum pribumi yang berasal dari Barat Laut dan sepanjang pantai Borneo,
Malaysia dan tertumpu di sekitar daerah Beaufort, Kuala Penyu, Wilayah Persekutuan
Labuan dan beberapa wilayah di Sarwak dan Negara Brunei Darusslam. Suku kaum ini
menerima Islam pada awal kurun ke-13. https://ms.m.wikipedia.org
3 Nama panggilan yang diberikan kepada Narnitia, seorang perempuan dari suku kaum Jawa
yang berasal dari desa Joho Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah,
Indonesia.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


211

yang dipakaikan kepada bidadari


nama yang indah
seperti benih yang tumbuh
dengan nikmat buah kebaikan
nama yang indah
seperti titik hujan
yang menyapa atap rumah
dengan ramah di musim kemarau
nama yang indah
seperti gurindam cinta
yang didendangkan bersama
tambur mainan kanak-kanak
yang mengusik jiwa.

Pada mulanya
aku menyoal diriku siang dan malam
apakah aku telah melakukan pilihan yang betul
atau merumuskan keputusan yang tepat
kerana kami lahir sebagai dua insan
yang dikepung beberapa perbezaan
perbezaan budaya, perbezaan bangsa,
perbezaan cara hidup
dan malah perbezaan negara.

Aku berasal dari daerah Beaufort4

4 Beaufort merupakan salah sebuah daerah di negeri Sabah, Malaysia. Daerah Beaufort
mula diteroka pada tahun 1898 oleh penjajah British. Nama daerah ini diambil daripada
nama seorang pegawai tinggi british yang menjajah Sabah iaitu Gabenor Jajahan British,
yang bernama L.P Beaufort. Sebelumnya, Beaufort dikenali sebagai kawasan Padas sahaja.
Populasi atau jumlah penduduk daerah ini pada tahun 2010 ialah sekitar 75,900 tetapi
pada tahun 2017 dijangka meningkat hingga hampir 100,000 orang. Semassa perang
Dunia ke-11, Beaufort menjadi salah satu tapak pertempuran antara tentera Jepun dan
tentera British / Australia di Sabah. https://ms.m.wikipedia.org dan juga blog ndzonel-dee.
blogspot.my

Burung yang Menangis


212

di belahan utara negeri Sabah5, Malaysia


sedangkan dia berasal dari desa Joho
Jawa Tengah, Indonesia.

Kami dipisahkan batas negara


Kami dipisahkan gunung dan lautan
kami dipisahkan jarak yang seperti
tidak memungkinkan sebarang penyatuan
kami hanya dua insan
yang dirusuh gelombang cinta
dan bara api menyemarakkan
percik duga uji yang berat.

Sungguh banyak cabaran


dan halangan yang perlu ditempuh
sungguh banyak duri
yang perlu dipatahkan
malah hampir memaksa kami
menyerah kepada takdir
dan berputus asa.

5 Sabah merupakan sebuah negeri di Malaysia yang terletak di Utara Pulau Borneo
Kalimantan, pulau kedua yang terbesar di dunia selepas Greenland. Keluasannya ialah
29,388 batu persegi atau 73,620km persegi bersamaan 7,362 juta hektar. Nama Sabah
wujud sejak sebelum kehadiran saudaagar Eropah ke wilayah Borneo Utara. Nama asalnya
ialah SABA yang digunakan buat pertama kali dalam dokumen rasmi Sultan Brunei, Sultan
Abdul Momen bertarikh 29 September 1877, ketika baginda melantik Baron Overback
sebagai maharaja Saba. Sebelum kurun ke-16 wilayah yang dinamakan Sabah itu merupakan
sebahagian daripada negara Kesultanan Brunei Darussalam. Pada zaman silam, kepulauan
Borneo, termasuk Sabah ialah di bawah taklukkan Empayar Srivijaya yang berpusat di
Sumatera dan diikuti oleh pengaruh Majapahit (Jawa). Semasa kekuasaan Sultan Bolkiah,
Sultan Brunei itu mendakwa kekuasaannya bermula dari Tanjung Datu di Sarawak hingga ke
Sungai Sibuko, wilayah Republik Indonesia masa kini. Sementara itu se bahagian daripada
Pantai Timur Tawau diserahkan Sultan Sulu kepada Gabungan Overback dan Alfred Dent
(ODA) pada tahun 1878. Sebahagian lagi wilayah Pantai Timur Tawau hingga ke Tanjung
Batu menjadi milik sultan Bolongan yang kemudiannya dijajah Belanda. Menyedari hakikat
bahawa pantai Timur Tawau berkongsi sempadan dengan Jajahan Belanda, maka pihak
British pada tahun 1891 mengambil langkah menyelesaikan persempadanan kedua wilayah
itu. Akhirnya pada tahun 1912 Belanda menyerahkan sebahagian wilayah tawau kepada
Borneo Utara British Catatan ini ditemukan dalam buku Sejarah Parti Berjaya, 2014 yang
ditulis oleh Tan Sri R.M Jasni, Dr. Chacho Haji Bulah dan Datuk Jasni Matlani. Terbitan Iris
Publishing & Distributors. Kota Kinabalu. Sabah

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


213

Pernah suatu ketika


aku memutuskan untuk mengibarkan
bendera putih
yang mengakhiri segala bentuk perjuangan
dan usaha untuk memenangi hatinya
tetapi setiap kali aku hendak melangkah pergi
ada suara yang mengingatkan aku
akan kebaikannya.

Aku tahu, pada ketika usia


semakin di mamah senja
bukan mudah bagiku
mendapatkan seseorang
yang memahamiku seadanya
atau memberikan kasih sayangnya
dengan penuh keikhlasan
meskipun aku bukanlah lelaki
yang terbaik sebagai pendampingnya
sepanjang hayat.

**

Pertama kali aku menemuinya


ialah kira-kira dua puluh tahun yang lalu
ketika dia datang ke Kota Kinabalu6
bertemu kakaknya yang sudah menikah
dengan seorang pemuda
yang juga berasal dari daerah Beaufort
kakaknya itu sudah dikurniakan
tiga orang anak yang cerdas dan berjaya.

Lalu di atas genangan air sejarah


aku masih ingat cerita indah
tahun 1994 itu
6 Kota Kinabalu merupakan sebuah bandaraya dan ibu negeri Sabah yang terletak di Malaysia
Timur. Ia juga merupakan pusat pemerintahan negeri Sabah Bandarfaya ini terletak di
pantai barat laut Borneo menghadap laut china selatan. Bandarya ini dihuni lebih 1 juta
penduduk dan dahulunya dikenali sebagai Jesselton.

Burung yang Menangis


214

yang mempertemukan kami


buat kali yang pertama
ketika itu dia muncul
di hadapan bangunan Bank Negara Malaysia7
tempat aku bekerja dahulu
aku masih ingat dia seorang gadis yang pendiam,
serba salah dan malu-malu
tetapi ada sesuatu yang membuatkan aku
sangat tertarik kepadanya
sehingga aku berani memetrai
sebuah temu janji yang lain
dan entah mengapa sejak hari itu
kami sering bertemu
dan aku selalu ditemani suara
dan ceritanya yang mengasyikkan
aku sering terbayangkan
senyum dan tawanya
yang membuatkan aku bahagia
atau aku sering teringatkan
wajah polosnya
yang membuatkan aku
mahu bersamanya sepanjang hayat.

Lalu apakah itu


yang dinamakan takdir?
aku tidak tahu
tetapi aku merasa benar-benar bahagia
dan hidup dikelilingi kemeriahan
yang bermakna
malah amat bermakna!
sehingga aku merasakan
aku seperti dikurniakan puteri jelita
yang melengkapi hidupku

7 Bank Negara Malaysia ialah sebuah bank pusat yang mula ditubuhkan pada 26 Januari
1959 sebagai Bank Pusat Malaya. Ia mengeluarkan mata wang Malaysia, dan sebagai bank
dan penasihat kewangan kerajaan malaysia. Bank ini mempunyai beberapa cawangan atau
cabang termasuk di Kota Kinabalu Sabah. Lihat https://en.m.wikipedia.org

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


215

walaupun berbeza bangsa,


budaya dan negara.

Namun demikian,
tiba-tiba segala kemeriahan itu hilang
langit mendung dan hujan turun
sepanjang musim
aku kemudian mengetahui
dia telah pulang
ke desa kelahirannya yang jauh, di Indonesia
dan sejak itu, aku tidak lagi melihatnya
aku tidak lagi mendengar suara,
atau menikmati senyum tawanya
aku tidak lagi menatap wajah polosnya.

Sejak hari itu


setiap saat aku mencarinya dalam ketiadaan
dan kekosongan
aku mencarinya dalam penggantian musim
aku mencarinya dalam warna pelangi
aku mencarinya di taman
yang dipenuhi bunga-bunga
aku mencarinya di antara
hamparan gunung dan lautan
aku mencarinya di antara pertukaran
siang dan malam.

Tetapi aku tidak pernah berputus asa


Ya, aku tidak pernah berputus asa!
Sebaliknya, aku terus mencari
dan menjejaki bayangnya
seperti petapa yang mengejar syurga
malah aku terus melangkah ke mana sahaja
demi sebuah persembahan cinta
yang tiada duanya
dan entah mengapa?
dia sentiasa hidup dalam hatiku

Burung yang Menangis


216

seperti bunga yang tak pernah layu


seperti angin yang sentiasa mengusap wajahku
seperti pelangi yang merentangkan warna
dalam kanvas hidupku.

Ya, sesungguhnya,
dia tidak pernah terhapus sedikit pun
dari kotak memoriku
merentas musim.

**

Setiap kali aku berkunjung ke kota Jakarta


atau provinsi lain di tanah Jawa
kerana kerja penulisan,
atau pertemuan sastera dan budaya
lintas negara
aku sering membayangkan
suatu hari aku akan menemuinya
di mana-mana
kadang-kadang aku membayangkan
dia melangkah di tengah batas sawah
di desa kelahirannya yang indah
desa yang kaya dengan khazanah alam
dan budaya tradisi yang mengaumkan
seperti yang pernah diceritakannya
dalam setiap pertemuan kami dahulu.

Tetapi selalu ada pertengkaran tentang budaya


di antara kami dengan dia sering mengingatkan
ini budaya kami, dan bukan budaya kamu
ini lagu kami dan bukan lagu kamu
ini tarian kami dan bukan tarian kamu
ini muzik kami dan bukan muzik kamu
dan itu yang terjadi kepada komponen budaya
seperti Reog Ponorogo (Barongan),
muzik angklung, lagu Rasa Sayang

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


217

dan malah lagu Terang Bulan


sehingga perbahasan dan pertikaian budaya itu
melarat kepada isu politik
seperti dakwaan Malaysia tidak demokrasi,
melakukan diskriminasi kaum
dan mengongkong kebebasan media8
seterusnya membawa kepada
pembakaran bendera Malaysia
dan protes di kedutaan besar Malaysia, di Indonesia
di mana para demonstran bertindak
melemparkan najis ke bangunan kedutaan Malaysia.9

Malah polimek itu terus membara dan berapi


sehingga merenggangkan hubungan baik
antara dua buah negara bertetangga
dan menular pula kepada isu
penganiayaan Tenaga Kerja Indonesia
isu jerebu, pembalakan haram, pertikaian Ambalat,
Pulau Ligitan dan Sipadan10

Hal itu menyebabkan kebencian utama


warga Indonesia terhadap Malaysia
yang menurut Denny JA11dalam survei LSI 2015
menegaskan Malaysia ialah salah satu
dari tiga buah negara yang dibenci publik Indonesia
selepas Israel dan Cina.

8 Lihat. Berkongsi warisan budaya. Utusan online. 8 Disemeeber 2007. www1.utusan.com.


my
9 Lihat. 4 kisah ketegangan antara Malaysia dan Indonesia yang pernah berlaku. http://
soscili.mymalaysia-indonesia-ko...
10 Ibid
11 lihat Denny JA. Mengikatkan Batin Indonesia-malaysia Lewat Puisi Esei.
http://m.republika.co.id/amp_version/p7irs6349

Burung yang Menangis


218

Sebab itu aku tidak pernah lupa


ceritanya tentang pementasan ketoprak12
yang menurutnya, itu budaya warisan
nenek moyangnya di tanah Jawa
dan bukan budaya milik negeri kami
walaupun di desa kami, di daerah Beaufort
orang Jawa yang bermigrasi sebelum merdeka
dan bekerja di ladang-ladang getah milik British
sudah mementaskan ketoprak
dalam majlis keramaian
sebagai pengubat rindu
terhadap desa kelahirannya
yang jauh di tanah Jawa.

Tetapi ada kisah lain yang mengharukan


di sebalik pementasan dan ceritanya
tentang ketopak itu.

Suatu hari dia bercerita tentang Mbah Kadi13


pemain ketoprak yang terkenal di desanya
yang sehidup semati dengan isterinya
pulang ke rahmatullah pada hari yang sama
dan dikebumikan dalam liang lahad yang sama
sehingga aku pernah menulis

12 Ketoprak adalah sejenis seni pentas drama tradisional yang diyakini berasal dari Surakarta
dan berkembang pesat di Jawa Tengah. Pada awalnya ketoprak menggunakan iringan lesung
yang dipukul secara berirama dan kemudiannya menggunakan iringan gamlean jawa dan
penggarapan cerita mahupun iringan yang lebih rumit. Tema cerita biasanya pelbagai sama
ada diambil daripada cerita lagenda atau sejarah Jawa, meski ada juga diambil daripada
cerita fiksyen. Ketoprak juga merupakan sejenis kesenian tradisi berbentuk lakonan
yang ceritanya disampaikan dalam bentuk nyanyian dan tarian berserta bunyi-bunyian,
dan popular dalam kalangan masyarakat Jawa, khususnya di provinsi Jawa Tengah, yang
biasanya disebut Ketoprak. Kesenian ini sama seperti kesenian Jaipong di provinsi Jawa
Barat, kesenian Lenong bagi masyarakat Betawi, Kesenian Reog Ponorogo, dan kesenian
Ludruk bagi masyarakat Jawa Timur. Lihat https://en.m wikipedia.org
13 Mbah Kadi ialah pemain ketoprak yang terkenal di desa Joho. Beliau meninggal dunia
pada hari yang sama dengan isterinya dan dikebumikan dalam satu liang lahad bersama
isterinya.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


219

sebuah cerpen14 mengenai tokoh itu


beberapa tahun kemudiannya.

“Ya, namanya Mbah Kadi, “


aku masih ingat katanya
dengan wajah yang berseri-seri
seperti bulan penuh
yang dikelilingi hamparan bintang-bintang,
“dahulu dia pelakon Ketoprak
yang baik dan berbakat.
Jika dia melakonkan
watak wanita yang cantik,
dia akan menjadi
seorang wanita yang luar biasa.
Sangat luar biasa!
Jika dia melakonkan watak Hanuman,
maka dia akan menjadi lebih baik
daripada Hanuman.
Itu sungguh ajaib”
Katanya kepadaku.

Aku tersenyum bahagia


seperti memanggil burung helang
terbang melayah dan bertenggek
di atas dahan,
walaupun kisah yang diperdengarkannya
bukan milik negeri kami
tetapi aku selalu percaya
cerita yang memiliki sisi kemanusiaan
yang universial
seperti meruntun hati semua orang
dengan syahdunya
melangkaui batas negara
dan adakalanya cerita seperti itu

14 Penulis telah menulis sebuah cerpen yang berjudul Pasangan Yang Pulang Bersama dan
dijemput angina syurga tersiar dalam majalah WADAH di Sabah Malaysia, keluaran Ogos
2016.

Burung yang Menangis


220

mengingatkan kita nilai-nilai bangsa serumpun


yang tumbuh subur bersamanya.

Sebab itu dia turut tersenyum


seperti layaknya seorang perempuan
yang membahagiakan
yang penuh dengan kasih sayang,
tetapi senyumannya
sesungguhnya lebih indah
daripada kembang bunga
pada musimnya
apabila dia semakin memahami
betapa budaya milik sesuatu bangsa itu
sebenarnya akan tetap kekal
menjadi roh dan nadi bangsanya
walau di mana pun dia berhijrah
dan bermigrasi.

“Di desa kami,”sambungnya lagi


dengan wajah yang aku ingati
sepanjang hayat
“dalam majlis pernikahan,
atau majlis memperingati kemerdekaan
atau majlis menyambut
hari pertama bulan Suro15
selalu ada acara ketoprak,
dan Mbah Kadi menjadi sangat terkenal
kerana persembahannya
di majlis seperti itu,
sehingga popularitinya
melebihi wakil rakyat.”

15 Hari pertama bulan Suro atau satu suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan
Sura atau Suro di mana bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijrah, kerana
kalender yang diterbitkan Sultan Agung mengacu penanggalan bulan hijrah Islam. Lihat
https://id.m.wikipedia.org

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


221

“Malah pernah suatu ketika


dia melakonkan watak wakil rakyat
yang lebih kejam daripada serigala,
tetapi hidup dengan penuh penghormatan
dan mendapatkan kemuliaan
seolah-olah dia seorang pemimpin
yang tumbuh daripada pedih getir rakyat.
Seolah-olah dia tumbuh
daripada rasa lapar yang menusuk
seperti duri yang maha tajam
dan ditusukkan ke jantung
manusia yang tidak berdosa.
Cuma yang membezakan
Mbah Kadi dengan wakil rakyat,
dia adalah seorang lelaki
yang hidup sederhana.
Wakil rakyat biasanya
hidup dengan penuh kesenangan,
malah mampu memiliki segala-galanya,
berbelanja mewah,
dan boleh membeli bulan,
jika itu pun boleh berlaku,
dengan harta yang tidak boleh dihabiskan
tujuh keturunan,

Namun demikian,
Mbah Kadi tetap hidup sederhana
di desa Joho
Mbah Kadi hidup dengan hanya keperluan
yang dimilikinya sehari-hari,
dan itu sungguh ajaib.”

Aku tergamam
dan ketika itu juga aku menatapnya
lama sekali
aku hendak memberitahunya
Mbah Kadi adalah guru yang baik

Burung yang Menangis


222

kepada ahli politik atau pemimpin,


tetapi tidak ada guru yang baik
bagi seorang ahli politik atau pemimpin
melainkan kepentingannya.

Aku mengeluh,
tetapi keluhan sama sekali akan membunuhku
jika aku mencampuradukkan politik
dengan kebenaran yang tiada tempatnya.

“Salah satu dialog Mbah Kadi


yang sangat popular,
dalam acara Ketoprak
yang pernah dipentaskan
di desa kelahiranku itu,”
katanya lagi berbalam dalam ingatanku.

