You are on page 1of 22

Jurnal Health of Studies e-ISSN 2549-3353

Vol. 6, No. 1 (2022), pp. 01-07


xxx-xxx

Literature Review

Methodology Of Neuronal Pluripotent Stem Cell Of In Vitro Difference


Process As An Alternative Therapy Of Neurodegenerative Disease
Wahyuni Wulansari , *Fuad Gandhi Torizal2, Annisa Khumaira1 dan Ika Afifah
Nugraheni1
1
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55592
2
RSUD dr. Chasbullah AbdulMadjid Kota Bekasi, Jl. Pramuka No.55, Marga Jaya, Kec. Bekasi Selatan, Kota Bekasi , Jawa
Barat 17141

Submitted: Revised: Accepted:

Abstract
Neurodegenerative disease is one of the diseases that appears with age, but there is no efficient approach to
inhibit cell damage caused by the cells themselves. Pluripotent Stem Cells (PSC) is one of the alternative
therapeutic approaches to inhibit neurodegenerative progression, but in the process of expansion, PSCs
experience problems with their differentiation technique which is considered less than optimal. Search results
on PubMed, ResearchGuide, Elsevier found 500 articles related to Pluripotent Stem Cells (PSC). Twenty
articles met the inclusion criteria and were used for this literature review. The results of the review present that
the 3D technique is a neuronal differentiation technique which has good output and is able to resemble the
conditions of its development in vivo. The use of growth factors such as FGF2, PDGF, IGF1, T3, FGF, EGF
and CNTF can also overcome the problem of differentiation of several target cells in neurodegenerative therapy
as neurons, astrocytes, and oligodendrocytes.
Keywords: neuronal stem cells; pluripotent stem cells; differentiation technique

Metodologi Proses Diferensiasi Neuronal Pluripotent Stem Cell In Vitro


Sebagai Alternatif Terapi Penyakit Neurodegeneratif
Abstrak
Penyakit neurodegeneratif merupakan salah satu penyakit yang muncul seiring dengan bertambahnya usia, tetapi
belum ada pendekatan efisien untuk menghambat kerusakan sel yang diakibatkan oleh sel itu sendiri.
Pluripotent Stem Cells (PSC) merupakan salah satu alternatif pendekatan terapi untuk menghambat progresi
neurodegeneratif, namun dalam proses ekspansinya PSC mengalami kendala pada teknik diferensiasinya yang
dianggap kurang optimal. Hasil pencarian di PubMed, ReasearchGuide, Elsevier menemukan 500 artikel terkait
Pluripotent Stem Cells (PSC). Dua puluh artikel memenuhi kriteria inklusi dan digunakan untuk literature
review ini. Hasil review menunjukan bahwa teknik 3D merupakan teknik diferensiasi neuron yang memiliki
output yang baik dan mampu menyerupai kondisi perkembangannya secara in vivo. Penggunaan faktor
pertumbuhan seperti FGF2, PDGF, IGF1, T3, FGF, EGF dan CNTF juga dapat mengatasi permasalahan
diferensiasi beberapa sel target dalam terapi neurodegeneratif seperti neuron, astrosit, serta oligodendrosit
Kata-kata Kunci : neuronal stem cell; pluripotent stem cell; teknik diferensiasi

1. Pendahuluan
Penyakit neurodegeneratif merupakan salah satu penyakit yang seringkali muncul seiring dengan
bertambahnya usia. Perkembangan penyakit ini juga dapat diinduksi oleh faktor genetik, tumor,
stroke, trauma fisik, infeksi virus, dan sebagainya. Beberapa jenis penyakit yang dikelompokkan
dalam penyakit ini antara lain Parkinson disease, Huntington`s disease, Alzheimer`s disease,

This is an open access article under the CC–BY-SA license 1


Wahyuni Wulansari, et all

amyothropic lateral disease, Friedreich's ataxia, dan spinar muscular athropy. Kelompok penyakit
ini disebabkan oleh adanya mekanisme fundamental yang menyebabkan perubahan struktur, fungsi,
maupun kematian sel neuron (Hung et al., 2010). Meskipun beberapa mekanisme terkait penyakit ini
telah diketahui, belum ada pendekatan metode terapi secara farmakologis maupun bedah neuron yang
cukup efisien untuk menghambat progresi neurodegeneratif yang diakibatkan oleh penuaan sel itu
sendiri (Sakthiswary, 2012 #75).
Teknologi stem cell merupakan salah satu alternatif baru yang sedang dikembangkan untuk
meregenerasi jaringan neuron dalam otak. Salah satu metode yang memungkinkan untuk
dilakukannya terapi ini adalah dengan menggunakan stem cell dewasa yang berasal dari sel-sel
progenitor sel neuron, atau disebut juga adult Neuronal Stem Cell (NSC). Namun, pengambilan sel
neuron progenitor dari jaringan otak tidak cukup aksesibel untuk dilakukan dan memiliki resiko yang
cukup tinggi sehingga menimbulkan permasalahan dalam hal bioetika (Yap et al., 2015).
Beberapa peneliti kemudian mengembangkan alternatif pengobatan menggunakan terapi stem
cell untuk mengurangi resiko pengambilan NSC dari jaringan otak. Pluripotent Stem Cell (PSC)
merupakan salah satu jenis stem cell yang memiliki sifat dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis
tipe sel. PSC juga merupakan stem cell yang dikembangkan dalam studi regenerasi jaringan
khususnya jaringan neuron. Akan tetapi pada proses ekspansinya, NSC mengalami beberapa kendala
salah satunya kurang optimalnya teknik diferensiasinya yang ada. Literatur yang telah ada membahas
tentang peran autofagi terhadap diferensiasi PSC, kelebihan dan kelemahan kultur sel tradisional
hingga sistem 3D dan aplikasinya untuk menginvestigasi penyakit neurodegenerative (Slanzi, 2020
#5; de Rus Jacquet, 2021 #16; Chang, 2018 #24; Jimenez-Moreno, 2017 #45) (Anna Slanzi, 2020;
Aurélie de Rus Jacquet, 2021; Chia-Yu Chang, 2018; Jiménez-Moreno, 2017). Sejauh ini belum
ada penelitian yang fokus membahas pada teknik diferensiasi dari PSC. Permasalahan tersebut
membuat studi literatur ini perlu dilakukan, sehingga dapat memberikan solusi alternatif dalam
mengatasi kendala terkait teknik diferensiasi yang ada.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis analisis deskriptif dengan metode studi literatur yang
difokuskan pada metode perlakuan induksi diferensiasi sel neuron secara biokimiawi dan fisik serta
komponen utama yang berperan dalam proses diferensiasi. Pencarian literature dilakukan melalui
beberapa website dan situs seperti Researchgate, Google Cendekia, dan Elsevier. Proses pencarian
artikel dilakukan sesuai dengan kata kunci yaitu “pluripotent stem cell”, “neuronal stem cell”,
“neurogenesis”, “teknik diferensiasi neuron”, “teknik monolayer”, “teknik kultur tiga dimensi”.
Kriteria inklusi artikel ilmiah yang digunakan yaitu: artikel ilmiah dan review artikel dengan rentang
waktu dari tahun 2000 hingga 2020 yang membahas tentang perkembangan teknologi stem cell dalam
regenerasi neuron, pluripotent stem cell, neuronal stem cell, neurogenesis, teknik diferensiasi neuron,
teknik monolayer, dan teknik kultur tiga dimensi; artikel berbahasa Indonesia dan inggris. Artikel
yang didapatkan dari hasil pencarian kemudian dianalisis dan diproses melalui tahapan organize,
synthesize, identify dan analisis lanjut sehingga menemukan jawaban dari perumusan masalah Hasil
dan Pembahasan
Kami mengidentifikasi 500 artikel yang diperoleh dari hasil pencarian dan menghapus 3 5 artikel
yang sama. Seleksi judul dan abstrak dilakukan pada 465 artikel yang tersisa dan didapatkan 78
artikel yang sesuai kriteria inklusi untuk dilakukan seleksi fulltext article. Hasil seleksi fulltext article
ada 20 artikel yang lengkap dan layak untuk dilakukan critical apraisal. Tujuh artikel dikeluarkan
setelah critical apraisal sehingga terdapat 13 artikel yang digunakan dalam literature review ini.
Proses seleksi artikel dapat dilihat pada

Jurnal Health of Studies 2


Wahyuni Wulansari, et all

Artikel yang teridentifikasi melaui


A. Identifikasi pencarian database
Researchgate (n=200)
Google Cendekia (n=50)
Elsevier (n=250)
(n=500)

Artikel yang tersisa setelah


Artikel yang dikeluarkan
menghapus 35 artikel yang sama
(n=387)
(n=465)
B. Penyaringan

Judul
Berbahasa selain bahasa inggris dan
bahasa Indonesia.
Tidak relevan dengan kriteria inklusi

Abstrak
Artikel yang ada setelah diseleksi Berbahasa selain bahasa inggris dan
judul dan abstrak sesuai kriteria bahasa Indonesia.
inklusi Tidak relevan dengan kriteria inklusi
(n=78)
C. Kelayakan

