Professional Documents
Culture Documents
Artikel Pergaulan Bebas Antar Lawan Jenis
Artikel Pergaulan Bebas Antar Lawan Jenis
ABSTRACT
This research was intended to discover the correlation relationship between
the effective communications about sexuality in family on early adolescents’
attitude toward free socialization among youths of different sexes. The subjects
of the research were 370 Junior High School students that consisted of 185
female students and 185 male students from SLTP PIRI I Yogyakarta and SLTPN
5 Depok Sleman. Three psychological scales made by the researcher were used
to obtain the data. The first psychological scale was the communications about
sexuality in family for the early female adolescents and it consisted of 23 items.
The second psychological scale was the communications about sexuality in
family for the early male adolescents and it also consisted of 23 items. The third
psychological scale was the attitude toward free socialization among youths of
different sexes and it consisted of 66 items. Data analysis by Pearson product
moment analysis shows that the correlation relationship between the effective
communications about sexuality in family and early adolescents’ attitude toward
free socialization among youths of different sexes was significantly positive for
both female and male students (rxy1 =0,201 ; p= 0,003 and rxy2 =0,147 ; p= 0,023
p ′ 0,05). The effective contribution given by the effective communications about
sexuality in family on early adolescents’ attitude toward free socialization
among youths of different sexes was 4% for female students and 2,2% for male
students. Data analysis by applying the t – test analysis shows that there was a
significant difference between female and male students’ attitude toward free
socialization among youths of different sexes ( X L = 177,88 ∃ X P = 159,12; t =
- 6,4 ; p = 0,000, p ′ 0,01). It means that the attitude of early male adolescents
toward free socialization among youths of different sexes is higher than early
female adolescents.
Keywords: effective communications about sexuality in family, early adolescent,
free socialization among youths of different sexes
mereka dan informasi apa saja yang tidak perlu terjadi jika orangtua sejak dini
dibutuhkan seiring dengan pertumbuhan telah meningkatkan kewaspadaannya sehu-
fisik tersebut. bungan dengan perkembangan fisik dan
Remaja awal yang sedang renggang psikis remaja awal (Hurlock, 1991).
hubungannya dengan orangtua semakin Informasi seksualitas sangat diperlukan
merasa tidak mendapat perhatian dalam anak sejak dini, terutama untuk mengha-
menghadapi masalah yang dihadapi dapi masa remajanya yang penuh gejolak
terutama seputar adanya perkembangan dan masa dewasanya kelak.
fisik dan psikis. Remaja awal pun menjadi Penelitian Utamadi (1998) menyatakan
enggan dan malas untuk bertanya. bahwa pendidikan seksual dini pada anak
Komunikasi yang terjalin antara orangtua sebenarnya telah mendapat sambutan
dan remaja awal menjadi terhambat dan positif dari para orangtua yang peduli akan
cenderung menjadi tidak efektif. Remaja perkembangan anak remajanya. Adanya
awal lebih memilih untuk mempertanyakan hambatan-hambatan timbul dari pihak
dan mendiskusikan hal-hal baru yang orangtua yang tidak pernah mendapatkan
terjadi dalam diri mereka dengan teman pendidikan seksual dan informasi mengenai
sebayanya. Padahal, teman sebaya seksualitas oleh orangtua mereka di masa
cenderung tidak memiliki pengetahuan lampau. Hal ini menimbulkan berbagai
yang memadai untuk saling berbagi, kesulitan dalam memberikan informasi
terutama informasi mengenai seksualitas. tersebut pada anak-anak mereka. Komuni-
Hal tersebut menjadi sangat riskan karena kasi yang terjalin dalam menginformasikan
umumnya pengetahuan remaja tentang masalah seksualitas dari orangtua kepada
masalah seksual masih sangat terbatas, remaja pun menjadi terhambat dan tidak
sehingga sering disalahgunakan oleh unsur- efektif. Orangtua menjadi tertutup, tidak
unsur yang tidak bertanggungjawab mau memberikan pengertian dan berdiskusi
(Subandi dkk, 1991). tentang seksualitas dengan anak-anaknya
Penulis melakukan wawancara awal (Handayani, 2000).
