You are on page 1of 14

JURNAL PSIKOLOGI

2002, NO. 2, 124 - 139

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF


TENTANG SEKSUALITAS DALAM KELUARGA
DENGAN SIKAP REMAJA AWAL TERHADAP
PERGAULAN BEBAS ANTAR LAWAN JENIS
Titi Prihartini
Sartini Nuryoto
Tina Aviatin
Gadjah Mada University

ABSTRACT
This research was intended to discover the correlation relationship between
the effective communications about sexuality in family on early adolescents’
attitude toward free socialization among youths of different sexes. The subjects
of the research were 370 Junior High School students that consisted of 185
female students and 185 male students from SLTP PIRI I Yogyakarta and SLTPN
5 Depok Sleman. Three psychological scales made by the researcher were used
to obtain the data. The first psychological scale was the communications about
sexuality in family for the early female adolescents and it consisted of 23 items.
The second psychological scale was the communications about sexuality in
family for the early male adolescents and it also consisted of 23 items. The third
psychological scale was the attitude toward free socialization among youths of
different sexes and it consisted of 66 items. Data analysis by Pearson product
moment analysis shows that the correlation relationship between the effective
communications about sexuality in family and early adolescents’ attitude toward
free socialization among youths of different sexes was significantly positive for
both female and male students (rxy1 =0,201 ; p= 0,003 and rxy2 =0,147 ; p= 0,023
p ′ 0,05). The effective contribution given by the effective communications about
sexuality in family on early adolescents’ attitude toward free socialization
among youths of different sexes was 4% for female students and 2,2% for male
students. Data analysis by applying the t – test analysis shows that there was a
significant difference between female and male students’ attitude toward free
socialization among youths of different sexes ( X L = 177,88 ∃ X P = 159,12; t =
- 6,4 ; p = 0,000, p ′ 0,01). It means that the attitude of early male adolescents
toward free socialization among youths of different sexes is higher than early
female adolescents.
Keywords: effective communications about sexuality in family, early adolescent,
free socialization among youths of different sexes

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANG SEKSUALITAS 125

PENGANTAR seksualitas pada remaja dapat berupa


kehamilan pranikah, perilaku seksual
Remaja masa kini banyak mengalami
remaja yang semakin bebas, dan penularan
masalah. Adanya kematangan fisik dan
penyakit seksual. Fenomena tersebut juga
mental tanpa diimbangi percepatan
diperkuat oleh pemberitaan di media massa
pematangan emosi dan adanya kebebasan
mengenai maraknya perilaku seksual bebas
yang kian meningkat menyebabkan
di kalangan remaja. Keadaan-keadaan
permasalahan yang dialami remaja menjadi
tersebut menuntut remaja untuk mampu
semakin kompleks. Hal tersebut diperparah
beradaptasi dengan permasalahan yang
dengan terbatasnya informasi yang
muncul seiring dengan perubahan dalam
diperlukan dalam masa perkembangan
dirinya. Remaja membutuhkan bimbingan
remaja terutama informasi akurat tentang
orangtua untuk menghadapi permasalahan
seksualitas dan Narkoba (Kompas, 10
yang muncul.
November 2000). Hal-hal tersebut telah
menempatkan remaja dalam posisi yang Ironisnya, pada saat remaja awal
rentan. Kerentanan remaja dalam meng- menghadapi masa peralihan, mulai timbul
hadapi masalah seksualitas timbul seiring jarak antara remaja awal dan orangtua
dengan perkembangan remaja yang sedang (Collins, dkk dalam Fulligni dan Eccles,
dalam masa transisi. Masa transisi 1993). Hal tersebut timbul karena pada
merupakan masa peralihan dari masa anak- masa peralihan remaja juga merupakan
anak menuju masa dewasa. Pada masa masa penting dalam hubungan sosialnya.
peralihan, remaja perempuan maupun laki- Remaja awal cenderung untuk lebih dekat
laki mengalami perkembangan fisik dan dengan teman-teman sebayanya. Sering-
psikis dengan ciri-ciri yang berbeda. kali, teman sebaya menjadi pusat bertanya
Hurlock (1991) menyatakan, awal dan berdiskusi dalam menghadapi
perkembangan remaja terjadi pada periode permasalahan yang dihadapi. Termasuk
pubertas. Pada periode ini, terjadi perkem- permasalahan seksualitas yang ingin
bangan alat-alat dan hormon-hormon diketahuinya.
seksualitas yang akan mempengaruhi Selain kondisi fisik remaja yang
kondisi psikis remaja. Remaja yang sedang mempengaruhi kondisi psikisnya dalam hal
mengalami perkembangan seksual akan seksualitas, menurut As’ad (Handayani,
memasuki masa remaja awal. Menurut 2000) adanya kemajuan di bidang
Pudjono (1993), kematangan secara seksual pengetahuan dan teknologi memberikan
membuat remaja menjadi mudah kemudahan-kemudahan dalam komunikasi,
terangsang akan hal-hal yang berbau informasi, serta kelengkapan-kelengkapan
seksualitas karena dorongan seksual yang mengenai seks. Hal tersebut menyebabkan
meningkat. remaja menjadi lebih cepat matang
Dorongan seksual yang meningkat dan terhadap liku-liku seksualitas. Kondisi
rasa ingin tahu yang besar tentang tersebut banyak tidak disadari dan
seksualitas seringkali membawa remaja dimengerti oleh orangtua. Kebanyakan
yang sedang berada dalam posisi rentan orangtua hanya melihat kondisi fisik anak
kepada kasus-kasus “keterlanjuran”. remajanya, tanpa memikirkan lebih jauh
Masalah-masalah “keterlanjuran” akibat bagaimana sebenarnya kondisi psikis