Artikel yang lengkap dan layak


(n=20)

Artikel yang dikeluarkan setelah


dilakukan Critical Apraisal
(n=7)
D. Termasuk

Artikel yang digunakan dalam


Literature Review
(n=13)

Jurnal Health of Studies 3


Wahyuni Wulansari, et all

Gambar 1. Proses pemilihan artikel


Tabel 1. Artikel tentang teknik diferensiasi neuron

Jenis Sel
Author Metode Hasil
Neuron
Dibutuhkan sekitar 15 hari untuk
Penghambatan menginduksi stem cell menjadi
(Shi, 2012) Neuron
SMAD cortical stem cell atau neuron
progenitor
Terbentuknya neuron dopaminergic
Penghambatan diinisiasi dengan factor pertumbuhan
(Chambers, 2009) Neuron
SMAD BDNF, ascorbic acid, sonic hedgehog
(SHH) and FGF8 pada media N2

(Agnete kirkeby, Dual


Menghasilkan jumlah sel yang tinggi
2012; Nolbrant, Penghambatan Neuron
dalam skala kecil
2017) SMAD
Induksi dengan
RA, SHH dan Diferensiasi neuron ditandai dengan
cAMP dan adanya sel kolumnar yang membentuk
(Li, 2005) Ekspansi Neuron rosettes pada koloni sel pada hari ke
dengan BDNF, 8-10 setelah stem sel embrionik
GDNG dan dihilangkan dari sel feeder.
IFG1
Protokol dilakukan dengan
penghilangan mitogen dan
(Krencik, 2011) EB Astrosit penambahan CNTF kurang lebih 90
hari. Metode ini menghasilkan
populasi sel astrosit yang padat.
Cell line dari hESC dan hiPSC
menunjukan variabilitas diferensiasi
dalam menghasilkan sel astrosit.
(Emdad, 2012) EB Astrosit Kedua sel tersebut menunjukan sifat
sel yang sama yang disebut migrasi
dan tropisme terhadap Human high-
grade gliomas (hHGG).
Proses diferensiasi sel astrosit
Penghambatan
(Lafaille, 2012) Astrosit menggunakan beberapa faktor
SMAD dan EB
pertumbuhan seperti EGF, FGF2
Proses diferensiasi sel astrosit
menggunakan beberapa factor
(Andrea Serio, Penghambatan
Astrosit pertumbuhan seperti EGF, LIF,
2013) SMAD dan EB
FGF2
(Suspension)
(Sybil R.L. EB Oligodendrosit Diferensiasi sel OPC ke
Stacpoole, 2013) Oligodendrosit dilakukan dengan
penambahan factor pertumbuhan

Jurnal Health of Studies 4


Wahyuni Wulansari, et all

SAG, PDGF, NT3,


IGFI T3, cAMP
Diferensiasi sel OPC ke
Penghambatan
Oligodendrosit dilakukan dengan
(Wang, 2013) SMAD Oligodendrosit
penambahan factor pertumbuhan
(Monolayer)
PDGF, IGFI, NT3, B27 BDNF
Diferensiasi sel OPC ke
Oligodendrosit dilakukan dengan
(Panagiotis Penghambatan
Oligodendrosit penambahan factor pertumbuhan
Douvaras, 2014) SMAD, EB
Biotin, cAMP Insulin,T3, Biotin
cAMP, AA
Diferensiasi sel OPC ke
Penghambatan Oligodendrosit dilakukan dengan
(Gorris, 2015) Oligodendrosit
SMAD penambahan factor pertumbuhan T3,
AA, laminin

Dari beberapa artikel yang telah digunakan dan dianalisis dalam literature review ini terdapat
karakteristik artikel yang digunakan yaitu teknik diferensiasi sel neuron dan jenis sel neuronnya.
Beberapa metode diferensiasi sel berfokus pada proses diferensiasinya terhadap sel neuron, astrosit
dan oligodendrosit. Teknik yang digunakan dalam proses diferensiasi sel neuron banyak memiliki
persamaan yaitu menggunakan metode penghambatan SMAD dan pembentukan EB. Metode ini
dianggap efektif dalam mempercepat proses diferensiasi sel neuron target serta mengatasi kendala
dalam proses diferensiasinya. Sementara neuron, astrosit dan oligodendrosit merupakan bagian sel
yang berperan dalam munculnya gejala penyakit neurodegeneratif apabila sistem kerja selnya
terganggu. Sehingga adanya protokol diferensiasi tersebut dapat digunakan dalam model
pengembangan obat dan deteksi penyakit neurodegeneratif. Ada 4 tema yang ditemukan dalam review
ini antara lain: konsep dasar pluripotensi; proses perkembangan sel neuron pada masa embrionik;
mekanisme adaptasi tahapan neurogenesis dalam diferensiasi neuronal PSC; dan teknik diferensiasi.

2.1. Konsep dasar pluripotensi


Stem cell atau sel punca merupakan sel yang belum terdiferensiasi menjadi sel tubuh fungsional
secara spesifik. Stem cell memiliki kemampuan proliferasi dan daya regenerasi yang tinggi dan juga
dapat berdiferensiasi menjadi sel somatik yang membentuk suatu jaringan tubuh tertentu (Shirazi,
2012; Zakrzewski, 2019). Stem cell memiliki 2 jenis tipe sel yaitu ESC dan ASC (Adult Stem Cell).
ESC merupakan jenis stem cell yang dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel yang termasuk ke
dalam 3 jenis lapisan masa sel (Ektoderm, Mesoderm, dan Endoderm) (Amira Ragab EL Barky,
2017). ASC merupakan jenis stem cell yang diambil dari bagian jaringan dewasa dan memiliki
kemampuan diferensiasi yang terbatas. Selain itu penggunaan ASC sebagai sumber stem cell dapat
menghindari masalah etik dari penggunaan ESC (Ulrich, 2013). Stem cell memiliki kemampuan
untuk berdiferensiasi yang tergantung dari sifat sel nya. Beberapa sifat stem cell di antaranya yaitu
totipoten, pluripoten, multipoten, dan unipoten. Totipoten merupakan kemampuan sel untuk
membentuk individu baru secara lengkap, sedangkan pluripoten yaitu kemampuan stem cell
berdiferensiasi menjadi sel yang ada pada lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Kemampuan
stem cell akan menjadi terbatas apabila bersifat multipoten dan unipoten karena stem cell tersebut
hanya dapat berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel saja (Larijani, 2012). Menurut Doss (2019),
PSC memiliki potensi menjadi beberapa jenis sel somatik seperti kardiomiosit, sel otot halus, sel
endotelial, sel neuron dan sel hepatosit (Doss, 2019). Hal tersebut membuat PSC menjadi salah satu

Jurnal Health of Studies 5


Wahyuni Wulansari, et all

alternatif terapi yang dapat mengatasi penyakit degeneratif seperti penyakit parkinson, alzheimer,
diabetes, dan cedera tulang (Oh, 2019).
ESC dan iPSC merupakan dua jenis stem cell yang tergolong ke dalam PSC. Beberapa ESC
dapat dihasilkan dari manusia dan hewan. hESC merupakan stem cell embrionik yang dihasilkan dari
sel manusia. Stem cell embrionik juga dapat dihasilkan dari hewan dan pada umumnya berasal dari
tikus. Sel tersebut disebut sebagai Murine Embryonic Stem Cell (mESC). ESC bersifat pluripoten dan
merupakan stem cell yang diisolasi dari struktur Inner Cell Mass (ICM) dalam blastosis di fase awal
pembentukan embrio yang berumur sekitar 4 hingga 5 hari setelah fertilisasi (Liu et al., 2020).
iPSC merupakan PSC yang dibuat dengan rekayasa genetik melalui proses pemrograman ulang
dengan memasukkan faktor transkripsi pluripotensi (OCT4, SOX2, Klf4, dan cMyc) sehingga
memiliki karakteristik yang sama seperti ESC. iPSC dapat diambil dari sel hewan maupun manusia.
iPSC yang diambil dari sel manusia disebut hiPSC. Umumnya iPSC yang diambil dari hewan berasal
dari sel tikus sehingga sel tersebut disebut Mouse Induced Pluripotent Stem Cell (MIPSC). Selain
dengan menggunakan faktor transkripsi, iPSC dapat diperoleh dari sel somatik dengan menggunakan
metode Somatic Cell Nuclear Transfer (SNCT), fusi sel, tranduksi faktor transkripsi dan induksi
dengan molekul kecil (Singh, 2015). Secara umum, iPSC dapat diinduksi dari sel fibroblas karena
akses yang mudah dengan biopsi sederhana dari jaringan kulit. Selain jaringan fibroblas, iPSC juga
dapat dihasilkan dari jenis sel lain seperti sel darah periferal, keratinosit, dan sel epitelian
(Zakrzewski, 2019).

