Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Bamboo as a substitute for flooring raw materials is very potential to be developed because generally flooring is made of solid
wood or other types of hardwood which have high quality but limited availability. Bamboo is chosen in the flooring industry, because
of its distinctive and shiny pattern, and has a fairly high density. In this study, the flooring were made with various strips arrangement
of horizontal (H), vertical (V), and combination (K) using Indonesian bamboo and coated with various number of water-based
finishing layers (0, 3, 5). The bamboo flooring were tested referring to the ISO 21629-1 bamboo flooring for indoor use standard
to evaluate the influence of the treatments on test results, and is expected to be able to provide recommendations for the preparation
of SNI for bamboo flooring. The tests include the Modulus of Elasticity (MOE), Modulus of Rupture (MOR), stain resist,
adhesion test, abrasion test, and hardness by pencil test. The result showed that the vertical arrangement formulation with three
layers of coating exhibite the best average score in this study with an MOE value of 162,603 kg/cm2, MOR 1,259.331 kg/cm2,
adhesion test 2―4B, abrasion test 0.1149 g, and hardness by pencil test 2-4H compared to other formulations and teak flooring
as a control. This bamboo product innovation is expected to be produced commercially and with good characteristics and can be used
as a reference standard in making Indonesian standart of bamboo flooring.
Keywords: Bamboo, coating, flooring, laminate, mechanical properties
ABSTRAK
Bambu sebagai substitusi bahan baku lantai sangat potensial untuk dikembangkan karena umumnya lantai
terbuat dari kayu solid atau jenis kayu keras, yang memiliki kualitas tinggi tetapi ketersediaanya terbatas. Bambu
dipilih dalam industri lantai dikarenakan corak yang khas dan mengkilap, serta memiliki kekuatan yang cukup
tinggi. Dalam studi ini dibuat lantai menggunakan bambu Indonesia dengan susunan bilah bambu horizontal
(H), vertikal (V), dan kombinasi (K) serta variasi jumlah lapisan finishing water-based (0, 3, 5). Produk diuji
mengacu pada standar ISO 21629-1 bamboo flooring for indoor use untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan tersebut
terhadap hasil pengujian, dan diharapkan mampu memberi rekomendasi penyusunan Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk lantai bambu. Pengujian meliputi Modulus of Elasticity (MOE), Modulus of Rupture (MOR),
stain resist, adhesion test, abrassion test, dan hardness by pencil test. Formulasi susunan vertikal dengan tiga lapis coating
secara keseluruhan mendapat nilai rata-rata paling baik dalam penelitian ini dengan nilai MOE 162.603 kg/cm2,
MOR 1.259,331 kg/cm2, adhesion test 2―4B, abrasion test 0,1149 g, hardness by pencil test 2-4H, dibandingkan dengan
formulasi lain dan lantai jati sebagai nilai kontrol. Inovasi produk bambu ini diharapkan dapat diproduksi secara
komersial dengan sifat yang baik dan dapat dijadikan sebagai standar acuan dalam pembuatan SNI lantai bambu.
Kata kunci: Bambu, lantai, laminasi, pelapis, sifat mekanis
Ketersediaan bahan baku untuk lantai dengan manusia dan lingkungan. Oleh karena hal tersebut,
pasokan kayu bulat yang tersedia memerlukan bahan dalam perkembangannya banyak peneliti di berbagai
subtitusi yang lain. Kondisi ini membutuhkan negara mencari bahan finishing alternatif dari sumber
alternatif lain sebagai bahan utama industri lantai, nabati dan material organik. Pemilihan pelapis
salah satunya adalah bambu. Bambu memiliki peran berjenis waterbased dalam penelitian ini memiliki sifat
penting sebagai bahan pengganti dalam mengurangi yang relatif aman bagi kesehatan manusia dan
pemakaian kayu bulat. Bambu dapat dikembangkan lingkungan, karena proses pelarut hanya
lebih lanjut sebagai bahan pengganti kayu karena menggunakan air (Pandit, 2017).
memiliki beberapa ciri khas sehingga dapat Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
dimanfaatkan untuk berbagai produk lanjutan seperti, karakteristik susunan dan finishing lantai dari bambu
kerajinan, furniture, dan bahan konstruksi ringan laminasi Indonesia sesuai standar ISO 21629-1 flooring
bangunan (Hendrawan, 2005). bambu dan standar yang berlaku (ISO, BS, EN,
Bambu sangat potensial sebagai bahan subtitusi ASTM). Luaran dari penelitian ini yaitu lantai bambu
kayu karena bambu dapat terus berproduksi selama dapat dijadikan alternatif pengganti produk lantai
pemanenannya terkendali dan terencana (Arsad, komersil dengan biaya yang relatif lebih rendah.
