You are on page 1of 8

Representasi Nasionalisme Dalam Film

Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018)


Muhammad Ilham Aziz
Mahasiswa Magister Sejarah Peradaban Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: m.ilham.aziz98@gmail.com

ABSTRACT

This Study aims to analyze the film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta” with the semiotic
study of Charles Sanders Pierce. Semiotics is a method or science used to study signs. The semiotics of Charles
Sanders Pierce used in this paper is oriented to the triangle meaning model which consists of: Sign, Object, and
Interpretant. The author will choose a cur scene that represents nationalism with triangle meaning analysis.
This study aims to determine the representation of nationalism in this film. The author takes the theme of
nationalism because the spirit and love of the King of Mataram for the people and future generations has
been carefully thought out. So there is a need for a desciptive analysis study to show the spirit of nationalism
promoted by Sultan Agung in defending the Islamic Mataram Kingdom from the Dutch colonialists. The
film’s representation of nationalism in this paper is studied using qualitative methods and semiotic analysis
as an approach. The results of this study: First, the representation of Sultan Agung nationalism is shown by
the firm attitude of a leader to defend his territory from the Dutch colonialists. Second, the representation of
nationalism is shown through resistance against the invaders who will harm the people and worsen the lives
of future generations. Third, the representation of nationalism is interpreted by teaching noble values to the
younger generation.

Keywords: Representation of Nationalism, Sultang Agung Film, Semiotics

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta”
dengan kajian semiotika Charles Sanders Pierce. Semiotika merupakan metode atau ilmu yang
digunakan untuk mengkaji tanda. Semiotika Charles Sanders Pierce yang digunakan dalam tulisan
ini berorientasi pada model triangle meaning yang terdiri atas: Sign, Object, dan Interpretant. Penulis
akan memilih potongan adegan yang merepresentasikan tentang nasionalisme dengan analisis triangle
meaning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi nasionalisme dalam film tersebut.
Penulis mengambil tema nasionalisme karena semangat dan cinta Raja Mataram terhadap rakyat dan
generasinya di masa mendatang sudah dipikirkan secara matang-matang. Sehingga perlu adanya sebuah
kajian deskriptif analisis untuk memperlihatkan semangat nasionalisme yang diusung oleh Sultan
Agung dalam mempertahankan Kerajaan Mataram Islam dari para penjajah Belanda. Representasi
film ini terhadap nasionalisme dalam tulisan ini dikaji menggunakan metode kualitatif dan analisis
semiotik sebagai pendekatannya. Hasil dari penelitian ini: Pertama, representasi nasionalisme film ini
ditunjukkan dengan sikap tegas seorang pemimpin untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya
dari para penjajah Belanda. Kedua, representasi nasionalisme ditunjukkan melalui perlawanan
terhadap para penjajah yang akan merugikan rakyat dan memperburuk kehidupan generasinya di
masa mendatang. Ketiga, representasi nasionalisme diinterpretasikan dengan mengajarkan nilai-nilai
luhur kepada generasi muda.