2.2. Proses perkembangan sel neuron pada masa embrionik


Perkembangan neuron pada mamalia berlangsung secara sementara dan bermula dari kumpulan
beberapa sel neuron yang berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi jenis sel yang lebih spesifik
(Ming, 2011). Beberapa sel ini diklasifikasikan sebagai Neuronal Stem Cells (NSC) yang memiliki
kemampuan untuk menghasilkan turunan NSC melalui pembelahan asimetris. Proses pembelahan
asimetris dapat menghasilkan dua sel induk yang memiliki potensi diferensiasi yang berbeda. NSC
tersebut juga dapat berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel otak seperti neuron, astrosit dan
oligodendrosit. Di bawah kondisi fisiologis, proses neurogenesis terbatas pada daerah niche yang
berlokasi pada 2 bagian otak. Bagian pertama yaitu pada zona subventrikular yang merupakan tempat
bermulanya sel neuron baru dan bermigrasi pada olfactory bulb, sementara bagian kedua yaitu zona
subgranular pada dentate gyrus dan hipokampus (Feliciano, 2015).
Proses neurogenesis merupakan proses yang kompleks dan terbagi menjadi 6 tahap
(Kempermann, 2004). Tahap pertama terjadi selama 1 hingga 3 hari setelah kelahiran dan disebut
sebagai fase proliferasi. Pada fase ini NSC dapat berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi beberapa
sel tetapi NSC tidak dapat melakukan pembaruan diri pada selnya. Tahap kedua sampai empat
berlangsung selama 1 minggu setelah kelahiran dan disebut sebagai fase diferensiasi. Pada fase ini
NSC keluar dari siklus sel dan telah siap berdiferensiasi menjadi jaringan sel neuron. Setelah proses
tersebut terjadi, neuron yang belum dewasa memasuki fase 5 atau disebut sebagai fase migrasi. Fase
ini terjadi selama 2 hingga 3 minggu setelah kelahiran. Pada fase mitosis neuron mulai memanjangkan
proyeksi aksonalnya dan pertumbuhan dendritik pun dimulai. Tahap 6 pada proses neurogenesis
berlangsung setelah 4 minggu kelahiran, pada fase ini integrasi sinapsis neuron yang baru mulai
muncul (de la Torre-Ubieta, 2011; Ham, 2014).
Beberapa studi telah melaporkan bahwa beberapa faktor intrinsik dibutuhkan dalam proses
regulasi neurogenesis (Avila, 2014; de la Torre-Ubieta, 2011; Secondo, 2018; Stappert, 2018).
Beberapa faktor di antaranya adalah faktor transkripsi, epigenetik dan jalur metabolisme (Mira, 2017;
Stappert, 2018). Faktor epigenetik terdiri dari metilasi DNA, modifikasi post-translasi pada histon,
dan perubahan struktur pada kromatin. Beberapa faktor transkripsi yang berperan dalam proses

Jurnal Health of Studies 6


Wahyuni Wulansari, et all

neurogenesis, salah satunya berasal dari kelompok faktor transkripsi Sox. Sox2 merupakan faktor
transkripsi yang sering di teliti oleh beberapa ilmuwan. Adanya ekspresi Sox2 pada neuron dan sel
glia berperan penting dalam pembentukan morfologi dan konektivitas pada sel neuron (Mercurio,
2019). Peran jalur metabolisme juga tidak lepas dari proses pembentukan neuron pada mamalia. Salah
satu jalur metabolisme yang berperan dalam diferensiasi dan degenerasi neuron di antaranya adalah
fosforilasi oksidatif. Proses metabolisme tersebut dapat menghasilkan ATP yang dibutuhkan pada
proses pembentukan neuron (Bourgognon, 2018).

2.3. Mekanisme adaptasi tahapan neurogenesis dalam diferensiasi neuronal PSC


Perkembangan sistem neuron pada vertebrata dimulai pada fase gastrula saat jaringan ektoderm
terspesialisasi menjadi jaringan sel neuron melalui suatu induksi neural. Proses tersebut dapat muncul
dikarenakan adanya suatu sel dari jaringan ektoderm yang dapat melepaskan molekul penghambat
BMP dan mengaktifkan jalur Fibroblast Growth Factor (FGF) (Tao, 2016). Mekanisme diferensiasi
neuron pada dasarnya mengikuti prinsip induksi neuron. Terdapat beberapa jenis turunan dari sel
neuron yang sering digunakan dalam proses diferensiasi sel neuron di antaranya adalah Neuron
Progenitor (NPC), neuron, astrosit, dan oligodendrosit. Beberapa Proses diferensiasi pada sel neuron
diawali dengan mengubah hPSC menjadi jenis sel neuron yang lebih spesifik yaitu Neural ectoderm
(NE) melalui pembentukan embryoid body dan penghambatan SMAD. Tahap kedua yaitu dengan
mengubah NE hingga proses gliogenesis pun terjadi. Proses gliogenesis akan menghasilkan sel glial
progenitor yang mengekspresikan marker NF1A, S100b dan CD44. Tahap ketiga yaitu dengan
mengubah sel glial progenitor menjadi astrosit dengan adanya Bone Morphogenic Protein (BMP) dan
Ciliary Neurotrophic Factor (CNTF). BMP dan CNTF mengaktivasi jalur STAT3 sehingga sel glial
progenitor dapat berdiferensiasi menjadi astrosit (Tao, 2016).

2.3.1. Neuron Progenitor Cell (NPC)


NPC atau sel neuron progenitor merupakan salah satu sel yang dapat berdiferensiasi menjadi sel
neuron, astrosit dan oligodendrosit. Beberapa proses diferensiasi hPSC menjadi NPC dilakukan
dengan menggunakan induksi monolayer dan pembentukan embryiod body pada suatu suspensi.
Selain metode tersebut beberapa faktor induksi seperti Retinoid Acid (RA), FGF-2, Epidermal
Growth Factor (EGF) dan Sonic Hedgehog (SHH) juga digunakan dalam proses diferensiasi NPC (Li
dkk., 2014). Saat ini, induksi sinergistik menggunakan dua inhibitor pada persinyalan SMAD yaitu
noggin dan SB431642 merupakan metode yang efisien dalam proses diferensiasi NPC yang berasal
dari kultur hPSC (Gordeeva, 2019; Stover, 2013). SMAD merupakan protein intraseluler yang
mentransduksi sinyal extraseluler dari ligan TGF- β menuju nukleus yang dapat mengaktifkan gen
transkripsi perkembangan neuron. Sel NPC tersebut nantinya akan dapat dideferensiasi lagi menjadi
sel dopaminergik apabila di induksi dengan SHH dan FGF8, sedangkan akan menjadi sel neuron
motoris ketika diinduksi dengan menggunakan Brain-derived Neurothrophic Factor (BDNF), asam
askorbat, SHH dan RA (Li, 2014).

2.3.2. Diferensiasi neuron

Jurnal Health of Studies 7


Wahyuni Wulansari, et all

Neuron merupakan komponen selular utama penyusun sistem neuron pada manusia. Sel ini
berfungsi menyampaikan rangsangan melalui sinyal berupa eksitasi elektrik yang dihantarkan dari dan
ke jaringan. Perkembangan sistem neuron dikendalikan oleh beberapa persinyalan kompleks. Sebelum
membentuk suatu jenis tipe sel yang spesifik, terdapat beberapa tahap yang harus dilalui. PSC
termasuk ESC dan iPSC akan terlebih dahulu berubah menjadi jaringan ektoderm. Jaringan tersebut
kemudian akan berubah menjadi neuroepitelial melalui induksi FGF dan WNT, kemudian
neuroepitelial akan memperbanyak diri menjadi neuro plate. Pada neural plate bagian rostral atau
bagian otak depan merupakan bagian pertama yang terbentuk setelah terjadinya caudalization. Hal ini
terjadi akibat adanya suatu faktor pertumbuhan di antaranya WNT, BMP, FGF dan RA (Dhara,
2008). Beberapa bagian yang terbentuk akibat induksi faktor pertumbuhan tersebut terdiri dari otak
depan, otak tengah, otak belakang dan sumsum tulang belakang. Setelah pembentukan jaringan
neuron pada bagian rostro-caudal selesai terjadi, pembentukan bagian dorso-ventral di neural tube
yang dikendalikan oleh dua jenis persinyalan. Persinyalan BMP secara dorsal dari roof plate dan
persinyalan SHH secara ventral dari bagian notochord. Sel yang berada pada lokasi tertentu sepanjang
bagian rostro-caudal dan dorso-ventral axial merespon beberapa morfogen spesifik dan
menghasilkan beberapa jenis sel neuron spesifik dan sel glial. Telah banyak protokol yang
dikembangkan dalam melakukan teknik diferensiasi sel neuron, beberapa protokol tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Protokol diferensiasi nneuron

Durasi
Referensi (Emdad Marker Metode Faktor Pertumbuhan
)
FGF2, Insulin,
(Pankratz, 2007; PAX6, OTX2,
80 EB Transferrin,
Zhang, 2011) FOXG1
Progesteron, Heparin
Penghambatan FGF2, FGF8, BDNF,
PAX6, OTX2,
(Chambers, 2009) 28-35 SMAD GDNF, TGFb1,
FOXG1
(Monolayer) cAMP

(Eiraku, 2008;
FOXG1, EMX1, BMP4, FGF2
Watanabe, 2005) 180 EB
Nestin (Suspensi)

Penghambatan
(Shi, 2012) 80 Tbr1 CTIP2 N2, B27, FGF2
SMAD

(Agnete kirkeby,
TH, LMX1, Dual FGF8b, BDNF, AA
2012; Nolbrant,
40 FOXA2, EN1, Penghambatan GDNF, DAPT db-
2017; Osborn, 2016)
MAP2 SMAD cAMP

Jurnal Health of Studies 8


Wahyuni Wulansari, et all

Induksi dengan
RA, SHH, dan
cAMP dan
HB9, HoxC8, FGF2, BDNF, GDNF,
(Li, 2005) 50 diekspnasi
ChAT, VAChT IGF1
dengan
BDNF,GDNG
dan IGF1.

