You are on page 1of 8

JURNAL SEMESTA TEKNIKA xxx

Vol. XXX No.XXX (XXX): xxx-xxx

PROFIL TEMPERATUR PADA PERISTIWA KONDENSASI ALIRAN UAP


DENGAN PENDINGINAN LUAR SEARAH PADA PIPA HORISONTAL BERBASIS
DOMAIN WAKTU
(Temperature Profelis in Cindensation Steam Flow with Outside Cooling Direction of horizontal Pipe with Time
Domain Based)

SUKAMTA, SUDARJA, ADI PRASETYO P. N

ABSTRACT
This study aims to get a profile of temperature distribution along the channel horizontal during the condensation
process based on time and the expected results of this study can be useful for predicting patterns of two-phase flow
of water-vapor in a horizontal pipe in order to prevent or minimize damage to the piping system. This study uses
distilled water as a producer of steam will be condensed to form a vapor-condensate flow in a horizontal pipe that
is heated using a boiler, and the water used as a coolant in the annular outer pipe. Research tool consists of a pipe
annulus of copper material Din= 17 mm with L= 1.8 m, while the pipe is the outer annulus D= 4-inch with L= 1.6
m. Thermocouple is used to detect the spread of temperatures that occur along the pipe (L = 1.6 m). Data logger
is used to record data that is read by the temperature with a sampling rate of 5 data/sec. The results indicate that;
temperature profiles based on the time domain that fluctuates with a certain mean value. It has meaning physical
that condensation processes that run fluctuations and the formation of a layer of condensate at the bottom of the
pipe also fluctuate anyway, so predictable formed two-phase flow of steam-condensate along the pipe condenser
with the flow pattern stratified, stratified-wavy, and wavy and found no spike temperature initiate the slug flow
patterns and water hammer.
Keywords: Profil Temperatur, Kondensasi, Aliran Dua Fasa, Pipa Horisontal.

PENDAHULUAN menghasilkan beban impak secara acak akan


menghasilkan getaran (flow-induced vibration)
Peristiwa kondensasi pada aliran uap di dalam pada pipa. Ugural (1999) menyatakan akibat
sistem perpipaan berpotensi menimbulkan pola pembebanan impak secara acak yang
aliran dua fase uap-kondensat. Aliran dua fase berlangsung terus menerus bisa menyebabkan
didiskripsikan sebagai aliran fluida yang kerusakan pada pipa, terutama pada daerah
memiliki subtansi kimia berbeda. Karakteristik diskontinyu, seperti pada sambungan
aliran fluida dua fase berkaitan erat dengan sifat percabangan, dan belokan. Kondensasi aliran
fisik seperti kepadatan, viskositas fluida setiap uap bertemperatur tinggi di dalam sistem
fase dan sifat fisik fluida dengan tekanan dan perpipaan juga dapat menghasilkan pola aliran
temperatur (Aziz dkk., 1972). Aliran dua fase stratified dan pola aliran slug yang dapat
sangat banyak dijumpai dalam praktek, menginisiasasi terjadinya water hammer. Pola
misalnya dalam komponen-komponen sistem aliran slug adalah salah satu aliran dua fase
konversi energi seperti penukar kalor, boiler, yang di tandai dengan adanya gelembung uap
transport product petroleum dalam pipa, yang cukup besar yang terjebak di antara cairan
kondensor, evaporator, dan siklus–siklus kondesat. Jika gelombang uap ini terkondensasi
pendingin. Komponen–komponen di atas secara cepat maka akan menghasilkan kenaikan
merupakan komponen yang lazim digunakan tekanan yang tinggi secara tiba-tiba yang
dalam proses industri. Interaksi antar fase fluida disebut water hammer. Peristiwa water hammer
yang memiliki subtansi kimia berbeda itulah ini yang sangat berbahaya karena akan merusak
yang menyebabkan terbentuknya pola aliran. sistem perpipaan dan peralatan lainnya di dalam
Efek yang muncul dari terbentuknya pola aliran industri (Sukamta, 2010).
adalah adanya fluktuasi aliran karena
bercampurnya fase gas dan fase cair yang tidak Berdasarkan uraian tersebut diperoleh
homogen sehingga densitas aliran pun tidak kesimpulan bahwa aliran dua fase memiliki
homogen yang dapat menimbulkan fluktuasi efek yang buruk untuk sistem perpipaan bila
gaya (Riverin dkk, 2006). Wang (2002) tidak ditangani dengan baik. Untuk itu dalam
menyatakan fluktuasi gaya yang terjadi akan penelitian ini diambil obyek spesifik
JURNAL SEMESTA TEKNIKA xxx
Vol. XXX No.XXX (XXX): xxx-xxx