Kata Kunci: Representasi Nasionalisme, Film Sultan Agung, Semiotika

Representasi Nasionalisme Dalam Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018) | 104
PENDAHULUAN memproduksi film sesuai dengan realitas
kehidupan yang terjadi. Salah satunya adalah
Pada era digital dan perkembangan teknologi film yang bertemakan sejarah, tentu harus dibuat
yang sangat pesat di masa sekarang terkhusus di berimbang dan seobjektif mungkin agar makna
Indoenesia, media menjadi salah satu alternatif yang terkandung di dalam sebuah peristiwa
untuk membuka cakrawala masyarakat Indonesia sejarah benar-benar dapat dirasakan, meskipun
pada umumnya. Teknologi yang semakin dibuat dalam bentuk dokumenter (Ardianto
canggih menjadikan media komunikasi semakin 145).
pesat, baik media elektronik maupun cetak.
Informasi menjadi sebuah kebutuhan manusia Film yang bertemakan sejarah kebanyakan
yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui memuat tentang sikap nasionalisme. Masyarakat
informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa- mendefinisikan nasionalisme sebagai suatu sikap
peristiwa yang pernah terjadi di sekitarnya, atau ajaran untuk mencintai tanah air, atau
baik masa lampau ataupun sekarang. Salah sebuah tindakan represif untuk memperjuangkan
satu tampilan media yang berperan aktif dalam serta mempertahankan kedaulatan suatu bangsa
merepresentasikan sebuah realitas kehidupan dan negara. Ernest Gellenervia mendefinisikan
manusia ialah perfilman. Dari sekian banyak nasionalisme sebagai sebuah prinsip politik yang
cara untuk membangkitkan jiwa nasionalisme di menganggap bahwa unit nasionalis dan politik
masa modern, film dianggap sebagai salah satu harus seimbang (Rahayu 67). Film merupakan
alternatif yang efektif karena sikap, gaya, dan hasil produksi berupa audiovisual yang di
perilaku tokoh yang ditampilkan di dalam film dalamnya mengandung tanda-tanda yang dapat
dapat ditiru oleh yang menontonnya. Melalui merepresentasikan suatu pemahaman tertentu
film seorang mampu untuk memproyeksikan (Ardianto 143).
realitas kehidupan dalam sebuah layar yang
dapat dinikmati di masa modern. Beberapa Representasi dapat diartikan sebagai suatu konsep
film di Indonesia ada yang mengangkat tentang suatu hal yang ada dalam pemikiran
tema nasionalisme dengan menceritakan dan kita, kemudian konsep-konsep yang ada dalam
menggambarkan sebuah realitas kehidupan pemikiran kita diterjemahkan melalui bahasa
di masa lampau. Sosok pahlawan diceritakan yang dapat menghubungkan antara konsep
dan dikemas melalui film sebagai media untuk yang ada dalam pemikiran kita dengan bahasa
menyosialisasikan pentingnya mempelajari yang dapat mengkonstruksi sebuah makna. Di
sejarah. Di Indonesia, film dapat dimaknai dalam hal ini, bahasa bukan hanya suatu tulisan,
sebagai sebuah alternatif untuk menyampaikan melaikan dapat berupa bahasa visual yaitu film
suatu pesan atau menanamkan sebuah ideologi (Hall 15).
maupun hegemoni kepada penontonnya. Sebab
melalui film sebuah ideologi dan hegemoni Salah satu film yang memuat tentang sikap
dapat dengan mudah disampaikan serta nasionalisme berjudul “Sultan Agung: Tahta,
ditanamkan kepada khalayak umum, sehingga Perjuangan dan Cinta”. Film ini bergenre
masyarakat mampu untuk menangkap konsep action, kolosal, dan biografi. Akan tetapi dalam
dari nasionalisme yang dibangun oleh sutradara perspektif penulis, film ini masuk dalam bagian
melalui film yang mereka produksi sesuai dengan film bermuatan sejarah, yang mengandung nilai
realitas peristiwa di masa lampau (Nugroho 1). nasionalisme di dalamnya. Dari film tersebut,
masyarakat akan bersaksi bahwa realitas
Pada dasarnya film diciptakan sebagai media perlawanan yang diprakarsai oleh Raja Mataram
hiburan. Namun demikian fungsi dari film tidak untuk melawan Belanda secara langsung itu
sebatas itu, melainkan mengandung makna benar adanya, karena didukung oleh sumber-
ataupun unsur-unsur yang berkaitan dengan sumber autentik dari realitas peristiwa itu
informatif, edukatif, dan juga persuasif. Di sendiri. Representasi nasionalisme dalam film
dalam sebuah film, unsur informasi, edukatif ini ditunjukkan dengan sikap nasionalisme
dan persuasif dapat dengan mudah diterima klasik yang terlihat dengan angkat senjata dalam
oleh masyarakat atau khalayak jika dalam melawan penjajah. Nasionalisme tidak hanya

