You are on page 1of 27

‫)‪DEWAN MASJID DIGITAL INDONESIA (DMDI‬‬

‫‪https://seruanmasjid.com‬‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫‪Khutbah Idul Adha 1443 H‬‬

‫‪MENCIPTAKAN PERSATUAN‬‬
‫‪UMAT DAN KETAATAN TOTAL‬‬
‫‪PADA ISLAM‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬

‫هللا َوبَ َر َكاتُهُ‬ ‫علَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ ِ‬ ‫سالَ ُم َ‬ ‫ال َّ‬


‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬
‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬
‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬
‫لِل ْال َح ْمدُ‪.‬‬
‫َو ِ ه ِ‬

‫‪1‬‬
‫ان‬‫س ْب َح َ‬‫يرا َو ُ‬ ‫لِل َك ِث ً‬‫يرا َو ْال َح ْم ُد ِ َّ ِ‬ ‫َّللاُ أ َ ْكبَ ُر َك ِب ً‬‫َّ‬
‫صيالً‪ ،‬الَ ِإلَهَ ِإالًّ َّ‬
‫َّللاُ َوالَ نَ ْعبُ ُد‬ ‫َّللا بُ ْك َرة ً َوأ َ ِ‬
‫َّ ِ‬
‫ين َولَ ْو َك ِرهَ‬ ‫ين لَهُ ال ِ هد َ‬ ‫ص َ‬ ‫ِإالَّ ِإيَّاهُ ُم ْخ ِل ِ‬
‫ص َدقَ‬‫َّللاُ َو ْح َدهُ َ‬ ‫ون‪ ،‬الَ ِإلَهَ ِإالَّ َّ‬ ‫ْال َكافِ ُر َ‬
‫اب‬ ‫ع ْب َدهُ َو َهزَ َم األ َ ْحزَ َ‬ ‫ص َر َ‬ ‫َو ْع َدهُ َونَ َ‬
‫َّللاُ هللاُ أ ْكبَ ُر‪ ،‬هللا أكبر‬ ‫َو ْح َدهُ‪ ،‬الَ ِإلَهَ ِإالًّ َّ‬
‫هلل ْال َح ْمدُ‪.‬‬
‫َو ِ‬

‫ي َجعَ َل ْاليَ ْو َم ِعيْدا ً ِل ْل ُم ْس ِل ِمي َْن‪،‬‬ ‫ا َ ْل َح ْم ُد ِ ِ‬


‫هلل الَّ ِذ ْ‬
‫غي ِْر‬‫اح َدةٍ‪ِ ،‬م ْن َ‬ ‫َو َو َّح َدنَا ِب ِع ْي ِد ِه َكأ ُ َّم ٍة َو ِ‬
‫سا ِن ِه َو ُه َو‬ ‫علَى َك َما ِل ِإ ْح َ‬ ‫األ ُ َمم‪َ ،‬ونَ ْش ُك ُرهُ َ‬
‫ذُو ْال َجالَ ِل َواْ ِإل ْكرا َ ِم‪.‬‬

‫‪2‬‬
‫ت َو ْح َد َك الَش َِري َْك‬ ‫أ َ ْش َه ُد ا َ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ أ َ ْن َ‬
‫لَ َك‪ ،‬اللَّ ُه َّم َما ِل َك ْال ُم ْل ِك تُؤْ تِي ْال ُم ْل َك َمن‬
‫ع ْال ُم ْل َك ِم َّمن تَشَاء َوت ُ ِع ُّز َمن‬ ‫نز ُ‬‫تَشَاء َوت َ ِ‬
‫تَشَاء َوت ُ ِذ ُّل َمن تَشَاء ِبيَ ِد َك ْال َخي ُْر ِإنَّ َك‬
‫ير‪َ .‬وأ َ ْش َه ُد ا َ َّن ُم َح َّمدا ً‬ ‫ش ْي ٍء قَ ِد ٌ‬ ‫ى ُك ِهل َ‬ ‫علَ َ‬‫َ‬
‫س ْولُ َك‪.‬‬
‫ع ْبد َُك َو َر ُ‬ ‫َ‬

‫طفَى‪،‬‬ ‫ص َ‬ ‫علَى َح ِب ْي ِبنا َ ال ُم ْ‬‫س ِله ْم َ‬ ‫الَلَّ ُه َّم َ‬


‫ص ِهل َو َ‬
‫سالَ ْة‪َ ،‬وأ َ َّدى األ َ َمان َْة‪َ ،‬ونَ َ‬
‫ص َح‬ ‫الَّ ِذهي بَلَّ َغ ِ ه‬
‫الر َ‬
‫ص َحا ِب ِه َو َم ْن َدعا َ اِلَى‬ ‫علَى آ ِل ِه َوأ َ ْ‬ ‫و‬
‫َ َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ْ‬
‫ة‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫األ‬
‫هللا َح َّق ِجها َ ِد ِه‪.‬‬ ‫هللا ِب َد ْع َو ِت ِه‪َ ،‬و َجا َه َد ِف ْي ِ‬ ‫ِ‬