indentifikasi profil temperatur dari proses Temperatur lokal yang diukur pada saat
kondensasi aliran uap pendinginan luar searah percobaan memberikan informasi tentang
didalam pipa annulus horisontal. Hasil massa uap yang terkondensasi dan hal ini sangat
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sesuai digunakan pada pembuatan simulasi.
untuk memprediksi dan indentifikasi pola aliran Juga yang harus diperhatikan adalah temperatur
dua fase air-uap didalam pipa horisontal agar lokal sangat dipengaruhi oleh pembentukan
dapat mencegah atau meminimalisir kerusakan slug, kondensasi gelembung uap yang terjebak
sistem perpipaan dan peralatan lainnya. oleh slug, dan percampuran cairan.
TINJAUAN PUSTAKA Distribusi temperatur lokal yang terjadi selama
proses kondensai ditampilakan pada Gambar 2.
Strubelj dkk (2008) melakukan penelitian Dari gambar terlihat temperatur lokal
tentang peralihan pola aliran dari stratified ke mengalami fluktuasi, hal ini karena terjadi
slug dalam proses kondensasi. Dalam penelitian karena pergerakan uap air maupun air dingin.
ini jenis kondensasi yang digunakan adalah Jika temperatur mengalami penurunan berarti
direct contact condensation, dimana uap air dan pada saat itu titik pengukuran dipenuhi oleh air
air pendingin dialirkan secara berlawanan arah dingin. Sedangkan pada puncak grafik ini
dalam satu pipa. Alat percobaan yang berarti pada titik pengukuran sedang dipenuhi
digunakan dalam penelitian ini seperti yang dengan uap air.
ditunjukkan Gambar 1. Alat uji berupa pipa
horizontal dengan panjang 2,8 m dan diameter Titik pengukuran T1 (Gambar 2) diamati pada
73 mm, steam generator (SG) sebagai percobaan kondensat terbentuk saat penurunan
pembangkit uap, tangki air (WT) sebagai temperatur pada detik ke-12. Pada titik
penyedia air pendingin, termokopel untuk pengukuran T2 Puncak temperatur diukur
mengukur temperatur fluida di dalam pipa, sebelum t = 16s yang muncul pada titik
sensor tekanan untuk mengukur tekanan fluida pengukuran diperkirakan munculnya slug.
di dalam pipa, sensor untuk mengukur distribusi Hanya satu puncak diamati dalam percobaan
dari volume uap. Hal yang paling penting dalam sementara terdapat dua puncak (dua slug) yang
penelitian ini adalah pengukuran temperatur diamati dalam simulasi dengan large interface
dan pengukuran fraksi volume uap. model. Pada titik pengukuran T3 beberapa
gelombang kondensat diamati dalam
percobaan: yang pertama kondensat mungkin
sesuai dengan slug cair yang telah terbentuk di
sekitar T3 antara t = 10 s dan 12 s. Slug ini
akhirnya menghilang, yakni tidak diamati
dalam titik T2 dan T1 dan tidak menyebabkan
water hammer. Pada titik pengukuran T4
diamati pada percobaan kondensat pertama
terbentuk saat penurunan temperatur pada detik
ke-10.
Gambar 1. Skema direct contact condensaion.
(Strubelj dkk, 2008) Hasil perhitungan panas dari air pada titik
pengukuran T1 sedikit diabaikan, sementara
alat ukur yang digunakan adalah:
sulit untuk membandingkan temperatur akhir
1. Wire-mesh sensor (WM), untuk mengukur pada titik-titik pengukuran lainnya. Dalam
distribusi volume uap. percobaan, temperatur akhir mencapai nilai
konstan karena stratifikasi termal, meskipun
2. Termokopel (T1-T4), untuk mengukur fakta bahwa air dingin masih disuntikkan.
temperatur fluida di dalam pipa. Dalam simulasi, temperatur masih menurun
karena air dingin yang sedang disuntikkan.
3. Pressure transducer (P1-P3)
Temperatur di simulasi tidak persis mengikuti
Dalam penelitian ini juga dibuat simulasi pola percobaan, namun hubungan secara
aliran yang terjadi. Simulasi ini berdasar dari keseluruhan baik dengan large interface model
data-data yang didapat dari percobaan. dibandingkan dengan bubble drag model.
JURNAL SEMESTA TEKNIKA xxx
Vol. XXX No.XXX (XXX): xxx-xxx