pada bulan Mei 2001 di daerah Sleman dan Komunikasi yang dilakukan menjadi
Kodia Yogyakarta. Lima subyek yang terhambat dan sering menimbulkan salah
diambil merupakan remaja awal, usia 13 – pengertian dan kesalahpahaman antara
15 tahun dan duduk di kelas I – III SMP. anak dan orangtua. Hal tersebut sering
Dari hasil wawancara diperoleh hasil menimbulkan kesan bahwa orangtua
bahwa hanya satu anak yang mengatakan cenderung menghindar dan menutupi
bahwa informasi mengenai seksualitas masalah seksualitas serta kurang mema-
diperoleh dari orangtua, terutama ibu. hami pentingnya pendidikan seksualitas
Empat anak lainnya mengaku memperoleh dini. Kecenderungan orangtua untuk
informasi mengenai pendidikan seksualitas menghindar dalam memberikan informasi
diperoleh dari teman, VCD porno, guru dan seksualitas semakin memperenggang
buku pengetahuan mengenai seksualitas. hubungan antara orangtua dan remaja.
Pemenuhan rasa ingin tahu remaja awal Fenomena ini mengakibatkan anak lebih
tentang seksualitas dari sumber-sumber senang untuk mengumpulkan informasi
yang tidak bertanggungjawab sebenarnya mengenai seksualitas dari teman sebaya
dan informasi dari luar yang terkesan tidak jenis dalam penelitian ini merupakan
bertanggungjawab. Dengan demikian pergaulan yang menunjukkan sikap dan
kegagalan komunikasi antara orangtua dan perilaku yang menuju pada sexual
remaja telah terjadi. permissiveness ditinjau dari adanya kontak
Kegagalan komunikasi menurut fisik dalam berpacaran. Perilaku seksual
Rakhmat (2000) dikatakan juga sebagai yang ditunjukkan adalah sesuai dengan
komunikasi yang tidak efektif. Hal ini perkembangan seksualitas remaja awal
berarti gagasan yang disampaikan tidak yang telah menunjukkan adanya saling
mudah dipahami, menjengkelkan dan ketertarikan dengan lawan jenisnya.
menciptakan jarak yang semakin jauh Jika ditinjau lebih jauh, keluarga
dengan orang lain serta gagal memberi sebenarnya adalah wadah dimana anak
dorongan orang lain untuk bertindak. pertama kalinya belajar mengetahui segala
Nuryoto (1991) menyatakan bahwa kega- macam informasi dalam kehidupan
galan komunikasi menimbulkan adanya termasuk hal-hal pribadi seperti seksualitas.
suatu ketidakpuasan dalam diri remaja. Orangtua adalah pihak yang paling
Ketidakpuasan tersebut timbul karena bertanggungjawab akan hal tersebut.
kebutuhan psikisnya tidak terpenuhi secara Sesungguhnya dengan otoritas yang
tepat dan wajar, sehingga ia berusaha dimilikinya, orangtua dapat mengarahkan
melakukan kompensasi. Selama kompen- anak mereka pada satu pendidikan yang
sasi yang dipilih bersifat positif, maka hal sesuai dengan nilai-nilai dan norma dalam
tersebut tidak akan menjadi masalah, tetapi keluarga serta masyarakat. Mengingat
tidak jarang remaja mengalami kesulitan ketergantungan anak pada masa remaja
memilih kompensasi yang positif. Mereka awal terhadap orangtua masih tinggi, maka
cenderung untuk melarikan diri dari masa inilah yang sesungguhnya penting
permasalahan yang dihadapi seperti bagi orangtua untuk diperhatikan dalam
merokok, minum minuman keras dan memasukkan nilai dan norma keluarga
memakai obat terlarang. Bahkan ada yang serta masyarakat dalam diri anak. Dengan
sampai melakukan tindakan asusila atau demikian apabila anak meminta informasi
asosial yang berupa mencuri, merampok, mengenai seksualitas kepada orangtuanya,
atau tindakan yang berbau seks seperti diharapkan informasi yang diterima anak
pelacuran, pemerkosaan dan seks pranikah. adalah informasi yang baik, benar, dapat
Hal semacam itu menjadi penyebab dipertanggungjawabkan, dan sesuai dengan
munculnya ekses negatif perilaku seksual taraf perkembangan seksualitas anak.