‫‪3‬‬
ِ ‫َّاي ِبت َ ْق َوى‬
‫هللا‬ َ َِ ‫ي‬ ‫إ‬‫و‬ ‫م‬ ْ ُ
‫ك‬ ‫ي‬ْ ‫ص‬
ِ ‫و‬ْ ُ ِ ‫فَيَا ِعبَا َد‬
‫ أ‬،‫هللا‬
‫ قَا َل هللاُ تَعَالَى فِي ِكتَا ِبه‬،‫فَقَ ْد فَازَ ال ُمتَّقُ ْو َن‬
ََّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا‬
‫َّللا َح َّق‬ َ ‫ ﴿يَاأَيُّ َها الَّ ِذ‬:‫ْال َك ِري ِْم‬
َ ‫تُقَاتِ ِه َو َال ت َ ُموت ُ َّن ِإ َّال َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم‬
.﴾‫ون‬
:ُ‫ا َ َّما بَ ْعد‬
AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, wa lilLâhil
hamdu.
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
AlhamdulilLaahi Rabbil ‘aalamiin. Segala pujian hanya milik Allah,
Rabb semesta alam. Shawalat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan kita, Sayiduna Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam; beserta keluarga dan para sahabat beliau serta
siapa saja yang mengikuti beliau hingga Hari Kiamat.

AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, wa lilLâhil


hamdu.
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

4
Hari ini, tanggal 10 Dzul hijjah yang bertepatan dengan tanggal 9
Juli 2022 adalah hari yang penuh dengan kebahagiaan dan
keberkahan. Hari ketika jutaan saudara kita berkumpul di Tanah
Suci, menunaikan ibadah haji. Membesarkan asma Allah dan
mengharapkan ridha-Nya. Mereka dimuliakan sebagai duta-duta
Allah, yang berhak mendapatkan kedudukan mulia di sisi-Nya:

،ُ‫عا ُه ْم فَأ َ َجابُ ْوه‬ ُ ‫ال ُح َّجا ُج َو ْالعُ َّم‬


ِ ‫ار َو ْف ُد‬
َ ‫ َد‬،‫هللا‬
َ ‫سأَلُ ْوهُ فَأ َ ْع‬
‫طا ُه ْم‬ َ
Sungguh para jamaah haji dan para jamaah umrah adalah para
duta Allah. Allah telah memanggil mereka. Lalu mereka
memenuhi panggilan-Nya. Mereka memohon kepada Allah. Lalu
Allah mengabulkan permohonan mereka (HR Ibnu Majah).

Pada hari agung ini pula, kaum Muslim menggemakan takbîr,


tahmîd, tashbîh dan tahlîl. Mereka berbondong-bondong
menunaikan shalat Id dan mendengarkan khutbah. Setelah itu
mereka melakukan penyembelihan dan pembagian hewan
kurban.
Sepanjang Hari Tasyriq, lantunan kalimat thayyibah itu pun masih
akan terus dikumandangkan. Mereka mengagungkan Tuhan
Yang Satu, Tuhan segenap manusia, Allah subhanahu wa ta’ala.

5
AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, wa lilLâhil
hamdu.
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Sadarkah kita bahwa pada hari ini sesungguhnya pelaksanaan
ibadah haji dan Idul Adha mempersatukan umat ini. Di Padang
Arafah, Mina dan di Muzdalifah, juga di depan Ka’bah, antara
Shafa dan Marwa, jutaan Muslim dari berbagai penjuru dunia
berkumpul. Mereka berasal dari ragam suku bangsa, warna kulit
dan bahasa. Mereka menyatu mempersembahkan ketaatan total
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam ibadah haji.
Di tempat lain, seperti kita pada hari ini, miliaran kaum Muslim
juga berkumpul bersama merayakan Idul Adha. Mereka
menunaikan shalat Id, lalu berkurban dan mengumandangkan
kalimat takbir hingga Hari Tasyriq usai.

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.


Bukankah hal yang luar biasa bila kita, kaum Muslim, merasakan
persatuan ini? Betapa indah persaudaraan ini. Kita diikat bukan
karena suku bangsa, bahasa atau warna kulit. Kita diikat oleh
akidah Islam. Akidah inilah yang menghapuskan sekat-sekat
perbedaan suku bangsa, warna kulit dan bahasa. Akidah ini pula
yang menyingkirkan perbedaan kasta dan status sosial lalu
membuat manusia setara di hadapan Allah Yang Maha Pencipta.

6
Bayangkan pula betapa dahsyatnya kekuatan umat ini bila
mereka bersatu. Ada 1,9 miliar Muslim di dunia. Tentu dengan
ragam potensi dan keunggulan sumberdaya alam mereka. Andai
kaum Muslim di seluruh dunia dapat bersatu, pasti mereka akan
kembali menjadi umat yang disegani oleh berbagai bangsa di
seluruh dunia. Mereka akan menjadi kekuatan yang menentukan
arah dunia. Mereka akan mampu menciptakan tatanan kehidupan
manusia yang berkeadilan dan beradab. Bukan seperti kondisi
saat ini. Dunia saat ini dikuasai oleh peradaban Barat yang
kapitalistik. Barat telah mengeksploitasi kekayaan alam negara-
negara lain. Mereka menciptakan perbudakan modern melalui
neo-imperialisme. Mereka pun mencabut nilai-nilai kemanusiaan.

Kaum Muslim telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala


sebagai satu-satunya umat terbaik. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:

َ ‫اس تَأ ُم ُر‬


‫ون‬ ِ َّ‫خر َجت ِللن‬
ِ ُ ‫أ‬ ‫ة‬
ٍ ‫م‬
َّ ُ َ ‫ُكنتُم خ‬
‫َير أ‬
‫ون‬ ِ ُ ‫ع ِن ٱل ُمن َك ِر َوت‬
َ ُ‫ؤمن‬ َ ‫وف َوتَن َه‬
َ ‫ون‬ ِ ‫عر‬ ُ ‫ِبٱل َم‬
ِ ‫ِبٱ َّ ه‬
‫لِل‬

7
Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
melakukan amar makruf nahi mungkar, dan mengimani Allah
(TQS Ali Imran [3]: 110).

