You are on page 1of 124

THE

NEW
NORMAL
YUSWOHADY | FARID FATAHILLAH | AMANDA RACHMANIAR
GILANG BRILLIAN | ISTI HANIFAH L I F E A F T E R C OV I D - 1 9
The Most
Comprehensive
Branding Conference
during Pandemic
COMING SOON WILL BE PUBLISHED
ON JUNE
PRE ORDER NOW

Gra s
Beat The Giant untuk
3 orang penda ar
yang beruntung

Registration
bit.ly/preordercke
THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S
CONTENT
FAMILY LIFE SOCIAL & RELIGIOUS LIFE 39. Shop Local LEARNING & SCHOOLING 80. Rise of Wellness
1. Family Is Living in Anxiety 21. Empathic Society 40. Close-Loop Shopping 60. The "New" School 81. Virtual MICE
2. Insurance Becomes Necessity 22. Constantly-Fear Citizen 41. Go Hygiene, Go Fresh 61. Online+Home Schooling 82. Minimalist Interior Hotel
3. Deeper Family Bond 23. Low-Trust Society 42. Store Going Omni 62. Parent-Based Learning 83. Rural & Remote = Luxury Escapes
4. Healthy Is the New Caring 24. The New Face of Crimes 43. Health & Safety Condence Is a Must 63. From Teacher to Peers 84. Digital Nomad Is the New Travel Trend
5. Comeback of Homecooking 25. Social Distance/Virtual Prayer 44. Appointment-Only Shopping 64. Online Learning Readiness Turmoil
6. Work-Life-Play Balance 26. Funeral: Return of Ukuqhusheka 45. Personal Shopping Assistant 65. Shorter School Day ENTERTAINMENT
46. Sameday, Contactless Delivery 66. Digital Skill Is a Must 85. The Rise of Loneliness & Depression
DIGITAL LIFE & PRIVACY 47. Cashierless Store 67. The MOOCs Revival 86. Streaming Services
URBAN LIFE & THE CITY
48. AR/VR Shopping Revolution 87. Drive-In Cinema
7. End of the City as We Know It 27. Welcome to the Virtual Century
8. De-densication, De-urbanization 28. Digital Banking LEISURE & TRAVELLING 88. Rise of Animation Movie
9. Healthy & Greener City 29. Catalyst for Telemedicine WORKING & PROFESSIONAL LIFE 68. Touchless Travelling 89. Micrashell for Partygoers
10. Digital City 30. The Rise of Robot 49. Permanently WFH 69. The "New" Hotel 90. Virtual Concert
11. Pandemic-Resilient Urban Planning 31. Cashless Society 50. Local Coworking Space Rises 70. Hygiene Is the New Green 91. The Rise of Game Console & Esports
12. Changing Street 32. Health Surveillance 51. Six-Feet Ofce 71. Nature Will Triumph 92. Return of TV Viewership
13. New Modal Mix 33. Mobility Data Tracking 52. Employer Branding Is Key 72. Space Is the New Luxury
14. More Localized City 34. Cybersecurity Threats 53. Reskilling Talent 73. The Boom of Staycation FLYING & AIRPORT
15. Private Car Wins (Again) 35. Automated Social Control 54. Rethinking Meetings 74. Micro Tourism 93. Flying Gets Expensive
16. Rise of Cycling & Pedestrian 55. Remote Recruiting 75. The Growth of Local Tourism 94. Airplane Design Redened
17. Urban Farming & Gardening SHOPPING & CONSUMING 56. "Working @ Home" Jobs Thrive 76. Bali Revival & Social Capital 95. Inight Meals Is a Thing of the Past
18. Open Public Space Winback 57. Digital (Remote) Leadership 77. The Fall of Senior Travellers 96. Digital Health Passport
36. Cut Spending for Non-Essentials
19. Community Involvement 58. Zoom Fatigue 78. Self-Guided Tours 97. Airport Health & Safety Is a Norm
37. Online Shopping Deepening
20. Reduced Ofce Space 59. Zoomable WFH Setup 79. Hot Deals Everywhere 98. Goodby Long, Crowded Lines
38. "Look, Don't Touch" Shopping
99. Contactless, Self-Service
100. Digital Airport
THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

FAMILY LIFE
Sumber: McKinsey & Company

#1. FAMILY IS LIVING IN ANXIETY


Krisis COVID-19 membuat keluarga hidup dalam ditebak, dalam kondisi tidak menentu seperti Melihat situasi saat ini, dana darurat lebih
ketidakpastian dan selalu dibayangi oleh sekarang mereka cemas akan masa depan yang penting dibandingkan konsumsi yang sifatnya
kecemasan. Beban pekerjaan selama WFH, tidak menentu. non-esensial. Dana darurat ini sekaligus
ancaman PHK, dan ekonomi tidak stabil difungsikan untuk mengantisipasi ancaman
Fokus utama mereka adalah menyelamatkan diri
berpotensi menciptakan stres tinggi. resesi global.
dan keluarga dari ancaman resesi. Pengeluaran
Survei dari McKinsey menunjukkan, masyarakat ditekan semaksimal mungkin dan dialihkan
Indonesia menjadi lebih berhati-hati dalam untuk dana darurat jika hal buruk menimpa.
melakukan konsumsi. Sebabnya gampang

The New Normal 100 | 05


Salah satu consumer megashift dengan adanya pandemi adalah apa yang kami
sebut “back to bottom of pyramid” yaitu prioritas kebutuhan konsumen kembali
kepada kebutuhan dasar, di antaranya kesehatan dan keselamatan jiwa.

Ketika ancaman terhadap kesehatan dan nyawa terus mengintai di tengah


pandemi, maka prioritas konsumen kini bergeser ke keselamatan jiwa. Tak
heran jika kini asuransi terutama kesehatan dan jiwa menjadi semakin krusial.
Insurance becomes a necessity.

Tingkat kesadaran berasuransi di Indonesia selama ini berlangsung lambat,


dimana tercatat baru 6% dari seluruh warga Indonesia yang memanfaatkan
asuransi. Sebabnya bisa ditebak, karena asuransi adalah kebutuhan masa
depan, tidak mendesak. Di samping itu kebanyakan masyarakat kita
menganggap asuransi sebagai biaya, bukan investasi masa depan.

Dengan risiko kesehatan dan kematian yang melonjak oleh adanya pandemi,
maka kami memperkirakan kesadaran masyarakat kita akan pentingnya
asuransi akan meningkat pesat.

#2 Mereka akan mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan-kebutuhan yang non-


esensial. Sebaliknya, mereka mengalokasikan uangnya untuk kebutuhan-
kebutuhan penunjang kesehatan dan keselamatan jiwa, termasuk salah satunya
adalah asuransi.

INSURANCE
Kesadaran ini akan didorong oleh agresifnya perusahaan asuransi yang
menawarkan produk-produk asuransi yang di-customized untuk kebutuhan
proteksi dari ancaman COVID-19 seperti yang dikeluarkan Prudential. Apa yang
kami sebut: “Coronasurance”.

BECOMES COVID-19 will accelerate the insurance awareness in Indonesia.

NECESSITY The New Normal 100 | 06


Sisi positif dari krisis COVID-19 adalah Setelah lebih dari dua bulan mulai
terciptanya hubungan keluarga yang beradaptasi dengan stay at home lifestyle.
semakin erat. Antaranggota keluarga mulai
membangun sense of togetherness.
Ketika mayoritas waktu dilakukan di Apapun masalah yang dihadapi keluarga
rumah, antaranggota keluarga bisa lebih selalu ada yang menemani.
berinteraksi. Tentu hal ini akan sulit
terjadi di kondisi normal. Khususnya bagi Studi dari McKinsey menunjukkan, para
masyarakat urban di kota-kota besar. eksekutif di China mengaku dekat
dengan keluarga dan hal ini membantu
Misalnya saja, seseorang bekerja selama 8 mereka untuk lebih memahami emosi
jam per hari dengan durasi perjalan dari dan dukungan yang dibutuhkan saat
rumah ke tempat kerja kurang lebih 1 mengalami masalah di tempat kerja.
jam. Setidaknya dalam waktu satu hari,
40% waktu dihabiskan di luar rumah
sehingga sulit sekali mencari waktu
untuk ngobrol santai dengan keluarga.

#3.
DEEPER
FAMILY BOND Sumber: McKinsey & Company
#4
HEALTHY
IS THE
NEW
CARING Sumber: Nippon.com

Diri kita adalah tameng pertama dari pertahanan peningkatan dibandingkan saat virus Influenza
melawan virus COVID-19. Semenjak awal virus tahun 2018.
merebak, masyarakat mulai peduli untuk menjaga
Menjaga kesehatan diri sendiri adalah bentuk
kebersihan diri. Salah satunya ditunjukkan dengan
cinta kasih kepada keluarga. Dengan menjaga
perilaku mencuci tangan.
kesehatan dan tertib mengikuti protokol
Survei dari Nippon, perilaku personal hygiene kesehatan yang diinstruksikan berarti turut
seperti mencuci tangan, menggunakan hand melindungi keluarga dari penyebaran virus.
sanitizer, dan memakai masker mengalami
The New Normal 100 | 08
COMEBACK OF
HOMECOOKING
“After pandemic, everyone is a good cook”

Survei dari Bernstein menunjukkan, perilaku makan berubah


selama masa pandemi dimana 59,5% responden menjawab

#5
mereka lebih sering memasak mulai dengan mengolah bahan
mentah.

Studi ini berkebalikan dengan saat kondisi normal dimana


milenial disebut sebagai generasi yang paling tidak bisa
memasak. Milenial lebih senang mengejar karir. Namun,
Sumber: Bernstein Report ketika pekerjaan mereka bisa dikerjakan di rumah, milenial
menjadi lebih fleksibel work-life balance mereka. Terutama
untuk mengasah keahlian baru.

Pada mulanya, memasak hanya sebagai aktivitas mengisi


waktu luang. Namun, seiring tren WFH yang permanen,
kebiasaan makan ini akan mengubah pola konsumsi. Seperti
mengurangi membeli menu indulgence dan berganti ke
belanja groseri.

The New Normal 100 | 09


#6

Sumber: KPMG

WORK-LIFE-PLAY
BALANCE
Ketika flexible working hour (FWH) menjadi maka mereka lebih leluasa mengatur waktunya dimana seiring waktu working parents akan piawai berusaha
kenormalan baru, maka batas antara bekerja (working), porsi living dan playing akan lebih besar dari menyeimbangkan waktu untuk working-living-playing.
mengurus keluarga dan menjalankan parenting ke anak sebelumnya.
(living) serta menikmati leisure time (playing) menjadi Dengan WFH dan FWH keluarga bisa memiliki waktu
kian kabur. Keseimbangan work-live-play yang lebih baik ini pada yang lebih intimate dan orang tua bisa mengamati
akhirnya akan meningkatkan kualitas dan kebahagiaan tumbuh kembang anak.
Di masa sebelumnya (era normal), waktu karyawan (well-being). Menjalani WFH, ibarat seperti juggling
mayoritas untuk bekerja dan sedikit sekali bisa dalam atraksi sirkus. Awalnya kerepotan. Namun, Welcome the well-being revolution.
digunakan untuk living dan playing. Dengan FWH,

The New Normal 100 | 10


THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

URBAN LIFE & THE CITY


#7. THE END OF CITY AS WE KNOW IT
Pandemi adalah “bencana kota”. Tempat yang paling cenderung tinggal di pinggiran karena dengan remote kota di tengah hijau taman (“green time”). Begitupun
terdampak adalah kota: Wuhan, New York, London, working mereka tetap produktif walaupun tidak berada pasar-pasar akan semakin terbuka untuk menghindari
Milan, Paris, Jakarta, Surabaya. Kota menjadi di kantor di pusat-pusat kota. episentrum penularan virus.
episentrum penularan virus, “a death trap”, karena
kepadatannya (density) dimana kontak dan interaksi Format jalan-jalan kota akan berubah dimana jalan Kota juga semakin didorong melakukan digitalisasi.
antar orang berlangsung massif. By-nature, pandemi akan dibagi secara lebih seimbang dengan Perwujudan digital city/smart city akan terakselerasi
adalah anti-urban. Hidup di kota adalah antitesis social memberikan ruang yang lebih besar kepada skuter agar interaksi fisik, antrian, dan gerombolan warga
distancing. listrik, biker dan pejalan kaki yang lebih ramah bisa diminimalisir. Begitupun konsep cashless city kian
lingkungan. Angkutan massal perkotaan (bussway, mendesak karena uang kertas/koin merupakan
Pasca COVID-19 kota akan berbeda secara MRT, LRT, commuter line, dll.) tidak lagi semenarik sumber penularan COVID-19 yang mengkhawatirkan.
fundamental dibanding sebelum pandemi meradang. dulu karena bisa menjadi sumber penularan wabah.

Kota menjadi lebih tidak padat (de-densification) Ruang-ruang terbuka publik yang hijau akan semakin
karena masyarakat semakin mengarah ke sub-urban, banyak karena memungkinkan social distancing dan
bahkan rural. Thanks to WFH trends. Orang akan bisa menjadi medium untuk melepas kepenatan warga

The New Normal 100 | 12


DE-DENSIFICATION
#8
Asumsi dasar keunggulan kepadatan (density) kota adalah skala
DE-URBANIZATION
ekonomi (economies of scale). Ketika sebuah kota padat dan
memiliki jumlah penduduk yang besar maka semua layanan kota
menjadi sangat baik dan efisien. Warga kota akan mendapatkan
pelayanan berbelanja di toko, akses air, listrik, sanitasi, pelayanan
kesehatan, juga pekerjaan dan hiburan/pertunjukkan yang terbaik
dan terjangkau.

Namun kini manfaat skala ekonomi itu menjadi antitesis ketika


padatnya kota menghasilkan handikap mendasar yaitu risiko
kesehatan dan kematian yang amat besar oleh adanya wabah.

Karena itu pasca pandemi pemerintah kota dan urban planner akan
kian mengarahkan perencanaan kota dengan mengurangi tingkat
kepadatannya. Tujuannya jelas, untuk mengantisipasi serangan-
serangan virus kini dan di masa-masa mendatang.

Tak hanya itu, kota pasca pandemi juga tak lagi semenarik dulu
sebagai sasaran gelombang urbanisasi karena kota-kota padat
penduduk akan kini kian tak aman untuk tempat bermukim. Sudah
terbukti saat ini bahwa kota-kota yang menjadi sasaran empuk
COVID-19 adalah kota-kota metropolitan padat penduduk.

Dengan menguatnya tren WFH, remote working, dan gig economy


dimana karyawan bisa kerja di manapun tanpa harus berkantor di
pusat kota, maka kawasan-kawasan seperti suburban, second city,
third city, bahkan rural semakin menarik menjadi tempat
bermukim. Hal ini menjadi faktor disinsentif bagi masyarakat untuk
berurbanisasi.
#9. HEALTHY &
GREENER CITY
COVID-19 menjadikan langit kota-kota tersibuk di dunia semakin biru.
Pandemi menjadikan pabrik-pabrik tak beroperasi dan kendaraan tak
lagi hilir-mudik di jalan, maka polusi udara pun terpangkas drastis.
 
Kota tersibuk New York misalnya, dengan adanya pandemi lalu-lintas
kendaran berkurang 35%, polusi karbon monoksida turun tajam 50%,
dan polusi CO2 turun 10%, begitu juga polusi metana.

Di Cina, hanya dalam rentang waktu 2 minggu setelah lockdown


pengguna energi dan emisi turun 25%, sehingga memangkas 1% total
emisi karbon kumulatif di Cina.
 
Gambaran di atas menyadarkan warga kota di seluruh dunia
mengenai pentingnya udara bersih. Mereka juga tersadar bahwa
pengelolaan kota selama ini sudah keblinger. Tak heran jika
pemerintah kota di seluruh dunia memanfaatkan momentum
pandemi sebagai kesempatan untuk membenahi kota menjadi lebih
sehat (bersih-higienis) dan lebih hijau bebas polusi.

Tempat cuci tangan umum bakal massif tersebar di berbagai pelosok


kota. Ruang terbuka hijau kian meluas. Populasi mobil kian dibatasi,
sementara jalur sepeda dan pedestrian kian mendapat ruang.
Sementara itu pasar-pasar dan resto kian terbuka karena ruang
terbuka lebih tak ramah virus.  

The New Normal 100 | 14


Digital adalah solusi paripurna bagi kota di tengah ancaman pandemi yang
kini mengintai setiap saat.

Salah satu kunci Seoul berhasil melewati wabah COVID-19 adalah karena
digital readiness-nya. Hingga kini jumlah terinfeksi di Seoul sebanyak 924,
dimana 627 di antaranya sembuh, dan hanya 4 orang yang meninggal.

Kunci keberhasilan kota ini terletak pada prinsip “citizens as mayor”,


dimana setiap warga kota diperlengkapi perangkat digital yang
memungkinkan mereka mengakses informasi kasus setiap warga secara
real time. Berbekal informasi tersebut warga kota bisa melakukan berbagai
tindakan pencehgahan untuk menghindari penularan.

Itu peran digital selama pandemi. Pasca pandemi, digitalisasi kota juga
ampuh menangkal datangnya wabah di kemudian hari.

Ecommerce dan digitalisasi ritel akan mendorong warga berbelanja dengan


sesedikit mungkin melakukan kontak fisik. Apalagi jika hal ini diikuti
dengan layanan contactless delivery dengan memanfaatkan loker-loker di
berbagai pelosok kota.

#10
Begitu juga konsep cashless city dimana penggunaan uang kertas dan
logam diminimalisir. Seperti diketahui uang kertas dan logam adalah salah
satu sumber penularan virus yang cukup mengkhawatirkan.

Remote working dan WFH yang dimungkinkan karena adanya platform

DIGITAL CITY
digital juga akan membantu warga kota dalam menghindari penyebaran
wabah. Begitu juga online learning bisa mencegah penularan dengan
sangat signifikan karena aktivitas kerumunan siswa di sekolah bisa
dihindari.

Digital city is the ultimate solution for the pandemic.

15 | The New Normal 100


#11. PANDEMINC-RESILIENT URBAN PLANNING
Ketika kota-kota di Jepang menjadi langganan bencana gempa, maka
kemudian kota-kota tersebut dirancang dan direncanakan tahan gempa
(earthquake-resilient).

Maka begitu kota-kota di seluruh dunia terkena bencana pandemi, maka


kini pemkot di seluruh dunia mulai sadar pentingnya konsep kota yang
tahan pandemi (pandemic-resilient city). Tak heran jika, mulai sekarang dan
seterusnya kota bakal dirancang agar tahan terhadap bencana pandemi.

Orientasi perencanaan kota selama ratusan tahun terakhir diarahkan


untuk mengakomodasi tumbuhnya industrialisasi. Pengembangan real
estate mega proyek dianggap lebih utama ketimbang penciptaan ekosistem
yang manusiawi dan monetisasi tanah dianggap lebih penting dari interaksi
komunitas.

Dengan adanya pandemi dahsyat maka orientasi perencanaan kota yang


industrial-focused dan market-based tersebut akan bergeser secara
fundamental.

Ke depan, sistem dan infrastruktur kesehatan publik akan menjadi prioritas


utama, sehingga begitu bencana pandemi datang, kejadian yang kita alami
tiga bulan ini tak akan terulang lagi Salah satu kuncinya adalah daya
dukung sistem dan infrastruktur kesehatan.

Tak hanya itu, sistem transportasi publik, logistik dan distribusi makanan,
penataan gedung kantor dan perumahan, tata lingkungan, fasilitas
pendidikan dan sekolah, hingga pengembangan digitalisasi akan diarahkan
untuk bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan datangnya wabah di
masa-masa mendatang.

The New Normal 100 | 16


Transformation of Street post COVID-19

#12. CHANGING
STREET
COVID-19 memang mengubah mengembangkan micromobility
segalanya, termasuk format, dengan menambah jalur untuk
komposisi, dan ukuran jalan di kota- sepeda.
kota besar.
Itu artinya jalan dan trotoar yang
Kenapa bisa begitu? Yang paling sudah ada selama ini akan
gampang adalah ukuran trotoar. “diperebutkan” oleh kendaraan,
Dengan keharusan social distancing, parkir, jalur sepeda, dan pejalan kaki
maka tentu saja ukuran standar dimana pejalan kaki menuntut luasan
trotoar yang ada selama ini tak akan yang lebih besar karena adanya social
mencukupi lagi bagi pejalan kaki distancing.
karena jarak antar pejalan kaki yang
sebelumnya bisa sangat dekat kini Maka bisa diprediksi setelah new
tidak dimungkinkan lagi. normal, pemkot di kota-kota besar
akan menghadapi masalah pelik
Kalau lebar trotoar tak cukup lagi untuk mengakomodasi “perebutan”
maka harus dilebarkan. Tapi lahan ini. Lebar Jalan untuk
konsekuensinya kalau dilebarkan kendaraan, trotoar, dan mungkin jalur
adalah ia akan makan jalan untuk sepeda terpaksa harus diubah kalau
kendaraan dan lahan parkir. Belum kita ingin konsisten menerapkan
lagi jika pemkot mulai serius social distancing.

The New Normal 100 | 17


#13. NEW MODAL MIX
Modal mix atau bauran penggunaan moda transportasi warga kota untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari juga akan berubah dengan adanya wabah
COVID-19.

Yang jelas penggunaan moda transportasi massal (mass transit) seperti


bussway, MRT, LRT, atau communter line akan berkurang mengingat warga
kota takut kerumunan massa di moda transportasi ini merupakan medium
penularan virus yang sangat rawan.

Kalau penggunaan transportasi massal berkurang lalu akan dikompensasi


dengan apa? Di kota-kota besar di Indonesia kemungkinan paling besar akan
beralih ke kendaraan pribadi. Tak mengherankan, mengingat “kecanduan”
penggunaan mobil pribadi di Indonesia sangat tinggi. Kalau betul beralih ke
kendaraan pribadi, maka kita akan menyongsong problem kemacetan yang
lebih serius.

Itu untuk kelas menengah-atas. Untuk warga kota di strata yang lebih bawah,
penggunaan sepeda motor akan kian populer. Alasannya jelas, dibandingkan
dengan angkutan massal sepeda motor memiliki risiko penularan COVID-19
yang lebih kecil.

Taksi (baik konvensional maupun online) memiliki risiko penularan virus yang
lebih rendah dibanding transportasi massal, namun masalahnya di harga yang
mahal, apalagi kalau untuk kebutuhan transportasi rutin sehari-hari.