remaja, seperti kehamilan pranikah serta Seksualitas dapat menyangkut berbagai
pergaulan bebas antar lawan jenis. macam dimensi, yaitu dimensi biologis,
Iskandar (1997) menyatakan, pergaulan psikologis, dimensi sosial dan dimensi
bebas antar lawan jenis merupakan kultural-moral (Masters, dkk, 1992 ; Bruess
pergaulan bebas yang diawali dengan dan Greenberg, 1981). Hal ini berarti
remaja laki-laki dan perempuan yang mulai bahwa pandangan seks yang identik dengan
melakukan hal-hal yang bertentangan hubungan seksual adalah tidak benar.
dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam Isdwiputranti (Familia, 2000), mengatakan
masyarakat. Pergaulan bebas antar lawan bahwa untuk menciptakan saling
rendah sikap remaja awal perempuan jenis khususnya mengenai sikap dan
terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. perilaku yang menuju pada sexual
Ada hubungan negatif antara komuni- permissiveness yang ditinjau dari adanya
kasi efektif tentang seksualitas dalam kontak fisik.
keluarga dengan sikap remaja awal laki-
laki terhadap pergaulan bebas antar lawan 2. Skala Komunikasi tentang Seksualitas
jenis. Semakin efektif komunikasi tentang dalam Keluarga
seksualitas dalam keluarga, maka semakin Skala ini juga disusun sendiri oleh
rendah sikap remaja awal laki-laki terhadap penulis berdasarkan teori Lunandi (2000).
pergaulan bebas antar lawan jenis. Skala komunikasi tentang seksualitas ini di
bedakan menjadi dua skala, yakni Skala
SUBJEK PENELITIAN Komunikasi tentang Seksualitas untuk
1. Remaja awal, berusia 12- 15 tahun subyek laki-laki dan Skala Komunikasi
tentang Seksualitas subyek perempuan.
2. Duduk di kelas I dan II SLTP Skala tersebut dibedakan dengan pertim-
3. Bertempat tinggal dengan orangtua bangan adanya perbedaan pada content
4. Pengambilan data dilakukan di SLTP seksualitas pada laki-laki dan perempuan
PIRI I dan SLTPN 5 Depok Sleman terutama pada aspek biologis dan
psikologis.
5. Jumlah subyek sekitar 100 orang
Ketiga skala yang diberikan merupakan
tanggapan subyek yang berupa salah satu
METODE PENGUMPULAN DATA
pilihan dari empat alternati tanggapan yang
Pengumpulan data penelitian dilakukan tersedia, yaitu SS (Sangat Setuju), S
dengan menggunakan tiga macam skala. (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS
Skala tersebut antara lain skala sikap (Sangat Tidak Setuju).
terhadap pergaulan bebas, skala komuni-
kasi efektif tentang seksualitas untuk HASIL
subyek perempuan dan skala komunikasi
efektif tentang seksualitas untuk subyek 1. Hasil Deskripsi Data
laki-laki.
Tabel Statistik Deskriptif Sikap Remaja
1. Skala Sikap terhadap Pergaulan Awal Terhadap Pergaulan Bebas dan
Bebas Komunikasi Efektif tentang Seksualitas
dalam Keluarga.