“Apa dia?” Aku memintas cepat,


tetapi aku suka menatap wajahnya yang polos
pada ketika dia sedang bercerita,
kerana dia akan berubah lebih jelita
dan menyebabkan aku lupa segala perbezaan kami
berbanding waktu yang lainnya
malah aku suka mendengar lengok
dan nada suaranya yang bersahaja
aku suka melihat caranya
menyampaikan cerita,
kemudian menarik nafas dalam
sebelum menghela nafas
seolah-olah seseorang yang amat lega
selepas berjaya menyelesaikan
segala persoalannya.

“Mbah Kadi memang terkenal dengan dialog ini,-


Sesungguhnya, manusia itu
hidup dengan berhutang.
Berhutang kepada Tuhan

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


223

yang memberikan kehidupan


yang penuh berkat kepadanya,
berhutang kepada ayah ibu
yang melahirkannya di dunia,
berhutang kepada jiran
yang berbudi tinggi di sekelilingnya,
berhutang kepada sanak saudara
yang mengasihi dan mencintainya,
berhutang kepada bangsa
dan negara tempatnya berpayung
dan mendapat segala nikmat kehidupan.”

“Dan aku, lelaki yang tinggal


di pulau yang jauh ini?”
Pintasku cepat
“Aku berhutang kepada siapa
jika budaya yang mempunyai
sisi yang baik untuk semua orang ini
tanpa mengira batas negara
menjadi pertikaian yang tidak berhujung
antara warga yang menghuni
tanah kepulauan dua negara serumpun ini?”

Dia terdiam seketika


tetapi lama aku memendamkan
jawapan ini dalam hatiku
“Aku sesungguhnya berhutang
kasih sayangku denganmu
hutang yang tidak pernah selesai
hutang yang harus dibayar
apabila tiba waktunya
hutang yang meleraikan segala perbezaan
dan mengikat kita di luar batas
sentimen budaya dan negara.”

Namun demikian,
dialog itu akhirnya dilupakan

Burung yang Menangis


224

sehingga suatu hari aku terkesima


setelah dua puluh tahun berlalu
setelah aku berpisah dengannya
dan melewati hari-hari yang penuh ratapan
dan perpisahan yang tidak dipinta
tiba-tiba dia muncul semula dalam hidupku
yang membuatkan aku seperti
bernyawa semula.

Ketika itu aku seolah-olah


memandangnya berdiri di hadapanku
sambil membayangkan detik-detik
pertemuan kami dahulu
kebahagiaan sedetik yang pernah dilalui.

Bermula daripada detik itu


dia sering berkunjung ke negeriku
menemui saudara maranya
yang sudah berhijrah ke Malaysia
dan mengambil peluang menemuiku
sehingga suatu hari aku akhirnya
memutuskan untuk datang menyuntingnya
menjadi pasangan hidupku
dalam satu majlis pernikahan yang sederhana
dan dikelilingi keluarga
itulah keputusan yang membawaku
datang ke desa kelahirannya
desa Joho yang aman damai
dan kaya budaya itu
sehingga aku melupakan
segala pertengkaran awal kami
tentang ketoprak dan budaya lainnya
yang saling dituntut sebagai hak Indonesia
dan Malaysia.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


225

Kini aku datang di desa Joho


yang membuatkan aku merasakan
seolah-olah melangkah
ke dunia baharu yang merobohkan
segala tembok perbezaan
dan meraih pengalaman
indah di penghujung usiaku.

Hal itu ternyata mengingatkanku


akan kata Ding Choo Ming16
dalam bukunya Kajian Manuskrip Melayu
Masalah, Kritikan dan Cadangan
yang mengatakan, proses migrasi
di kepulauan Melayu itu
sudah berlaku sejak lama
dan merupakan pergerakan manusia
yang menjadi tema utama dalam sejarah alam Melayu.
Orang Bugis, Aceh, Jawa
serta suku rumpuan Melayu yang lain
telah bergerak berulang alik
di alam Melayu tanpa sekatan politik
atau tanpa kegusaran akan batas lautan
atau batas sempadan negara
dan itu akhirnya mempengaruhi pola sosial,
hubungan budaya dan persuratan,
poilitik dan ekonomi,
malah hubungan kekeluargaan melalui perkahwinan,
membentuk masyarakat rentas batas demografi
dan aku salah seorang daripadanya.

**

Bagaimana pun,
aku reda dengan suratan takdirku
bernikah dengan Arnie

16 Ding Choo Ming, 2003. Kajian Manuskrip Melayu: Masalah, Kritikan dan Cadangan. Kuala
Lumpur. Penerbit Utusan Publication. Distributors Sdn. Bhd.

Burung yang Menangis


226

aku reda dia telah menjadi isteriku yang sah


menjadi bahagian hati dan perasaanku
menjadi bahagian daripada tanggungjawab
dan kebijaksanaanku
aku menerima takdirku
sambil mengingati kata-kata Orhan Pamuk17
dalam novelnya, Perempuan Yang Berambut Merah,
yang aku baca sepanjang berada di desa Joho
mengisahkan Oedipus versi moden
yang menterjemahkan eksplorasi mendalam
dan jujur, tetapi menyakitkan
tentang kemampuan manusia melawan takdir
bagaimanapun ternyata manusia
tidak mampu melawan takdir
sehingga Tuan Mahmut
salah satu watak di dalam novel itu berkata,
“Kehendak Tuhan itu tetap berlaku,
tak seorang pun yang mampu terbebas
daripada ketentuan takdir.”

Begitu juga aku dan inilah takdirku


setelah berusaha menghindarinya
dan mengeksploitasi beberapa perbezaan
antara kami
akhirnya aku telah melutut di hadapan takdirku
sehingga langkah kakiku
menapak di desa Joho
kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri,
Jawa Tengah, desa kelahiran isteriku
dan akhirnya kami telah dipersatukan
dan aku telah mencium aroma ukhuwah
dalam simpulan ikatan keluarga
meskipun dihalang pelbagai bentuk perbezaan
dan aku memikirkan inilah pilihanku
yang bersesuaian dengan takdirku.

17 Orhan Pamuk 2015. Perempuan Yang Beraambut Merah. (Terjemahan). Yogyakarta.


Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka).

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


227

Takdir yang membuatkan aku kini


lebih tenang dan pasrah menjadi bahagian
daripada warga desa Joho
takdir yang membuatkan aku
merasakan seolah-olah turut menyumbang
kepada penyatuan dua negara serumpun
yang sering bertengkar kerana soal
beberapa perbezaan yang kecil.

Malah, aku pasrah menjadi


warga rumpuan Melayu yang besar
meskipun berbeza bangsa, budaya dan negara
aku bahagia menikmati ikatan kekeluargaan
yang terjadi dengan izin-Nya
aku bahagia di desa Joho
yang membuka tingkap baru
malah terus membawaku
membuka tingkap-tingkap lain
yang akhirnya memberikan perspektif
lebih jelas tentang hubungan perkahwinan
rentas budaya, sosial, politik, ekonomi
dan batas negara
ikatan yang menyatukan simpul budi
di tengah-tengah alam
lautan sawah padi
yang menghijau dan mententeram hatiku.

Dahulu memang ada sawah padi


di kampung halamanku,
jauh di Pedalaman negeri kelahiranku
tetapi kawasan tanah padi itu
sudah berubah wajah,
sama ada diganti dengan tanaman kelapa sawit18

18 Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan
untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pada masa ini negeri
Sabah merupakan kawasan utama tanaman kelapa sawit di Malaysia, dengan keluasan
tanah tanaman sekitar 1,362 juta ha atau 29.7% dan diikuti oleh Sarawak ndan Johor. Lihat
https://ms.m.wikipedia.org

Burung yang Menangis


228

atau terbiar sahaja menjadi hutan belukar


yang tidak menguntungkan sesiapa pun.

Tidak ada generasi baharu yang mahu


mewarisi kerja penanaman padi.
Apakah kerana status dan mobiliti sosial
yang semakin meningkat
atau sudah terdapat anggapan bahawa kerja petani
di sawah itu tidak sesuai lagi
untuk mereka yang mendapat ijazah di universiti.
Tetapi ada kesombongan tidak bertempat mengatakan,
kami boleh mencipta beras daripada plastik19
tanpa perlu menanamnya.
Pekerjaan tradisi menanam padi itu
sudah semakin tidak relevan,
walaupun pendapat itu bagiku amat salah.
Sama sekali salah!
dan isteriku membenarkannya.

Kata isteriku,“Beras yang dikurniakan Tuhan


selalu memberikan keberkatan.
Tetapi beras yang diperbuat manusia
daripada plastik, menghadiahkan kanser.
Beras yang dikurniakan Tuhan
memanjangkan umur
dan beras yang diciptakan manusia
memendekkan umur.”
Aku tergamam
isteriku betul dan aku terkesima.

**

Setiap petang, aku duduk pada sebatang kayu


yang terbiar di tepi jalan
dan betul-betul menghadap sawah padi
19 Beras plastik ialah sejenis beras palsu yang didistribusi dari daerah Taiyuan, Provinsi
Shaanxi, China. Beras ini dikatakan turut diedarkan di Malaysia dan Indonesia. Lihat https://
www.masbroo.com

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


229

yang luas, curam mencerun sebelum berakhir


di tepi sungai Wotglinggang,
dan memanjat semula di seberang sungai
sebelum merentas kawasan
tanah perkuburan yang mempunyai
pelbagai cerita misteri.

Aku duduk seperti orang yang bertafakur.


Merenung sawah padi yang luas,
memikirkan nasi yang menghidupkan manusia.
Sebahagian daripada sawah padi itu milik
ayah isteriku. Ayah mertuaku.
Kata isteriku, ayahnya berbudi
kepada tanah sepanjang hayat.
Mengerjakan sawah demi kehidupan
keluarga dan anak-anak.

“Beras itu menghidupkan keluarga


dan anak-anak!” katanya.

“Ayahku, memastikan kami, ahli keluarganya,


hidup dengan hasil mahsul sawah
yang dikerjakannya.
Ayahku, memberi peluang kepada kami,
untuk hidup berjaya
sehingga boleh menjadi burung
yang terbang ke negeri jauh,
demi untuk kehidupan
tetapi lihat bagaimana semua itu
akhirnya berjaya mempertemukan kita
dua insan yang berbeza budaya dan negara,
akan tetapi, kami mesti pulang
ke kampung halaman sekerap mungkin,
melihat ayah dan sawah yang dikerjakan.
Aku tidak boleh membunuh kenangan,
walaupun godaan dunia
boleh mengelapkan pandangan sesiapa sahaja

Burung yang Menangis


230

dan batas negara menjadikan


kita terpisah-pisah.”
kata isteriku.

Aku kehilangan kata-kata


malu dengan diriku sendiri
yang selalu melupakan akar umbi.
Apakah kerana status sosialku
yang sudah berubah sebagai warga kota
maka menjadikan aku manusia
yang seperti tidak berjejak
dan terpisah dengan masa silam?

Bagaimanapun, di desa Joho


yang dikelilingi alam
gunung dan sawah padi,
aku seperti mendapat semula masa laluku
dengan ikatan pernikahan
yang akhirnya menyatukan dua keluarga
yang berbeza bangsa, budaya dan negara.

**

Petang itu aku sekali lagi duduk


di atas batang kayu di desa Joho
yang masih meresapkan
panas matahari petang
dan menjadikan aku seolah-olah duduk
di atas batu yang diwapkan
berpayungkan langit redup
yang seperti hujan hendak turun
pada bila-bila masa yang dikehendakinya.

Ketika itu musim menuai telah berakhir


dan sebahagian batas sawah
telah dipenuhi tunggul-tunggul dan batang padi
yang belum dibersihkan sepenuhnya

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


231

sementara di kawasan batas yang lain


beberapa orang sedang membersihkan sawah
dengan menggunakan cangkul
batas sawah itu digenangi air berwarna kelabu
dan pada bahagian lain pula
sudah disemai anak-anak padi
yang baharu menjadi.

Ada beberapa orang anak kecil


yang sedang berlari
di atas batas sawah
yang seolah-olah mengejar kegembiraan
dan kebahagiaan masing-masing
sementara beberapa ekor ayam
sedang mencari makanan
di atas batas sawah yang lembab.

Kata isteriku, orang desa Joho itu


hanya ada budaya dan alamnya,
sawah padi dan burung-burung yang menangis.
Aku terkejut!
Burung-burung yang menangis?
Aku tidak mengerti
selama ini aku hanya mengetahui
burung yang berkicau,
tetapi inilah kali yang kedua
aku mendengar istilah
“Burung Yang Menangis”.

Kali pertama aku mendengar


kisah burung yang menangis
ialah sewaktu aku mendengar
khutbah Jumaat di Masjid Jamek desa Joho20
nama masjid itu sebenarnya sama
dengan nama masjid di desa kelahiranku,
20 Masjid Jamek, yang terletak di desa Joho, dan di pinggir gunung Brojo itu hanya merupakan
sebuah masjid kecil yang berperanan sebagai tempat ibadah solat dan juga aktiviti
keagamaan, serta kemasyarakatan yang lainnnya.

Burung yang Menangis


232

di daerah Beaufort itu


cuma bezanya masjid Jamek
di desa Joho itu lebih kecil
berbanding masjid Jamek21
di desa kelahiranku.

Walau bagaimanapun,
setiap malam sabtu masjid Jamek di desa Joho itu
meriah dengan penduduk kampung
beramai-ramai mengimarahkan masjid
dengan paluan beduk samrah22
yang seolah-olah bergema
membelah desa Joho yang sunyi,
dengan suara penduduk kampung
bertingkah dengan paluan beduk samrah
yang gempak sekali
dan aku teruja dengan kemeriahan itu.

Namun sesungguhnya, khutbah jumaat


yang disampaikan anak muda
yang berumur dalam lingkungan
awal tiga puluhan itu melekat
di ingatanku sehingga kini.

21 Masjid Jamek Kampung Kabatu Beaufort, Sabah, dirasmikan oleh wakil rakyat daerah
Beaufort, Datuk Seri Panglima Haji Lajim Haji Ukin, semasa beliau masih menjadi wakil
rakyat parti pemerintah di Malaysia, pada 25 Januari 2008. Masjid ini berperanan bukan
sahaja sebagai tempat ibadah solat, tetapi juga menjadi tempat perhimpunan masyakarat
setempat dan pelbagai program sosial yang bermanfaat untuk kemajuan rakyat dan
ukhwuwah seluruh warga kampung yang berkaitan. Dalam ucapan perasmiannya Datuk
Seri Panglima Haji Lajim berkata, “Pada hari ini, kita berrsyukur dengan nikmat Allah kerana
memberikan kita kekuatan mendirikan banyak masjid di negeri Sabah untuk umat Islam
menjalani ibadah dengan selesa. Kerajaan memang berhasrat untuk menyediakan masjid
yang mencukupi di seluruh negeri Sabah bagi tujuan keperluan ibadah dan kemasyarakatan.
Justeru pembinaan masjid ini sesungguhnya dilakukan bagi memelihara kepentingan dan
kemajuan umat Islam dan demi perkembangan syiar Islam di negeri Sabah, dan di Malaysia
amnya.” lihat www.sabah.gov.my
22 Beduk Samrah ialah gendang yang berbentuk memanjang dan turut digunakan atau dipalu
dalam upacara kesenian berunsur Islam. termasuk juga dalam konteks upacara adat dan
kepercayaan. https://intimku.com

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


233

Ada dua perkara


yang disebutkan khatib muda itu
yang terus berdialog di dalam benakku
bagi tempoh yang lama.
Pertama, mengenai fadilat menuntut ilmu.
Katanya, “Membaca satu bab buku
yang menghadiahkan ilmu
lebih besar pahalanya daripada 100 rakaat
solat sunat yang kita kerjakan.”
Begitu hebat penghargaan anak muda itu
terhadap kepentingan ilmu.
Kedua, khatib muda itu menyebutkan,
“Kawanan ikan di laut
dan burung-burung di udara menangis
jika masyarakat manusia tidak lagi
menghargai ilmu.”

Jadi, apakah isteriku hendak mengatakan


burung-burung menangis itu bermaksud,
warga desa Joho sudah ketandusan ilmu
atau tidak lagi menghargai tradisi ilmu.
Aku seperti hendak menyanggah.
Tidak mungkin!
Tidak mungkin warga desa Joho berfikir begitu.
Tidak mungkin isteriku memperlekehkan
warga desa kelahirannya dengan mengatakan
mereka tidak menghargai ilmu.
Kenyataan itu amat sukar diterima.

Di sepanjang pengetahuanku,
ada beberapa buah sekolah dasar
di desa Joho dan mukim yang berdekatan,
yang mendidik anak-anak warga Joho
menjadi insan yang berjaya dan berilmu.
Ada sekolah peringkat pertengahan,
peringkat atas
atau sekolah menengah di Malaysia,

Burung yang Menangis


234

yang disediakan sebelum mereka


melanjutkan pelajaran
di mana-mana universiti yang dikehendaki.

Jadi tidak mungkin isteriku hendak mengatakan


warga desa Joho itu tidak menghargai ilmu.
Tidak mungkin!
Tetapi mengapa dia menyebutkan
kata-kata burung-burung yang menangis?
Mengapa?
Untuk beberapa saat sel-sel otakku
bergerak aktif lebih daripada biasa
memikirkan jawapannya.

**

Aku terus duduk pada sebatang kayu


yang terbiar di tepi jalan
di hadapan rumah keluarga isteriku, di desa Joho
dan betul-betul menghadap hamparan alam
dan sawah padi yang luas,
yang turun mencerun, sebelum berakhir
di tepi sungai Wotglinggang23

Ketika itu aku masih lagi


memikirkan kata-kata isteriku
tentang “Burung-Burung Yang menangis”
dan hatiku terus berteka teki,
dan malah aku terus merasakan
kesunyian yang seolah-olah menguasai dunia
yang menjadikan aku lebih sedar
akan kerinduan yang aneh
tentang keberadaanku di tengah-tengah alam,

23 Sungai Wotglinggang ialah sungai yang mengajur dan membelah desa Joho. Sungai ini
dikatakan menghala ke Ponorogo di wilayah perbelatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan
turut dipampang atau dibendung di beberapa bahagian bagi membantu sistem pengairan
sawah padi di desa Joho.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


235

desa Joho yang di kelilingi sawah padi


dan gunung Brojo itu.

Sesekali aku turut mengimbas


perjalananku yang maha jauh,
datang dari belahan Utara Pulau Borneo,
sehingga terdampar di desa Joho ini
tetapi disambut penuh kasih sayang
sehingga terhapus segala perbezaan
dan batas negara yang menghalang
keberadaan dan kasih sayang kami
selama ini.