O jek online yang sebelum pandemi begitu populer memiliki risiko menularkan
virus yang cukup besar. Karena itu minat warga kota tak akan setinggi
sebelumnya. Mereka akan lebih prefer menggunakan motor sendiri

Moda transportasi lain adalah mocromobility yaitu alternatif moda


transportasi untuk jarak pendek dan kecepatan rendah di bawah 25 Km/jam
(sepeda, skuter, jalan kaki). Pilihan rasionalnya adalah sepeda. Karena itu di
new normal tren bike to work bakal makin kencang lagi di kota-kota besar
Tanah Air.
MORE #14
LOCALIZED
CITY
Wabah COVID-19 akan mendorong kota-kota basar (mega penularan virus bisa lebih dikendalikan. Di Paris konsep ini pedestrian). Sebabnya, angkutan massal seperti MRT yang
city) untuk menjadi “localized”. Maksudnya, di dalam kota diterjemahkan dengan konsep “15-minute city”, sementara awalnya menjadi pilihan utama moda transportasi kota
yang besar tersebut terdapat “sub-kota” (atau “kota di di Melbourne disebut “20-minute city”. Dengan konsep ini karena tidak polutif kini memiliki kelemahan pelik karena
dalam kota”) yang mandiri. semua kebutuhan warga kota mulai dari berbelanja, ke kerumunannya bisa menjadi sumber penularan wabah.
bank, hingga ke tempat jogging, bisa ditempuh dalam
Tujuannya adalah segala kebutuhan warga kota, mulai dari waktu 15 atau 20 menit dengan jalan kaki atau Artinya, prioritas pengaturan mobilitas kota bergeser dari
berbelanja, ke rumah sakit, ke kantor pemerintah, atau menggunakan sepeda. kepentingan lingkungan (tidak polusi) bergeser ke
berolahraga, bisa dilakukan di dalam sub-kota (intra sub- ketahanan kota dalam menangkal virus.
city) nggak perlu keluar (inter sub-city). Dengan begitu Konsep localized city ini sekaligus akan memberikan
mobilitas warga kota akan lebih terlokalisir dan dampak peranan lebih besar kepada micromobility (cycling dan

The New Normal 100 | 19


#15. PRIVATE CAR WINS (AGAIN)
Ketakutan kepada virus rupanya mengubah secara drastis pola mobilitas
dan pilihan moda transportasi masyarakat.

Euforia angkutan massal moderen seperti MRT, LRT, commuter line, dan
bussway yang tahun-tahun terakhir happening di Jakarta agaknya
mengalami titik balik saat kini pandemi datang. Ya, karena kerumunan di
angkutan massal tidak diinginkan demi kepentingan social distancing.

Maka mobil pribadi pun menemukan momentum pertumbuhannya kembali


sebagai moda yang paling aman dari terjangan COVID-19.

Survei di Cina oleh Ipsos akhir Februari 2020 lalu terhadap 1620 responden
menunjukkan, mobil pribadi meloncat dari urutan ketiga ke urutan
pertama sebagai moda transportasi yang diinginkan di masa new normal.
Survei oleh Kantar di Cina juga mengindikasikan hal serupa.

Survei itu menemukan, 2/3 responden yang tidak memiliki mobil


berkeinginan membeli mobil dalam 6 bulan ke depan. Alasannya, 3 dari 4
orang mengatakan, untuk melindungi diri dari infeksi COVID-19.

Bagaimana dengan di Indonesia? Di tengah angkutan umum yang kini


sangat berisiko menularkan virus mobil pribadi akan menjadi pilihan
rasional bagi masyarakat untuk menangkal serangan COVID-19.

Mobil pribadi tak hanya menjadi pilihan menarik untuk ke kantor tapi juga
untuk berlibur keluarga mengingat pesawat dan kereta pun dinilai berisiko
besar menularkan virus.

20 | The New Normal 100


#16. THE RISE OF
CYCLING & PEDESTRIAN
Saat lockdown dan pembatasan sosial, pemkot kota-kota di dunia New York,
London, Budapest, hingga Bogota mendorong warganya untuk menggunakan
skuter, sepeda, atau berjalan kaki sebagai solusi sementara untuk memfasilitasi
kepentingan social distancing.

Namun seperti telah mereka akui, solusi sementara itu bakal menjadi solusi
selamanya. Oleh sebab itu micromobility (skuter, sepeda, skateboard, dll.), moda
transportasi yang selama ini dilirik sebelah mata karena moda transportasi
didominasi oleh kendaraan pribadi dan angkutan massal, bakal menemukan
ruang geraknya.

Konsep “slow street” yaitu penggunaan jalan untuk moda transportasi


micromobility seperti sepeda atau skuter dengan kecepatan di bawah 25 km/jam
kian populer di seluruh dunia.

Berbagai kota besar di dunia mulai merespons tren ini dengan menyediakan
ruang yang lebih luas kepada jalur-jalur sepeda dan pedestrian. Micromobility
dinilai sebagai moda yang cocok di tengah pandemi karena aman, ramah
lingkungan dan ramah social distancing.

Tren micromobility ini nantinya juga diikuti dengan kecenderungan kota pasca
pandemi yang kian “melokal”. Artinya, kota akan terdiri dari sekumpulan
kawasan-kawasan sub-kota yang mandiri, dimana aktivitas dan mobilitas
masyarakat akan terlokalisir di masing-masing sub-kota tersebut.

Artinya moda transportasi jarak pendek seperti micromobility masih bisa


memenuhi kebutuhan mobilitas jarak pendek dan lokal di sub-sub kota tersebut.
ITDP
Selama pandemi minat warga kota untuk berkebun dan bertanam
meningkat pesat. Alasan yang paling simpel adalah membunuh kebosanan
dan stres karena sudah 2-3 bulan ngendon di rumah. Formatnya bisa
berupa hidroponik, vertical garden, kitchen garden, atau memanfaatkan
sejengkal lahan kosong di rumah.

Tapi rupanya tak hanya karena itu, ada alasan-alasan substansial yang
membuat tren urban gardening/farming ini akan permanen pasca
pandemi.

Pertama karena alasan food security. Artinya masyarakat kota sekarang


semakin peduli keamanan makanan-makanan yang mereka konsumsi
karena bahaya tertular COVID-19 terus mengintai. Karena itu mereka
misalnya memilih makan sayuran dari kebun sendiri.

Kedua untuk tujuan penghijauan kota. Dengan banyaknya warga kota yang
menanam sayur, bunga, dan tanaman buah, maka hal ini akan bisa
mengurangi polusi dan pemanasan global.

Ketiga alasan self-suficiency, artinya kota harus bisa memenuhi kebutuhan


makanannya sendiri di tengah kondisi darurat seperti pandemi. Perlu
diingat, pada saat lockdown, banyak kota mengalami kesulitan makanan

#17
karena pasoknya banyak tergantung kepada daerah lain.

Di masa-masa mendatang, saat ada pandemik yang datang, maka urban

URBAN FARMING
gardening/farming akan menjadi solusi bagi food self-suficiency saat kota
di-lockdown.

22 | The New Normal 100


& GARDENING
OPEN #18
PUBLIC SPACE Dalam tulisannya di The New York Times (14/5), Dr. Marty Makary, profesor
di Johns Hopkins School of Public Health, mengatakan bahwa berada di
ruang terbuka (outdoor) dengan menerapkan social distancing memiliki

WINBACK
risiko yang lebih kecil tertular COVID-19 ketimbang berada di ruang
tertutup (indoor).

Temuan ini membawa implikasi yang luas bagi desain dan perencanaan
kota. Artinya kota harus menyediakan banyak ruang terbuka dan aktivitas-
aktivitas warga sejauh mungkin diarahkan ke ruang terbuka publik.
Yang pertama tentu jalan, trotoar dan jalur pejalan kaki, jalur sepeda, parkir
umum, dan taman-taman kota nan hijau. Di era pandemi keberadaan
taman-taman kota hijau menjadi krusial tak hanya sebagai jantung kota
tapi juga tempat warga melepaskan kejenuhan karena terlalu banyak di
rumah atau di kantor.

Aktivitas olahraga dan seni seperti senam, jogging, yoga, nonton bioskop,
pertunjukkan teater terbuka, bahkan konser musik skala kecil bisa
dilakukan di ruang-ruang terbuka publik seperti plasa atau taman kota.
Tentu saja dengan menerapkan prinsip social distancing.

Tak hanya itu, aktivitas bisnis dan perdagangan juga bisa dilakukan di
tempat-tempat terbuka publik. Misalnya pasar, ritel terbuka (outdoor
retail) seperti jualan buah dan sayur, restoran dan kafe, bahkan barbershop.

Di era pandemi peran ruang-ruang terbuka publik akan sangat krusial bagi
sebuah kota. Dalam jangka pendek ia akan menjadi faktor kunci recovery.
Dalam jangka panjang setelah pandemi lewat ia akan menjadi “perekat”
kehidupan sosial seluruh warga kota.

The New Normal 100 | 23


#19. COMMUNITY INVOLVEMENT
COVID-19 adalah musuh bersama mengeksekusinya untuk memecahkan
(“common enemy). Ketika menghadapi masalah-masalah aktual kota.
musuh bersama, maka kita akan
cenderung lebih solid dalam Banyak inisiatif yang dikembangkan.
menyatukan langkah untuk Mulai dari kampanye menggunakan
menghadapinya. masker, jaga jarak, dan cuci tangan;
gerakan pemasyarakatan bersepeda
Itu pula yang bakal terjadi ketika PSBB dan berjalan kaki; inisiatif
dilonggarkan dan kita menghadapi menghidupkan ruang terbuka hijau
beragam persoalan di kenormalan dan taman-taman kota; hingga
baru. Seluruh elemen masyarakat dan penggalakkan urban
komunitas-komunitas akan tergerak farming/gardening untuk penghijauan
untuk menyelesaikan berbagai problem kota.
yang muncul akibat adanya terjangan
pandemi. Kami memprediksi di kenormalan baru
keterlibatan masyarakat dan
Berbagai kelompok masyarakat secara komunitas dalam merespon berbagai
voluntary tanpa mengandalkan uluran persoalan pandemi akan meningkat
tangan pemerintah akan bergerak tajam dan ini akan menjadi modal
menjadi elemen penting pemecahan sosial yang luar biasa bagi kota.
beragam masalah kota yang timbul
akibat bencana Corona. Mereka
melakukan penggalangan dana,
mengembangkan program, dan
Liputan6.com

The New Normal 100 | 24


COVID-19 akan mengubah wajah kota terutama pusat-pusat kota
(downtown) di berbagai belahan dunia.

Ada dua kekuatan besar yang membuat pusat-pusat kota ini berubah
sangat drastis. Pertama adalah tren ke arah work from home (WFH)
yang dalam beberapa sektor khususnya di knowledge workers bakal
permanen pasca pandemi.

Kedua, kepadatan, kerumunan, dan hiruk-pikuk yang dulunya


merupakan daya tarik utama pusat kota, kini justru menjadi “aib”
karena menjadi medium penularan virus yang sangat massif.

Dampaknya bisa diduga, ketika karyawan semakin bekerja di rumah


atau secara remote tak perlu di kantor di pusat kota untuk
menghindari penularan, maka ruang-ruang kantor di pusat kota akan
berkurang permintaannya.

Itu dari sisi karyawan. Dari sisi perusahan, di masa sulit karena krisis
COVID-19 perusahaan akan berupaya asset-light dengan memangkas
sebanyak mungkin overhead untuk sewa gedung dan biaya
operasional karyawan (transportasi, makan, perjalanan dinas, dll).

Untuk sewa kantor mereka akan prefer kantor-kantor di pinggiran


kota dengan kapasitas yang tak begitu besar mengingat WFH dan
remote working.

#20. REDUCED Karena ruang kantor tak terus-menerus digunakan oleh karyawan,
maka menyewa coworking space dengan konsep rent by the hour akan
menjadi solusi menarik bagi mereka.

OFFICE SPACE The New Normal 100 | 25


THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

SOCIAL & RELIGIOUS LIFE


Krisis COVID-19 merupakan bencana terhadap nasib sesama tumbuh luas di
kemanusiaan yang paling dahsyat abad Tanah Air dan di seluruh dunia.
ini dengan korban nyawa manusia yang
begitu besar. Berbagai gerakan kepedulian dan aksi
solidaritas dilakukan oleh berbagai
Umat manusia di seluruh dunia kalangan masyarakat secara genuine
terketuk hatinya menyaksikan ratusan untuk mengurangi penderitaan orang-
ribu korban meninggal di seluruh orang yang terdampak. Rasa simpati
dunia. Begitu banyak orang yang yang luar biasa diberikan kepada para
cemas, takut, dan mengalami kesulitan nakes yang telah berjuang
hidup. menyelamatkan para korban dengan
risiko nyawa.
Hikmahnya, COVID-19 telah
menciptakan solidaritas dan COVID-19 telah menciptakan
kesetiakawanan sosial. COVID-19 masyarakat baru yang empatik, penuh
melahirkan rasa senasib dan cinta, dan welas asih terhadap
sepenanggungan yang melahirkan sesamanya. Sesuatu yang langka ketika
tujuan bersama (common goal) untuk wabah belum mendera.
melawannya. Tak heran jika rasa
empati dan kepedulian berbagai pihak

#21. THE BIRTH OF


EMPATHIC SOCIETY
#22. CONSTANTLY-FEAR CITIZEN
Di tengah krisis dan ketidakpastian, orang Dampaknya, orang akan meningkatkan
mengalami kekacauan mental healthiness dan kewaspadaan dalam menjaga jarak dan
well-being sehingga menjalani sehari-hari dalam mencurigai setiap orang sebagai sumber
ketakutan. penularan virus. Krisis COVID-19 bisa menjadi
awal dari social distrust dimana manusia
Takut akan krisis ekonomi, takut kehilangan cenderung konformis dan kurang bisa
pekerjaan, takut usaha bangkrut, takut tak mampu menghargai perbedaan.
bayar hutang bank, takut diri dan keluarga
terpapar virus, dan puncaknya takut terenggut Sementara itu, dengan kondisi perekonomian Fear Fear Fear
Of Of Of
nyawa. yang penuh ketidakpastian dan risiko, dalam hal Constantly Death Economic Actualiza on
konsumsi orang akan lebih berhati-hati dalam Fear
spending dan melakukan penghematan. Less Social Lay off Lost interest in
Customer Distancing social
Pandemic Causes Spike in spending means low economic growth. Cut of
Moral Vigilance salary hopeless
Anxiety & Depression Ketidakberdayaan mengatasi stres ditambah
Social Distrust Run out
of saving
Feel
% of U.S. adults showing symptoms of anxiety
and/or deprssive disorder* dengan ekonomi yang terpuruk, ujung-ujungnya useless

January-June 2019 May 14-19, 2020


orang akan kehilanga self-esteem karena merasa
menjadi manusia yang tidak berguna.
33.9%
28.2%
24.4%

11.0%
8.2% 6.6%

Symptoms of Symptoms of Symptoms of anxiety


anxiety disorder depressive disorder or dpressive disorde
* Based on self-reported frequency of anxiety and depression symptoms.
They are derived from responses to the first two ques on of the eight-item
Pa ent Health Ques onnaire (PHQ-2) and the seven-item Generalized Anxiety
Disorder (GAD-2) scale.
Sumber: statista
LOW-TRUST SOCIETY
Krisis COVID-19 juga turut Selama vaksin penangkal COVID-
membuat kecurigaan antar warga 19 belum ditemukan dan
meningkat di masyarakat. diproduksi secara massal untuk
Beberapa kasus penolakan didistribusikan ke seluruh
jenazah positif COVID-19 atau pelosok dunia termasuk
pengusiran tenaga kesehatan Indonesia, maka kami meyakini
karena takut tertular kecurigaan dan ketakutan akan
menciptakan kondisi yang kami tertular COVID-19 ini akan tetap
sebut low-trust society. berlangsung.

Pun terkait isu mudik saat Akibatnya bisa ditebak,


lebaran, dimana para pemudik social distrust di antara anggota
yang berasal dari zona merah masyarakat akan semakin tinggi.
atau daerah dengan tingkat
terjangkit virus tinggi mengalami

#23
penolakan. Menurut survei yang
dilakukan Kementerian Desa,
89% kepala desa menolak
pemudik untuk pulang pada saat
lebaran.
Berdasarkan teori Frustrasi Agresi, “sebagian orang
melancarkan kejahatan instrumental spesifik, kejahatan
properti, guna memenuhi kebutuhan mereka”.

Kalimat teori Frustasi Agresi di atas menggambarkan kondisi


tindak kriminalitas selama krisis. Dimana ekonomi di ambang
resesi; layoff di mana-mana, banyak perusahaan dan keluarga
bangkrut. Hasilnya angka kriminalitas di masyarakat
mengalami peningkatan.

Uniknya, bentuk kriminalitas di masyarakat selama pandemi


mengalami pergeseran, dan ini akan terus berlanjut di masa
new normal. Hal ini dipicu oleh pola kebiasaan masyarakat
yang berubah ke arah digital dan meningkatnya tren
stay @home selama 3 bulan terakhir.

Hal tersebut terlihat dari maraknya perampokan di mini


market, penipuan online, pemalsuan produk dan alat
kesehatan hingga serangan siber dan penyebaran berita hoax.

Terbukti berdasarkan data statistik kejahatan yang dicatat

#24
Polri, pada minggu ke-19 dan ke-20 terjadi kenaikan sebesar
7%, yang mana peningkatan tersebut terjadi pada kejahatan
jalanan dan kejahatan siber.

Belum lagi aksi pembobolan data pribadi yang akhir-akhir ini


sering terjadi seperti yang dialami oleh Tokopedia dan Zoom.

#24. THE NEW FACE OF CRIMES


The New Normal 100 | 30
Memasuki masa new normal dimana khotbah akan diperpendek. Sedangkan
pandemi COVID-19 telah menjadi bagian untuk kegiatan ibadah lainnya dapat
dari kehidupan sehari-hari, masyarakat dilakukan secara virtual atau live
terpaksa harus bersahabat dengan streaming.
COVID-19.
Untuk umat nasrani, perayaan misa atau
Sehingga, perubahan pola perilaku kegiatan beribadah di gereja tetap
masyarakat selama masa karantina dirayakan di rumah masing-masing
terutama penerapan social distancing melalui live streaming atau siaran radio.
akan terus dilakukan, tak terkecuali Meskipun, ke depannya akan ada jemaat
dalam hal tata cara beribadah. yang beribadah di gereja, namun tata
cara ibadah tetap mengutamakan
Pelonggaran PSBB di berbagai wilayah protokol kesehatan, serta untuk para
berujung pada pembukaan kembali imam gereja meletakkan hosti atau roti
tempat ibadah, masyarakat dapat sakramen tidak lagi di lidah melainkan di
kembali beribadah di masjid, gereja, tangan para jemaat.
hingga kuil namun dengan tata cara
yang sedikit berbeda. Pergeseran tata cara beribadah ini akan
terus berlanjut selama masa new normal
Untuk umat muslim, sholat berjamaah di dan menjadi tren baru yang umum di
masjid akan dilakukan secara bertahap. masyarakat.
Pertama, untuk sholat jumat dapat

#25
dilakukan namun dengan menerapkan
protokol kesehatan serta dilakukan di
tempat terbuka, dan untuk waktu

SOCIAL DISTANCE/
VIRTUAL PRAYING
The New Normal 100 | 31
#26
THE RETURN OF
UKUQHUSHEKA

Isu mengenai new normal telah menjadi perbincangan hangat penyampaian penghormatan dan kasih sayang terakhir kepada Sementara untuk tradisi setelah proses pemakaman seperti
dalam satu minggu terakhir. jenazah. Keramaian di tempat duka tak dapat dihindari, maka tahlilan juga akan mengalami perubahan, tentunya dengan
dari itu tradisi pemakaman perlu dikaji kembali. mengedepankan protokol kesehatan. Para pelayat akan duduk
Lembaga dan institusi dari berbagai sektor mulai mengkaji secara berjarak, mengenakan masker dan hanya akan dihadiri
kembali peraturan mengenai pelaksanaan new normal, Untuk proses pemakaman, tradisi ukuqhusheka atau dalam kelompok kecil secara bergantian, setiap hari selama 7
termasuk institusi keagamaan salah satunya terkait tradisi pemakaman rahasia di Afrika Selatan dapat dijadikan referensi hari berturut-turut.
pemakaman, baik saat proses maupun setelah pemakaman. dan diadopsi selama masa new normal. Proses pemakaman
dihadiri oleh anggota keluarga saja dan dalam kelompok kecil. Sekali lagi, di masa new normal segalanya akan berubah, tidak
Tradisi pemakaman identik dengan berkunjung ke rumah duka Tak ada keramaian, tak ada kunjungan kerabat dan segala serta-merta kembali ke masa sebelum COVID-19 mewabah.
sekedar untuk memberi ucapan bela sungkawa kepada interaksi akan dibatasi.
keluarga yang ditinggalkan, sekaligus sebagai tanda

The New Normal 100 | 32


THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

DIGITAL LIFE & PRIVACY


#27.
IMPACT ON SOCIAL MEDIA BEHAVIORS
With need to spend more me indoors than before, online entertainment ac vi es is on the rise.
Online gaming, social network browsing and online video streaming are the primary ac vi es engaged in.
IMPACT ON SHOPPING & OUT-OF-HOME ACTIVITIES

44% 7% 48% 2%
37% 31% Online Games

Increased their online Reduced shopping from


shopping ac vi es brick & mortar stores 38% 5% 55% 2%
Social network ac vi es

57% 55% Online video streaming


36% 6% 52% 5%

Reduced their ourdoor Visit malls less o en


entertainment ac vi es
27% 6% 60% 8%
Listen to music/
radio programs online

51% 41% 21% 7% 55% 17%


Are ea ng out less Started working from Online reading
home more than before
INCREASE DECREASE REMAIN UNCHANGED I DONT ENGAGE IN THIS ACTIVITY

Sumber: Nielson, 2020

WELCOME TO THE VIRTUAL CENTURY:


WORKING, LEARNING, PLAYING
COVID-19 menciptakan era baru yang begitu besar Riset Nielsen (2020) menunjukkan secara global streaming services dan di kenormalan baru mereka akan
dampaknya bagi umat manusia yaitu: ”The Virtual perubahan perilaku manusia ke arah online learning mengurangi menonton bioskop atau pertunjukkan musik
Century”. Sebuah abad baru dimana semua orang bekerja meningkat 21%, lalu aktivitas entertainment mereka secara live karena adanya risiko wabah.
(work), belajar (learn), dan bermain/menikmati hiburan digital seperti: online games, social network, online
(play) dengan menggunakan perangkat digital dan online streaming, dan online music meningkat lebih dari 30%. Di Akibatnya, di new normal, gedung-gedung kantor, mal dan
platform. Rupanya pandemi mempercepat proses migrasi Singapura, lebih dari 41% pekerja kantoran juga lebih tempat perbelanjaan, sekolah, stadion olahraga, bioskop,
digital dan menciptakan “the renaissance of digital memilih untuk working from home menggunakan tempat pertunjukkan akan semakin sepi karena semuanya
adoption”. Welcome the virtual society. perangkat online. Setelah stay at home beberapa bulan tergantikan oleh platform digital. So, welcome to the
masyarakat juga kian terbiasa menikmati hiburan melalui virtual century.

