You are on page 1of 152

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN

DAERAH PROVINSI PAPUA

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program
Pasca Sarjana Program Studi Manajemen Pendidikan

LINCE MAHUSE
NIM. 2019015045006

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021
ABSTRACT

Lince Mahuse, 2021, Implementation of Regional Library Management in Papua


Province. Thesis, Masters Program in Postgraduate Education Management,
Cenderawasih Jayapura.

This study aims to describe and analyze Library Management Planning


and Administration, Information System Principles, Supervision and Evaluation of
Regional Library Management. This type of research is descriptive qualitative.
Sources of data include the head of the library, the head of the sub division, the
field coordinator and the affairs coordinator. Data collection techniques are in-
depth interviews, observation, documentation and FGD. Data were collected
through interview, observation, and documentation techniques which were
equipped with interview guides and observation guides. Data analysis techniques
are data collection, data reduction, data display and verification/conclusion. Test
the validity of the data by increasing persistence, triangulation, using member
check reference materials. The results of the study show that 1) Regional library
management planning has been implemented; 2) library management and
administration has been implemented; 3) the principles of implementing a
regional library have been implemented; 4) the management program has been
running or has been hampered; 5) evaluation of library management. The
implementation includes the management, processing, service and socialization of
the library. The impact of the implementation tends to be negative. As for the
procurement of library materials, the policy made is to procure at the request of
the library. However, the policy did not work well and did not match what the
staff or field staff did. In the field of library management, he handed over the
policies he made to the library staff which resulted in hampering the effectiveness
of management in the library. Furthermore, in the field of library services, where
the policies made have a positive effect because the library provides photocopying
services that can save users' time and energy and the negative impact is that users
do not get the information needed because they do not have a membership card.

Keywords: Implementation, Management, Library

ii
ABSTRAK

Lince Mahuse,2021, Implementasi Pengelolaan Perpusatakaan Daerah Provinsi


Papua. Tesis, Program Magister Manajemen Pendidikan Pasca Sarjana,
Cenderawasih Jayapura.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis


Perencanaan Pengelolaan Perpustakaan Dan Administrasi, Asas-Asas Sistem
Informasi, Pengawasan Dan Evaluasi Pengelolaan Perpustakaan Daerah. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data antara lain Kepala
Perpustakaan, Kepala Bagian Sub TU, Koordinator Bidang dan Koordinator
Urusan. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, observasi,
dokumentasi dan FGD. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi,
dan dokumentasi yang dilengkapi dengan panduan wawancara dan panduan
observasi. Teknik analisa data yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data
dan verifikasi/kesimpulan. Uji keabsahan data dengan cara meningkatkan
ketekunan, triangulasi, menggunakan bahan referensi member check. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 1) Perencanaan pengelolaan Perpustakaan Daerah
sudah terlaksana; 2) pengelolaan dan administrasi perpustakaan sudah terlaksana;
3) asas-asas suatu implementasi Perpustakaan Daerah sudah terlaksana; 4)
program pengelolaan sudah berjalan atau terhambat; 5) evaluasi pengelolaan
perpustakaan. Implementasi yang dibuat meliputi bidang pengelolaan,
pengolahan, pelayanan dan sosialisasi perpustakaan. Dampak Implementasi
tersebut cenderung bersifat negatif. Adapun dibidang pengadaan bahan
perpustakaan, kebijakan yang dibuat yaitu melakukan pengadaan atas permintaan
permustaka. Namun, kebijakan tersebut tidaklah berjalan dengan baik dan tidak
sesuai dengan apa yang dilakukan staf atau pegawai lapangan. Pada bidang
pengelolaan perpustakaan menyerahkan kebijakan yang dibuatnya kepada staf
pegawai perpustakaan yang mengakibatkan terhambatnya efektivitas pengelolaan
di perpustakaan. Selanjutnya dibidang pelayanan perpustakaan dimana kebijakan
yang dibuat memberikan efek positif karena perpustakaan menyediakan layanan
fotocopy yang dapa menghemat waktu dan tenaga pemustaka dan dampak
negatifnya pemustaka tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan karena tidak
mempunyai kartu anggota.

Kata kunci: Implementasi, Pengelolaan, Perpustakaan

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN


DAERAH PROVINSI PAPUA

Oleh:

LINCE MAHUSE
NIM. 2019015045006

Tesis ini Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Magister


Manajemen Pendidikan Program Studi Magister Manajemen Pendidikan.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. C. Tanta, M.Si Dr. Indah S. Budiarti, M.Pd


NIP. 1964603041991031005 NIP. 19770214 200812 2 002

Jayapura, 14 Juni 2021

Mengetahui

Ketua Program studi


Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Cenderawasih

Dr. Tanta,M,Si
NIP.19640304 199103 1 005

iv
LEMBAR PENGESAHAN

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN


DAERAH PROVINSI PAPUA

Oleh:

LINCE MAHUSE
NIM. 2019015045006

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis


Program Pasc asarjana Universitas Cenderawasih
Pada tanggal: 12 Juli 2021

Panitia Penguji
Dr. C. Tanta, M.Si Ketua Penguji ………………..
NIP. 1964603041991031005
Dr. Indah S. Budiarti, M.Pd Sekretaris Penguji ………………..
NIP. 19770214 200812 2 002
1. Dr. Kusdianto, M.Pd Penguji Utama ………………..
NIP. 196707011994031005
Dr. Ida M. Hutabarat, M. Si Penguji II ………………..
NIP. 197204221996012001
2. Dr. Frans Rumbawer, M.Si Penguji III ………………..
NIP. 195511241983031002

Ketua Program studi


Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Cenderawasih

Dr. Tanta,M,Si
NIP.196403041991031005

v
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Lince Mahuse

Nomor Induk Mahasiswa : 2019015045006

Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Lembaga Asal : SMP N Satu Atap Kanda Kabupaten Jayapura

”Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya

sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa

pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh

orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada

Universitas Cenderawasih atau program perguruan tinggi lainnya”.

Jayapura, 12 Juli 2021


Yang membuat pernyataan

Lince Mahuse
NIM: 2019015045006

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang


berpengertian berkepala dingin ( Amsal 17 : 27 )

Rahasia keberhasilan adalah kerja keras dan belajar dari kegagalan.

Persembahan :

Dengan pernuh rasa syukur dan sukacita kupersembahkan tesis ini kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta;

2. Suamiku tercita yang telah mendukung dan memberi motivasi;

3. Anak-anakku tersayang

4. Almamaterku “Program Studi Magister Manajemen Pendidikan

Universitas Cenderawasih”.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

kelimpahan rahmat-Nya yang tidak berkesudahan, yang menjadikan bumi ini tetap

indah untuk di pijak, yang menjadikan semua tetap bisa tersenyum dalam

mengarungi kehidupan di dunia. Suka dan duka dilewati penulis dalam menyusun

tesis ini. Berbagai kendala dan tantangan senantiasa menghadang, namun atas

bantuan dan perhatian dari berbagai pihak, baik dalam bentuk dorongan moril

maupun materi, akhirnya penyusunan tesis ini bisa dapat terselesaikan.

Sebuah penghargaan sederhana dari lubuk hati penulis, rasa terima kasih

sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada:

1. Dr. Ir. Apolo Safanpo .S.T., M.T. selaku Rektor Universitas Cenderawasih

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di

Universitas Cenderawasih.

2. Dr. Nomensen ST. Mambraku selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menuntut ilmu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Dr. C. Tanta, M.Si Selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen

Pendidikan dan sekaligus pembimbing I, yang telah meluangkan waktu,

untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

4. Dr. Indah S. Budiarti, MPd. Selaku dosen pembimbing II, Program Pasca

Sarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Konsentrasi Magister

viii
Manajemen Pendidikan yang telah meluangkan waktu, untuk memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini.

5. Dr. Yulius Mataputun, M.Pd., Kons. selaku sekretaris Program Pasca Sarjana

Program Studi Manajemen Pendidikan, Konsentrasi Magister Manajemen

Pendidikan yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis.

6. Bapak/Ibu, Dosen pengajara Program Pasca Sarjana Program Studi

Manajemen Pendidikan, Konsentrasi Magister Manajemen Pendidikan yang

telah meluangkan waktu, memperkaya wawasan, pemahaman penulis

menyelesaikan menyelesaikan tesis.

7. Seluruh Staf Program Pasca Sarjana Program Studi Manajemen Pendidikan,

Konsentrasi Magister Manajemen Pendidikan yang telah meluangkan waktu,

atas segala bantuan dan kerjasama dalam mempermudah pengurusan

adminitrasi selama kegiatan perkuliahan.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, penulis hanya ber-Doa agar budibaik bapak/ibu

hanya TYME yang membalasnya.

Jayapura, 09 Juni 2021


Mahasiswa

LINCE MAHUSE

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


ABSTRAK ................................................................................................. ii
ABSTRACT ............................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian ....................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 5
1.5.1 Manfaat Teoritis .............................................................. 5
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ............................................................................. 7
2.1.1 Pengertian Pengelolaan Perpustakaan .......................... 7
2.1.2 Pengelolaan Organisasi, Adminitrasi Perpustakaan ..... 20
2.1.3 Azas-Azas Sistem Informasi Pengelolaan ................... 29
2.1.4 Pengawasan Pengelolaan Perpustakaan ....................... 36
2.1.5 Evaluasi Pengelolaan Perpustakaan Daerah ................. 40
2.1.6 Faktor-Faktor Penghambat ........................................... 45
2.1.7 Dampak Pengelolaan Perpustakaan Daerah ................. 47

x
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................... 47
2.3 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 56
3.2 Jenis Penelitian ......................................................................... 56
3.3 Sumber Data, Tehnik Pengumpulan Datav............................... 57
3.3.1 Data Primer .................................................................... 58
3.3.2 Data Sekunder ................................................................. 59
3.4 Tehnik Pengumpulan Data ....................................................... 61
a. Observasi Partisipan............................................................. 61
b. In-depth Interview ............................................................... 62
c. Studi Dokumentasi .............................................................. 63
d. FGD (Focus Group Discussion)........................................... 63
3.5 Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 64
a. Pedoman Observasi ............................................................. 64
b. Pedoman Wawancara .......................................................... 64
c. Dokumentasi ........................................................................ 67
3.6 Tehnik Analisi Data ................................................................. 69
a. Reduksi Data ....................................................................... 69
b. Paparan Data ........................................................................ 70
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi .................................. 70
3.7 Tehnik Keabsahan Data ........................................................... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah ....... 76
4.2 Penyajian Data Hasil Penelitian ................................................ 110
4.3 Pembahasan ............................................................................... 133
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 155
5.2 Saran ......................................................................................... 158
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur organisasi Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.... 26


Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow .............................. 36
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pikir Penelitian ........................................ 53
Gambar 3.1 Komponen dan Analisis Data model interaksi analisis ....... 72

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah pegawai dan klasifikasi pendidikan ............................. 27


Tabel 2.2 Jumlah pegawai dan klasifikasi pendidikan menurut gol ........ 28
Tabel 2.3 Rencana kerja Perpustakaan Daerah Provinsi Papua ............... 48
Tabel 2.4 Rencana kerja Perpustakaan Daerah Provinsi Papua................
Tabel 3.1 Tabel Profil Informan ............................................................... 57
Tabel 3.2 Kisi-kisi pedoman observasi .................................................... 63
Tabel 3.3 Kisi-kisi pedoman wawancara ................................................. 65
Tabel 3.4 Kisi-kisi dokumentasi ............................................................... 69
Tabel 4.1 Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan Formal
dan Bidang Keahlian ................................................................
Tabel 4.2. Singkornisasi Kompetensi Pegawai Berdasarkan Pendidikan
Formal dengan Jabatan Struktural dan Fungsional ..................