**

Pandanganku kemudian
mengikuti ayah mertuaku
yang berjalan di atas batas sawah
yang basah dan dia melangkah berhati-hati,
bersama matahari petang
yang membayangi dan menghantarnya
ke batas lain.

Ketika itu, fikiranku terus melayang


dan deria hidungku mencium aroma
tanah sawah yang nyaman
sesekali terdengar suara burung
yang berkicau merdu sekali
tetapi entah burung apa.

Bagaimanapun, aku amat pasti


burung-burung itu tidak menangis
sangat berbeza dengan kenyataan isteriku
yang mengatakan burung-burung itu
sedang menangis.

Burung yang Menangis


236

Ketika itu aku memandang ayah mertuaku


dengan perasaan kagum
akan kesungguhannya mengerjakan sawah
aku melihat beberapa gumpalan kecil tanah
yang masih lembab berwarna coklat
melekat di betis dan tangannya
atau di rambutnya
yang sudah ditumbuhi uban.

Aku bahagia melihat ayah mertuaku


yang tahu menghargai alam
berbanding aku dan manusia lainnya
yang sibuk dengan kehidupan kota
malah tidak mempunyai banyak masa
untuk kembali kepada sumsum alam
dan semesta kehidupan
yang tumbuh bersamanya.

Pada waktu malam


aku dan isteriku duduk lagi
di batang kayu itu bersama-sama
sambil mendengar bunyi cengekrik
yang bersahutan
dan membuatkan aku seperti berada
di dalam hutan
tetapi ini bukan hutan belentara
melainkan hutan sawah padi yang luas.

Di sepanjang jalan di hadapan rumah


lampu menyala keluar
daripada jendela rumah yang terbuka
warga kampung semuanya tidur awal
selepas solat isyak
kebanyakan rumah sunyi sepi
dan sebahagiannya sudah gelap pekat.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


237

Jarang sekali mereka tidur lambat


kerana esok pagi mereka harus bangun
lebih awal untuk ke sawah
ketika cahaya matahari yang lembut
pada waktu pagi biasanya meresapkan
tenaga luar biasa untuk mereka bekerja kuat
dan mampu bertahan bekerja sepanjang hari.

“Jika hendak hidup,” falsafah mereka,


“tidak ada pilihan melainkan bekerja.
Mesti bekerja!
Orang yang malas,
bukan sahaja mendapati
dapur rumahnya tidak berasap,
tetapi mereka juga bakal berhadapan
dengan bahana kebuluran.” kata isteriku lagi.

Ketika itu kami masih duduk


melihat kunang-kunang terbang
di sana sini.
Menurut isteriku, kunang-kunang itu
ada cerita dongengnya tersendiri,
ia berasal daripada kuku jari orang
yang sudah meninggal.
Benarkah demikian?
Ah! jangan mencari kebenarannya,
tetapi carilah keajaiban cahaya
yang seperti bintang penyeri malam
di lantai bumi.

Sebab itu akhirnya kami mendongakkan


wajah kami ke langit hampir serentak.
namun ironinya, jika kami memandang langit,
bintang-bintang juga terasa
seolah-olah dekat bersama kami,
dan kami berdua memandangnya
pada waktu yang sama.

Burung yang Menangis


238

Ya, sesungguhnya
dalam setiap jajaran bintang itu
sebenarnya tersirat sistem tanda.
Tuhan mencipta malam yang gelap
dengan taburan bintang di langit
sebagai penyeri malam
dan itu wajib mengingatkan kita
akan kebesaran Tuhan
dan betapa misterinya
kehidupan manusia di bumi ini.
Setiap kali melihat bintang,
seolah-olah aku sudah melupakan
kata-kata isteriku
tentang burung-burung yang menangis itu.

Ironinya isteriku tidak melupakannya.


Ya, dia tidak melupakannya.
“Sebahagian besar orang desa itu
hidup dengan mencintai
budaya, alam dan sawah padi mereka
dengan amat luar biasa.
Cinta yang amat mendalam.
Jadi siapakah yang akan meneruskan
kerja-kerja budaya dan mewarisi alam
dan sawah padi mereka
jika sekiranya anak-anak mereka pergi
meninggalkan desa kelahiran
kerana bekerja atau bernikah dengan
orang lain di tanah jauh?
Begitu juga ayahku.
Ayahku membanting tulang
empat keratnya setiap hari.
Bekerja di sawah bertahun-tahun
untuk menghidupkan keluarga.
Tetapi bukankah aku akhirnya
menjadi seekor burung yang menangis
kerana meninggalkan desa Joho

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


239

terbang ke negara seberang


demi sebuah kehidupan baru
disebabkan sebuah pernikahan
yang ditakdirkan Tuhan kepadaku.

Jadi siapakah yang meneruskan


kerja mulia ayahku itu?
setelah aku bermigrasi ke negeri lain
atas nama sebuah pernikahan?

Aku terdiam lama sekali


tetapi kami tidak menyesali ikatan pernikahan ini
pernikahan yang mendamaikan
perbelahan kecil di antara kami
pernikahan yang mengatasi
perbalahan budaya dan politik
pernikahan yang mendiamkan
polimek yang membara di antara
warga dua negara tetangga
dan inilah suratan takdir kami
dan kami pasrah menerimanya.

Lalu, ketika itu juga


aku teringat cerita Mbah Kadi
si pemain ketoprak,
pencinta budaya yang tahu
perkembangan budaya
yang merentas sempadan geografi itu
dan malah aku ingin menjadi sepertinya
sehidup semati bersama isteriku
yang tercinta, dengan izin-Nya
Ya, dengan izin-Nya.

Burung yang Menangis


240

Biodata
Datuk Jasni Matlani lahir di Beaufort Sabah,
pada tahun 1962. Mendapat pendidikan di
Sekolah Menengah Toh Puan Hajah Rahmah,
Kota Kinabalu dan kemudian di Universiti Putra
Malaysia. Beliau mula menulis sejak tahun
1981 dalam genre puisi. Beliau kemudian
menulis puisi, cerpen, novel, drama pentas
dan esei kritikan. Sehingga kini beliau telah
menghasilkan 9 buah buku kumpulan cerpen, 4
buah novel, 3 buah kumpulan puisi dan beberapa buah buku kumpulan
esei kritikan dan kajian. Beliau sering memenangi Hadiah Sastera Sabah,
Hadiah Sastera Perdana Malaysia, dan Hadiah Sastera Public Utusan, di
Malaysia. Beliau juga meraih tempat ketiga Pertandingan Menulis buku
Hadiah ITBM-PENA-BH 2015 melalui buku Kumpulan cerpen Pembunuh
Anarki dan tempat ketiga melalui buku Kumpulan Puisi Dongeng
Perkebunan.

Pada tahun 2015 beliau menerima Anugerah SEA Write Award di


Thailand. Pada tahun 2017 beliau turut menerima Hadiah Sastera
Perdana Malaysia bagi kategori buku, melalui Buku Kumpulan cerpen
Cerita Monyet, Anjing dan Pohon Ginkgo terbitan Institut Terjemahan dan
Buku Malaysia (ITBM). Pada tahun yang sama, beliau dianugerahkan
pingat kebesaran, Panglima Gemilang Darjah Kinabalu (PGDK) oleh
Tuan Yang Tertutama Yang DiPertua Negeri Sabah, sempena Hari Jadi
Rasmi Tuan Yang Tertutama Ke-64, yang membawa gelaran “Datuk”.

Kini beliau memimpin Badan Bahasa dan Sastera Sabah (BAHASA)


sebuah persatuan penulis yang terbesar di Sabah, dan turut menjadi ahli
jawatankuasa penuh, Pertubuhan Gabungan Penulis Nasional Malaysia
(GAPENA).

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


241

ABSTRAK

PUISI esai ini mengisahkan tentang konfrontasi Indonesia-Malaysia yang


mengorbankan banyak nyawa antara kedua belah buah negara. Peristiwa
Berdarah di Kalabakan membuka mata semua pihak yang menyatakan
bahawa persengkitaan tidak membawa kebaikan. Seterusnya membawa
kepada keburukan sejagat. Air Dicincang Tidak Akan Putus telah
menampilkan seorang anggota yang bernaung di bawah payung Sabah
Home Guard (SHG). Dewan Husin adalah nama sebenar. Dia mengalami
banyak rentetan sejarah hitam dalam konfrontasi itu. Dewan Husin
adalah watak sebenar yang bercerita tentang macam mana keperitan
yang dihadapi oleh SHG dan juga RAMD ketika berhadapan saat-saat
genting. Dan akhir cerita konfrontasi Indonesia-Malaysia membuka
ruang persefahaman antara negara saudara serumpun dan sebudaya
itu. Sekarang antara Indonesia dan Malaysia merupakan rakan dalam
beberapa hal.

Air Dicencang Tidak Akan Putus


242

Juri Durabi
AIR DICENCANG TIDAK AKAN PUTUS

Tanggal 29 Disember 1963


Di sebuah perkampungan yang namanya Kalabakan1
langit hitam tiba-tiba sahaja menutupi ruang pandang
Kampung yang sunyi itu menjadi gamat
Dan kabut tebal hinggap di pohon-pohon kayu
dan bumi yang dahulunya damai
Dewan Husin tidak dapat memejamkan matanya
Di kamar tidur, Dewan Husin terkejut
dengan dentuman suara yang kuat
Bertalu-talu mengisi kesunyian
Di pinggir perkampungan telah diserang musuh entah siapa
“Ah! Maut sudah hampir.”
Katanya dalam galau yang resah, hatinya kecut
TNI2 mara dengan hati berdarah ingin meranap bumi Kalabakan
Senjata di tangan sudah siap dilepaskan

1 Kalabakan adalah sebuah kawasan di daerah yang terletak di bahagian barat Daerah Tawau.
Jaraknya dari Bandar Tawau adalah kira-kira 106 kilometer. Kalabakan hanya sebuah pekan
terpencil yang tidak mempunyai status bandar. Kalabakan mendapat nama dari perkataan
‘kalap angkan’ yang bermaksud ‘dapat makan’ yang berasal dari bahasa suku kaum Tidong,
iaitu penduduk asal kampung itu. Kalabakan merupakan kampung tertua di Sabah wujud
sebelum merdeka lagi. Mejoriti penduduk asalnya ialah suku Tidong dan Murut. Sekarang
ini ia diduduki oleh pelbagai bangsa dan suku kaum.
(http://m.facebook.com>notes>peristiwa)
2 TNI Tentera Nasional Indonesia (https://m.facebook.com>notes> peritsiwa.)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


243

Dewan Husin si lelaki penjaga kemakmuran3


Yang bernaung di bawah SHG4
Dan dikawal selia oleh RAMD5
Tidak dapat memejamkan mata
Karena, rindunya kepada kedamaian
Yang mulai tumbuh di bumi bertuah
Kawan-kawan lain sedang bertarung dengan maut
Kematian sudah berada di hadapan mata
Risau gunda dan rasa takut
Kini bersarang dalam hati nubarinya

Dewan Husin, si penjaga hutan kemakmuran itu


Yang sudah lama mendambakan diri untuk menjadi prajurit
Terpaksa menadah tangan
berdoa dan berdoa
agar bala bencana segera berakhir
Bumi kelahirannya perlu dijaga rapi
sebelum tergadai di tangan orang lain
dia sedar, sebelum ini pun
nenek moyangnya tidak merelakan
harta leluhur jatuh tersembam ke pangkuan asing
Dia tahu, tak pernah kering keringat di hati warga
Mengalir seperti sungai Kalabakan yang damai

3 Dewan, si penjaga kemakmuran @ orang tua 75 adalah watak benar yang diwujudkan
untuk menggerakkan cerita
4 SHG Pasukan Kawalan Tempatan, Pengawal Kampung (Inggeris: Home Guard) ialah satu
pertubuhan sukarelawan yang memainkan peranan penting dalam mengawal keselamatan
semasa keadaan darurat Tanah Melayu. Mereka turut berkhidmat dengan berkidmat
dengan mengadakan sekatan jalan raya di seluruh negara untuk mengkeng pergerakan
komunis, supaya keperluan asas seperti bekalan makanan, ubat-ubatan, pakaian serta
peralatan senjata tidak sampai ke tangan komunis. Pasukan ini ditubuhkan British mengikut
acuan Home Guard (United Kingdom) Pasukan ini dibubarkan setelah darurat disiytharkan
tamat pada 331 Julai 1960. Apabila berlaku Konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun
1963 - 1965, pasukan ini diwujudkan kembali bagi menangani pendaratan dan penyusupan
pihak Indonesia. Ia dibubarkan kembali selepas konfrontasi tamat. (https://ms.m.wikipedia.
org>wiki>Home.)
5 Rejimen Askar Melayu DiRaja (RAMD atau juga disebut Askar Melayu) merupakan satu
pasukan tempur infantri dan merupakan rejemen yang tertua di dalam Tentera Darat
Malaysia. Askar Melayu, bersama-sama dengan Rejemen Renjer DiRaja merupakan
pasukan tempur infantri utama di dalam Tentera Darat Malaysia(TDM) dan dibantu oleh
Rejemen Sempadan sebagai infantri ringan. (https://ms.mwiklpediaorg>wiki>Home)

Air Dicencang Tidak Akan Putus


244

***

kembali dia melihat awan, menatap langit


mendung bergelintangan hitam seperti buntut kuali
Kabus, entah menyorok di mana
cuaca terlalu panas di luar
Hidung sesak oleh debu yang berterbangan di udara
Apakah ini sebuah isyarat
Dunia gelap kiamat mendekat?
Ini petaka tak tersangkakan
Sementara angin tak mampu menolak jauh
Belerang kepanasan di hati tak mudah dipadamkan
Kerana risiknya tak dapat ditafsir dek akal
Di ufuk timur mentari masih jauh tersorok
Sedangkan dentuman tetap berlaku, gegaran tetap bersatu
Mengisi kekosongan malam
Tubuhnya longlai, jiwanya tersalai
Tak sanggup berdepan bahaya yang tidak disangka
Sementara di luar dentuman tetap kedengaran

Dewan Husintak dapat duduk diam


mula mencari kubu kawan-kawan yang seperti terselindung
di balik pohon renik atau di pergunungan yang agam
dia sudah melihat dengan mata dan kepala
tentang maut yang tiba-tiba bermunculan
di celah ranting-ranting hidup
muncung senapan tidak diketahui
namun dentumannya tetap kedengaran
“ah! Maut sudah sampai di ubun-ubun
tak lama lagi nyawa bercerai dengan badan
dan bergelimpanganlah tubuh-tubuh bagai pisang
yang tak punya makna dan tak punya erti

Dewan Husin mengimbau sayu pada sebuah kamar


di kampung sunyi yang jauh
isteri yang ditemani oleh dua orang anak kecil
keduanya pria belum tahu tentang hidup
terbuai lena dipelukan ibunya

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


245

Anak dan isteri tak tahu apa akan terjadi pada dirinya
air jernih mula menuruni lurah-lurah pipinya
dia tahu ketika ini
anak-anak itu berada dalam pelukan dan kasih seorang ibu
sedang dia, si penjaga kemakmuran itu
sedang bertarung antara hidup atau mati

***

Dewan Husin terperangkap dalam kamar


Tiba-tiba mencapai senjata yang tersadai di penjuru kamar
dia ingin membantu kawan-kawannya
yang berada di ambang maut
malam ini dia tak jadi memeluk mimpi indah
walaupun malam kemarinnya
giliran di markas kemakmuran sudah dilangsaikan
Tugas dengan rasa kebertanggungjawaban

Tapi, malam ini burung tidak berkicau lagi


Unggas tidak bernyanyi lagi
Semua itu kerana diganggu dentuman mortar
Yang sudah mengepung markas
Kini dia mencari harapan di tengah-tengah kegalauan
Kehidupan sudah demikian pendek
Bumi Kalabakan menjadi medan pertempuran
Sungainya mengalir darah para pahlawan tanah air
Konfrontasi Indonesia-Malaysia6 semakin memuncak

Dewan Husin melihat sedih


Dewan Husin menatap duka
Bangsanya terhiris luka mendalam
Dan parut tetap berbekas

6 Konfrontasi Indonesia-Malaysia ialah pembangkang politik dan tentera indonesia kepada


pembentukan Malaysia atau Penyatuan Persekutuan Tanah Melayu (kini Malaysia Barat)
dengan tanah jajahan mahkota/naungan British di Sabah dan Sarawak (secara kolektif
dikenali sebagai British Borneo, Malaysia Timur) pada bulan September 1963 (https://
ms.m.wikipedia.org>wiki>konfrontasi)

Air Dicencang Tidak Akan Putus


246

Di sana
Di hujung tanjung
ramai tentera terkorban
dua saudara serumpun dan sebudaya
Bersengkita seperti tidak mengenal usul

Siapa pun tidak tahu


mana satu pohon menunjang ranting
Siap akarnya mencengkam bumi
mengikat dan meneguh rumpun melayu
Jauh ke dalam sungai
Tamadun tercemar oleh tuba kesombongan
Siapakah si dalang yang mencetuskan permusuhan?
Dan siapa pula yang melanggar hak?
Sedang semuanya sudah berlaku
Yang nyata pembentukan persekutuan Malaysia
Adalah puncak segala sengketa.

***

Begitu Dewan Husin, si penjaga kemakmuran itu bermonolog sendirian


Di matanya ada air yang berbinar dalam sinar mentari
Cubit peha kiri peha kanan terasa
Apakah harusnya terjadi begini?

Satu bangsa satu bahasa satu budaya


Harus menghunuskan senjata
Membunuh sesama sendiri
Hanya kerana perbezaan pendapat, apakah ini yang dituntut?
Dewan Husin tidak sempat menghabiskan halusinaninya
Seketika itu suara tembakan masih berlanjutan
Dewan Husin, si penjaga kemakmuran turun dari markas
Dan cuba mengangkat senjata
Tangannya bergetar tak mampu memegang picu
Dia terkejut dari lamunan
Kerana disergah oleh kawan penyelia Leftenan Muda Hassan7

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


247

“jangan habiskan peluru.


tembakan hanya pada sasaran”
Perlukah aku membunuh saudara
Sedarah sesusuan
Dan membakar rumah rumpun Melayu sendiri

Segala berlaku secara mendadak


Tapi, selepas pengistiharan pemerintah
Untuk menubuhkan pembentukan Malaysia
pada 16 Sepetember 1963
Telah mengubah lanskap persekitaran

Akhirnya cuma tanda dan nisan yang kelihatan


Inilah Melayu senusantara
Berperang kerana ingin mendabik dada
Akulah hero akulah pendekar
Akhirnya menang menjadi arang
Dan kalah menjadi debu

Seperti mimpi dia mula memegang picu


Sekejap lagi akan keluarlah peluru
menembak secara melulu
dia menyorok ke sebuah banir kayu

anak matanya liar


tangannya awas memangkas dedaun
sedikit khilaf nyawa melayang
malam tetap berjalan tanpa sebarang sekatan
hitam pekat menampan seluruh alam
dia, si lelaki penjaga kemakmuran itu
telah kembali pulih dari ketakutan
jiwanya diberikan wajah berani

“Alang-alang mandi biar basah


Aku tak akan mengalah
Mengalah bererti memperdagangkan maruah.