The New Normal 100 | 34


Consumer are accelera ng adop on of digital channels Average journey sa sfac on, credit-card customers, %
Most first- me customers (~86%) are sa sfied/ very sa sfied with digital
adop on and majority (~75%) plan to con nue using digital post-COVID
% of respondents
74 76 74
73% 71 71 71
61% 65
51% 56
45% 49
51% 37%
30%
33%
31%
31%
31%
17% 21%
13%
6% Shopping Opening Making Paying Under- Managing No fying Managing Resolving
for new new purchases bills standing credit-card poten al rewards credit-
Average (All Banking Grocery Apparel Travel credit card credit card spending account fraud card issue
industries)

Regular users First me users

Source: McKinsey, 2020

Kita sudah familiar dengan fitur mobile & internet banking memainkan peran menurunkan penyebaran COVID-19
yang memudahkan nasahah dalam bertransaksi, namun dengan membantu nasabah mendapatkan layanan secara
COVID-19 membuka gap baru lebih besar di dunia remote yang lebih baik di banding bank konvensional.
perbankan dimana perusahaan harus mampu

#28. menghadirkan layanan end-to-end solution mereka dalam


satu aplikasi & fitur yang berbasis digital. Maka inilah
Bank BCA misalnya, saat ini sudah menutup 30% kantor
cabangnya di Jabodetabek. Kantor cabang tidak lagi

DIGITAL momentum yang tepat untuk perusahaan bank menyalip


di tikungan dengan “digital banking”.
menjadi point of diferentiation bagi bank karena digerus
oleh digital banking. Kantor cabang nantinya tak lagi

BANKING GETS
untuk melayani mass consumer tapi beralih fungsi untk
Data McKinsey (2020) mengenai adopsi digital channel memberikan high-value services ke high-worth consumers.
menunjukkan sektor banking merupakan bisnis yang

THE MOMENTUM paling tinggi persentase konsumen (51% reguler users, 21%
first-time users) menginginkan adopsi digital channel yaitu
fitur digital banking. Digitalisasi di dunia bank juga
The New Normal 100 | 35
Daily ac ve users, March 2020 percentage increase vs. 2019 average

Doctor Anywhere MyDoc Halodoc Alodokter HotDoc

Sumber: SimiliarWeb 2020

%
#29. PANDEMIC: CATALYST FOR TELEMEDICINE
100
Di saat pandemi semua orang menjadikan telemedicine banding seluruh tahun 2019. Tren ini ditangkap oleh
90
sebagai solusi untuk layanan dokter dan kesehatan, jejaring rumah sakit seperti Siloam yang dengan sigap
80 karena rumah sakit sangat rawan terhadap penyebaran meluncurkan layanan digital baru, Siloam At Home.
70 virus corona. Pandemi telah menjadi catalyst adopsi
60 platform telemedicine di kala semua orang stuck di rumah COVID-19 telah memaksa konsumen mencoba dan
50 48 47 48 47 namun masih butuh solusi dan bantuan medis. bereksperimen menggunakan layanan telemedicine.
46 45
40
Ketika mereka mendapatkan user experience yang baik
35 37
32 Menurut data Bain & Co. (2019), lebih dari 50% konsumen (convenient, cost/time eficient, friendly customer service),
30 27 27
akan menggunakan digital health service dalam waktu 5 maka telemedicine akan diterima luas dengan pasar yang
Future

22
20
tahun ke depan. Data yang lain dari SimiliarWeb Maret amat besar. Telemedicine akan menjadi cara baru berobat
Current

10
2020 menunjukkan, dalam 1 bulan saja perusahaan- dan membeli obat.
0
Online
perusahaan telemedicine di Indonesia dan Singapura
Telemedicine Long term Self-diagnosis Digital On demand
pharmacy mendapatkan lonjakan pengguna lebih dari 100% di
Sumber: Bain & Co. 2020
The New Normal 100 | 36
Annual global robot unit sales for enterprise use, 2016-2020
Industrial Service Total
19%
30%
1,000,000 13%
22%
33% 10%
800,000 50% 61% 0%
124% 5%
600,000 32%

400,000

200,000

2016 2017 2018 2019e 2020p

Note: The percentages above columns denote annual growth rates.

#30
Sumber: Deloitte 2020

THE RISE OF ROBOT:


FROM HOTEL, AIRPORT, TO FACTORY
Di new normal, kontak fisik antar manusia mulai dikurangi mengefisiensikan proses produksi. Di Eropa, Jepang, dan low skill, dan pekerjaan-pekerjaan yang berisiko
di setiap aktivitas untuk mencegah penularan COVID-19. Cina penggunaan robot untuk melayanai dan mengantar menularkan virus. Namun tak hanya sampai di situ,
Dalam kondisi seperti itu robot menjadi solusi cespleng. makanan di hotel dan restoran sudah mulai biasa. Dengan dengan adanya teknologi artificial intelligence, nantinya
Riset Deloitte (2020) menunjukkan peningkatan pangsa adanya pandemi, airport juga berlomba-lomba pekerjaan apapun termasuk knowledge-based works akan
pasar global penjualan robot di sektor industrial & service memanfaatkan robot untuk memberikan contactless tergantikan oleh robot.
lebih dari 19% di tahun 2020. services.
Tanpa pandemi tak mungkin adopsi teknologi robot bakal
Di sektor manufaktur teknologi industrial robot & Sudah bisa ditebak, di new normal robot akan semakin sekencang seperti sekarang. COVID-19 telah menjadi
professional service robot sudah umum digunakan untuk cepat dan massif menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin, akselerator fenomena the rise of robot.

The New Normal 100 | 37


Es mated percentage Digital payment Spurs to increased adop on for
of transac on values increases for ... Consumer Merchants
done digitally in 2025
5-to-10-percentage-point ... Physical stores will rise Shi in behavior Increase in
increase toward digital acceptance for
payment digital payment

67%
4to8
points
57%
... E-commerce will rise Increase in new More retailers
e-commerce adop ng online
users plus higher or omnichannel
1to2 average spending
of exis ng users
approach

points
Es mate Es mate
before a er
COVID-19 COVID-19
Note: Digital payment methods include contactless, online, or through apps or wearable devices
Sumber: Bain

#31. TOWARDS CASHLESS SOCIETY


COVID-19 membuat perilaku konsumen semakin berubah, debit/credit card, online banking, barcode payment, dan jenis penyebaran virus melalui uang fisik. Di sisi penyedia layanan,
contactless saat ini menjadi fitur dan layanan yang wajib layanan uang digital lainnya. fitur digital payment semakin canggih dan beranekaragam
disediakan oleh pelaku bisnis ketika melayani konsumen. Salah sehingga menjadi solusi bagi problem pembayaran apapun
satunya ialah dengan mengurangi penggunaan uang fisik dan Hal ini juga didorong oleh beralihnya masyarakat ke online secara praktis dan efisien.
mulai beralih kepada cashless payment. store dan ecommerce untuk menunjang proses transaksi
konsumen saat mereka hanya bisa di rumah saja. Akibatnya, Ini adalah hukum pasar saja, ketika pasar membesar maka para
Bain & Co (2020) memprediksi bahwa setelah adanya COVID- mereka harus membayar dengan metode cashless. pemain berlomba-lomba menyempurnakan layanannya
19, lebih dari 10% masyarakat berpindah melakukan transaksi sehingga economies of scale terbentuk dan semua
mereka menggunakan digital payment seperti: E-money, Cashless society menjadi tren baru di tengah banyaknya kasus diuntungkan.

The New Normal 100 | 38


HEALTH SURVEILLANCE: #32
IMMUNITY PASSPORT
Akibat COVID-19 Pemerintah dan pihak swasta di berbagai negara saat ini
sangat konsern terhadap pengawasan kesehatan masyarakat, dengan
argumentasi public health masyarakat saat ini seolah tidak memiliki lagi
privacy terhadap data pribadi mereka khususnya data profil kesehatan.

Di China masyarakat harus mengunduh aplikasi government issued health yang


digunakan untuk mengumpulkan data kesehatan setiap orang. Berdasarkan
data tersebut pemerintah akan memberikan skor contagion risk yang di sebar
kepada petugas polisi. Sehingga setiap masyarakat akan diawasi oleh
pemerintah tanpa bisa mengelak. Jika skor mereka di bawah standar keamanan
prosedur COVID-19 maka mereka tidak diperbolehkan melakukan aktivitas di
luar rumah.

Hal ini menjadi cikal-bakal negara dan perusahaan teknologi untuk


mengembangkan konsep ”immunity passport”. Dengan paspor baru ini setiap
orang yang ingin berpergian bebas harus memiliki sertifikat imunitas bebas
virus Corona. Hal ini menjadi kontroversial, karena data privacy yang menjadi
basis skor, bisa disalahgunakan untuk kepentingan politik/ekonomi di masa
mendatang. Kita tentu masih ingat kasus Cambridge Analytica di pemilihan
presiden US yang begitu menghebohkan dunia.

Ini merupakan loncatan jauh bagi manusia di masa depan, jika konsep
immunity passport ini disetujui oleh semua belahan dunia, maka masyarakat
hanya diartikan sebagai sebuah angka hasil analisa data. Tak ada privasi, tak
ada lagi hak pribadi kemanusiaan.

The New Normal 100 | 39


#33. MOBILITY DATA MAPPING
& TRACING Setiap orang di berbagai negara saat ini selalu diawasi gerak-geriknya oleh
pemerintah. Dengan menggunakan teknologi GPS dan bluetooth di sebuah
aplikasi pemerintah bisa melakukan tracking lokasi seseorang saat beraktivitas
di luar. Pemerintah juga bisa melakukan tracing dengan siapa saja seseorang
bersentuhan atau mengetahui apa saja yang mereka beli pada waktu tertentu.

Di Singapore sudah dikembangkan aplikasi TraceTogether yang membantu


masyarakat menelusuri apakah seseorang selama beraktivitas pernah
berdekatan/bersentuhan dengan orang lain yang memiliki potensi positif
Corona.

Di China masyarakat wajib memindai barcode ketika mereka akan menaiki


transportasi publik, dimana mereka akan di berikan akses jika color code
mereka diberi tanda hijau.

Aplikasi berbasis mobility tracking juga banyak dikembangkan berbagai negara


di Eropa. Pemerintah bekerjasama bekerja dengan perusahaan telko untuk
men-tracking aktivitas masyarakat menggunakan sinyal dan menyimpan
histori lokasi yang mereka kunjungi. Aplikasi ini berguna jika sewaktu-waktu
ada potensi seseorang mengunjungi daerah yang positif COVID-19. Cara ini
juga dilakukan oleh negara di Asia seperti Taiwan dan Korea Selatan.

Di masa depan kita harus rela untuk meng-expose data pribadi kita ke
pemerintah dengan dalih public health. Dengan begitu sudah tidak ada lagi
ruang privasi bagi masyarakat luas. Apakah regulasi dan etika data privacy
sudah siap men-support perubahan tersebut?

The New Normal 100 | 40


Q: “Please characterize your company’s cybersecurity maturity

Inadequate
48%

52% Comprehensive

Note: Respondents represent a variety of industries


Sumber: Bain

#34. CYBERSECURITY THREATS


Risiko kejahatan cyberscurity di saat COVID-19 kian meningkat Menurut hasil riset Deloitte (2020) berjudul, “Rapidly banyak perusahaan yang masih bingung untuk beradaptasi
di kala semua orang bekerja, belajar, berbelanja, berobat, atau Combating COVID-19 with Resilience Cybersecurity and dengan operasional perusahaan yang harus ditunjang oleh
menikmati hiburan secara online menggunakan platform Privacy”, ada 4 poin fokus dalam penanganan COVID-19 yang cloud system tanpa ada persiapan keamanan yang baik.
digital. berhubungan dengan keamanan data. Salah satunya ialah
meningkatnya ancaman cybersecurity di masyarakat. Hal ini menjadi penting di kala semua aktivitas harus ditunjang
Baru-baru ini kita mendengar terjadi kasus dimana kebocoran oleh aplikasi dan sistem berbasis online, maka ancaman
data pengguna dan access code dari aplikasi Zoom yang Data Bain & Co (2020) menunjukkan di saat pandemi ini 48% cybersecurity harus diminimalisir dengan berbagai persiapan
diperjualbelikan di situs online. perusahaan masih mengakui bahwa penanganan kejahatan sistem dan program yang dimiliki oleh perusahaan.
cybersecurity yang mereka miliki belum memadai. Sehingga

The New Normal 100 | 41


#35
AUTOMATED SOCIAL
CONTROL: FACE, HEAT &
DISTANCE DETECTION

Penanganan pandemi COVID-19 harus selalu dipantau control sudah diberlakukan didukung berbagai teknologi yang ancaman penyalahgunaan data di kemudian hari untuk
berdasarakan aktivitas real-time di semua sudut daerah yang lebih advance. Vantiq, salah satu perusahaan IT/software, kepentingan politik/ekonomi.
terjangkit. Di Indonesia pemerintah sudah mengambil langkah sudah mengembangkan teknologi facial recognition dan
untuk mengontrol penyebaran virus dengan berbagai cara thermal camera untuk mengetahui secara real-time kondisi Mungkin pandemi ini akan berakhir ketika vaksin telah
seperti: pengecekan suhu tubuh, rapid test di berbagai tempat, masyarakat dengan adanya infrastruktur kamera di sudut kota. ditemukan. Tapi data pribadi yang sudah terlanjur dimiliki oleh
dan pembatasan aktivitas sosial di sebuah negara. sebuah organisasi/kelompok bisa saja menjadi ancaman “virus”
Menurut Edward Snowden, pemerintah berbagai negara sudah baru bagi umat manusia di masa depan.
Namun apakah ini menjadi ancaman baru dari privasi berlebihan dalam mengeksploitasi privasi masyarakatnya. Ia
masyarakat terhadap aktivitas sosial-pribadi mereka?. mengatakan bahwa alasan public health yang memberikan
akses pemerintah untuk mengontrol warganegaranya sudah
Di negara lain seperti China dan Eropa sistem automated social terlalu dalam. Kekhawatiran Snowden, ini bisa menjadi

The New Normal 100 | 42


THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

SHOPPING & CONSUMING


Not applicable (nothing else needed) 36% 44%

Home supplies 33% 23%

Others 15% 11%

Electronics (for online classes/work from home) 8% 8%

#36.
Can’t say 4% 7%

Mobile phones 4% 5%

Books 2%

CUT SPENDING
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
Sumber: Statisca

Online retail Local retail

More often Same as before Less often

FOR THE NON OCCASIONAL SHOPPING SHOP FOR CLOTHES SHOP FOR ELECTRONICS

ESSENTIALS Occasional intended shopping


(clothes and electronics) remain
the same
35%
8%
31%
7%

57%
61%
Source: Nielsen, 2020

Perubahan perilaku konsumen yang lebih concern dengan Business of Fashion, penjualan personal luxury goods atau non-esensial akan mengalami kondisi yang sama dan
kebersihan dan kesehatan, berbanding lurus dengan high-brand ternama mengalami penurunan sebesar 35-39%, cenderung statis. Angka pembelian produk non-esensial masih
pembelian produk grocery dan essential goods yang meroket pada periode awal januari hingga maret 2020 dibanding tahun berada di bawah pembelian produk esensial.
selama krisis. sebelumnya.
Di masa new normal orang akan memilih untuk menabung
Di saat essential good mengalami pelonjakan transaksi, Di sisi lain, consumer electronics yang merupakan kebutuhan dibandingkan dengan membeli produk berharga tinggi.
sebaliknya non-essentials goods mengalami pemerosotan, non-esensial, di awal pandemi mengalami penurunan nilai Konsumen mulai mengatur ulang mengenai prioritas
terutama untuk penjualan personal luxury goods. pasar lebih dari 25%. pembelian produk non-esensial. Mengingat di masa pandemi
orang mengalami kesulitan finansial dan menjalankan prinsip
Menurut data McKinsey berkolaborasi dengan majalah Untuk ke depannya, di masa new normal pembelian produk
smart spending.
The New Normal 100 | 44
ONLINE SHOPPING DEEPENING:
FROM "WANT" TO "NEEDS"
Wabah COVID-19 membuat banyak orang berdiam diri di rumah sehingga
A shift from offline to online spending continues to play out across toko online menjadi salah satu pilihan untuk berbelanja. Seiring dengan
almost all categories meluasnya penerapan physical distancing, maka belanja online menjadi
satu alternatif bagi banyak orang.

Pembelian konsumen pun mulai bergeser dari produk yang sifatnya


keinginan (wants) ke produk yang sifatnya adalah kebutuhan (needs).
Permintaan tertinggi umumnya ada di produk sehari-hari (home care),
groceries dan produk kesehatan seperti vitamin dan produk-produk
pencegah penyakit.

Sehingga kami mengatakan, COVID-19 telah membuat pola belanja


konsumen secara online semakin melebar (widening). Konsumen mulai
membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari (daily needs) secara
online.

Tak hanya melebar, dari hanya pembelian barang non-essensial ke


barang essensial, COVID-19 juga memaksa konsumen melakukan
pembelian online lebih besar (deepening).

#37
Pergeseran ini diprediksi tidak hanya bersifat sementara namun akan
permanen membentuk kenormalan baru.

The New Normal 100 | 45


“LOOK, DON'T TOUCH”
SHOPPING
Wacana pembukaan kembali mal setelah masa Hematnya, orang khawatir untuk mencoba barang
karantina berakhir, memberikan angin segar bagi di toko yang kemungkinan besar telah melalui
bisnis retail. banyak kontak dengan orang lain.

Masyarakat secara bertahap mulai berkunjung ke Survei First Insight dengan melibatkan 1.066
mall untuk sekedar berbelanja. Namun secara pasti responden mengatakan bahwa 65% perempuan
kebiasaan belanja masyarakat mengalami dan 54% laki-laki tidak akan merasa aman
perubahan, terutama konsumsi masyarakat mencoba pakaian di kamar pas.
terhadap produk tester di display toko atau
sekedar mencoba pakaian di ruang ganti. Merespon kondisi tersebut beberapa perusahaan
ritel seperti Mecca cosmetica, Sephora, hingga
Hal tersebut dipicu oleh rasa ketidakamanan Macy mulai mengurangi, meniadakan hingga
konsumen terhadap sterilisasi produk tester, menutup ruang ganti maupun produk tester.
diikuti dengan rasa khawatir konsumen akan
probabilitas penularan virus COVID-19 melalui

#38
produk yang mereka coba.

The New Normal 100 | 46


#39
SHOP LOCAL
Terputusnya rantai pasokan ekonomi dalam skala global berdampak pada
proses produksi dan distribusi barang yang mengalami keterlambatan
pengiriman. Terlebih lagi di saat pemberlakuan lockdown di berbagai negara
mulai diterapkan.

Sementara di sisi lain, stok barang, terutama untuk produk kesehatan dan
makanan mengalami penipisan sedangkan permintaan barang terus
mengalami kenaikan. Akibatnya stok barang kosong, terjadi kelangkaan dan
harga barang melambung tinggi.

Untuk alasan itu, baik perusahaan maupun konsumen menjadi lebih sadar
mengenai sumber produksi barang, efeknya, preferensi konsumen mengalami
pergeseran.

Konsumen lebih memilih produk dengan stok barang yang terjangkau,


sehingga pengiriman lebih cepat dan barang masih dalam kondisi aman.
Singkatnya tren produk lokal akan mengalami peningkatan penjualan baik
selama pandemi maupun setelah pandemi.

Contohnya produk pertanian dari Etanee mengalami peningkatan transaksi


sebesar 5-7 kali lipat dari biasanya terhitung dari bulan Maret.

Selain mempertimbangkan waktu pengiriman dan kondisi keamanan barang,


perubahan preferensi masyarakat terkait produk lokal juga didasari oleh
tindakan masyarakat untuk mendukung brand lokal atau UMKM untuk dapat
bertahan dan maju selama krisis ini.
#40. CLOSE-LOOP SHOPPING
Di saat pembatasan sosial berskala besar belinya tak melulu karena alasan bisnis tapi
berlangsung, marak aktivitas penawaran juga sosial.
atau jualan produk melalui aplikasi
WhatsApp dengan cara nge-share produk Proses jual-beli tersebut terbentuk sebagai
dagangannya di berbagai pesan grup yang bentuk kepedulian antarteman mengingat
mengandalkan tali pertemanan. banyak kelompok masyarakat yang terkena
lay-off atau bisnisnya tutup karena tidak
Sebut saja fenomena ini: closed-loop lagi ada pembeli. Mereka yang terkena lay-
shopping, yaitu belanja produk yang off merintis usaha kecil-kecilan dan
melibatkan jaringan pertemanan, dimana kemudian ditawarkan ke teman-teman
konsumen adalah sesama teman, kerabat, dekat melalui grup-grup WA.
atau rekan kerja si penjual. Motifnya
sederhana orang saling tolong menolong Blessing in disguise krisis COVID-19
selama masa sulit: saling menjual dan saling mempercepat pembentukan ekonomi
membeli. secara terbatas (closed-loop economy) ini
dan perkembangan positif ini akan mampu
Close-loop commerce atau jual-beli antar mempercepat recovery para pebisnis lokal
teman melalui platform digital adalah dan pelaku UMKM.
bentuk survival para pelaku UKM di Tanah
Air yang didukung munculnya tren
empathic society. Ya, karena motif jual-

The New Normal 100 | 48


PERSONAL HEALTH IS THE TOP
PRIORITY: GO HYGIENE, GO FRESH #41
Semenjak wabah COVID-19 melanda, masyarakat dipaksa dan Survey McKinsey April lalu pun mengkonfirmsasi bahwa akibat Tren makanan sehat, higeinis dan segar menjadi semakin populer
didorong untuk hidup sehat dan bersih. Kesehatan dan wabah ini konsumen di Indonesia semakin peduli terhadap bahkan di masa new normal dan tidak dapat dihindari lagi tren ini
kebersihan menjadi prioritas utama. kebersihan dan higienitas produk-produk makanan. 42% akan menjadi permanen dan umum dikalangan masyrarakat.
responden menilai higienitas menjadi faktor terpenting dalam
Alhasil, wabah ini pun membawa hikmah bagi peradaban manusia memilih makanan dan akan menjadi kenormalan baru. Tak hanya itu, konsumsi produk kesehatan non-food juga
terutama perihal jenis makanan yang dikonsumsi. Mengonsumsi mengalami pelonjakan.
makanan yang higeinis dan segar menjadi penting dikalangan Bencana COVID-19 akan meningkatkan kesadaran masyarakat
masyarakat, agar terhindar dari potensi penyakit yang bersumber akan pentingnya kebersihan dan kehigeinitisan dalam penyiapan
dari makanan seperti yang terjadi saat ini. dan pengolahan makanan yang dikonsumsi.