2.3.3. Astrosit
Astrosit merupakan sel yang banyak ditemukan pada otak mamalia, sel tersebut berfungsi untuk
menjaga kondisi homeostasis pada sel neuron dengan menjaga keseimbangan ion, pergantian
neurotransmiter dan pelepasan faktor pertumbuhan dalam pembentukan (McComish, 2018).
Beberapa studi melaporkan bahwa astrosit merupakan bagian sel yang berperan dalam munculnya
gejala penyakit neurodegeneratif, sehingga ekpansi sel astrosit dilakukan untuk mengetahui peran
astrosit dalam terjadinya penyakit neurodegeneratif pada sel (Liddelow, 2017; Lobsiger, 2007;
Osborn, 2016).
Beberapa protokol telah dilakukan untuk melakukan diferensiasi astrosit, di antaranya dengan
memperhatikan densitas sel yang akan dikultur, jenis substrat, komposisi media, konsentrasi faktor
pertumbuhan, morfogen dan dimensi kultur nya (monolayer atau embryoid body) (Chandrasekaran,
2016). Salah satu faktor yang sangat penting dalam proses diferensiasi yaitu adanya faktor
pertumbuhan. Beberapa faktor pertumbuhan yang berperan dalam proses diferensiasi astrosit di
antaranya yaitu FGF-2, RA, cAMP, hIGF, dan BDNF (Araki, 2012, 2020; Carpenter, 2001).
Beberapa protokol diferensiasi astrosit dari PSC dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Protokol diferensiasi astrosit

Durasi
Referensi Marker Metode Faktor Pertumbuhan
(Emdad)
(Elisabetta
Mormone, FGF2, EGF,
28-35 GFAP, A2B6 EB
2014) (FGF+EGF+CNTH), Noggin

(Krencik, GFAP, S100β,


180 EB EGF, FGF
2011) CD44, NF1A

(Emdad, GFAP, A2B5,


35 EB N2, FGF, EGF, CNTF
2012) S100β

(Gupta, GFAP, S100β,


70 EB EGF, FGF2 Heparin
2012) EAAT1, EAAT2

(Lafaille, 90 GFAP Penghambatan EGF, FGF2

Jurnal Health of Studies 9


Wahyuni Wulansari, et all

2012) SMAD dan EB

Vimentin, NF1A,
(Andrea Penghambatan
>70 GFAP, S100β, EGF, LIF, FGF2 (Suspension)
Serio, 2013) SMAD dan EB
EAAT1

2.3.4. Oligodendrosit
Oligodendrosit merupakan sel mielinasi dari proses pembentukan sel-sel neuron. Gangguan dan
kerusakan pada sel ini akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit neurodegenratif seperti
multiple schlerosis (MS) dan amyothropic lateral schlerosis (ALS) (Livesey, 2016). Seperti halnya
astrosit, ada tidaknya oligodendrosit pada sel neuron dapat mengakibatkan munculnya gejala penyakit
degeneratif, sehingga pengembangan sel oligodendrosit yang berasal dari iPSC merupakan suatu
alternatif dalam mendeteksi dan mengetahui beberapa mekanisme penyakit yang terjadi pada penyakit
neurodegeneratif. Menurut Merten dan koleganya proses mielinasi akan terjadi apabila terdapat
implantasi oligodendrosit yang cukup, sehingga diperlukan suatu protokol diferensiasi yang efektif
dalam proses studi gangguan mielinasi yang terjadi pada penyakit MS dan ALS dkk., 2016). Beberapa
protokol yang dikembangkan untuk melakukan diferensiasi oligodendrosit dilakukan dengan
menggunakan metode pembentukan embryiod body, kultur suspensi dan kultur monolayer, sementara
untuk faktor pertumbuhan yang digunakan di antaranya PDGF, IGF, dan FGF (Ehrlich, 2017;
Livesey, 2016; Wang, 2013). Beberapa protokol dalam proses diferensiasi oligodendrosit dapat
dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Protokol dalam proses diferensiasi oligodendrosit

Faktor Pertumbuhan
Durasi Pre-
Referensi (Emda Marker Metode Oligodendr Transisi Pre-
OPC ke
d) ocyte OPC ke
Oligodendrosit
Progenitor OPC
Cell (OPC)
OLIG,
SOX10,
A2B5,
(Jinghua EGF, FGF
42 NG2, EB EGF -
Piao, 2015) (Suspensi)
PDGFRα
, GalC,
RIP, O4
(Michal >45 OLIG EB EGF,FGF, EGF, FGF, Noggin
Izrael, 1/2, Noggin Noggin
2007) SOX10,
NKX2.2,
PDGFRα

Jurnal Health of Studies 10


Wahyuni Wulansari, et all

, O4
EB
OLIG2,
dengan
NKX2.2, SHH, B27 PDGF, IGFI, PDGF, IGFI,
(Hu, 2009) 112 kadar
PDGFRα RA, FGF2 NT3, T3 NT3
oksigen
, O4
rendah
PDGF, T3,
OLIG2, purmorphami
NKX2.2, SAG, FGF, ne/SAGRA SAG, PDGF,
(Sybil R.L.
100 NG2, EB RA(pMN, (pMN), NT3, IGFI T3,
Stacpoole,
PDGFRα SAG, FGF PDGF, FGF, cAMP
2013)
, O4 purmorphami
n/ SAG, T3
OLIG2,
Pengham
SOX10, RA, B27, PDGF, IGFI,
batan
NKX2.2, FGF, T3, NT3, PDGF, IGFI,
(Wang, 2013) 140 SMAD
MBP Purmorpha purmorphami NT3, B27 BDNF
(Monolay
PDGFRa, mine ne
er)
O4

OLIG2, Pengham PDGF, HGF,


(Panagiotis Insulin,T3,
SOX10, batan IGFI, NT3,
Douvaras, 95 RA, SAG Biotin cAMP,
NKX2.2, SMAD Insulin, T3
2014) AA
MBP, O4 dan EB Biotin, cAMP

OLIG
1/2,
Pengham
NKX6.2, PDGF,
(Gorris, batan PDGF, T3,
>90 NKX2.2, EGF, T3, AA, laminin
2015) SMAD AA, Noggin
NG2, forskolin
dan EB
MBP
SOX1
OLIG2,
purmorpha
NKX2.2,
(Jinghua mine, AA, PDGF, IGFI, BDNF, AA, T3,
70 SOX10, EB
Piao, 2015) BDNF, T3, cAMP cAMP
O1,
FGF8
MBP, O4

Terdapat beberapa faktor pertumbuhan yang berperan dalam proses diferensiasi PSC menjadi
beberapa jenis turunan nya di antaranya adalah FGF2, PDGF, IGF1, T3, FGF, EGF dan CNTF. Faktor
pertumbuhan tersebut berperan dalam proses pembentukan sel neuron, astrosit dan oligodendrosit.
Pada umumnya fungsi dari faktor pertumbuhan adalah untuk meningkatkan proliferasi dari neuron
dan sel saraf pusat lain. Faktor pertumbuhan juga memiliki fungsi lain seperti angiogenesis
penyembuhan luka, peningkatan ekspresi reseptor NMDA dan enzim antioksidan seperti SOD atau
reduktase GSH (Cabezas, 2016).