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Tentang Penelitian................................... 78


Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ........................... 79
Lampiran 3 Pedoman Wawancara ............................................................. 80

xiv
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perpustakaan merupakan pusat pengelola informasi dan memberikan

layanan informasi bagi para pengunanya maka dari itu perpustakaan diharapkan

mampu melaksanankan fungsinya sebagai pusat informasi secara umum.

Perpustakaan mempuyai arti sebagai sesuatu tempat didalamnya terdapat kegiatan

penghimpunan pengelolahan, penyebarluasan segala informasi macam informasi,

baik tercetak maupun terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat

kabar, film, kaset, tape recorder, komputer dan lain-lain. Lalu semua sumber

informasi tersebut disusun berdasarkan sistem tertentu yang dipergunakan untuk

kepentingan belajar melalui kegiatan membaca dan mencari informasi bagi

segenap masyarakat yang membutuhkanya (Yusuf, 2005).

Pengertian perpustakaan dikemukakan juga oleh Trimo (1985) yang

mengatakan bahwa perpustakaan adalah tempat di mana dikumpulkan semua

pengetahuan atau gagasan manusia, baik dalam bentuk cetak maupun dalam

bentuk lainnya. Pengertian lainnya dari perpustakaan adalah himpunan bahan-

bahan tertulis atau tercetak yang diatur dan diorganisasikan.

Berdasarkan Undang-undang nomor 43 tahun 2007 bab VII pasal 20,

perpustakaan terbagi dalam beberapa jenis yang membedakan tiap fungsi dan

tujuan dari perpustakaan tersebut, jenis-jenis perpustakaan yaitu: 1) Perpustakaan

Nasional, 2) Perpustakaan Umum, 3) Perpustakaan Sekolah/Madrasah, 4)


3

Perpustakaan Perguruan Tinggi, 5) Perpustakaan Khusus. Menurut Undang-

undang nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan tersebut. Perpustakaan Umum

adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana

pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras,

agama dan status sosial ekonomi. Pasal UU ini menyatakan bahwa syarat

dibentuknya perpustakaan umum oleh pemerintah kabupaten/kota adalah bila

koleksinya mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing dan

memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

Dalam pengelompokkannya perpustakaan umum di tingkat kabupaten

disebut Perpustakaan Umum Daerah atau Perpustakaan Daerah, agar Perpustakaan

Daerah dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat, diperlukan pengelolaan

perpustakaan yang baik untuk mencapai tujuan perpustakaan. Pengelolaan atau

manajemen merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk

mencapai sasaran. Dalam manajemen terdapat suatu proses penggunaan dan

pemanfaatan semua sumber daya yang dilakukan oleh pimpinan yang diarahkan

untuk mencapai target atau sasaran yang telah ditentukan (Sutarno, 2006). Untuk

mencapai target yang diharapkan maka perpustakaan harus dikelola secara tepat.

Pengadaan dan pengembangan koleksi bahan perpustakaan merupakan

unsur yang sangat menentukan bagus atau tidaknya koleksi bahan pustaka yang

dimiliki oleh perpustakaan. Pengolahan bahan perpustakaan harus dilakukan oleh

pustakawan yang memiliki keahlian khusus karena dengan melakukan pengolahan

bahan pustaka secara benar akan memudahkan pemustaka dalam mendapatkan

informasi yang mereka perlukan. Pelayanan perpustakaan bisa menjadi salah satu
4

kriteria penentu banyak tidaknya pemustaka yang datang ke perpustakaan, dengan

pelayanan memuaskan yang disediakan oleh perpustakaan, pemustaka akan

datang kembali ke perpustakaan dan menggunakan koleksi serta layanan yang

disediakan perpustakaan sehingga kepuasan pemustaka akan tercapai. Undang-

undang Perpustakaan Tahun 2007 pasal 4 telah mengamanatkan perpustakaan

untuk memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran

membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Perpustakaan Daerah perlu melakukan

pengelolaan yang baik dan benar dengan menerapkan prinsip manajemen, seperti

yang tertera dalam buku Manajemen Perpustakaan (Sutrano, 2006) George R.

Terry menyatakan fungsi manajemen terdiri dari: Planning (Perencanaan),

Organizing (pengorganisasian), Actuating (penggerakan), dan Controlling

(pengawasan). Prinsip-prinsip tersebut diperlukan agar terlaksananya pengelolaan

yang sesuai rencana dan bisa mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Faktor penghambat dan pendukung yang mempengaruhi pengelolaan

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua, meliputi; perencanaan, pengelolaan

organisasi dan adminitrasi, azas-azas sistem informasi pengelolaan perpustakaan,

pengawasan, evaluasi pelaksanaan pengelolaa perpustakaan serta dampak yang

ditimbulkan dari pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua terhadap

pemustaka dan manfaatnya. Perpustakaan Daerah Provinsi Papua, mempunyai

peran sangat strategis dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berada

Papua khususnya di jayapura, dari kalangan peneliti, ASN, swasta, pelajar,

mahasiswa, dan masyarakat biasa. Perpustakaan Daerah Provinsi Papua menjadi


5

sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab. Hal ini sesuai dengan apa yang telah diamanatkan oleh

Undang-undang Dasar 1945 yaitu sebagai wahana mencerdaskan kehidupan

bangsa.

Berbagai alasan dan latar belakang masalah yang terjadi pada pengelolaan

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua, maka uraian di atas menguatkan saya untuk

memilih dan menetapkan judul penelitian ini adalah: Implementasi Pengelolaan

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua (Studi Kasus Perpustakaan Daerah

Provinsi Papua)

1.2. Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian ini difokuskan pada Implementasi Pengelolaan

perpustakaan menurut Sutarno (2003) yaitu perencanaan, pengelolaan organisasi

dan adminitrasi, azas-azas sistem informasi pengelolaan perpustakaan,

pengawasan, evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Perpustakaan dan Faktor-faktor

penghambat dan pendukung serta Dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

1.3. Rumusan Masalah

Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan

Karya Cetak dan Karya Rekam Pasal 10 Pengelolaan karya cetak dan karya rekam

yang diserahkan untuk disimpan berdasarkan Undang-Undang. Ini dilakukan oleh

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan karya cetak dan karya rekam
6

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

Berdasarkan penjelasan tersebut pada fokus penelitian yang telah

ditetapkan. maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua ?

2. Bagaimana pengelolaan organisasi, dan adminitrasi Perpustakaan Daerah

Provinsi Papua?

3. Bagaimana azas-azas sistem informasi pengelolaan perpustakaan Provinsi

Papua yang dilaksanakan ?

4. Bagaimana pengawasan pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua ?

5. Bagaimana Evaluasi pelaksanaan pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi

Papua ?

6. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat pengelolaan Perpustakaan

Daerah Provinsi Papua ?

7. Dampak dari pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua bagi pemustaka

dan masyarakat ?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan

menganalisis:

1. Perencanaan Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

2. Pengelolaa organisasi, dan adminitrasi Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

3. Azas-azas sistem informasi pengelolaan perpustakaan provinsi Papua, yang

dilaksanan.
7

4. Pengawasan pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

5. Evaluasi pelaksanaan pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

6. Penghambat dan pendukung pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi

Papua.

7. Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papuabagi pemustaka dan

masyarakat yang dirasakan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini akan memberikan bahan sumbang pikiran mengenai pengelolaan

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

b. Memberikan bahan pengembangan ilmu manajemen pendidikan terutama yang

berhubungan dengan pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

c. Memberikan wacana baru bagi Pemerintah Provinsi Papuatentang pengelolaan

perpustakaan yang efektif dan efisien dalam meningkatkan minat baca bagi

masyarakat yang menggunakan sebagai tempat membaca, diskusi, dan rekreasi

bagi pemustaka.

1.5.2. Manfaat Praktis

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini memberikan manfaat praktis

sebagai berikut:

a. Bagi Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua; dapat digunakan sebagai

bahan kajian empirik dalam pengelolaan perpustakaan yang baik, efektif,

efisien sesuai Visi, Misi.


8

b. Bagi Pengawasan dan Evaluasi Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi

Papua; sebagai tolok ukur dalam mengawasi terlaksananya penyelenggaraan

pelayanan publik dan mendorong gemar membaca di masyarakat.

c. Bagi Pemustaka/Masyarakat; menjadi bahan referensi, meningkatkan

pengetahuan dan sumber belajar, informasi, penelitian.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Pengelolaan Perpustakaan

Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan

Karya Cetak dan Karya Rekam Pasal 10 Pengelolaan karya cetak dan karya rekam

yang diserahkan untuk disimpan berdasarkan undang-undang. Menurut Sutarno

(2006), manajemen mempunyai beberapa pengertian antara lain sebagai berikut.

Pemimpin, baik dalam arti orang-orangnya maupun fungsinya kegiatan organisasi,

terutama dalam pengambilan keputusan. Pemimpin merupakan aspek penting

dalam manajemen karena pada hakekatnya pemimpin yang mengatur dan

mengarahkan bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang

telah disepakati bersama. Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola.

pengelola yang dimaksud adalah mempunyai pengertian yang sama dengan

manajemen, yaitu proses atau cara mengelola sesuatu kearah yang lebih baik

untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti (1) kitab, buku-

buku, (2) kita primbon. Kemudian kata pustaka mendapat awalan per dan akhiran

an, menjadi perpustakaan. Perpustakaan yang lebih umum menurut Sutarno

adalah mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung

sendiri yang berisi buku-buku koleksi yang disusun dan diatur sedemikian rupa

7
8

sehingga mudah untuk dicari dan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan

oleh pembaca.