ISSN : 0215 - 8884


126 TITI PRIHARTINI

mereka dan informasi apa saja yang tidak perlu terjadi jika orangtua sejak dini
dibutuhkan seiring dengan pertumbuhan telah meningkatkan kewaspadaannya sehu-
fisik tersebut. bungan dengan perkembangan fisik dan
Remaja awal yang sedang renggang psikis remaja awal (Hurlock, 1991).
hubungannya dengan orangtua semakin Informasi seksualitas sangat diperlukan
merasa tidak mendapat perhatian dalam anak sejak dini, terutama untuk mengha-
menghadapi masalah yang dihadapi dapi masa remajanya yang penuh gejolak
terutama seputar adanya perkembangan dan masa dewasanya kelak.
fisik dan psikis. Remaja awal pun menjadi Penelitian Utamadi (1998) menyatakan
enggan dan malas untuk bertanya. bahwa pendidikan seksual dini pada anak
Komunikasi yang terjalin antara orangtua sebenarnya telah mendapat sambutan
dan remaja awal menjadi terhambat dan positif dari para orangtua yang peduli akan
cenderung menjadi tidak efektif. Remaja perkembangan anak remajanya. Adanya
awal lebih memilih untuk mempertanyakan hambatan-hambatan timbul dari pihak
dan mendiskusikan hal-hal baru yang orangtua yang tidak pernah mendapatkan
terjadi dalam diri mereka dengan teman pendidikan seksual dan informasi mengenai
sebayanya. Padahal, teman sebaya seksualitas oleh orangtua mereka di masa
cenderung tidak memiliki pengetahuan lampau. Hal ini menimbulkan berbagai
yang memadai untuk saling berbagi, kesulitan dalam memberikan informasi
terutama informasi mengenai seksualitas. tersebut pada anak-anak mereka. Komuni-
Hal tersebut menjadi sangat riskan karena kasi yang terjalin dalam menginformasikan
umumnya pengetahuan remaja tentang masalah seksualitas dari orangtua kepada
masalah seksual masih sangat terbatas, remaja pun menjadi terhambat dan tidak
sehingga sering disalahgunakan oleh unsur- efektif. Orangtua menjadi tertutup, tidak
unsur yang tidak bertanggungjawab mau memberikan pengertian dan berdiskusi
(Subandi dkk, 1991). tentang seksualitas dengan anak-anaknya
Penulis melakukan wawancara awal (Handayani, 2000).
pada bulan Mei 2001 di daerah Sleman dan Komunikasi yang dilakukan menjadi
Kodia Yogyakarta. Lima subyek yang terhambat dan sering menimbulkan salah
diambil merupakan remaja awal, usia 13 – pengertian dan kesalahpahaman antara
15 tahun dan duduk di kelas I – III SMP. anak dan orangtua. Hal tersebut sering
Dari hasil wawancara diperoleh hasil menimbulkan kesan bahwa orangtua
bahwa hanya satu anak yang mengatakan cenderung menghindar dan menutupi
bahwa informasi mengenai seksualitas masalah seksualitas serta kurang mema-
diperoleh dari orangtua, terutama ibu. hami pentingnya pendidikan seksualitas
Empat anak lainnya mengaku memperoleh dini. Kecenderungan orangtua untuk
informasi mengenai pendidikan seksualitas menghindar dalam memberikan informasi
diperoleh dari teman, VCD porno, guru dan seksualitas semakin memperenggang
buku pengetahuan mengenai seksualitas. hubungan antara orangtua dan remaja.
Pemenuhan rasa ingin tahu remaja awal Fenomena ini mengakibatkan anak lebih
tentang seksualitas dari sumber-sumber senang untuk mengumpulkan informasi
yang tidak bertanggungjawab sebenarnya mengenai seksualitas dari teman sebaya