Namun, pada kenyataannya, hari ini kaum Muslim menjadi umat


yang terpinggirkan di berbagai belahan dunia. Sebabnya, karena
mereka tidak bersatu. Mereka hanya merasakan persatuan semu,
seperti ketika melaksanakan Idul Adha atau melaksanakan
ibadah haji. Usai peribadatan ini, umat lagi-lagi tercerai-berai.
Mereka bahkan saling memfitnah. Sebagian mereka bahkan
memerangi saudaranya yang lain. Mereka seperti tak pernah
bersaudara.

Sebagian besar umat ini pun hanya menyaksikan derita saudara


seiman di Myanmar, Uyghur, Suriah atau Palestina. Miliaran jiwa
umat ini seperti buih di lautan. Mereka tak peduli dengan nasib
saudaranya di belahan dunia lain! Kita seolah melupakan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ئ يَ ْخذُ ُل ْام َرأ ً ُم ْس ِل ًما ِع ْن َد َم ْو ِط ٍن‬ ٍ ‫َما ِم ْن ْام ِر‬


‫ض ِه‬ ِ ‫ص فِي ِه ِم ْن ِع ْر‬ ُ َ‫ت ُ ْنت َ َه ُك فِي ِه ُح ْر َمتُهُ َويُ ْنتَق‬
‫ب ِفي ِه‬ ُّ ‫ع َّز َو َج َّل ِفي َم ْو ِط ٍن يُ ِح‬ َّ ُ‫ِإالَّ َخذَلَه‬
َ ُ‫َّللا‬
8
‫ص ُر ُم ْس ِل ًما ِفي‬ ُ ‫ئ يَ ْن‬ ٍ ‫ َو َما ِم ْن ْام ِر‬.ُ‫ص َرتَه‬ ْ ُ‫ن‬
‫ض ِه َويُ ْنت َ َه ُك فِي ِه‬ِ ‫ص فِي ِه ِم ْن ِع ْر‬ ُ َ‫َم ْو ِط ٍن يُ ْنتَق‬
‫ب‬ُّ ‫َّللاُ ِفي َم ْو ِط ٍن يُ ِح‬ َّ ُ‫ص َره‬ َ َ‫ِم ْن ُح ْر َم ِت ِه ِإالَّ ن‬
ُ‫ص َرتَه‬ ْ ُ‫فِي ِه ن‬
Tidaklah seseorang menelantarkan saudaranya sesama Muslim
dalam kondisi kehormatannya sedang dilanggar dan harga dirinya
direndahkan, kecuali Allah akan menelantarkan dia dalam kondisi
dia ingin ditolong. Tidaklah seseorang menolong seorang Muslim
pada saat harga dirinya direndahkan dan kehormatannya
dilanggar, kecuali Allah akan menolong dia pada kondisi dia ingin
ditolong (HR Abu Dawud).

Dari sudut lain kita menyaksikan sebagian Muslim justru


berangkulan dengan orang-orang fasik, bahkan dengan kaum
kafir imperialis, yang telah menyebabkan umat menderita. Hal itu
mereka lakukan justru ketika tangan mereka tak mau terbuka
menyambut saudara seiman dengan alasan perbedaan mazhab
dan golongan. Seolah hilang ingatan, sampai lupa siapa saudara
dan siapa kaum durjana. Mereka sibuk mengungkit-ungkit terus

9
perbedaan, lalu saling mencaci-maki saudara seiman. Lupakah
mereka dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

‫علَى‬ َ ‫لِل َوٱلَّ ِذ‬


َ ‫ين َمعَهُۥٓ أ َ ِش َّدا ُء‬ ِ ‫سو ُل ٱ َّ ه‬
ُ ‫ُّم َح َّمد َّر‬
‫ار ُر َح َما ُء بَينَ ُهم‬
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
ِ َّ‫ٱل ُكف‬
dia itu keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
kepada sesama mereka (TQS al-Fath [48]: 29).

AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, wa lilLâhil


hamdu.
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Karena itu, pada momen inilah semestinya kita menguatkan
kembali makna persatuan umat dalam jalinan kokoh ukhuwah
islamiyah. Umat ini harus kembali bersatu, laksana satu
bangunan yang kokoh. Tidak tercerai-berai. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:

ْ‫لِل َج ِميعا َوالَ تَفَ َّرقُو ها‬


ِ َّ ‫ص ُمواْ ِب َحب ِل ٱ‬
ِ َ ‫َوٱعت‬
Berpeganglah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan
janganlah kalian bercerai-berai (TQS Ali Imran [3]: 103).

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

10
ُ ‫ضه‬ ُ َ‫ ي‬،‫ان‬
ُ ‫ش ُّد بَ ْع‬ ِ َ ‫ي‬‫ن‬ْ ُ ‫ب‬ ْ
‫ال‬ َ
‫ك‬ ‫ن‬
ِ ‫م‬
ِ ْ‫ؤ‬ ‫م‬
ُ ْ
‫ل‬ ‫ل‬
ِ ‫ن‬
َ ‫م‬
ِ ْ‫ؤ‬ ‫م‬
ُ ْ
‫ال‬ ‫ِإ َّن‬
‫ضا‬
ً ‫بَ ْع‬
Sungguh Mukmin dengan Mukmin yang lain itu seperti sebuah
bangunan. Sebagiannya menguatkan sebagian yang lain (HR al-
Bukhari).