Jurnal Health of Studies 11


Wahyuni Wulansari, et all

2.4. Teknik diferensiasi

2.4.1. Kultur adherent/monolayer


Metode kultur 2D dilakukan dengan mengkulturkan sel pada suatu plate yang berisi suatu
substrat. Substrat tersebut terdiri dari Extraceluller Matrix (ECM) yang dapat meningkatkan
proliferasi, adesi, dan diferensiasi suatu sel kultur yang dikehendaki. Beberapa substrat yang umum
digunakan dalam kultur stem cell di antaranya laminin, poly-ornithine, poly-lysine dan fibronektin
(Hopkins, 2013). Substrat tersebut berfungsi untuk meningkatkan adesi sel melalui reseptor integrin,
berkontribusi dalam diferensiasi NSC, memfasilitasi perlekatan sel melalui daya tarik elektrostatis
pada permukaan sel, mengkoordinasikan aktivitas sinapsis dan sinaptogenesis, serta meregulasi
migrasi sel neural (Centeno, 2018). Tujuan dalam melakukan kultur monolayer ini yaitu untuk
mengetahui komponen biologis dari stem cell serta menyediakan sumber terapi sel dalam pengobatan
regenerasi. Ekspansi stem cell dalam waktu singkat juga dilakukan dengan menggunakan kultur
monolayer untuk menghasilkan beberapa jenis sel neuron dan juga neurosphere (Kim, 2013;
Rosenzweig, 2018)

2.4.2. Kultur 3 dimensi


Pada kultur 3 dimensi secara umum dibagi menjadi dua jenis teknik yaitu Scaffold-free dan
Scaffold-based. Scaffold-free meliputi spheroid, embryiod body, neurosphere, organoid dan
microtissue yang dapat dikulturkan dengan menumbuhkan sel pada kultur suspensi, sumuran kecil
(microwell), matrik gel serta beberapa variasi metode lain (Frampton, 2016). Teknik ini tidak
membutuhkan penambahan suatu Extracelullar Matrix (ECM) karena apabila sel telah mencapai
kepadatan yang cukup sel tersebut dapat memproduksi ECM dengan sendirinya. Hal tersebut
merupakan strategi kultur scaffold-free dalam membentuk suatu struktur 3 dimensi. Salah satunya
dengan menggunakan kombinasi antara kondrosit dan faktor pertumbuhan yang diberikan pada
tempat kultur (Miyazaki, 2010).
Meskipun kultur monolayer masih dilakukan hingga saat ini, terdapat beberapa kekurangan
dalam melakukan ekspansi menggunakan metode tersebut. Beberapa di antaranya yaitu kultur
monolayer tidak dapat merepresentasikan keadaan organ otak yang sebenarnya dan memiliki interaksi
antar sel yang terbatas. Keterbatasan kultur sel dengan metode monolayer dapat mempengaruhi
morfologi sel, tingkat ketahanan sel, proses diferensiasi serta proliferasinya sehingga dibutuhkan
suatu model ekspansi yang lebih kompleks dan dapat merepresentsikan keadaan secara in vivo salah
satunya dengan menggunakan kultur 3 dimensi (Antoni, 2015).
Saat ini terdapat salah satu jenis teknik diferensiasi yang sedang dikembangkan yaitu
menggunakan organoid 3 dimensi. Organoid merupakan teknik diferensiasi yang tergolong ke dalam
teknik scaffold-free. Organoid merupakan suatu masa jaringan yang terdiri dari beberapa jenis tipe sel
yang terorganisir secara spontan (Simunovic, 2017). Kebanyakan organoid memiliki bentuk bulat
dan tidak beraturan pada suspensi atau pada beberapa tipe matriks yang berbeda (Lou, 2018).
Organoid dapat dihasilkan dari iPSC dan ASC dengan meniru substansi kimia dan fisik dari jaringan
target yang dikembangkan serta kondisi homeostatisnya (Lancaster, 2014). Pada proses pembentukan
organoid diperlukan beberapa faktor pertumbuhan agar sel tersebut dapat berdiferensiasi serta
mengalami perbaruan diri. Faktor pertumbuhan tersebut berperan pada proses pertahanan sel,
proliferasi pembaruan diri serta pada proses diferensiasi menjadi sel yang lebih spesifik (Yin, 2016)
Organoid dianggap merupakan suatu sistem model yang memiliki kestabilan sistem dan juga dapat
merepresentasikan kondisi fisiologis secara in vivo (Yin, 2016). Beberapa studi juga telah melaporkan
bahwa organoid cerebral telah digunakan untuk mempelajari tahap awal perkembangan otak dan
gangguan pada perkembangan neuron. Oleh karena itu organoid dianggap memiliki gambaran yang

Jurnal Health of Studies 12


Wahyuni Wulansari, et all

lebih baik dalam proses pemodelan sistem saraf pusat dibandingkan dengan menggunakan model
kultur 2 dimensi (Lee, 2016; Yin, 2016).
Teknik Scaffold-based merupakan teknik diferensiasi yang membutuhkan suatu penambahan
biomaterial dari luar untuk memproduksi beberapa jenis sel neural. Matrik yang digunakan dalam
teknik diferensiasi ini biasanya memiliki struktur yang longgar agar oksigen dan nutrien dapat
terserap masuk ke dalam sel. Beberapa biomaterial sintetis yang digunakan dalam teknik ini di
antaranya adalah polikaprolakton, polietilen glikol dan polistirena (Lou, 2018; Oliva, 2019). Metode
lain dalam teknik scaffold-based yaitu dengan penambahan ECM seperti laminin dan kolagen pada
kultur sel neural. ECM pada teknik ini berfungsi dalam meningkatkan regenerasi jaringan, struktur,
rigiditas serta elastisitasnya (Alghuwainem, 2019). Teknik Scaffold-based lain yang diaplikasikan
dalam proses diferensiasi neural yaitu Self-assembling peptides (SAPS). Teknik ini merupakan salah
satu metode yang digunakan dalam membentuk 3D scaffold untuk meningkatkan proliferasi serta
diferensiasi NSC (Cunha, 2011). Studi dalam penggunaan 3D scaffold dari sintesis kolagen dan asam
hialuronat juga dianggap sebagai metode yang efisien dalam proses transdiferensiasi stem cell
mesensimal menjadi sel neuronal dan sel glial, metode ini dilakukan dengan menginduksi kekakuan
dan porositas dari struktur 3 dimensi scaffold tersebut (Her, 2013).
Dalam pengaplikasian teknik diferensiasi, kedua teknik tersebut memiliki kelebihan dan
keterbatasan. Kelebihan dan keterbatasan teknik diferensiasi 2 dimensi dan 3 dimensi dapat dilihat
pada Tabel 5.

Tabel 5. Kelebihan dan keterbatasan teknik diferensiasi 2D dan 3D


2D 3D
Kelebihan Mudah dalam pengaplikasian Memiliki interaksi sel yang
lebih kompleks
Tidak membutuhkan biaya Memiliki interaksi antara sel
yang banyak dan ECM
Kulturnya homogen Memiliki kompleksisitas yang
lebih tinggi serta relevan dalam
pemodelan in vivo
mudah diaplikasikan pada Membutuhkan biaya yang
aplikasi downstream dan tinggi
visualisasi sel.
Keterbatasan Belum dapat Sedikit sulit untuk
merepresentasikan lingkungan divisualisasikan dengan
fisiologis secara in vivo menggunakan mikroskop dan
metode visualisasi lain
Terbatasnya interaksi antar sel Sedikit sulit untuk
kultur mendistribusikan komponen
homogen (oksigen dan nutrien)
sehingga akan berujung pada
proses nekrosis, heterogenitas
hingga kematian.
Terbatasnya interaksi antara sel Membutuhkan perlengkapan
dan ECM. khusus dan penanganan ahli
Dapat menimbulkan perubahan Sistem Scaffold-based harus
morfologi dan ekspresi gen mempertimbangkan beberapa
hal seperti sifat

Jurnal Health of Studies 13


Wahyuni Wulansari, et all

biodegradibilitas, ukuran pori,


dan komposisi substansi kimia.

3. Simpulan
Dalam pengembangan stem cell pada terapi regeneratif neuron dibutuhkan suatu teknik
diferensiasi yang baik. Secara in vitro, teknik kultur 2D dan 3D merupakan teknik diferensiasi yang
saat ini digunakan secara umum. Teknik 3D merupakan teknik yang diketahui memiliki output yang
baik dalam diferensiasi neuron karena mampu menyediakan lingkungan mikro artifisial sel yang baik
dan dapat menyerupai kondisi perkembangannya secara in vivo. Penggunaan faktor pertumbuhan
seperti FGF2, PDGF, IGF1, T3, FGF, EGF dan CNTF juga dapat mengatasi permasalahan
diferensiasi beberapa sel target dalam terapi neurodegeneratif seperti neuron, astrosit, serta
oligodendrosit. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai metode dan protokol yang efisien dalam
melakukan proses diferensiasi NSC. Adanya protokol tersebut diharapkan dapat diterapkan di banyak
negara khususnya di Indonesia sehingga dapat mengatasi permasalahan dalam melakukan teknik
kultur diferensiasi NSC.