2013). Sulastiningsih et al. (2005), mengemukakan Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
bahwa bambu merupakan tanaman cepat tumbuh dan produk lantai bambu Indonesia serta mampu
mempunyai daur relatif pendek dimana 3-4 tahun memberi saran untuk pengembangan pembuatan SNI
sudah dapat dipanen dan tumbuh hampir di seluruh untuk kepentingan pendidikan dan industri di
wilayah Indonesia (Nandika et al., 1994). Bambu Indonesia.
merupakan salah satu bahan baku yang mudah
II. BAHAN DAN METODE
dibelah, dibentuk, dan mudah dalam pengerjaannya,
A. Bahan dan Alat
disamping itu harganya relatif lebih murah.
Sebagai subtitusi dalam pembuatan lantai, bambu Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
diwajibkan memiliki dimensi tebal, panjang dan lebar lantai bambu Andong (Gigantochloa Pseudoarundinaceae)
seperti papan lantai pada umumnya. Teknik dengan jenis susunan horizontal (H), vertikal (V), dan
perekatan/laminasi yang semakin maju diharapkan multilayer/kombinasi (K) sesuai Gambar 1, yang
mampu mengatasi keterbatasan bentuk dan dimensi didapatkan dari industri bambu di daerah Banjar, Jawa
bambu sebagai bahan papan lantai. Bambu laminasi Barat, serta bahan finishing berjenis water based dengan
merupakan produk yang terbuat dari bilah bambu merk dagang Aqua Parquet Lack APL=850. Sebagai
yang direkatkan. Hasil perekatan tersebut dapat perbandingan hasil pengujian, digunakan produk
menjadi sebuah produk papan atau balok tergantung lantai kayu solid jati sebagai acuan dalam penelitian ini.
dari bentuk, ukuran, dan pemanfaatan bambu B. Persiapan Contoh Uji
laminasi.
1. Proses pembuatan lantai
Proses pengerjaan akhir (finishing) pada kayu
Lantai bambu diproduksi dengan merakit
adalah proses pemberian lapisan pada permukaan
beberapa lapis bilah bambu menjadi papan lantai 3
kayu/produk kayu (Balfas, 2017). Proses ini memiliki
lapis atau sesuai dengan kebutuhan dan bentuk pada
beberapa fungsi, diantaranya untuk menambah kesan
desain dengan dimensi tebal 1,5 cm, lebar 12 cm, dan
dekoratif, proteksi terhadap air dan mikroorganisme
panjang 35 cm, dimana pada susunan horizontal
perusak lain (Balfas, 2012), disamping itu juga turut
membutuhkan 12 bilah bambu menjadi 3 lapis,
memberi kekuatan permukaan lantai terhadap
vertikal 20 bilah bambu 1 lapis dan kombinasi
gesekan dan beban statis yang diterima oleh berbagai
menggunakan gabungan kedua papan tersebut yang
kegiatan yang dilakukan. Proses pemberian lapisan
disesuaikan ukuran dan bentuk sesuai desain. Proses
dapat menggunakan alat kuas maupun dengan spray
perakitan menggunakan perekat PVAc yang sudah
gun.
diencerkan menggunakan air. Papan lalu ditekan
Penggunaan jenis pelapis didominasi oleh
menggunakan metode cold-press dengan penjepit kayu
penggunaan resin sintetis dalam beberapa dekade selama ±12 jam. Papan lantai yang dihasilkan
terakhir (Li & Guo, 2002). Disebutkan bahwa
dikondisikan selama dua minggu sebelum pelapisan
kelompok resin memberikan hasil finishing yang baik,
coating dan proses pengujian.