The New Normal 100 | 49


Safe delivery modes are increasingly important to consumers-winning
on ‘SafeX’ ma ers in digital and omnichannel.
Growth in past Consumers intending to con nue in
6 weeks, % the long term, %

BOPIS
34 59

Meal kit delivery


38 51

Safe and contactless checkout


9 74

7
QSR drive-through
(vs go in person) 50

Sumber: McKinsey COVID-19 US Consumer Pulse Survey, April 20-26, 2020, n=1,052, sampled and weighted to match US general popula on aged
18 years and over.

STORE GOING OMNI: #42


"BUY ONLINE PICKUP IN STORE" (BOPIS)
Pandemi COVID-19 mempercepat pergeseran pola belanja konsumen dari mengalami perubahan secara permanen. Konsumen akan melakukan Di sisi konsumen BOPIS dapat menjadi solusi atas permasalahan
toko fisik ke toko online. Terutama di saat PSBB diterapkan, masyarakat kunjungan toko hanya jika diperlukan, dengan prioritas secepat dan pengiriman produk yang seringkali memakan waktu lama.
dipaksa berbelanja secara online melalui marketplace atau e-commerce. seaman mungkin. Disisi lain, konsumen menginginkan pengiriman cepat
saat berbelanja online. Sementara di sisi perusahaan, layanan BOPIS perlu ditingkatkan dengan
Akibatnya lalu lintas penjualan melalui toko fisik mengalami penurunan, cara menyediakan tempat pick-up sebanyak mungkin berdasarkan
industri ritel mengalami guncangan, yang berujung pada penutupan toko. Kondisi tersebut menjadi value tersendiri bagi perusahaan ritel untuk pemetaan track record konsumen sekaligus menjadi solusi atas
Setelah masa karantina berakhir, orang mulai nyaman berbelanja secara melakukan inovasi baru yaitu menggabungkan penjualan online dengan permasalahan toko fisik.
online. Industri ritel perlu menata ulang kembali strategi bisnisnya penjemputan fisik atau disebut BOPIS (buy online pickup in store).
terutama untuk toko fisik. Mengingat preferensi belanja konsumen

The New Normal 100 | 50


Figure 3 What do people want from brands during the COVID-19 crisis?

I want to hear from helpful brands 74% 21% 6%

Companies have a social responbility


to offer aid during the Coronavirus
72% 20% 8%

I am interest in hearing from brands


that can help me navigate the crisis
71% 18% 12%

I want to con nue to hear from brands


and companies on what they have to effer 70% 19% 11%

Completely/Somewhat Agree Neither Agree nor disagree Completely/Somewhat Disgree


Sumber: Ipsos

#43. HEALTH & SAFETY CONFIDENCE IS A MUST


Dengan datangnya COVID-19, cara konsumen memilih produk mengikuti protokol COVID-19. Contohnya, memberikan bukti cek situlah fondasi brand loyalty bakal terbangun.
berubah. Mereka prefer pada produk yang mengutamakan suhu tubuh semua pegawai yang melayani order, menyediakan
kebersihan dan kesehatan. Ya, karena COVID-19 mengajarkan kita hand sanitizer, atau memakai masker saat melayani pelanggan. Intinya, build customer confidence, then you will get their loyalty.
untuk menjaga kebersihan jika tidak ingin tertular, baik dalam
mengonsumsi, mengelola, maupun menyajikan produk. Kini Di era pandemi, brand loyalty tercipta jika produsen bisa secara Selain itu, brand loyalty juga didapat melalui empati. Artinya, di
jaminan kesehatan dan keamanan produk adalah keharusan. konsisten menjamin bahwa produk yang di-deliver aman bagi masa sulit selama pandemi ini pemilik merek harus selalu peduli
kesehatan dan keselamatan konsumen. Jaminan ini penting di dan membantu konsumen dan masyarakat yang sedang
Alhasil, di masa COVID-19 brand loyalty berada di ujung tanduk, masa-masa awal new normal. Karena itu, begitu PSBB mengalami kesulitan hidup.
brand harus dapat menjaga kepercayaan konsumen dengan dilonggarkan setiap pemilik merek harus berjuang habis-habisan
memastikan bahwa apa yang di-deliver ke konsumen telah untuk membangun kepercayaan konsumen ini. Karena dari

The New Normal 100 | 51


#44 APPOINTMENT-ONLY
SHOPPING
Memasuki masa new normal, setelah relaksasi PSBB, bisnis ritel tidak akan
terlihat sama seperti sebelumnya, protokol kesehatan akan diprioritaskan.
Tak hanya itu, motivasi konsumen untuk keluar dari rumah dan melakukan
pembelanjaan di in-store juga akan mengalami pergeseran.

Terutama di masa awal pemberlakuan new normal, konsumen masih bersikap


waspada dan enggan mengunjungi pusat keramaian dan pergi keluar rumah.

Sementara, di lain sisi, konsumen memerlukan kunjungan in-store untuk


sekedar melihat atau membeli produk yang mengharuskan penjelasan lebih
lanjut dan spesifik, sesuai dengan kebutuhan konsumen, seperti produk
elektronik hingga furnitur rumah.

Melihat kondisi demikian maka perusahaan ritel perlu mencari inovasi baru
untuk menjamin keamanan konsumen pada saat berbelanja di toko. Salah
satunya adalah dengan membuat janji temu terlebih dahulu.

Konsumen dapat melakukan reservasi kunjungan terlebih dahulu baik via


telepon, email, maupun website perusahaan untuk mengatur jadwal kunjungan
in-store.

#44. Sementara di sisi perusahaan, perusahaan perlu menata ulang jadwal


kunjungan konsumen agar tidak melebihi kapasitas dan dapat menjamin
keamanan konsumen saat berkunjung.

The New Normal 100 | 52


#45. PERSONAL High-frequency users plan to reduce
onlilne purchases as demand goes unmet

SHOPPING ASSISTANT
Average propor on of future purchases made online by current frequency

% of Future Purchases
100
90 New users Exis ng ad-hoc High-frequency users
Adop ng users Pull back
80 Maintaining
Bencana COVID-19 merupakan “renaissance of digital dapat memberi kemudahan berbelanja konsumen atau 70
60
adoption”. Dimana penggunaan teknologi digital baik sekedar mengingatkan konsumen mengenai jadwal
50
oleh konsumen maupun produsen akan terus kegiatannya.
40
mengalami peningkatan. Dilihat dari adanya revolusi 30
belanja online yang beralih dari sekedar membeli Konsumen dapat dengan mudah mencari informasi 20
produk non-esensial menjadi ke pembelian produk produk, membuat panggilan reservasi, menyusun daftar 10
0
sehari-hari. belanja sehari-hari hingga memesan ulang kembali jika 0 12 37 62 87 100
“Never” <25% 25-49% 50-74% 75-99% “Always”
barang sudah habis, atau sekedar mengingatkan stok
% of Current Purchases (midpoint)
Bersandar dari kondisi tersebut, langkah yang tepat tersedia untuk produk yang telah sold out. Sumber: Accenture

untuk dilakukan perusahaan adalah dengan


mengembangkan teknologi berbasis AI seperti personal Sementara di sisi perusahaan, penggunaan personal
shopping assistant. virtual assistant dapat memberikan banyak data
konsumen dan membantu perusahaan untuk
Penggunaaan personal shopping assistant di masa new menggunakannya secara efektif. Salah satunya untuk
normal dan setelahnya mungkin akan menemukan menargetkan pelanggan yang sesuai dengan produk
critical mass-nya. Mengingat tren go digital selama yang ditawarkan atau secara otomatis PVA akan
pandemi COVID-19 mengalami popularitasnya. Aktifitas mengirim email kepada pelanggan terkait transaksi
konsumen didominasi oleh kegiatan virtual dan digital. yang belum selesai untuk menyelesaikannya dan
merekomendasikan produk yang menarik.
Fitur yang ditawarkan oleh personal shopping assistant
seperti Alexa Amazon, Siri Apple dan Google Assistant

53| The New Normal 100


Rising Low-Contact Commerce
#46. Percentage od U.S. adults doing each ac vity
more o en than a month ago

Restaurant takeout Store curbside pickup


Virtual doctor visit Food delivery
50
44%

40 36%

30 27%

23%

20

10
March April May
Sumber: statista

SAMEDAY,
Layanan delivery dan logistik sangat meningkat pesat di kala permanen dan membentuk kenormalan baru, kita melihat
COVID-19 menghantam dunia, karena semua proses bisnis dan munculnya gaya hidup baru yaitu contact-free lifestye.
pertukaran barang hanya bisa dilakukan melalaui delivery.
Maka bisnis logistik juga perlu menyiapkan fitur baru untuk

CONTACTLESS
Hal ini mendorong para penyedia jasa delivery berlomba mendukung gaya baru ini dengan apa yang kami sebut sebagai
menciptakan fitur/layanan baru kepada konsumen, misal Paxel contactless delivery. Penerimaan barang dari layanan antar
yang merupakan pioner integrated online logistic di Indonesia cukup sampai di depan pintu, tanpa adanya kontak fisik.
saat ini bisa mengirimkan paket kurang dari 1 hari.

DELIVERY
Bahkan Paxel menyediakan sistem tanpa kontak melalui sistem
Hal ini juga banyak di adopsi oleh provider logistik lainnya pengantara estafet dari kurir ke konsumen. Konsumen tidak
untuk memenuhi kebutuhan pengiriman barang yang tinggi di akan menerima barang dari kurir secara langsung melainkan
kala wabah Corona yang melanda saat ini. Tak hanya layanan paket disimpan di loker khusus yang hanya bisa diakes dengan
sameday delivery, semenjak tren social distancing menjadi IoT.
Sekali lagi, pandemi COVID-19 telah mempercepat penggunaan
teknologi modern. COVID-19 menjadi “catalyst” bagi adopsi digital.

Perubahan cara berbelanja orang dan membentuk kenormalan baru


secara permenen mendorong bisnis retail khususnya offline store
perlu melakukan transformasi baru ke arah pemanfaatan teknologi
modern.

Salah satunya apa yang kami sebut sebagai “touchless store”. Toko
tanpa sentuhan ini akan menjadi gaya baru dengan mengusung tema
tanpa kasir (cashierless) dan tanpa uang fisik (cashless).

Model operasi ini telah banyak diterapkan di luar negeri seperti


Amazon Go dan Take and Go. Sedangkan di Indonesia, Bliblimart
offline telah mengawalinya, konsumen dapat membeli barang tanpa
melakukan kontak fisik.

Transaksi pembelian dilakukan dengan menerapkan konsep scan and


go, cukup memindai barcode produk pada aplikasi dan melanjutkan
pembayaran dengan cashless.

Penerapan model baru ini akan mulai diikuti oleh para pemain retail
lainnya. Mengingat social distancing dan cantact-free lifestyle akan
permanen dan toko yang mengusung tema scan and go akan
menemukan massanya.

#47. THE RISE OF CASHIERLESS STORE


The New Normal 100 | 55
Fac ng limita ons on physical customer interac ons, retailers are innova ng
to bring the-store experience online.

#48. AR/VR SHOPPING


REVOLUTION
Sub tute Share Ac vate
in-store interac ons experien al and nurture the
with personalized content through digital community
Saat ini, masyarakat mulai nyaman berbelanja secara mencoba sampel produk di display atau sekedar virtual appointments livestreaming

online. Berdasarkan data McKinsey krisis COVID-19 mencoba baju di fitting room memberikan benefit
Sumber: McKinsey

secara cepat menaikkan trafik penjualan online tersendiri bagi perusahaan untuk segera
dengan tingkat pertumbuhan 14% CAGR selama 4 mengadopsi teknologi ini.
tahun dan tumbuh sebesar 25% pada periode bulan
Maret 2020. Sedangkan jika dilihat dari sisi konsumen
pengadopsian teknologi 4.0 memberikan value
Di saat akitifitas digital masyarakat mengalami tersendiri sekaligus solusi tepat untuk
pertumbuhan maka perusahaan perlu meningkatkan meningkatkan kepuasan konsumen untuk terus
layanan digitalnya. Salah satunya, menawarkan melakukan pembelian secara digital.
pengalaman berbelanja online dengan suasana
belanja fisik. Menggabungkan kesenjangan antara Penerapan teknologi AR/VR sendiri mulai banyak
belanja online dengan belanja fisik melalui teknologi diadopsi oleh industri mode seperti Warby Parker,
4.0 seperti virtual reality (VR) atau augmented dan Kendra Scott. Untuk kedepannya teknologi 4.0
reality (AR). Terlebih lagi di saat ketidakmampuan akan terus tumbuh pesat.
masyarakat untuk pergi berkunjung ke toko dan

56 | The New Normal 100


THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

WORKING &
PROFESSIONAL LIFE
Figure 1: 74% of Companies Plan to Permanently Shi to More Remote Work Post COVID-19

What percentage of your workforce will remain permanently remote post-COVID


who were not remote before COVID?
% of Companies
26% 27% 25%

17%

4%
2%

0% will remain remote 5% will remain remote 10% will remain remote 20% will remain remote 50% will remain remote More than 50%

Sumber: Gartner

PERMANENTLY
REMOTE WORKING:
FROM “9 TO 5” TO “3 TO 2”
#49
Saat ini, orang mulai aware dengan konsep New Normal. Mereka mulai Di sisi lain, WFH juga berdampak positif bagi operasi perusahaan. Di tengah risiko bisnis yang kian tinggi pasca wabah, operasi perusahaan
menerima dan mempersiapkan diri menghadapi kenormalan baru. Menurut studi dari Gatner, lebih dari 70% perusahaan berkeinginan dituntut semakin "asset-light" dengan memangkas sebanyak mungkin
Termasuk di lingkungan kerja. menerapkan WFH untuk karyawan mereka secara permanen pasca overhead. Maka perusahaan kian terdorong menerapkan WFH secara
COVID-19. permanen pasca COVID-19.
Setelah berlangsung beberapa bulan, karyawan merasakan mulai nyaman  
bekerja di rumah (WFH) karena berbagai benefit yang ditawarkan Menariknya, hal ini dilakukan tak hanya dalam rangka memenuhi Mungkin tidak sepenuhnya WFH dalam seminggu, tapi terbagi antara
(fleksibilitas waktu, family time yang lebih berarti, produktivitas yang protokol kesehatan semata, tetapi para CFO juga mulai melihat peluang kerja di kantor dan rumah. Prediksi kami jam kerja "9-to-5" akan berubah
lebih baik, dsb.). Hal ini tentu saja akan menjadi value tersendiri yang bisa untuk memangkas overhead perusahaan. menjadi "3-to-2" yaitu jam kerja 3 hari di kantor dan 2 hari di rumah
ditawarkan perusahaan. dalam seminggu.

The New Normal 100 | 58


LOCAL COWORKING
SPACE WILL SURGE
Bisnis coworking space tidak luput dari hantaman COVID-19. Di masa pandemi
bisnis ini suffer oleh karena banyaknya pembatalan event dan ketidakhadiran
member. Namun, di masa pasca pandemi, local coworking space justru akan
optimis bertumbuh.

Ketika bahaya wabah terus mengintai, maka perjalanan karyawan dari pinggir
kota (suburban) ke tempat-tempat kerja di pusat kota (downtown) akan sangat
berisiko tertular virus. Untuk mengatasinya, maka perusahaan akan

#50
menerapkan konsep kantor satelit (satellite office) di pinggir-pinggir kota agar
karyawan menempuh perjalanan ke kantor yang lebih pendek dan terlokalisir
tak perlu ke pusat kota.

Untuk membangun kantor satelit di berbagai pinggir kota tentu tidak murah.
Karena itu perusahaan cerdas mengubah capex (capital expenditure) menjadi
Almost all respondents expect a more posi ve a tude from the opex (operational expenditure). Caranya bukan dengan membangun dan
employers towards remote working a er the crisis membeli kantor tapi menyewanya ke perusahaan coworking space, misalnya
dengan konsep rent by the hour.
No

Survei dari Coworking Insight menunjukkan, 71,4% responden memilih bekerja


di coworking space jika kebijakan WFH permanen diterapkan. Alasannya,
A li le bit

meskipun remote working memberikan keuntungan flexible working hour,


Somehow
If you regularly work from a namun dampak buruknya tidak bisa diremehkan yaitu maraknya loneliness
coworkingspace, do you plan to
Very much yang berujung merosotnya produktivitas.
return to it once isola on ends?
Drama cally
Yes (71,48%)
Jadi di kenormalan baru WFH tidak sepenuhnya pekerjaan dijalankan di rumah,
tapi sebagian akan dijalankan di kantor-kantor satelit.
Other (pleasecspecify) No (28,52%)

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Sumber: Coworking Insight
Sumber: Social Workplace
#51
“SIX-FEET OFFICE”
Relaksasi PSBB akan mendorong perusahaan mulai membuka kantor mereka. Meskipun
ketika kantor dibuka, kita tak akan lagi menemukan format kantor seperti sebelum pandemi
menyerang.

“Six feet office” akan menjadi tren ruang kerja di era new normal. Aturan physical distancing
di tempat kerja diperketat, salah satunya dengan menerapkan jarak antar meja kerja sesuai
protokol COVID-19 dan meniadakan ruang komunal.

Apa jadinya jika jarak antar karyawan menjadi begitu longgar? Tak terhindarkan,
penggunaan ruang menjadi begitu boros dan mahal. Alasan inilah yang akan mendorong
perusahaan untuk menerapkan WFH secara permanen.

Sebelum pandemi konsep open space begitu populer di kalangan karyawan milenial untuk
mendorong komunikasi dan kolaborasi. Namun setelah virus mewabah, konsep open space
justru antitesis karena berisiko menularkan virus antar karyawan.

Di new normal, konsep open space tak sepenuhnya punah, namun mengalami koreksi dan
adaptasi. Sekat-sekat transparan akan makin banyak menghiasi ruang kantor untuk mitigasi
penularan virus lewat percikan droplets.

Tidak hanya layout tempat kerja, habit karyawan juga akan berubah. Tidak ada lagi makan
siang di kantin yang mungkin digantikan dengan food delivery. Tidak akan ada lagi pantry
karena karyawan wajib membawa peralatan makan sendiri.

Interaksi karyawan akan dibatasi dan segala aktivitas sebisa mungkin dikerjakan tanpa
berpindah tempat dari meja kerja.

Sumber: Gensler

The New Normal 100 | 60


#52. EMPLOYER
Top Issues On Employees’ Minds
Top Issues Weeks of April 1-18, 2020

BRANDING IS KEY
Job Security 54%
Personal Health 33%
Childcare and Home Schooling 17%
Personal Finances 15%
Remote work 13%
COVID-19 membuat sejarah baru di pasar kerja (talent market). Kehadiran karyawan di Viability of Employer 12% Top 4 Issues
tempat kerja semakin kurang relevan karena karyawan bisa bekerja dari rumah. Jika di Stress and Mental Health 9%
Financial Security (81%)
situasi normal, atasan akan selalu memantau bagaimana tim bekerja. Namun pola kerja Work Life Balance 8% Health and wellbeing (56%)
remote working telah menciptakan transaparansi dan trust di lingkungan kerja. Family Health 8% Family (25%)
Produc vity
Produc vity and work (24%)
7%
Riset dari The Willis Tower Watson menunjukkan, 95% perusahaan merespon budaya kerja
Social Isola on 5%
mengalami perubahan dimana senior leader lebih peduli dengan keamanan dan
Managing Schedule 4%
kesejahteraan karyawan. Selain itu, 76% menjawab kolaborasi antar karyawan meningkat
signifikan. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Sumber: Josh Bersin Academy


Untuk menjalankan transisi budaya kerja yang remote dan seamless, senjata perusahaan
adalah employer branding dengan menawarkan employee value proposition (EVP) yang
kompetitif dan meaningful ke talent market. Di tengah pandemi, EVP menjadi sangat Engagement of COVID-19 post by region
esensial.

Percentageabove/below avg.engagement
40%
Value yang bisa ditawarkan ke talent market adalah kepedulian perusahaan terhadap health,
28% 30%
safety, dan well-being karyawan. Di samping itu kemampuan perusahaan dalam melakukan 30% 25%
engagement ke karyawan di tengah tren WFH dan remote working akan menjadi “gula-gula”
20% 16% 14%
yang mampu menarik karyawan bergabung. 13%
10% 5%
Di samping itu kemampuan para leader di dalam organisasi dalam memimpin dengan 1%
0%
prinsip transparansi, trust, dan remote engagement akan memiliki daya jual tersendiri bagi -1%
The coronavirus posts from companies on LinkedIn that got
calon pencari kerja. -10% the most engagement used these words more o en:
-9% -12% “Health” “Social distancing”
-20% -17% -16%
Studi dari Global LinkedIn Data, engagement yang terkait empati perusahaan pada isu-isu “Help” “Health authori es”

COVID-19 meningkat tajam secara global. Terutama untuk post yang menggunakan kata -30% -24% -27%
“People” “Public health”
“Employees” “Take care”
kunci, “Health”, “Support Employee” dan “Social Distancing”. Artinya, perusahaan yang “Support” “Healthcare workers”
menunjukkan kepedulian dan keselamatan karyawan di masa krisis ini menjadi value -40%
proposition.
Jan 2020 Feb 2020 Mar 2020 Apr 2020
Month
Asia Pacific Europe, Middle East, & Africa La n America North America
Sumber: Global LinkedIn Data
61 | The New Normal 100
Organiza on that had already tried reskilling felt more prepared to take on
future skill gaps than those that hadn’t.

