You are on page 1of 4

Kumpulan Khutbah Idul Fitri

16. Makna Idul Fitri Dan Syawal

Khutbah I
‫ هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬،‫هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬
‫الح ْم ُد هّلِل ِ كثيرا وسبحان هللا ُب ْك َر ًة َوأصِ ْيالً الَ ِا َل َه ِاالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْك َب ْر‬ َ ‫هللاُ اَ ْك َب ْر َك ِب ْي ًرا َو‬
‫لح ْم ُد‬ َ ‫هلل ْا‬ِ ‫هللاُ اَ ْك َب ْر َو‬
‫ش( َه ُد‬ ْ ‫ َأ‬،‫ريم‬ ِ ‫ش ِر ْي َع ِة ال َّن ِب ّي ال َك‬ َ ‫ َوَأ ْف َه َم َنا ِب‬،‫السالَ ِم‬ ُ ‫هلل ا ّلذي هَدَ ا َنا‬
ّ َ ‫س ُبل‬ ِ ‫لح ْم ُد‬ َ ‫هلل ْا‬ِ ‫لح ْم ُد‬ َ ‫ْا‬
‫الل‬
ِ ‫لج‬ َ ‫ ُذو ْا‬،‫ش ِريك َله‬ َ ‫َأنْ اَل ِا َل َه ِإاَّل هللا َو ْحدَ هُ ال‬
‫س ( ِّل ْم‬َ ‫ص (ل ِّ و‬ َ ّ‫ش ( َه ُد َأن‬
َ ‫ ال ّل ُه َّم‬،‫س ( ِّيدَ َنا َو َن ِب َّي َن((ا ُم َح َّمدًا َع ْب( ُدهُ َو َرس((ولُه‬ ْ ‫ َوَأ‬،‫اإلك( رام‬ ْ ‫َو‬
َ‫حاب ِه َوال َّت ِابعين‬ ِ ‫وأص‬ ْ ‫س ِّيدِنا ُم َح ّم ٍد وعلى اله‬ َ ‫بار ْك َع َلى‬
ِ ‫َو‬
‫ أوص(يكم و نفس(ي بتق(وى هللا‬،‫ فيايه(ا اإلخ(وان‬:‫ أما بع(د‬،‫سان إ َلى َي ْو ِم الدِّ ين‬ ِ ‫إح‬ ْ ‫ِب‬
‫ قال هللا تعالى في القران‬،‫وطاعته لعلكم تفلحون‬
َ‫ َي((ا َأ ُّي َه((ا ا َّلذِين‬:‫ بسم هللا الرحمان الرحيم‬،‫ أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬:‫الكريم‬
‫صل ِْح َل ُك ْم‬ ْ ‫ ُي‬،‫سدِيدًا‬ َ ‫َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هللا َوقُولُوا َق ْواًل‬
‫(از َف ْ(و ًزا َعظِ ي ًم(ا وق(ال‬ َ ‫س(و َل ُه َف َق(دْ َف‬ ُ ‫َأ ْع َما َل ُك ْم َو َي ْغف ِْ(ر َل ُك ْم ُذ ُن(و َب ُك ْم َو َمنْ ُيطِ( ِع هللا َو َر‬
َ‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوال‬ َ ‫تعالى َيا اَ ُّي َها ا َّل ِذ ْينَ آ َم ُن ْوا ا َّتقُ ْوا‬
َ‫ َت ُم ْو ُتنَّ ِإالَّ َوَأ ْن ُت ْم ُم ْسلِ ُم ْون‬.
‫صدق هللا العظيم‬
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci Ramadhan baru saja kita
lalui bersama dengan baik. Ini berarti kita semua telah lulus ujian, yakni berhasil
menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sesuai dengan ketentuan syari’at.
Sekarang juga, kita patut bergembira karena di samping telah berhasil menambah
pundi-pundi pahala, juga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut :
‫سا ًبا ُغف َِر َل ُه َما َت َق َّد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه‬ ْ ‫ضانَ ِإي َما ًنا َو‬
َ ‫اح ِت‬ َ ‫صا َم َر َم‬
َ ْ‫َمن‬
Artinya : “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Dari hadits tersebut lahirlah makna Idul Fitri yang dalam konteks Indonesia tidak hanya
secara bahasa bermakna Hari Raya setelah berakhirnya Ramadhan, atau yang dalam
َّ ‫( اَل َي ْو ُم ْاألوَّ ُل الَّذِي َيبْدَ ُأ ِب) ِه اإل ْف َط) ا ُر ل‬hari pertama bagi
Kamus Al-Maany dimaknai sebagai ‫ِلص)اِئ ِمي َ)ْن‬
orang-orang yang berpuasa Ramadhan mulai kembali berbuka [dengan makan dan
minum seperti di hari-hari biasa]), tetapi juga secara konseptual bermakna “kembali
suci” seperti ketika kita baru terlahir ke dunia.