Air Dicencang Tidak Akan Putus


248

Dewan Husin, si penjaga kemakmuran teringat lagi


Anak dan isteri di rumah sedang menunggu
Rumah Kedamaian perlu ditegakkan

“Ah! biar daging berkalang tanah


Tulang bercerai badan
Tanah ini tetap dipertahankan!
Andainya malam itu adalah malam terakhir
Biarkan…. biarkan
Biarlah batu nisan yang bercerita
Tentang perjuangan yang tak mudah dilunturkan
Mengalah tidak sekali”
Itu janji kepada diri sendiri

***

Malam semakin kelam


angin mula bertiup
Dingin tak terasa dinginnya
Udara panas membuak di dada
Dan di hati semakin meruap
Dalam gelegak perjuangan

Dewan Husin, si penjaga kemakmuran itu


Melangkah dengan hati yang berani
Senjata diangkat, mata liar menatap
Siap siaga mengadap musuh
Di kiri kanan depan dan belakang
Dentuman peluru semakin kuat
“anakku, andainya ayahmu gugur di medan
taburlah pusara ayah dengan mawar kesateriaan
Dan mengertilah bahawa di situ jasad ayah disemadikan.”

siapa yang gugur?


Dewan Husin, si penjaga kemakmuran itu
terdengar seorang pegawai
dan tujuh anggota Batalion 3 RAMD terkorban

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


249

sementara 18 anggota lagi cedera


Dewan Husin terjelupuk ke tanah
Airmata mengalir di pipi

pilihan ini bukan pilihan terbaik


benar atau salah
tidak ada kata pemutus
yang menembak atau ditembak
masing-masing mempertahankan hak
tapi, yang jelas nyawa menjadi taruhan
Apakah itu satu agenda
Untuk menjajah kaum sendiri?

Indonesia-Malaysia negara serumpun


konfrontasi bukan satu jalan terbaik
Penyelesaian terbuka luas
masing-masing sudah melupakan
darah sejarah 29 Disember 19637
parut tak luput
menapak dan menjauh
namun, persaudara tetap terjalin
Ikatan tak pernah putus
kukuh silaturahim
langit kesedaran terbentang luas
di antara mimpi ngeri
dan khayal yang menebal

Dalam konfrontasi itu telah mengorbankan satu pegawai


Tujuh anggota, manakala 18 orang lagi yang tercedera
Sementara anggota TNI juga banyak yang terkorban

Pada 25 Januari 1964


Presiden Soekarno bersetuju mengistiharkan gencatan senjata
Dalam majlis perdamaian diadakan di Bangkok
Sengkita berakhir dan damailah bumi Kalabakan
7 TNI telah menyusup masuk ke Malaysia dan berlakulah pertempuran hebat antara TNI
dan Batalion ke 3 Askar Melayu DiRaja bersama-sama dengan Pasukan SHG dan Pengawal
Kampung. (https://m. malaysiakiini.com>news)

Air Dicencang Tidak Akan Putus


250

***

Hari ini Dewan Husin, si penjaga


kemakmuran itu merasa lega
selepas usia menjejak 75 tahun
Di tempat ini
Di bumi Kalabakan
Ada aura yang tersembunyi
Dalam lipatan lusuh yang bertindihan
telah melihat kedamaian

Diselaknya kenangan di matanya tamadun


Dengan mata yang berbinar
Dia cuba menterjemahkan dalam bentuk yang lain
Anak-anak semakin dewasa

Dia luruskan tarekat


Dia tegakkan syariat
Dia semai hakikat
Di bawahnya dia rangkumkan makrifat
Dalam diri tersemai segunung iman
Yang berkuasa itu adalah Tuhan

Dua prianya mula mengerti


Tentang pasang surut gelombang
Hukum sebab dan akibat
Supaya sering melihat bumi
Selepas memandang langit
Kerana rumput-rumput yang menghijau
Kian cantik dan segar
dingin embun salji bertapak
sebelum jatuh ke bumi
melembabkan tanah
Hanya ada api angin air tanah
Yang membangunkan jasad
Sebelum roh ditiupkan

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


251

Sekarang lihat
Di atas sebuah tembok
perbezaan sudah roboh
Persengkitaan sudah usai
oleh musim yang berjalan
di hiruk pikuk peradaban

bukankah kesejagatan itu perlu dirapatkan


Pada hal tahun-tahun terdahulu
sepertinya hanya ada batu dan gunung
Menjadi benteng halangan
jelas, sengkita telah membawa angin dan pantai
memburu lantunan cahaya ke alam kilauan ombak
Tepat pada heningnya mentari petang
Esok pasti ada

Setelah konfrontasi berakhir


Bumi Kalabakan aman
Dewan Husin, si penjaga kemakmuran itu
Telah kembali ke kampung
Isteri dan anak sudah lama menunggu
Di bawah tangga rumah nipah
Yang perlu dicantikkan.

***

Dahulu ketika menjadi penjaga kemakmuran


Gajinya hanya seberapa
Soal setia jangan ditanya
Bukankah Hang Tuah8 pernah berkata

8 Muhammad Yusuf bin Ahmad atau lebih dikenali sebgaai Tok Kenali (1886-1933) ialah
seorang tokoh ulama ulung. Guru agama islam yang agung. Tokoh pembangunan pemikiran
islam di dunia dan pencetus ilmu pengajian islam di malaysia dan Asia Tenggara. Khususnya
di awal abad ke 20. beliau seorang alim rabbani yang dalam hidupnya banyak berpandukan
kitab suci Al Quran di samping sunnah nabi. Beliau disebut juga sebagai seorang yang
memilih hidup sederhana dan juga seorang wali keramat dan mendapat ilham daripada
Allah dan ilmu laduni(Ilmu kurniaan Illahi tanpa belajar)

Air Dicencang Tidak Akan Putus


252

“Tidak melayu hilang di dunia”


Imbalan bukan satu matlamat
Tetapi kewujudan sebuah setia
Melekat dalam diri
Yang namanya manusia

Kesedaran mulai melebar


Kerana dia tahu Tuhan itu sentiasa melihat
Keadilan sentiasa ada
ke mana pun dia berada
Tak sekelumit pun dia lupa
Tentang adanya pengadilan
Menunggu di depan pintu
Timbang tara kehidupan

sawah padi dan ladang


menunggu untuk dikerjakan
Kerbau tenggala di kandang siap menurut printah
dia menggosok-gosok mata
rupanya, di sini tergantung harapan
keringat ditumpahkan
pada sekengkang tanah warisan
Tidak sia-sia memeluk mimpi
Dia terbaring polos di atas lantai damai

Dia mula membuka kertas baharu


Di halamannya juga baharu
Kemudian dicatatnya segala pedih
Sementara darah yang tersebak
Akan dibebatnya selepas musim

“wahai angin
Andainya aku ini tidak bisa menyisir panas
Berikan sedikit dingin
Untuk kujadikan selimut
Menutup tubuhku yang telanjang

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


253

Aku tak bisa melawan takdir


Namun takdir membesarkan aku
Untuk menjadi lebih dewasa
Katalah kepada diri
Siapa aku yang lebih mulia
Jika aku tak pandai bermain sulap
Dan bijak mengatur waktu.”

Anak-anak sudah mulai membesar


Bercita-cita tinggi
Khabarnya anak-anak sudah mula kenal dunia
Dan ingin menjadi penyelamat
Pada segala bencana

Pada satu hari dia yang dulunya


Si penjaga kemakmuran
mendengar anaknya bercerita tentang peristiwa silam
dan anaknya mencari kertas kusam
Untuk melengkapkan pengajian ijazahnya,
Dewan Husin menghulurkan kertas,
Beberapa catatan peristiwa bersejarah.

“Nah, ini boleh kau gunakan


untuk memperlengkapkan sarjanamu.”
Akhirnya si anak telah lulus dari kertas
Yang diberikan ayahnya

***

Dewan Husin, yang dahulunya


Si penjaga kemakmuran
Sekarang hanya menyerahkan nasibnya
kepada sawah sekengkang
Sedar satu hari nanti anak-anaknya
Akan mencari jejak yang kian pudar
Di bumi Kalabakan ini.

Air Dicencang Tidak Akan Putus


254

Tak mudah memadam kisah


Kerana kertas kusam itu hanya pudar pada wajahnya
Isinya tetap mengembang harum
Dalam simpanan sejarah
Biar zaman akan menyelaknya kembali
Agar tersingkap kisah perbalahan
Malaysia-Indonesia yang semakin akrab
Saudara sesusuan tak bisa berpisah
Yang akhirnya menjadi penyambung tali
Pengikat kasih serumpun

Mereka mula mengorak senyum


Melangkah zaman demi zaman
Melewati musim ke musim
Dua saudara berjiran itu
Seperti bersaing di pentas perlombaan
Merentasi benua kemodenan
Bahkan sudah boleh duduk semeja
Berbincang masa depan tanpa dikejar mundur

***

Ah! Musim berlalu


Orang tua yang sudah melangkau usia 74
Rupanya sejarah itu telah mendewasakan
Kelopak bunga ekar di taman
Dia tidak sabar untuk memeluk merdeka
Sebenarnya kemerdekaan sudah lama menjelma
Kemerdekaan pada dirinya hanya bergantung
Kepada kebahagiaan sejagat
Memang mentari sudah lama pudar
Tapi esok tetap ada
Kerana susur galur perjalanan
Telah diatur susun
Walaupun hari demikian menjalar
Dan gunung terlalu jauh memuncak
Pantai dan kerang tabah diterjah ombak
Dipegangnya wajah keberanian.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


255

Silih berganti wajah


Kawan-kawan yang terkorban
berdatangan dengan senyuman
Sehebatkah aku dengan Mat Kilau7
dan Tok Kenali8 dan Dato Bahaman?
Atau aku hanya SHG pejuang yang terpencil?

Ah! Khayal apa yang datang sewaktu-waktu begini?


Kalau bukan mimpi yang tak nyata
Tapi ternyata
Kalabakan selalu di hati masyarakat
Perjuangan tetap perjuangan
Sejarah tetap terpahat
Bukan hanya omongan kosong
Sejarah pembentukan Malaysia
adalah suntikan semangat
Anak-anak muda pelbagai kaum berdiri teguh
Mempertahankan kedaulatan negara
TNI melancarkan ganyang Malaysia9
Di belakangnya Filipina membaham
Sabah, Negeri Bumi di Bawah Bayu seperti tersepit
Tanah melayu mengambil inisiatif
Membawa Sabah dan Sarawak membentuk Malaysia
Maka termetrailah pembentukan Malasyia
Satu sinar baharu kepada anak bangsanya

Setelah selesai konfrontasi


Dua negara memeterai janji
Sama-sama menongkah langit
Menjolok bulan memeluk bintang
Tak ada sengkita tak ada perselisihan
Jalin kerjasama kukuhkan ikatan
Serumpun sebangsa
Melayu Nusantara

9 Konfrontasi Indonesia-Malaysia ialah pembangkang politik dan tentera indonesia kepada


pembentukan Malaysia atau Penyatuan Persekutuan Tanah Melayu (kini Malaysia Barat)
dengan tanah jajahan mahkota/naungan British di Sabah dan Sarawak (secara kolektif
dikenali sebagai British Borneo, Malaysia Timur) pada bulan September 1963 (https://
ms.m.wikipedia.org>wiki>konfrontasi)

Air Dicencang Tidak Akan Putus


256

***

Hari mendung pada suatu petang


Dewan Husin, si penjaga kemakmuran,
orang tua usia 74
Melihat sawah bendang yang menghijau segar
Hatinya mulai digayuti pilu dan kegembiraan
Sayunya kerana setiap hari bergelumang selut
Membajak kehidupan
Gembira kerana di situlah tergantungnya harapan
Masa depan yang cerah
Anak-anak sudah besar dan memegang
jawatan penting pemerintah

Dewan Husin, si penjaga kemakmuran


Tidak lagi merangka di hutan
Ditemani nyamuk dan agas
Diriuhkan suara unggas
Atau tidur berbantalkan dingin
Bumi yang mengalirkan darah pejuang
Demi cintanya kepada nusa

Kini semua itu sudah jauh ditinggalkan


Dia sudah muak mengingati
Zaman lampau yang suram
Sawah bendang diserahkan kepada pekerja
Dia dan isteri hanya duduk mengingati Tuhan
Mengharap diterima segala amal
Mengampunkan dosa semalam

Kota sudah lama membangun


Hutan batu tumbuh merata
Wajah-wajah desa bertukar
Menjadi kampung, pekan dan bandar
Hasil jerit perih para pejuang
Anak bangsa tersenyum

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


257

Hari ini, Dewan Husin si penjaga kemakmuran


Bangga melihat angin perubahan
Bertiup di segenap penjuru
Dan persaingan hebat
Malaysia-Indonesia menjadi lebih rapat
Dirapatkan oleh budaya dan bangsa
Rumpun Melayu sebagai jambatan persaudaraan
Jika ada perbezaan segera dirungkaikan
Melalui rundingan dan bukan melalui senjata

Saat ini
Kalau dia dipanggil bertemu kekasih
Dia sudah rela meninggalkan khazanah
Bangsa yang bermaruah
Biarkan anak cucu yang melanjutkan
Segala janji yang tertinggal
Hanya iman dan takwa
Bersama sehelai kain putih
Yang akan dibawa
Menghadap Tuhan yang satu
Kerana dia tahu manusia tetap kembali ke asalnya
Seiring mentari merah
Di sebuah petang yang damai
Buat kesekian kali matanya berbinar
Dia menadah tangan dan berdoa
Semuga negara serumpun menjadi lebih akrab
Mendepani hari-hari muka
Yang belum pasti.

Air Dicencang Tidak Akan Putus


258

Biodata
Juri Durabi dilahirkan di Kampung Kusilad,
Daerah Pitas, Sabah, pada 11hb. Mach. 1961.
Mula menghasilkan karya awal 1984.Karyanya
sering mengisi ruangan sastera dalam beberapa
surat khabar di Malaysia, seperti Majalah
Wadah, Dewan Sastera, Jendela Sabah dan
Bahana, Brunei Darussalam.

Beliau juga berjaya menghasilkan buku seperti


Kumpulan cerpen Daerah PatungPatung 2005, Kumpulan Cerpen
“Perjalan Ke Negeri Satu” 2013, Kumpulan Cerpen“Mencari Warna Daun”
2012, Kumpulan Cerpen “Yunda” 2015. Beliau juga menghasilkan Novel
seperti Novel “Susuk Tingkayu” 1994, Novel “Jalan Ke Puncak” 992, Novel
“Misteri Gua Gomantong” Novel “Gadis Atlit” 1998, Novel “Pahit Bak
Hempedu” 2002, Novel “Juara” 2002, Novel Benih Harapan” 2002, Novel
“Dia Yang Dilupakan” 2002, Novel “Sangkar Terapng.” dan Novel kanak-
kanak “Iman Dan Ah Kiong”. Karyanya juga termuat dalam beberapa
buah antologi cerpen dan juga sajak.

Beliau mendapat Hadiah Galakan Sastera 1988. beliau tercatat sebagai


salah seorang penulis yang banyak memenangi Hadiah Sastera Sabah
yang mula diperkenalkan sejak tahun1988. Tempat Kedua, Peraduan
Menulis Cerpen dan Puisi semepena Maal Hijrah 1411, Peringkat Negeri
Sabah, Anjuran Kerajaan Negeri Sabah. Pemenang Tempat Pertama
Peraduan Menulis Novel Negeri Sabah Siri Ke-2, melalui novelnya
“Sangkar Terapung.” Anjuran Kementerian Pelancongan dan Alam Sekitar
Sabah, 2012. Anugerah Karya Sulung DBP 2002. Menjadi Penulis Anak
Angkat DBP 1989. Memenangi Hadiah Sastera Perdana 2012. Novelnya
‘Jalan Ke Puncak’ dipilih oleh Kemenertian Pendidikan untuk dijadikan
buku teks pelajaran sekolah-sekolah menengah di Malaysia, zone 1.
(Komsas). Menerima pingat kebesaran negeri, Ahli Darjah Kinabalu.
(A.D.K) 2014. Kini beliau menjadi Naib Presiden 2 Badan Bahasa dan
Sastera Sabah (BAHASA).

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


259

ABSTRAK

Puisi “Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan” terhasil melalui


terjemahan usaha membugar dan mengakrabkan hubungan Malaysia
dan Indonesia. Bermula dengan imbasan terhadap kisah ayah dan Mat
Congo sebagai tamsilan, puisi ini dilanjutkan dengan garapan pelbagai
usaha dan kerjasama yang telah dilaksanakan oleh kedua-dua negara
dalam memperkukuhkan hubungan, antaranya aspek keselamatan,
perdagangan, ekonomi, pelancongan, kebudayaan, kesenian dan lain-
lainnya.

Kedua-dua negara ini tidak sunyi daripada pelbagai isu keserumpuan,


tetapi dengan kebijaksanaan pemimpin dan pemerintah, kekeruhan
dan permasalahan yang timbul dapat diselesaikan dengan bijaksana.

Tidak kurang pentingnya ialah Malaysia dan Indonesia memiliki akar


sejarah, budaya dan peradaban yang sama, iaitu Melayu. Jalinan
persaudaraan Malaysia dan Indonesia melangkaui sempadan sosial dan
budaya, bahkan hubungan ini diperteguhkan lagi dengan kerjasama
dan persefahaman yang dinukilkan pada setiap bahagian dalam puisi
ini.

Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan


260

Mohd. Jasni Yakub


AYAH, MAT CONGO
DAN PERISTIWA KALABAKAN

Air dicincang takkan putus1


analogi ini amat dekat di hatiku
apabila seringkali ayah menasihati kami
yang sering berkelahi
untuk esoknya berdamai semula

Ayah hanya lulusan Sekolah Dewasa2


ayah pernah duduk dilantai dan di kerusi kayu
sambil menta’akuli teacher mengajar di hadapan
“What is this”? “this is book”,
“And what is there”? “There is you…”
itu ungkapan ayah yang masih melekat di ingatanku
itu antara yang dipelajari ayah
ketika mengikuti kelas dewasa di zaman penjajah

Kerana boleh membaca dan menulis


ayah diterima berkhidmat sebagai anggota polis
ketika pemerintahan Borneo Utara British3
penampilan ayah segak bergaya
memakai bere, berbaju kemas
dan berseluar pendek berkanji
1 Sebuah peribahasa yang bermaksud ikatan atau hubungan persaudaraan yang rapat
dan tidak akan putus walaupun berlaku perselisihan faham diantara kedua belah pihak
2 Sekolah Dewasa yang didirikan untuk mengajar pelajar-pelajar dewasa yang tidak
tahu membaca dan menulis sekolah ini ditubuhkan pada tahun-tahun awal penubuhan
Malaysia sehingga ke tahun 70’an
3 Syarikat Berpiagam Borneo Utara British atau SBUB merupakan perusahaan yang
ditunjuk untuk mengelola Borneo Utara, sekarang Sabah pada bulan Ogos 1881
Borneo Utara menjadi protektorat British dengan urusan administratif internal oleh
perusahaan sehingga tahun 1946 ketika ia menjadi koloni sebagai Borneo Utara
British Moto utama adalah Pergo et Perago (Latin), yang bermaksud “Saya melakukan
dan saya mencapai” Ketua pertama dari perusahaan adalah Alfred Dent. Pada 1882
(Rujukan:
https://ms.wikipedia.org/wiki/Syarikat_Berpiagam_Borneo_Utara_British)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


261

sentiasa siaga untuk tanahair tercinta


ayah pernah melalui zaman penjajahan Jepun
1942 hingga 1945 dalam derai air mata
kini ayah berusia 90 tahun
ayah uzur dan hanya terbaring di katil
semua itu kini tinggal kenangan
seperti peristiwa berdarah di Kalabakan
yang terus abadi dalam helai sejarah
tatapan dan ingatan generasi hadapan

Peristiwa Kalabakan
meski tinggal kenangan
namun ada hikmah di sebalik kejadian
selepas 55 tahun Kalabakan bermandi darah
kini tumbuh seberkas inspirasi
insaf perlunya hidup bersama
lihat bagaimana Malaysa-Indonsia kini intim
berkat bijaksana pemimpin dan pemerintah
tidak mahu lagi peristiwa Kalabakan
menghantui pemikiran
sebaliknya mahu persaudaraan
akrab terjalin

Aku pernah ceritakan tentang akar


urat dan nadi pada teman-teman
betapa akar, semakin menghujam dalam ke tanah
mencengkam dan menguatkan tegaknya
melalui batang kemudian kulit
yang mengalirkan gizi pada pohon,
daun, ranting, bunga dan buah
daripada akar, pohon terus tumbuh dan membenih
daripada akar, pohon terus meninggi dan bercambah

Sementara urat adalah bahagian penting


yang mengalirkan darah
menyebabkan otak dan jantung berfungsi
nadi pula terus berdenyut, seperti butang hayat

Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan


262

yang sentiasa perlu dipelihara


dipupuk dan diberi kesihatan

bukankah, akar, urat dan nadi


merupakan analogi yang tepat
bagi ikatan dua negara
yang harus dibugar dengan santun
iaitu nadi MALINDO4 yang perlu terus berdenyut
untuk selamanya?

Petang itu aku duduk di Restoran Mumtaz


restoran tepi laut yang sarat penduduk
menunggu tibanya seorang sahabat
sambil memesan teh “o” panas
Restoran Mumtaz letaknya di SABINDO, Kinarut, Papar
kenapa SABINDO5, tanyaku
ternyata di sini juga ada jawapan terhadap puisi esei
yang sedang kusiapkan

sewaktu jariku ligat menari di skrin telefon pintar


seseorang memberiku salam dari belakang
ternyata dialah Mat Congo yang kutunggu
dia bekas tentera
pernah bertugas di perbatasan
sewaktu konfrontasi MALINDO tercetus

Bang Mat Congo, sosok tubuhnya sederhana


berani dan berhati waja
sewaktu bertugas sempadan MALINDO di Pulau Sebatik
satu tragedi hampir meragut nyawanya
sewaktu mengetuai pasukan peninjau
berhadapan dengan pihak KKO6
mata bertentang mata, peluh mula membasahi dahi
senjata masing≠masing tersedia di tangan
4 MALINDO adalah akronim bagi Malaysia-Indonesia
5 Singkatan Sabah-Indonesia
6 Korps Komando Angkatan Laut Indonesia (KKO AL)- Rujuk :
https://id.wikipedia.org/wiki/Korps_Marinir_Indonesia

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


263

sedetik saja senjata dipetik


nyawa antara mereka hilang sekelip mata

Sembang ngeteh bersama Mat Congo


berlangsung lebih 2 jam
berkongsi banyak perkara
walau bingit oleh suara Macha7
yang menyuruh pekerjanya itu dan ini
yang melayan pelanggan minta itu dan ini
namun di Restoran Mumtaz ini
aku masih boleh mendengar perbualan pelanggan
dari pelbagai ras berbual sesama mereka

Macha lelaki keturunan India


dia sudah lama berniaga dan dikenali
Macha punya pekerja lelaki dan wanita
dari pelbagai negara
Malaysia, Indonesia dan Filipina
tapi mereka bekerja patuh
menurut arahan dari Macha
ah, di restoran ini rupanya
amat memberiku inspirasi
puisi esei waktu ini

Memurnikan ikatan harus disusuli usaha


tanpa ada rasa jemu
usaha direalisasikan pelbagai cara
pada pagi 23 Julai 1972
di kota kecil Parapat
di kota pergunungan indah
pemandangannya yang boleh dilemparkan
hingga ke Danau Toba,
Wilayah Sumatera Utara
ada sejarah penting terlakar di sini
sekumpulan pemimpin dan pemerintah
golongan pemikir dan pelaksana

7 Panggilan bagi seorang lelaki India

Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan


264

duduk semeja melakukan rundingan bersama


untuk satu forum dan diskusi
penubuhan General Border Committee Malaysia-
Indonesia (GBC MALINDO)
pertemuan itu tidak hanya lahir sebagai simbol
berakhirnya konfrontasi antara Malaysia-Indonesia
tetapi sebagai tanda persefahaman yang mendalam
dan jalinan kerjasama penuh keakraban
antara Malaysia-Indonesia yang bakal menterjemah
makna sebenar keamanan dua negara

Tenteram harus subur di sini


ia harus diterjemahkan pelbagai cara
kerana itu berlangsung Program
Pertukaran Pelajar dari Belitung, Bangka, Kerinci, Padang
dan Palembang
dan Program Anak Angkat
melibatkan generasi muda dua negara
serta kemuncaknya berlangsunglah upacara
Malam Gala Dinner Santai Malindo MBCC Asia
disaksikan para pembesar di kalangan menteri
sehingga terzahirnya program Jalinan Mesra
yang sangat berjaya
di Berjaya Times Square, Kuala Lumpur
ia berlaku ketika langit cerah bulan Ogos 2017
inilah petanda baik sebuah hubungan diplomatik
yang kian utuh dan perkasa

Seperti perumpamaan “isi dengan kuku”


jalinan kerjasama jadi keutamaan
sesekali diuji ombak beralun
pahit, manis, suka dan duka silih berganti
kadang terkait isu budaya dan ras
tapi semangat persaudaraan
segera menjernih kekeruhan

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


265

“Saya yakin, hubungan akrab dan positif


antara kedua-dua buah negara berjiran ini akan terus kukuh
bukan sahaja bagi memantapkan hubungan akrab
sedia ada, tetapi juga memperkukuhkan
sempadan diplomatik kedua-dua negara.”

Itu ungkap Dato’ Seri Najib Tun Abdul Razak8


pada amanat khas di klip video
sempena Majlis Makan Malam
sambutan Hari Malaysia
dan 60 Tahun Hubungan Diplomatik
Malaysia-Indonesia

Membajai hubungan seusia 60 tahun


tidak hanya dari hubungan rasmi semata
tetapi bermula dari kalangan marhaen
hingga golongan korporat dan teknokrat
harus berperanan mengukuhkan hubungan
ke tahap wajar

“Walaupun hubungan Malaysia-Indonesia


mempunyai pasang surut
tetapi para pemimpinnya sentiasa
mengutamakan kedamaian dan
kesejahteraan hidup berjiran.”
Itu kata-kata yang lahir
dari sanubari Muhajir Effendy9

Slogan Hari Kebangsaan Malaysia


“Negaraku Sehati Sejiwa” harus diglobalkan
dalam konteks hubungan akrab
Malaysia-Indonesia
ia harus diterjemahkan
dengan penuh sadar
oleh rakyat dua negara

8 Dato’ Seri Najib Tun Abdul Razak ialah Perdana Menteri Malaysia
9 Muhajir Effendy Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia

Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan


266

pesanan penting
Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim10
“Mensejahterakan jiran
bumbu paling mujarab
untuk sebuah persahabatan”
harus diungkayah dengan santun

Ayah, Mat Congo dan Kalabakan


menjadi inspirasiku meneruskan catatan ini
membayangkan ketika zaman penjajah
ayah berkhidmat sebagai polis British
membayangkan juga pada 1965
Mat Congo, anak Jawa Ponoroggo itu
menjejakkan kaki di Pulau Sebatik
menggalas senjata dalam usia muda

Pulau Sebatik
itulah pulau yang terbahagi dua
ada batu sempadan di puncak bukit
lambang persahabatan dua negara

Ingatanku kembali menerawang dimana-mana


menyaksikan terpatrinya persefahaman
menzahir cita-cita yang sama
maka SENIMAN11 berkunjung ke Jakarta
merapatkan ukhuwah membulatkan kerjasama
kolaboratif bersama Persatuan Karyawan
dan Televisi Indonesia

Lalu berkumpullah sekalian pekerja filem


Pelakon, pengarah dan produser
sementara Persatuan Produser Filem Indonesia
Demi Filem Indonesia, Indosiar, NET TV
dan beberapa buah stesen lagi
terlibat menjayakan program ini
10 Duta Besar Malaysia di Indonesia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim
11 Persatuan Seniman Malaysia (SENIMAN) sebuah pertubuhan bukan keranaan (NGO)
yang memperjuangkan nasib para seniman di Malaysia

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


267

SENIMAN pimpinan Zed Zaidi12


memperkukuhkan hubungan diplomatik
melalui wadah seni

Objektif lawatan terus dilebarkan


kerjasama strategik Kuala Lumpur–Jakarta
platform ‘Cultural Diplomacy’
turut dibincang
dilaksana secara kolektif

Indahnya kerjasama ini


demi sebuah jalinan keluarga besar
Malaysia–Indonesia

Begitulah, kerjasama terus berbaur dan menyatu


Konsert Muzika Nusantara13
yang mengasyikkan
dianjur YIRMI14
dan Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan
menampilkan artis tersohor dua negara
Dwen, Tegar, Rafli Kand
dan Orkestra Tradisional Malaysia
‘Senadi Dalam Seni’
jalinan antara muzik dan puisi Melayu
dari beberapa suku bangsa dan etnik Jawa,
Mandailing, Batak, Minang, Boyan, Aceh dan Sunda,
serta muzik dan lagu dari Negara Brunei dan Singapura
kehadiran dua diva
Siti Nurhaliza-Krisdayanti
adalah simbol ikatan akrab Malaysia-Indonesia

Benar ada keindahan tersirat dalam seni


seni merungkai kekusutan

12 Zed Zaidi, Presiden SENIMAN


13 Konsert Muzika Nusantara¨ diadakan di Panggung Sari Istana Budaya, pada 13 dan
14 Mac 2015, menampilkan satu persembahan seni muzik terbesar melibatkan negara
Malaysia, Indonesia, Negara Brunei dan Singapura
14 YIRMI ialah Yayasan Ikatan Rakyat Malaysia Indonesia

Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan


268

seni menenangkan perasaan


seni menjernih kekeruhan
seni jujur dalam ungkap-kata tersusun

Kalabakan yang kusantuni


banyak dipelajari dari kejadian 55 tahun lalu
darinya tercetus kerjasama
yang memperkasa keselamatan
dua negara

Justeru PATKOR15 tertubuh pada Oktober 2017


ATM16 dan TNI17 bergabung lojistik
meningkatkan keselamatan sempadan
membendung segala kegiatan
menyalahi undang-undang

Setelah PATKOR terlaksana


kerjasama berterusan diperkukuhkan
dan penubuhan Jawatankuasa Kerja Sosial Ekonomi

15 PATKOR - Operasi dikenali sebagai Patroli Terkoordinasi Siri 2Ø2017 membabitkan 50


anggota masing masing 25 dari Tentera Darat Malaysia (TDM) dan Tentera Nasional
Indonesia≠angkatan Darat (TNI-AD) TDM diwakili Skuadron Ke-4¨ Kor Armor Diraja
(KAD] manakala Komando Resort Militer (KOREM) 121 Alam Bhana Wanawai (ABW)
mewakili TNI-AD Ketua Staf¨ Markas Briged Ketiga Infantri TDM¨ Lt Kol Ilyas Hanafi
berkata, rondaan bersama itu mengukuhkan kerjasama ketenteraan yang sedia terjalin
antara kedua-dua negara Beliau berkata demikian pada majlis penutup PATKOR 2/2017
di Pos Malindo, Kem Jawatankuasa Perancang Gerakan (JPG) Lubok Antu di sini,
semalam Turut hadir, Wadan Kolakopsrem 121 Alam Bhana Wanawai (ABW), Kolonel
Infantri Arnold AP Ritiauw dan Pegawai Memerintah 4 KAD¨ Left Kol Mohd Nizam
Masri PATKOR dilaksanakan sejak 2003 susulan kesepakatan Malaysia-indonesia pada
Pertemuan Perencanaan Operasi Tanah (TPOD) di Balikpapan, Indonesia, 23 Julai tahun
sama (Rujukan:
http://www.utusanborneo.com.my/2016/09/20/kerjasama-ketenteraan-malaysia-
indonesia-terus-kukuh)
16 Angkatan Tentera Malaysia
17 Tentera Nasional Indonesia

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


269

Malaysia-Indonesia (SOSEK MALINDO)18 dimeterikan

Mendorong dua negara


berkongsi dan memantap kestabilan
kedua-duanya terus berganding erat
pelbagai bidang dijejaki
tidak sekadar di perbatasan
tapi melangkaui bidang lebih luas
iaitu sektor pelancongan
merentas udara menjejak daratan
membelah lautan

Usaha memacu sektor pelancongan udara


pemeterian perjanjian19 mempromosi
destinasi menarik Indonesia
kepada Malaysia dan sebaliknya
Kementerian Pelancongan Indonesia
dan AirAsia

18 Latarbelakang Ringkas Penubuhan Jawatankuasa Kerja Sosial Ekonomi Malaysia –


Indonesia (SOSEK MALINDO) - Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang
bertetangga dan mempunyai garis batas yang sama di wilayah Borneo/Kalimantan
dan perairan Selat Melaka Meskipun kedua negara memperoleh kemerdekaannya
dengan cara yang berbeza¨ namun mempunyai banyak persamaan dari segi geografi
dan sosial budaya Sebagai negara yang berkongsi sempadan langsung¨ kedua negara
mempunyai aspirasi dan persepsi yang sama untuk memanfaatkan potensi yang ada di
sempadan untuk dikelola bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat perbatasan
kedua negara Di samping itu¨ ancaman yang timbul di daerah sempadan¨ terutama
sekali di era-era menonjolnya gerakan komunisme mendorong kedua negara tertangga
ini untuk memantapkan kestabilan keamanan seranta telah membuat kedua negara ini
bekerjasama lebih erat dalam berbagai bidang Kerjasama perbatasan kedua negara telah
dimulai dalam bidang keselamatan sejak tahun 1967 iaitu dengan ditandatanganinya
Persetujuan Mengenai Peraturan Keselamatan di Kawasan Sempadan/Persetujuan
mengenai Pengaturan Dalam Bidang Keamananan Daerah≠Daerah Perbatasa (Rujukan:
https://www.mkn,gov.my/page/latar-belakang-ringkas-penubuhan-jawatankuasa-kerja-
sosial-ekonomi-malaysia-indonesia-sosek-malindo
19 Pemeteraian perjanjian sector pelancongan udara antara Kementerian Pelancongan
Indonesia dan syarikat penerbangan tambang rendah AirAsia diadakan di Shah
Alam¨ Selangor Ogos 2017 Hadir dalam majlis ini ialah Ketua Eksekutif AirAsia Bhd¨
Aireen Omar¨ Staf Khusus Menteri Pelancongan Infrastruktur di bawah Kementerian
Pelancongan Indonesia (KPI)¨ Judi Rifajantoroª Penasihat Kanan Menteri Pelancongan
dalam Bidang Kemudahan Udara KPI¨ Robert D. Waloni serta Pengarah Komersial
AirAsia Indonesia¨ Rifai Taberi.

Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan


270

optimis mencapai kunjungan


1.5 juta pelancong Malaysia ke Indonesia
sepanjang 2017
dan tahun seterusnya

“Kami berbesar hati


dapat menjalinkan kerjasama
matlamat kami
mahu meningkatkan pelancongan
dan menggalakkan kesepaduan sosial
Antara Indonesia-Malaysia” kata Aireen

Tendi Nuralam20 pula menambah,


“kerjasama dua negara berjiran
sememangnya sedia terjalin
dalam pelbagai bidang,
termasuk pelancongan”

Malaysia-Indonesia
“umpama aur dengan tebing”
itu ungkap sinonim
dua negara bersaudara
ini terzahir pada Program Jelajah Nusantara21
di Jogjakarta, Indonesia

Mempromosi kebudayaan dua negara


ialah inisiatif pemurnian jalinan
melalui jalur Pendidikan
DERMASISWA dan BEASISWA
diberikan pemerintah Indonesia
khusus para pelajar negara lain

20 Tendi Nuralam¨ ialah Pengarah Tourism Indonesia


21 Progran berbasikal Jelajah Nusantara dirasmikan oleh adinda Sultan Yogyakarta¨ Gusti
Bendoro Pangeran Haryo Prabukusuma dan turut dihadiri Pengarah
Lembaga Pelancongan Malaysia di Indonesia¨ Roslan Othman Program ini sempena 60
tahun hubungan diplomatin Malaysia -Indonesia (rujuk:
http://www.sinarharian.com.my/mobile/nasional/industri-pelancongan-kukuh-hubungan-
indonesia-malaysia-1.746566)

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


271

yang ingin mengenal budaya dan kehidupan


masyarakat Indonesia April 2016
Pekanbaru, Riau, Indonesia
hubungan perdagangan Malaysia-Indonesia
Terus dipererat
capaian dagang Indonesia-Malaysia
meski belum mencapai 30 milion dolar Amerika
namun hasrat perdagangan
keduanya sangat tinggi

Di bidang pendidikan
mahasiswa Malaysia
berkuliah di Universitas Riau
pendekatan ‘people to people’
jelas terus subur
ini kerana demokrasi juga bermakna
kedua-duanya harus menta’akuli
isu semasa dan gelombang politik
antara negara
agar saling memahami

Ayah, Mat Congo dan Kalabakan


perkaitan apakah ini
seumpama akar, urat dan nadi
menjadi kias sebuah tanah besar
saling berkongsi rasa dan naluri yang sama
ada pertalian jernih dan utuh
sudah wujud sejak sekian lama

Selepas Malaysia bebas dari Inggeris


dan Indonesia bebas dari Belanda
peta sempadan dua negara sekalipun telah dilakar
namun ukhuwah dan setiakawan terus terpancar
mendahului masa

Jejaklah kaki di belahan bumi mana pun


di Malaysia atau Indonesia

Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan


272

disana ada budaya dan adat yang sama


disana ada bahasa yang difahami bersama
disana ada alun dan tari yang sama
disana ada alir darah
dari urat yang sama

Benarlah
60 tahun memacu persahabatan
ukhuwah Malaysia-Indonesia terus kukuh
dan utuh selamanya

Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, 14 Mac – 14 April 2018

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


273

Biodata
Mohd. Jasni Yakub merupakan pendendang
lagu-lagu etnik dan puisi tradisional Sabah.
Pernah bertugas sebagai Ketua Fasilitator bagi
Program Penghayatan Sastera dan Budaya
(PPSB) di Pusat Latihan Khidmat Negara
Negeri Sabah sejak tahun 2006 sehingga
PPSB dimansuhkan pada tahun 2015. Pernah
mewakili ngeri Sabah dan Malaysia sempena
Hari Pengucapan Puisi Kota-Kota Dunia di Kuching, Sarawak pada
tahun 2001 Selain itu, beliau merupakan penulis, pemantun, aktivis
seni dan sastera Sabah Menganggotai Badan Bahasa dan Sastera
Sabah (BAHASA), sebuah NGO sastera terbesar di Sabah sebagai
Setiausaha Kehormat, dan sebelum itu pernah menganggotai Ikatan
Penulis Sabah (IPS), Angkatan Kesenian Ibukota Sabah (AKSI), dan
Persatuan Penyiar Malaysia (PENYIAR) .

Telah menghasilkan lebih 300 buah puisi pelbagaitema dan juga


menghasilkan cerpen. Dalam bidang kejuruacaraan majlis, beliau
telah mengacarakan ratusan majlis pelbagai tema, menghasilkan
ratusan skrip juruacara selama penglibatan beliau sejak tahun 1993
Sering diundang mengacarakan pelbagai majlis anjuran jabatan dan
agensi kerajaan, pihak swasta dan orang perseorangan antaranya
Kementerian Kebudayaan dan Kesenian, Kementerian Pelajaran,
Kementerian Perladangan Komoditi, Dewan Bahasa dan Pustaka,
Jabatan Kebudayaan dan Kesenian Negeri Sabah, Jabatan Perpaduan
Negara dan Integrasi Nasional Negeri Sabah, Jabatan Kemas Negeri
Sabah, Suruhanjaya Pilihanraya Malaysia, Lembaga Kebudayaan Sabah,
Badan Bahasa dan Sastera Sabah, Ikatan Penulis Sabah, Universiti
Malaysia Sabah, Universiti Teknologi Mara, Institut Perguruan Kent,
Institut Perguruan Keningau, Yayasan Dakwah Islam Malaysia, Majlis
Ugama Islam Sabah, Jabatan Hal EhwalAgam Islam Negeri Sabah dan
banyak lagi.

Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan


274

Mendapat latihan dan bimbingan dalam bidang kejuruacaraan


ketika mengikuti kursus Kejuruacaraan Majlis anjuran Persatuan
Penyiar Malaysia (PENYIAR) dan RTM dibawah bimbingan Tuan Haji
Chuari Selamat (seorang personaliti yang disegani dalam bidang
kejuruacaraan, pemantun terkemuka Malaysia, penulis lirik lagu dan
mantan Pengurus Klasik Nasional RTM) Jasni Yakub juga mendapat
latihan khusus dalam bidang kejuruacaraan dari Institut Tadbiran
Awam Negara (INTAN) Kebolehan dan karisma beliau dalam bidang
kejuruacaraan telah mendapat pengiktirafan dari kerajaan negeri
Sabah dan dipilih sebagai penerima Anguerah Khas Kejuruacaraan
sempena Festival Penulis Sabah 2016 yangdisampaikan oleh Yang
Berhormat Speaker Dewan Undang Negeri Sabah.

Karya-karya puisi beliau pernah disiarkan dibeberapa buah akhbar


tempatan di Sabah, dan telah termuat dalam beberapa antologi
terbitan DBP dan beberapa agensi serta persatuanpenulis di
Sabah Sering diundang sebagai hakim/juri dalam acara-acara
pertandinganberkaitan seni dan sastera.

Mohd Jasni Yakub juga seorang pelakon pentas¨ telemovie dan


drama TV Pernah berlakon bersama aktres Marsha Milan Londoh dan
Fadzilah Mansor dalam drama TV berjudul “Mihrab Cinta” pada tahun
2011 terbitan MegaPine Production, drama “Ungu’s Dress” terbitan
RTM/ABU 2013, berlakon bersama Mat Congo dan Ella Sabah dalam
telemovie “Rumah Hitam” tahun 2009 terbitan AV Craft Production,
berlakon dalam beberapa produksi teater antaranya “Menunggu
Tuan Presiden” tahun 2009, “Mencintai Xiang-Li” dan “CERAI” tahun
2013, berlakondan mengarahkan Filem pendek – Skesta Lampaduk
dan Lampanuk (KKIFF) Rama-Rama Production, 2013 (Pertandingan
Filem Pendek Sabah – Youtube), berlakon teater Sketsa Penulis Muda
(Ikatan Penulis Sabah, 1997, pementasan di Putatan, Sabah), dan
yang terbaharu teater “Pulau Tanpa Cinta” yang dipentaskan pertama
kali di DBP Sabah pada 3/4/2015¨ dan Dewan JKKN Sabah pada
24/4/2015.

Dalam teater ini, Jasni Yakub berlakon sepentas bersama beberapa


pelakon dan artis Sabah¨ antaranya Esther Clement Tubong, Jovenea

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


275

Jim dan Ali Amat Anas¨ dibawah arahan Abd Karim Gullam (Tokoh
Teater Negeri Sabah 2016) Kebolehan Jasni Yakub dalam bidang
lakonan telah mendapat pengiktirafan dan memenangi Anugerah
Pembantu Pelakon Lelaki Terbaik sempena Festival Teater Negeri
Sabah 2015 Sekarang beliau masih meneruskan pengajian Ijazah
Sarjana Muda Bahasa Melayu secara sambilan di Universiti Terbuka
Malaysia

Ayah, Mat Congo dan Peristiwa Kalabakan


276

ABSTRAK

Pada tahun 1976 tiba-tiba ayahku membawa pulang ke rumah pasangan


suami isteri yang berasal dari Indonesia, bernama Labuku dan isterinya,
Wahaji. Setelah lama tinggal bersama keluarga ayahku, sehingga
melahirkan tiga orang cahaya mata, mereka dianggap sebagai keluarga
sendiri. Walau bagaimanapun mereka terpaksa pulang ke kampung
halaman mereka di kota Bau-Bau. Sejak itu mereka tidak pernah bertemu
lagi dengan ayahku, sehingga ayahku kembali ke ramahtullah. Tiba-
tiba pada 22 November 2013, keponakan Labuku, Lahadi datang ke
Sandakan menghantar ole-ole kiriman Labuku, di mana ketika itu aku
pulang ke kampung halamanku yang terletak di Sandakan. Pertemuan
itu ternyata menyimpul semula ikatan keluarga yang terpisah iaitu
antara keluargaayahku dan keluarga Labuku, beraut kembali, seperti
Kimabang bertaut.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


277

Sitti Rahmah G. Haji Ibrahim


KISAH LABUKU DAN KIAMBANG BERTAUT

/1/

Suatu malam yang dibasahi hujan rintik


pada pangkal tahun 1976
ayahku, Ibrahim,1 membawa balik
sepasang suami isteri yang masih muda
pulang ke rumah kami
di desa tempat aku dibesarkan,
Desa Berhala Darat,
yang termasuk dalam wilayah
bandaraya Sandakan.

Ketika itu aku masih muda belia


masih di alam persekolahan menengah
tetapi melihatkan dua orang tetamu itu
aku tergamam dan terkejut
dan benakku dikepung tanda tanya
siapakah gerangan yang dibawanya pulang itu
dan dari manakah asalnya
tiada siapa yang tahu
sehingga ayahku bersuara tenang
sambil memandang ibuku dengan lembut,

1 Ibrahim ialah nama ayah penulis atau nama sebenarnya, Ibrahim bin Gusti Alam

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


278

“Ini pasangan suami isteri


berasal dari kota Bau-Bau2
yang akutemui di kaki lima sebuah kedai.
Mereka datang ke sini
mempertaruhkan hidup di tanah kita
tidak ada sanak saudara
tidak tahu arah tujuan.
Jadi kerana perasaan balas
dan kemanusiaan, sambil memikirkan
mereka juga merupakan saudara tetangga kita
Yang sangat memerlukan pertolongan
maka bapa mempelawa mereka pulang
dan tinggal bersama kita.” kata ayahku.

/2/

Ibuku tersenyum manis


semanis madu penawar duka
tak pernah bertanya
Seorang wanita yang diasuh
Sentiasa mentaati kata sang suami
Kerana hati suaminya seputih salju
insan kamil melakukan kebaikan
tak pernah menyala api sengketa
menjadi sanjungan di kampung kami.

2 Kota Bau-bau di Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki sebuah perkampungan tua. Kampung
tersebut dikenal dengan nama Labalawa. Usia perkampungan ini diperkirakan telah berumur
ratusan tahun karena komunitas masyarakat setempat tidak dapat dipisahkan dengan
adanya Kerajaan Tobe-Tobe, sebuah kerajaan yang memberi pengaruh terhadap lahirnya
Kerajaan Buton yang pada akhirnya menjadi kerajaan besar dalam sejarah Nusantara
khususnya di wilayah Indonesia Timur (Zuhdi, 2010; Coppenger, 2011; Zahari, 1977).
Masyarakat setempat masih memegang teguh tradisi mereka. Salah satu tradisi yang masih
dijaga hingga saat ini yaitu tradisi bercocok tanam. Tradisi bercocok tanam di Labalawa
berbeda dengan tradisiPERTANIAN ORGANIK LABALAWA, SEBUAH... (PDF Download
Available). Available from: https://www.researchgate.net/publication/311351140_
PERTANIAN_ORGANIK_LABALAWA_SEBUAH_KEARIFAN_LOKAL_BERUSIA_RATUSAN_
TAHUN_DI_KOTA_BAUBAU_PROVINSI_SULAWESI_TENGGARA [accessed Apr 10 2018]

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


279

Ayahku sentiasa membuka pintu rumah


menyambut tetamu siang dan malam
Makan yang ada di kongsi bersama
Ayahku sentiasa mendapangkan
kedua-dua belah tangannya
untuk sesiapa sahaja menumpah dukanya
dan menumpahkan segala duka dan derita
sehingga anak angkatnya ada di mana-mana

Ayahku tahu apa yang baik


dan apa yang buruk untuk keluarga
dan memuliakan tetamu itu ajaran agama
Ibuku seorang isteri yang sentiasa akur
lalu dengan pantas dia menunjukkan
sebuah bilik sederhana besar untuk mereka
kemudian menghidangkan makan malam yang lazat
kerana itulah sikap ayahku.

Seringkali dia membawa tetamu pulang


ke rumah untuk beberapa hari
malah, ada kala tetamu pergi membawa
barang-barang kesayangan kami
tetapi ayah tidak pernah kisah
“Itu semua harta dunia
infakkan sebagai sedekah
nanti Allah bagi yang lain
lebih daripada itu.” kata ayahku.

Lalu aku dengan pantas masuk ke kamar ayah


“Siapa dan dari manakah tetamu ayah itu?
Ayah tak pernah serik dengan pelbagai cerita
yang telah berlaku di rumah ini
kerana keramahan ayah”, protesku
“Sentiasalah berbaik sangka anakku
menolong itu sifat yang terpuji
segala musibah lalu ada manisnya
Yang tak terlihat, dek mata.”

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


280

namun mencatat nikmat.”


Aku pun mengakuri keputusan ayahku
Begitulah sikap ayahku
terdidik dalam kesantuan
sentiasa melakukan amal jariah
tak ada prasangka kepada tetamu
yang diajaknya bemalam di rumah.

Tiga hari berlalu


suatu malam kami duduk di laman
menatap bulan bercahaya menyinar alam

“Ayah harap kamu terima


pasangan suami isteri yang ayah bawa malam itu
menjadi anak angkat ayah
Terimalah mereka sebagai abang angkat3
tanpa ada sangsi
Labuku dan Wahaji tak akan mengurangi
Kasih sayang ayah kamu
Tak memiliki apa yang telah menjadi hak kamu
Ia cuma berkongksi kasih, kata ayahku .”

/3/

Namanya Labuku4
isterinya Wahaji5

mereka tinggal di sebuah rumah tumpangan


di tepi rumah kami
dulunya rumah itu adalah rumah ngaji

3 Kakak adopsi
4 Labuku ialah warga Indonesia yang berasal dari Kota Bau-bau daripada suku kaum Buton.
Namanya sebenarnya ialah Labuku Bin Ladina
5 Wahaji ialah isteri kepada Labuku dan nama sebenarnya ialah Wahaji Binti Lawadi

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


281

tinggalan Allahyaraham Surian6 adik nenekku


guru mengaji sejak muda sehingga usianya
melewati 60 tahun, dan berpulang ke rahmatullah
lewat usianya 70 tahun
dia menikah saat usianya 14 tahun
Suaminya, Sahari7
meninggal saat bersanding di pelamin
Nenek Surian
Ialu memilih untuk tinggal sendiri
menjadi guru mengaji sehingga akhir hayatnya.
kata ayah “Biarkan mereka merasa bebas
tinggal di rumah sendiri”

/4/

Lalu beberapa minggu kemudian


Labuku berkerja sebagai buruh
di Pelabuhan Sandakan8
Labuku sungguh akrab dengan ayahku
bak isi dan kuku
Masa singgang Labuku menemani
ayahku menyantuni undangan
Dikampung kami
Labuku lancar membaca doa.
Lalu ayahku angkat
menjadi imam di kampung kami
SesekaliLabuku duduk di sebuah bangku
di halaman rumah kami
mengajar kami bermain gambus
adikku yang bongsu akan menyanyi bersama-sama

6 Nama sebenarnya aialah Surian Binti Elam


7 Nama sebenar Sehari bin Landuhur
8 Sandakan ialah salah sebuah kota di bahagian pantai Timur Sabah. Ia adalah bandar yang
kedua terbesar di Sabah. Sandakan sangat terkenal dengan gelaran mini Hong Kong kerana
kedudukan bangunnnya yang amat rapat seperti Hong Kong. Populasi bandar sandakan
pada tahun 2010 ialah 500 ribu orang. Lihat sabahanamazing0905.blogspot.com

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


282

dan ayahku suka mendengar Labuku menyanyi


suaranya merdu mempesona
Seperti suara S. Effendi9
kadang-kadang dia menyanyikan
lagu Fatwa Pujangga10
Sesekali dia menyanyikan lagu Teluk Bayur
lagu kesukaan ayahku
malahada kalanya ayahku juga turut menyanyi
ibu tersenyum manis
dan kami semua tertawa bahagia.
Di rumah agam kami mengalir bahagia
Wahaji isteri Labuku pula menjadi
guru mengaji adik-adikku
dan sekaligus anak-anak jiran
yang berdekatan.

/5/

Suatu hari waktu kami menatap


senja di pelantara rumah
bersama Labuku sambil menikmati jagung rebus
aku bertanya kepada Labuku
Pengalamannya datang ke Sabah
Labuku dan Wahaji berasal
dari kota Bau-Bau
negara jiran terpisah jauh
mengharung gelombang dari pulau ke pulau
sehingga sampai di bumi negeri Sabah11 yang tercinta
terdampar di Sandakan
begitu mencabar pengalamannya.

9 S Effendi atau nama sebenarnya Effendy Bin Sahat merupakan seorang penyanyi Melayu
era 60-an/70-an yang sering mendendangkan lagu di radio Malaysia . Belaiu meninggal
dunia pada tahun 2008. Lihat http://ms.m.wikipedia.org
10 Lagu nyanyian S Effendi. Lihat http://m youtube.com
11 Sabah ialah salah sebuah negeri dalam persekutuan malaysia. Sabah merdeka pada 16
september 1963. Lihat https:// en.m.wikipedia.org

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


283

“Bagaimana abang berkelana begitu jauh


hingga sampai ke bumi Sabah?” soalku.
aku tatap seraut wajah Labuku
menyimpan seribu rahsia
diwajahnya terlukis bahagia.

“Beginilah... untuk meneruskan


sebuah kehidupan
abang dan kakak kembara
kembara dari Bau-Bau
ke Tawau menaiki Kapal Tongkan12
yang mengambil masa lewat tujuh hari
kerana kata orang di Sabah
banyak peluang pekerjaan
lalu abang dan kakak yang baru bernikah
dengan restu keluarga
nekad untuk mengubah kehidupan
kami rela menempuh apa jua halangan
dari Tawau kami menumpang

Lori angkat barang


dan diturunkan di bandar ini
tak tahu ke mana kami pergi
lalu ketemu bapak yang budiman
diajaknya balik ke rumah.”
Begitu kata Labuku

12 Tongkang atau Ponton adalah suatu jenis kapal yang dengan lambung datar atau suatu


kotak besar yang mengapung, digunakan untuk mengangkut barang dan ditarik
dengan  kapal tunda  atau digunakan untuk mengakomodasi pasang-surut seperti
pada  dermaga apung. Tongkang atau Ponton digunakan juga untuk mengangkut baranf-
barang dagangan, sangat banyak digunakan pada tahun 1960an hingga 1980an di jalur
lintas Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua.