Gambar 2. Temperatur lokal dalam percobaan dan simulasi dengan bubble drag model dan large
interface model pengukuran pada titik T1-T4. (Strubelj dkk, 2008)

Ren dkk., (2014) melakukan studi inlet 41 kg/m2s, sedangkan rezim aliran annular
eksperimental pada kondensasi campuran uap / adalah pola aliran yang dominan pada mass
udara di tabung horisontal, udara digunakan fluks 83 kg/m2s.
sebagai gas non condensable. Uap disediakan
oleh boiler melewati katup pelepas tekanan
untuk mempertahankan tekanan stabil selama
percobaan dan air digunakan sebagai pendingin.
Alat uji terdiri dari pipa ganda, penukar kalor
arus berlawanan. Tabung kondensor terbuat
dari tembaga dengan diameter luar 22 mm,
ketebalan 3 mm, dan panjang efektif 1,75 m dan
tabung sekunder terdiri dari tipe 304 pipa
stainless steel dengan diameter bagian dalam 65
mm. Untuk mengurangi heat loss, tabung
sekunder di isolasi menggunakan fiber glass.
Untuk mengukur temperatur di seksi uji
digunakan termokopel yang di pasang pada 6
lokasi aksial sepanjang tabung kondensor.
Sistem akuisisi data yang digunakan terdiri dari
PC dan Agilent 34970A Data Logger/Switch
Unit.
Dari eksperimen yang dilakukan didapat profil
temperatur sepanjang pipa kondenser yang
dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3.
menunjukkan profil temperatur sepanjang
tabung kondensor termasuk temperatur uap dan
temperatur dinding di bagian atas dan bawah
dari temperatur tabung kondensor dan tabung Gambar 3. Temperature profiles along the condenser
pendingin di tabung sekunder. Tekanan sistem tube (inlet pressure: 0.1 MPa). (a) For inlet mass flux: 41
0,1 MPa dan masing-masing memiliki massa kg/m2s. (b) For inlet mass flux: 83 kg/m2s. (Ren dkk.,
fluks inlet 41 dan 83 kg/(m2s). Rezim aliran 2014)
stratified diamati tebentuk pada massa fluks
JURNAL SEMESTA TEKNIKA xxx
Vol. XXX No.XXX (XXX): xxx-xxx

Gambar 3. (a) dan (b) menunjukkan tren yang koefisien transfer panas di bagian atas lebih
sama, di mana temperatur massa uap dan tinggi daripada di bagian bawah.
temperatur dinding menurun dari inlet
campuran gas dan pendingin temperatur METODE PENELITIAN
meningkat dari inlet pendingin. Namun, Dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
perbedaan yang signifikan yang hadir antara aquades sebagai bahan penghasil uap air yang
Gambar 3. (a) dan (b). Temperatur dinding dan akan dikondensasikan untuk membentuk aliran
temperatur pendingin ditemukan pada Gambar dua fasa pada pipa horisontal yang dipanaskan
3. (a), temperatur di bagian atas lebih tinggi dengan menggunakan boiler yang memilik
daripada yang di bagian bawah. Tapi pada daya 18000 watt, dan air dingin yang digunakan
Gambar 3. (b), temperatur dinding di bagian sebagai pendingin pada pipa annulus bagian
atas tabung kondensor hampir sama dengan luar. Alat penelitian (Gambar 5) terdiri atas pipa
yang di bagian bawah dan temperatur pendingin annulus bagian dalam dari bahan tembaga
menunjukkan situasi yang sama. Koefisien berdiameter 17 mm dengan panjang 1,6 m,
perpindahan panas menurun sepanjang sedangkan pipa annulus bagian luar adalah pipa
kondensor tabung karena penurunan dari besi berdiameter 4 inchi dengan panjang 1,6 m.
jumlah campuran gas dan peningkatan Termokopel yang digunakan untuk mendeteksi
ketebalan kondensat film dan fraksi udara. temperatur yang terjadi di sepanjang pipa
Untuk rezim aliran annular, distribusi (L=1,6 m). Peralatan akuisisi data (data logger)
temperatur simetris, koefisien transfer panas di digunakan untuk merekam data yang terbaca
bagian atas yang hampir sama dengan yang di oleh termokopel dengan sampling rate 5
bagian bawah. Tapi untuk aliran stratified, data/detik.