Hermawan dan Zulfikar (2006) menyatakan bahwa tujuan perpustakaan

umum adalah, (a) memberikan kesempatan kepada warga masyarakat, b) berguna

bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, (c) membantu dalam

pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka

dan informasi, (d) bertindak sebagai agen kultural, sehingga menjadi pustaka

utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar, (e) memfasilitasi masyarakat

untuk belajar sepanjang hayat.

Pada hakikatnya setiap perpustakaan memiliki sejarah yang berbeda-beda.

Karena sejarahnya yang berbeda-beda itu, setiap perpustakaan mempunyai tujuan,

anggota, organisasi dan kegiatan yang berlainan. Perbedaan yang ada setiap

perpustakaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tanggapan berbagai jenis

pustaka, misalnya buku, majalah, film, rekaman suara, dan sejenisnya. Berbagai

perpustakaan menunjukkan tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai jenis

bahan pustaka. Ada perpustakaan yang mengkususkan diri pada buku saja, adanya

yang hanya mengumpulkan rekaman, ada yang mengkhususkan diri pada koleksi

peta dan atlas. Adanya berbagai jenis bahan pustaka dengan melihat pemenuhan

kebutuhan masyarakat pemakainya.

a. Pengelolaan Perpustakaan

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua, sebagai tempat pembelajaran seumur

hidup (life-long learning). Perpustakaan Daerah Provinsi Papua, tempat dimana

semua lapisan masyarakat dari segala umur, dari balita sampai usia lanjut bisa
9

terus belajar tanpa dibatasi usia dan ruang-ruang kelas. Banyak program

pemerintah, seperti pemberantasan buta huruf dan wajib belajar, akan jauh lebih

berhasil seandainya terintegrasi dengan perpustakaan umum. Bila di sekolah

orang diajar agar tidak buta huruf dan memahami apa yang dibaca. maka

diperpustakaan umum, orang diajak untuk terbuka wawasannya, mampu berfikir

kritis, mampu mencermati berbagai masalah bersama dan kemudian bersama-

sama dengan anggota komunitas yang lain mencari solusi.

Tugas perpustakaan umum membangun lingkungan pembelajaran (learning

environment) dimana anggota komunitas pemakainya termotivasi untuk terus

belajar dan terdorong untuk berbagi pengetahuan. Dalam konsep manajemen

moderen, hal ini disebut dengan knowledge management. Perpustakaan Daerah

sebagai katalisator perubahan budaya. Perubahan perilaku masyarakat pada

hakikatnya adalah perubahan budaya masyarakat. Perpustakaan umum merupakan

tempat strategis untuk mempromosikan segala prilaku yang meningkatkan

produktifitas masyarakat. Individu komunitas yang berpengetahuan akan

membentuk kelompok komunitas berpengetahuan, perubahan pada tingkat

individu akan membawa perubahan pada tingkat masyarakat. Komunitas yang

berbudaya adalah komunitas yang berpengetahuan dan produktif. Komunitas yang

produktif mampu melakukan perubahan dan meningkatkan taraf hidup menjadi

lebih baik.

b. Perencanaan pengelolaan perpustakaan

Menurut Sutarno (2006) perencanaan adalah perhitungan dan penentuan

tentang apa yang akan dijadikan dalam rangka mencapai tujuan tertentu dengan
10

menjabarkan apa, siapa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana cara

melakukannya untuk mencapai tujuan tertentu, meliputi tempat, siapa pelaku atau

pelaksanaan dan bagaimana cara mencapainya.

Berdasarkan pendapat Saleh (2010). Maka dapat disimpulkan bahwa

perencanaan adalah titik awal kegiatan pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi

Papua dan harus disusun dengan terencana oleh Perpustakaan Daerah Provinsi

Papua. Perencanaan sangat berguna untuk memberi arah, menjadi standar kerja,

memberi kerangka, pemersatu, dan membantu memperkirakan peluang.

Perencanaan juga merupakan suatu kegiatan yang terintegrasi yang bertujuan

untuk memaksimumkan efektivitas keseluruhan sebagai suatu sistem sesuai

dengan tujuan organisasi. Fungsi perencanaan antara lain untuk menetapkan arah

dan strategi, menentukan titik awal kegiatan, membimbing, memperoleh ukuran

yang dapat digunakan pengawasan mencegah dan mengurangi pemborosan waktu,

meningkatkan koordinasi, serta memudahkan penyesuaian kepada situasi yang

berubah. Adapun aktifitas perencanaan yang meliputi:

1. Meramalkan sebagai aktivitas pemimpin dalam membuat proyek untuk masa

yang akan datang.

2. Menetapkan sasaran yang merupakan kegiatan pemimpin dalam menentukan

lebih dahulu sesuatu atau kondisi yang diharapkan terjadi dimasa yang akan

datang.

3. Menyusun program sebagai kegiatan yang dilakukan pemimpin dalam

menentukan urutan setiap kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran.


11

4. Menyusun jadwal yang merupakan aktivitas manajer dalam menetapkan urutan

waktu secara kronologis bagi kegiatan yang diperlukan untuk mencapai

sasaran.

5. Menyusun anggaran sebagai aktivitas pemimpin dalam mengalokasikan

sumber-sumber daya yang diperoleh.

6. Mengembangkan prosedur yang merupakan kegiatan pemimpin dalam

menstandarisasi metode pelaksanaan tugas.

7. Menetapkan dan mengintepretasikan kebijakan yang merupakan aktivitas

manajer dalam merumuskan syarat-syarat yang melandasi kegiatan dan orang-

orangnya.

Dalam penerapannya di perpustakaan, Bryson (1990) menyatakan bahwa

manajemen perpustakaan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan

memanfaatkan SDM, informasi, sistem dan dana, poin-poin tersebut dikelola

melalui manajemen yang diharapkan mampu menghasilkan produk berupa barang

atau jasa yang dapat di manfaatkan.

c. Unsur-unsur perpustakaan yang perlu direncanakan

Unsur yang sangat penting harus jalankan dalam pengelolaan

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua, untuk memaksimalkan pelayanan prima

terhadap pemustaka meliputi:

1. Anggaran

Perpustakaan merupakan lembaga nirlaba yang kegiatanya semata-mata

untuk kepentingan sosial menunjang kegiatan pemustaka bukan untuk mencari

keuntungan. Sudah barang tentu merupakan sarana yang disiapkan oleh


12

pemerintah provinsi. Hal lain yang perlu diperhatikan, bahwa perpustakaan

merupakan lembaga yang berkembang baik. Koleksi, jasa, dan manusianya,

karena itu perpustakaan dari tahun ke tahun selalu memerlukan anggaran yang

tidak sedikit. Untuk mencukupi kebutuhan anggaran, perpustakaan dapat

merailnya dari berbagai sumber.

a) anggaran dari pemerintah pusat

b) anggaran dari pemerintah provinsi sebagai Perpustakaan Daerah

c) anggaran dari sponsor

d) penghasilan dari jasa informasi

e) uang denda keterlambatan dll.

2. Pengolahan

Bahan pustaka perpustakaan memiliki fungsi sebagai lembaga pelayanan

informasi (information service) bertindak sebagai penghubung antara dua dunia,

yaitu masyarakat sebagai pemustaka dan sumber-sumber informasi, baik cetak

maupun non cetak. Oleh karena itu setiap bahan pustaka atau informasi yang

dibutuhkan oleh pengguna sedapat mungkin harus disediakan oleh perpustakaan.

Disamping itu perpustakaan harus mampu menjamin bahwa setiap informasi atau

koleksi yang berbentuk apapun mudah diakses oleh semua masyarakat yang

memerlukan. Agar informasi atau bahan pustaka di perpustakaan dapat di

manfaatkan atau diketemukan kembali dengan mudah, maka dibutuhkan system

pengelolaan dengan baik dan sistematis yang bisa disebut dengan kegiatan

pengolahan (processing oflibary materialis) atau pelayanan teknis (technikal

service). Kegiatan pengolahan nahan pustaka di perpustakaan biasan mencakup


13

berbagai kegiatan antara lain, pembinaan dan pengembangan koleksi,

inventarisasi, katalogisasi, klasifikasi, dan kelengkapan fisik baru.

3. Pembinaan dan pengembangan koleksi

Pengembangan koleksi (Collection development) merupakan serangkaian

prose atau kegiatan yang bertujuan mempertemukan kebutuhan pemakai dengan

rekaman informasi dalam lingkungan perpustakaan yang mencakup kegiatan:

penyusunan kebijakan pengembangan koleksi, pemilihan koleksi, pengadaan

koleksi, penyiangan koleksi, serta evaluasi pendayagunaan koleksi.

4. Iventarisir

Bahan pustaka yang telah dimiliki oleh perpustakaan, baik yang diperoleh

dengan cara pembelian, hadiah, hibah, tukar menukar atau pinjam meminjam,

harus dicatat ke dalam buku induk atau buku iventarisasi perpustakaan, hal ini

dimaksudkan untuk memudahkan menyusun laporan mengenai perkembangan

koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Adapun kegiatan inventarisasi ini

mencakup memasukkan ke buku induk, dan memberikan stempel kepemilikan

(hak milik).

5. Katalogisasi

Perpustakaan sebagai suatu system informasi berfungsi menyimpan

pengetahuan dalam berbagai bentuk serta pengaturannya sedemikian rupa,

sehingga informasi yang diperlukan dapat diketemukan kembali dengan cepat dan

tepat. Untuk itu informasi yang ada diperpustakaan perlu diproses dengan system

katalogisasi (cataloging).
14

Adapun katalogisasi yang dikembangkan mengalami berbagai tahapan

penyeragaman peraturan katalogisasi. Perkembangan terakhir yang sampai

sekarang masih digunakan untuk pedoman katalogisasi secara internasional.

Sedangkan perpustakaan mempunyai bentuk fisik katalog yang bermacam-macam

(Jonner, 2009):

a. Katalog Kartu (Card Catalog) ukuran 7,5 cm x 12,5 cm

b. Katalog Berkas (Sheaf Catalog) ukuran 10 cm x 20 cm

c. Kataog Cetak atau Katalog Buku (Printed Catalog)

d. Katalog OPAC (Online Public Access Catalog)

Sedangkan untuk jenis catalog perpustakaan ada beberapa jenis:

a. Katalog Shelflist

b. Katalog Pengarang

c. Katalog Judul

d. Katalog Subyek

6. Klasifikasi

Klasifikasi perpustakaan akan tampak rapi dan mudah diketemukan apabila

dikelompokkan menurut sistem tertentu, pengelompokan dapat berdasarkan pada

jenis, ukuran (tinggi, pendek, besar, dan kecil), warna, abjad judul,

abjadpengarang (klasifikasi artifical) dan bisa juga menggunakan sistem

pengelompokan bahan pustaka menggunakan system klasifikasi fundamental,

dimana dengan sistem ini koleksi akan mengelompokan sesuai dengan disiplin

ilmu pengetahuan, dan dengan system ini akan memudahkan penemuan kembali

bahan pustaka yang dibutuhkan.