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANG SEKSUALITAS 127

dan informasi dari luar yang terkesan tidak jenis dalam penelitian ini merupakan
bertanggungjawab. Dengan demikian pergaulan yang menunjukkan sikap dan
kegagalan komunikasi antara orangtua dan perilaku yang menuju pada sexual
remaja telah terjadi. permissiveness ditinjau dari adanya kontak
Kegagalan komunikasi menurut fisik dalam berpacaran. Perilaku seksual
Rakhmat (2000) dikatakan juga sebagai yang ditunjukkan adalah sesuai dengan
komunikasi yang tidak efektif. Hal ini perkembangan seksualitas remaja awal
berarti gagasan yang disampaikan tidak yang telah menunjukkan adanya saling
mudah dipahami, menjengkelkan dan ketertarikan dengan lawan jenisnya.
menciptakan jarak yang semakin jauh Jika ditinjau lebih jauh, keluarga
dengan orang lain serta gagal memberi sebenarnya adalah wadah dimana anak
dorongan orang lain untuk bertindak. pertama kalinya belajar mengetahui segala
Nuryoto (1991) menyatakan bahwa kega- macam informasi dalam kehidupan
galan komunikasi menimbulkan adanya termasuk hal-hal pribadi seperti seksualitas.
suatu ketidakpuasan dalam diri remaja. Orangtua adalah pihak yang paling
Ketidakpuasan tersebut timbul karena bertanggungjawab akan hal tersebut.
kebutuhan psikisnya tidak terpenuhi secara Sesungguhnya dengan otoritas yang
tepat dan wajar, sehingga ia berusaha dimilikinya, orangtua dapat mengarahkan
melakukan kompensasi. Selama kompen- anak mereka pada satu pendidikan yang
sasi yang dipilih bersifat positif, maka hal sesuai dengan nilai-nilai dan norma dalam
tersebut tidak akan menjadi masalah, tetapi keluarga serta masyarakat. Mengingat
tidak jarang remaja mengalami kesulitan ketergantungan anak pada masa remaja
memilih kompensasi yang positif. Mereka awal terhadap orangtua masih tinggi, maka
cenderung untuk melarikan diri dari masa inilah yang sesungguhnya penting
permasalahan yang dihadapi seperti bagi orangtua untuk diperhatikan dalam
merokok, minum minuman keras dan memasukkan nilai dan norma keluarga
memakai obat terlarang. Bahkan ada yang serta masyarakat dalam diri anak. Dengan
sampai melakukan tindakan asusila atau demikian apabila anak meminta informasi
asosial yang berupa mencuri, merampok, mengenai seksualitas kepada orangtuanya,
atau tindakan yang berbau seks seperti diharapkan informasi yang diterima anak
pelacuran, pemerkosaan dan seks pranikah. adalah informasi yang baik, benar, dapat
Hal semacam itu menjadi penyebab dipertanggungjawabkan, dan sesuai dengan
munculnya ekses negatif perilaku seksual taraf perkembangan seksualitas anak.
remaja, seperti kehamilan pranikah serta Seksualitas dapat menyangkut berbagai
pergaulan bebas antar lawan jenis. macam dimensi, yaitu dimensi biologis,
Iskandar (1997) menyatakan, pergaulan psikologis, dimensi sosial dan dimensi
bebas antar lawan jenis merupakan kultural-moral (Masters, dkk, 1992 ; Bruess
pergaulan bebas yang diawali dengan dan Greenberg, 1981). Hal ini berarti
remaja laki-laki dan perempuan yang mulai bahwa pandangan seks yang identik dengan
melakukan hal-hal yang bertentangan hubungan seksual adalah tidak benar.
dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam Isdwiputranti (Familia, 2000), mengatakan
masyarakat. Pergaulan bebas antar lawan bahwa untuk menciptakan saling

ISSN : 0215 - 8884


128 TITI PRIHARTINI

pengertian, faktor penting yang harus mengembangkan suatu bentuk pola


dilakukan adalah komunikasi. Komunikasi komunikasi yang mendasarkan afeksi pada
antara orangtua dan remaja awal berarti penyampaiannya diharapkan membentuk
melibatkan dua individu yang berbeda suatu pengertian pada anak bahwa orangtua
dengan ciri-ciri khas tersendiri. Akibatnya, terbuka dalam menerima keluh kesah dan
proses komunikasi yang terjadi seringkali keingintahuan anak mengenai informasi-
mengakibatkan maksud yang disampaikan informasi yang ingin diketahui.
tidak dipahami secara tepat oleh masing- Dari uraian yang telah dipaparkan dapat
masing pihak. Hal tersebut sering menye- dinyatakan, apabila komunikasi efektif
babkan kesalahpahaman dalam berkomuni- tentang seksualitas dalam keluarga diterap-
kasi (Lunandi, 2000). kan oleh orangtua, maka remaja awal akan
Demikian halnya dengan komunikasi memiliki sikap negatif terhadap pergaulan
tentang seksualitas dalam keluarga. bebas antar lawan jenis. Komunikasi efektif
Orangtua yang tidak pernah mendapatkan tersebut dapat dilakukan dengan cara
komunikasi tentang seksualitas dari menghadirkan rasa keterbukaan, saling
orangtuanya terdahulu akan cenderung memahami dan membuka ruang dialog.
mengalami kesukaran dalam mengkomuni- Dengan demikian, remaja awal dapat
kasikan masalah seksualitas. Orangtua memiliki pemahaman dan pengertian nilai-
cenderung untuk menutupi masalah- nilai mengenai kebenaran seksualitas yang
masalah yang berhubungan dengan seksua- sesungguhnya dari orang tuanya. Didalam
litas, kurang peka terhadap perkembangan diri anak yang berangkat remaja telah ada
fisik dan psikis remaja awal, dan kurang suatu kesiapan untuk bersikap dalam
memberi ruang dialog untuk remaja awal menghadapi masa peralihan. Diharapkan
tentang masalah seksualitas. Hal tersebut kesiapan tersebut dapat berlanjut di masa
menyebabkan remaja awal merasa remaja berikutnya dan masa dewasanya
orangtuanya tidak terbuka, tidak peka dan kelak. Remaja awal diharapkan dapat
tidak pernah mengajak mereka berdialog bersikap negatif terhadap sikap dan
tentang hal yang berhubungan dengan perilaku yang menuju pada sexual
seksualitas. Apalagi remaja awal sedang permissiveness ditinjau dari adanya kontak
berada dalam periode masa perkembangan fisik dalam berpacaran dengan bekal
yang sedang memiliki banyak rasa ingin pengetahuan seksual dari orangtua yang
tahu tentang masalah seksualitas. Dengan dikomunikasikan secara efektif.
demikian, komunikasi yang terjadi antara Berdasarkan uraian yang telah dikemu-
orangtua dan remaja awal seringkali kakan, maka hipotesis yang diajukan untuk
menjadi tidak efektif. diuji dalam penelitian ini adalah:
Peran komunikasi sangat penting dalam Ada hubungan negatif antara komuni-
menyampaikan informasi mengenai penge- kasi efektif tentang seksualitas dalam
tahuan seksualitas pada anak mereka sedini keluarga dengan sikap remaja awal perem-
mungkin. Hal tersebut diperlukan agar puan terhadap pergaulan bebas antar lawan
tercipta keterbukaan, saling memahami dan jenis. Semakin efektif komunikasi tentang
membuka ruang dialog antar anggota seksualitas dalam keluarga, maka semakin
keluarga. Orangtua yang mampu