Gambar 4. Skema alat uji


JURNAL SEMESTA TEKNIKA xxx
Vol. XXX No.XXX (XXX): xxx-xxx

Gambar 5. Skema pemasangan termokopel

Pengolahan data temperatur yang telah direkam


data logger kemudian dimasukkan dalam 100
program MICROSOFT EXCEL untuk
dikalibrasi dengan persamaan yang diperoleh 90
dari langkah kalibrasi data logger. Setelah data
tiap channel dikalibrasi kemudian dibuat harga 80
Temperatur
rata-rata untuk tiap channel. Harga suhu yang (°C)
diperoleh kemudian dibuat grafik berdasar 70
penempatannya, 5 titik dengan nama “atas”
adalah temperatur fluida di pipa kondenser 60
bagian atas, 5 titik dengan nama “sisi” adalah
temperatur fluida di pipa kondenser bagian sisi, x=10 cm x=30 cm
50
5 titik dengan nama “bawah” adalah temperatur x=55 cm x=100 cm
x=150 cm
fluida di pipa kondenser bagian bawah, dan 5 40
titik dengan nama “air pendingin” adalah 0 10 20 30 40 50
temperatur air pendingin di pipa luar. Waktu
(Detik)
Gambar 6. Profil distribusi temperatur pada sisi
HASIL DAN PEMBAHASAN bawah sepanjang pipa uji untuk ṁst = 1.4 x 10-3
kg/s.
Dari pengamatan yang dilakukan pada proses
kondensasi aliran uap dengan pendinginan Gambar 6. menampilkan rekaman profil
searah didapat data distribusi temperatur selama distribusi temperatur pada titik pengukuran
50 detik di semua titik pengukuran pipa uji posisi bawah pipa kondenser. Dari gambar
untuk variasi massa laju aliran uap ṁst = 1.4 x tersebut dapat dijelaskan bahwa pada posisi x =
10⁻³ kg/s dan ṁst = 1.6 x 10⁻3 kg/s dan massa 10 cm sampai dengan 30 cm dari sisi masuk,
temperatur berfluktuasi pada kisaran nilai
laju aliran air pendingin ṁco = 4.23 x 10-1 kg/s. temperatur saturasi diprediksi aliran masih
Hasil pengolahan data ditunjukkan pada berupa aliran uap, posisi x = 55 cm sampai
gambar 6. sampai dengan gambar 13. Dari dengan 100 cm telah mengalami penurunan
gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa temperatur dibawah temperatur saturasi
temperatur selama pengukuran berfluktuasi diperkirakan telah terbentuk lapisan kondensat
naik-turun dengan nilai rerata tertentu. pada sisi bawah pipa, dan pada posisi x = 150
cm temperatur terekam berfluktuasi pada
temperatur sekitar 40-70°C dan diperkirakan
aliran yang mengalir sudah berupa cairan
kondensat.
JURNAL SEMESTA TEKNIKA xxx
Vol. XXX No.XXX (XXX): xxx-xxx

Gambar 8. menampilkan rekaman perjalanan


100 temperatur pada titik pengukuran sisi atas pipa
kondenser. Dari gambar tersebut dapat
90 dijelaskan bahwa pada posisi x = 10 cm sampai
100 cm berada pada temperatur saturasinya dan
80 diperkirakan aliran yang mengalir masih berupa
Temperatur

uap dan pada posisi x = 150 cm temperatur


(°C)