Makna secara konseptual tersebut, yakni “kembali suci”, secara budaya telah diterima
umat Islam Indonesia dari generasi ke generasi dengan merujuk pada maksud hadits di
atas. Setidaknya hal ini merupakan doa kita semua kepada Allah dan semoga
dikabulkan. Amin. Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud
“kembali suci” dalam konteks ini adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Allah
subhanahu wata’ala saja karena hanya menyangkut hablum minallah. Sedangkan
“kembali suci” dari dosa-dosa kepada manusia tidak otomatis terjadi karena hal ini
menyangkut hablum minannas. Semua persoalan yang terkait dengan sesama manusia
harus diselesaikan sendiri antar sesama manusia.
Oleh karena itu, kita akan benar-benar mencapai Idul fitri dalam arti “kembali suci”
seperti ketika baru terlahir ke dunia apabila urusan dosa-dosa dengan sesama manusia
bisa kita selesaikan dengan berakhirnya Ramadhan. Tentu saja lebih baik urusan dosa
dengan sesama manusia bisa kita selesaikan sesegera mungkin tanpa menunggu
berakhirnya Ramadhan. Jadi maksudnya, jangan sampai hingga datangnya bulan
Syawal ini kita masih memiliki dosa-dosa dengan sesama manusia yang belum
terselesaikan.
Jika itu terjadi, maka sudah pasti dosa-dosa kepada sesama manusia tersebut akan
menghalangi kembalinya kita kepada “fitrah” atau “suci”. Hal inilah yang kemudian
melahirkan tradisi saling bermaaf-maafan diantara umat Islam yang di Indonesia dikenal
dengan Halal bi halal. Tradisi ini tentu saja baik karena dapat memperbaiki hubungan
antar sesama manusia yang kadang-kadang memang sulit terhindar dari konflik,
ketegangan dan bahkan permusuhan.
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Datangnya Idul Fitri membawa kita semua kembali pada kesucian sebagaimana telah
diuraikan di atas. Lalu, bagaimanakah kita menyikapi hari-hari setelah kita kembali pada
keadaan suci ini? Setidaknya ada dua jawaban sebagai berikut :
Pertama, kita hendaknya meneruskan kebaikan yang sudah dicapai selama Ramadhan.
Dalam kaitan ini Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani mengingatkan salah
satu dari kesepuluh amaliah sunnah Ramadhan dalam kitabnya berjudul Nihâyah al-
Zain fî Irsyâd al-Mubtadi’in, yakni istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadhan dan
melanjutkan amaliah-amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya.
Jika kita bisa melanjutkan amaliah-amaliah sunnah di bulan Ramadhan seperti menahan
lisan dan anggota badan lainnya dari perkara-perkara yang tak berguna - apalagi
perkara-perkara haram, memperbanyak sedekah, memperbanyak i'tikaf,
mengkhatamkan Al-Quran setidaknya sebulan sekali, dan sebagainya, maka itu berarti
kita melakukan upaya peningkatan kualitas ruhani kita. Peningkatan semacam itu
sejalan dengan makna kata “Syawal” (ُ‫ ) َش َّوال‬yang secara etimologis berasal dari kata
َ
“Syala” (‫)ش)))ا َل‬ َ ‫ )اِرْ َت َف‬yang dalam bahasa Indonesia berarti
yang berarti “irtafaá” (‫)))ع‬
“meningkatkan”.
Tentu saja mungkin kita tidak bisa melakukan persis sama dengan apa yang kita
lakukan selama Ramadhan dalam rangka peningkatan amal karena berbagai alasan
seperti kesibukan menjalankan tugas sehari-hari dan sebagainya. Tetapi setidaknya ada
ikhtiar kita untuk melestarikan ibadah-ibadah seperti itu, misalnya dengan menjauhi
maksiat, berpuasa 6 hari di bulan Syawal dan sebagainya. Ramadhan memang
dimaksudkan sebagai bulan tarbiyah atau bulan pendidikan dimana umat Islam
digembleng selama sebulan penuh agar menjadi orang-orang yang bertakwa kepada
Allah subhanahu wata’ala.