Persatuan hakiki ini baru akan terlaksana manakala umat berada


dalam satu naungan institusi politik dan pemerintahan Islam
global. Itulah Khilafah Islamiyah. Dengan Khilafah, hilanglah
segala perbedaan yang menyebabkan umat terpenjara dalam
batas kebangsaan, warna kulit dan bahasa. Dalam Khilafah,
kaum Muslim sedunia melebur menjadi umat yang satu.

Khilafah juga akan memelihara umat untuk tidak terpecah-belah.


Tidak saling menyerang. Mereka justru akan saling tolong-
menolong. Saling melindungi saudaranya. Saling membela
kehormatan agama. Tidak akan ada sejengkal tanah pun yang
akan dijajah oleh pihak asing. Saksikanlah bagaimana Palestina
tetap terjaga dari tangan kotor dan keji Zionis Israel selama ada
Khilafah. Ketika utusan Yahudi, Theodore Herzl, merayu Khalifah
Sultan Abdul Hamid II dengan menawarkan uang sebanyak 20

11
juta lira agar melepas Palestina, Sultan Abdul Hamid II dengan
tegas menolak:

“Aku tidak bisa melepaskan wilayah ini meskipun hanya


sejengkal. Sebab tanah tersebut bukan milikku, melainkan milik
umat Islam. Mereka telah berjihad untuk mendapatkan tanah ini
dan menyirami tanah tersebut dengan darahnya. Karena itu
hendaklah kaum Yahudi menyimpan kembali jutaan uang
mereka. Andai Khilafah ini telah runtuh suatu hari nanti, silakan
kaum Yahudi mengambil tanah Palestina secara gratis! Namun,
selama aku masih hidup, maka tertusuknya badanku dengan
pisau akan lebih ringan daripada aku harus melihat Palestina
terlepas dari Negara Islam (Khilafah). Itu hal yang tidak mungkin
terjadi. Sungguh aku tidak bisa menyetujui lepasnya ‘anggota
tubuh kami’, sedangkan kami masih dalam keadaan hidup.”

Palestina baru bisa dijajah oleh Zionis Israel setelah Inggris


melalui kaki tangannya seorang Yahudi bernama Mustafa Kamal
at-Taturk meruntuhkan Khilafah Islamiyah terakhir di Turki.

Demikianlah persatuan dan keutuhan negeri-negeri Islam hanya


bisa terwujud bila Khilafah Islamiyah tegak. Tanpa Khilafah,
kesatuan umat hanyalah angan-angan kosong.

12
AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, wa lilLâhil
hamdu.
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Ibadah haji dan kurban adalah bagian dari perwujudan ketaatan
pada hukum-hukum Allah, bukan puncak dari ketaatan itu sendiri.
Bila seorang hamba rela mengorbankan hartanya demi
menempuh perjalanan ibadah haji dan melakukan kurban, maka
seharusnya ia juga siap mengorbankan segalanya untuk taat
pada syariah Allah subhanahu wa ta’ala, tanpa kecuali.
Sebagaimana perintah Allah subhanahu wa ta’ala:

‫س ِلم َكافَّ ٗة‬ ‫ين َءا َمنُواْ ٱد ُخلُواْ ِفي ٱل ِ ه‬ َ ‫َٰيَأَيُّ َها ٱلَّ ِذ‬
‫عد هُو‬ ُ َ َّ
َ ‫شيط ِن ِإنهُۥ لكم‬ ‫ه‬ َ َٰ َّ ‫ت ٱل‬ ُ ‫َوالَ تَت َّ ِبعُواْ ُخ‬
ِ ‫ط َٰ َو‬
‫ُّم ِبين‬
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam
secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-
langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian
(TQS al-Baqarah [2]: 208).

Demikianlah keimanan menuntut ketaatan secara penuh terhadap


ajaran Islam. Menurut Syaikh Mahmud Syaltut, Islam menuntut
penyatuan syariah dengan akidah. Masing-masing tidak bisa

13
dipisahkan. Akidah adalah dasar yang memancarkan syariah.
Syariah merupakan wujud nyata yang lahir dari akidah. Dengan
kata lain, akidah adalah fondasi, sedangkan syariah adalah
bangunan yang berdiri di atasnya. Karena itu akidah tanpa
syariah bagaikan fondasi tanpa wujud bangunan sehingga
abstrak dan sulit diukur. Sebaliknya, bangunan tanpa fondasi juga
tidak mungkin karena ia akan runtuh. Karena itu pula para ulama
menyatakan bahwa keimanan adalah aspek batiniah, sedangkan
syariah adalah aspek lahiriah (Al-Kirmani, Jawâhir al-Bukhâri,
hlm. 39).

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.


Setiap Idul Adha kita diajari ketaatan luar biasa keluarga Nabi
Ibrahim 'alaihissalam dalam melaksanakan perintah Allah
subhanahu wa ta’ala. Tanpa ragu Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan
Nabi Ismail 'alaihissalam mengerjakan perintah penyembelihan
meskipun itu pengorbanan yang amat besar untuk keduanya.
Nabi Ibrahim mengorbankan putra kesayangannya, sedangkan
Nabi Ismail mengorbankan hidupnya. Keduanya dengan penuh
keyakinan mengerjakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Pada akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala menolong dan
memberikan kemenangan kepada mereka berdua.