70 terekam berfluktuasi pada temperatur 40-70°C


dan diperkirakan aliran yang mengalir berupa
60 cairan kondensat.
x=10 cm x=30 cm Berdasarkan Gambar 6, 7, dan 8 dapat jelaskan
50
x=55 cm x=100 cm bahwa profil distribusi temperatur yang tidak
x=150 cm berbeda jauh antara profil distribusi temperatur
40
0 10 20 30 40 50 pada posisi atas, posisi bawah, dan posisi
Waktu samping khususnya untuk titik pengukuran x =
(Detik)
150 cm dari sisi masuk uap yang berada pada
Gambar 7. Profil distribusi temperatur pada sisi
samping sepanjang pipa uji untuk ṁst = 1.4 x 10-3
kisaran temperatur sekitar 40-70°C selama
kg/s. proses kondensasi. Berdasarkan hal tersebut
diperkirakan telah terbentuk lapisan kondensat
Gambar 7. menampilkan rekaman profil dengan pola aliran stratified,stratified-wavy,
distribusi temperatur pada titik pengukuran dan wavy.
posisi samping pipa kondenser. Dari gambar
tersebut dapat dijelaskan bahwa pada posisi x = 35
10 cm sampai 100 cm berada pada temperatur
saturasinya dan diperkirakan aliran yang 30
mengalir masih berupa uap dan pada posisi x =
150 cm temperatur terekam berfluktuasi pada 25
temperature sekitar 40-70°C dan diperkirakan
Temperatur

20
aliran yang mengalir berupa cairan kondensat.
(°C)

Hal ini mempunyai makna fisis bahwa telah


15
terjadi proses kondensasi dan pembentukan
lapisan kondensat dibagian bawah hingga posisi 10
samping pipa khusunya untuk titik pengukuran
x=10 cm x=30 cm
x = 150 cm dari sisi masuk. 5 x=55 cm x=100 cm
x=150 cm
0
100 0 10 20 30 40 50
Waktu
(Detik)
90 Gambar 9. Profil distribusi temperatur pada air
pendingin sepanjang pipa uji untuk ṁst = 1.4 x 10-3
80 kg/s.
Temperatur
(°C)

70 Gambar 9. menampilkan profil distribusi


temperatur air pendingin selama terjadi proses
60 kondensasi, semakin jauh titik pengukuran
dengan sisi masuk maka rerata temperaturnya
50 x=10 cm x=30 cm semakin tinggi. Temperatur sepanjang pipa
x=55 cm x=100 cm kondenser berfluktuasi dengan nilai tertentu,
x=150 cm yang menunjukan proses kondensasi yang
40
0 10 20 30 40 50 berjalan dan pembentukan lapisan kondensat di
Waktu bagian bawah pipa yang berfluktuasi pula.
(Detik)
Gambar 8. Profil distribusi temperatur pada sisi atas
sepanjang pipa uji untuk ṁst = 1.4 x 10-3 kg/s.
JURNAL SEMESTA TEKNIKA xxx
Vol. XXX No.XXX (XXX): xxx-xxx

Gambar 11. menampilkan profil distribusi


100 temperatur pada sisi samping pipa kondenser.
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa
90 pada posisi x = 10 cm sampai x = 100 cm
terlihat rekaman distribusi temperatur dengan
80 nilai temperatur temperatut saturasi uap. Untuk
Temperatur

posisi x = 150 cm terekam distribusi temperatur


(°C)

70 telah mengalami penurunan temperatur namun


masih cukup tinggi dan diperkirakan pada sisi
60 samping untuk x = 150 cm mulai terbentuk
kondensat namun berbentuk dropwise.
x=10 cm x=30 cm
50
x=55 cm x=100 cm
x=150 cm 100
40
0 10 20 30 40 50
Waktu 90
(Detik)
Gambar 10. Profil distribusi temperatur pada sisi 80
bawah sepanjang pipa uji untuk ṁst = 1.6 x 10-3

Temperatur
kg/s.

(°C)
70
Gambar 10. menampilakan profil distribusi
temperatur pada sisi bawah pipa kondenser. 60
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa x=10 cm x=30 cm
pada posisi x = 10 cm sampai x = 100 cm 50
x=55 cm x=100 cm
terlihat rekaman distribusi temperatur dengan x=150 cm
nilai temperatur semakin jauh titik pengukuran 40
dengan sisi masuk uap nilai distribusi 0 10 20 30 40 50
Waktu
temperatur semakin menurun namun masih (Detik)
dikisaran temperatur saturasinya. Untuk posisi
x = 150 cm terekam distribusi temperatur telah Gambar 12. Profil distribusi temperatur pada sisi
atas sepanjang pipa uji untuk ṁst = 1.6 x 10-3 kg/s.
mengalami penurunan temperatur dibawah
temperatur saturasi uap, diperkirakan pada
posisi ini terbentuk lapisan kondensat pada Gambar 12. menampilkan profil distribusi
temperatur pada titik pengukuran sisi atas. Dari
posisi bawah pipa.
gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa pada
posisi x = 10 cm sampai x = 150 cm terlihat
rekaman distribusi temperatur dengan nilai
100
temperatur dikisaran temperatur saturasi uap.
90
Berdasarkan Gambar 10, 11, dan 12 dapat
jelaskan bahwa profil distribusi temperatur
80
yang tidak berbeda jauh antara profil distribusi
Temperatur

temperatur pada posisi atas, posisi bawah, dan


(°C)