Rujukan
Agnete kirkeby, J. N. a. M. P. (2012). Generating regionalized neuronal cells from pluripotency, a
step-by-step protocol. Frontiers in Cellular Neuroscience 6:64.
https://doi.org/DOI:10.3389/fncel.2012.00064

Alghuwainem, A., Alshareeda, A. T., & Alsowayan. (2019). Scaffold-Free 3-D Cell Sheet Technique
Bridges the Gap between 2-D Cell Culture and Animal Models. International Journal of
Molecular Sciences. https://doi.org/10.3390/ijms20194926

Amira Ragab EL Barky, E. M. M. A. a. T. M. M. (2017). Stem Cells, Classifications and their


Clinical Applications. Stem cells and development.
https://www.researchgate.net/publication/319277041_Stem_Cells_Classifications_and_their_
Clinical_Applications

Andrea Serio, B. B., Sami J. Barmada, +14, Dale Michael Ando, Chen Zhao, Rick Siller, Karen Burr,
Ghazal Haghi, David Story, Agnes Lumi Nishimura, Monica A. Carrasco, Hemali P.
Phatnani, Carole Shum, Ian Wilmut, Tom Maniatis tm2472@columbia.edu, Christopher E.
Shaw, Steven Finkbeiner, and Siddharthan Chandran (2013). Astrocyte pathology and the
absence of non-cell autonomy in an induced pluripotent stem cell model of TDP-43
proteinopathy. 110 (12) 4697-4702 https://doi.org/10.1073/pnas.1300398110

Anna Slanzi, G. I., Barbara Rossi, Elena Zenaro and Gabriela Constantin. (2020). In vitro Models of
Neurodegenerative Diseases. REVIEW article.
https://doi.org/https://doi.org/10.3389/fcell.2020.00328

Antoni, D., Burckel, H., Josset, E., & Noel, G. (2015). Three-Dimensional Cell Culture: A
Breakthrough in Vivo. International Journal of Molecular Sciences,.
https://doi.org/10.3390/ijms16035517

Jurnal Health of Studies 14


Wahyuni Wulansari, et all

Araki, T., Ikegaya, Y., Koyama, R. (2012). The effects of microglia- and astrocyte-derived factors on
neurogenesis in health and disease. European Neuroscience Societies. DOI:
10.1111/ejn.14969

Araki, T., Ikegaya, Y., Koyama, R. (2020). The effects of microglia- and astrocyte-derived factors on
neurogenesis in health and disease. European Neuroscience Societies. DOI:
10.1111/ejn.14969

Aurélie de Rus Jacquet, H. L. D., Francesca Cicchetti, Melanie Alpaugh. (2021). Current and future
applications of induced pluripotent stem cell-based models to study pathological proteins in
neurodegenerative disorders. Molecular Psychiatry, 26, pages2685–2706.
https://www.nature.com/articles/s41380-020-00999-7

Avila, A., Vidal, P. M., Tielens, S., Morelli, G., Laguesse, S., Harvey, R. J., Rigo, J.-M., & Nguyen,
L. (2014). Glycine receptors control the generation of projection neurons in the developing
cerebral cortex. Cell Death & Differentiation. https://doi.org/10.1038/cdd.2014.75

Bourgognon, J.-M., Spiers, J. G., Scheiblich, H., Antonov, A., Bradley, S. J., Tobin, A. B., & Steinert,
J. R. . (2018). Alterations in neuronal metabolism contribute to the pathogenesis of prion
disease. Cell Death & Differentiation. https://doi.org/10.1038/s41418-018-0148-x

Cabezas, R., Avila-Rodriguez, M., Vega-Vela, N. E., Echeverria, V., González, J., Hidalgo, O. A.,
Santos, A. B., Aliev, G., & Barreto, G. E. (2016). Growth Factors and Astrocytes
Metabolism: Possible Roles for Platelet Derived Growth Factor. Medicinal Chemistry
(Shariqah (United Arab Emirates)). https://doi.org/10.2174/1573406411666151019120444

Carpenter, M. K., Inokuma, M. S., Denham, J., Mujtaba, T., Chiu, C.-P., & Rao, M. S. (2001).
Enrichment of Neurons and Neural Precursors from Human Embryonic Stem Cells.
Experimental Neurology. https://doi.org/10.1006/exnr.2001.7832

Centeno, E. G. Z., Cimarosti, H., & Bithell, A. (2018). 2D versus 3D human induced pluripotent stem
cell-derived cultures for neurodegenerative disease modelling. Molecular Neurodegeneration.
https://doi.org/10.1186/s13024-018-0258-4

Chambers, S. M., Fasano, C. A., Papapetrou, E. P., Tomishima, M., Sadelain, M., & Studer, L.
(2009). Highly efficient neural conversion of human ES and iPS cells by dual inhibition of
SMAD signaling. . Nature Biotechnology. https://doi.org/10.1038/nbt.1529

Chandrasekaran, A., Avci, H. X., Leist, M., Kobolák, J., & Dinnyés, A. (2016). Astrocyte
Differentiation of Human Pluripotent Stem Cells: New Tools for Neurological Disorder
Research. Frontiers in Cellular Neuroscience. https://doi.org/10.3389/fncel.2016.00215

Chia-Yu Chang, H.-C. T., Ching-Ann Liu, Hong-Lin Su, Tzyy-Wen Chiou, Horng-Jyh Harn, Shinn-
Zong Lin. (2018). Induced Pluripotent Stem Cells: A Powerful Neurodegenerative Disease
Modeling Tool for Mechanism Study and Drug Discovery. Show less, 27 (11), 1588-1602.
https://doi.org/https://doi.org/10.1177/0963689718775406

Jurnal Health of Studies 15


Wahyuni Wulansari, et all

Cunha, C., Panseri, S., & Antonini, S. (2011). Emerging nanotechnology approaches in tissue
engineering for peripheral nerve regeneration. Nanomedicine : nanotechnology, biology, and
medicine,, 7(1), 50–59. https://doi.org/10.1016/j.nano.2010.07.004

de la Torre-Ubieta, L., & Bonni, A. (2011). Transcriptional regulation of neuronal polarity and
morphogenesis in the mammalian brain. Neuron,.
https://doi.org/10.1016/j.neuron.2011.09.018

de Rus Jacquet, A., Denis, H. L., Cicchetti, F., & Alpaugh, M. (2021, Jul). Current and future
applications of induced pluripotent stem cell-based models to study pathological proteins in
neurodegenerative disorders. Mol Psychiatry, 26(7), 2685-2706.
https://doi.org/10.1038/s41380-020-00999-7

Dhara, S. K., & Stice, S. L. (2008). Neural differentiation of human embryonic stem cells. . Journal of
Cellular Biochemistry. https://doi.org/10.1002/jcb.21891

Doss, M. X., & Sachinidis, A. (2019). Current Challenges of iPSC-Based Disease Modeling and
Therapeutic Implications. Cells, 8(5). https://doi.org/10.3390/cells8050403

Ehrlich, M., Mozafari, S., Glatza, M., Starost, L., Velychko, S., Hallmann, A.-L., Cui, Q.-L.,
Schambach, A., Kim, K.-P., Bachelin, C., Marteyn, A., Hargus, G., Johnson, R. M., Antel, J.,
Sterneckert, J., Zaehres, H., Schöler, H. R., Baron-Van Evercooren, A., & Kuhlmann, T. .
(2017). Rapid and efficient generation of oligodendrocytes from human induced pluripotent
stem cells using transcription factors. Proceedings of the National Academy of Sciences,
114(11), E2243–E2252. https://doi.org/10.1073/pnas.1614412114

Eiraku, M., Watanabe, K., Matsuo-Takasaki, M., Kawada, M., Yonemura, S., Matsumura, M.,
Wataya, T., Nishiyama, A., Muguruma, K., & Sasai, Y. (2008). Self-Organized Formation of
Polarized Cortical Tissues from ESCs and Its Active Manipulation by Extrinsic Signals. Cell
Stem Cell, 3(5), 519–532. https://doi.org/10.1016/j.stem.2008.09.002

Elisabetta Mormone, L. S., Vera Alexeeva, Maria Bederson, Isabelle M Germano. (2014). “Footprint-
Free” Human Induced Pluripotent Stem Cell-Derived Astrocytes for In Vivo Cell-Based
Therapy. Stem Cells and Development 23(21). https://doi.org/DOI:10.1089/scd.2014.0151

Emdad, L., D'Souza, S. L., Kothari, H. P., Qadeer, Z. A., & Germano, I. M. (2012). Efficient
differentiation of human embryonic and induced pluripotent stem cells into functional
astrocytes. Stem cells and development, 21(3), 404–410. .
https://doi.org/10.1089/scd.2010.0560

Feliciano, D. M., Bordey, A., & Bonfanti, L. (2015). Noncanonical Sites of Adult Neurogenesis in the
Mammalian Brain. Cold Spring Harbor Perspectives in Biology.
https://doi.org/10.1101/cshperspect.a018846

Frampton, K. R. K. J. P. (2016). Developments in 3D neural cell culture models: the future of


neurotherapeutics testing? Expert Review of Neurotherapeutics, 16:7, 739-741.
https://doi.org/DOI: 10.1586/14737175.2016.1166053

Jurnal Health of Studies 16


Wahyuni Wulansari, et all

Gordeeva, O. (2019). TGFβ Family Signaling Pathways in Pluripotent and Teratocarcinoma Stem
Cells’ Fate Decisions: Balancing Between Self-Renewal, Differentiation, and Cancer. Cells,
8(1500). doi:10.3390/cells8121500

Gorris, R., Fischer, J., Erwes, K. L., Kesavan, J., Peterson, D. A., Alexander, M., Nöthen, M. M.,
Peitz, M., Quandel, T., Karus, M., & Brüstle, O. (2015). Pluripotent stem cell-derived radial
glia-like cells as stable intermediate for efficient generation of human oligodendrocytes.
Glia,, 63(12), 2152–2167. https://doi.org/10.1002/glia.22882

Gupta, P. K., Das, A.K., Chullikana (2012). Mesenchymal stem cells for cartilage repair in
osteoarthritis. Stem Cell Res https://doi.org/10.1186/scrt116