Assessment of previous reskilling, % companies that said they were unprepared to address the
poten al role of disrup ons due to market and/or technology trends
47

30
21

Successful Neutral Unsuccessful Wai ng to start


reskilling
Sumber: McKinsey & Company

Di masa krisis, core skill karyawan akan lebih diutamakan Dengan bantuan teknologi dan digital, proses transisi kerja menjadi
dibandingkan hanya berfokus pada job role. Karyawan perlu lebih seamless. Namun, kendala akan terjadi ketika karyawan gagap

#53
dipersiapkan dengan skill yang sesuai dengan bisnis model baru yang teknologi. Maka dari itu, perusahaan perlu melakukan reskilling talent
sesuai dengan situasi new normal. agar karyawan bisa keep up dengan situasi krisis saat ini.

Survei dari McKinsey, perusahaan yang telah menerapkan reskilling Digital juga memudahkan orang untuk melakukan banyak hal
talent akan lebih siap menghadapi krisis-krisis yang mungkin terjadi sekaligus. Dengan adanya krisis COVID-19 akan menjadi katalis untuk

RESKILLING
di masa berikutnya. Reskilling talent juga termasuk sebagai upaya membangun mindset entrepreneur karyawan yang sekaligus menjadi
mitigasi sebelum krisis terjadi. strategi untuk growing talent.

TALENT Krisis COVID-19 membuat orang harus beraktivitas di rumah,


termasuk bekerja. Beruntung di era saat ini teknologi sudah maju.

The New Normal 100 | 62


Confidence improves for events of (almost) all sizes:
the smallest will see the largest growth

Delta between planners who expect to plan more versus fewer


20

10

-10

-20
April 15
May 1
-30
May 15
June 1
-40

-50

More than 1,001 501- 101- 51 15- Fewer than 15


-60 5,000 5,000 1,000 500 100 50 a endees
a endees
Sumber: Northstar Meeting Group

#54. RETHINKING MEETINGS


Dampak dari krisis COVID-19, rencana perusahaan untuk adanya protokol kerja di era New Normal. continuity process berjalan lancar. Tak heran jika virtual
menyelenggarakan rakor, raker, workshop, focus group Survei dari Northstar mengindikasikan, tren meeting ke depan meeting akan menjadi permanen dan kenormalan baru.
discussion, annual meeting, business gathering, atau customer adalah small meeting yang hanya melibatkan maksimal 50 Bagi perusahaan hal ini menguntungkan karena di tengah
gathering dengan jumlah peserta ratusan bahkan ribuan sudah orang. Selain itu, perusahaan akan beradaptasi dengan hybrid zaman susah masa pandemi operasi perusahaan harus
pasti harus diurungkan. meeting yang merupakan gabungan antara offline dan online. seefisien mungkin. Dengan virtual meeting, begitu banyak
overhead yang bisa dipangkas mulai dari perjalanan dinas,
Pemerintah di seluruh dunia telah melarang aktivitas sosial Beruntung di era digital teknologi sudah siap. Rapat kerja bisa
hotel, hingga EO penyelenggaraan.
yang melibatkan kerumunan. Di lingkungan perusahaan, dilakukan secara online. Dan pengalaman selama 2-3 bulan ini
aktivitas meeting dan gathering akan terdisrupsi dengan virtual meeting terbukti efektif untuk memastikan business
The New Normal 100 | 63
#55
How Recruiters
are Adapting to a
REMOTE World of Remote
Recruiting
RECRUITING Q3 is your organiza on changing your current recrui ng process to

Yes
accommodate more remote processes and candidates?

Pandemi COVID-19 telah mengacaukan bagaimana sistem organisasi berjalan.


No
Di lingkungan kerja, rekrutmen karyawan yang selama ini dilakukan secara
tatap muka untuk benar-benar mendapatkan talent yang sesuai kebutuhan
Not Sure
perusahaan, kini harus beradaptasi dengan remote recruiting.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Selama ini, sistem rekrutmen dilakukan secara offline (tatap muka) agar
recruiter benar-benar objektif menilai kandidat yang potensial. Wawancara Sumber: Jobvite.com

yang tersekat oleh layar berpotensi kandidat melakukan faking yang akhirnya
membuat penilaian menjadi bias.

Tren ke depan, strategi rekrutmen perusahaan melalui campus hiring, job fair
(exhibition) maupun event fisik akan kian berkurang bahkan hilang. Nantinya
sistem rekrutmen akan membutuhkan dukungan teknologi yang canggih,
seperti implementasi AI dalam proses screening kandidat. Ini tentu sesuatu
73% Are using
video and online
8%
Are using
58%
are using social
55%
yang challenging bagi insan HRD. mee ngs
chatbots
to promote
employer brand
are using social
to promote
employer brand

Riset dari Jobvite, mayoritas responden menjawab perusahaan mereka tetap


melakukan rekrutmen secara online. Sementara itu, untuk beradaptasi situasi
saat ini, perusahaan memaksimalkan proses rekrutmen via social media dan
27% 80% 61%
virtual interview. recruiters using
text with
candidates
46%
are using social
using video in the
interview process
using video as part
of the screening
process
more to recruit

64 | The New Normal 100 Sumber: Jobvite.com


#56. WORKING @ HOME JOB
Tren working from home akan menjadi Di masa depan, WFH bukan lagi dipandang sekedar
permanen di era new normal. Hal ini strategi perusahaan menjalankan bisnis namun sebagai
dilandasi karena banyak karyawan value. Talent akan lebih memilih perusahaan yang
merasa diuntungkan dengan menawarkan benefit WFH karena mereka bisa bekerja
kebijakan ini. Salah satunya, karyawan sambil leisure dan melakukan hobi.
memiliki kesempatan untuk bisa
menyeimbangkan antara work-life- Di new normal, pekerjaan-pekerjaan yang bisa dikerjakan
play. Sementara itu, di sisi di rumah akan marak. Sebaliknya pekerjaan-pekerjaan
perusahaan, adanya WFH ini juga lapangan yang memerlukan kehadiran fisik (pekerjaan
memberikan benefit yaitu cost- pabrik, pelayanan konsumen, mobile, dll) akan defisit
cutting. karena kehilangan peminat.

Survei dari KPMG, 58% pekerja di US


merasakan adanya peningkatan work-
life balance. Memang indikator utama
kesuksesan WFH adalah teknologi
digital yang sudah maju. Masyarakat
sudah terbiasa melakukan aktivitas
secara online melalui smartphone dan
gadget. Maka dari itu, sebagian besar
pekerja tidak gagap dengan perubahan
ini. Survei dari LIPI, 78% pekerja
mengaku tetap produktif meskipun
bekerja dari rumah.

Sumber: KPMG

65 | The New Normal 100


FUTURE SKILLS AND PROSPECTIVE JOBS
Skills That Needed A er Pandemic Crisis Future Prospec ve Jobs
Techn
e d ia o l og
M tor AI De y
nt Crea v
Cyber elope
nte Sec
Co u r

e
Data S
cien rity

tur
st

Cu nalys a Mar

D ig
fac

sto t Dig
A edi
yst

me ital PR S
M
l

ital
An a
Manu

r In
tellig
Data

keter
Future

ence
ocial
Prospec ve
Job

The New Normal 100 | 66


#57
To lead their companies’ digital response to the crisis, chief digital officers
must act across four dimensions.

04 01
Scale the use of
agile and tools
Be a resillent
for accelerated
leader for the

REMOTE
remote delivery
organiza on and
your people

Four dimensions of

LEADERSHIP
CDO leadership
03 during a crisis

Engage with
customers now
Recra the digital

IS THE KEY
and prepare for the
strategy and
next normal
rebalance the
product road
02 map

Sumber: McKinsey & Company

Kunci keberhasilan remote working (WFH) krusial agar bisa memastikan karyawan bekerja Implikasinya komunikasi dengan karyawan
bergantung pada seberapa adaptif peran leader remote dengan efektif. menjadi lebih personal sehingga membantu saat
dalam memimpin perusahaan di masa krisis. delivery pekerjaan.
Percakapan yang bisa dilakukan secara online
Di momen ini, digital menjadi satu-satunya mendorong frekuensi berinteraksi antara atasan Ketika remote working menjadi kenormalan baru,
senjata agar proses bisnis tetap berjalan seperti dan karyawan menjadi lebih intens. Pengaruh ke maka remote leadership menjadi penentu sukses
saat kondisi normal. Digital leadership sangat komunikasi juga menjadi tidak bersekat.

The New Normal 100 | 67


#58. ZOOM FATIGUE
Koneksi internet yang tersendat, jadwal video conference marathon, pekerjaan
yang menuntut dan keterbatasan komunikasi adalah beberapa masalah yang
disebabkan oleh aktivitas video conference.

Selama masa pandemi, aplikasi virtual meeting memang menjadi juru selamat
bagi karyawan agar tetap terkoneksi dengan pekerjaan. Sayangnya, jadwal
meeting yang tak terkendali berakibat pada zoom fatigue. Faktor psikologis
yang mendasari yaitu, ketidakberdayaan untuk memaksimalkan performa di
depan kamera dan “missing out real people”.

Hasil analisis Google Trends di US selama sepekan (16-23 April 2020)


menunjukkan tren pencarian Zoom Fatigue dan Zoom Happy Hour berada di
titik yang sama. Grafik ini berbeda jauh dibandingkan pada masa awal
pandemi, saat masyarakat masih menikmati euphoria zoom meeting.

Ketika orang mengalami zoom fatigue, layanan telepon seluler akan kembali
menjadi primadona. Hal ini dikarenakan orang bisa lebih leluasa berbicara dan
koneksi internet lebih stabil. Hal yang menarik bagi milenial karena
sebelumnya milenial dikenal sebagai “Generasi Mute”, generasi yang lebih
suka chatting daripada telepon.

68 | The New Normal 100 Sumber: Google Trends (US)


ZOOMABLE
WFH SETUP

Sumber: Statista
#59
Meskipun sejumlah riset mengkonfirmasi kebijakan WFH Seiring dengan tren WFH, perusahaan ritel furnitur berbasis Maka dari itu, beberapa perusahaan sudah mulai concern
memberikan keuntungan baik bagi perusahaan maupun karyawan teknologi Overstock, mengalami lonjakan penjualan untuk kategori mempersiapkan ruang kerja yang nyaman selama WFH agar
namun ambience bekerja di rumah dan di kantor sudah pasti tidak home-office hingga lebih 100%. Sementara itu, survei global karyawan tetap produktif. Misalnya memperbolehkan karyawan
akan sama. menyatakan penjualan home decor meningkat signifikan sejak awal membawa peralatan kantor seperti meja dan kursi di rumah.
tahun 2020.
Pada umumnya, perusahaan secara serius mempersiapkan ruang WFH memunculkan tren baru yaitu zoomable WFH workplace. Tren
kerja yang nyaman dan ergonomis. Hal ini untuk mencapai satu hal, Krisis COVID-19 menyebabkan perusahaan secara tiba-tiba harus ini dipicu oleh popularitas aplikasi Zoom untuk meeting virtual.
yaitu produktivitas. Tidak bisa dipungkiri, ruang kerja yang nyaman beradaptasi dengan WFH sementara belum banyak riset yang Mendekorasi ruang kerja yang eye-catching sebagai background
menjadi salah satu pendorong produktivitas kerja. menjelaskan produktivitas kerja dengan metode bekerja dari rumah. meeting.

The New Normal 100 | 69


THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

LEARNING & SCHOOLING


#60.
THE “NEW” SCHOOL
Di negara-negara yang sudah mengalami penurunan kurva jumlah kasus terinfeksi
COVID-19 mulai membuka pusat bisnis dan ruang publik, termasuk sekolah. Namun, bagi
siswa dan guru imajinasi tentang kegiatan belajar mengajar saat seperti sebelum virus
melanda tentu tidak akan mungkin terjadi.

Untuk menghadapi era new normal, pemerintah akan menetapkan kebijakan baru yang
wajib diterapkan di lingkungan sekolah. Utamanya untuk mendukung protokol kesehatan
sesuai standar WHO.

Krisis COVID-19 akan mendorong perilaku baru di lingkungan sekolah. Misalnya saja
sebelum krisis COVID-19, jumlah rata-rata siswa di sekolah negeri dalam satu kelas
sekitar 40-50 siswa dengan ruangan berukuran kurang lebih 72 m2. Jika setiap siswa
harus menjaga jarak 1,5 meter tentu ruang kelas tidak akan sanggup menampung.

Sebagai solusi alternatif, siswa pergi ke sekolah secara shifting. Studi dari NJSBA, 23,68%
sekolah merespon akan menerapkan split session untuk mengantisipasi kerumunan di
ruang kelas.

Di era new normal, siswa dan guru harus beradaptasi dengan beberapa kebiasaan baru.
Seperti misalnya distance learning, belajar di ruang terbuka, tidak ada makan siang di
kantin dan masker menjadi “seragam wajib” selama berada di lingkungan sekolah.

Sumber: NJSBA The New Normal 100 | 71


#61

THE RISE OF
ONLINE+HOME SCHOOLING
Sumber: Educause Research

Data dari UNESCO menunjukkan, 1,4 juta siswa di ada waktu pasti kapan virus berakhir, baik siswa Situasi ini mendorong kebutuhan online-home schooling
seluruh dunia terkena dampak dari krisis COVID-19. maupun guru harus beradaptasi. meningkat. Studi dari Educause, baik siswa maupun
guru mulai nyaman dengan sistem belajar online. Salah
Anak-anak diwajibkan belajar di rumah dengan metode Sisi positifnya, metode belajar secara online dapat satu bentuk adaptasinya adalah implementasi blended
online learning. Pada awalnya, transisi ini tentu mengakselerasi digital skill yang akan sangat learning yang merupakan gabungan antara belajar
mengalami kendala karena berpuluh tahun, metode dibutuhkan di masa pemulihan ekonomi pasca-krisis online dan offline
belajar dilakukan secara konvensional, yaitu harus tatap COVID-19.
muka. Namun, seiring urgensi siswa belajar dan tidak

The New Normal 100 | 72


PARENT-BASED
LEARNING

#62 Sumber: ParentCircle

Melepaskan anak kembali ke sekolah di situasi pandemi Hasil angket sementara ini, sejalan dengan studi dari (TK, SD). Pasalnya anak-anak di usia tersebut, belum bisa
pasti menjadi hal yang berat bagi orang tua. ParentCircle, 21% orangtua di India sementara waktu tertib memakai masker yang benar dan rajin mengikuti
menghindari anak pergi ke sekolah. protokol kesehatan.
Komisioner KPAI yang beberapa waktu lalu menyebar
angket terkait rencana pembukaan kembali sekolah di Sekolah merupakan ruang publik yang rentan terjadi Kondisi ini mendorong orangtua mengambil porsi lebih
masa pandemi. Meskipun 80% siswa setuju agar sekolah transmisi virus. Alasan ini menjadi faktor utama orangtua besar dalam mendampingi anak belajar menggantikan
segera dibuka namun mayoritas orangtua menolak belum rela anak mereka kembali ke sekolah. Khususnya peran guru di sekolah. Parent-based learning bakal
dengan alasan khawatir jika anak mereka tertular virus. bagi orangtua yang memiliki anak usia early education menjadi new normal.

The New Normal 100 | 73


#63 Sumber: EdWeek

FROM TEACHER TO PEERS


Tantangan belajar secara online tidak hanya dialami oleh Secara psikologis belajar dalam situasi kolektif dapat merespon. Masalah-masalah seperti nilai akademis turun
tenaga pengajar saja namun juga bagi para siswa. Tantangan menumbuhkan motivasi dibandingkan belajar mandiri. Hal dan ketidakmampuan siswa menyerap informasi akan
terberatnya adalah menumbuhkan motivasi belajar. ini dikarenakan belajar menjadi beban yang ditanggung menjadi dampak lanjutan.
sendiri.
Survei dari Edweek, motivasi siswa saat belajar online Inovasi kurikulum berbasis peers support akan sangat
mengalami penurunan dibandingkan pada saat awal-awal Sama seperti working from home, school from home juga dibutuhkan siswa untuk membangun motivasi selama
belajar di rumah. Faktor utamanya karena siswa merasa akan menjadi tren ke depan selama belum ada kepastian belajar dari rumah. Proses belajar-mengajar bakal bergeser
kesepian. Di kondisi normal, siswa bisa bebas berinteraksi kapan vaksin ditemukan. Turunnnya motivasi siswa akan dari teacher-driven ke peers-driven.
dengan teman maupun guru. berdampak serius apabila pihak sekolah tidak cepat

The New Normal 100 | 74


Krisis COVID-19 menghantam sangat Belajar online membuat mahasiswa
keras sektor pendidikan. Khususnya di tidak bisa menikmati fasilitas yang
level Pendidikan Tinggi. Mahasiswa ditawarkan kampus belum lagi ketika
harus beradaptasi belajar secara online. mahasiswa tidak memiliki sarana dan
Sementara itu, tidak semua insititusi prasarana yang mendukung untuk
sudah memiliki infrastruktur yang belajar online. Sementara mungkin
mendukung implementasi mereka sudah mengeluarkan biaya
pembelajaran jarak jauh. yang tidak murah.

Masa kuliah dianggap sebagai masa Insititusi yang tidak siap dengan
emas untuk mencari pengalaman dan transisi ini akan berakibat pada
mengumpulkan portofolio sebelum kekacauan kesiapan program online
memasuki jenjang karir profesional. learning. Indikasinya sudah terlihat
Namun, experience belajar hanya di dimana mahasiswa mulai protes hingga
depan laptop/smartphone jauh dari ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
kehidupan mahasiswa yang kaya akan beberapa waktu lalu.
pengalaman sebelum adanya krisis.

Sumber: McKinsey

#64. ONLINE LEARNING READINESS TURMOIL


The New Normal 100 | 75
SHORTER
SCHOOL DAY
Studi dari McKinsey, skenario terburuk dampak dari virus COVID-
19 akan membuat proses belajar di sekolah tidak akan bisa kembali
ke kondisi normal setidaknya sampai musim panas 2021. Artinya,
selama setahun ke depan siswa harus belajar secara remote

#65
learning.

Namun, jika suatu negara sudah mulai menunjukkan kurva landai


dan ada instruksi agar ruang publik dibuka, sektor pendidikan akan
beradaptasi dengan kondisi new normal. Tentu fokus penekanan
pada protokol kesehatan yang diperketat menjadi faktor kunci
kesuksesan.

Rekomendasi dari KPAI terkait jam belajar adalah mengurangi jam


belajar menjadi 4 jam dengan menghilangkan waktu istirahat. Jam
istirahat merupakan waktu yang kritis karena memungkinkan
siswa berkumpul. Sementara waktu istirahat yang hanya
dihabiskan di meja belajar juga tidak akan efektif.

Sumber: McKinsey

76 | The New Normal 100


#66

Sumber: World Economic Forum

DIGITAL
Beberapa sekolah khususnya sekolah swasta sudah bertransformasi ke online. Tidak dapat dipungkiri, COVID-19
menjadikan digital sebagai kurikulum unggulan jauh sebelum menjadi akselerator digital.
pandemi. Hal ini dilatarbelakangi urgensi dari dunia kerja

SKILL IS
yang mencari talent dengan keahlian digital. Prediksi jenis pekerjaan yang akan populer di masa post-
COVID akan sangat bergantung pada teknologi. Maka dari
Di masa pandemi ini, digital adalah kekuatan utama untuk itu, digital skill menjadi topik yang wajib diajarkan mulai level

A MUST
bertahan. WFH membuat karyawan bekerja secara online, pendidikan dasar.
SFH membuat siswa dan guru semakin adaptif dengan
teknologi, stay at home lifestyle memaksa bisnis

77 | The New Normal 100


#67

The Sumber: Class Central

“MOOCs”
Revival
Sebelum ada krisis, MOOCs (Massive Open Online online. Berdasarkan rangking Alexa, situs-situs yang
Course) tumbuh merayap. Namun rupanya bencana menawarkan kursus online termasuk dalam situs yang
pandemi membangkitkannya. paling banyak dikunjungi selama masa pandemi.

Coursera, salah satu penyedia MOOCs mengalami Pengguna MOOCs tidak hanya terbatas pada pelajar
peningkatan user yang signifikan selama masa saja namun juga untuk kelas pekerja. Riset dari Class
pandemi sejak pertama kali dikembangkan 10 tahun Central menunjukkan, topik-topik dalam MOOCs
lalu. Bisnis edutech termasuk ke dalam bisnis yang makin variatif. Tidak hanya digital, topik seputar
diuntungkan dengan adanya krisis COVID-19. bisnis juga menjadi topik yang paling sering diikuti.

MOOCs menjadi kebutuhan primer. Pemicu utamanya


adalah anak sekolah yang diwajibkan belajar secara
THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

LEISURE & TRAVELLING


#68. TOUCHLESS TRAVEL
Penerapan protokol kesehatan yang ketat dan physical distancing di masa
new normal nanti akan mengubah wajah pariwisata beberapa waktu ke
depan. Wisatawan akan sebisa mungkin membatasi kontak fisik dan jarak
selama melakukan perjalanan demi mengurangi risiko terkena COVID-19
selama melakukan liburan.

Sebelumnya, maskapai penerbangan dan hotel telah berusaha untuk


membuat konsumen bermigrasi ke layanan check-in online dan transaksi-
transaksi yang bersifat contactless. Namun, seiring dengan semakin
massifnya social distancing maka layanan digital yang memungkinkan
contactless atau touchless akan dipilih.

Tentu saja, pesawat tidak akan dapat terbang tanpa awak dan hotel tidak
dapat beroperasi tanpa staf frontline. Namun, di masa new normal mereka
akan berusaha mengurangi jumlah transaksi tatap muka dan pengalaman
pelanggan intim lainnya dengan menggunakan teknologi untuk
menggantikan interaksi langsung, bila memungkinkan.

Beberapa hotel dan bandara sudah menyediakan konter check-in tanpa


kontak, dan outlet ritel telah menawarkan pembayaran secara cashless
selama bertahun-tahun; pandemi ini akhirnya mempercepat akselerasi
digital pada konsumen.

Namun, penggunaan teknologi untuk menggantikan layanan pelanggan


secara langsung akan menjadi tantangan besar bagi perusahaan seperti
resort mewah dan maskapai premium yang mengandalkan layanan pribadi
dan pengalaman perjalanan intim sebagai keunggulan kompetitif mereka.
Namun, para wisatawan akan rela melepaskan human touch sebagai ganti
hawaiianairlines.com
untuk rasa aman.

The New Normal 100 | 80


#69. THE “NEW” HOTEL
Industri hotel adalah salah satu sektor yang paling terdampak oleh COVID-
19. Dengan pelarangan orang bepergian dan keluar rumah, praktis sektor
hospitality dan tourism hidup segan mati tak mau. Okupansi hotel sudah
mendekati zero dengan pemberlakukan PSBB yang makin ketat.