namun penggunaannya dapat merugikan kesehatan
216
Karakteristik Finishing dan Sifat Dasar Lantai Bambu Sebagai Pengganti Kayu Solid
(Khairun Hidayat, Naresworo Nugroho, & Dede Hermawan)
217
Penelitian Hasil Hutan Vol. 40 No. 3, November 2022: 215-223
200000
180000
160000
140000
MOE (kg/cm2)
120000
100000
JAS 234
80000 (2003)
60000
40000
20000
0
HORIZONTAL VERTIKAL KOMBINASI KONTROL (jati)
218
Karakteristik Finishing dan Sifat Dasar Lantai Bambu Sebagai Pengganti Kayu Solid
(Khairun Hidayat, Naresworo Nugroho, & Dede Hermawan)
1400
1200
1000
MOR (kg/cm2)
800
ISO 21629-1
(2021)
600
400
JAS 234 (2003)
200
0
HORIZONTAL VERTIKAL KOMBINASI Kontrol (jati)
219
Penelitian Hasil Hutan Vol. 40 No. 3, November 2022: 215-223
Hasil pengujian stain resist dengan nilai 4 dan 5 telah pelapisan permukaan lantai menggunakan coating
memenuhi standar ISO 21629-1-2021 bamboo flooring mampu menahan permukaan lantai dari kerusakan
yang mensyaratkan sampel uji tidak meninggalkan dan dampak yang ditimbulkan selama pengujian
bekas noda setelah pengujian, sedangkan nilai 3-1 dibandingkan lantai tanpa coating yang sepenuhnya
belum memenuhi standar tersebut. gagal dalam pengujian kali ini. Pemberian coating pada
permukaan lantai mampu menghasilkan nilai yang
4. Pengujian adhesi permukaan film
sesuai dengan standar ISO yang mensyaratkan nilai
Pengujian adhesi mengacu pada ISO 2409 dengan
>3 sebagai syarat minimal adhesion test. Hal ini
melakukan pemeriksaaan dan penilaian sesuai dengan
membuktikan bahwa permukaan bambu mampu
kode evaluasi numerik, pada setiap lantai yang diberi
menerima dan mengikat lapisan coating sehingga
perlakuan. Hasil pengujian adhesi ditunjukkan pada
memberi proteksi lebih terhadap goresan yang terjadi
Tabel 2. Hasil adhesion test membuktikan bahwa
di permukaan lantai.
Hasil
(Results) 2B 3B 5B 2B 4B 4B 2B 4B 2B 3B
fail fail fail fail
Keterangan (Remarks): [5B] tanpa ada kerusakan (No damage), [4B] kerusakan di bawah 5% (Less than 5% damage), [3B]
kerusakan 510% (5-10% damage) , [2B] kerusakan 1535%(15-35% damage), [1B] kerusakan 3565% (3665%
damage).
220
Karakteristik Finishing dan Sifat Dasar Lantai Bambu Sebagai Pengganti Kayu Solid
(Khairun Hidayat, Naresworo Nugroho, & Dede Hermawan)
221
Penelitian Hasil Hutan Vol. 40 No. 3, November 2022: 215-223
Hasil pengujian kekerasan menggunakan pensil penulisan draf dilakukan oleh KH; konseptualisasi,
pada contoh uji lantai bambu sudah memenuhi supervisi dilakukan oleh NN dan DH, perbaikan dan
kriteria yang ditentukan pada standar ISO 21629-1 validasi dilakukan oleh KH.
(2021) yang mensyaratkan kekuatan minimal senilai
DAFTAR PUSTAKA
H, dengan demikian produk lantai dalam penelitian
Abdurachman, Hadjib, N., Jasni, & Balfas, J. (2015).
ini sudah layak untuk digunakan dalam kebutuhan
Sifat balok komposit kombinasi bambu dan
yang disarankan. Formulasi susunan vertikal dengan 3
kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 33(2), 115-
lapis coating secara keseluruhan mendapat nilai paling
124.
baik dalam penelitian ini dibandingkan dengan
Aini, N., Morisco, & Aniota. (2009). Pengaruh
formulasi lain dan lantai jati sebagai nilai kontrol.
pengawetan terhadap kekuatan dan keawetan
Pemberian coating memiliki peran penting dalam
produk laminasi bambu. Forum Teknik Sipil,
melindungi permukaan lantai bambu dari segala
19(1), 983-984.
bentuk pengujian yang dilakukan. Selain itu,
ASTM (American Society for Testing and Material).
kandungan bahan coating pada produk ini pun ramah
Standard Test Method for Abrasion Resistance
lingkungan karena berbahan dasar air (water based)
of Organic Coatings by the Taber Abraser
yang aman digunakan untuk penggunaan indoor serta
(ASTM D 4060-14). Pennsylvania.
lingkungan.