Skala ini disusun oleh penulis berda-
sarkan hasil survey (25 Maret 2001) dan
merujuk pada teori-teori mengenai perilaku
seksual pada remaja maupun teori
perkembangan remaja awal. Skala ini
disusun untuk mengetahui seberapa jauh
remaja awal memberikan respon positif
atau negatif terhadap pergaulan antar lawan
Perempuan Laki-laki
Variabel
X TH X TE X TH X TE
Sikap terhadap Pergaulan Bebas 165 144,5 165 168,5
Komunikasi Efektif tentang
Seksualitas dalam Keluarga 57,5 61,5 57,5 59,5
kehidupan seksualnya dengan penuh dapat berfungsi sebagai kendali diri dan
kesadaran dan tanggungjawab. Pengertian perilaku dalam menghadap segala
tersebut akan lebih mudah dilaksanakan keinginan dan dorongan yang timbul
apabila anak sejak dini telah mendapatkan termasuk menghadapi masalah seksualitas
masukan-masukan ajaran norma agama. (Darajat, 1992).
Rasa keingintahuan remaja mengenai Hasil analisis data menunjukkan
seksualitas dapat terkendali melalui inter- sumbangan efektif sebesar 4% pada subyek
nalisasi ajaran-ajaran norma agama yang perempuan dan 2,2% pada subyek laki-laki.
ada dalam dirinya. Hal tersebut berarti bahwa komunikasi
Menurut Darajat (1992), perkembangan efektif tentang seksualitas dalam keluarga
agama pada usia remaja awal adalah satu mempengaruhi tingginya sikap remaja awal
hal yang tidak dapat diabaikan. Interna- terhadap pergaulan bebas dengan nilai yang
lisasi agama yang diberikan orangtua relatif kecil. Sumbangan efektif yang relatif
sebelum masa remaja akan memudahkan kecil tersebut disebabkan oleh masih
pembinaan akhlak remaja. Ancok (Hanani, banyaknya faktor-faktor lain yang mempe-
1995) menyatakan bahwa internalisasi ngaruhi sikap remaja awal terhadap
nilai-nilai agama atau religiusitas pada diri pergaulan bebas yakni sebesar 96% (bagi
remaja ternyata memiliki pengaruh yang remaja awal perempuan) dan 97,8% (bagi
cukup berarti terhadap kepribadian. Makin remaja awal laki-laki). Faktor-faktor
tinggi religiusitas maka makin mampu tersebut dapat berasal dari faktor internal
mengontrol perilaku seksual yang ada dan eksternal. Perwujudan dorongan seks
dengan tidak melanggar nilai dan norma. dalam bentuk perilaku seksual dipengaruhi
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti oleh faktor internal yang berasal dari
melihat bahwa dalam skala komunikasi kondisi personal individu berupa faktor
efektif tentang seksualitas yang telah kepribadian dan situasional. Faktor
diberikan, hanya diajukan teknis komuni- eksternal berasal dari luar diri individu
kasi efektif, demikian pula dalam isi yaitu faktor lingkungan dan interaksional
seksualitas-nya (Bruess dan Greenberg, (Saputro dalam Lesmana, 1995; Young
1981; Masters, dkk, 1992). Aspek dalam Haryanthi, 2001).
Seksualitas dalam skala komunikasi afektif Hasil yang diperoleh dalam penelitian
tentang seksualitas yang diberikan ini mendukung penelitian yang dilakukan
meskipun telah mencakup aspek moral oleh Collins, dkk (Fulligni dan Eccles,
budaya, namun belum mencakup aspek 1993) yang mengungkap bahwa seiring
moral agama. Hal ini dapat menjadi masa krisis dan konflik yang meningkat
penjelasan juga terhadap hasil yang pada masa remaja awal, hubungan antara
diperoleh dalam penelitian ini. Bagaimana- orangtua dan remaja awal menjadi
pun komunikasi efektif tentang seksualitas renggang dari masa sebelumnya. Menurut
di budaya timur khususnya Indonesia, Baumrind dan Youniss (Fulligni dan
memerlukan masukan-masukan moral Eccles, 1993), hal tersebut disebabkan
agama dalam komunikasi efektif untuk karena masa remaja awal merupakan masa
menjadi bagian dari unsur kepribadian perubahan penting dalam hubungan
anak. Keadaan tersebut lebih lanjut akan sosialnya. Meningkatnya kemampuan
menunjukkan ada perbedaan sikap antara Sikap remaja awal laki-laki lebih tinggi
remaja awal laki-laki dan perempuan daripada sikap remaja awal perempuan
terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis.