Menyongsong masa new normal, industri hotel harus segera melakukan


recovery dengan penerapan standar kesehatan dan pembatasan jarak antar
tamu. Wisatawan sementara akan melakukan social distancing dengan
menghindari keramaian atau kerumunan di dalam hotel.

Karenanya hotel harus menyesuaikan perubahan perilaku tersebut. Para


pegawai harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai
masker dan sarung tangan. Setiap area publik dan ruangan juga harus
terjamin sanitasi dan kebersihannya.

Restoran hotel akan dibatasi kapasitasnya dengan memperlebar jarak antar


meja. Untuk sementara tidak ada lagi buffet atau prasmanan, serta
penggunaan alat makan yang sekali pakai. Bahkan tamu akan cenderung
memilih makan di kamar dengan memanfaatkan room service.

Begitu pula fasilitas seperti kolam renang dan gym akan dibatasi
penggunaannya. Kolam renang bisa dibatasi kapasitasnya, sedangkan gym
bisa diatur jadwal penggunaan secara bergantian (tidak bersamaan), di mana
sudah dikondisikan aman dari penyebaran virus.

Inilah wajah baru atau The “New” Hotel di era new normal.

booking.com

81 | The New Normal 100


#70. HYGIENE IS THE NEW GREEN
10 tahun terakhir istilah “green” seakan menjadi mantra yang sakti untuk untuk
komunikasi pemasaran. Hal ini terjadi seiring bertumbuhnya konsumen yang semakin
sadar akan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan.

Pun di industrI pariwisata, tren tersebut juga naik dengan semakin sadarnya wisatawan
akan kelestarian dan keberlanjutan di destinasi wisata. Namun, dengan adanya wabah
COVID-19 tren green tersebut bertambah dengan unsur higienitas yang menjadi prioritas
wisatawan saat ini.

Studi yang dilakukan oleh Pacific Asia Travel Association (PATA) mengonfirmasi prediksi
perubahan preferensi ini. Survei lebih dari 1.200 turis di Tiongkok mengkonfirmasi
bahwa kesehatan dan keselamatan telah menjadi perhatian utama untuk perjalanan di
masa depan.

Maka di era new normal setelah pandemi COVID-19, “hygiene” akan menjadi “the new
green”.

Wisatawan akan lebih peka dengan kebersihan kabin pesawat, kamar mandi hotel, dan
restoran. Dengan adanya pandemi ini mereka akan menuntut penerapan protokol
kesehatan dan kesehatan seperti desinfektan, ketersediaan produk sanitasi, dan
penggunaan masker wajah (serta sarung tangan) oleh frontliner.

Pemerintah dan pengelola destinasi wisata setempat perlu memberlakukan langkah-


langkah kesehatan yang lebih ketat dan bukan tidak mungkin memiliki standar seperti
sertifikasi ISO yang diberikan kepada fasilitas kesehatan dan kebersihan.
thejakartapost.com

82 | The New Normal 100


#71. NATURE WILL TRIUMPH
Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak Alasannya karena alam memberikan manfaat
hal, termasuk tren dalam pariwisata. Adanya yang besar bagi kesehatan, tetapi rendah
wabah COVID-19 membuat kesehatan dan risiko. Wisata alam juga memberikan
keamanan menjadi prioritas utama. Tren selfie keleluasaan untuk tetap menerapkan physical
di tempat-tempat yang instagramable akan distancing dengan wisatawan lainnya.
menjadi salah satu yang tergeser akibat
pandemi ini. Wisata alam berbasis adventure atau
petualangan juga berpeluang besar untuk
Wisata alam akan menjadi tren populer yang digemari saat new normal, khususnya kegiatan
digemari masyarakat dalam kondisi new dalam grup kecil dengan aktivitas yang
normal nanti. Pada tahap awal pemulihan dinamis, seperti trekking, snorkeling, dan
setelah pandemi, kejenuhan akibat di rumah diving.
saja akan mendorong wisatawan jalan-jalan
keluar rumah untuk sekadar menikmati udara
segar dan keindahan alam.

Dok. Pribadi
SPACE IS THE #72
NEW LUXURY
Pandemi COVID-19 telah mengubah preferensi wisatawan
dalam menentukan pilihan berwisatanya. Era new normal
yang mengadopsi social distancing dan protokol kesehatan
membuat “space” akan menjadi “new luxury” bagi wisatawan.

Wisatawan akan mencari akomodasi yang relatif tidak ramai


(less crowded) seperti resort, homestay, hingga Airbnb
dengan jumlah tamu yang tidak terlalu padat. Dengan begitu
resiko tertular COVID-19 jadi rendah.

Begitu pula ketika memilih atraksi atau destinasi wisata


dengan populasi penduduk yang lebih sepi atau sedikit (less-
populated tourist attraction). Mereka menghindari tempat
wisata yang massal atau ramai pengunjung.

Karenanya destinasi wisata alam atau outdoor dan budaya


seperti desa wisata dan kuliner bisa menjadi alternatif bagi
wisatawan yang menginginkan kenyamanan dan keamanan
dari COVID-19.

84 | The New Normal 100


xoprivate.com
traveloka.com

THE BOOM OF STAYCATION


Dengan ancaman wabah COVID-19 masih terus Gaya liburan ini disukai karena konsumen atau
mengintai maka para travellers tidak bisa bebas wisatawan tidak perlu bepergian jauh. Cukup
keluyuran di destinasi-destinasi wisata seperti tempat yang nyaman seperti hotel atau sewa
sebelum-sebelumnya. Ketika PSBB dan physical apartemen yang dekat rumah mereka, namun
distancing berakhir, hal yang paling ditunggu- memiliki segala fasilitas mumpuni. Selain itu,
tunggu masyarakat adalah segera pergi berlibur. staycation akan digemari karena membutuhkan
Liburan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang biaya yang lebih murah daripada liburan ke luar
bisa dikontrol dan tak terpapar virus. negeri atau ke luar pulau yang masih beresiko bisa
tertular.
Liburan pasca COVID-19 akan sangat berbeda
dengan sebelum wabah. Orang akan lebih memilih Menikmati beragam fasilitas hotel yang ramah
liburan yang tidak banyak bersentuhan dengan terhadap keluarga (family-friendly) seperti
orang lain. Maka, staycation atau berlibur di dalam restoran, taman bermain hingga kolam renang akan
lingkungan hotel akan menjadi pilihan terbaik dan diprioritaskan oleh konsumen. Tentu saja fasilitas
menjadi kenormalan baru. ini harus mengikuti standar protokol kesehatan
seperti kebersihan dan physical distancing.

85 | The New Normal 100


#73
MICRO TOURISM IS THE MAINSTREAM
Pendukung micro tourism mungkin benar selama ini. Selama beberapa Melakukan aktivitas solo travelling bisa membantu mengenal lebih
dekade, mereka telah memperingatkan kita bagaimana mass tourism dalam tentang diri sendiri dan bakat terpendam yang dimiliki. Selain
telah merusak lingkungan dan mengomersialkan budaya lokal. itu traveller juga bisa mendapatkan perasaan puas setelah
mendapatkan waktu me-time dengan solo travelling.
Karena pandemi, seiring self-social distancing akan menjadi new
normal, wisatawan mungkin masih akan menghindari travelling secara Dengan begitu, beberapa destinasi yang selama ini populer dikunjungi
grup atau rame-rame. Micro tourism bahkan solo travelling akan banyak orang (mass tourism) juga sementara akan dihindari. Karenanya
menjadi pilihan khususnya di generasi milenial. setidaknya sampai agen-agen perjalanan mungkin akan membatasi ukuran grup yang
COVID-19 benar-benar hilang nanti. mereka tampung. Sementara destinasi populer mungkin mulai
diberlakukan pembatasan untuk mengelola volume pengunjung dengan
lebih baik.

Misalnya sebelum pandemi, otoritas pariwisata di Venesia dan


Barcelona sudah menyusun kebijakan untuk membatasi cara wisatawan
ke kota mereka melalui berbagai kontrol. Untuk museum populer,
landmark, taman hiburan, dan kompleks hiburan dapat menerapkan
skema serupa untuk membatasi akses pada wisatawan.

Contoh lain, bisa berkaca pada pengalaman Kerajaan Bhutan di mana


program pariwisata “High Value, Low Impact” yang sangat ketat
membatasi kuota wisatawan yang masuk ke negaranya demi
melestarikan budaya asli dan lingkungan alamnya.

#74
cinemapoetica.com
The New Normal 100 | 86
THE GROWTH
OF LOCAL TOURISM:
TOURISTS WILL
REDISCOVER
THEIR OWN
BACKYARD
#75
dikpora.jogjaprov.go.id

Geliat wisata sempat terhenti selama pandemi global keinginan orang Indonesia di tengah masa yang penuh Pertimbangannya di samping harga tiket mahal, bepergian
COVID-19. Tetapi data dari Booking.com mengungkapkan  ketidakpastian ini. ke luar negeri juga sangat ribet karena adanya ketentuan
bahwa hal ini tidak menghentikan orang-orang untuk protokol COVID-19. Di samping itu bepergian ke luar
melakukan perjalanan atau berwisata di masa yang akan Keinginan melakukan wisata domestik ini sebuah negeri juga mengandung risiko nyawa di tengah wabah
datang.  peningkatan dari periode yang sama tahun lalu ketika yang masih terus menyebar.
properti domestik seperti hotel menyumbang  55%  dari
Walaupun destinasi Internasional seperti Tokyo, Kuala yang masuk daftar keinginan. Pilihannya tak lain adalah wisata dalam negeri dengan
Lumpur dan Singapura terus menginspirasi impian jarak yang lebih dekat dan waktu yang lebih pendek. Yang
perjalanan wisatawan dari Indonesia, namun destinasi Dalam jangka dekat setelah PSBB dilonggarkan wisatawan akan menjadi motor bangkitnya pariwisata Bali dalam
wisata domestik meraih hampir 76% dari total daftar masih belum bepergian jauh keluar negeri. waktu dekat bukanlah turis asing melainkan domestik.

The New Normal 100 | 87


Bali yang ekonominya bertumpu pada pariwisata, sangat
terpukul selama pandemi COVID-19 berlangsung. Kunjungan
wisatawan baik domestik maupun internasional turun drastis
berkali-kali lipat. Bahkan pada April 2020, menurut Gabungan
Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), kunjungan wisatawan
mancanegara turun hingga 93% year to year.

Kabar baiknya, penanganan COVID-19 di Bali cukup


memuaskan sehingga korban positif dan meninggal relatif
bisa dikendalikan. Kearifan lokal yang dianut masyarakat Bali
walau jadi destinasi wisatawan asing ternyata terbukti
mampu menekan penyebaran Corona.

Peran desa adat cukup penting dalam membantu


meningkatkan kedisiplinan warga untuk mematuhi protokol
kesehaan pencegahan COVID-19. Mereka memiliki desa adat
yang sangat kuat yang berada di Banjar-Banjar. Untuk
penegakan hukum di desa adat mereka juga ada Pecalang
yang dipatuhi masyarakat.

#76
Hal ini membuat pemulihan pariwisata di Bali menyongsong
era new normal nanti menjadi lebih mudah. Pemerintah
bersama industri pariwisata sudah menyiapkan protokol new
normal bagi para pelaku pariwisata di Bali untuk segera
bangkit. Modal sosial yang kuat akan menjadi penggerak
cnnindonesia.com
bangkitnya pariwisata Bali setelah lesu dihajar COVID-19.

BALI REVIVAL:
THE POWER OF SOCIAL CAPITAL
#77
THE FALL OF
SENIOR TRAVELLERS
Bisa dikatakan, secara tidak langsung otentik dan validasi sosial, mereka lah
COVID-19 telah “membunuh” orang- yang akan menjadi penggerak
orang tua atau lanjut usia. Merekalah bangkitnya sektor pariwisata di masa
yang paling beresiko terkena virus new normal nanti.
Corona.
Survei yang dilakukan McKinsey di
Pun, di industri pariwisata, wisatawan Tiongkok menyebutkan bahwa kaum
yang berusia lanjut atau senior muda, single dan dari kelas menengah
travellers sementara akan mengurangi yang paling tinggi minatnya untuk
atau meniadakan aktivitas liburan di segera melakukan liburan setelah
luar karena adanya risiko tersebut. krisis ini berangsur pulih.

Sebaliknya wisatawan yang lebih Sekitar 60% orang yang memesan


muda, khususnya generasi milenial, tiket perjalanan di bawah
akan meningkat keinginannya untuk usia 30, peningkatan yang signifikan
berlibur pasca pandemi nanti. Sebagai dari 43% pada periode yang sama
konsumen yang haus akan pengalaman tahun lalu.

The New Normal 100 | 89


odysseytraveller.com
#78 Selama vaksin COVID-19 belum ditemukan, masyarakat
masih akan was-was untuk bepergian jauh atau melakukan
liburan, terutama yang mengharuskan naik transportasi
umum seperti kereta atau pesawat.

Wisatawan akan memilih destinasi yang dekat dari rumah


atau yang bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi.
Menggunakan mobil pribadi akan mengurangi risiko terkena
virus Corona, sehingga akan lebih aman bagi keluarga saat
berlibur.

Maka, peran pemandu wisata dan driver kendaraan wisata


sementara akan banyak dilakukan sendiri oleh wisatawan
untuk meminimalisasi resiko terpapar COVID-19.

Road-trip dengan kendaraan pribadi akan menjadi tren bagi


wisatawan, sekaligus lebih intim dengan keluarga maupun
sahabat kala berlibur. Liburan dengan campervan ala
nomadic juga bisa menjadi alternatif untuk liburan saat new
normal nanti.

journal.sociolla.com

SELF-GUIDED & SELF-DRIVEN TOURS


The New Normal 100 | 90
Masa recovery industri pariwisata menyambut
new normal nanti akan dipenuhi paket-paket
promo atau hot deals untuk menarik wisatawan
kembali melakukan liburan.

Apalagi setelah melakukan karantina atau stay


at home tidak ke mana-mana selama kurang
lebih 3 bulan, masyarakat disebut akan
melakukan “balas dendam” untuk segera bisa
berwisata.

Para pelaku pariwisata seperti hotel, travel


agent, airline hingga pengelola tempat wisata
bisa berkolaborasi merancang paket-paket hot
deals yang memberikan penawaran yang tidak
bisa ditolak oleh konsumen.

Promosi bersama antar pelaku pariwisata,


membuat produk bundling atau paket diskon
yang menggiurkan bisa dilakukan demi
membangkitkan sektor pariwisata yang sedang
terpuruk.
themulia.com

#79. HOT DEALS EVERYWHERE


Wellness tour adalah wisata minat khusus yang bertujuan
untuk kebugaran tubuh dan pikiran bagi
wisatawan. Secara global, permintaan akan wellness tour
telah berkembang pesat sejak 2013 dan pada 2018, wisata
ini tumbuh dua kali lebih cepat dari pariwisata umum
(Global Wellness Institute, 2018).

Wisatawan wellness menghabiskan lebih banyak uang per


perjalanan daripada wisatawan biasa, dan ini berlaku
untuk wisatawan domestik dan internasional. Ini karena
wisatawan wellness biasanya lebih makmur,
berpendidikan, dan mereka cenderung menjadi early
adopter yang akan mencoba pengalaman baru.

#80
Setelah COVID-19, wisata wellness akan menjadi pilihan
bagi wisatawan di masa new normal. Banyak orang
membutuhkan kebugaran pascakerja dengan rutinitas
balispirit.com
yang tinggi.

THE RISE OF
Atraksi seperti spa, yoga, meditasi atau mindfulness akan
menjadi alternatif bagi wisatawan yang mencari
ketenangan. Destinasi seperti Ubud, Borobudur atau

WELLNESS TOURISM
Banyuwangi tentu cocok untuk atraksi ini.

The New Normal 100 | 92


THE
“NEW” MICE:
DISTANCING,
OUTDOOR,
#81
winnetnews.com
VIRTUAL
Tiga tahun terakhir adalah era kejayaan leisure nasional, maupun internasional digelar di mana-mana. seminar/conference, online concert, bahkan online
economy yang tumbuh begitu cepat. Namun dengan Namun kini seolah semuanya lenyap diterjang exhibition.
adanya wabah COVID-19, pertumbuhan tersebut COVID-19.
sontak berbalik arah. Industri ini praktis mati suri Memperbaiki user experience untuk menandingi
”dibunuh” COVID-19. Tahun lalu kita masih Era new normal pasca pandemi, membuat industri pengalaman fisik menjadi tantangan yang tak
menyaksikan konferensi tingkat nasional, regional MICE harus berubah menyesuaikan protokol gampang. Karena itu, peluang pemanfaatan teknologi
global massif berlangsung tiap minggu. kesehatan dan pembatasan jarak atau social distancing. virtual reality dan augmented reality terbuka lebar
MICE di area outdoor dengan menerapkan physical untuk “New” MICE.
Pameran berbagai industri dari yang UKM hingga kelas distancing bisa dilakukan dengan risiko yang minim.
raksasa. Begitu juga beragam bentuk festival baik lokal, Inovasi digital bisa dilakukan dengan menggelar online
The New Normal 100 | 93
Di era new normal, konsumen menginginkan hotel yang
terjamin kesehatan dan kebersihannya. Tamu hotel juga
ingin meminimalisir kontak fisik atau sentuhan dengan
barang-barang khususnya di area publik.

Untuk menghindari kontak fisik atau sentuhan dari benda


asing, maka sebaiknya hotel menghilangkan barang-barang
yang tak perlu. Benda-benda tersebut dinilai dapat menjadi
penghantar dari adanya virus, jika tersentuh oleh manusia.

Sementara sebagian tamu suka dengan sentuhan mewah di


kamar hotel, sepertinya tren interior yang minimalis bakal
jadi kenormalan baru. Dengan lebih sedikit barang, proses
disinfeksi akan lebih mudah dan cepat dilakukan.

Amari Watergate di Bangkok telah memutuskan untuk

#82
meniadakan beberapa dekorasi. Begitu juga Four Seasons
Hotel di New York yang menanggalkan gantungan baju dan
ekstra linen, serta bantal dari kamar hotel mereka.

uniqhotels.com

HOTEL WITH MINIMALIST INTERIOR


BECOMES A NORM The New Normal 100 | 94
opentripkomodo.net

Pada bagian sebelumnya, kami menyebut “space” berlokasi agak terpencil akan menjadi pilihan desa-desa wisata yang punya kekayaan atraksi
akan menjadi “the new luxury” akibat pandemi bagi wisatawan yang mencari pengalaman dan budaya. Belajar membatik di desa wisata
COVID-19 yang mengharuskan wisatawan otentik dalam liburan. Daerah “rural” dan Yogyakarta, menikmati kopi Osing di pelosok
menjaga jarak atau social distancing. Wisatawan “remote” akan menjadi luxury escapes bagi Banyuwangi, atau mengunjugi desa Wae Rebo di
lebih memilih tempat-tempat wisata yang tidak wisatawan. Flores akan menjadi pengalaman yang unik dan
terlalu ramai atau padat pengunjung. otentik.
Wisatawan bisa mengeksplorasi daerah-daerah
Sehingga daerah wisata di pedesaan atau wisata yang selama ini jarang dikunjungi seperti

#83
RURAL & REMOTE = LUXURY ESCAPES
Belakangan ini istilah digital nomad semakin sering terdengar di
sela-sela perbincangan anak muda ketika sedang berada di coffee
shop atau coworking space. Dari namanya, aroma digitalisasi dan
DIGITAL NOMAD IS
THE NEW TRAVEL TREND
kemajuan teknologi sudah pekat tercium. Semakin manusia cepat
beradaptasi dengan gaya hidup digital maka potensi
produktivitasnya pun akan semakin maksimal. Terlebih dengan
adanya COVID-19 yang membuat transformasi digital semakin cepat.

Digital nomad merupakan sebutan bagi para pekerja tetap maupun


lepas yang bekerja dengan bantuan teknologi telekomunikasi untuk
mendapatkan penghasilan. Kebanyakan pekerjaan mereka lakukan
secara virtual, baik untuk meeting, menyelesaikan pekerjaan, hingga
diskusi. Semuanya dapat teratasi melalui segala perkembangan
teknologi saat ini.

Kelebihannya adalah, pekerjaan tersebut dapat terselesaikan


walaupun dilakukan dalam jarak yang jauh dan tidak bertatap muka
secara langsung dengan bos atau rekan kerja. Mereka yang
melakukan digital nomad biasanya memilih kafe-kafe Instagramable,
coworking space, atau hotel-hotel yang terjangkau di destinasi
wisata sebagai lokasi bekerja.

Misalnya bekerja beberapa minggu atau bulan di Ubud atau Canggu


sambil liburan kini mulai ramai dilakukan para digial nomad. Work-
live-play menjadi seimbang dan mulai menjadi pilihan bagi
wisatawan atau pekerja, khususnya di sektor digital.

#84
DI era new normal pasca pandemi nanti, gaya hidup digital nomad
akan menjadi tren baru liburan sambil kerja.

96 | The New Normal 100


ruangfreelance.com
THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

ENTERTAINMENT
Masalah yang muncul ketika orang terlalu lama merasa “terkurung” akan
mengarah pada depresi dan kesepian. Survei dari McKinsey menunjukkan, masa
krisis membuat ikatan keluarga semakin erat dan bisa saling mendukung emosi
satu sama lain. Namun, bagaimana dengan orang yang hidup sendiri?

Prevalensi gangguan kesehatan mental tentu akan lebih tinggi pada orang yang
hidup sendiri. Terlebih dengan situasi pembatasan sosial, kegiatan alternatif
mengisi waktu luang menjadi terbatas. Hidup akan terasa monoton.

Di Amerika, masa krisis membuat orang lebih sering merasa kesepian. Untuk
memperoleh dukungan mental di masa krisis, orang mulai memelihara hewan
sebagai teman untuk mendampingi aktivitas sehari-hari.

Survei dunia mengatakan organisasi penyelamatan hewan mengalami


peningkatan permintaan adopsi hingga 90%. Sementara itu, konteks di Indonesia
perilaku mengakses layanan Telehealth untuk konseling psikologi mulai marak.

#85
Sumber: Fox Business

LONELINESS
AND DEPRESSION
Sumber: Social Pro
The New Normal 100 | 98
Di tengah kebosanan karena stay @ home, layanan
entertainment streaming berbayar seperti Netflix,
Amazon prime, Spotify, hingga Iflix menjadi solusi.
Bulan lalu pelanggan Netflix di Italia 77% dan Spanyol
33% hanya dalam waktu kurang dari 1 bulan.

