You are on page 1of 14

MAKALAH

“Islam Zaman Jepang”


Makalah ini disusunun untuk memenuhi tugas Mata Sejarah Zaman Pengaruh Islam

Dosen Pengampu: Isrina Siregar M.pd

Disusun Oleh :

Muhammad Riski Fatika (A1A222049)


Rani Ayuni Zipah (A1A222093)
Nur Widad WahdiniWafiroh (A1A222045)
Friska Bintang Saputri (A1A222055)
Namira Khusaima (A1A222075)
Zavira Nabila (A1A222091)
Ultifa Khoeriah (A1A222087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
APRIL,2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sejarah
Indonesia Zaman Pengaruh Islam tepat pada waktunya. Saya mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses
penulisan makalah ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas dari Ibu Isrina Siregar M.pd. selaku dosen pengampu pada
mata kuliah terkait.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan pembaca mengenai dampak ilmu pengetahuan dalam kehidupan
bermasyarakat, serta untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis
mengenai materi terkait.
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh
karena itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang.

1 Mei 2023

Jambi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2

C. TUJUAN...............................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

BAB III..........................................................................................................................9

KESIMPULAN.............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyebaran Islam yang telah merambat dari bagian utara dan barat Indonesia di
abad ke tujuh terus menghebat, terutama setelah abad ke sebelas dan dua belas.
Kedatangan Islam ini kemudian dapat dikatakan secara total menggantikan
Hinduisme dan Buddhisme yang telah berhasil sebelumnya membawa kejayaan
Nusantara dengan kerajaannya yang sangat berpengaruh. Rakyatnya yang sangat
rajin berdagang hingga ke negeri yang sejauh-jauhnya. Raja-rajanya yang hebat
mengagumkan dan candi-candi serta kuil kuil tempat pemujaan yang akan menjadi
"peninggalan" yang tak akan lenyap untuk selama- lamanya, membanggakan bagi
setiap generasi yang diturunkan, bukan dalam arti religiusnya yang mungkin karena
paham-paham baru diganti dengan lebih sesuai dengan tuntutan hati nurani manusia
akan tetapi karena kemampuannya menimbulkan kesan berharga bagi manusia-
manusia baru mendatang.

Pengaruh Islam itu masuk hingga ke dalam sendi-sendi kerajaan dan


kepemimpinan rakyat dengan agama Islam ditandai pertama-tama dengan berdirinya
kerajaan Demak. Tidak hanya kerajaan-kerajaan dengan kekuasaan
ketatanegaraannya saja, akan tetapi juga cara-cara istimewa yang dipraktekkan oleh
para "Wali Songo" yang telah sanggup mengubah mental spiritual rakyat dengan
mental Islam yang rasional, menghapus ketahayulan, tanpa mengurangi kegemaran
dan apa saja yang disukai rakyat dengan saluran-saluran baru sesuai dengan ajaran
baru. Gaya baru menurut ajaran Islam dalam waktu singkat memberi wama pada
setiap kerajaan yang lahir dihampir seluruh negeri, menyambut kedatangan
penjajah-penjajah dariras putih. Adalah telah menjadi keharusan dan kenyataan
sejara, yang bangsa Indonesia di bawah raja-raja pemeluk Islam, harus menghadapi

1
penjajahan, memberikan nama-nama pemimpin raja yang digodok jiwanya oleh
geloranya api perjuangan Islam. Tegasnya, Gerakan-gerakan semacam itu dimulai di
abad tigabelas.

Apabila kemudian terjadi bentrokan-bentrokan di antara raja atau pangeran-


pangeran, maka tak lain akibatnya muncul kerajaan yang lebih besar dan kokoh
kuat. Di sinilah akan terlihat pasang surutnya peradaban Islam atau yang lebih
tepatnya perkembangan dakwah Islam yang mengalami berbagai polemik dan
tantangan untuk tetap bertahan di tengah kejamnya penjajahan, baik penjajahan
Belanda maupun penjajahan Jepang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perkembangan peradaban Islam di Indonesia pada masa


penjajahanJepang?

C. TUJUAN

1. Mengetahui perkembangan peradaban Islam di Indonesia pada masa penjajahan


Jepang.
2. Organisasi organisasi zaman Jepang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Perkembangan Peradaban Islam di Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang

Sebenarnya Jepang sendiri adalah imperials. Tetapi bagi umat Islam saat itu
tidak ada pilihan lain kecuali menampakkan sikap yang demikian itu, Sebaliknya
Jepang juga tidak ubahnya dengan Belanda berusaha untuk menghancurkan Islam.
Tetapi kondisi peperangan yang menuntut bantuan stabilitas dalam negeri, memaksa
Jepang untuk mendekati umat Islam. Harry J. Benda menyatakan melalui
propaganda Jawa Baru, umat Islam membangkitkan Pan-Islamisme Kemunduran
progresif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapat dayanya kembali setelah
Jepang datang menggantikan posisi Belanda Jepang berusaha mengakomodasi dua
kekuatan, Islam dan nasionalis "Sekuler" ketimbang pimpinan tradisional
(maksudnya raja dan bangsawan lama).