70 posisi samping selama proses kondensasi


diperkirakan telah terbentuk lapisan kondensat
60 dengan pola aliran stratified.
x=10 cm x=30 cm
50
x=55 cm x=100 cm
x=150 cm
40
0 10 20 30 40 50
Waktu
(Detik)
Gambar 11. Profil distribusi temperatur pada sisi
samping sepanjang pipa uji untuk ṁst = 1.6 x 10-3
kg/s.
JURNAL SEMESTA TEKNIKA xxx
Vol. XXX No.XXX (XXX): xxx-xxx

35 Riverin, J.L., de Langre E., Pettigrew. 2006.


Fluctuating forces caused by internal
30 two-phase flow on bends and tees.
Journal of Sound and Vibration 298
25 (2006) 1088–1098.
Temperatur

20 Sukamta, Indarto, Purnomo, Tri Agung


(°C)

Rohmat. 2010. Identifikasi Pola Aliran


15 Dua Fasa Uap-Kondensat Berdasarkan
Pengukuran Beda Tekanan pada Pipa
10 Horisontal. JURNAL ILMIAH
x=10 cm x=30 cm SEMESTA TEKNIKA Vol. 13, No. 1,
5 x=55 cm x=100 cm 83-94, Mei 2010.
x=150 cm
0 Sukamta. 2011.”STUDI FENOMENA
0 10 20 30 40 50 SLUGGING SEBAGAI INISIASI
Waktu
(Detik) WATER HAMMER PADA PROSES
Gambar 13. Profil distribusi temperatur pada air KONDENSASI UAP DIDALAM PIPA
pendingin sepanjang pipa uji untuk ṁst = 1.6 x 10-3 HORISONTAL”. Program Doktor.
kg/s. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Gambar 13. menampilkan profil distribusi Štrubelj, L., György Ézsöly, Tiselj. I. 2008.
temperatur air pendingin selama terjadi proses Direct contact condensation induced
kondensasi, semakin jauh titik pengukuran transition from stratified to slug flow.
dengan sisi masuk maka rerata temperaturnya Nuclear Engineering and Design 240
semakin tinggi. (2010) 266–274.

KESIMPULAN Ugural, A. 1999. Stresses in Plates and Shells


2nd Edition. McGraw-Hill Int. Edition.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini, Singapore.
didapatkan kesimpulan sebagai berikut; profil Wang, S.F., Ozama, M., Shoji, M.. 2002.
temperatur berdasarkan domain waktu yang Fluctuating of Gas-liquid TwoPhase
berfluktuasi naik turun dengan nilai rerata Flow Through an Impacting TJunction.
tertentu. Hal ini mempunyai makna fisis bahwa J. of Multiphase Flow Vol. 2 2007-2016.
proses kondensasi yang berjalan secara
fluktuasi dan pembentukan lapisan kondensat
dibagian bawah pipa pun berfluktuasi pula, PENULIS:
sehingga diprediksi terbentuklah aliran dua fase
uap-kondensat di sepanjang pipa kondenser Sukamta
dengan pola aliran stratified, stratified-wavy
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
dan wavy dan tidak ditemukan lonjakkan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
temperatur yang menginisiasi terjadinya pola
Yogyakarta. Email: msukamta@gmail.com
aliran slug dan water hammer.
Sudarja
DAFTAR PUSTAKA
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Aziz, K., Govier, G.W., Fogarasi, M., 1972. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Pressure drop in wells producing oil and Yogyakarta.
gas. J. Pet. Technol. 7, 38–48. Adi Prasetyo P.N
Ren, Bin, Li Zhang, Hong Xu, Jun Cau, Mahasiswa Strata-1 Program Studi Teknik
Zhenyu Tao. 2014. Experimental study Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
on condensation of steam/air mixture in Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
a horizontal tube. Experimental Thermal
and Fluid Science 58 (2014) 145-155.. Diskusi untuk makalah ini dibuka hingga
tanggal .... dan akan diterbitkan dalam
jurnal edisi ....... (diisi oleh editor).

You might also like