14
Demikianlah seharusnya sikap seorang hamba terhadap perintah
dan larangan Allah subhanahu wa ta’ala. Bukan menawar,
meragukan atau mencari aturan selain hukum Allah subhanahu
wa ta’ala yang menurut hawa nafsunya hal itu lebih ringan. Sikap
menyelisihi hukum Allah subhanahu wa ta’ala karena tunduk
pada hawa nafsu justru akan mendatangkan kebinasaan, bukan
keselamatan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ت‬ ُ ‫س َٰ َم َٰ َو‬َّ ‫ت ٱل‬ َ َ‫هوا َء ُهم لَف‬


ِ ‫س َد‬ َ َ ‫َولَ ِو ٱتَّبَ َع ٱل َح ُّق أ‬
َ َٰ َ َّ ‫ه‬ ُ َ ‫َوٱأل‬
‫كر ِهم ف ُهم‬ ِ ‫رض َو َمن فِي ِهن بَل أتَينَ ُهم ِب ِذ‬
‫ون‬
َ ‫ض‬ ُ ‫عر‬ ِ ‫كر ِهم ُّم‬
ِ ‫عن ِذ‬ َ
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti
binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.
Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka
peringatan (al-Quran), tetapi mereka berpaling dari peringatan itu
(TQS al-Mu’minun [23]: 71).

Ada Muslim yang begitu khusyuk ketika menjalankan perintah


shalat, pemurah dalam bersedekah, ringan tangan menolong
orang, bibirnya senantiasa basah dengan zikir dan shalawat.
Namun, ketika diseru melaksanakan hukum jinayat, hukum
muamalah, apalagi berhukum dalam kehidupan bernegara dan

15
bermasyarakat dengan menggunakan syariah Allah, mereka
menjadi ragu. Bahkan tak sedikit yang menolak.

Di antara alasan penolakan tersebut adalah karena masyarakat


hari ini sudah dibangun berdasarkan kesepakatan bersama, yakni
bersepakat untuk menyingkirkan hukum-hukum Allah subhanahu
wa ta’ala. Hal ini menjadi pertanyaan: Sejak kapan kesepakatan
manusia bisa menyingkirkan ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala
dan Sunnah Nabi-Nya, juga menghapus hukum-hukum Islam?
Bolehkah karena kesepakatan kemudian masyarakat
menghalalkan LGBT? Menghalalkan riba? Mengizinkan negara
terus menerus memungut pajak yang mencekik rakyat?
Bukankah Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

َ ُّ‫ضل‬
‫وك‬ ِ ُ‫رض ي‬ِ َ ‫َو ِإن ت ُ ِطع أَكث َ َر َمن ِفي ٱأل‬
َّ ‫ون ِإالَّ ٱ‬
‫لظ َّن َو ِإن ُهم‬ َ ُ‫لِل ِإن يَت َّ ِبع‬
ِ ‫س ِبي ِل ٱ َّ ه‬
َ ‫عن‬ َ
‫ون‬
َ ‫ص‬ ُ ‫خر‬ ُ َ‫ِإالَّ ي‬
Jika kalian menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka
bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kalian dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka
dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (TQS
al-An’am [6]: 116).

16
Demikian pula halal dan haram. Keduanya adalah apa yang telah
diputuskan oleh Allah dan Rasul-Nya, bukan berdasarkan
kesepakatan manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫ َو َما َح َّر َم‬،‫َما أ َ َح َّل هللاُ فِ ْي ِكتَا ِب ِه فَ ُه َو َحالَ ٌل‬


‫فَ ُه َو َح َرا ٌم‬
Apa saja yang Allah halalkan dalam Kitab-Nya, itulah yang halal.
Apa saja yang Allah haramkan, itulah yang haram (HR al-Hakim).

AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, wa lilLâhil


hamdu.
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Bercermin pada ketundukan mereka, kita patut bertanya:
Sudahkah kita memiliki ketaatan total kepada Allah subhanahu
wa ta’ala dan Rasul-Nya? Tunduk dan patuh pada setiap perintah
dan larangan-Nya? Ataukah sebaliknya, kita hanya mau tunduk
pada sebagian syariah-Nya, namun menolak sebagian yang lain?
Apakah kita tidak tahu bahwa mengimani sebagian syariah-Nya
dan mengingkari sebagian lainnya dapat mengantarkan
pelakunya pada kekufuran, mendapatkan kehinaan di dunia, dan
siksa yang pedih di akhirat? Allah subhanahu wa ta’ala telah
berfirman:

17
‫ُون‬
َ ‫س ِل ِهۦ َويُ ِريد‬ ِ َّ ‫ون ِبٱ‬
ُ ‫لِل َو ُر‬ َ ‫ين يَكفُ ُر‬ َ ‫ِإ َّن ٱلَّ ِذ‬
‫ؤم ُن‬ِ ُ‫ون ن‬ َ ُ‫س ِل ِهۦ َويَقُول‬ ُ ‫لِل َو ُر‬ َ َ‫أَن يُفَ ِ هرقُواْ ب‬
ِ َّ ‫ين ٱ‬
ْ‫ُون أَن يَت َّ ِخذُوا‬ َ ‫ِببَعض َونَكفُ ُر ِببَعض َويُ ِريد‬
)١٥٠( ً‫س ِبيال‬ َ ‫ك‬ َ ‫ل‬
ِ َ َٰ
‫ذ‬ ‫ين‬
َ َ‫ب‬
َ ‫ون َحقه ها َوأَعتَدنَا ِلل َٰ َك ِف ِر‬
‫ين‬ َ ‫أ ُ ْو َٰلَ ِئ َك ُه ُم ٱل َٰ َك ِف ُر‬
)١٥١( ‫عذَابا ُّم ِهينا‬ َ
Sungguh orang-orang yang kafir kepada Allah dan para rasul-
Nya, bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah
dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, "Kami mengimani
sebagian dan mengingkari sebagian (yang lain)", serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di
antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang
kafir yang sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan (TQS an-
Nisa’ [4]: 150-151).