Sikap remaja laki-laki terhadap pergaulan Hal tersebut muncul karena adanya
bebas antar lawan jenis lebih tinggi perbedaan pedoman-pedoman yang bersifat
daripada sikap remaja awal perempuan tradisional dalam pandangan remaja laki-
terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. laki dan perempuan tentang seksualitas
Hal tersebut diasumsikan dengan adanya menyebabkan adanya perbedaan sikap
ketimpangan hubungan laki-laki dan terhadap pergaulan bebas. Sikap permissi-
perempuan pada konstruksi sosial. veness lebih sering terjadi pada remaja laki-
Penjelasan tersebut menyebabkan adanya laki daripada remaja perempuan.
perbedaan pandangan dalam sikap terhadap Hasil analisis tambahan menyatakan
pergaulan bebas antara remaja awal laki- bahwa tidak ada perbedaan antara sikap
laki dan perempuan. terhadap pergaulan bebas pada remaja awal
perempuan yang bersekolah di tengah kota
KESIMPULAN dengan pinggir kota. Sikap terhadap
Berdasarkan hasil penelitian dan pergaulan bebas antar lawan jenis pada
analisis data yang telah dilakukan, dapat remaja awal perempuan yang bersekolah di
disimpulkan bahwa ada hubungan positif tengah dan di pinggir kota adalah sama
antara sikap terhadap pergaulan bebas pada rendahnya. Hasil analisis tambahan untuk
remaja awal perempuan dan laki-laki remaja awal laki-laki adalah tidak ada
dengan komunikasi efektif tentang perbedaan antara sikap terhadap pergaulan
seksualitas dalam keluarga. Semakin tinggi bebas pada remaja awal laki-laki yang
komunikasi efektif tentang seksualitas bersekolah di tengah kota dengan pinggir
dalam keluarga yang diberikan maka akan kota. Sikap terhadap pergaulan bebas antar
semakin tinggi pula sikap remaja awal lawan jenis pada remaja awal laki-laki yang
perempuan maupun laki-laki terhadap bersekolah di tengah dan di pinggir kota
pergaulan bebas antar lawan jenis. Hal adalah sama-sama tinggi. Dari hasil
tersebut membuktikan bahwa telah ada tersebut dapat diketahui bahwa ada
pergeseran nilai-nilai yang dianut oleh kesamaan hubungan yang positif pada
remaja terhadap perilaku seksual. Aspek sikap terhadap pergaulan bebas pada
moral budaya yang tercantum dalam skala remaja awal perempuan dan laki-laki.
komunikasi efektif tentang seksualitas Hanya saja sikap remaja awal perempuan
dalam keluarga ternyata tidak cukup kuat terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis
untuk menjadi kontrol remaja dalam lebih rendah daripada sikap remaja awal
bersikap negatif terhadap pergaulan bebas laki-laki terhadap pergaulan bebas antar
antar lawan jenis. lawan jenis.
Dari hasil uji perbedaan didapatkan ada Tidak ada perbedaan pada komunikasi
perbedaan antara sikap remaja awal laki- efektif tentang seksualitas dalam keluarga
laki terhadap pergaulan bebas antar lawan pada remaja awal perempuan dan laki-laki
jenis dengan sikap remaja awal perempuan yang bersekolah di tengah dan di pinggir
terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. kota, yakni sama-sama tinggi. Hal tersebut