Representasi Nasionalisme Dalam Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018) | 105
sebuah simbol, melainkan sikap nyata membela METODE PENELITIAN
tanah airnya dari penjajahan ataupun penindasan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Dalam film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan kualitatif yang bersifat deskriptif dan analisis.
dan Cinta” memuat konsep nasionalisme yang Penulis menggunakan pendekatan analisis
dibingkai sangat baik. Sosok Sultan Agung semiotik yang digagas oleh Charles Sanders
sebagai tokoh utama dalam film memiliki sifat Pierce, ilmu semiotika berawal dari tiga elemen
kharismatik, bijaksana, adil dan mampu membuat utama yang disebut Pierce sebagai teori segitiga
keputusan dengan tegas. Itulah salah satu makna atau triangle meaning, yaitu tanda, objek,
karakteristik sifat seorang pemimpin yang wajib dan interpretant (Kriyanto 267).
dimiliki. Banyak pesan yang ingin disampaikan
melalui sebuah karya yang sudah dipertontonkan Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan
di layar lebar. Di dalam penelitian ini, peneliti dan menguraikan suatu realita dengan apa
menggunakan analisis semiotika sebagai alat adanya serta menggunakan data kualitatif yang
untuk menganalisis makna yang terdapat di akan menghasilkan data deskriptif berupa kata
dalamnya. yang tertulis atau dari perilaku yang diamati.
Sasaran yang penelitian ini mencakup subjek dan
Semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion objek, dalam penelitian representasi nasionalisme
yang berarti tanda, atau seme yang dapat diartikan dalam film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan
sebagai penafsir tanda. Secara harfiah semiotika Cinta”. Perjuangan yang menggambarkan suatu
merupakan suatu ilmu atau metode analisis sikap tegas seorang Raja untuk mempertahankan
yang dapat digunakan untuk mengkaji suatu wilayah kekuasaannya dari penjajah Belanda,
tanda (Sobur 16). Ilmu semiotika berakar pada pada dasarnya merupakan sebuah representasi
keilmuan klasik dan skolastik atas seni logika dan nasionalisme yang dipegang teguh olehnya.Subjek
retorika. Menurut Lechte semiotika adalah suatu risetnya adalah teks dan makna sedangkan objek
disiplin ilmu yang menyelidiki semua bentuk risetnya adalah representasi nasionalisme dalam
komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda- film ini. Penelitian ini berfokus pada audiovisual,
tanda berdasarkan pada sistem tanda (Kurniawan dialog, background dan latar serta hasil analisis
191). Perlu diketahui bahwa seseorang memiliki merupakan representasi nasionalisme dalam film
kemampuan untuk merepresentasikan dunia tersebut.
melalui tanda-tanda dengan cara apapun yang
diinginkan, baik dengan cara dusta maupun Peneliti akan memilih potongan adegan
kesesatan. dalam film yang merepresentasikan sikap
nasionalisme dengan menggunakan analisis
Penelitian ini mengkaji tentang representasi triangle meaning. Berikut adalah tahapan yang
nasionalisme yang terdapat dalam film “Sultan dilalui oleh peneliti dalam melakukan analisis
Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta”. Adapun semiotika yaitu: mendefinisikan objek analisis
tujuan dari penelitian ini antara lain: 1) Untuk atau riset, mengumpulkan teks, mendeskripsikan
melihat representasi nasionalisme Sultan Agung teks, menafsirkan teks, kemudian membuat
yang ditunjukkan dengan sikap tegas seorang generalisasi konsep dan paling akhir adalah
pemimpin untuk mempertahankan wilayah menyimpulkan hasi penelitian.
kekuasaannya dari para penjajah Belanda.
2) Untuk melihat representasi nasionalisme SAJIAN DATA
ditunjukan melalui perlawanan terhadap para
penjajah yang akan merugikan rakyat dan Langkah awal yang dilakukan adalah
memperburuk kehidupan generasinya di masa mendefinisikan potongan gambar dari film
mendatang. 3) Untuk mengetahui representasi yang menginterpretasikan nasionalisme di
nasionalisme yang diinterpretasikan dengan dalamnya. Kemudian peneliti mengumpulkan
mengajarkan nilai-nilai luhur kepada generasi dan mendeskripsikan teks berdasarkan indikasi-
muda. indikasi yang saling berkaitan. Berdasarkan
temuan data yang ada dalam film peneliti