Perhatikanlah, di dalam ayat tersebut Allah subhanahu wa ta’ala


menyifati orang yang mengimani sebagian ajaran Islam dan

18
mengingkari sebagian yang lain sebagai ‘orang kafir yang
sebenar-benarnya’. Na’ûdzubilLâh min dzâlik.

Pasti, setiap Muslim tidak mau mendapatkan sebutan yang Allah


dinyatakan dalam ayat di atas. Setiap Muslim, selemah apapun
imannya, pasti ingin dicatat sebagai hamba yang takwa dengan
sebenar-benarnya takwa. Hamba yang kelak dipanggil masuk ke
dalam barisan hamba-hamba-Nya yang masuk ke dalam jannah-
Nya. Mari kita berusaha untuk memastikan diri kita termasuk ke
dalam barisan itu.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan taufik


dan hidayah-Nya kepada kita, menguatkan kita untuk merealisasi
ketaatan kepada syariah Allah secara kaffah. Dan semoga Allah
subhanahu wa ta’ala segera memberikan pertolongannya dengan
diterapkannya syariah secara kaffah di bawah naungan al-
Khilafah ar-Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian dalam
waktu dekat.

‫آن ْالعَ ِظي ِْم‬


ِ ‫ر‬ ْ ُ ‫ق‬ ْ
‫ال‬ ‫ار َك هللاُ ِل ْي َولَ ُك ْم ِف ْي‬ َ َ‫ب‬
‫ت َو ِذ ْك ِر‬ ِ ‫َونَفَعَنِ ْي َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِم َن ْاْليَا‬
‫ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ ِم ِنه ْي َو ِم ْن ُك ْم ِت َال َوتَهُ ِإنَّهُ ُه َو‬
19
‫س ِم ْي ُع ْالعَ ِل ْي ُم َوا ْست َ ْغ ِف ُر ْوهُ ِإنَّهُ ُه َو ْالغَفُ ْو ُر‬
‫ال َّ‬
‫الر ِح ْي ُم‪ ،‬أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل َهذَا َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر َ‬
‫هللا ِل ْي‬ ‫َّ‬
‫سا ِئ ِر ْال ُم ْس ِل ِمي َْن‪.‬‬ ‫َولَ ُك ْم َو ِل َ‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬


‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬
‫ان‬
‫س ْب َح َ‬ ‫هلل َك ِثي ًْرا‪َ ،‬و ُ‬ ‫هللاُ أ َ ْكبَ ُر َك ِبي ًْرا َو ْال َح ْم ُد ِ‬
‫ص ْيالً‪.‬‬ ‫هللا بُ ْك َرة ً َوأ َ ِ‬
‫ِ‬
‫ص َر‬
‫ص َدقَ َو ْع َدهُ‪َ ،‬ونَ َ‬ ‫الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ‪َ ،‬‬
‫اب َو ْح َدهُ‪.‬‬ ‫ع َّز ُج ْن َدهُ َو َهزَ َم األ َ ْحزَ َ‬ ‫ع ْب َدهُ‪َ ،‬وأ َ َ‬
‫َ‬

‫‪20‬‬
‫الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ‪ ،‬هللاُ أ َ ْكبَ ُر‪ ،‬هللاُ أ َ ْكبَ ُر َو ِ‬
‫هلل‬
‫ْال َح ْمدُ‪.‬‬
‫ين‬
‫َ ِ‬‫د‬
‫ِ‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫َٰ‬ ‫د‬‫َ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ه‬‫َ‬ ‫ل‬‫و‬ ‫س‬
‫ُ‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫س‬
‫َ‬ ‫ر‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫الحمد هلل الذي أ‬
‫ين ُك ِله ِه‪ .‬ا َ ْل َح ْم ُد ِ‬
‫هلل‬ ‫علَى ال ِ هد ِ‬ ‫ظ ِه َرهُ َ‬ ‫ق ِليُ ْ‬ ‫ْال َح ه ِ‬
‫ي َك َّر َم َهذ ِه اِ ُمةَّ ِبشَر ِي ْعت َ ِه اِل ْكاَم ِلة‪ِ،‬‬ ‫الَّ ِذ ْ‬
‫َص ب ِها َ بنِبُ ُو ِة ه نَ ِب ِيه ِه اِ ْل َك ِر ِي َم ِة‪،‬‬ ‫وخ َّ‬
‫ا َ ْش َه ُد ا َ َّن الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ ش َِري َْك لَهُ‬
‫س ْولُهُ َال نَ ِبيَا‬ ‫ع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫َوأ َ ْش َه ُد ا َ َّن ُم َح َّمدًا َ‬
‫بَ ْع َدهُ‪،‬‬
‫س ْو ِل َك‬ ‫علَى َح ِب ْي ِب َك َو َر ُ‬ ‫س ِله ْم َ‬ ‫ص ِهل َو َ‬ ‫الَلَّ ُه َّم َ‬
‫ص َحا ِب ِه َو َم ْن‬ ‫علَى آ ِل ِه َوأ َ ْ‬ ‫س ِيه ِدنَا ُم َح َّمدٍ‪َ ،‬و َ‬ ‫َ‬
‫ت َ ِبعَهُ اِلَى يَ ْو ِم ال ِ هدي َْن‪،‬‬