Di Indonesia selama bulan Maret 2020, watchtime


Youtube mengalami peningkatan 1.5X. Livestream
dan virtual concert menjadi mainstream baru di
dunia hiburan. Survei McKinsey menyebutkan
peningkatan akses ke online streaming sebesar 28%
oleh konsumen Indonesia selama pandemi ini.

Sumber: McKinsey & Company


Perilaku baru di era new normal nanti akan
mendongkrak home entertainment dan streaming
services. Konsumen lebih memilih menonton film di
rumah daripada ke bioskop atau berlangganan musik
streaming dibanding nonton konser. Model bisnis
STREAMING SERVICE
subscription akan menjadi “the new big thing”.
IS THE BIG WINNER
#86 The New Normal 100 | 99
Nonton di bioskop mungkin bukan pilihan yang bijak untuk mencari
hiburan di kala wabah Corona saat ini. Data dari Nielsen
menunjukkan, pada Maret 2020 lalu sekitar 50% orang akan
mengurangi aktivitas entertainment, termasuk salah satunya
bioskop.

Film blockbuster musim panas tahun ini terancam tidak dapat


ditayangkan karena pandemi virus Corona memaksa bioskop-
bioskop di seluruh dunia ditutup. Seiring pelonggaran PSBB nanti,
menghadapi era new normal, bioskop harus menyiapkan protokol
kesehatan di bioskop dengan menerapkan pembatasan jarak antar
penonton. Sehingga kapasitas kursi di bioskop akan dikurangi.

Selain itu drive-in theater yang pernah booming beberapa dekade


lalu bisa jadi solusi alternatif sementara untuk menyelamatkan
industri film. Bioskop drive-in merupakan cara menonton bioskop
dari dalam mobil masing-masing dengan menyambungkan suara
film yang ditonton ke dalam mobil masing-masing.

Sekarang, pandemi virus Corona kembali membawa tren bioskop


drive-in untuk menjawab masalah dari industri film. Indonesia

SOCIAL DISTANCE CINEMA


sendiri mulai merencanakan untuk membuat bioskop drive-in yang
akan diselenggarakan oleh Ergo and Co. Meskipun belum terealisasi
hingga sekarang, namun bioskop drive-in sudah dilakukan oleh
Meikarta, walaupun masih terkendala perizinan hak siar dari
medcom.id
produser film.

THE COMEBACK OF
THE DRIVE-IN THEATRE #87
#88
Penerapan social distancing selama pandemi membuat produksi film Di lain sisi, pergeseran aktivitas belajar anak-anak dari di sekolah
mengalami kesulitan. Alhasil proses produksi mengalami penundaan menjadi di rumah, menjadi salah satu faktor tingginya permintaan film

THE RENAISSANCE
yang berujung pada keterlambatan jadwal tayang. animasi selama COVID-19. Maka tak dipungkiri film animasi mengalami
pelonjakan produksi. Efeknya film animasi mulai bermunculan
Di saat produksi film biasa tak mampu lagi beroperasi maka produksi khususnya film animasi yang ditanyangkan melalu media streaming.

OF ANIMATION
film animasi menjadi opsi pengganti di masa COVID-19. Jadi tak heran
COVID-19 merupakan era keemasan bagi industri film animasi. Salah satunya adalah serial animasi Si AA yang diproduksi selama masa
karantina berlangsung oleh RANS Entertainment dan dirilis di youtube.
Alasannya cukup sederhana, film animasi tak membutuhkan banyak Melihat kondisi itu, maka inilah kesempatan emas untuk para sineas film
orang dan proses produksinya juga cenderung lebih mudah. Dan yang
terpenting biaya produksi lebih murah.
animasi untuk menunjukkan karyanya, menciptakan konten animasi
sebanyak mungkin, dan membuat era baru di dunia perfilman.
MOVIE
The New Normal 100 | 101
#89
MICRASHELL
FOR PARTYGOERS
Merespon hampir semua acara live dan pertemuan Membayangkan seperti apa clubbing di dunia pasca- mengonsumsi minuman tanpa memaparkan diri mereka
berskala besar dibatalkan untuk masa yang akan datang, karantina, Production Club, sebuah studio kreatif yang sendiri.
industri musik dan para senimannya sebagian besar berbasis di Los telah membuat konsep dan menciptakan
beralih ke livestreaming dan pengalaman virtual. Micrashell, sebuah prototipe alat pelindung diri (APD) Selain itu Micrashell memiliki sistem komunikasi suara
yang dirancang khusus untuk dunia malam atau clubbing. nirkabel berdasarkan pada kedekatan dan orientasi
Sementara ini para penggemar party berkumpul untuk dengan opsi yang dikendalikan pengguna untuk privasi.
clubbing melalui Zoom di rumah selama pandemi global Micrashell memiliki desain pelindung wajah kedap udara
Coronavirus. Namun, menonton DJ bermain sambil dan sistem filtrasi yang rumit, dengan tambahan khusus
berdiri di ruang tamu kosong tidaklah sama dengan seperti speaker berteknologi tinggi, mikrofon, elemen
sensasi larut malam di dance floor yang penuh sesak yang memungkinkan pemakai untuk melakukan vape dan
dengan teman-teman.

The New Normal 100 | 102


billboard.com
VIRTUAL CONCERT
Industri pertunjukan khususnya konser music termasuk yang
paling keras dihantam oleh wabah COVID-19. Pada masa
pandemi ini, sementara tidak ada lagi konser musik masal di
stadion atau concert hall dengan ribuan pengunjung. Banyak
konser harus dibatalkan akibat pemberlakuan PSBB dan para
penyelenggara mengalami kerugian.

Perubahan perilaku terjadi karena masyarakat akan melakukan


self distancing dengan menghindari aktivitas-aktivitas yang
melibatkan kerumunan massa. Pasca wabah COVID-19, digital
experience dalam bentuk virtual concert bakal menjadi
kenormalan baru di industri musik. Masyarakat lebih memilih
menonton konser secara virtual ketimbang fisik karena alasan
keamanan.

Menariknya, virtual concert menjadi sarana komunikasi baru


yang lebih intens bagi musisi dan penonton. Survei dari Nielsen
Music di Amerika (2020), 30% konsumen rela membayar tiket
untuk menyaksikan konser secara personal. 64% responden
puas akan pengalaman yang didapatkan selama menonton
konser virtual.

“More personal, more engage”

Dengan pengalaman yang berbeda, setelah wabah usai virtual

#90
loket.com
concert akan menjadi kenormalan baru di industri
entertainment.

103 | The New Normal 100


REBORN OF
CONSOLE GAMING.
THE RISE OF
ESPORT #91
skor.id

Minat console gaming meningkat drastis di Indonesia selama console gaming asal Jepang seperti Sony PlayStation dan Sejumlah platform untuk menyaksikan esport seperti Facebook
masa pandemi. Penerapan PSBB atau social distancing Nintendo Switch menjadi favorit masyarakat. Gaming, Youtube, dan Twitch juga mengalami lonjakan
membuat masyarakat Indonesia mengalami kebosanan dan penonton online. Karena hal itu sejumlah televisi juga mulai
salah satu cara untuk menyiasatinya adalah dengan terjun ke Sementara itu, esport memetik keuntungan tersendiri di melirik untuk menayangkan esport. Sejauh ini baru ESPN dan
dunia gaming. tengah masa pandemi Corona. Esport kini menjadi pilihan Fox Sports yang mulai menyiarkan esport dalam tayangan
utama setelah banyak yang tidak bisa melihat pertandingan mereka.
Hal ini akhirnya membuat pencarian console gaming di olahraga seperti sepak bola dari televisi atau langsung ke
Indonesia meningkat drastis. Data yang dihimpun dari iPrice stadion. Ditambah lagi sejumlah atlet terbaik dari sepak bola, Sementara itu, menurut laporan Nielsen Sports, balapan Texas
menunjukkan, pencarian konsol gaming di Indonesia basket, hingga pembalap profesional bermain esport sebagai Motor Speedway di seri eNASCAR iRacing menjadi tayangan
meningkat lebih dari dua kali lipat. Persentase peningkatan hiburan. esport paling ditonton hingga 30 Maret.
yang mencapai 204% selama masa pandemi. Di Indonesia,

The New Normal 100 | 104


#92. RETURN OF
TV VIEWERSHIP
Behavioral & A tudinal Changes - Tracking the Trend
Dalam buku Milenial Kills Everything (2019) kami mengatakan bahwa
% who have changed following behaviors because of COVID
milenial telah membunuh televisi. Tapi, COVID-19 telah menghidupkannya
86%
kembali, khusunya smart TV. TV Strikes back!!! Adanya pembatasan sosial Spend most of my me at home

More Iindonesians are Staying


mengakibatkan aktivitas stay @ home meningkat. Dampaknya, terdapat at Home
36%
“in-home” than those at Watch a lot more TV
pergeseran konsumsi media, dimana salah satu yang paling dominan adalah Impact
the start of the outbreak
47%
televisi. Reduced Ea ng out, cooking more

Switched to more Online shopping


14% 7-12th April
Online adop on on an Changing
TV memiliki keunggulan dasar yang tak mungkin dimiliki smartphone yaitu Online
1-6th April
upward swing Behaviors 25% 27-31st March
layar besar yang lebih ramah dilihat. Karena itu memasuki era “the death of Increased Online educa on 25-26th March

mobility” akibat social distancing, TV menemukan momentumnya kembali. 65%


Nutrition Consuming more Vitamins/ Jamu
Personal Finance has
been a concern from the 36%
Di berbagai negara, konsumsi menonton TV mengalami peningkatan. onset of outbreak Started worrying about Job/ Income
Financial
Menurut survei dari Nielsen pada 2018, bahkan frekuensi menonton TV Concerns 26%
hampir seimbang dengan penggunaan Smartphone. Reduced spending to save more

Rising trend in people Festives 25%


Thinking not to Mudik Sumber: Kantar 2020
re-considering Mudik Changes
Di Indonesia, menurut survei Kantar (2020) konsumsi TV meningkat 36%
selama masa karantina. Pelonjakan penonton televisi dibarengi dengan
minat orang terhadap konsumsi berita seputar perkembangan COVID-19.

Adanya pelonjakan penonton televisi akan terus berlanjut pasca COVID-19


berakhir. Mengingat stay @ home telah menjadi kenormalan baru.

The New Normal 100 | 105


THE NEW LIFE AFTER
NORMAL COVID-19
P R E D I C T I O N S

FLYING & AIRPORT


#93. FLYING GETS EXPENSIVE
Strategi paling gampang untuk menarik konsumen naik pesawat
kembali begitu PSBB dilonggarkan adalah dengan menawarkan
diskon dan tiket murah.

Namun rasanya langkah tersebut sulit diwujudkan karena baru saja


IATA (International Air Transport Association) mengumumkan
indikasi bahwa harga tiket pesawat bakal melonjak pasca pandemi.
Kenaikannya tak tanggung-tanggung mencapai 54% karena adanya
keharusan social distancing.

Menurut IATA, ketentuan protokol social distancing mengharuskan


maskapai penerbangan hanya menggunakan 62% dari total kapasitas
kursinya. Ketika load factor-nya turun maka konsekuensinya harga
tiket harus naik.

Namun celaka, masih menurut IATA, untuk break even saja setiap
pesawat setidaknya harus terisi 77% dari kapasitas total. Artinya,
bisa dibayangkan harga tiket pesawat bakal melonjak tinggi sehingga
tak terjangkau oleh konsumen kebanyakan.

Di samping harga tiket yang melonjak, keengganan masyarakat


untuk terbang juga dipengaruhi oleh faktor lain. Pertama, prosedur
terbang yang rumit dan ribet. Kedua, risiko tertular COVID-19
selama penumpang berada di airport maupun di dalam pesawat.

The New Normal 100 | 107


Dengan adanya social distancing, so pasti layout dan desian interior
pesawat akan berubah.

Dengan adanya ketentuan dari IATA bahwa kapasitas tempat duduk


hanya diperbolehkan 62% saja, maka sudah pasti wajah dalam pesawat
akan berubah. Yang paling sederhana adalah membiarkan middle seat
tidak terpakai. Tapi kelemahannya, kapasitas penumpang yang
tertampung akan berkurang banyak.

Oleh karena itu pembuat pesawat harus memutar otak agar kapasitas
penumpang tetap bisa mendekati kapasitas maksimalnya, tapi dengan
tetap memenuhi ketentuan social distancing. Salah satunya adalah
desain yang diusulkan oleh Avio Interiors, sebuah perusahaan
perancang interior pesawat asal Italia.

Dalam usulan ini, posisi middle seat diputar balik. Untuk menghindari
kontak dan potensi penularan, Avio menambahkan sekat transparan
yang membatasi penumpang satu dengan yang lainnya.

Barangkali first class pesawat nanti dibedakan bukan dari kemewahan


layanan inflight entertainment atau sajian makanan-minuman. Tapi dari
seberapa aman ruang first class itu dari paparan COVID-19. Kalau
memang betul begitu, maka first class pasca pandemi bakal amat mahal

#94
karena membutuhkan ruang kabin yang super luas.

AIRPLANE DESIGN REDEFINED


INFLIGHT MEALS
IS A THING OF THE PAST
Saat pandemi maskapai memangkas bahkan menghilangkan sama sekali layanan
makanan-minuman di dalam pesawat, Southwest Airlines misalnya, meniadakan
snack dan minuman untuk semua penerbangannya sampai waktu yang tak
ditentukan. American Airlines meniadakan seluruh makanan dan hanya
menyediakan minuman kaleng untuk seluruh penerbangan di bawah 4,5 jam.

Kita tahu, makanan dan minuman yang disajikan di pesawat akan berpotensi
menjadi sumber penularan virus selama di perjalanan. Makanan fresh dan
disajikan panas atau minuman yang dituang tentu akan dihindari oleh
penumpang karena berpotensi membawa virus. Minuman mungkin hanya
disajikan dalam bentuk kemasan kaleng sehingga mengurangi risiko penularan.

Alih-alih membeli makanan-minuman di pesawat, para penumpang akan lebih


aman jika membeli makanan-minuman di contactless vending machine di bandara
sebelum mereka boarding.

Memberikan layanan makanan-minuman di dalam pesawat juga sangat berisiko


jika muncul kasus dimana penumpang merasa tertular saat makan di satu
maskapai penerbangan tertentu dan kemudian ia men-share keluhannya ke
media sosial dan memicu viral.

#95
Ketika itu terjadi maka kepercayaan konsumen akan hancur. Reputasi yang
selama ini dibangun susah payah tiba-tiba hancur hanya karena kasus tersebut.
Dan akibatnya masyarakat mencap maskapai tersebut sebagai sarang penularan
COVID-19.

The New Normal 100 | 109


Air Passenger Volumes

Baru kali ini dalam sejarah pariwisata dunia lebih dari 90% World Economic Forum (WEF) baru-baru ini juga
populasi masyarakat di dunia tinggal di negaranya mengeluarkan inisiatif pembentukan sistem traveller
masing-masing karena pemberlakuan travel restrictions digital identity untuk menggenjot comeback-nya sektor

#96. DIGITAL
akibat pandemi COVID-19. Akibatnya penurunan volume penerbangan dan pariwisata
penumpang pesawat udara di tahun 2020 melebihi 110%
dibanding akhir tahun 2019. Paspor baru ini berisi identity data mengenai data

HEALTH PASSPORT
personal dan kesehatan sehingga para pengunjung dapat
International Air Transport Association (IATA) akan diverifikasi apakah terbebas dari risiko terjangkit virus
bekerjasama dengan berbagai organisasi terkait kesehatan Corona.
dan pariwisata di setiap negara untuk meminimalisir
ketakutan dan risiko para penumpang pesawat ketika Hal ini merupakan cikal bakal digital health pasport. Ke
melakukan cross-border travel. depan para wisatawan harus memiliki dua jenis paspor,
yaitu paspor kewarganegaraan dan paspor kesehatan.
110 | The New Normal 100
#97 Memastikan kesehatan dan kebersihan di setiap sudut bandara
dan pesawat udara menjadi hal terpenting di saat pandemi
COVID-19. Tujuannya untuk menjamin keselamatan penumpang
terbebas dari paparan virus.

Hal ini menjadi konsern utama International Air Transport


Association (IATA) dalam mengeluarkan kebijakan dan anjuran
bagi maskapai udara di seluruh negara.

Baru-baru ini IATA menerbitkan Restarting Aviation Following


COVID-19 berisi anjuran yang harus dilaksanakan oleh seluruh
maskapai penerbangan perihal protokol kesehatan dan
kebersihan dalam penanggulangan COVID-19.

Beberapa poin yang dianjurkan oleh IATA ialah prosedur:


temperature screening, symptom screening, personal protective
equipment, physical distancing, cleaning disinfection, COVID-19
testing hingga pengecekan immunnity passport.

Hal ini menjadi babak baru bagi standarisasi kesehatan dan


kebersihan di dunia penerbangan dimana faktor kesehatan

AIRPORT HEALTH & menjadi kenormalan baru bagi standar prosedur penerbangan
internasional.

SAFETY IS A NEW NORM


The New Normal 100 | 111
Airport sudah identik dengan antrian. Masuk bandara antri. Check-in antri.
Dan masuk pesawat pun harus antri. Padahal social distancing
mengharuskan setiap calon penumpang menjaga jarak sekitar 1-2 meter.

Apa jadinya kalau social distancing diterapkan di bandara? Dengan jarak


antar pengantri 1-2 meter, bisa jadi panjang antrian akan mengular hampir 1
Km untuk antrian satu pesawat saja. Pertengahan tahun 2019 lalu misalnya
jumlah penerbangan di Bandara Soetta mencapai 16.000 atau seharinya
sekitar 530 penerbangan. Bisa dibayangkan, pasti bandara tak akan cukup

#98
menampung calon penumpang ketika protokol social distancing
diterapkan.

Karena itu, mau nggak mau otoritas bandara harus meniadakan antrian
kalau tak ingin bandara menjadi episentrum penularan COVID-19. Goodby

GOODBY
long, crowded lines.

Caranya bagaimana agar antrian sirna? Pemecahannya pasti menggunakan


solusi digital dengan sistem reminder atau notofikasi melalui smartphone
calon penumpang. Ketika jumlah calon penumpang begitu besar di bandara
maka untuk menjamin aliran penumpang bisa steady flow maka barangkali

LONG,
dibutuhkan teknologi artificial intelligence untuk mengaturnya.

Namun kondisinya tak seburuk yang kita bayangkan. Kenapa? Karena


dalam waktu yang cukup lama, berbulan-bulan bahkan mungkin 1-2 tahun
ke depan, bandara tak akan sekrodit seperti sebelum pandemi. Ya, karena

CROWDED
masyarakat masih enggan terbang karena berbagai pertimbangan pelik.

Blessing in disguise, bandara yang tak kunjung ramai ini memberi jeda
waktu bagi pengelola bandara untuk mempersiapkan segala sesuatunya
untuk menata manajemen antrian.

112 | The New Normal 100


LINES
CONTACTLESS,
SELF-SERVICE
IN AIRPORT
#99
Untuk menunjang keamanan para penumpang pesawat, meminimalisir kontak fisik penumpang mulai dari pre- penyemprotan disinfektan sebelum masuk ke dalam
bandara di berbagai negara mengembangkan sistem yang entry check, security check, sampai penumpang boarding. pesawat. Bandara ini juga mempersiapkan sistem
meminimalisir kemungkinan penumpang melakukan contacless self-service baggage untuk memasukkan dan
kontak dengan banyak orang. Mulai dari pertama kali Mulai dari proses pre-entry check para penumpang mengambil bagasi penumpang secara mandiri.
bandara sampai masuk ke dalam pesawat. Contactless dihimbau untuk memakai masker dan mempersiapkan e-
service kini menjadi standar industri. borading mereka. Lalu penumpang akan berjalan di mesin Dalam waktu yang tak lama bandara-bandara lain di
thermal scan dan harus memperlihatkan Aarogya Setu App seluruh dunia akan menerapkan prosedur contactless
Salah satu bandara udara yang sigap menerapkannya yang disiapkan Pemerintah India untuk menunjukkan journey untuk memastikan keselamatan penumpang
adalah bandara internasional Bengaluru di India. Mereka pesan verifikasi ”you-are-safe”. Lalu boarding pass termasuk bandara-bandara di Indonesia.
memperkenalkan inovasi contacless procedure yang penumpang akan diverifikasi pada sebuah layar, hingga

The New Normal 100 | 113


#100
Untuk menunjang prosedur kesehatan COVID-19 bandara udara wajib
meminimalisir kontak fisik penumpang. Maka digitalisasi bandara adalah
solusi paripurna menghadapi pandemi.

Digitalisasi meminimalkan kontak fisik di sepanjang traveller journey secara


end-to-end. Mulai dari sistem self check-in menggunakan barcode pada layar
komputer, penggunaan thermal scan dan alat pendeteksi logam, hingga
layanan self baggage claim.

Angkasa Pura II sudah menerapkan sistem smart airport dimana penumpang


bisa memanfaatkan berbagai kemudahan digital untuk menunjang
produktifitas. Mulai dari self check-in dan self baggage drop demi menunjang
prosedur keselamatan COVID-19 yang mengharuskan tidak adanya kontak
fisik antarpenumpang.

Di sisi lain pengembangan teknologi pada alat pendeteksi virus COVID-19

DIGITAL
yang diletakkan di bandara juga semakin berkembang. Salah satunya di
Bandara Internasional Uruguay. Bandara ini sudah menggunakan mesin
pendeteksi risiko terpapar COVID-19. Di sini para penumpang bisa dideteksi
melalui alat pemindai wajah melalui analisa data pribadi kesehatan mereka
dan sejarah perjalanan mereka sebelum sampai di bandara.

AIRPORT
Ini adalah era baru di dunia kebandarudaraan dimana digitalisasi bukan
hanya dilakukan untuk menunjang kepraktisan, namun juga menciptakan
rasa aman di kala risiko terpapar COVID-19 terus mengintai.
References
Family Life
1. The American Worker Pulse Survey, KPMG, April 2020.
2. Survey: Indonesian Consumer Sen ment during the Coronavirus Crisis, McKinsey, Juni 2020.
3. Re-energizing through the epidemic: Stories from China. McKinsey, April 2020.
4. Mary Ellen, “Survey: Cooking More at Home Could Become the New Normal Post-Pandemic,” foodnavigator-usa.com, 15 April 2020.
5. Consumer’s Survey Finding from PwC Health Research Ins tute, The COVID-19 pandemic is influencing consumer health behavior. What does this mean for health insurers?, Mei 2020.