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


284

/6/

Mengikut budaya suku kaum Orang Sungai13


dan kami pun menyatu dan akrab
tidak ada lagi jurang pemisah
seperti adik dan abang
kakak dan adik.
anak dan ayah
anak dan ibu
Tidak lagi dirasakan Labuku dan Wahaji
dari negara jiran Indonesia
melainkan mereka seperti
ahli keluarga sendiri
setiap malam jumaat
Bacaan Yasin berjamaah

Labuku dan Wahaji


Sudah menyatu bukan sahaja
dengan warga kampung
malah akrab dengan saudara marahku
Labuku dan wahaji
berusaha belajar menjadi
warga negeriku

13 Dari segi Catatan Sejarah, asal-usul orang Sungai adalah bermula pada 1888, apabila
residen pertama Sandakan iaiti Sir William Pryer menjalankan ekspedisi menyusur Sungai
Kinabatangan sehingga ke Kampung Imbok yang masih wujud ketika ini, Sewaktu ekspedisi
tersebut, rombongam beliau ternampak dengan sekumpu;ln masyarakat yang sudah
bertamadun yang tinggal disepanjang tebing Sungai.Kaum Orang Sungai ini merupakan
Pribumi Sabah yang ramai terdapat di Pantai Timur Sabah, Kaum Orang Sungai ini
merupakan Pribumi Sabah yang ramai terdapat di Pantai Timur Sabah. Tetapi banyak orang
tidak mengetahuinya kerana kurangnya pendedahan di media cetak/internet. Orang Sungai
ini merupakan satu suku/etnik yang paling banyak didapati di kawasan Sandakan, Beluran,
Paitan, Kinabatangan (Bukit Garam, Sukau, Suan Lamba, Bilit, hingga ke Paris Satu), Kuamut,
Segaliud, Ranau (Sugut), Labuk (Telupid), Segama & Sepagaya (Lahad Datu), Madai, Tongod

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


285

/7/

Labuku diajari ayah


tentang adat istiadat dan budaya
suku kaum Orang Suluk14
yang mahir menengkap ikan
Sejarah Orang Suluk adalah pejuang
Yang mempertahankan tanah air
dari segala kencaman penjajah
dan mereka juga merupakan pendakwah Islam
di kepulauan Berneo
ayahku ajar Labuku tarian kalang15

Kata ayahku,
Labuku dan Wahaji bagaikan saudara kandung
kerana kata ayahku, kita sebangsa dan serumpun
Satu agama dan satu budaya
Gambus, Zapin milik bersama.

Ayahku tertarik kepetahan


Labuku berdiskusi tentang agama
“Sungguh tinggi kefahaman agama Labuku,”
kata ayahku

“Bapakku di kampung guru ngaji


dan kami harus tahu tenang agama
sebelum kembara kata bapak.”

“Nah, keluarga bapak juga tokoh agama


Mengajar ngaji dan menjadi imam
Impinan bapak agar ada anakku
Yang menjadi imam
Menghantar bapak hingga
ke jannah,” kata ayahku.
14 Kaum Orang Suluk ini merupakan Pribumi Sabah yang ramai terdapat di Pantai Timur
Sabah, Sandakan. Pulau Jambangan. Orang Suluk berasal dari kepulaan Flipina. Orang
Suluk adalah Pendakwah agama dan juga tangkas bermain senjata.
15 Lagu tradsional kamu Suluk

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


286

/8/

Labuku orang yang kuat berusaha


menjadi tukang urut di waktu malam
Labuku menjadi tukang urut ayahku
Isterinya menjadi pembantu rumah.

Beberapa tahun Wahaji melahirkan putera


lalu diberi nama La Sabah
kata Labuku untuk mengingati anaknya
bahawa dia anak yang dilahirkan di Sabah
menyusul La Malaysia
dan yang bongsu seorang Puteri
ayahku menamakan Siti Muniarah
ada nama timang-timangan Wa Sandakan
Sabah, Sandakan dan Malaysia
akrab dan mengakar di hati Labuku
mereka membesar bersama adik-adikku
bagaikan satu keluarga
ke sekolah bersama,
mengaji al-Quran bersama
bermain bersama
sesekali bergaduh,
namun kemesraan tetap kukuh
tak pernah disimpan di dalam hati
tak ada lagi berbeda
Labuku, isteri dan anak-anaknya
telah bersatu dalam hidup kami
bak aur dan tebing
atau isi dengan kuku.

“Bapak terlalu baik,


lebih daripada saudaraku sendiri
Tak dapat aku membalas
jasa bapak seisi keluarga,”
kata Labuku di suatu pagi yang indah.
Kulihat matanya berkaca-kaca

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


287

Ayahku tersenyum manis


“Tak usah dikau risau Labuku
engkau telah aku anggap
bagai anak kandungku sendiri
aku tak meminta balasan
apapun yang aku lakukan
demi ukhuwah sesama insan.
Kita juga keluarga besar serumpun.
Rumpun Nusantara.”

/9/

Labuku terkedu.

“Bapak seorang insan yang murni jiwanya


demikian ibu dan puteri-puteri
dan putera-putera bapak hatinya putih
seperti bapak tidak ada bedanya
aku berterima kasih dan sangat berbahagia
kerana dipertemukan dengan bapak,” kata Labuku.

Sesekali ada waktu-waktu


aku dengar Labuku memetik gambus
sambil menyanyi riang
nyatalah kami boleh bersatu
dalam budaya dan segalanya
bertahun keluargaku
dan keluarga Labuku melukis kenangan indah
memintal tali ukhuwah
walaupun negara kami sudah merdeka
pada tahun 1963
tetapi Indonesia sungguh dekat di hati
meskipun pernah memerak bahang persengketaan

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


288

konfrontasi dan ganyang Malaysia16


era Soekarno17

/10/

Namun di rumah kami menyimpul


ikatan persaudaraan yang kukuh
Malaysia-Indonesia.
Indonesia-Malaysia
yangterus mengharum di kalbu
mengakar di atma ayahku
berbunga dihati Labuku
aromanya memenuhi segenap
ruang hati kami
Labuku telah membuka minda
Jiran tetanggaku yang dulunya
menutup pintu hati untuk warga sebarang
yang selalu membuat honar

Labuku telah memadam sejarah hitam


yang di tinggalkan oleh warganya di kampung kami
dan kini nama Labuku dan Wahaji mengharum
Semerbak di kampung budi dan bakti
mengajar mengaji, berqasidah dan berzanji
sesekali mengajar memetik gambus.

Wahaji mengajar ibu-ibu di kampung kami


Masakan dan kuih-muih Indonesia
tradisi dan moden
mengharumlah nama Wahaji dihati para ibu

16 Malaysia merupakan sebuah negara yang berjiran dengan Indonesia dan merdeka pada 16
september 1963. Secara budaya dan bahasa, Malaysia dan Indonesia berkongsi ciri yang
sama iaitu ciri-ciri masyarakat Melayu Nusantara.
17 Seokarno ialah Presiden Indonesia yang pertama. Beliau menjadi presiden Indonesia
antara tahun 1945-1967. Lihat https://en.m.wikipedia.org

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


289

Sesekali ayahku membawa Labuku dan keluarga


melewat ke kampungan halaman kami
bermesra dengan keluarga ayahku.
Labuku dan Wahaji dan anak-anaknya
ada disetiap hati jiran tetangga
abadi di nubari, pekertinya mulia
bagai tali yang tersimpul kukuh
yang tak dapat dileraikan
ayah dan Labuku saling melengkapi
satu sama lain.

/11/

Namun, suatu saat, di suatu malam


dengan wajah duka Labuku menemui ayahku
katanya dalam sendu yang haru

“Bapak aku sudah puluhan tahun tinggal di Sabah


anak-anakku suka tinggal di sini
Tak mahu kembali
namun apakan daya, arwah bapaku berpesan
seorang kembara, satu saat harus
balik ke kampung halaman
aku telah membuat keputusan dengan berat sekali
namun inilah hakikat hidup kembara
sampai saat dan ketika akan kembali
ke negeri asalku,
aku mohon restu bapak,” katanya
Ada air jernih mengalir
deras di pipi Labuku
Wajahnya duka
dipeluknya ayahku erat-erat
seolah tak mahu meninggalkan ayahku .

“Demikian adat pertemuan Labuku


Bertemu akan berpisah

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


290

Walau luka bergulir


namun bapak merestu dalam nestapa
tersenyum dalam duka
kerana kau telah menjadi sebahagian daripda
hidup bapak,” kata ayahku

Sesungguhnya berita sedih ini mengusik


gentarasaku Wahaji, Labuku dan anak-anaknya
telah bersatu dalam nuraniku
keriuhan di ruang tamu kami
telah sebati dalam hidupku
dua puluh lima tahun bersama
melakar kenangan manis
dan indah kini mereka kembali ke kota Bau-Bau
ada pedih meruntun jiwaku
rasanya tak ingin berpisah
namun kuakuri suratan Takdir.

/11/

Isnin 25 April 2008


Malam itu rumahku riuh rendah
Ayahku mengadakan kenduri doa selamat
Untuk Labuku dan keluarganya
Tangis dan sedih berbaur satu
Menghiris kalbu.
Perpisahan yang entah bila akan bertemu
Kota Bau-Bau
dan Sandakan terlalu jauh
tak tergapai dek tangan

Pagi yang ceria 26 April 2008


berangkatlah keluarga Labuku
menaiki pesawat dari Sandakan ke Tawau
aku masih terasa air mata Wahaji di bahuku

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


291

meruntun dan menyeksa batinku


Tangisan ayah dan ibu
menjadi nestapa
Terkadang di satu waktu,
ayah dan ibuku berkisah
mengenang Labuku dan keluarganya
Terikat jauh dihati mereka
Kejap dan kukuh
Ayahku menghadiahkan reflika bidar18
Bidar lambang pejuang bagi suku ayahku
Sebilah barung19.

/12/

Setelah kepergian Labuku dan keluaraganya


ayahku dan ibuku selalu bercerita
tentang Labuku, Wahaji dan anak-anaknya
sesekali kulihat ayahku termenung di jendela
merenung rumah tempat Labuku tinggal dulu
aku masih terdengaran laungan azan Labuku
di ruang tamu waktu Subuh
gemersik bacaan ayat-ayat Suci al-Quran, Labuku.
Labuku tak pernah berkirim kahbar
Seolah-olah pergi membawa lara
yang parah
dan duka yang panjang

/13/

Di suatu pagi dalam guyuran hujan


Seorang jejaka mampir ke rumah
Ia membawa dua buah kotak
18 Reflika kapal kecil yan diperbat daripada kayu
19 Parang panjang yang berukiran

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


292

“Namaku Lahadi
aku menyampaikan ole-ole
kiriman kakak.”

Aku pentas menebak


“Kamu adik abang Labuku?”
wajahnya persis abang Labuku

Lahadi mencari ayah dan ibu


pemuda itu tercenung seketika
saat kukabar ayah dan ibu telah wafat
ada duka kulihat dimatanya
air matanya bergulir
wajahnya sedih

“Walau aku tak pernah bertamu dengan


Almahrum bapak Haji Ibrahim
Namun beliau dekat dihatiku
hidup dalam kenanganku
Kakakku selalu berkisah tetang keluarga kakak
Seorang insan yang mulia hatinya
Namaku Lahadi,
Adik bungsu kaka Labuku,” kata Lahadi.
Seketka handponenya berbunyi
Lalu diserahkan kepadaku tanpa bicara

“Adikku, apa kahbar bapak dan ibu


juga semua adik-adik abang?”

“Kami semuanya baik


Bapak dan ibu sudah kembali
Kepada pencipta beberapa tahun yang lalu
maafkan kami tak dapat
mengutuskan berita duka itu
kerana kami kehilangan alamat abang,”
kataku pedih hati mencengkam atma
Kudengar ada tangis sendu
dua ironi yang berbeza

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


293

“Turut berdukacita atas kehilangan


Orang tua kakak,” kata Lahadi.

/14/

Senja yang indah


saat mentari melabuhkan tirai
gemersik azan berkumandang
aku duduk menatap mentari yang
beringsot perlahan-lahan masuk peraduan
tiba-tiba ada sendu mengusik hatiku
Alam mula gelap
Warna jingga berseliar di dada langit
Betepa aku rindu kepada keluarga Labuku
Wahaji yang selalu menemani aku
menatap mentari jatuh ke permukaan laut
Sesekali mendongak langit
menghitung bintang

/15/

Aku terasa mereka seperti


dekat hatiku
tiba-tiba hujan turun mengguyur
aku berkalih menatap rumah warisan
nenek Surian lampunya menyala
jendelanya terbuka luas
kudengar namaku diseru perlahan
dan kemudian semakin kuat

“Adik kami datang.”


“Tuhan, Alhamdulillah
Labuku dan Wahaji
Kini berdiri dihadapanku.”

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


294

Biodata
Sitti Rahmah G. Haji Ibrahim dilahirkan
di kampung Kolapis, Beluran, Sabah. Beliau
bersekolah di SK. Kolapis, Beluran, dan kemudian
melanjutkan pelajaran di SMK Sandakan, Sabah.
Beliau mula menulis ketika masih di bangku
sekolah. Karya beliau mula tersiar di Radio
Sabah dalam bentuk Cerita Rakyat pada tahun
1978. Beliau pernah menggunakan nama pena
Hajimah Watie dan Intan Siti Azierah.

Beliau menulis dalam pelbagai genre seperti cerpen, novel, drama radio
dan drama pentas, rencana budaya dan cerita Rakyat. Karya beliau dalam
bentuk eceran dalam majalah Dewan Sastera, Dewan Budaya,Dewan
Perintis (DBP, Cawangan Sabah) Majalah Bahana (Majalah Brunei ),
Majalah Jelita, Majalah Keluarga, Jendela, DBP , Wadah, DBP, Sabah,
Berita Minggu, akhbar tempatan di Sabah seperti New Sabah Times,
Daily Express, Borneo Mail, Utusan Borneo, Harian Mercu, The Kinabalu
Week End dan RTM, Kota Kinabalu.

Beliau mula menyertai Persatuan Seni Sandakan pada tahun 1978.


Setelah itu menyertai BAHASA,Sandakan pada tahun 1982. Setelah
berhijrah ke Keningau, beliau menyertai Persatuan ANGGERIK,
Kelab Penulis Keningau sebagai Setiausaha. Pada tahun 1984, beliau
menubuhkan BAHASA cawangan Keningau, sebagai Pengerusi antara
Disember 1984-88. Pada tahun 1996 beliau menjadi ahli BAHASA di Kota
Kinabalu. Pada tahun 1997 beliau dilantik menjadi Setiausaha.

Pada tahun 2012 sehingga kini beliau dilantik sebagai Timbalan Presiden
BAHASA. Beliau pernah menjadi penal penulis tetap drama radio (RTM)
selama empat tahun dalam Rancangan Lembah Hijau.Antara kejayaan
beliau dalam penulisan Skrip drama termasuklah memenangi Peraduan
Skrip Drama pentas Anjuran Yayasan Sabah.

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


295

Pada tahun 1978 beliau mengikuti kursus Kertawanan anjuran PESAN,


Sandakan. Pada tahun 1981, beliau mengikuti pelbagai bengkel dan
kursus penulisan yang dianjurkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP)
dan Kementerian Belia dan Sukan Negeri Sabah. Pada tahun 1981 beliau
pernah diberikan anugerah Penulis Prolifik oleh Warisan Sandakan. Pada
tahun 1982,beliau mengikuti bengkel penulisan peringkat Kebangsaan
di Hotel Ming Court, Port Dickson, Negeri Sembilan untuk pembedahan
manuskrip novel beliau Hijrah. Novel ituterbit pada tahun 1989 dan
mengangkat nama beliau dalam bidang penulisan. Novel tersebut
dipilih sebagai buku tambahan bacaan Kementerian Pendidikan
Malaysia 1998 -1992.

Pada tahun 1998 beliau dipilih sebagai penulis anak angkat DBP Sabah
dalam genre cerpen. Guru pembimbing beliau ialah Dr. Haji Othman
Puteh(Allahyarham). Cerpen beliau pernah tersiar di semua akhbar
Sabah, Jelita, Berita Minggu, Dewan Sastera, Wadah, Majalah Etnik dan
Dewan Budaya.

Sehingga kini, beliau telah menulis 12 buah novel yang di terbitkan


DBP, K. Publishing, Eseview, Fajar Bakti dan Melur, Iris Publishing,
novel dewasa dan kanak-kanak. Novel beliau juga pernah memenangi
pelbagai Anugerah. Antaranya, Hadiah Sastera Sabah mulai tahun 1988
sehingga 2012-2013. Mulai menulis Novel pada tahun 1980 berjudul
Bunga Daun Puding memenangi Anuegrah Sagu Hati.

Sementara cerpen beliau yang pernah mendapat tempat pertama ialah


Paduka Sang Unta, Aku dan Pepulau, anjuran Jabatan Ketua Menteri
Sabah. Karya terbaharu beliau ialah Taklik Cinta, telah memanangi
“Tempat Tiga” Peraduan Novel Anjuran Kerajaan Negeri Sabah. Buku
terbaru beliau ialah Buku Daftar Suku Orang Sungai.

Dalam berpersatuan beliau menyandang Jawatan Timbalan Presiden


Bahasa dan Sastera Sabah (BAHASA) Ahli BAHASA seumur hidup.
Memenangi Hadiah Sastera Sabah 1988 hingga 2015. Beliau menerima
bintang ASDK, (Ahli Setia Darjah Kinabalu) yang dianugerahkan oleh
kerajaan Negeri Sabah.

Kisah Labuku dan Kiambang Bertaut


296

Epilog
S.M. Zakir
NARATIF SOSIAL PUISI ESEI

Manusia berkembang daripada diri individu dalam hubungannya


dengan individu yang lain. Lalu bermula perkembangan sosial dengan
berlakunya penghasilan dan penerimaan erti antara diri-diri individu.
Sepertimana yang dikatakan Bakhtin bahawa masyarakat bermula
dengan kemunculan orang kedua. Lalu manusia itu lahir sebagai‘makhluk’
verbal, sekaligus ‘makhluk sosial’ yang daripada ini kemudian munculnya
suara yang menyuarakan pengalaman-pengalaman hidup yang
berpadu menjadi naratif – hubungan daripada orang pertama dengan
orang kedua dan seterusnya dalam penghasilan dan penerimaan erti.
Satu-satunya jalan untuk mendekati kehidupan manusia ialah melalui
naratif yakni bahasa yang mendirikan wacana, yang membukakan
keadaan sedar dan keadaan bawah sedar manusia. Wacana lantaran itu
boleh difahami sebagai seperangkat set refleksi atau biasan daripada
norma-norma realiti sosial dan realiti semula jadi yang terkandung
dalam otak manusia daripada tindakbalas dengan persekitarannya
yang ditetapkan melalui perkataan, dan simbol pernyataan lain. Maka
itu bahasa dan wacana keseluruhannya adalah kehidupan manusia.
Naratif sosial dalam pengertian ini melihat hubungan naratif dengan
konteks sosial merangkumi sejarah, budaya, struktur dan entiti sosial
(seperti ekonomi dan politik), serta juga pengalaman bawah sedar yang
terkumpul berupa psiki dan sebagainya.