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANG SEKSUALITAS 129

rendah sikap remaja awal perempuan jenis khususnya mengenai sikap dan
terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. perilaku yang menuju pada sexual
Ada hubungan negatif antara komuni- permissiveness yang ditinjau dari adanya
kasi efektif tentang seksualitas dalam kontak fisik.
keluarga dengan sikap remaja awal laki-
laki terhadap pergaulan bebas antar lawan 2. Skala Komunikasi tentang Seksualitas
jenis. Semakin efektif komunikasi tentang dalam Keluarga
seksualitas dalam keluarga, maka semakin Skala ini juga disusun sendiri oleh
rendah sikap remaja awal laki-laki terhadap penulis berdasarkan teori Lunandi (2000).
pergaulan bebas antar lawan jenis. Skala komunikasi tentang seksualitas ini di
bedakan menjadi dua skala, yakni Skala
SUBJEK PENELITIAN Komunikasi tentang Seksualitas untuk
1. Remaja awal, berusia 12- 15 tahun subyek laki-laki dan Skala Komunikasi
tentang Seksualitas subyek perempuan.
2. Duduk di kelas I dan II SLTP Skala tersebut dibedakan dengan pertim-
3. Bertempat tinggal dengan orangtua bangan adanya perbedaan pada content
4. Pengambilan data dilakukan di SLTP seksualitas pada laki-laki dan perempuan
PIRI I dan SLTPN 5 Depok Sleman terutama pada aspek biologis dan
psikologis.
5. Jumlah subyek sekitar 100 orang
Ketiga skala yang diberikan merupakan
tanggapan subyek yang berupa salah satu
METODE PENGUMPULAN DATA
pilihan dari empat alternati tanggapan yang
Pengumpulan data penelitian dilakukan tersedia, yaitu SS (Sangat Setuju), S
dengan menggunakan tiga macam skala. (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS
Skala tersebut antara lain skala sikap (Sangat Tidak Setuju).
terhadap pergaulan bebas, skala komuni-
kasi efektif tentang seksualitas untuk HASIL
subyek perempuan dan skala komunikasi
efektif tentang seksualitas untuk subyek 1. Hasil Deskripsi Data
laki-laki.
Tabel Statistik Deskriptif Sikap Remaja
1. Skala Sikap terhadap Pergaulan Awal Terhadap Pergaulan Bebas dan
Bebas Komunikasi Efektif tentang Seksualitas
dalam Keluarga.
Skala ini disusun oleh penulis berda-
sarkan hasil survey (25 Maret 2001) dan
merujuk pada teori-teori mengenai perilaku
seksual pada remaja maupun teori
perkembangan remaja awal. Skala ini
disusun untuk mengetahui seberapa jauh
remaja awal memberikan respon positif
atau negatif terhadap pergaulan antar lawan

ISSN : 0215 - 8884


130 TITI PRIHARTINI

Perempuan Laki-laki
Variabel
X TH X TE X TH X TE
Sikap terhadap Pergaulan Bebas 165 144,5 165 168,5
Komunikasi Efektif tentang
Seksualitas dalam Keluarga 57,5 61,5 57,5 59,5

Berdasarkan perbandingan nilai rerata remaja awal perempuan secara keseluruhan


hipotetik dan empirik, maka dapat adalah tinggi atau efektif. Pada subyek
diketahui bahwa untuk subyek perempuan, laki-laki tingkat sikap terhadap pergaulan
secara keseluruhan tingkat sikap terhadap bebas antar lawan jenis secara keseluruhan
pergaulan bebas antar lawan jenis adalah adalah tinggi begitu pula dengan tingkat
rendah dan tingkat komunikasi tentang komunikasinya.
seksualitas dalam keluarga pada subyek

2. Hasil Uji Asumsi


Tabel Uji Asumsi Subyek Perempuan dan Laki-laki
perempuan Laki-laki
Uji asumsi
Sikap Komunikasi Sikap Komunikasi
z = 0,680 z= 0,823 z = 0,674 z = 1,030
Normalitas p = 0,744 p=0,507 p = 0,754 p = 0,239
p∃0,05. p∃0,05. p∃0,05 p∃0,05.
Linieritas F= 8, 053 ; p= 0,005, p′ 0,05) F= 3, 935 ; p= 0, 049, p′0, 05
F= 0,303, F= 3,32 F=0,814 F= 2,68
Homogenitas p= 0,583 p= 0,070 p=0,368, p= 0,103
p ∃ 0,05. p∃0,05. p∃0,05 p∃ 0,05

3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ′ 0,05). Dengan demikian hipotesis


pertama penelitian, ditolak. Dari hasil
Berdasarkan hasil uji korelasi Product
uji korelasi dapat dinyatakan bahwa
Moment Pearson untuk membuktikan
semakin efektif komunikasi tentang
hipotesis yang diajukan dan uji t – test
seksualitas yang diterima remaja awal
untuk mendapatkan hasil analisis
perempuan maka akan semakin tinggi
tambahan, diperoleh hasil sebagai berikut:
pula sikapnya terhadap pergaulan bebas
a. Ada korelasi positif yang signifikan antar lawan jenis.
antara sikap terhadap pergaulan bebas
b. Ada korelasi positif yang signifikan
pada remaja awal perempuan dengan
antara sikap terhadap pergaulan bebas
komunikasi efektif tentang seksualitas
pada remaja awal laki-laki dengan
dalam keluarga (rxy1 =0,201 ; p= 0,003, p