Urban Life & The City


6. Kate Connolly, ‘Cleaner and Greener’: COVID-19 Prompts World’s Ci es to Free Public Space of Cars, The Guadian, 18 Mei 2020.
7. Sameh Wahba, Jan Vapaavuori, A Func onal City’s Response to the COVID-19 Pandemic, Sustainable Ci es, 27 April 2020.
8. The Wire, A er the Pandemic, Will We Rethink How We Plan Our Ci es?, 30 April 2020.
9. Michael Kimmelman, Can City Life Survive Coronavirus?, The New York Times, 22 Maret 2020.
10. Jack Shenker, Ci es A er Coronavirus: How COVID-19 Could Radically a Urban Life, The Guardian, 26 Maret 2020.
11. Alissa Walker, Coronavirus is Not Fuel for Urbanist Fantasies, Curbed, 20 Mei 2020.
12. WWF, Greener City Life: How COVID-19 Could Shape the Future of Urban Living, 2020.
13. Damian Holmes, How Will Our Ci es Change A er COVID-19?, WLA, 6 Mei 2020.
14. UBS, Research View: COVID-19, 2020
15. reSite, Seven Ways COVID-19 is Reshaping Our Ci es, 2020
16. Bain & Company, Spa al Economics: The Declining Cost of Distance, 2020.
17. Steve LeVine, The Harsh Future of American Ci es, GEN, 4 Mei 2020.
18. Alex Davies, The Pandemic Could Be An Opportunity to Remake Ci es, WIRED, 13 April 2020.
19. Phil Myrick, The Recovery Will Happen in Public Space, Project for Public Space, 16 Mei 2020.
20. The Conversa on, We Can’t Let Coronavirus Kill Our Ci es. Here’s How We Can Save Urban Life, 5 Mei 2020.
21. Jill L Grandt, What Ci es Can Learn From Lockdown about Planning for Life A er the Coronavirus Pandemic. The Conversa on, 28 April 2020.
References
Social & Religious Life
22. “Beyond The Pandemic-What will the Criminal Lanscape Look Like a er COVID-19?”, europol.europa.eu, 30 April, 2020.
23. Yakub Pryatama Wijayatmaja, “Lima Bulan Pandemi COVID-19, Kriminalitas Naik 7 Persen”, Mediaindonesia.com, 18 Mei, 2020.
24. Gabriel Langga, “Pemkab Terapkan New Normal, Uskup Tetap Kebak an Live Streaming”, Mediaindonesia.com, 30 Mei, 2020.
25. “Asia Today: Indonesians Return to Mosques, at a Distance”, mainichi.jp, 29 Mei, 2020.
26. Lebo Diseko, “Virus Corona: Apa Dampak COVID-19 terhadap Tata Cara Ibadah Agama?”, bbc.com, 11 Maret, 2020.
27. Jeyhun Aliv, “Turkey Resumes Mass Prayers a er Pandemic Lockdown”, aa.com.tr, 29 Mei, 2020.
28. Hery H Winarno, “Belum akan Diterapkan, Bupa Anas dan NU Bahas New Normal Tahlilan-Pengajian”, merdeka.com, 28 Mei, 2020
29. Coronavirus: How ‘Sercet Burials’ in South Africa could Help Tackle COVID-19, bbc.com, 11 Mei, 2020.
30. ET Online, “Coronavirus may have Long-Term Social Behavior Effects”, economic mes.india mes.com, 22 April, 2020.
31. Max Fisher, “What will Our New Normal Fell Like? Hints are Begining to Emerge”, ny mes.com, 21 April, 2020
32. EYQ, Beyond COVID-19: Will You Define the New Normal or Watch It Unfold?, 2020.
33. Vox, The Legacy of The Pandemic: 11 Ways It Wil Change the Way We Live, 2020.

Digital Life & Privacy


34. Deloi e, COVID-19 Introduces New Security and Privacy Challenges 2020.
35. MIT Technology Review, We Need Mass Surveillance to Fight COVID-19—but it doesn’t have to be Creepy., 2020.
36. Amnesty Interna onal, How China Used Technology to Combat COVID-19 – and Tighten its Grip on Ci zens, 2020.
37. Deloi e, COVID-19 Response Capabili es ; Rapidly Comba ng COVID-19 with Resilience Cybersecurity and Privacy, 2020.
38. Deloi e, COVID-19 introduces New Security and Privacy Challenges, 2020.
39. McKinsey, Cybersecurity Tac cs for the Coronavirus Pandemic, 2020.
40. Deloi e, Privacy and Data Protec on in the Age of COVID-19, 2020.
41. McKinsey, COVID-19 Global Health and Crisis Response, 2020.
42. Nielsen, COVID-19: New Norm Emerging in Singaporean Consumers Behaviour, 2020.
43. Nielsen, Key Consumer Behaviour Thresholds Iden fied as the Coronavirus Outbreak Evolves, 2020.
44. Deloi e, COVID-19’s Impact on Cybersecurity, 2020.
45. Accenture, COVID-19: 5 New Human Truths that Experiences Need to Address, 2020.
46. Accenture, How COVID-19 will Permanently Change Consumer Behaviour, 2020.
47. Deloi e, Consumer Banking Remade by COVID-19, 2020.
References
Shopping & Consuming
48. Melissa Singer, “The Future of Shopping: Fi ng Rooms, Beauty Testers Face COVID-19 Axe”, smh.com.au, 17 Mei, 2020.
49. Swinny, “Bagaimana Belanja Produk kecan kan saat New Normal Nan ?”, editorial.femaledaily.com, 31 Mei, 2020
50. Ajita Shashidhar, “Appointment Shopping, Online Selling to Become New Retail Norms Post Coronavirus Lockdown”, businesstoday.in, 29 April, 2020.
51. Melissa Repko, “Best Buy Will Start to Reopen to Customers with Appointments for In-Store Consulta ons”, cnbc.com, 28 April, 2020
52. Holly Briedis, Anne Kronschnabi, Alex Rodriguez, Kelly Ungerman, “Adap ng to the Next Normal in Retail: the Customer Experience Impera ve”, mckinsey.com, 14 Mei, 2020.
53. Praveen Adhi, Andrew Davis, Jai Jayakumar, Sarah Touse, “Reimagining Stores for Retail’s Next Normal”, mckinsey.com, 22 April 2020.
54. Chris Walton, “The Domino Effect: 5 Ways Coronavirus Will Forever Change Retail”, forbes.com, 1 April 2020.
55. Rebecca Meiser, “Self-help: Cashierless Retail has Arrived”, icsc.com, 13 April, 2020.
56. PYMNTS, “Reinve ng Retail Wil Mean Embracing New Formats”, pymnts.com, 28 April, 2020.
57. Kevin Rizky Pratama, “Pengalaman Belanja Tanpa Kasir di BlibliMart”, tekno.kompas.com, 1 Januari, 2020.
58. Ratul Shah, “Cashierless Stores and Pop-Up Shops: Food Retail Responds to COVID-19”, the-future-of-commerce.com, 29 April, 2020.
59. Kevin Smith, “Next at the Grocery Store: Single Lines, Cashierless Tech, More Delivery”, dailynews.com, 15 Mei, 2020.
60. Cate Tro er, “The Automated Personal Assistant and the Future of Retail”, insider-trends.com.
61. Sri Niviyan , “Sisi Lain Pandemi COVID-19, Produk Pertanian Lokal Laku Keras”, money.kompas.com, 23 April, 2020.
62. Redaksi We Online, “Sokong Pertanian di Tengah COVID-19, BPPSDMP Kementan Gelar FGD Soal Closed Loop”, wartaekonomi.co.id, 7 Mei 2020.
63. Hope Neiman, “Contactless Ordering and Other Tips to Navigate COVID-19”, qsrmagazine.com, April, 2020
64. Ian Dickson, “Life a er COVID-19: How Social Distancing is Disrup ng Retail”, 360.here.com, 11 Mei, 2020.
65. Stephanie Burns, “4 Business Trends Emerging From COVID-19”, forbes.com, 22 April, 2020.
66. Accenture, Respond, Reset and Renew: Naviga ng the Impact of COVID-19 in Consumer Goods, 2020.
67. Accenture, How COVID-19 Will Peramanently Change Consumer Behaviour, 2020.
68. McKinsey & Company, How Chinese Consumer Are Changing Shopping Habits In Response to COVID-19, 2020.
69. PwC. How Retailers Can Managae and Recovery from COVID-19. 2020.
References
Working & Professional Life
70. Stephen Connaughton, “Data Shows How Coronavirus Has Influenced Employer Branding”, business.linkedin.com, 21 April, 2020.
71. Sheryl Estrada, “LinkedIn: Employer Branding Embraces Empathy”, hrdive.com, 24 April, 2020.
72. Joshbersin, “COVID-19 May be the Best Thing that Ever Happened to Employee Engagement”, joshbersin.com, 25 April, 2020.
73. Courtney Connley, Abigail Hess, Jennifer Liu, “13 Ways the Coronavirus Pandemic Could Forever Change the Way We Work”, cnbc.com, 29 April, 2020
74. Unseco. “Educa on: From Disrup on to Recovery”, en.unesco.org, 2020.
75. Erica Volini, Jeff Schwartz, Brad Denny, “Returning to Work in the Futuer of Work”, deloi e.com, 16 Mei, 2020.
76. Bernard Marr, “8 Job Skills to Succed in A Post-Coronavirus World”, forbes.com, 17 April, 2020.
77. Gracia Williamson, “The New World Order: Jobs for A Post-Pandemic Future”, blogs.Ise.ac.uk, 4 Mei, 2020.
78. Bianca Miller Cole, “7 Skills Employers Look for During and A er A Pandemic”, forbes.com, 30 April, 2020.
79. James Milligan, “5 Technology Skills Companies Will Need A er COVID-19”, siliconrepublik.com, 18 Mei, 2020.
80. Morteza Syaria A, “Survei LIPI: 78% Pekerja Tetap Produk f selama WFH”, tagar.id, 21 Mei, 2020.
81. Laura Begley Bloom, “Coronavirus Career Advice: 27 Best Work From Home and Remote Jobs”, 1 April, 2020.
82. Harry Kretchmer, “Why ‘Video Call Fa gue’ Might Be Making You Tired During Lockdown – and How to Beat It”, europeans ng.com, 6 Mei, 2020.
83. Libbi Sander, Oliver Bauman, “5 Reason Why Zoom Mee ngs are so Exhaus ng” theconversa on.com, 6 Mei, 2020.
84. Liz Fosslien, Mollie West Duffy, “How to Combat Zoom Fa gue”, hbr.org, 29 April, 2020.
85. David Amstrong, “Zoom Fa gue”, wealthmanagement.com, 1 Mei, 2020.
86. Jus n Lavelle, “Gartner CFO Survey Reveals 74% Intend to Shi Some Employees to Remote Work Permanently”, gartner.com, 3 April, 2020.
87. Dane Stangler, “Here are Three Reason COVID-19 Makes Coworking Spaces Even More Important”, forbes.com, 3 April, 2020.
88. Berta Calders, “What Coworking Space Say About the Impact of the Coronavirus – Results of the Survey”, socialworkplaces.com, 20 Maret 2020.
89. Sapana Agrawal, Aaron De Smet, Sebas en Lacroix, Angelika Reich, “From the COVID-19 Crisis, Companies Should Start Reskilling Their Workforces Now”, mckinsey.com, 7 Mei 2020.
90. Tarik Alatovic, Meraj Chhaya, Shweta Juneja, Kate Smaje, Alex Sukharevsky, “Driving Digital Changer During A Crisis: the Chief Digital Officer and COVID-19”, mckinsey.com, 20 April 2020.
References
Learning & Schooling
91. McKinsey & Company, Coronavirus: How Should US Higher Educa on Plan for An Uncertain Future?, 2020.
92. Deloi e, COVID-19’s Impact on Higher Educa on Strategies for Tackling the Financial Challenges Facing Collages and Universi es, 2020.
93. Melissa Wiley, COVID-19: Countries Around the World are Reopening Their School. This is What It Looks Like, World Economic Forum, 2 Mei 2020.
94. World Economic Forum, COVID-19: These Countries Show Us What Educa on Looks Like A er Lockdown, 14 Mei 2020.
95. Kris na Rizga, What Teachers Need to Make Remote Schooling Work, The Atlan c, 13 April 2020.
96. Valerie Strauss, Students Wearing Masks Return to School as some Countries Start to Reopen During COVID-19 Crisis. Here’s What That Looks Like. The Washington Post. 4 Mei 2020.
97. Learning Policy Ins tute, Reopening Schools in the Context of COVID-19: Health and Safety Guidelines from Other Countries, 2020.
98. McKinsey & Company, Safetly Back to School A er Coronavirus Closures, 2020/
99. McKinsey & Company, School-System Priority in the Age of Coronavirus, 2020.
100. Unicef, What Will A Return to School During the COVID-19 Pandemic Look Like?, 2020.
101. Kristal Knapp, “Report Examines How COVID-19 Pandemic Will Change Public Educa on In New Jersey”, planetprinceton.com, 21 Mei 2020.
102. Sally Peck, Camilla Turner, “Is It Safe to Send My Child Back to Primary School, and When Will Secondary Schools Reopen?”, telegraph.co.uk, 7 Juni 2020.
103. Team ParentCircle, “Na onwide Survey On Parents’ Responce to Coronavirus”, parentcircle.com, 2020.
104. Holly Kurtz, “Na onal Survey Tracks Impact of Coronavirus On School: 10 Key Findings”, edweek.org, 10 April 2020.
105. D. Christoper Brooks, Susan Grajek, “Students’ Readiness to Adopt Fully Remote Learning, 12 Maret 2020.

Leisure & Travelling


106. Dan Reed, Coronavirus Won’t Kill Leisure Or Business Travel, But It Will Change Then Significantly, Perhaps Forever, Forbes Media, 15 April 2020.
107. Boston Consul ng Group, Breaking Ground on A New Era in Lodging, 11 Mei 2020.
108. PYMNTS, COVID-19 Disrupts Leisure In Us, But China Expects ‘Revenge Travel’ Boost, 17 April 2020.
109. U.S Travel Industry, COVID-19 Travel Industry Research, 2020
110. UK Ac ve, COVID-19 A Framework for the Re-Opening of Gym, Leisure Centre and Wider Fitness Industry during Social Distancing, 2020.
111. Deloi e, Impact of COVID-19 on the Hospitality Industry, 2020.
112. Travel and Tour World, Domes c Leisure to Lead Tourism Industry;s COVID-19 Recovery, 23 Mei 2020.
113. Antonio Santos del Valle, The Tourism Industry and The Impact of COVID-19: Scenarios and Proposals, 2020.
114. Lauryn Chamberlain, How Business and Leisure Travel Can Come Back Post COVID-19, kombr media, 8 April 2020.
115. Elizabeth Becker, How Hard Will the Coronavirus Hit the Travel Industry?, Na onal Geographic, 2 April 2020.
116. Elaine Glusac, How Will COVID-19 Affect Future Travel Behavior? A Travel Crisis Expert Explain, The New York Times, 15 April 2020.
117. Deloi e, How Can Hospitality, Travel, and Tourism Bounce Back Stronger A er COVID-19, 16 April 2020.
118. PwC, Where Next for Travel and Leisure?, 2020.
References
Entertainment
119. Elina Dockterman, Streaming Was Already Up 13% Last Weekend. Can Movie Theaters Survive COVID-19?, TIME, 18 Maret 2020.
120. August Brown, Ar st Live Indusrty Brace for a Year Without Concert: ‘Is There a Be er Place for Spreading Disease?’, Los Angel Times, 17 April 2020.
121. Paul Bradshaw, Unscripted Telly and Sci-Fi Escapism: How COVID-19 Will Change the Futuer of Film and TV, NME, 15 Mei 2020.
122. VOX, How the Coronavirus Outbreak is Rolling the Film and Entertainment Industries, 13 Mei 2020.
123. Herb Scribner, Movie Theaters have Gone Dark, What Does This Mean for Their Future?, DeseretNews, 18 Mei 2020.
124. CNN, Drive-In Movie Theaters are Making a Comeback Thanks to Coronavirus, 23 Mei 2020.
125. Adam Behr, Five Ways Musician are Responding to the Coronavirus Crisis, The Conversa on, 1 Mei 2020.
126. Kate Whi ng, This is How Coronavirus has Changed The Film and TV Indistry, World Economic Virus, 4 Mei 2020.
127. Giselle Wakatama, Hunter Valley Drive-In Cinema Predicts a Boom A er Coronavirus Restric on Li , ABC News, 14 Mei 2020.
128. Orlando Crowcro , Life A er Lockdown: Will Live Music Survive a Post-Coronavirus World?, Euronews, 14 Mei 2020.
129. Kris n M Burke, Report of the Death of the Film Industry Have Been Greatly Exaggerated, The Guardian, 14 April 2020.
130. David Sims, Hollywood Is Facing An Existen al Crisis, The Atlan c, 24 Maret 2020.
131. Jim Sullivan, What Will The Future of Concert Look Like A er the Pandemic?, The ARTery, 4 Mei 2020.
132. Kaleem A ab, Why Cinemas Will Bounce Back from the Coronavirus Crisis, BBC Culture, 6 April 2020.

Flying & Airport


133. Dirk-Maarten Molenaar, Fernando Bosch, Jason Guggenheim, Pranay Jhunjhunwala, Hean Ho Loh, Ben Wade, The Post-COVID-19 Flight Plan for Airlines, BCG, 2020.
134. McKinsey & Company, Coronavirus: Airlines Brace for Severe Turbulance, 2020.
135. Deloi e, COVID-19: Rising to the Challenge with Resilience, 3 April 2020.
136. Deloi e, How COVID-19 is Challenging Orthodoxies in Airport Customer Experience, 2020.
137. PhocusWire, Coronavirus is Reshaping the Airport Experience of the Future, Part 1, 28 April 2020.
138. ACI Insight, COVID-19: Adap ng the Airport Experience in Turbulent Times, 10 April 2020.
139. Andrea Serra, Chris ne Leong, Here’s What Traveling Could Be LikeA er COVID-19, World Economic Forum, 6 Mei 2020.
140. Kevin Zajax, The Road to Recovery: Preparing for Airport F&B and Retail Post COVID-19, Modie Davi Report, 23 April 2020.
141. Sophie-Clara Hoeller, From Longer Waits to Blood Tests, Here are 18 Ways Flying Could Change, Insider, 20 Mei 2020.
Get The E-Book
THE SURVIVAL
TACTICS
Building Brand THE RISE OF CONSUMER during Covid-19 Crisis
THE

in the Covid-19 Crisis Giving


BEHAVIOR
NEW
Every Brand Is Empathic Brand
STAY @
Yuswohady Empathy
Responsible
HOME SURVIVAL
NORMAL
Amanda Rachmaniar

ECONOMY INNOVATION
AFTER COVID-19 IDEAS
PREDICTIONS
Useful
T h a t M a t t e r
Get other book at:
www.inventureknowledge.id

Solution YUSWOHADY | FARID FATAHILLAH | GILANG BRILLIAN


YUSWOHADY | FARID FATAHILLAH | AMANDA RACHMANIAR | ISTI HANIFAH YUSWOHADY | GILANG BRILLIAN | AMANDA RACHMANIAR | FARID FATAHILLAH

ow g

CORONA A T T R A CT

UNIVERSAL MUSLIM SELLING


LEBARAN PAID

SHARIAH FROM
media

CO
MARKETING

E CT

NV E
CONN

RT
B2C
EARNED OWNED
DURING THE DIGITAL

HOME
media SELLING media

MATTERS
Digital Spiritual Empathic
PRODUCTS, BUSINESSES
AND HABITS C vid-19 Survival Tactics to Engage, Sell, and Keep SHARED
KILLED BY Your Most Valuable Customers during
COVID-19
media

COVID-19 GELIAT BISNIS DI TENGAH PANDEMI


EVERYTHING
YUSWOHADY ISTI HANIFAH
FARID FATAHILLAH GILANG BRILLIAN
"More Digital, More Spiritual” YUSWOHADY | HASANUDDIN ALI | AMANDA RACHMANIAR | GILANG BRILLIAN | ISTI HANIFAH | FARID FATAHILLAH

YUSWOHADY | AMANDA RACHMANIAR | FARID FATAHILLAH | GILANG BRILLIAN | ISTI HANIFAH YUSWOHADY | TUHU NUGRAHA | GILANG BRILLIAN

More info:
bit.lt/inventureknowledgewebinar
0877 3411 5676 - Sabil
Navigating
ow g Covid-19 get the
Webinar Series EBOOK
for every
webinar

#1 WINNING THE NEW NORMAL #5 CORONA KILLS MILLENNIALS


with "SURGE" Strategy Model: How They Change. How to Win Them.
SURvival, Recovery, Growth & Expansion Senin, 13 Juli 2020 | Pukul 14.00 |
Senin, 15 Juni 2020 | Pukul 14.00 |
#6 DIGITAL CONSUMER REVOLUTION POST-CORONA
#2 FAMILY BEHAVIOR SHIFTINGS The Behavior Megatrends | The Strategy
The Household Consumption Outlook Post-Corona Senin, 20 Juli 2020 | Pukul 14.00 |
Senin, 22 Juni 2020 | Pukul 14.00 |
#7 BANKING CONSUMER BEHAVIOR SHIFTINGS
#3 MEDIA CONSUMPTION+HABIT IN THE NEW NORMAL IN THE NEW NORMAL
The NEW Era of Marcomm & Branding Challenge & Opportunity
Senin, 29 Juni 2020 | Pukul 14.00 | Senin, 27 Juli 2020 | Pukul 14.00 |

#4 RETAIL DISRUPTION & CHANNEL MEGASHIFTS


IN THE NEW NORMAL
Go-to-Market Strategy Redefined!
Senin, 6 Juli 2020 | Pukul 14.00 |

Registration
More info:
bit.ly/inventureknowledgewebinar
0877 3411 5676

Inventure ID @inventureID @inventureknowledge www.inventureknowledge.id


Get other ebooks at:
www.inventureknowledge.id

Yuswohady
yuswohady@gmail.com
Farid Fatahillah
Faridferre@gmail.com
Amanda Rachmaniar
arachmaniar@hotmail.com
Gilang Brillian
gilangpopo@gmail.com
Isti Hanifah
istihanifah11@gmail.com

Design e-book:
C 2020 Muhammad Ikbal
www.inventure.id ikbaal23@gmail.com

You might also like