Puisi esei muncul sebagai wacana yang unik, bukanlah kerena


keluarbiasaan pengucapannya atau juga keluarbiasaan puitika dan
bentuknya. Tetapi kehadirannya untuk menolak struktur yang mesti
menjadi objek puitik. Sastera sering memperagakan strukturnya untuk

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


297

menjadi objek puitik, sebagaimana puisi meluarbiasakan diksi, sintaksis,


ritma dan stailnya yang memestikannya menjadi objek puitik. Lantas
sastera menjadi seni yang sangat terstruktur yang dikuasai oleh ‘pakar’
dan orang berbakat, menjadi bukan hanya bentuk tetapi arkitektonik
seperti kata Hildebrand. Oleh kerana itu sastera selalunya harus menjadi
milik para seniman dan penyair, tidak mungkin dimiliki oleh orang
awam dan ahli dalam kerjaya lain yang tidak mahir dalam peragaan
struktur seni yang rumit. Ya, ia tentu baik untuk menjadikan sastera itu
eksklusif buat para sasterawan juga penyair. Tetapi apabila ia menjadi
terlalu eksklusif, ia perlahan-lahan menjauh daripada masyarakat. Puisi
esei tidak menolak struktur apatah lagi menolak puitika, tetapi puisi esei
mengimbangi sifat seni yang eksklusif dengan sifat awam yang insklusif.
Puisi esei memanggil kembali masyarakat kepada sastera, bukan untuk
memuja para penyair tetapi menjadikan masyarakat adalah bahagian
daripada para penyair itu sendiri. Ia bukanlah bermakna sastera itu boleh
diterobos masuk sesuka hati. Tetapi ia membukakan pintunya kepada
awam dengan tertib yang harus diikuti oleh awam dengan mudah,
sehingga akhirnya awam memasuki sastera dengan tanpa sedar telah
menjadikan awam sebagai dunia sastera itu sendiri.

Maka puisi esei hadir sebagai satu bentuk pengucapan sosial yang
menyuarakan pengalaman, dan menghubung orang pertama dan
orang kedua dan seterusnya masyarakat. Ia menjadi tali penghubung
masyarakat, sekaligus boleh menjadi alat kepada tujuan-tujuan yang
murni. Di dalam buku ini, puisi esei mencari tujuannya yang murni
dengan usaha untuk membina jambatan yang harmoni antara dua
negara serumpun yakni Indonesia dan Malaysia. Tentu sekali pemain
utamanya dari negara Indonesia yang memulakan puisi esei dan
memanjangkan fungsi puisi esei bukan sekadar alat puitika dan
perjuangan di negara kelahirannya, tetapi melanjutkannya ke Malaysia
dengan jabat persaudaraan yang jujur. Denny JA adalah sosok pelopor
dan penggagasnya, dan juga sosok yang memungkinkan jambatan
hubungan antara Indonesia dan Malaysia direalisasikanmelalui gerakan
budaya. Maka itu puisi esei diletakkan sebagai instrumen kepada gerakan
hubungan serumpun ini. Hal ini kerana melihat kepada sifat puisi esei
yang mampu menjadi wacana sosial. Bentuk puisi esei yang insklusif
dan memanggil semua ahli masyarakat baik ahli sastera mahupun orang

Epilog
298

awam untuk bersama-sama masuk melibatkan diri secara langsung


dengan menulis puisi esei, menjadi medan kebersamaan yang baik.
Lupakan soal puitika yang rumit, juga struktur dan prasyarat kesenimanan
dan kepenyairan yang besar. Apa yang penting ialah menyampaikan
pengalaman masing-masing untuk mencari titik pertemuan yang dapat
mengeratkan hubungan serumpun. Ia tentunya tidak bermakna puisi
esei ini boleh ditulis sembarangan. Ia malah bukan mudah, lantaran
ia juga mempunyai strukturnya yang tersendiri. Bahkan menulis puisi
esei ini sangat rumit dan payah. Tetapi paradoksnya struktur puisi esei
yang ketat ini telah dicipta untuk memungkinkan sesiapa sahaja boleh
menghasilkan jika jelas dan faham dengan jalan penciptaannya. Ini
menjadi sangat unik sebenarnya.

Lalu dalam buku yang pertama kali menghimpunkan puisi-puisi


esei daripada kedua-dua penulis serumpun ini iaitu Indonesia dan
Malaysia, terlihat nama-nama pengkarya yang mewakili diri masing-
masing. Lantaran puisi esei yang mereka hasilkan sifatnya lebih untuk
mendekatkan hubungan serumpun, bukan memperagakan nama-nama
besar yang mereka punyai. Ia menjadikan sastera yang sangat egaliter.
Dari Indonesia tampil nama-nama D. Kemalawati, Dhenok Kristianti, Fatin
Hamama, Fanny J. Poyk, Heri Mulyadi, dan Isbedy Stiawan ZS. Sementara
dari Malaysia tampil nama-nama Abdul Karim Gullam, Hasyuda Abadi,
Jasni Matlani, Juri Durabi, Mohd Jasni Yakub, dan Sitti Rahmah G Ibrahim.
Puisi-puisi yang ditampilkan di sini mengikat satu tema yang sangat
kukuh iaitu titik temu hubungan serumpun daripada pengalaman
masing-masing pengkarya. Pengalaman-pengalaman ini dituliskan
dengan menggunakan instrumennya puisi esei. Lantaran bentuk puisi
esei yang mampu merangka sebuah timbal balas pengalaman daripada
gabungan struktur puisi dan esei, ia dengan mudah menimbulkan
wacana. Pembacaan terhadap puisi-puisi esei di dalam buku ini tidak
lagi dipersulitkan untuk memahami metafora, simbolisme, paradoks,
ironi dan sebagainya. Ini kerana ia bukan dihilangkan tetapi diangkat
untuk tidak lagi menjadi makna halimunan di sebalik bahasa. Sebaliknya
segala-galanya dimudahkan dengan penjelasan nota kaki, puisi yang
sudah menjadi naratif, serta kelancaran bahasa yang mencari sifat
komukatifnya. Ia menjadi puisi, ia juga menjadi esei. Ia menjadi naratif
ia juga menjadi wacana. Akhirnya ia tampil sebagai gambar-gambar

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


299

pengalaman yang bergerak sebagaimana pengalaman itu sendiri


berlaku.

Puisi-puisi memperagakan pengalaman yang terkait dengan hubungan


serumpun menyedarkan betapa dekatnya hubungan Indonesia
dengan Malaysia, bahkan berkerabat antara satu sama lain apabila
ramai ahli masyarakat di Malaysia mempunyai leluhur di Indonesia.
Penghijrahan keluar masuk dalam dunia serumpun Indonesia ke
Malaysia masih terus berlangsung hingga hari ini. Orang-orang
Acheh yang datang sejak dahulu hingga ke Malaysia dalam lalu lintas
rumpun ini telah membentuk komunitinya sendiri di Malaysia. Tragedi
tsunami menjadikan masyarakat Acheh lebih akrab dengan Malaysia. D.
Kemalawati menyampaikan kisah ini dengan baik melalui hidup Rasyid
dengan anaknya Inong dalam puisi eseinya. Ia adalah pengalaman hidup
yang nyata, menjadi naratif sosial yang menyatukan jiwa serumpun.
Begitu juga masyarakat Bugis sebagaimana yang digambarkan oleh
Dhenok Kristianti, sebagai masyarakat pelaut yang menjadikan lalu
lintas serumpun adalah bahagian daripada tradisi kelautan ini. Puisi
esei Dhenok mengurai sejarah daripada sosok Makatenga yang berdiri
di atas harga seorang lelaki Bugis – Siri’ na pace yang menjadi filosofi
dasar dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar. Cinta menjadi
lorong yang membawa kisah ke Malaysia, lalu membangunkan lagi
nadi hubungan serumpun. Namun kisah tenaga kerja Indonesia (TKI)
yang teraniaya juga menjadi asam garam dalam hubungan serumpun
yang tidak semuanya manis menjadai sarana puisi esei Fanny J. Poyk.
Fanny mendirikan wacana dalam puisi eseinya untuk melihat hubungan
serumpun dari kemanusiaan yang lebih besar. Ia membangunkan suara
masyarakat, sekaligus mempertanyakan tentang keadilan buat orang-
orang kecil dalam hubungan serumpun ini. Walaupun ia adalah kasus
yang terasing dan kecil daripada kasus besar kejayaan TKI membawa
kekayaan dari Malaysia daripada ruang dan peluang hubungan
serumpun ini, tetapi ia baik dalam melihat kepada hadirnya wacana
yang kritis. Fatin Hamama membawa suara kedamaian dalam hubungan
yang lebih manis daripada hubungan serumpun dengan kejayaan yang
dikecapi Karim di Malaysia hasil ilmu agama yang sarat di dadanya. Di sisi
Karim ialah Norea, puteri Minang yang utuh membangunkan jiwa sang
suami. Karim adalah sosok pemuda masyarakat Minang yang mewakili

Epilog
300

tradisi merantau mereka. Puisi esei ini membangunkan sebuah kisah


panjang yang drama dan tragedi daripada imbasan-imbasan peristiwa
lalu. Wacananya kukuh kerana sekaligus menggambarkan rupa budaya
masyarakat Minang yang indah dan unik.

Puisi esei terlihat cenderung tidak lepas daripada sejarah, yang


merupakan bahagian penting dalam naratif sosial. Ini juga dibawa
oleh Heri Mulyadi dengan menatarkan tragedi Kesultanan Bulungun.
Ia terkait dengan sejarah hubungan getir Indonesia-Malaysia dalam
era konfrontasi yang memakan korban. Hubungan serumpun di atas
nama politik telah memperlihatkan saat-saat yang getir dan penuh
ketegangan. Ia menjadi sebahagian daripada wacana dalam puisi esei
yang diangkat untuk melihat sejarah pahit manis hubungan serumpun
ini.

Hal ini juga dibawa oleh Isbedy Stiawan, yang membangkitkan isu
budaya yang dicemari politik dalam kasus pemilikan budaya. Indonesia
menuduh Malaysia mencuri budaya Indonesia dalam beberapa kasus
persamaan budaya. Tetapi faktanya sebahagian masyarakat Malaysia
itu juga datang daripada leluhurnya Indonesia lalu membawa budaya
leluhurnya menjadi inti kehidupan mereka di Malaysia. Hubungan
serumpun menjadi galau oleh fikiran yang disekat oleh sempadan
politik dan dicipta untuk memisahkan bukan menyatukan. Sosok
Ibrahim dan Rima dihadirkan untuk mendamaikan kericuhan oleh sikap
politik yang salah terhadap budaya serumpun yang telah mempunyai
milik yang luas. Puisi-puisi esei ini menitipkan pengalaman-pengalaman
yang diambil daripada bahagian-bahagian masyarakat yang dibina oleh
budaya serta filosofi hidup berlainan dari seluruh Indonesia. Sekaligus
ia memperlihatkan makna serumpun itu sendiri, iaitu bilah-bilah yang
diikat menjadi rumpun. Lebih indah lagi bilah-bilah ini turut ada di
Malaysia dan disatukan dalam rumpun bangsa yang disebut sebagai
Melayu. Ini adalah naratif sosial yang memperlihatkan rupa budaya itu
bangun dan hidup dalam hubungan serumpun ini.

Epilog ini menjadi terlalu panjang untuk menuliskan tentang sinopsis


untuk setiap puisi esei yang terkandung dalam buku ini. Tetapi ia akan
kehilangan bahagian yang penting untuk melihat intipati hubungan

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


301

serumpun ini dibangunkan melalui instrumen puisi esei jika tidak


dituliskan semua sinopsis puisi-puisi esei yang ada. Tetapi ia bukanlah
sinopsis yang menyalin dan memendekkan cerita menjadi template
yang kaku, sebaliknya melihat naratif sosial yang dibangunkan sebagai
wacana dalam konteks jalinan hubungan serumpun ini.

Dari Malaysia, Abdul Karim Gullam tampil mendirikan naratif sosial


dengan menampilkan sosok Sarita, juga primadona cerita yang tragis.
Pengalaman perjalanan ke Pontianak daripada seorang penulis dari
Sabah melihat persamaan budaya yang menjadi titik harmoni kepada
hubungan serumpun. Tarian Magunatip di Sabah mempunyai persamaan
dengan tarian Jonggan di Kalimantan. Ia tentulah bukan perkara yang
aneh malah lumrah dalam masyarakat serumpun sebenarnya. Puisi esei
walaupun pernyataannya bergabung dengan esei, tetapi ia tetap adalah
emosi. Maka tragis yang muncul dari sosok Sarita melengkapkan ‘jiwa’
puisi esei ini. Hasyuda Abadi mahu menghadirkan pengalaman yang
benar dan jujur dalam puisi eseinya lantas juga menggarap pengalaman
kembara ke Pontianak dalam melihat hubungan serumpun yang nyata ini.
Tetapi Hasyuda mengimbas tentang susur galur leluhurnya masyarakat
Jawa yang banyak mengembara ke merata pelosok nusantara. Kembara
ini tentunya bukan catatan sunyi, tetapi menggambarkan keutuhan
latar serta persekitaran khatulistiwa dunia nusantara yang menjadi
tanah bijana masyarakat serumpun ini. Jasni Matlani hadir dengan puisi
esei yang tekal dengan bunyi kata yang puitis, sarat dengan perasaan
oleh cinta dan kukuh membangunkan naratif. Puisi esei ini bertolak
daripada pengalaman yang menyatukan dua insan dari dua negara
serumpun oleh cinta. Namun ia tetap teguh menghadirkan naratif sosial
yang jitu dengan persekitaran nusantara yang cukup sentimental untuk
jiwa masyarakat serumpun. Puisi esei ini mengimbas sejarah hidup yang
panjang, sekaligus menjadi naratif sosial yang memahamkan tentang
hubungan individu dengan masyarakat. Lebih dalam penyatuan
nusantara berlaku langsung dengan perkahwinan, dan menjadi noktah
di situ.

Puisi esei Juri Durabi dipenuhi oleh peristiwa sejarah, sebagaimana


bentuk sebuah esei ditulis begitulah Juri menggalurkan setiap fakta
dalam naratif sosialnya. Puisi esei ini mengangkat peristiwa pertempuran

Epilog
302

di Kalabakan antara Tentera Nasional Indonesia dan Angkatan


Tentera Malaysia yang dibantu oleh Pasukan Kawalan Kampung yang
ditubuhkan oleh Inggeris, dalam sejarah konfrontasi Indonesia dan
Malaysia. Puisi esei secara diam seperti mempertanyakan siapakah wira
dalam perbalahan yang sia-sia ini. Ini juga menjadi wacana tersirat dalam
naratif sosial ini. Mohd Jasni Yakub mengulangi peristiwa Kalabakan
yang sama, tetapi membangunkan fokus dari pengalaman sosok watak
yang terlibat. Ia tidak jauh dengan apa yang dilakukan Juri Durabi, tetapi
naratif yang berbeza memberikan banyak sudut pandangan terhadap
perbalahan serumpun yang sia-sia ini akibat politik. Jasni Yakub lebih
memberat kepada esei daripada puisi, tetapi ia dapat memberikan
ruang kepada sesiapa untuk memasuki puisi esei ini sama ada melalui
puisi atau melalui esei. Apa yang penting sebuah naratif sosial yang
membawa mesej hubungan serumpun itu terlaksana.

Sitti Rahmah G. Ibrahim memasukkan pengalaman hidup yang


tekal dalam konteks naratif sosial yang bertujuan menghubungkan
rasa kekitaan dan kebersamaan serumpun. Ia mengimbas ketika
zaman masyarakat berdepan dengan suasana kehidupan yang getir.
Kegetiran hidup seringkali membuatkan masyarakat lebih menghargai
kemanusiaan. Naratif puisi esei ini melihat kepada hubungan serumpun
itu berada di puncaknya yang damai apabila kemanusiaan itu menjadi
soal utama dalam masyarakat. Pasangan Labukku dan Wahaji yang
merantau dari Indonesia diambil sebagai saudara dan dipelihara oleh
keluarga Ibrahim. Hubungan itu kukuh sehingga akhir hayat, kerana
kemanusiaan menjadi soal yang lebih utama dalam menilai kehidupan.

Puisi esei adalah naratif sosial yang menghubungkan ahli masyarakat


melalui peristiwa dan pengalaman yang mereka kongsi bersama.
Ia membina arus formal tetapi mewujudkan ciri yang khusus. Puisi
esei tentunya menimbulkan persoalan tentang bentuknya; apakah
ia mahu menjadi esei atau menjadi puisi. Tetapi persoalan ini mampu
diselesaikan jika dapat ditemukan dalam puisi esei itu akan elemen
yang membawa kehadiran wacana yang menjadi perantara antara sifat
umum naratifnya dengan keistimewaan pengucapannya. Apakah pula
elemen yang membawa kehadiran wacana. Bahktin menjawabnya ialah
penilaian sosial atau disebut sebagai ocenka. Penilaian sosial adalah

Kemilau Satu Langit - Puisi Esai Malaysia


303

hakikat sejarah yang menyatukan kehadiran keistimewaan pengucapan


dan sifat umum naratif, yang memberikan erti kepada kewujudan
kukuh wacana. Keistimewaan pengucapan ditemui dalam gaya dan
kesan puitik yang berbeza oleh masing-masing pengkarya. Sifat umum
naratif ditampilkan oleh sifat eseinya yang disertai nota kaki. Sementara
penilaian sosial adalah hakikat sejarah yang ditemukan dalam kehadiran
serentak keistimewaan pengucapan dan sifat umum naratif. Apa yang
indah dalam buku ini ialah puisi esei telah menjadi jambatan atau
instrumen penting dalam mempertautkan hubungan serumpun melalui
sastera. Ia indah yang mendamaikan.*

Epilog

You might also like