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Kedua, menjaga agar kita tidak mengalami kebangkrutan amal yang telah kita raih baik
sebelum dan selama Ramadhan dengan cara tidak menzalimi orang lain. Dalam hal ini
Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang kebangkrutan amal
sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam sebuah berikut ini :
ُ ‫َأ َتدْ ُر ْونَ َما ا ْل ُم ْفل‬
“َ ‫ِس؟” َقال‬
Artinya : “Tahukah kalian siapakahorang yang mengalami kebangkrutan amal? Tanya
Rasulullah kepada para sahabat. Mereka menjawab :
ُ ‫ اَ ْل ُم ْفل‬:‫َقالُ ْوا‬
َ ‫ِس فِ ْي َنا َمنْ الَ د ِْر َه َم َل ُه َوالَ َم َت‬
‫اع‬
Artinya : “Para sahabat menjawab : Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah
mereka yang tiada mempunyai uang dan tiada pula mempunyai harta benda.”
‫َف َقال‬
Artinya : “Maka Nabi menjawab”:
“‫ش( َت َم‬ َ ْ‫ َو َي( ْأتِي َق(د‬،ٍ‫ص( َي ٍام َو َز َك(اة‬ِ ‫ص(الَ ٍة َو‬ َ ‫ َيْأتِي َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة ِب‬،‫ِس مِنْ ُأ َّمتِي‬
َ ‫ِإنَّ ا ْل ُم ْفل‬
‫س َف َك دَ َم‬ َ ‫ َو‬،‫ َوَأ َكل َ َمال َ ٰه َذا‬،‫ف ٰه َذا‬ َ ‫ َو َق َذ‬،‫ٰه َذا‬
،‫س( َنا ُت ُه‬َ ‫ َفِإنْ َف ِن َي ْت َح‬.ِ‫س َنا ِته‬
َ ‫س َنا ِت ِه َو ٰه َذا م ِٰن َح‬
َ ‫ َف ُي ْعطِ ى ٰه َذا مِنْ َح‬.‫ض َر َب ٰه َذا‬ َ ‫ َو‬،‫ٰه َذا‬
‫ ُأخ َِذ مِنْ َخ َطا َيا ُه ْم‬،ِ‫ضى َما َع َل ْيه‬ َ ‫َق ْبل َ َأنْ َي ْق‬
‫ار‬ِ ‫ ُث َّم ُط ِر َح فِي ال َّن‬.ِ‫” َف ُط ِر َح ْت َع َل ْيه‬
Artinya : “Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang pada hari
kiamat membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu
pernah mencaci maki orang lain, menuduh (dan mencemarkan nama baik) orang lain,
memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain.
Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan
kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka
telah habis sebelum utangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu
dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka yang suka mencaci, menuduh,
memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang lain itu,
akan dilemparkan ke dalam neraka.”
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Hadits tersebut hendaklah dapat kita hayati bersama karena memberikan kesadaran
kepada kita betapa pentingnya menghindari perbuatan mendzalimi sesama manusia.
Alasannya adalah kedzaliman-kedzaliman seperti itu dapat membuat kita bangkrut
secara agama, yakni ludesnya amal-amal kebaikan kita yang telah kita kumpulkan
dengan susah payah selama bertahun-tahun, bahkan selama hidup kita.
Utuk itu apabila kita sayang pada diri sendiri, maka jagalah agar amal-amal baik kita
bisa kita rawat dengan sebaik-baiknya sehingga tidak musnah sia-sia, dengan cara kita
harus bisa mengendalikan diri kita sehingga orang lain selamat dari perbuatan
mendzalimi orang lain seperti: menyakiti hati, menghujat dan memaki, memfitnah dan
menuduh tanpa bukti, mengambil hak seperti mencuri dan korupsi, membunuh,
menyakiti secara fisik, dan sebagainya.
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan tadi terkait dengan apa yang harus kita
lakukan setelah Ramadhan, dapat bermanfaat bagi kita semua, dan khususnya bagi
khatib pribadi. Mudah-mudahan pula kita semua senantiasa mendapat petunjuk dari
Allah subhanahu wata’ala sehingga hal-hal jelek seperti yang tadi khatib kemukakan
benar-benar dapat kita hindari bersama, dan akhirnya kita semua kelak diterima di sisi
Allah subhanahu wata’ala dan ditempatkan di surga bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan orang saleh lainnya. Amin… Amin ya Rabbal 'alamin.