‫‪21‬‬
‫سكوا ِبا ْ ِإل ْسالَ ِم ِفي‬ َّ ‫ ت َ َم‬،‫فَيَا اَيُّها َ ْال ُمؤْ ِمنُ ْو َن‬
َ ‫ ﴿ يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬:‫ َوقال هللا تعالى‬،‫ُك ِهل ِحي ٍْن‬
‫ين‬
‫ت ِلغَ ٍد‬ ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬
ْ ‫س َّما قَ َّد َم‬ ُ ‫َّللا َو ْلتَن‬
َ َّ ‫آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ُ‫ير ِب َما ت َ ْع َمل‬
.﴾‫ون‬ َ َّ ‫َواتَّقُوا‬
َ َّ ‫َّللا ِإ َّن‬
ٌ ‫َّللا َخ ِب‬
‫ا َ َّما بَ ْع ُد‬
AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, wa lilLâhil
hamdu.
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh
Mari teguhkan iman kita pada agama Allah subhanahu wa ta’ala.
Mari kita tundukkan diri kita dengan sebenar-benarnya pada
syariah-Nya. Itulah bukti nyata iman kita kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, yang akan menyelamatkan kehidupan kita di dunia
maupun di akhirat.

Mungkin ketaatan dan pengorbanan di jalan Allah subhanahu wa


ta’ala untuk menjalankan dan memperjuangkan Islam secara
kâffah amatlah berat. Mungkin kenikmatan dunia ini dirasa amat
memikat. Namun ketahuilah, kenikmatan dunia dan seisinya amat

22
kecil, bahkan hampir tak ada artinya dengan kenikmatan yang
kelak Allah subhanahu wa ta’ala berikan di jannah-Nya.
Rasulullah saw. bersabda:

‫ْلخ َرة ِإالَّ َمثَل َما يَ ْجعَل‬ ِ ْ‫َّللا َما ال ُّد ْنيَا فِي ا‬
َّ َ ‫َو‬
ُ ‫ فَ ْليَ ْن‬،‫صبَعه ِفي ْاليَ هم‬
‫ظ ْر ِب َم يَ ْر ِجع‬ ْ ‫أ َ َحد ُك ْم ِإ‬
Demi Allah. Tak ada perbandingan dunia ini dengan akhirat
kecuali seperti seseorang yang memasukkan jarinya ke
samudera yang luas, maka perhatikanlah berapa yang dia dapat.

Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah subhanahu wa


ta’ala. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan seluruh
permohonan kita. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberi
kita kesabaran dan keikhlasan. Semoga Allah subhanahu wa
ta’ala menguatkan kita untuk berperan penting dalam upaya
menciptakan persatuan kaum Muslim dan ketaatan secara kâffah
terhadap hukum-hukum Allah subhanahu wa ta’ala.

23
‫هللا‬
‫َ‬ ‫ن‬‫َّ‬ ‫إ‬
‫ِ‬ ‫﴿‬ ‫‪:‬‬ ‫ْم‬
‫ِ‬ ‫ي‬ ‫ظ‬
‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ع‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫آن‬
‫ِ‬ ‫ر‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ق‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫قَا َل هللاُ تَعَالَى ِف ْي‬
‫يِ‪ ،‬يَاأَيُّ َها الَّ ِذ َ‬
‫ين‬ ‫علَى النَّ ِب ه‬ ‫ون َ‬ ‫صلُّ َ‬ ‫َو َمالَئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫س ِله ُموا ت َ ْس ِلي ًما﴾‪.‬‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫صلُّوا َ‬ ‫َءا َمنُوا َ‬
‫علَى‬‫س ِيه ِدنَا ُم َح َّمدٍ‪َ ،‬و َ‬ ‫علَى َ‬ ‫س ِله ْم َ‬ ‫اَلله ُه َّم َ‬
‫ص ِهل َو َ‬
‫عا ِإلَى ِ‬
‫هللا ِب َد ْع َو ِة‬ ‫ص َحا ِب ِه َو َم ْن َد َ‬ ‫آ ِل ِه َو أ َ ْ‬
‫س ْو ِل ِه َو َم ْن‬ ‫سنَّ ِة َر ُ‬ ‫س َك ِب ُ‬ ‫اْ ِإل ْسالَ ِم‪َ ،‬و َم ْن ت َ َم َّ‬
‫ت َ ِبعَهُ ِبإِح ْسا َ ٍن اِلى يَ ْو ِم ال ِ هدي ِْن‪.‬‬

‫ار َح ْم ُه َما َك َما‬ ‫الله ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِل َوا ِل َد ْينَا َو ْ‬


‫َارا‪ ،‬أَلله ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِمي َْن‬
‫صغ ً‬ ‫َربَّيَانَا ِ‬
‫ت اَأل َ ْحيَ ِ‬
‫اء‬ ‫ت َو ْال ُمؤْ ِم ِني َْن َو ْال ُمؤْ ِمنَا ِ‬ ‫َو ْال ُم ْس ِل َما ِ‬
‫ِم ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َوا ِ‬
‫ت‬