15

d. Pelayanan pemakai layanan pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi

Papua

Pelayanan bersifat universal, layanan tidak hanya diberikan kepada

individu-individu tertentu melainkan diberikan kepada pemustaka secara umum

pelayanan berorientasi pada pengguna, dalam arti untuk kepentingan para

pemustaka/pengguna, bukan kepentingan pengelola. sedangkan jenis layanan

pemakai meliputi berbagai kegiatan, yang antara lain:

1. Pelayanan sirkulasi

Pelayanan sirkulasi merupakan salah satu jasa perpustakaan yang pertama

kali berhubungan langsung dengan pengguna perpustakaan. aktivitas bagian

sirkulasi menyangkut masalah citra perpustakaan, baik tidaknya perpustakaan

berkaitan erat dengan bagaimana pelayanan sirkulasi diberikan kepada pemakai.

Kegiatan sirkulasi sering dianggap sebagai ujung tombak atau tolok ukur

keberhasilan perpustakaan, karena bagian ini rutinitas kegiatan berhubungan

dengan pemustaka. Jenis pekerjaan bagi pelayan sirkulasi adalah:

1) pendaftara anggota

2) peminjaman

3) pengembalian

4) perpanjangan

5) penagihan

6) pemungutan denda

7) pemberian sanksi

8) statistik
16

9) bebas perpustakaan

10) peraturan perpustakaan

Sistem penyelenggaraan kegiatan layanan sirkulasi menjadi dua meliputi:

1) Sistem terbuka memungkinkan pemustaka memillih dan mengambil koleksi

di rak secara bebas tanpa melalui petugas.

2) Sistem tertutup penggunaan di dalam memanfaatkan koleksi di rak harus

melalui petugas.

Jenis koleksi yang di sirkulasikan adalah:

(a) koleksi umum

(b) koleksi referensi

(c) koleksi cadangan

(d) koleksi berkala/majalah/jurnal/surat kabar

(e) koleksi penerbit pemerintah

2. Pelayanan referensi

Pelayanan Referensi merupakan kegiatan layanan pemustaka dengan cara

memberikan informasi secara langsung maupun tidak langsung kepada pemustaka

dengan mengacu atau menunjuk kepada suatu koleksi atau sumber informasi yang

ada dan dapat menjawab yang di sampaikan oleh pemustaka perpustakaan

(Sumardji, 1996).

Macam-macam koleksi referensi adalah:

a. kamus

b. ensiklopedi

c. direktori
17

d. indeks dan abstrak

e. sumber geografi

f. biografi

g. buku tahunan (year book)

h. buku pegangan/pedoman (handbook)

i. bibliografi

j. terbitan pemerintah (UU,PP)

3. Pelayanan pendidikan pemakai

Pelayanan Pendidikan Pemakai merupakan kegiatan layanan pemakai

dengan cara memberikan bimbingan kepada pemakai tentang bagaimana cara

memanfaatkan fasilitas perpustakaan dengan baik dan benar. Hal lain yang

diharapkan dari pengelola perpustakaan adalah optimalisasi pemanfaatan fasilitas

dan layanan perpustakaan. Adapun bentuk dan cara menyampaikan pendidikan

pemakai, ada beberapa bentuk dan cara:

a. ceramah umum

b. bimbingan kelompok

c. brosur/leaflet/buku petunjuk

d. CD-interaktif

e. tour de liberary,

Kemudian waktu pelaksanaan pendidikanpemakai, ada beberapa pilihan:

1) priodik (terjadwal) setiap bulan, setiap semester, setiap tahun

2) insidental (spontanitas), disesuaikan dengan permintaan.


18

4. Pelayanan penelusuran informasi dan penyebarluasan informasi

Merupakan kegiatan pelayanan pemakai dengan cara memberitahukan

kepada khayalak perihal fasilitas atau berbagai macam informasi yang dimiliki

oleh perpustakaan. Dimaksudkan agar informasi atau fasilitas yang ada di

perpustakaan dapat diketahui oleh pengguna dan dimanfaatkan secara optimal.

Adapun media yang dapat dijadikan alat penyebarluaskan seperti, daftar tambahan

buku, bibliografi, indeks abstrak, brosur/leaflet, email, dan website.

2.1.2 Pengelolaan Organisasi, Adminitrasi Perpustakaan Daerah Provinsi

Papua

Organisasi adalah segenap proses kegiatan menata dan membagikan

pekerjaan yang dilakukan, mengelompokan orang-orang yang akan melaksanakan

pekerjaan tersebut, menetapkan wewenang dan tanggungjawab serta unit-unit

individu sebagai pelaksana dari pekerjaan itu dan untuk mencapai tujuan tertentu

dari organisasi tersebut. Menurut Siagian (1980), menerangkan apa itu organisasi

dengan melihat dari sisi hakikat organisasi, yaitu bahwa organisasi dapat ditinjau

dari tiga sudut pandang, yaitu :

1. Organisasi dipandang sebagai wadah

Maksud dari wadah di dalam organisasi adalah tempat dimana suatu

kelompok berkumpul untuk membicarakan dan bekerja sama dalam satu tujuan.

Di dalam organisasi tersebut tempat orang-orang bertukar pikiran dan

menuangkan ide-ide mengenai organisasi tersebut, karena itu maka dapat disebut

sebagai wadah.
19

2. Organisasi dipandang sebagai proses

Maksud dari proses di dalam organisasi adalah dimana ide-ide dan saran

dari anggota organisasi tidah hanya sebagai catatan saja,melainkan akan di proses

menjadi sesuatu yang lebih baik dalam arti lain mengaplikasikan ide-ide yang

telah dikumpulkan di dalam wadah tersebut.

3. Organisasi sebagai kumpulan orang

Suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. yang

bekerjasama dengan sportif dan tanggung jawab yang dilakukan secara sadar

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam pelaksanaan pengelolaan organisasi perpustakaa daerah (umum)

mempunyai struktur kerja berdasarkan tingkatan kewenangan.

a. Kewenangan dalam organisasi

Struktur kewenangan pengelolaan Perpustakaan Daerah mempunyai struktur

kewenangan yang baku dalam struktur organisasi yang dijalankan sebagai berikut:

1. Kepala perpustakaan

a) Membuat rencana strategis bagi pengembangan perpustakaan

b) Mengusahakan dana bagi pelaksanaan kerja tim

c) Membuat langkah-langkah kebijakan atau policy untuk mewujudkan

rencana pengembangan perpustakaan

d) Mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah di ambil

e) membuat laporan kepada pemerintah Daerah Provinsi Papua

f) Mengidentikasi permasalahan dan membuat langkah-langkah pemecahan

masalah
20

2. Kepala sub bagian TU

a) Menyiapkan bahan penyusunan konsep rencana dan program kerja

perpustakaan

b) Melakukan urusan rumah tangga perpustakaan

c) Melakukan adminitrasi kepegawaian

d) Melakukan kearsipan dan persuratan

3. Koordinator bidang pelayanan umum

a) Memastikan bahwa tugas di pelayanan umum berjalan lancar

b) Membuat rencana untuk menerapkan full otomasi perpustakaan

c) Membuat job deskripsi para kour. bidangnya

d) Mengevaluasi kinerja staf di bidangnya

e) Mempertanggungjawabkan pelayanan umum kepada kepala perpustakaan

f) Koordinasi dengan kobid. Pelayanan Teknis.

4. Koordinator bidang pelayanan teknis

a) Memastikan bahwa tugas di pelayanan teknis berjalan lancar

b) Membuat rencana untuk menerapkan full otomasi perpustakaan

c) Membuat job deskripsi para kour, di bidanya

d) Mengevaluasi kinerja staf di bidangnya

e) Mempertanggungjawabkan pelayanan umum kepada kepala perpustakaan

f) Koordinasi dengan kabid pelayanan umum.

5. Koordinator urusan pengadaan

a) Mengkoordinir dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan

pelayanan pengadaan
21

b) Membuat job deskripsi bagian pengadaan

c) Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang

pelayanan teknis

d) Mengevaluasi staf pengadaan

e) membuat laporan bulanan dan tahunan

f) Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar

kegiatan sehari-hari.

6. Koordinator urusan pengelolaan

a) Mengkoordinir dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan

pelayanan pengelolaan

b) Membuat job deskripsi bagian pengadaan

c) mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang

pelayanan teknis

d) Mengevaluasi staf pengelolaan

e) membuat laporan bulanan dan tahunan

f) Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar

kegiatan sehari-hari.

7. Koordinator urusan otomasi

a) Mengkoordinir dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan

pelayanan otomasi

b) Membuat job deskripsi bagian otomasi

c) Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang

pelayanan teknis
22

d) Mengevaluasi staf otomasi perpustakaan

e) Membuat laporan bulanan dan tahunan

f) Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas.

8. Koordinator urusan pemeliharaan

a) Mengkoordinir dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan

pemeliharaan

b) Membuat job deskripsi bagian pemeliharaan

c) Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang

pelayanan teknis

d) membuat laporan bulanan dan tahunan

e) Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas diluar

kegiatan sehari-hari.

9. Koordinator urusan referensi

a) Mengkoordinir dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan

b) Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang

pelayanan umum

c) Membuat job deskripsi bagian referensi

d) Mengevaluasi staf referensi

e) Membuat laporan bulanan dan tahunan

f) Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas

10. Koordinator urusan serial

a) Mengkoordinasikan dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan

pelayanan promosi
23

b) Membuat job deskripsi bagian promosi

c) Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang

pelayanan umum

d) Mengevaluasi staf serial

e) Membuat laporan bulanan dan tahunan

f) Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar

kegiatan sehari-hari.