ASTM (American Society for Testing and Material).
IV. KESIMPULAN Standard Test Method for Film Hardness by
Sifat mekanis lantai bambu dipengaruhi oleh Pencil Test (ASTM D3363-20). Pennsylvania.
susunan papan lantai, sedangkan pada perlakuan Arsad, E. (2013). Peningkatan nilai tambah bambu
coating tidak mempengaruhi sifat mekanis dari papan non komersial sebagai bahan baku pembuatan
lantai. Susunan vertikal dengan 3 lapis finishing pellet bambu. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan,
merupakan formulasi yang memiliki nilai paling (7), 45-52.
optimal dibandingkan dengan formulasi kombinasi BPS (Badan Pusat Statistik). (2016). Forestry
susunan papan lantai dan lantai kayu jati. Perlakuan Production Statistics 2015 and 2016. Jakarta:
pelapisan (finishing) menggunakan coating Aqua Statistik.
Parquet Lack APL= 850 cocok diaplikasikan untuk Bahtiar, E.T., Nugroho, N., Karlinasari, L.,
melindungi permukaan lantai dalam ruangan. Dari Surjokusumo, S., & Darwis, A. (2014). Rasio
hasil ini dapat disimpulkan bahwa lantai bambu ikatan pembuluh sebagai substitusi rasio
Indonesia dapat memenuhi standar sesuai ISO modulus elastisitas pada analisa layer system
21629-1 flooring bamboo for indoor use, sehingga mampu pada bilah bambu dan bambu laminasi. Jurnal
menjadi alternatif pengganti lantai kayu di pasaran. Teknik Sipil, 21(2), 147-162.
Selanjutnya, penyusunan Standar Nasional Indonesia Balfas, J. (2017). Quality organic putty from teak
mengenai lantai bambu dapat dilakukan untuk wood powder and sirlak. Journal of Forest
kepentingan pendidikan dan industri di Indonesia Products Research, 155–170.
Balfas, J. (1994). Pengaruh pengerjaan akhir terhadap
UCAPAN TERIMAKASIH
stabilitas dimensi kayu. Jurnal Penelitian Hasil
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
Hutan, 12(02) 70-75.
besarnya kepada semua pihak yang berperan dan
Bowyer, J.L., Shumlsky, R., & Haygreen, JG. (2003).
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
Forest Product and Wood Science: An
khususnya Divisi Research and Development (R&D) PT
Introduction. Ed ke-4 Ames. Iowa: Iowa State
Propan Raya yang memberikan izin penelitian di
University Press.
laboratorium beserta bahan pelapis yang digunakan.
Dirga, S.P. (2012). Karakteristik bilah dan buluh
Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
bambu gombong dan mayan. (Skripsi).
Bapak Imam Hambali selaku pemilik industri
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
pembuatan bambu laminasi yang berlokasi di Banjar,
Bogor.
Jawa Barat, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
European Committee for Standardization (EN).
dan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah yang dapat
(2014). EN 12720:2009 A1:2014 Furniture—
membantu memberikan informasi terkait kekuatan
Assessment of Surface Resistance to Cold
lantai bambu.
Liquids; European Committee for
KONTRIBUSI PENULIS Standardization, Brussels.
Semua penulis terlibat sebagai kontributor. European Committee for Standardization. (EN).
Metodologi, pengumpulan data, analisis data, 2014. 310.- (1993). Wood Based Panels
222
Karakteristik Finishing dan Sifat Dasar Lantai Bambu Sebagai Pengganti Kayu Solid
(Khairun Hidayat, Naresworo Nugroho, & Dede Hermawan)
223