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANG SEKSUALITAS 131

komunikasi efektif tentang seksualitas pada remaja awal perempuan yang


dalam keluarga (rxy2 =0,147 ; p= 0,023, p bersekolah di tengah dan di pinggir
′ 0,05). Dengan demikian hipotesis kota adalah tinggi.
kedua dari penelitian juga ditolak. Dapat 3). Tidak ada perbedaan sikap terhadap
dinyatakan bahwa semakin efektif pergaulan bebas antara remaja awal
komunikasi tentang seksualitas yang laki-laki yang bersekolah di tengah
diterima remaja awal laki-laki maka kota dengan pinggir kota ( X p 2 =
akan semakin tinggi pula sikapnya 182,71 ∃ X d 2 = 173,10 ; t = 2,39 ; p
terhadap pergaulan bebas antar lawan = 0,018, p ∃ 0,05). Sikap yang
jenis. dimiliki remaja awal laki-laki yang
bersekolah di tengah dan di pinggir
4. Analisis Tambahan kota adalah tinggi.
a. Analisis tambahan yang dilakukan 4). Tidak ada perbedaan komunikasi
dengan uji t adalah untuk mengetahui efektif tentang seksualitas dalam
ada tidaknya perbedaan rerata sikap keluarga antara remaja awal laki-laki
terhadap pergaulan bebas antar lawan yang bersekolah di di tengah kota
jenis dan komunikasi efektif tentang dengan pinggir kota ( X p 2 = 61,12
seksualitas pada subyek laki-laki dan ′ X d2 = 63,71 ; t = - 1,9 ; p = 0,065,
perempuan berdasarkan letak sekolah p ∃ 0,05). Komunikasi efektif
subyek yakni pada SLTP PIRI I yang tentang seksualitas dalam keluarga
terletak di tengah kota dan SLTPN 5 pada remaja awal laki-laki yang
Depok Sleman yang terletak di pinggir bersekolah di tengah dan di pinggir
kota. Hasil analisis statistik tambahan kota adalah tinggi.
dapat dinyatakan sebagai berikut: b. Hasil analisis tambahan untuk menge-
1). Tidak ada perbedaan sikap terhadap tahui apakah ada perbedaan antara sikap
pergaulan bebas antara remaja awal terhadap pergaulan bebas antar lawan
perempuan yang bersekolah di jenis pada subyek laki-laki dan perem-
tengah kota dengan pinggir kota puan maka diadakan analisis dengan uji-
( X p1 = 161,35 ∃ X d1 = 157,64; t = t.
0,861; p = 0,390, p ∃ 0,05). Sikap z = 0,762; p = 0,606,
yang dimiliki remaja awal perem- Uji Normalitas
p∃0,05
puan yang bersekolah di tengah dan F= 0,122 ; p= 0,727, p∃
di pinggir kota adalah rendah. Uji homogenitas
0,05
2). Tidak ada perbedaan komunikasi
Hasil analisis yang diperoleh dari uji t
efektif tentang seksualitas dalam
skala sikap terhadap pergaulan bebas
keluarga antara remaja awal perem-
antar lawan jenis menunjukkan bahwa
puan yang bersekolah di tengah kota
sikap remaja awal laki-laki terhadap
dengan pinggir kota ( X p 1 = 66,96
pergaulan bebas antar lawan jenis lebih
′ X d1 = 67,03 ; t = - 0,053 ; p =
tinggi daripada sikap remaja awal
0,958, p∃0,05). Komunikasi efektif
perempuan terhadap pergaulan bebas
tentang seksualitas dalam keluarga

ISSN : 0215 - 8884


132 TITI PRIHARTINI

antar lawan jenis ( X L = 177,88 ∃ X P = keingintahuan yang besar terhadap hal-hal


159,12; t = - 6,4; p = 0,000, p ′ 0,01). baru yang ditemui, termasuk mengenai
masalah seksualitas. Masalah seksualitas
c. Koefisien determinasi (r2) sebesar 0,040
ini merupakan sesuatu yang spesifik, yang
untuk perempuan dan 0,022 untuk laki-
meskipun juga dibutuhkan untuk pertum-
laki berarti bahwa komunikasi efektif
buhan pribadi remaja awal, akan tetapi di
memberikan sumbangan efektif sebesar
sisi lain dapat pula menjadi bumerang
4% untuk perempuan dan 2,2% untuk
apabila salah dalam penyalurannya.
laki-laki pada sikap terhadap pergaulan
bebas antar lawan jenis. Dalam menyikapi kondisi remaja
tersebut, diakui bahwa interaksi dengan
DISKUSI orangtua memberikan peran yang sangat
penting untuk mengembangkan diri mereka
Hasil uji korelasi penelitian menun- masing-masing. Namun demikian seiring
jukkan adanya hubungan positif yang dengan tahap perkembangan sosialnya,
signifikan antara komunikasi efektif hubungan sosial remaja awal yang bersifat
tentang seksualitas dengan sikap remaja ke luar, terutama dengan teman sebaya
awal perempuan dan laki-laki terhadap maupun lingkungan yang lebih luas
pergaulan bebas. Hipotesis yang diajukan memiliki porsi yang lebih besar serta
bahwa ada hubungan negatif antara pengaruh lebih kuat daripada hubungan
komunikasi efektif tentang seksualitas dengan orangtua atau keluarga. Bennet dan
dalam keluarga dengan sikap remaja awal Fisher (Helmi dan Paramastri, 1998)
perempuan dan laki-laki terhadap per- menyatakan bahwa pemberian informasi
gaulan bebas dengan demikian, ditolak. tentang seks dari orangtua belum tentu
Dari hasil penelitian tersebut dapat lebih baik dan mengena daripada sumber
dinyatakan bahwa saat ini remaja telah informasi yang lain, sehingga komunikasi
mengalami pergeseran nilai-nilai yang efektif tentang seksualitas dari orangtua
dianut terhadap perilaku seksual yang ternyata belum cukup untuk memenuhi rasa
dilakukannya. Remaja awal sekarang keingintahuan remaja awal mengenai
memiliki sikap yang cenderung lebih seksualitas. Pernyataan tersebut selaras
permisif terhadap perilaku seksual dalam dengan pernyataan Hurlock (1973) bahwa
pergaulan bebas antar lawan jenis. Hal ini remaja lebih memilih info seksualitas dari
terutama yang bersifat kontak fisik, dari media berbau pornografi daripada info
mulai berpegangan tangan, berciuman seksualitas yang berbau pendidikan.
bibir, hingga saling meraba. Sikap yang Peneliti memandang hal ini merupakan
semakin permisif terhadap pergaulan bebas salah satu penjelasan mengapa hipotesis
antar lawan jenis ini dapat menjadi suatu yang diajukan dalam penelitian ini ditolak.
prediksi terhadap perilaku seksual remaja Djiwandono (2001) menyatakan bahwa
awal di masa perkembangan yang lebih dalam bimbingan seks kepada anak, pokok-
lanjut. pokok penting yang harus diberikan selain
Subyek dalam penelitian ini merupakan komunikasi adalah pengertian bahwa seks
remaja awal yang memiliki karakteristik merupakan pemberian Tuhan yang indah
keadaan emosi yang labil dan memiliki rasa dan mengajari anak untuk menerima