11. Koordinator urusan promosi

a) Mengkoordinir dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan

pelayanan promosi

b) Membuat job deskripsi bagian promosi

c) Mempertanggungjawabkan segala kegiatan koordinator bidang pelayanan

teknis

d) Mengevaluasi staf promosi

e) membuat laporan bulanan dan tahunan

f) Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar

kegiatan sehari-hari.

b. Pelaksanaan /prosedur Adminitrasi

Rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama

sekelompok orang yang tergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan

bersama yang telah ditetapkan sebelum nya secara efektif dan efisien, Nurhadi

(1983). Sementara itu Barthos seperti dikutip oleh Nita Rahmawati dan Ismiyati

(2016) bahwa kearsipan merupakan segala kegiatan pencatatan, penanganan,


24

penyimpanan dan pemeliharaan surat baik ke dalam maupun ke luar dengan

menerapkan pola dan sistem dapat di pertanggungjawabkan. Pada kesempatan

yang lain, Endah, dkk seperti dikutip oleh Kartini dan Martono (2016)

mengatakan bahwa dokumen yang banyak memerlukan pengaturan yang baik agar

sewaktu-waktu di butuhkan dapat ditemukan kembali. Organisasi yang moderen

ditandai dengan tertib adminitrasi.

1. Adminitrasi pengolahan buku

Rangkaian pekerjaan dalam mempersiapkan buku agar mudah diperoleh

dan diketahui informasi yang didalamnya, terdiri atas:

a) Inventarisasi (pembukaan buku induk) yaitu mencatat kebuku induk

perpustakaan kekayaan koleksi perpustakaan: Cap iventarisasi dan cap

perpustakaan

b) Klasifikasi yaitu menentukan subjek yang dimiliki buku dengan angka

klasifikasi:

(1) Katalogisasi

adalah memberikan informasi singkat tentang buku baik fisik dan

subjeknya:

(1) Label buku dan sampel

(2) Filling dan Shelving

(3) Statistik pengolahan.

2. Adminitrasi pelayanan

Membantu pengguna pustaka untuk mendapatkan bahan bacaan dan

informasi yang diperlukan, yang meliputi:


25

a. Menyusun layout ruangan

b. Memelihara susunan buku di rak

c. Menyusun aturan dan tata tertib ruangan

d. Menerima anggota perpustakaan

e. Melaksanakan peminjaman dan pengembalian buku

f. Memberikan pelayanan informasi dan referensi

g. Memberikan bimbingan membaca

h. Menyusun statistik laporan pelayanan perpustakaan

3. Adminitrasi pemeliharaan buku

a. Buku kotor sangsinya diberi peringatan saja

b. Buku rusak dinasehati dan apabila kerusakannya besar diganti

c. Buku yang hilang sangsinya diganti

4. Adminitrasi keanggotaan/Syarat menjadi anggota perpustakaan

a. Pemohon masih aktif di suatu daerah tertentu atau tinggal di satu daerah

tertentu

b. Memiliki kartu pinjaman perpustakaan

c. Bersedia mematuhi peraturan

5. Laporan dan statistik perpustakaan

Maju mundurnya pelayanan perpustakaan tergantung dari data statistik

dan laporan perpustakaan itu sendiri. Hendaknya keadaan suatu perpustakaan

berkembang pesat dan maju, statistik yang harus dibuat adalah:

a. Statistik anggota

b. Statistik buku yang dibaca


26

c. Statistik pengurus perpustakaan

d. Statistik peminjaman

e. Statistik pelayanan informasi dan referensi

f. f.Statistik koleksi perpustakaan

g. g. Statistik buku hilang dan rusak

6. Peminjaman buku

Sistem terbuka pengguna perpustakaan di perbolehkan mencari dan

mengambil sendiri buku-buku yang digunakan/dibaca. Sistem tertutup apabila

ingin mencari buku harus melalui petugas.

7. Pengembalian buku

Pengembalian buku antara sistem terbuka dan tertutup sama saja. buku

yang dikembalikan diserahkan pada bagian sirkulasi, petugas meneliti tanggal

yang tertera pada slip untuk mengetahui terlambat atau tidaknya pengembalian

buku.

2.1.3 Azas-Azas Sistem Informasi untuk Lingkungan Pengelolaan

Perpustakaan Daerah

Azas-Azas di sini berupa prinsip yang menjiwai sistem informasi baik

pengembangan, pemeliharaan dan pengoperasiannya. Untuk lingkungan

perpustakaan ada lima azas menurut Effendi (dalam Mikye, 2012) yaitu:

1. Azas pengelola

Suatu sistem informasi dapat diselenggarakan apabila ada satu unit

kerja yang diberi tanggungjawab untuk mengelolanya. Tugas pengelola ini

adalah melaksanakan koordinasi dalam pengembangan, pemeliharaan dan


27

pengoperasian, melayani permintaan data, pengembangan teknik atau metode

analisis dalam rangka pendayagunaan informasi, dan bertanggungjawab atas

semua kualitas data dan informasi yang dihasilkan.

2. Azas kepekaan

Sistem informasi dapat berguna apabila memberi layanan sesuai

dengan apa yang seharusnya diperlukan. Untuk itu diperlukan peremajaan

(update) agar penyusunan informasi sesuai dengan keadaan lapangan. Suatu

mekanisme yang harmonis antara sumber data dengan pusat penyimpanan

data harus saling menguntungkan. Oleh karena itu informasi yang dihasilkan

harus mempunyai beragam bentuk dan secara langsung mampu memberikan

semacam “warning” kepada penerima informasi tentang adanya faktor-faktor

negatif yang perlu segera di tanggulangi.

3. Azas kesederhanaan

Sistem informasi harus tersusun dari serangkaian perangkat keras,

perangkat lunak dan juga prosedur yang mudah di mengerti maupun

dioperasikan serta di pelihara oleh seluruh unit kerja, agar dapat dihindari

kemungkinan kesalah pahaman atau peluang terjadinya penyimpangan. Untuk

itu harus ada ketentuan yang jelas dan sistematis dalam membantu

terselenggaranya perputaran roda sistem pengelolaan informasi.

a. Layanan pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Definisi Layanan Perpuskaan merupakan tugas yang amat penting dan

murah dari semua kegiatan di perpustakaan. Pelayanan merupakan bagian yang

secara langsung berhadapan dengan pemakai dan mungkin dianggap bagian yang
28

paling penting, namun merupakan satu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan

satu sama lain.

Berbicara tentang pengertian layanan, Muchtar A.F mendefinisikan

layanan sebagai suatu sikap yang dapat mengakibatkan rasa puas atau tidak puas

yang dialami konsumen pada saat terjadi proses tindakan. Sedangkan menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia defisi mandiri adalah keadaan dapat berdiri

sendiri, tidak bergantung kepada orang lain. Jika digabungkan dengan kata

layanan menjadi frase layanan mandiri maka dapat didefinisikan bahwa layanan

mandiri adalah layanan yang dilakukan oleh dan untuk diri sendiri tanpa bantuan

orang lain atau tidak tergantung pada orang laing. Secara umum layanan mandiri

dapat di definisikan sebagai aktivitas perpustakaan dalam memberikan jasa

layanan kepada pengguna perpustakaan, khususnya kepada anggota

perpustakaannya dengan memberikan kebebasan pada penguna untuk masuk

kedalam rak-rak buku yang dibutuhkan untuk dibaca dan digunakan yang mereka

inginkan.

Menurut Sutarno (2006) dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Perpustakaan bahwa layanan yang bailk adalah layanan yang dapat memberikan

rasa senang dan puas pada pemakai, bentuk riil dalam pelayanan perpustakaan

adalah:

1. Layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan atau yang

dikehendakimasyarakat sebagai pemakai

2. berlangsung tepat waktu dan tepat sasaran

3. berjalan mudah dan sederhana


29

4. Murah dan ekonomis

5. Menarik, menyenangkan, dan menimbulkan rasa simpati

6. Bervariasi

7. Mengundang rasa ingin tahu kembali

8. Bersifat informasi, membimbing dan mengarahkan tetapi tidak bersifat

menggurui

9. Ramah tamah

10. Mengembangkan hal-hal yang bersifat baru

11. Mampu berkompetensi dengan layanan dibidang lain

12. Mampu menumbuhkan rasa percaya bagi pemakai.

Pada prinsipnya layanan perpustakaan adalah layanan jasa, oleh karena itu

yang penting disadari oleh pengelola perpustakaan umum adalah bagaimana

menciptakan kepercayaan, kepuasan, ketepatan dan kecepatan. Misalnya rambu-

rambu yang menunjukkan lokasi koleksi buku harus lengkap dan jelas. Hal ini

untuk menguranggi banyak pertanyaan bagi pengguna atau pengunjung yang

ingin menggunakan buku.

b. Media dimensi pelayanan pengelolaan Perpustakaan Daerah provinsi

Papua

Dalam membangun kualitas pelayanan perpustakaan digital menurut Saleh

(2014) terdapat 3 (tiga) cara dalam mengembangkan media disaiminasi antara lain

melalui jaringan local, CD-ROM dan internet. Secara lebih khusus dapat

digambarkan sebagai berikut:

1. Melalui jaringan local


30

Perpustakaan digital tersebut disimpan pada server lokal pada jaringan

local (clien server) maka akses terhadap dokumen tersebut dapat

dilakukan di perpustakaan setempat. Pemakai akan datang ke

perpustakaan, kemudian mengakses ke komputer yang disediakan oleh

perpustakaan. Hasil temuan informasi dapat dicetak bila perpustakaan

menyediakan perangkat menyediakan perangkat untuk menyalin

dokumen tersebut.

2. Melalui CD-ROM atau DVD-ROM

Perpustakaan digital tersebut disimpan di dalam bentuk CD-ROM,

maka pemakai dapat memiliki CD ROM hasil produksi perpustakaan

baik secara membeli atau gratis. Perpustakaan tinggal

mendistribusikan ke masyarakat luas melalui kesempatan-kesempatan

tertentu seperti pameran dan sebagainya.

3. Melalui jaringan internet

Perpustakaan digital tersebut disimpan di server web maka pemakai

dapat melakukan akses ke dokumen tersebut melalui jaringan internet

baik dari rumah, kantor maupun dari tempat-tempat penyewaan

internet. Cara seperti ini akan memberikan peluang yang lebih luas

kepada masyarakat untuk melakukan akses kepada perpustakaan

digital.

c. Kebutuhan pemustaka

Dalam teori Abraham Maslow mengatakan bahwa kebutuhan konsumen

itu bersifat kesinambungan dan saling mengejar. Dimana ketika satu kebutuhan
31

telah terpenuhi, akan muncul kebutuhan-kebutuhan lain yang proses

pemenuhannya secara bertahap sesuai dengan tingkat hierarki kebutuhan. Berikut

gambar tingkat hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow:

4 Kebutuhan Aktualisasi diri (Self Actualization)

3 Kebutuhan harga diri (Esteem Neets)

2 Kebutuhan sosial (Social Needs)

1 Kebutuhan rasa aman (Safety Needs)

Kebutuhan sosial (Social Needs)

Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow

1. Physiological Needs yaitu kebutuhan fisiologis (fisik) merupakan kebutuhan

pokok manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Jika kebutuhan ini

tidak terpenuhi, maka seseorang akan merasakan keresahan dan ketidak

bahagiaan. Contoh sekelompok pemustaka yang ingin meminjam buku untuk

pembelajaran aktif di luar kelas akan tetapi buku tersebut terbatas dan mereka

tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan sehingga mereka merasa

kawatir dan cemas.