‫ ِإ َّنا َأ ْع َط ْي َن(ا َك ا ْل َك ْ(و َث َر‬.‫ِيم‬
ِ ‫ال(رح‬ َّ ‫من‬ ِ ‫ال(ر ْح‬
َّ ‫هللا‬ ِ ‫ ِب ْس( ِم‬.‫ال(ر ِج ْي ِم‬
َّ ‫طن‬ َّ َ‫هلل مِن‬
ِ ‫الش( ْي‬ ِ ‫أ ُع ْ(و ُذ ِبا‬
‫شا ِنَئ َك ه َُو االَ ْب َت ُر‬ َ َّ‫صل ِّ ل َِر ِّب َك َوا ْن َح ْر ِإن‬َ ‫َف‬
ِّ ‫ت َو‬
‫ال(ذ ْك ِر‬ ِ ‫آن ا ْل َعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َو ِا ِّيا ُك ْم بم(ا في(ه مِنَ اآل َي(ا‬ ِ ‫(ار َك هللاُ لِي َو َل ُك ْم فِي ا ْلقُ ْ(ر‬
َ ‫َب‬
‫س ِم ْي ُع‬ َ ‫ َو َت َق َّبلْ ِم ِّن ْي َو ِم ْن ُك ْم ت‬.‫ا ْل َح ِك ْي ِم‬
َّ ‫ِالو َت ُه ِا ّن ُه ه َُو ال‬
‫الر ِح ْي ُم‬ َّ ‫اس َت ْغفِ ُر ْوا ِا َّن ُه ه َُو ْا َلغفُ ْو ُر‬
ْ ‫ َف‬..‫ْا َلعلِ ْي ُم‬
Khutbah II
‫س ْب َحانَ هللا ُب ْك( َر ًة‬ ‫هلل َك ِث ْي ًرا َو ُ‬ ‫لح ْم ُد ِ‬ ‫هللاُ اَ ْك َب ْر (‪ )×٣‬هللاُ اَ ْك َب ْر (‪ )×٤‬هللاُ اَ ْك َب ْر كبيرا َو ْا َ‬
‫ص ْيالً الَ ِا َل َه ِاالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْك َب ْر هللاُ اَ ْك َب ْر‬ ‫َو َأ ْ‬
‫لح ْم ُد‬ ‫هلل ْا َ‬ ‫َو ِ‬
‫ش َه ُد َأنْ الَ ِا َل ( َه ِإالَّ هللاُ‬ ‫لى َت ْوفِ ْيقِ ِه َو ِا ْم ِت َنا ِنهِ‪َ .‬وَأ ْ‬ ‫ش ْك ُر َل ُه َع َ‬ ‫سا ِن ِه َوال ُّ‬ ‫لى ِإ ْح َ‬‫هلل َع َ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ‬
‫س ِّي َد َنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ‬ ‫ش َه ُد أنَّ َ‬ ‫ش ِر ْي َك َل ُه َوَأ ْ‬‫َوهللاُ َو ْحدَ هُ الَ َ‬
‫ص ( َح ِاب ِه‬ ‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد ِو َع َلى اَلِ ( ِه َوَأ ْ‬ ‫صل ِّ َع َلى َ‬ ‫ض َوا ِنهِ‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫إلى ِر ْ‬ ‫س ْولُ ُه الدَّ ا ِعى َ‬ ‫َو َر ُ‬
‫س ِّل ْم َت ْسلِ ْي ًما كِث ْي ًرا‬ ‫َو َ‬
‫(ر ُك ْم‬ ‫هللا َأ َم َ‬ ‫اع َل ُم ْوا َأنَّ َ‬ ‫واهللا فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْن َت ُه ْوا َع َّما َن َهى َو ْ‬ ‫َ‬ ‫َأ َّما َب ْع ُد َفيا َ اَ ُّي َها ال َّن ُ‬
‫اس ِا َّتقُ‬
‫ِبَأ ْم ٍر َب َدَأ فِ ْي ِه ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُدْ سِ ِه َو َقال َ‬
‫ص((لُّ ْوا َع َل ْي(( ِه‬ ‫((وا َ‬ ‫لى ال َّن ِبى ي((آ اَ ُّي َه((ا ا َّل ِذ ْينَ آ َم ُن ْ‬ ‫ص((لُّ ْونَ َع َ‬ ‫هللا َو َمآلِئ َك َت(( ُه ُي َ‬‫َتع((ا َ َلى ِإنَّ َ‬
‫ص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه‬ ‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫صل ِّ َع َلى َ‬ ‫س ِّل ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫َو َ‬
‫ض‬ ‫(ر ِب ْينَ َو ْار َ‬ ‫س (لِ َك َو َمآلِئ َك( ِة ْال ُم َق( َّ‬ ‫س ( ِّيدِنا َ ُم َح َّم ٍد َو َع َلى اَ ْن ِبيآِئ َك َو ُر ُ‬ ‫آل َ‬ ‫س ( ِّل ْم َو َع َلى ِ‬ ‫َو َ‬
‫الراشِ ِد ْينَ َأ ِبى َب ْك ٍر َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِى‬ ‫اء َّ‬ ‫ال ّل ُه َّم َع ِن ْال ُخ َل َف ِ‬
‫ض‬ ‫ان ِا َل(ى َي ْو ِم ال( ِّد ْي ِن َو ْار َ‬ ‫س ٍ‬ ‫الص َحا َب ِة َوال َّت ِاب ِع ْينَ َو َت ِابعِي ال َّت ِاب ِع ْينَ َل ُه ْم ِبا ِْح َ‬ ‫َو َعنْ َبقِ َّي ِة َّ‬
‫الرا ِح ِم ْينَ‬ ‫َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َم ِت َك َيا َأ ْر َح َم َّ‬
‫ت‬ ‫(وا ِ‬ ‫ت اَالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ ْم( َ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫اغف ِْر لِ ْل ُمْؤ ِم ِن ْينَ َو ْال ُمْؤ ِم َنا ِ‬
‫اَلل ُه َّم ْ‬
‫ش ْر َك‬ ‫الل ُه َّم َأعِ َّز ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوَأ ِذل َّ ال ِّ‬
‫اخ( ُذلْ َمنْ َخ( َذل َ‬ ‫ص( َر ال(دِّ ْينَ َو ْ‬ ‫ص( ْر َمنْ َن َ‬ ‫ص( ْر عِ َب(ادَ َك ْال ُم َو ِّح ِد َّي َة َوا ْن ُ‬ ‫ش( ِر ِك ْينَ َوا ْن ُ‬ ‫َو ْال ُم ْ‬
‫اع ِل َكلِ َما ِت َك ِإ َلى َي ْو َم‬ ‫اء ال ِّد ْي ِن َو ْ‬ ‫ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّم ْر َأ ْعدَ َ‬
‫س ْو َء ْالفِ ْت َن( ِة َو ْالم َِحنَ َم(ا‬ ‫الزالَ ِزل َ َو ْالم َِحنَ َو ُ‬ ‫اء َو َّ‬ ‫الدِّ ْي ِن‪ .‬الل ُه َّم ادْ َف ْع َع َّنا ْال َبالَ َء َو ْا َلو َب َ(‬
‫اِئر‬ ‫س ِ‬ ‫خآص ًة َو َ‬ ‫َّ‬ ‫َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َطنَ َعنْ َب َل ِد َنا ِا ْندُو ِن ْيسِ َّيا‬
‫ِ(ر ِة‬ ‫س( َن ًة َوفِى ْاآلخ َ‬ ‫ان ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّم ًة َيا َر َّب ْا َلعا َل ِم ْينَ ‪َ .‬ر َّب َن(ا آتِن(ا َ فِى ال( ُّد ْن َيا َح َ‬ ‫ْال ُب ْلدَ ِ‬
‫س َنا َواإنْ َل ْم َت ْغف ِْر‬ ‫ار‪َ .‬ر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنفُ َ‬ ‫اب ال َّن ِ‬ ‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬ ‫َح َ‬
‫ان‬ ‫س( ِ‬ ‫هللا َي( ْأ ُم ُر ِباْل َع( دْ ِل َو ْاِإل ْح َ‬ ‫هللا ! ِإنَّ َ‬ ‫اس ( ِر ْينَ ‪ .‬عِ َبادَ ِ‬ ‫لخ ِ‬ ‫َل َن((ا َو َت ْر َح ْم َن((ا َل َن ُك( ْ(و َننَّ مِنَ ْا َ‬
‫شآء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْال َب ْغي‬ ‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َف ْح ِ‬ ‫تآء ذِي ْالقُ ْر َ‬ ‫َوِإ ْي ِ‬
‫(زدْ ُك ْم‬ ‫لى ن َِع ِم( ِه َي( ِ‬ ‫اش ( ُك ُر ْوهُ َع َ‬ ‫هللا ْا َلعظِ ْي َم َي( ْ(ذ ُك ْر ُك ْم َو ْ‬
‫َي ِع ُظ ُك ْم َل َع َّل ُك ْم َت( َ(ذ َّك ُر ْونَ َو ْاذ ُك( ُروا َ‬
‫هللا َأ ْك َب ْر‬ ‫َو َل ِذ ْك ُر ِ‬

You might also like