Representasi Nasionalisme Dalam Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018) | 106
mengambil 3 contoh potongan scene yang
menggambarkan nasionalisme Sultan Agung Object Sultan Agung berpidato di
sebagai tokoh utama dalam film. Berikut adalah depan rakyatnya disertai
beberapa scene film yang merepresentasikan ekspresi wajah yang serius
nasionalisme Sultan Agung dengan pendekatan dan geram dengan mengucap
semiotika Charles Sanders Pierce. “mukti utowo mati ing Sunda
Kelapa”

Sign Interpretant Scene ini menginterpretasikan


bahwa semangat juang rakyat
Mataram tersulut melalui
pidato yang disampaikan oleh
Sultan Agung. Sehingga rakyat
bersemangat untuk melawan
para penjajah Belanda yang
mulai bersikap semena-
mena. Harapan Sultan Agung
ketika semangat perjuangan
Gambar 1: Scene 1 dikobarkan, antusiasme rakyat
dalam melawan penjajah
Object Sultan Agung bersikap tegas semakin berkobar pula.
untuk melawan penjajah Peperangan memang bukan
Belanda, dengan ekspresi wajah jalan terbaik, tatapi jika itu
yang serius dan terlihat berpikir merupakan jalan satu-satunya
mendalam dan penuh makna. yang harus ditempuh tidak
menjadi masalah bagi Kerajaan
Interpretant Scene ini menginterpretasikan Mataram untuk melakukannya.
tentang pemikiran Sultan Karena pantang tunduk pada
Agung yang tegas dalam para penjajah yang telah berani
mengambil keputusan. Melalui sewenang-wenang terhadap
ketegasan Sultan agung para punggawa kerajaan dan
di depan para adipati dan rakyat-rakyatnya.
punggawa Kerajaan Mataram,
dia memerintahkan kepada Sign
beberapa pemimpin wilayahnya
untuk bersatu dan bersiap
melakukan perlawanan kepada
penjajah Belanda.

Sign

Gambar 3: Scene 3

Object Sultan Agung sedang


memegang wayang Semar,
terlihat beberapa anak-
anak kecil duduk melingkar
memperhatikannya dengan
Gambar 2: Scene 2 penuh keseriusan.