‫‪24‬‬
‫سنَا َو ِا ْن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْرلَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا‬ ‫ظلَ ْمنَا أ َ ْنفُ َ‬‫َربَّنَا َ‬
‫لَنَ ُك ْونَنَّا ِم َن ْالخَا ِس ِري َْن‪ .‬اَللَّ ُه َّم تَقَب َّْل ِمنَّا‬
‫علَ ْينَا‬‫ب َ‬ ‫س ِم ْي ُع ْالعَ ِل ْي ُم َوت ُ ْ‬ ‫ت ال َّ‬ ‫عائَنَا ِإنَّ َك أ َ ْن َ‬ ‫ُد َ‬
‫الر ِح ْي ُم‪.‬‬
‫اب َّ‬ ‫ت الت َّ َّو ُ‬ ‫اِنَّ َك ا َ ْن َ‬
‫طأْنَا َربَّنَا‬ ‫اخ ْذنَا اِ ْن نَّ ِس ْينَآ أ َ ْو ا َ ْخ َ‬ ‫َربَّنَا الَ ت ُ َؤ ِ‬
‫علَى‬ ‫ص ًرا َك َما َح َم ْلتَهُ َ‬ ‫علَ ْينَآ اِ ْ‬ ‫َوالَ ت َ ْح ِم ْل َ‬
‫طاقَةَ‬ ‫الَّ ِذي َْن ِم ْن قَ ْب ِلنَا َربَّنَا َوالَ ت ُ َح ِ هم ْلنَا َماالَ َ‬
‫ت‬‫ار َح ْمنَا ا َ ْن َ‬ ‫عنَّا َوا ْغ ِف ْرلَنَا َو ْ‬ ‫ف َ‬ ‫لَنَا ِب ِه َوا ْع ُ‬
‫علَى ْالقَ ْو ِم ْال َك ِا ِف ِري َْن‪.‬‬ ‫ص ْرنَا َ‬ ‫َم ْوالَنَا فَا ْن ُ‬
‫ب‬‫ب َو ُم ْه ِز َم اْأل َ ْحزَ ا ِ‬ ‫اَللَّ ُه َّم يَا ُم ْن ِـز َل ْال ِكتَا ِ‬
‫اِ ْه ِز ِم اْليَ ُه ْو َد َوا َ ْع َوانَ ُه ْم َو َ‬
‫ص ِل ْي ِب ِيهي َْن‬

‫‪25‬‬
‫س َما ِل ِيهي َْن َواِ ْخ َوانَ ُه ْم‬ ‫ْ‬
‫ار ُه ْم َو َرأ ُ‬ ‫ص َ‬ ‫َوا َ ْن َ‬
‫ع ُه ْم‪.‬‬ ‫شيُ ْو ِع ِيهي َْن َوا َ ْشيَا َ‬ ‫َواِ ْشتِ َرا ِك ِيهي َْن َو ُ‬
‫اج‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫م‬‫ِ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬‫َ‬ ‫ة‬
‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ف‬‫َ‬ ‫ال‬‫خ‬‫ِ‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫َ‬ ‫ة‬‫َ‬ ‫ل‬‫و‬‫ْ‬ ‫د‬
‫َ‬ ‫ك‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫أ‬ ‫س‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫َّ‬ ‫ن‬‫إ‬
‫ِ‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫لل‬ ‫َ‬ ‫ا‬
‫ِ‬
‫النُّبُ َّوةِ ت ُ ِع ُّز ِب َها اْ ِإل ْسالَ َم َوا َ ْهلَهُ َوت ُ ِذ ُّل ِب َها‬
‫ام ِلي َْن‬ ‫اجعَ ْلنا َ ِم َن ْالعَ ِ‬ ‫ْال ُك ْف َر َوا َ ْهلَهُ‪َ ،‬و ْ‬
‫صي َْن ِبإِقَا َمتِ َها ِبإِ ْذنِ َك يَا ا َ ْر َح َم‬ ‫ْال ُم ْخ ِل ِ‬
‫اح ِمي َْن‪.‬‬ ‫الر ِ‬ ‫َّ‬
‫سنَةً َوفِي اْ ِ‬
‫ْلخ َرةِ‬ ‫َربَّنَا آتِنَا ِفي ال ُّد ْنيَا َح َ‬
‫ب‬
‫ان َر ِبه َك َر ه ِ‬ ‫س ْب َح َ‬ ‫ار‪َ .‬و ُ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫عذَ َ‬ ‫سنَةً َو ِقنَا َ‬ ‫َح َ‬
‫س ِلي َْن‬‫علَى ْال ُم ْر َ‬ ‫سالَ ٌم َ‬ ‫صفُ ْو َن َو َ‬ ‫ع َّما يَ ِ‬ ‫ْال ِع َّزةِ َ‬
‫ب ْالعَالَ ِمي َْن‪ ،‬آمين‪.‬‬ ‫هلل َر ه ِ‬ ‫َو ْال َح ْم ُد ِ‬

‫‪26‬‬
‫هلل ْال َح ْم ُد‬
‫هللاُ أ َ ْكبَ ْر هللاُ أ َ ْكبَ ْر هللاُ أ َ ْكبَ ْر َو ِ‬
‫علَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ ِ‬
‫هللا َوبَ َر َكاتُهُ‪.‬‬ ‫سالَ ُم َ‬ ‫َوال َّ‬

‫‪27‬‬

You might also like