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANG SEKSUALITAS 133

kehidupan seksualnya dengan penuh dapat berfungsi sebagai kendali diri dan
kesadaran dan tanggungjawab. Pengertian perilaku dalam menghadap segala
tersebut akan lebih mudah dilaksanakan keinginan dan dorongan yang timbul
apabila anak sejak dini telah mendapatkan termasuk menghadapi masalah seksualitas
masukan-masukan ajaran norma agama. (Darajat, 1992).
Rasa keingintahuan remaja mengenai Hasil analisis data menunjukkan
seksualitas dapat terkendali melalui inter- sumbangan efektif sebesar 4% pada subyek
nalisasi ajaran-ajaran norma agama yang perempuan dan 2,2% pada subyek laki-laki.
ada dalam dirinya. Hal tersebut berarti bahwa komunikasi
Menurut Darajat (1992), perkembangan efektif tentang seksualitas dalam keluarga
agama pada usia remaja awal adalah satu mempengaruhi tingginya sikap remaja awal
hal yang tidak dapat diabaikan. Interna- terhadap pergaulan bebas dengan nilai yang
lisasi agama yang diberikan orangtua relatif kecil. Sumbangan efektif yang relatif
sebelum masa remaja akan memudahkan kecil tersebut disebabkan oleh masih
pembinaan akhlak remaja. Ancok (Hanani, banyaknya faktor-faktor lain yang mempe-
1995) menyatakan bahwa internalisasi ngaruhi sikap remaja awal terhadap
nilai-nilai agama atau religiusitas pada diri pergaulan bebas yakni sebesar 96% (bagi
remaja ternyata memiliki pengaruh yang remaja awal perempuan) dan 97,8% (bagi
cukup berarti terhadap kepribadian. Makin remaja awal laki-laki). Faktor-faktor
tinggi religiusitas maka makin mampu tersebut dapat berasal dari faktor internal
mengontrol perilaku seksual yang ada dan eksternal. Perwujudan dorongan seks
dengan tidak melanggar nilai dan norma. dalam bentuk perilaku seksual dipengaruhi
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti oleh faktor internal yang berasal dari
melihat bahwa dalam skala komunikasi kondisi personal individu berupa faktor
efektif tentang seksualitas yang telah kepribadian dan situasional. Faktor
diberikan, hanya diajukan teknis komuni- eksternal berasal dari luar diri individu
kasi efektif, demikian pula dalam isi yaitu faktor lingkungan dan interaksional
seksualitas-nya (Bruess dan Greenberg, (Saputro dalam Lesmana, 1995; Young
1981; Masters, dkk, 1992). Aspek dalam Haryanthi, 2001).
Seksualitas dalam skala komunikasi afektif Hasil yang diperoleh dalam penelitian
tentang seksualitas yang diberikan ini mendukung penelitian yang dilakukan
meskipun telah mencakup aspek moral oleh Collins, dkk (Fulligni dan Eccles,
budaya, namun belum mencakup aspek 1993) yang mengungkap bahwa seiring
moral agama. Hal ini dapat menjadi masa krisis dan konflik yang meningkat
penjelasan juga terhadap hasil yang pada masa remaja awal, hubungan antara
diperoleh dalam penelitian ini. Bagaimana- orangtua dan remaja awal menjadi
pun komunikasi efektif tentang seksualitas renggang dari masa sebelumnya. Menurut
di budaya timur khususnya Indonesia, Baumrind dan Youniss (Fulligni dan
memerlukan masukan-masukan moral Eccles, 1993), hal tersebut disebabkan
agama dalam komunikasi efektif untuk karena masa remaja awal merupakan masa
menjadi bagian dari unsur kepribadian perubahan penting dalam hubungan
anak. Keadaan tersebut lebih lanjut akan sosialnya. Meningkatnya kemampuan