Representasi Nasionalisme Dalam Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018) | 107
bijaksana dan tegas (Abimanyu 54). Ciri fisik
Interpretant Scene ini menginterpretasikan Sultan Agung adalah berbadan bagus, berwajah
sikap nasionalisme terhadap tenang dan bulat, serta memiliki tatapan yang
generasi bangsa. Sultan Agung tajam seperti singa (Graaf 102). Sedangkan cara
memiliki kecintaan yang besar berpakaian Sultan Agung memiliki karakteristik
terhadap ilmu dan kebudayaan. yang menarik, yaitu terkenal dengan pakaian
Sehingga ia tidak ingin orang Jawa kebanyakan, memakai kopiah (kuluk)
generasi-generasi muda mudah dan keris (Hamka 274).
dibodohi oleh para penjajah,
maka dari itu dasar kecintaan Representasi nasionalisme dalam film ini dapat
terhadap warisan leluhur perlu dilihat dari gambar 1 scene 1. Sultan Agung
ditanamkan. Agar generasi mengambil sikap tegas ketika rapat dengan
setelahnya dapat meneruskan adipati dan punggawa Kerajaan Mataram. Sultan
perjuangannya. Agung berharap dari ketegasannya mampu untuk
membebaskan rakyatnya dari penjajahan dan
PEMBAHASAN penindasan bangsa Asing. Nasionalisme Sultan
Agung terlihat jelas, ketika dia memikirkan
Film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan rakyat-rakyatnya agar tidak diperbudak oleh
Cinta” adalah film yang diluncurkan pada Belanda. Dari ketegasan yang dia ambil, para
tanggal 23 Agustus 2018. Film ini meraih adipati dan punggawanya diperintahkan untuk
beberapa penghargaan antara lain yaitu: Festival bersatu dalam melawan penjajah Belanda. Hans
Film Bandung untuk Film Bioskop Terpuji, Kohn dalam (Murod) berpendapat bahwa
Festival Film Bandung untuk Pemeran Utama nasionalisme merupakan suatu ajaran yang
Pria Terpuji Film Bioskop, dan penghargaan- menyatakan bahwa kesetiaan manusia tertinggi
penghargaan lainnya. Film ini disutradarai oleh harus diberikan dan diserahkan kepada negara
Hanung Bramatyo dan diperankan oleh beberapa tercinta. Ketegasan Sultan Agung merupakan
artis, antara lain: Marthino Lio, Putri Marino, bukti bahwa adanya sebuah rasa kecintaan
Ario Bayu, Adinia Wirasti, dan Deddy Sutomo. terhadap rakyat dari pemerintah dengan harapan
agar bangsanya tidak diperbudak oleh para
Film ini berfokus pada perjuangan Raja penjajah. Boyd Shafer mengungkapkan bahwa
Mataram yang mempertahankan kekuasaannya, bangsanya sendiri harus lebih tinggi dari bangsa-
dari penjajah Belanda yang saat itu mulai bangsa lainnya (Yuwita 47).
mengepakkan sayapnya di tanah Jawa. Ada
korelasi yang cukup erat dari film ini dengan Representasi nasionalisme ditunjukkan pada
nasionalisme. Sultan Agung Hanyakrakusuma gambar 2 scene 2, gambar tersebut memuat nilai
memiliki nama asli Raden Mas Jatmika atau lebih nasionalisme berupa perlawanan terhadap para
dikenal dengan sebutan Raden Mas Rangsang. penjajah. Sultan Agung sudah bersiap rperang
Sultan Agung merupakan putra dari pasangan untuk mempertahankan tanah air, bangsa dan
Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah negaranya. Para prajurit-prajurit Mataram
Banowati, putri pangeran Benawa dari Pajang. telah bersiap dan dikobarkan semangatnya oleh
Pada saat ia dikirim untuk nyantrik di salah pemimpinnya. Kata-kata Sultan Agung yang
satu padepokan di Mataram, kondisi Kerajaan diucapkannya ketika mengobarkan semangat
Mataram sedang mengalami masa yang sangat prajurit-prajuritnya ialah “Mukti Utowo Mati Ing
genting. Sebab terjadi pemberontakan baik dari Sunda Kelapa”. Secara tidak langsung kata-kata
internal maupun eksternal kerajaan. Sampai pada tersebut memperlihatkan bahwa nasionalisme
akhirnya Ayahanda Raden Mas Rangsang yaitu Raja Mataram beserata prajurit-prajuritnya tidak
Panembahan Hanyokrowati wafat dan digantikan diragukan lagi. Sebab, perjuangan Mataram
olehnya untuk menduduki tahta Mataram. Pada dalam melawan penjajah Belanda di Batavia
masa pemerintahannya, Sultan Agung berhasil suatu saat akan menjadi catatan sejarah yang tidak
membawa Mataram pada puncak kejayaan, ia dapat dilupakan. Nasionalisme yang terdapat
dikenal dengan sebagai raja yang berwibawa, dalam film ini memiliki ciri nasionalisme klasik