Ham, K. a. J. (2014). Programmed cell death during neuronal development: The sympathetic neuron
model. Cell Death and Differentiation, 21(7). https://doi.org/DOI:10.1038/cdd.2014.47

Her, G. J., Wu, H.-C., Chen, M.-H., Chen, M.-Y., Chang, S.-C., & Wang, T.-W. . (2013). Control of
three-dimensional substrate stiffness to manipulate mesenchymal stem cell fate toward
neuronal or glial lineages. Acta Biomaterialia, 9(2), 5170–5180. .
https://doi.org/10.1016/j.actbio.2012.10.012

Hopkins, A. M., De Laporte, L., Tortelli, F., Spedden, E., Staii, C., Atherton, T. J., Hubbell, J. A., &
Kaplan, D. L. (2013). Silk Hydrogels as Soft Substrates for Neural Tissue Engineering.
Advanced Functional Materials, 23(41), 5140–5149. https://doi.org/10.1002/adfm.201300435

Hu, B. Y., Du, Z. W., & Zhang, S. C. (2009). Differentiation of human oligodendrocytes from
pluripotent stem cells. Nature protocols, 4(11), 1614–1622.
https://doi.org/10.1038/nprot.2009.186

Hung, C. W., Liou, Y. J., Lu, S. W., Tseng, L. M., Kao, C. L., Chen, S. J., Chiou, S. H., & Chang, C.
J. (2010, May 5). Stem cell-based neuroprotective and neurorestorative strategies. Int J Mol
Sci, 11(5), 2039-2055. https://doi.org/10.3390/ijms11052039

Jiménez-Moreno, N., Stathakos, P., Caldwell, M. A., & Lane, J. D. . (2017). Induced Pluripotent Stem
Cell Neuronal Models for the Study of Autophagy Pathways in Human Neurodegenerative
Disease. Cells, 6(3), 24. https://doi.org/https://doi.org/10.3390/cells6030024

Jinghua Piao, T. M., Gordon Auyeung, Edelweiss Policarpio, Jayanthi Menon, Leif Droms, Philip
Gutin, Kunihiro Uryu, Jason Tchieu, Denis Soulet, Viviane Tabar. (2015). Human Embryonic
Stem Cell-Derived Oligodendrocyte Progenitors Remyelinate the Brain and Rescue
Behavioral Deficits following Radiation. Cell Stem Cell, Pages 198-210.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1934590915000053https://
www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1934590915000053

Kempermann, G., Jessberger, S., Steiner, B., & Kronenberg, G. (2004). Milestones of neuronal
development in the adult hippocampus. Trends in Neurosciences, 27(8), 447–452.
https://doi.org/10.1016/j.tins.2004.05.013

Jurnal Health of Studies 17


Wahyuni Wulansari, et all

Kim, C., Ho, D. H., Suk, J. E., You, S., Michael, S., Kang, J., Joong Lee, S., Masliah, E., Hwang, D.,
Lee, H. J., & Lee, S. J. . (2013). Neuron-released oligomeric α-synuclein is an endogenous
agonist of TLR2 for paracrine activation of microglia. Nature communications, 4, 1562.
https://doi.org/10.1038/ncomms2534

Krencik, R., & Zhang, S. C. . (2011). Directed differentiation of functional astroglial subtypes from
human pluripotent stem cells. Nature protocols, 6(11), 1710–1717.
https://doi.org/10.1038/nprot.2011.405

Lafaille, F. G., Pessach, I. M., Zhang, S. Y., Ciancanelli, M. J., Herman, M., Abhyankar, A., Ying, S.
W., Keros, S., Goldstein, P. A., Mostoslavsky, G., Ordovas-Montanes, J., Jouanguy, E.,
Plancoulaine, S., Tu, E., Elkabetz, Y., Al-Muhsen, S., Tardieu, M., Schlaeger, T. M., Daley,
G. Q., Abel, L., … Notarangelo, L. D. (2012). Impaired intrinsic immunity to HSV-1 in
human iPSC-derived TLR3-deficient CNS cells. . Nature, 491(7426), 769–773.
https://doi.org/10.1038/nature11583

Lancaster, M. A., & Knoblich, J. A. (2014). Organogenesis in a dish: Modeling development and
disease using organoid technologies. Science, 345(6194), 247125–1247125. .
https://doi.org/10.1126/science.1247125

Larijani, B., Esfahani, E. N., Amini, P., Nikbin, B., Alimoghaddam, K., Amiri, S., Malekzadeh, R.,
Yazdi, N. M., Ghodsi, M., Dowlati, Y., Sahraian, M. A., & Ghavamzadeh, A. (2012). Stem
cell therapy in treatment of different diseases. Acta Medica Iranica, 50(2), 79–96.
https://www.sid.ir/en/Journal/ViewPaper.aspx?ID=233720

Lee, H.-K., Velazquez Sanchez, C., Chen, M., Morin, P. J., Wells, J. M., Hanlon, E. B., & Xia, W.
(2016). Three Dimensional Human Neuro-Spheroid Model of Alzheimer’s Disease Based on
Differentiated Induced Pluripotent Stem Cells. PLOS ONE,, 11(9), e0163072.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0163072

Li, X. J., Du, Z. W., Zarnowska, E. D., Pankratz, M., Hansen, L. O., Pearce, R. A., & Zhang, S. C. .
(2005). Specification of motoneurons from human embryonic stem cells. Nature
biotechnology, 23(2), 215–221. https://doi.org/10.1038/nbt1063

Li, Y., Liu, M., Yan, Y., & Yang, S, T. (2014). Neural Differentiation From Pluripotent Stem Cells:
The Role of Natural and Synthetic Exctracelullar Matrix. World Journal Stem Cells., 11-23.
https://doi.org/doi: 10.4252/wjsc.v6.i1.11

Liddelow, S. A., Guttenplan, K. A., Clarke, L. E., Bennett, F. C., Bohlen, C. J., Schirmer, L., Bennett,
M. L., Münch, A. E., Chung, W.-S., Peterson, T. C., Wilton, D. K., Frouin, A., Napier, B. A.,
Panicker, N., Kumar, M., Buckwalter, M. S., Rowitch, D. H., Dawson, V. L., Dawson, T. M.,
… Barres, B. A. (2017). Neurotoxic reactive astrocytes are induced by activated microglia.
Nature, 541(7638), 481–487. https://doi.org/10.1038/nature21029

Liu, G., David, B. T., Trawczynski, M., & Fessler, R. G. (2020, Feb). Advances in Pluripotent Stem
Cells: History, Mechanisms, Technologies, and Applications. Stem Cell Rev Rep, 16(1), 3-32.
https://doi.org/10.1007/s12015-019-09935-x

Jurnal Health of Studies 18


Wahyuni Wulansari, et all

Livesey, M. R., Magnani, D., Cleary, E. M., Vasistha, N. A., James, O. T., Selvaraj, B. T., Burr, K.,
Story, D., Shaw, C. E., Kind, P. C., Hardingham, G. E., Wyllie, D. J. A., & Chandran, S.
(2016). Maturation and electrophysiological properties of human pluripotent stem cell-
derived oligodendrocytes: Electrophysiology of Human Oligodendrocytes. STEM CELLS.
STEM CELLS, 34(4), 1040–1053. https://doi.org/10.1002/stem.2273

Lobsiger, C. S., & Cleveland, D. W. (2007). Glial cells as intrinsic components of non-cell-
autonomous neurodegenerative disease. Nature Neuroscience, 10(11), 1355–1360.
https://doi.org/10.1038/nn1988

Lou, Y.-R., & Leung, A. W. (2018). Next generation organoids for biomedical research and
applications. Biotechnology Advances, 36(1), 132–149.
https://doi.org/10.1016/j.biotechadv.2017.10.005

McComish, S. F., & Caldwell, M. A. (2018). Generation of defined neural populations from
pluripotent stem cells. Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological
Sciences, 373(1750), 20170214. https://doi.org/10.1098/rstb.2017.0214

Mercurio, S., Serra, L., & Nicolis, S. K. (2019). More than just Stem Cells: Functional Roles of the
Transcription Factor Sox2 in Differentiated Glia and Neurons. International Journal of
Molecular Sciences, 20(18), 4540. https://doi.org/10.3390/ijms20184540

Michal Izrael, P. Z., Rosalie Kaufman, Vera Shinder, Raya Ella, Michal Amit, Joseph Itskovitz-Eldor,
Judith Chebath, Michel Revel. (2007). Human oligodendrocytes derived from embryonic
stem cells: Effect of noggin on phenotypic differentiation in vitro and on myelination in vivo.
Molecular and Cellular Neuroscience, Volume 34 (3), 310-323.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1044743106002600#!