ISSN : 0215 - 8884


134 TITI PRIHARTINI

berpikir secara abstrak sehingga mampu dibekali dengan informasi mengenai


membentuk pikirannya sendiri dan seksualitas saja, tetapi juga perlu dibekali
mengembangkan identitas diri, menyebab- dengan penanaman moral agama.
kan remaja awal mampu untuk Sementara itu, hasil analisis tambahan
mengembangkan konsep baru untuk lebih dalam penelitian ini menyatakan bahwa
mendekatkan diri mereka pada teman tidak ada perbedaan antara sikap terhadap
sebayanya ketika hubungan dengan pergaulan bebas pada remaja awal
orangtua menjadi renggang. perempuan yang bersekolah di tengah kota
Hasil penelitian ini juga telah dengan pinggir kota, dan tidak ada
mendukung beberapa hasil penelitian lain perbedaan antara sikap terhadap pergaulan
sebelumnya, yakni penelitian Savitri (2000) bebas pada remaja awal laki-laki yang
yang menyatakan bahwa telah terjadi bersekolah di tengah kota dengan pinggir
pergeseran nilai antara remaja jaman kota. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada
dahulu dan sekarang, remaja sekarang lebih perbedaan sikap terhadap pergaulan bebas
permisif terhadap perilaku seksual terutama antar lawan jenis pada remaja awal baik
dalam berpacaran. Begitu pula halnya pada laki-laki ataupun perempuan yang
penelitian Murniati dan Beatrix (2000) bersekolah di daerah tengah kota dan
yang menyatakan bahwa remaja sekarang daerah pinggir kota. Helmi dan Paramastri
berbeda dengan remaja generasi sebelum- (1998) berpendapat bahwa laju perkem-
nya dalam self direction dan stimulasi. bangan media massa dan elektronika yang
Keefektifan komunikasi mengenai semakin pesat telah mempengaruhi pola
seksualitas yang mempengaruhi tingginya perilaku remaja khususnya perilaku seksual
sikap terhadap pergaulan bebas pada remaja.
remaja awal juga mendukung penelitian Hasil analisis tambahan juga menya-
Helmi dan Paramastri (1998) mengenai takan bahwa tidak ada perbedaan antara
Efektifitas Pendidikan Seksual Dini dalam komunikasi efektif tentang seksualitas
Meningkatkan Pengetahuan Perilaku Sek- dalam keluarga yang dipandang oleh
sual Sehat. Penelitian tersebut menyatakan remaja awal perempuan yang bersekolah di
bahwa tidak ada perubahan peningkatan tengah kota dengan pinggir kota, dan tidak
pengetahuan seksual sehat pada pendidikan ada perbedaan antara komunikasi efektif
seksual dini yang diberikan kepada tentang seksualitas dalam keluarga yang
mahasiswa baik melalui teknik ceramah, dipandang oleh remaja awal laki-laki yang
diskusi maupun brosur. Begitupula pada bersekolah di tengah kota dengan pinggir
penelitian Setianingsih (1994) yang kota. Hal tersebut mendukung penelitian
menyatakan bahwa ada hubungan yang Utamadi (1998) yang menyatakan bahwa
positif antara minat membaca rubrik seks rata-rata orangtua telah memiliki kesadaran
dengan perilaku seksual remaja, bahwa dalam memberikan pendidikan seks dini.
semakin tinggi minat remaja untuk Orangtua dipandang telah memberikan
membaca rubrik seks, maka semakin tinggi informasi seksualitas dalam bentuk suatu
pula perilaku seksualnya. Kedua penelitian komunikasi yang efektif oleh remaja awal.
tersebut telah memperkuat hasil penelitian Berkaitan dengan perbedaan jenis
bahwa remaja awal tidak hanya cukup kelamin, hasil analisis tambahan

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANG SEKSUALITAS 135

menunjukkan ada perbedaan sikap antara Sikap remaja awal laki-laki lebih tinggi
remaja awal laki-laki dan perempuan daripada sikap remaja awal perempuan
terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis.
Sikap remaja laki-laki terhadap pergaulan Hal tersebut muncul karena adanya
bebas antar lawan jenis lebih tinggi perbedaan pedoman-pedoman yang bersifat
daripada sikap remaja awal perempuan tradisional dalam pandangan remaja laki-
terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. laki dan perempuan tentang seksualitas
Hal tersebut diasumsikan dengan adanya menyebabkan adanya perbedaan sikap
ketimpangan hubungan laki-laki dan terhadap pergaulan bebas. Sikap permissi-
perempuan pada konstruksi sosial. veness lebih sering terjadi pada remaja laki-
Penjelasan tersebut menyebabkan adanya laki daripada remaja perempuan.
perbedaan pandangan dalam sikap terhadap Hasil analisis tambahan menyatakan
pergaulan bebas antara remaja awal laki- bahwa tidak ada perbedaan antara sikap
laki dan perempuan. terhadap pergaulan bebas pada remaja awal
perempuan yang bersekolah di tengah kota
KESIMPULAN dengan pinggir kota. Sikap terhadap
Berdasarkan hasil penelitian dan pergaulan bebas antar lawan jenis pada
analisis data yang telah dilakukan, dapat remaja awal perempuan yang bersekolah di
disimpulkan bahwa ada hubungan positif tengah dan di pinggir kota adalah sama
antara sikap terhadap pergaulan bebas pada rendahnya. Hasil analisis tambahan untuk
remaja awal perempuan dan laki-laki remaja awal laki-laki adalah tidak ada
dengan komunikasi efektif tentang perbedaan antara sikap terhadap pergaulan
seksualitas dalam keluarga. Semakin tinggi bebas pada remaja awal laki-laki yang
komunikasi efektif tentang seksualitas bersekolah di tengah kota dengan pinggir
dalam keluarga yang diberikan maka akan kota. Sikap terhadap pergaulan bebas antar
semakin tinggi pula sikap remaja awal lawan jenis pada remaja awal laki-laki yang
perempuan maupun laki-laki terhadap bersekolah di tengah dan di pinggir kota
pergaulan bebas antar lawan jenis. Hal adalah sama-sama tinggi. Dari hasil
tersebut membuktikan bahwa telah ada tersebut dapat diketahui bahwa ada
pergeseran nilai-nilai yang dianut oleh kesamaan hubungan yang positif pada
remaja terhadap perilaku seksual. Aspek sikap terhadap pergaulan bebas pada
moral budaya yang tercantum dalam skala remaja awal perempuan dan laki-laki.
komunikasi efektif tentang seksualitas Hanya saja sikap remaja awal perempuan
dalam keluarga ternyata tidak cukup kuat terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis
untuk menjadi kontrol remaja dalam lebih rendah daripada sikap remaja awal
bersikap negatif terhadap pergaulan bebas laki-laki terhadap pergaulan bebas antar
antar lawan jenis. lawan jenis.