Representasi Nasionalisme Dalam Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018) | 108
yang berhubungan dengan perjuangan melalui nasionalisme ditunjukan dengan kecintaan
angkat senjata dalam melawan penjajah. Film sosok raja Mataram terhadap generasi-generasi
ini memiliki nilai nasionalisme yang tinggi dari muda dengan mengajarkan kidung-kidung
Sultan Agung untuk mempertahankan tanah dan tradisi-tradisi yang telah diwarsikan oleh
airnya dari para penjajah. Jika dilihat dari sisi nenek moyangnya. Wujud nasionalisme semakin
historis, Sultan Agung merupakan Raja Mataram terlihat dari apresiasi Raja Murad IV kepada
yang ke-3. Pada masanya, Kerajaan Mataram Sultan Agung dengan diberikannya gelar
mengalami era kejayaan. Dengan pemerintahan Khalifatulloh Panotogomo. Pascaperlawanan
yang adil dan bijaksana Sultan Agung mampu Sultan Agung kepada para penjajah Belanda
menyatukan sebagaian wilayah di tanah Jawa memberikan dorongan kepada kerajaan-kerajaan
dengan mengusung tujuan Gajah Mada untuk di Nusantara untuk melakukan hal yang sama
mempersatukan Nusantara. terhadap para bangsa Asing yang memiliki
tujuan menjajah tanah airnya. Sejak kematian
Film ini menggambarkan bahwa budaya bangsa JP Coen, Sultan Agung kembali membangun
Indonesia yang sangat beragam mampu dipadukan Mataram. Beliau memusatkan perhatiannya pada
dengan sangat baik. Beberapa budaya orang ilmu dan kebudayaan. Di antara perhatiannya
kraton Jawa diperlihatkan, seperti pemakaian terhadap bidang tersebut terlihat dari penciptaan
surjan, keris, dan pencak silat (seni pertahanan). tanggalan Jawa dan menggabungkan perhitungan
Rasa nasionalisme juga diperlihatkan oleh tanggalan Hijriah (Islam) dengan Caka (Hindu),
rakyat-rakyat Jawa di bawah kepemimpinan beliau juga memiliki karya tulis yang berjudul
Mataram yang bersatu dalam melawan penjajah Kitab Sastra Gending yang berisi falsafah hidup
Belanda. Keputusan yang telah diambil oleh orang Jawa.
seorang raja tidak dapat diganggu gugat. Dalam
film ini terdapat juga kalimat “Sabda pandita ratu, Perjuangan Sultan Agung dalam mempertahankan
tan kena wola-wali”, yang berarti bahwa sabda Kerajaam Mataram dari penjajah Belanda
raja dan pemuka agama tidak boleh plin-plan. mendapat gelar khalifah dari Raja Murad IV,
Atau dapat dipahami bahwa seorang raja dan dengan gelar Khalifatulloh Panotogomo yang
pemimpin ketika mengambil keputusan haruslah kelak menjadi gelar dari pemimpin Kasunanan
bersikap tegas, tidak boleh berubah-ubah, karena Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarto
ucapanya adalah pedoman rakyat. Ketika seorang Hadiningrat (Yogyakarta).
raja membuat keputusan yang tidak tegas maka
menimbulkan kebingungan dalam masyarakat
(rakyat). Namun demikian, dalam film ini sosok
Raja Mataram dalam mengambil keputusan
sangatlah tegas dan berani.

Perlawanan itu diprakarsai langsung oleh Sultan


Agung sebagai tokoh utama dalam film, termasuk
dalam pengaturan strategi peperangan. Pada film
tersebut strategi yang matang dapat membuahkan
hasil yang diinginkan, kegagalan bukan awal
dari kekalahan. Ketika tentara-tentara penjajah Gambar 4: Surat dari Raja Murad IV yang berisi pemberian
melakukan serangan terhadap rakyat Mataram, gelar kepada Sultan Agung Mataram menjadi Khalifatulloh
kekalahan memang sudah diambang mata. Panotogomo
Akan tetapi usaha akhir yang dilakukan untuk
membendung arus sungai Ciliwung, yang saat Gambar 4 merupakan bukti bahwa perlawanan
itu menjadi lintas dalam pergerakan membuat rakyat Mataram dalam mempertahankan tanah
tentara Belanda mundur dengan sendirinya. air, bangsa dan negaranya diapresiasi oleh Raja
Murad IV, dengan pemberian gelar Khalifatulloh
Kemudian representasi nasionalisme pada Panotogomo kepada Sultan Agung Mataram.
gambar 3 scene 3, memperlihatkan bahwa sikap Berkat keteguhan niat serta ketegasannya dalam