Ming, G. L., & Song, H. . (2011). Adult neurogenesis in the mammalian brain: significant answers
and significant questions. Neuron, 70(4), 687–702. .
https://doi.org/10.1016/j.neuron.2011.05.001

Mira, H., & Lie, D. C. (2017). Regulation of Adult Neurogenesis 2.0 – Beyond Signaling Pathways
and Transcriptional Regulators. Brain Plasticity, 3(1), 1–3. https://doi.org/10.3233/BPL-
179001

Miyazaki, T., Miyauchi, S., Matsuzaka, S., Yamagishi, C., & Kobayashi, K. (2010). Formation of
proteoglycan and collagen-rich scaffold-free stiff cartilaginous tissue using two-step culture
methods with combinations of growth factors. Tissue Engineering, Part A, 16(5), 1575–1584.
https://doi.org/10.1089/ten.TEA.2009.0443

Nolbrant, S., Heuer, A., Parmar, M., & Kirkeby, A. (2017). Generation of high-purity human ventral
midbrain dopaminergic progenitors for in vitro maturation and intracerebral transplantation.
Nature Protocols, 12(9), 1962–1979. https://doi.org/10.1038/nprot.2017.078

Oh, Y., & Jang, J. (2019). Directed Differentiation of Pluripotent Stem Cells by Transcription Factors.
Molecules and Cells, 42(3), 200–209. https://doi.org/10.14348/molcells.2019.2439

Jurnal Health of Studies 19


Wahyuni Wulansari, et all

Oliva, J., Florentino, A., Bardag-Gorce, F., & Niihara, Y. (2019). Engineering, differentiation and
harvesting of human adipose-derived stem cell multilayer cell sheets. Regenerative Medicine,
24(4), 484–490. https://doi.org/10.1038/nm.450

Osborn, L. M., Kamphuis, W., Wadman, W. J., & Hol, E. M. (2016). Astrogliosis: An integral player
in the pathogenesis of Alzheimer’s disease. Progress in Neurobiology, 144, 121–141.
https://doi.org/10.1016/j.pneurobio.2016.01.001

Panagiotis Douvaras, J. W., Matthew Zimmer, Stephanie Hanchuk, Melanie A. O’Bara, Saud Sadiq,
Fraser J. Sim, James Goldman, and Valentina Fossati. (2014). Efficient Generation of
Myelinating Oligodendrocytes from Primary Progressive Multiple Sclerosis Patients by
Induced Pluripotent Stem Cells. Stem Cell Reports
https://doi.org/DOI:10.1016/j.stemcr.2014.06.012

Pankratz, M. T., Li, X. J., Lavaute, T. M., Lyons, E. A., Chen, X., & Zhang, S. C. (2007). Directed
neural differentiation of human embryonic stem cells via an obligated primitive anterior stage.
Stem cells (Dayton, Ohio), 25(6), 1511–1520. https://doi.org/10.1634/stemcells.2006-0707

Rosenzweig, E. S., Brock, J. H., Lu, P., Kumamaru, H., Salegio, E. A., Kadoya, K., Weber, J. L.,
Liang, J. J., Moseanko, R., Hawbecker, S., Huie, J. R., Havton, L. A., Nout-Lomas, Y. S.,
Ferguson, A. R., Beattie, M. S., Bresnahan, J. C., & Tuszynski, M. H. (2018). Restorative
effects of human neural stem cell grafts on the primate spinal cord. Nature Medicine, 24(4),
484–490. https://doi.org/10.1038/nm.4502

Secondo, A., Esposito, A., Petrozziello, T., Boscia, F., Molinaro, P., Tedeschi, V., Pannaccione, A.,
Ciccone, R., Guida, N., Di Renzo, G., & Annunziato, L. (2018). Na+/Ca2+ exchanger 1 on
nuclear envelope controls PTEN/Akt pathway via nucleoplasmic Ca2+ regulation during
neuronal differentiation. Cell Death Discovery,, 4, 12. https://doi.org/10.1038/s41420-017-
0018-1

Shi, Y., Kirwan, P., & Livesey, F. J. (2012). Directed differentiation of human pluripotent stem cells
to cerebral cortex neurons and neural networks. Nature Protocols, 7(10), 1836–1846.
https://doi.org/10.1038/nprot.2012.116

Shirazi, R., Zarnani, A. H., Soleimani, M., Abdolvahabi, M. A., Nayernia, K., & Ragerdi Kashani, I.
(2012). BMP4 can generate primordial germ cells from bone-marrow-derived pluripotent
stem cells. Cell Biology International, 36(12), 1185–1193.
https://doi.org/10.1042/CBI20110651

Simunovic, M., & Brivanlou, A. H. (2017). Embryoids, organoids and gastruloids: New approaches to
understanding embryogenesis. Development, 144(6), 976–985. .
https://doi.org/10.1242/dev.143529

Singh, V. K., Kumar, N., Kalsan, M., Saini, A., & Chandra, R. (2015). Mechanism of Induction:
Induced Pluripotent Stem Cells (iPSCs). Journal of Stem Cells, 10(1), 43–62.
http://ifctp.org/download/iPSCs/Mechanism%20of%20Induction-%20Induced%20Pluripotent
%20Stem%20Cells%20(iPSCs).pdf

Jurnal Health of Studies 20


Wahyuni Wulansari, et all

Slanzi, A., Iannoto, G., Rossi, B., Zenaro, E., & Constantin, G. (2020). In vitro Models of
Neurodegenerative Diseases. Front Cell Dev Biol, 8, 328.
https://doi.org/10.3389/fcell.2020.00328

Stappert, L., Klaus, F., & Brüstle, O. (2018). MicroRNAs Engage in Complex Circuits Regulating
Adult Neurogenesis. Frontiers in Neuroscience,, 12, 707.
https://doi.org/10.3389/fnins.2018.00707

Stover, A. E., Brick, D. J., Nethercott, H. E., Banuelos, M. G., Sun, L., O’Dowd, D. K., & Schwartz,
P. H. (2013). Process-based expansion and neural differentiation of human pluripotent stem
cells for transplantation and disease modeling: IPSC-Derived NSCs. Journal of Neuroscience
Research, 91(10), 1247–1262. https://doi.org/10.1002/jnr.23245

Sybil R.L. Stacpoole, S. S., Bilada Bilican, Alastair Compston, Ragnhildur Karadottir, Siddharthan
Chandran, and Robin J.M. Franklin. (2013). High Yields of Oligodendrocyte Lineage Cells
from Human Embryonic Stem Cells at Physiological Oxygen Tensions for Evaluation of
Translational Biology. Stem Cell Reports 1(5):437-450.
https://www.researchgate.net/publication/258959425_High_Yields_of_Oligodendrocyte_Line
age_Cells_from_Human_Embryonic_Stem_Cells_at_Physiological_Oxygen_Tensions_for_E
valuation_of_Translational_Biology

Tao, Y., & Zhang, S.-C. (2016). Neural Subtype Specification from Human Pluripotent Stem Cells.
Cell Stem Cell,, 19(5), 573–586. https://doi.org/10.1016/j.stem.2016.10.015

Ulrich, D., Muralitharan, R., & Gargett, C. E. (2013). Toward the use of endometrial and menstrual
blood mesenchymal stem cells for cell-based therapies. Expert Opinion on Biological
Therapy, 13(10), 1387–1400. https://doi.org/10.1517/14712598.2013.826187

Wang, S., Bates, J., Li, X., Schanz, S., Chandler-Militello, D., Levine, C., Maherali, N., Studer, L.,
Hochedlinger, K., Windrem, M., & Goldman, S. A. . (2013). Human iPSC-derived
oligodendrocyte progenitor cells can myelinate and rescue a mouse model of congenital
hypomyelination. Cell stem cell, 12(2), 252–264. https://doi.org/10.1016/j.stem.2012.12.002

Watanabe, K., Kamiya, D., Nishiyama, A., Katayama, T., Nozaki, S., Kawasaki, H., Watanabe, Y.,
Mizuseki, K., & Sasai, Y. (2005). Directed differentiation of telencephalic precursors from
embryonic stem cells. Nature Neuroscience, . 8(3), 288–296. https://doi.org/10.1038/nn1402

Yap, M. S., Nathan, K. R., Yeo, Y., Lim, L. W., Poh, C. L., Richards, M., Lim, W. L., Othman, I., &
Heng, B. C. (2015). Neural Differentiation of Human Pluripotent Stem Cells for
Nontherapeutic Applications: Toxicology, Pharmacology, and In Vitro Disease Modeling.
Stem Cells Int, 2015, 105172. https://doi.org/10.1155/2015/105172

Yin, X., Mead, B. E., Safaee, H., Langer, R., Karp, J. M., & Levy, O. (2016). Engineering Stem Cell
Organoids. Cell Stem Cell, 18(1), 25–38. https://doi.org/10.1016/j.stem.2015.12.005

Zakrzewski, W., Dobrzyński, M., Szymonowicz, M., & Rybak, Z. (2019). Stem cells: Past, present,
and future. Stem Cell Research & Therapy, 10(1), 68. https://doi.org/10.1186/s13287-019-
1165-5

Jurnal Health of Studies 21


Wahyuni Wulansari, et all

Zhang, S. C., Wernig, M., Duncan, I. D., Brüstle, O., & Thomson, J. A. (2011). In vitro differentiation
of transplantable neural precursors from human embryonic stem cells. Nature biotechnology,
19(12), 1129–1133. https://doi.org/10.1038/nbt1201-1129

Jurnal Health of Studies 22

You might also like