2. Safety Needs yaitu kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa

aman dari kecelakaan, bebas dari bahaya, pertentangan dan lainnya. Contoh

penataan ruang perpustakaan, aturan yang mengikat.

3. Social Needs yaitu kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan untuk di terima dalam

kelompok, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. Dengan


32

kebutuhan sosial, akan menjadi terjalinnya hubungan yang harmonis antara

satu individu dengan individu yang lainya.

4. Esteem Needs yaitu kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan ini meliputi:

a) Mencakup faktor internal seperti kebutuhan harga diri, kepercayaan diri,

otonomi, dan kompetensi

b) Mencakup faktor eksternal kebutuhan yang menyangkut reputasi seperti

kebutuhan untuk dikenal dan diakui.

5. Self Actualization yaitu kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan,

mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya secara penuh. Dalam

mengembangkan potensinya setiap individu mempunyai ciri khas tersendiri.

Proses aktualisasi diri ini akan berlangsung terus menerus sepanjang hidup.

Contonya menyediakan buku-buku yang berhubungan dengan ekstra-

kulikuler, motivasi, karya seni, dan lain-lain.

Hierarki kebutuhan Abraham Maslow tidak selamanya menjadi kebutuhan

permanen. Dalam tangga hierarki kebutuhan ini, perilaku konsumen diarahkan

pada pemuasan kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, harga diri dan aktualisasi

diri.

2.1.4 Pengawasan Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Dalam rangka meningkatkan disiplin kerja pegawai dengan tujuan untuk

mencapai tujuan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang melaksanakan.

Tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana

sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki.
33

Soekarno dalam Gouzali Saydam (2010) mengemukakan tujuan

pengawasan antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan

rencana.

2. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan intruksi.

3. Untuk mengetahui apakah kegiatan berjalan efisien.

4. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan dalam

kegiatan.

5. Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan ke

arah perbaikan.

Tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang

direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasikan tujuan

utama tersebut, pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan

rencana.

a. Pengawasan sebagai fungsi pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Pengawasan ditinjau dari organisasi erat kaitanya dengan fungsi

pengelolaan. Pengawasan merupakan salah satu fungsi pengelolaan yang turut

mendorong tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tindakan atau

kegiatan yang telah direncanakan dalam pelaksanaannya perlu adanya suatu

pengawasan. Ini penting dilakukan agar perencanaan yang telah ditetapkan dapat

berjalan dengan baik. Pengawasan merupakan fungsi pengelolaan/manajemen


34

yang paling akhir dalam urutan fungsi manajemen. akan tetapi pengawasan tidak

kalah pentingnya dengan fungsi manajemen yang lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengawasan adalah berupa

penilikan dan penjagaan. Pengawasan dimaksudkan sebagai upaya yang sistematis

untuk mengamati dan memantau apakah berbagai fungsi, aktivitas dan kegiatan

yang terjadi dalam organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya atau tidak. Perencanaan merupakan fungsi awal dari proses

manajemen dan fungsi akhir untuk mencapai tujuan. Dalam artian, perencanaan

membutuhkan pihak pengawasan untuk mencapai keseimbangan yang tepat dalam

bidang pekerjaan. Pengawasan mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah

kegiatan dievaluasi dilakukan sesuai dengan rencana. Pelaksanaan kegiatan

dievaluasi apabila ada penyimpangan-penyimpangan maka perlu diperbaiki agar

sesuai dengan tujuan agar selaras dengan tujuan dengan baik. Ada beberapa ciri-

ciri dari pengawasan:

a. Pengawasan harus bersifat “fact finding” dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi

pengawasan harus menemukan faktor-faktor tentang bagaimana tugas dalam

menjalankan organisasi.

b. Pengawasan harus bersifat “prefentif” yang berarti pengawasan dapat

ditunjukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini harus dilaksanakan.

c. Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang, berarti pengawasan hanya dapat

ditunjukan terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.

d. Pengawasan hanya sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi, pengawasan

tidak boleh dipandang sebagai tujuan.


35

e. Pengawasan hanya sekedar alat adminitrasi dan manajemen, maka pelaksanaan

pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan.

Dari pendapat yang telah dijelaskan di atas yang telah dikemukakan dapat

disimpulkan bahwa pengawasan berfungsi sebagai:

1. Menentukan dan menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan kemacetan

sebelum kemacetan itu terjadi.

2. Mengadakan pencegahan dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang

timbul

3. Mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan dan penyelewengan

terhadap beban tugas

4. Mendidik dan membina karyawan agar mempunyai rasa tanggungjawab yang

tinggi.

b. Pengawasan sebagai wahana peningkatan disiplin pustakawan

Pelaksanan kegiatan layanan perpustakaan dalam hubungannya dengan

disiplin, tingginya disiplin kerja pustakawan dan pegawai perpustakaan tentunya

tidak terlepas dari pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung yang

meliputi, pemantauan, dan penilaian terhadap hasil kerja. Pengawasan suatu usaha

yang sistematis untuk mengamati dan memantau berbagai fungsi, aktivitas dan

kegiatan yang terjadi dalam pengelolaan perpustakaan sehingga sesuai dengan

rencana yang ditetapkan.

Perpustakaan dalam usahanya mencapai tujuan secara efektif dan efisien

dan peningkatan layanan kepada pemustaka, penerapan pengawasan terhadap

pustakawan dan pegawai merupakan langkah srategis dalam meningkatkan


36

disiplin kerja pegawai. Jika pengawasan tidak dilaksanakan dengan baik dan benar

dapat mengakibatkan fungsi pelayanan informasi di perpustakaan tidak dapat

berjalan seperti yang direncanakan. Efektivitas pelaksanaan tugas pustakawan di

perpustakaan sangat penting dalam peningkatan kualitas pelayanan informasi

tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengawasan merupakan salah

satu faktor yang berperan dalam meningkatkan kedisiplinan pustakawan sehingga

produktivitas meningkat dalam melayani para pemustaka.

2.1.5 Evaluasi Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Rencana kerja Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua, merupakan

penjabaran perencanaan tahunan dan rencana Strategi Badan Perpustakaan

Provinsi Papua. Tercapai tidaknya pelaksanaan kegiatan-kegiatan atau program

yang telah disusun dapat dilihat berdasarkan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

Badan Perpustakaan Provinsi Papua.

Akuntabilitas merupakan suatu bentuk perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,

melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.

terkait dengan hal tersebut rencana Kerja (Renja) Badan Perpustakaan Daerah

Provinsi Papua harus menyajikan dasar pengukuran kerja kegiatan dan

pengukuran kinerja sasaran darri hasil apa yang telah diraih atau dilaksanakan

oleh Badan perpustakaan Provinsi Papua.

Analisis Pencapaian Akuntabilitas Kinerja Badan Perpustakaan Daerah

Provinsi Papua dilakukan dengan membandingkan antara rencana/target dengan


37

realisasi untuk masing-masing kelompok indikator kinerja sasaran sebagai

berikut:

1. Pelayanan adminitrasi perkantoran

Sasaran ini bertujuan untuk menunjang pelayanan adminitrasi Badan

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua dengan kegiatan, jasa surat menyurat,

air, listrik, kebersihan kantor, perbaikan peralatan kerja, ATK, Barang cetak

dan pengadaan, bahan bacaan dll.

2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana

Sasaran ini bertujuan untuk menunjang Sarana dan Prasarana Perpustakaan

Daerah Provinsi Papua meliputi, Pengadaan peralatan gedung kantor,

mebeler, pemeliharaan rutin, pemeliharaan instruktur perangkat IT dan UPT

layanan perpustakaan.

3. Peningkatan disiplin puatakawan

Sarana ini bertujuan untuk menunjang peningkatan Disipli Pegawai

perpustakaan/pustakawan, dengan kegiatan, pengadaan pakai dinas beserta

kelengkapannya.

4. Peningkatan kapasitas sumber daya pustakawan

Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang

profesional dan handal, yaitu meningkatkan profesional dan kompetensi

sumber daya manusia pengelolaan perpustakaan dengan kegiatan, pendidikan

dan pelatihan, bintek pengelolaan perpustakaan, publikasi perpustakaan.

5. Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan

keuangan, perpustakaan
38

Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan sistem pelapora dan kinerja

keuangan dengan kegiatan, yaitu penyusunan pencapaian kinerja, penyusunan

laporan keuangan semester dan akhir, penyusunan renja.

6. Pengembangan perpustakaan

Sasaran ini bertujuan meningkatkan profesionalisme dan kompetensi SDM

pengelola perpustakaan dengan kegiatan, pengadaan bahan pustaka,

pengolahan bahan pustaka perpustakaan, preservasi bahan pustaka dan

workshop.

7. Pembinaan perpustakaan

Sasaran ini bertujuan meningkatkan profesionalisme dan kompetensi SDM

pengelola perpustakaan dengan kegiatan,

1. Revitalisasi pelayanan terhantar/ekstensi (perpustakaan keliling)

2. Peningkatan kerjasama perpustakaan yang Akreditasi (jenis perpustakaan)

Secara umum Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua, menjalankan

tugas dan fungsi yang dibebankan kepada organisasi Perpustakaan Daerah. hal ini

tercermin dari pelaksanaan tugas yang dituangkan dalam Renja (Renjana Kerja)

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua yang dijalankan.