Representasi Nasionalisme Dalam Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018) | 109
memimpin, menjadikannya sosok pemimpin KEPUSTAKAAN
yang berwibawa, bijak, dan tegas. Penyerangan
Kerajaan Mataram ke Batavia menjadi suatu Abimanyu, Soedjipto. Kitab Terlengkap
dorongan kepada kerajaan-kerajaan lain di SejarahMataram: Seluk-Berdirinya
Nusantara untuk melawan penjajahan bangsa Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan
asing. Salah satunya adalah perlawanan dari Yogyakarta, Jakarta: Saufa, 2015.
Kasultanan Banten yang dipimpin oleh Sultan
Ageng Tirtayasa dengan menggempur Benteng Ardianto, Elvinaro & Q-Anees, Bambang.
Batavia. Filsafat Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2009.

De Graff, H.J. Puncak Kekuasaan Mataram:


SIMPULAN Politik Ekspansi Sultan Agung, Jakarta:
Pustaka Grafitipers, 1990.
Film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan
Cinta” menceritakan tentang representasi Hamka. Sejarah Umat Islam IV, Jakarta: Bulan
nasionalisme yang ditunjukkan oleh Raja Bintang, 1976.
Mataram. Film ini secara tidak langsung mampu
mengkonstruksi pemikiran orang yang melihat Kriyantono, Rahmat. Teknik Praktis Riset
film tersebut. Sultan Agung adalah seorang raja Komunikasi, Surabaya: Media Group
yang berwibawa, bijaksana, dan tegas. Kerajaan Kencana Prenada, 2006.
Mataram mengalami puncak kejayaan pada masa
pemerintahannya. Melalui film ini penonton Kurniawan. Semiologi Roland Barthes. Magelang:
secara tidak langsung akan membayangkan Indonesia, 2001.
bagaimana perjuangan para pendahulu dalam
mempertahankan tanah air, dengan melakukan Rahayu, Minto. Pendidikan Kewarganegaraan:
perlawanan terhadap para penjajah. Representasi Perjuangan Menghidupi Jati Diri Bangsa.
nasionalisme dalam film ini dapat dibagi Jakarta: Grasindo, 2007.
menjadi tiga bagian. Pertama, ketegasan dalam
mengambil keputusan oleh seorang pemimpin Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung:
yang cinta akan tanah air dan bangsanya. Kedua, Remaja Rosdakarya, 2003.
perlawanan sebagai wujud nasionalisme dalam
mempertahankan harkat dan martabat bangsanya
di mata penjajah. Ketiga, Wujud cinta kepada
bangsanya diinterpretasikan melalui pengajaran
nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Melalui
film ini seseorang akan tahu mengenai peristiwa
sejarah perlawanan Kerajaan Mataram terhadap
penjajah Belanda, dan bersaksi bahwa perjuangan
itu sesuai dengan realitas di masanya, dan
memang nyata adanya.

Representasi Nasionalisme Dalam Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018) | 110
JURNAL

Murod, Abdul Choliq. Nasionalisme dalam


Perspektif Islam. Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol
XV, No 2, 2011. p 45-58, https://ejournal.undip.
ac.id/index.php/cilekha/article/view/5039.

Nugroho, Bayu Putra Utama dan Catur.


Representasi Nasionalisme dalam Film Biografi
Studi Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai
Nasionalisme dalam Film Jendral Soedirman.
Jurnal e-Proceding of Management: Vol.4,
No. 2 Agustus. 2017, pp 1, https://openlibrary.
telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/135374/
jurnal_eproc/representasi-nasionalisme-dalam-
film-biografistudi-analisis-semiotika-roland-
barthes-mengenal-nasionalisme-dalam-film-
jendral-soedirman.pdf.

Yuwita, Nurma. Representasi Nasionalisme dalam


Film Rudy Habibie (Studi Analisis Semiotika
Charles Sanders Pierce). Vol. 6, No 1, Januari 2018,
pp 47, https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.
php/HERITAGE/article/view/1565/1249.

Representasi Nasionalisme Dalam Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018) | 111

You might also like