Dalam menghadapi umat kebijaksanaan politik yang sama Islam Jepang


sebenarnya mempunyai dengan Belanda. Hanya dalam awal pendekatannya, Jepang
memperlihatkan sikap bersahabat, karena Jepang berpendirian bahwa umat Islam
merupakan powerful forces dalam menghadapi sekutu. Latar belakang sejarah umat
Islam yang anti imperialisme Barat, memiliki kesamaan tujuan dengan perang Asia
Timur Raya. Sikap umat Islam yang yang demikian itu akan dimanfaatkan oleh
pemerintahan kolonial Jepang.

Tetapi tentara Jepang tidak menghendaki adanya parpol Islam. Mereka lebih
menyukai hubungan langsung dengan ulama daripada dengan pemimpin parpol
Oleh karena itu. Jepang mengeluarkan maklumat pembubaran parpol Dalam
menghadapi tentara Jepang, umat Islam bertindak untuk sementara menyetujui

3
pembubaran tersebut dengan mengeluarkan maklumat juga.

Tindakan Jepang ini jelas menunjukkan rasa takutnya terhadap Islam sebagai
partai politik. Tapi di suatu pihak, Jepang menyadari potensi umat Islam dalam
menunjang tujuan perang Sekalipun Jepang tidak menyetujui dan tidak menyukai
berhubungan dengan pemimpin parpol Islam namun Jepang memerlukan para ulama
untuk membentuk wadah organisasi baru untuk membina ulama dan umat Islam.

Untuk tujuan di atas dibentuklah Kantor Urusan Agama (KUA) dengan


ketunya kolonel Horie yang telah dipersiapkan konsepnya sebelum Jepang mendarat
di Indonesia. Karena begitu Belanda menyerah tanpa syarat pada 8 maret 1942, pada
akhir maret 1942 pembentukan KUA tersebut telah siap.Selain itu dibentuk pula
Tiga A (Nippon Pemimpin. Pelindung dan Cahaya Asia). Dengan adanya Tiga A ini
berdasarkan konsep Shimian dibentuklah Persiapan Persatuan Umat Islam (PPUI).

Pada tanggal 4 September 1942 melalui Tiga A diadakan musyawarah pertama


di Hotel des Indes. Hasil dari musyawarah ini, umat Islam menghidupkan kembali
MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) yang berdiri tahun 1938 dan memilih W.
Wondoamiseno sebagai ketua. Sekalipun Jepang sangat memerlukan bantuan umat
Islam tetapi timbul rasa takut terhadap persatuan dan kebangkitan umat islam.

Mayor Jendral Okazaki lebih menekankan perhatian pemerintahannya kepada


ulama daripada MIAI. Dengan cara ini diharapkan dapat mematikan MIAI yang
berkedudukan di Jakarta. Usaha di atas ini jelas gagal. Betapa mungkin KUA dapat
diperalat untuk menghancurkan MIAI.

Orang Jepang harus menyadari bahwa Islam bukanlah hanya sekadar agama,
tetapi merupakan keseluruhan way of life yang telah menyebar ke segenap lapisan
masyarakat Umat Islam Indonesia telah lama berjuang menentang imperialisme
Barat Hal ini sesuai dengan dasar mengapa umat Islam dapat bekerja sama dengan

4
Jepang. Untuk memelihara kerja sama ini hendaknya kita saling menghormati
agama kita masing-masing. Perbedaan agama tidaklah menjadi penghalang
perbedaan tersebut.
A. Mengawasi Pesantren
Tentara Jepang banyak mewarisi hasil karya belanda. kebijaksanaan politik
Islamnya Belanda, dicoba direvisi sedikit. Perang dunia II menuntut Jepang untuk
menggerakkan massa Islam berpihak kepadanya. Untuk itu diletakkanlah Nippon's
Islamic Grass Roots Policy (kebijaksanaan politik Jepang terhadap kalangan rakyat
jelata Islam) Sasarannya adalah pesantren, desa, dan ulama dan menjadikan ulama
menjadi pemimpin sipil terdepan yang berpartisipasi menciptakan ketentraman dan
kewaspadaan Penguasa kepada ulama berarti bahwa Jepang menguasai desa dan
pesantren.