Rekapitulasi Rencana Kerja Pengelolaan Perpustakaan Daerah peovinsi

Papua terhadap capaian Renstra (Rencana Strategis) Badan Perpustakaan Daerah

Provinsi Papua dapat dituangkan dalam Tabel berikut ini:


39

Tabel 2.3
Rencana kerja Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Target Anggara
Sasaran Target Indikator Target Kegiatan
% n
(1) (2) (3) (4) (5)
Program:
Pelayanan ADM
Kegiatan:
Surat Menyurat 6. Jumlah surat Penyedia jasa surat
7. Jumlah dokumen menyurat
(perencanaan
anggaran)
8. SAP
Kebutuhan Kebutuhan Prasarana Penyedia jasa
Komunikasi (listrik, Kantor perpustakaan komunikasi
air, WIFI dll) dan layanan
Penyedia Jasa 1. Terlindunggi Penyedia jasa
Jaminan barang (gudang/kantor) jaminan barang
milik BPD Prov. 2. Barang milik
Papua BPD Prov.
Papua
Penyedia ATK Jumlah Pengguna Penyedia jasa ATK
(pegawai
perpustakaan)
Penyedia bahan Jumlah bahan Penyedia bahan
bacaan dan peraturan bacaan dan undang- bacaan dan peraturan
perundang-undangan undang perundang-undang
Program:Peningkata
n sarana prasarana
perpustakaan
Pemeliharaan 1.Ketercapaian Pemeliharaan
Infrastruktur kegiatan yang Infrastruktur
perangkat IT, di dilaksanakan perangkat IT, di
UPT layanan UPT layanan
perpustakaan perpustakaan
Program: Pening-
katan kapasitas
sumber daya
Aparatur
Pendidikan dan Jumlah yang meng- Pendidikan dan
pelatihan formal ikuti pendidikan dan pelatihan formal
pelatihan
Publikasi Ketercapaian Publikasi
Perpustakaan kegiatan yang Perpustakaan
dilaksanakan
Pendidikan dan Jumlah yang Pendidikan dan
pelatihan formal mengikuti pelatihan formal
pendidikan dan
pelatihan
Publikasi Ketercapaian Publikasi
Perpustakaan kegiatan yang Perpustakaan
dilaksanakan
Program:
40

Target Anggara
Sasaran Target Indikator Target Kegiatan
% n
Pengembangan
perpustakaan

Pengadaan bahan Jumlah koleksi Ketercapaian


pustaka Perpustakaan Daerah kegiatan yang
provvinsi Papua dilaksanakan
Pengolahan bahan Jumlah koleksi buku Ketercapaian
pustaka hibah hibah yang diolah kegiatan yang
dilaksanakan
Reverensi bahan 1.Jumlah bahan Preservasi bahan
pustaka (perawatan koleksi buku yang pustaka
dan perbaikan dirawat
pustaka)
Program:
Pembinaan
perpustakaan
Revitalisasi 1.Ketercapaian Ketercapaian
pelayanan kegiatan yang kegiatan yang di
(perpustakaan dilaksanakan laksanakan
keliling)

a. Tugas pokok badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Berdasarkan tugas pokok Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua,

melaksanakan kebijakan bidang perpustakaan, pembinaan, pelayanan arsip, akuisi

dan penyimpanan arsip bidang dokumentasi. Untuk menjalankan pokok tersebut,

Badan Perpustakaan Daerah Prov. Papua mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. perumusan kebijakan

2. pelaksanaan kebijakan

3. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan

4. pelaksanaan adminitrasi

5. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Gubernur.

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya Badan Perpustakaan Daerah

Provinsi Papua melakukan dengan meanisme yang berlaku yang telah ditetapkan
41

oleh keputudan gubernur provinsi Papua sesuai dengan struktur organisasi dalam

lingkungan badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

2.1.6 Faktor-Faktor Penghambat dan pendukung Pengelolaan Perpustakaan

Daerah Profinsi Papua

Faktor penghambat dan pendukung dalam pengelolaan Perpustakaan

Daerah adalah tentang tingkat, Perencanaan, pengelolaan Organisasi, dan

Adminitrasi, Azas-azas Sistem Informasi Pengelolaan Perpustakaan, Pengawasan,

Evaluasi pelaksanaan pengelolaa Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

Salah satu penentu keberhasilan sebuah perpustakaan adalah bahan

pustaka atau koleksi yang dimilikinya. Sebuah perpustakaan tidak akan ada

artinya apabila koleksi yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan

pemustakanya. Oleh karena itu sebuah perpustakaan harus memperhatikan

kebutuhan pemustakanya dalam hal pengadaan koleksi perpustakaan.

Koleksi bahan pustaka yang memadai, baik mengenai jumlah, jenis, dan

mutu, yang tersusun rapi, dengan sistem pengolahan serta kemudian akses atau

temu kembali informasi, merupakan salah satu kunci keberhasilan perpustakaan.

oleh sebab itu perpustakaan perlu memiliki koleksi bahan pustaka yang relatif

lengkap sesuai dengan visi,misi, perencana strategi, kebijakan, dan tujuannya.

Koleksi bahan pustaka yang baik adalah, dapat memenuhi selera, keinginan dan

kebutuhan pembaca (Sutarno, 2006). Pemanfaatan bahan pustaka tentu saja sangat

berhubungan erat dengan pengembangan koleksi perpustakaan. Karena

pengembangan koleksi perpustakaan adalah suatu proses memastikan kebutuhan

pemustaka akan informasi supaya kebutuhan mereka terpenuhi secara ekonomis


42

dan tepat waktu. Berdasarkan rumusan masalah maka faktor-faktor penghambat

pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua meliputi: Perencanaan,

Pengelolaan Organisasi, dan Adminitrasi, Azas-Azas Sistim Informasi,

Pengawasan Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

a. Pemanfaatan bahan pustaka

Pemanfaat berasal dari kata manfaat yang berarti guna atau faedah . Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia pemanfaatan berarti proses, cara, perbuatan

memanfaatkan, sedangkan memanfaatkan mempunyai arti menjadi ada manfaat

(Depdiknas, 2007). Keberadaan sebuah perpustakaan artinya kedudukannya, dan

posisinya yang diakui dan dipergunakan. Sesuatu yang bertahan hidup.

Pemanfaatan bahan pustaka sangat penting dalam kegiatan menambah

pengetahuan, karena dengan memanfaatkan bahan pustaka yaitu dengan membaca

seseorang dapat menganalisis aspek-aspek yang dibaca pada bahan pustaka.

Dengan demikian dapat diketahui memanfaatkan bahan pustaka akan memperoleh

informasi, pengetahuan, keterampilan, motivasi maupun fakta seperti yang

disajikan dalam bahan pustaka.

Koleksi pada sebuah perpustakaan memegang peran yang sangat penting.

Karena produk utama yang ditawarkan oleh sebuah perpustakaan adalah

ketersediaan koleksi yang lengkap dalam perpustakaan. Koleksi harus disesuaikan

dengan kebutuhan pemakainya. Koleksi merupakan daya tarik utama dari sebuah

perpustakaan. Salah satu aspek penting untuk membuat perpustakaan itu banyak

digunakan oleh pemustaka adalah ketersediaan koleksi yang memadai dan


43

memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu setiap perpustakaan perlu membangun

koleksi yang kuat demi kepentingan pemustakanya (Almah, 2012).

2.1.7 Dampak Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Berdasarkan focus penelitian maka dampak perencanaan, pengelolaan

organisasi, dan adminitrasi, Azas-Azas Sistem Informasi untuk lingkungan,

pengawasan dan faktor penghambat Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi

bagi masyarakat sebagai pemustaka.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relefan

Penelitian yang terdahulu yang relevan yang berkaitan dengan

Pengelolaan perpustakaan daerah, antara lain dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a. Habiba Nur Maulida (2015). Peran Perpustakaan Daerah Dalam

Pengembangan Minat Baca Di Masyarakat, Jurnal Iqra’Volume 09 No. 02.

Pengembangan minat baca masyarakat, khususnya masyarakat daerah dan

siswa sekolah merupakan tugas berat, karena tugas pengembangan minat baca

ini di perlukan campur tangan dari berbagai pihak, yaitu pemerintah, lembaga

pendidikan, pendidik, keluarga, dan lingkungan masyarakat, serta harus

didukung adanya sarana dan fasilitas yang memadai. Kebiasaan membaca tidak

hanya ditentukan oleh keinginan dan sikap masyarakat, tetapi juga ditentukan

oleh ketersediaan dan kemudahan untuk memperoleh berbagai bahan bacaan.

Ketersediaan artinya, tersedianya bahan pustaka yang memenuhi kebutuhan

masyarakat. Sedangkan kemudahan untuk memperoleh adanya tersedianya


44

sarana dan prasarana dimana masyarakat bisa dengan mudah memperoleh

berbagai bahan yang diinginkan.

b. Ike Krismayanti (2018) Mewujudkan Fungsi Perpustakaan di Daerah Anuva

Volume 2 (2): 233-242. Budaya globalisasi telah memutus keterbatasan yang

ada, membangun perpustakaan yang tetap eksis di era globalisasi beberapa

langkah dapat di terapkan. Mulai dari mendekatkan diri dengan pemustaka.

Kesemua wacana tersebut tidak akan dapat terwujud jika tidak diikuti dengan

pembenahan di sisi pustaka. Oleh karena itu, sebagai bagian dari perpustakaan,

pustakawan juga harus selalu berbenah. Pustakawan juga harus membekali diri

mereka dengan kreatifitas sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru

yang dapat menopang kebertahanan perpustakaan di tengah arus globalisasi

yang ada.

c. Endhi Siswanto; Ika Hermawati (2018). Upaya Dinas Perpustakaan Dalam

Meningkatkan Mutu Pelayanan (Studi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Kabupaten Jember) Jurnal Politico Vol. 2: 219-235. Upaya Dinas

Perpustakaan dalam meningkatkan mutu pelayanan dapat di ukur melalui 4

faktor yaitu: Plaining (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),

Actuating (Pelaksanaan), Controling (Pengawasan) Pada Renja 2017 Dinas

perpustakaan melaksanakan beberapa program, berikut program dan kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan bidang perpustakaan Kabupaten Jember,

yakni:

a. Penyedia bantuan pengembangan perpustakaan Desa

b. Pengembangan koleksi bahan pustaka


45

c. Sosialisasi dan publikasi minat dan budaya membaca masyarakat

d. Pengembangan dan Kreatifitas Pemustaka

e. Preservasi bahan pustaka

f. Bahan pustaka.

Ada beberapa hambatan yang dialami Dinas Perpustakaan dalam

meningkatkan minat baca masyarakat, yakni:

1) Terbatasnya Mutu Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia di Perpustakaan Daerah Kabupaten Jember jauh

dari kata berkualitas dilihat dari salah satu pustakawan yang tidak

kompeten, dan juga tidak adanya diklat dan BIMTEK untuk semua

aparatur.

2) Sarana dan Prasarana

Alat dan Peralatan di perpustakaan terbilang memang cukup lengkap

namun kondisi ruangan yang redup, kerusakan mesin cetak KTA yang

lama, ruang audivisual yang kurang kondusif berdampak pada kurangnya

minat masyarakat untuk berkunjung di Perpustakaan Daerah.

d. Fatmawaty Anggowa, Abdul Kadim Masaog, Nur Eng Mokodompit (2018).

Efektivitas Pengelolaan Perpustakaan Daerah di Kabupaten Bone Bolango

Provinsi Gorontalo. Jurnal Ilmu Adminitrasi, Volume 6 Nomor 2.