Dari hasil uji perbedaan didapatkan ada Tidak ada perbedaan pada komunikasi
perbedaan antara sikap remaja awal laki- efektif tentang seksualitas dalam keluarga
laki terhadap pergaulan bebas antar lawan pada remaja awal perempuan dan laki-laki
jenis dengan sikap remaja awal perempuan yang bersekolah di tengah dan di pinggir
terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. kota, yakni sama-sama tinggi. Hal tersebut

ISSN : 0215 - 8884


136 TITI PRIHARTINI

membuktikan bahwa orangtua masa kini Haryanthi, L.P.S. 2001. Kecenderungan


telah memiliki kesadaran dalam membe- Kecanduan Cybersex ditinjau dari Tipe
rikan pendidikan seksual pada anaknya. Kepribadian. Skripsi (tidak
Anak memandang bahwa komunikasi diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
tentang seksualitas yang diberikan orangtua Psikologi UGM.
adalah efektif. Helmi, A.F & I. Paramastri. 1998.
Efektifitas Pendidikan Seksual Dini
DAFTAR PUSTAKA Dalam Meningkatkan Pengetahuan
Anonim. 2000. Info Kesehatan Reproduksi Perilaku Seksual Sehat. Jurnal
bagi Remaja Masih Kurang. Kompas. Psikologi, No. 2, Hal. 25-34.
10 November 2000. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada.
Bruess, C.E & J.S Greenberg. 1981. Sex
education, Theory and Practice. Hurlock, E, B..1973. Adolescent Develop-
Belmont, California: Wadsworth Publi- ment. USA: Mc. Graw Hill Inc.
shing Company. ____. 1991. Psikologi Perkembangan:
Daradjat, D. 1992. Kesehatan Mental Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
dalam Keluarga. Jakarta: Pustaka Kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Penerbit
Antara Erlangga
Djiwandono, S. E.W., 2001. Menjawab Isdwiputranti, T., BM. 2000. Bila Remaja
Pertanyaan-pertanyaan Anak Anda Mulai Pacaran. Familia. No. 04 th. 01.
tentang Seks. Jakarta: PT.Grasindo Iskandar, A.M. 1997. Sikap Orang Tua dan
Fulligni, A. J. & J.S Eccles. 1993. Remaja terhadap Pergaulan Bebas
Perceived Parent-Child Relationships Heteroseksual. Thesis (tidak diter-
and Early Adolescences Orientation bitkan). Yogyakarta: Program Pasca
Toward Peers. Journal of Develop- Sarjana Universitas Gadjah Mada.
mental Psychology, Vol. 29 No. 4, Lesmana. C. 1995. Pornografi dalam
622-632 Media Massa. Jakarta: Puspa Swara
Hanani, M. 1995. Hubungan antara Minat Lunandi A.G. 2000. Komunikasi Mengena:
terhadap Media Erotika dengan Meningkatkan Efektifitas Komunikasi
Perilaku Seks pada Remaja. Skripsi Antar Pribadi. Yogyakarta: Penerbit
(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Kanisius.
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Masters, W., V.E. Johnson & R.C.
Mada. Kolodny. 1992. Human Sexuality. 4th
Handayani, A. 2000. Pengaruh Kedemo- Edition. New York: Harpercollins
kratisan Orang Tua Dalam Masalah Publishers
Seksualitas Terhadap Pemilihan Orang Murniati,J. & S. N Beatrix. 2000.
Tua sebagai Sumber Seksualitas Pada Perbedaan Nilai Remaja Sekarang
Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). dengan Remaja Generasi Sebelumnya.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Jurnal Psikologi Sosial, No. VII / th
Universitas Gadjah Mada

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANG SEKSUALITAS 137

VIII Juli 2000. Jakarta: Fakultas Setianingsih, R. 1994. Hubungan antara


Psikologi Universitas Indonesia. Minat Membaca Rubrik Seks dengan
Nuryoto, S. 1991. Laporan Pengabdian Perilaku Seksual Remaja di SMA “A”
Masyarakat (tidak diterbitkan). Yogya- dan SMA “B”. Skripsi (tidak
karta: Fakultas Psikologi Universitas diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Gadjah Mada. Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Pudjono, M., (1993) Perkembangan Subandi, T. Afiatin, & Avin F.H. 1991.
Seksual Remaja. Laporan Pengabdian Perkembangan Seksual Remaja dan
Masyarakat (tidak diterbitkan). Yogya- Kemungkinan Penyimpangannya.
karta: Fakultas Psikologi Universitas Laporan Pengabdian Masyarakat
Gadjah Mada. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakul-
tas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Rakhmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Utamadi, G. 1998. Hubungan antara
Intensitas Komunikasi dan Kesiapan
Savitri, G.N. 2000. Fenomena Perilaku
Mental Orang Tua dalam Memberikan
Seksual Remaja Berpacaran. Skripsi
Pendidikan Seks kepada Remaja.
(tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Mada.

ISSN : 0215 - 8884

You might also like