Untuk melaksanakan policy di atas, Jepang menggunakan media pendidikan


sebagai alat propagandanya. Para ulama perlu ditingkatkan partisipasinya dengan
diadakan semacam kursus kilat, tujuannya untuk meningkatkan kesadaran ulama
terhadap sinasi dunia dan semangat ulama supaya dapat sepenuhnya membantu
Jepang

Inilah sebagai pelaksanaan Islamic Gross-roots policy-nya jepang. Di satu


pihak Jepang menolak mentah-mentah eksistensi parpol Islam, tetapi di lain pihak
Jepang lebih menyukai mempolitikkan ulama. Dengan cara ini Jepang berharap
dapat menyalurkan potensi laten pesantren kepada kepentingan perangnya.

B. Pembela Tanah Air (PETA)


PETA dibentuk pada tanggal 10 September 1943 oleh Gatot Mangkupraja
kawan Bung Karno."Tetapi harus dingat bahwa Jepang bagaimanapun juga adalah
imperialis" Dasar inilah yang membuat pembentukan PETA lebih bersifat politik
daripada ketentaraan. Pembentukan PETA bukan hanya karena permohonan Gatot
Mangkupraja, ataupun usulan misi dari R. Sutarjo, karena Jepang sendiri telah

5
memiliki konsep tentang pembentukan tentara pribumi.
Untuk merealisasikan tentara pribumi ini diserahkan pada Beppen (Seksi
khusus, dinas intelijen). Segera Beppan membentuk Jawa Bo-ei Givugun
KanbuRenseitai (Korps latihan perwira pasukan sukarela penhela tanah air Jawa) di
Bogor Disinilah ulama dilatih sebagai calon daklanco (komandan batalion).
Untuk mendapatkan dukungan lebih banyak dari umat Islam, maka dikatakan
bahwa tugas peta sebagai tugas suci.Dadanki (Bendera peta) dengan bumbang bulan
bintang ini dijelaskan oleh Kan Po sebagai lambang yang dihormati oleh rakyat di
Jawa.
Tujuan penguasa militer Jepang sebenamya tidak akan menciptakan kesatuan,
tetapi hanya menginginkan kerja sama lebih mudah dengan umat Islam Indonesia
adapun usaha Jepang bertujuan; 1. Menanamkan semangat Nippon,
2.Menumbuhkan byalitas uma terhadap Jepang. 3.Meyakinkan kebencian ulama
terhadap sekutu, 4. Perang asis Tamar Raya adalah perang suci, 5. Menambahkan
keyakinan bahwa Jepang dan Indonesia adalah satu nenek moyang dan satu ras.

Tujuan di atas menumbuhkan sikap takut Jepang akan timbulnya kesatuan umat
Islam Peta selain diharapkan bantuannya, juga disiapkan untuk memecah belah
struktur organisasinya.Namin ulama masih sanggup memanfaatkan Petal untuk
membangkitkan semangat keprajuritan Usaha ulama inilah yang menjadikan peta
sebagai wadah pembibitan pemimpin TNI nanti di kemudian huri.

C. Bait A-Mal dan Jawa Hokokai


MIAI dalam memanfaatkan perubahan selama penduduk Jepang, digunakan
pula untuk menghimpun dana. Dari dana ini diharapkan dapat membiayai
pembinaan umat. Untuk itu MIAI diluar KUA mengadakan gerakan pengumpulan
zakat Bait Al-Mal (BAM). Usaha ini terlihat nyata di Bandung yang dipelopori oleh
bupati Wiranta Kusuma dan meluas di seluruh Jawa terbentuk 35 cabang (BAM).

Tampaknya Jepang tidak sejalan dengan tindakan MIAI membentuk BAM

6
tanpa Backing dari KUA. Untuk mengimbangi atau mematikan BAM. Jepang
melancarkan kegiatan Jawa Hokokai (kebangkitan rakyat), dan Tonari Gumi (rukun
tetangga) usaha ini benar-benar berhasil tertunjang oleh kondisi peperangan
sehingga BAM tidak bisa melanjutkan usahanya.

D. Masyumi
Pengaruh MIAI cukup membahayakan MIAI masih sanggup menunjukkan
kemampuannya menggerakkan massanya, berbeda dengan partai sekuler lainnya
yang sudah tidak mampu menampakkan potensi massanya lagi. Oleh karenanya
Jepang mencoba menghilangkan pengaruh MIAI dengan membentuk Majelis Syura
Muslimin Indonesia, sekaligus dengan pembentukan organisasi baru ini bertujuan
untuk menurunkan pimpinan MIAI dengan mengangkat Hasyim Asyari sebagai
ketua Masyumi Jepang mengharapkan timbulnya perpecahan di kalangan umat
Islam Tetapi kenyataamya perkembangan Masyumi sangat cepat kontras sekali
dengan Putera dan Hokokai

Sejak awal Jepang telah mencoba untuk menetralisir Masyumi dari kegiatan
politik Karena itu pimpinan Masyuni disumpah untuk membebaskan dirinya dari
kegiatan politik apapun. Dengan demikian Masyumi dapat menjadi wadah yang
menjauhkan umat Islam dari politik. Usaha ini juga mempunyai katar belakang lain,
yaitu agir Jepang mudah mematahkan basis suplai pesantren.

E. Pemberontakan Santri Peta


Selain menghadapi sekutu, Jepang juga mempersiapkan diri agar dapat
mematahkan potensi Islam di Jawa Barat, yang temyata berakar di desa-desa.
Melalui Romsha (prajurit kerja) dan menyerahkan padi, Jepang memperkirakan
akan dapat melumpuhkan potensi umat Islam Ternyata tindakan Jepang dijawab
oleh umat Islam dengan adanya pemberontakan santri di Singaparna yang dipimpin
oleh Kisi Zainal Musthafa (NU), yang bercita-citakan menegakkan kebahagiaan
rakyat di dalam negara Islam yang bebas dari kekuasaan asing Pemberontakan ini

7
secara fisik berhasil dipadamkan, tetapi tiga bulan kemudian pecah lagi
pemberontakan santri yang lebih meluas yang meliputi kecamatan Lobbener dan
kecamatan Simpang Tentara dan polisi Jepang membasmi pemberontakan tersebut.
Pemimpin-pemimpin berhasil di tembak mati.

Cita-cita pemberontakan tersebut menginginkan tegaknya kebahagiaan dan


negara Islam Jepang pun segera memberikan janji kemerdekaan yang sejalan dengan
cita-cita tersebut. Perdana Menteri dalam sidang Teikoku Gikai ke-85 di Tokyo
tanggal 7 september 1944 mengumumkan janji kemerdekaan. Berita ini disampaikan
secam resmi kepada rakyat Indonesia dengan menyebutkan gumbaran pembentukan
negara Indonesia yang berdasarkan Islam".

Kaum politis Islam setelah pemberontakan terjadi, mereka sibuk dengan


menyambut perkenan kemerdekaan. Tetapi Jepang hupa mengulur waktu
pelaksanaan janji Bagi yang menantikan sekalipun baru satu tahun, dirasakan terlalu
lama. Apalagi dilakukan tindakan pemerasan yang dilakukan diluar peri
kemanusiaan.

Tepat satu tahun setelah pembentukan santri sukamah, di Blitar timbul


pemberontakan Peta yang dipimpin oleh Supriyadi (14 februari 1945). Adapun
motivasi yang mendorong pemberontakan tersebut yaitu:

1. Tidak tahan melihat penderitaan rakyat,


2. Tidak tahan melihat kesombongan dan kesewenangan Jepang.
3. Janji kemerdekaan itu omong kosong.

Sebenarnya baik pemberontakan santri dan Peta dilancarkan pada saat Jepang
sedang menghadapi kehancuran. Bila hal tersebut telah diketahui oleh makyat
banyak, kemudian didukung oleh polits termasuk bung Kamo dan bung Hatta,
riwayat Jepang tamat lebih awal dari penyerahan di Amerika.

8
BAB III

KESIMPULAN

Perkembangan Islam pada masa Jepang ini sangat berarti, karena


kebijaksamaan yang diberlakukan bangsa Jepang sedikit berbeda dengan Belanda.
walau intinya tetap sama yaitu dalam mengeruk kekayaan Indonesia alus
imperialisme. Dengan demikian Islam dapat lebih berperan dalam kehidupan
kenegaraan walaupun tak sedikit pula tekanan dari pihak Jepang Perkembangan
Islam ini dapat dilihat dari keterlibatan umat Islam di dalam organisasi politik dan
militer baik bentukan anak negeri maupun bentukan Jepang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ira, dkk. 1997. Sejarah Sosial Umat Islam Semarang: PT Rajawali Pers Persada

Mansur Suryanegara, Ahmad. 1995. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan


Islam di Indonesia. Bandung: Mizan

Waridah Q., Siti, dkk. 2001. Sejarah Nasional dan Umuan untuk SMU Kelis 1.
Jakarta: Bumi Aksara

10

You might also like