2) Tingkat efektivitas pelaksanaan perencanaan pengelolaan Perpustakaan

Daerah kabupaten Bone Bolongo kategori cukup efektif.

3) Tingkat efektivitas pelaksanaan pengorganisasian pengelolaan Perpustakaan

Daerah Kabupaten Bone Bolango kategori cukup efektif.


46

4) Tingkat efektivitas pelaksanaan pengelolaan Perpustakaan Daerah

Kabupaten Bone Bolango mengutamakan keberhasilan dan sasaran program

kategori cukup efektif.

5) Monitoring dan evaluasi pengelolaan Perpustakaan Daerah Kabupaten Bone

Bolango kategori efektif karena menurut hasil penelitian sistem yang

diberlakukan sudah menunjang hanya saja fasilitas yang kurang.

Dari hasil penelitian terdahulu dan pembahasan yang telah diuraikan diatas

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa uraian yang telah jelaskan diatas

menekankan pada perencanaan, efektivitas, dan monitoring evaluasi. Setelah

peneliti mengkaji dari hasil penelitian terdahulu, peneliti menemukan perbedaan

yang peneliti ingin teliti dengan judul Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi

Papua. Dalam penelitian ini ditekankan pada pelayanan yang memakai layanan

berdasarkan kewenangan dalam organisasi Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

serta prosedur adminitrasi yang dilakukan agar kebutuhan pemustaka dapat

terpenuhi sesuai dengan keinginan pemustaka. Pengawasan dalam penelitian ini

hanya dijadikan sebuah control agar kegiatan pelayanan yang diberikan oleh

pemustaka dapat dipenuhi sesuai dengan permintaan pemustaka yang meliputi,

penyediaan buku, fasilitas layanan yang disediakan, sistem sirkulasi yang tidak

menyulitkan pemustaka dan layanan informasi yang digunakan oleh Perpustakaan

Daerah Provinsi Papua. Pelaksanaan evaluasi dalam penelitian ini hanya untuk

dijadikan sebuah tinjauan peleksanaan kegiatan, sejauhmana kegiatan itu sesuai

dengan perencanaan yang direncanakan. Evaluasi bukan untuk mencapai sebuah

tujuan dari Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.


47

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua sangat di pengaruhi

kegiatan organisasi dalam pelaksanaannya. Menurut Sutarno (2006), manajemen

mempunyai beberapa pengertian antara lain: pengendalian, adalahmanajemen

suatu situasi dan kondisi (kontrol), pengendalian wilayah, keamanan dan

ketertiban wilayah. Wilayah disini dapat dianalogikan menjadi lingkungan yang

mana dapat menjadi faktor pendukung maupun faktor penghambat sebuah

organisasi. Pembinaan, adalah manajemen yang bersifat pengembangan: jiwa,

kemampuan, keahlian orang/kelompok orang, dan masyarakat, misalnya

pembinaan masyarakat dan pembinaan teritorial. Tujuan dari pembinaan ini

adalah peningkatan kemampuan dan pengetahuan orang/kelompok orang dan

masyarakat luas sehingga lebih profesional dalam bekerja. Untuk lebih jelas

kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


Pengelolaan Perpustakaan
Daerah Provinsi Papua
Pendukung 1. Perencanaan
UU No 43 Tahun 2. Pengelolaan Organisasi,
2007 perpustakaan Adminitrasi
didefinisikan sebagai Faktor Penghambat
3. Azas-Azas Sistem Pengelolaan
institusi pengelola
karya tulis, karya
Informasi untuk lingkungan Perpustakaan
cetak, karya rekam 4. Pengawasan Daerah Provinsi
secara profesional Papua
dengan sistem yang
baku

Dampak
Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan gambaran kerangka pemikiran penelitian di atas maka

faktor-faktor penghambat dan pendukung mempengaruhi implementasi


48

pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua. Seberapa jauh perencanaan,

pengelolaan organisasi, adminitrasi, azas-azas sistem informasi, pengawasan,

evaluasi dan faktor-faktor penghambat dan pendukung dapat memberikan dampak

dari implementasi Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Tempat Penelitian dilaksanakan di Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Kotaraja, Jalan Kaliacai Kota Raja, Provinsi Papua. Waktu yang digunakan

untuk penelitian ini selama 6 (enam) bulan terhitung bulan September s/d

Februari tahun 2021. Letak bangunan/ gedung tersebut sangat strategi di pinggir

jalan kota Jayapura. Masyarakat dapat menggunakan Perpustakaan Daerah/umum

untuk dijadikan bahan referensi yang dibutuhan guna memenuhi kebutuhan

pemustaka berdasarkan kebutuhan pengetahuna, penelitian, bahan-bahan referensi

sebagai penunjang penyusunan skripsi, tesis dan disertasi.

3.2 Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Sugiyono (2015) metode kualitatif sering disebut metode

penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting). Dalam rancangan penelitian ini, peneliti bermaksud mendalami

situasi sosial secara terbuka terkait proses pengelolaan perpustakaan, sehingga

data dihasilkan melalui obserasi (observation), wawancara, dan dokumentasi

menggunakan kondisi yang alamiah (natural seting). Metode analisis yang

digunakan penelitian menggunakan model interaktif Milles and Huberman

(1984), analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaam,

56
57

yaitu Reduksi Data, Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan/verifikasi. Untuk

menguji keabsahan data yang didapat peneliti menggunakan uji kredibilitas

dengan cara, meningkatkan ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif, bahan

referensi, dan membercheck.

3.3 Sumber Data, Tehnik Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data

primer langsung diperoleh dari pegawai pada perpustakaan Daerah Provinsi

Papua. Data sekunder dikumpulkan melalui orang kedua baik berupa informasi

atau buku literatur, yaitu buku-buku, artikel, surat kabar, layanan internet, jurnal

dan lain-lain yang berkaitan dengan pembahasan yang terkait dalam fokus

penelitian sebagai batasan masalah. Data sekunder ini membantu peneliti untuk

mendapatkan bukti maupun bahan yang akan diteliti, sehingga peneliti dapat

memecahkan atau menyelesaikan suatu penelitian dengan baik karena didukung

dari buku-buku, baik yang sudah dipublikasikan maupun yang belum. Tehnik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian inisesuai dengan jenis

penelitian kualitatif deskriptif, yaitu peneliti merupakan instrumen utama (key

Instrument), yang secara langsung terlibat dalam proses pengumpulan data

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi (catatan, atau arsip).

3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung berupa

keterangan dan pendapat dari para narasumber dan kenyataan-kenyataan yang ada

tanpa rekayasa yang dibuat di lapangan, berjalan secara alamiah. Wawancara

dilakukan pada situasi yang menyesuaikan keadaan setempat, tanpa menghambat


58

aktifitas dari responden baik pegawai perpustakaan maupun staf yang saat

bertugas dan bekerja, agar tidak membatasi aktifitas mereka. Data asli yang

didapatkan dalam rangka wawancara oleh peneliti dari responden, yang

berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 8 huruf a s/d f tentang perpustakaan,

kemudian hasil analisis (wawancara) dituangkan dalam sebuah bentuk deskripsi

secara naratif yaitu dengan menelaah, menata, mengatur, berdasarkan katagori,

mengevaluasi hasil jawaban responden yang berkaitan dengan pengelolaan

perpustakaan kemudian mengitepretasikan membentuk kesimpulan. Profil

partisipan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut di bawah ini:

Tabel 3.1
Profil Informan
No Jabatan Sumber Data
1. Kepala Perpustakaan Kepala Perpustakaan
Kepala Perpustakaan
2. Kepala Sub. Bagian, T.U.
Kepala Sub. Bagian, T.U.
Koordinator bidang. Pelayanan Koordinator bidang. Pelayanan umum
3.
umum Kepala Sub. Bagian, T.U.
Koordinator bidang. Pelayanan
4. Koordinator bidang. Pelayanan Teknis
Teknis
5. Koordinator urusan. Pengadaan Koordinator urusan.. Pengadaan
6 Koordinator urusan. Pengelolaan Koordinator urusan. Pengelolaan
7. Koordinator urusan. Otomasi Koordinator urusan. Otomasi
8. Koordinator urusan.Pemeliharaan Koordinator urusan.. Pemeliharaan
Koordinator bidang. Pelayanan Teknis
9. Koordinator urusan.. Sirkulasi
Koordinator urusan.. Sirkulasi
Koordinator bidang. Pelayanan Teknis
10. Koordinator urusan Referensi
Koordinator urusan Referensi
11. Koordinator urusan.. Serial Koordinator urusan. Serial
12. Koordinator urusan. Promosi Koordinator urusan. Promosi
59

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan

mempunyai kekuatan hukum mengikat, yang terdiri bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya Cetak

Dan Karya Rekam Pasal 1

a) Karya cetak adalah semua jenis terbitan dari setiap karya intelektual dan

atau artistik yang dicetak dan digandakan dalam bentuk buku, majalah,

surat kabar, peta, brosur, dan sejenisnya yang diperuntukan bagi umum;

b) Karya rekam adalah semua jenis rekaman dari setiap karya intelektual

dan atau artistik yang direkam dan digandakan dalam bentuk pita,

piringan, dan bentuk lain sesuai dengan perkembangan tehnologi yang

diperuntukkan bagi umum;

c) Penerbit adalah setiap orang persekutuan, badan hukum baik milik

negara maupun swasta yang menerbitkan karya cetak.

2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 22

a) Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah

provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa, serta dapat

diselenggarakan oleh masyarakat.

b) Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota menyelenggarakan

perpustakaan umum daerah yang koleksinya mendukung pelestarian hasil


60

budaya daerah masing-masing dan memfasilitasi terwujudnya

masyarakat pembelajaran sepanjang hayar.

c) Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah

provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan

mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi

informasi dan komunikasi.

d) Masyarakat dapat menyelenggarakan perpustakaan umum untuk

memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

e) Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau kabupaten/kota melaksanakan

layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh

layanan perpustakaan menetap.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data merupakan proses yang menekankan pada cara

peneliti untuk mengungkapkan proses mendapatkan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Obsevasi partisipan

Dalam menggunakan metode observasi, seorang peneliti diharuskan

untuk jeli, cermat, mengamati objek. Observasi partisipan ialah observasi yang

di lakukan dengan cara pengamatan atau orang yang melakukan observasi ikut

secara langsung dalam kehidupan objek.

1. Waktu dan bentuk pencatatan

Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah

masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan


61

bahwa pencatatn dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi

interaksi merupakan hal yang terbaik. Pencatatan on the spot akan

mencejah pemalsuan ingatan karena terbatasanya ingatan, jika pencatatan

on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup

lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan

tetapi pencatatan semacam ini harus dilakukan dengan cara-cara yang

tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan

dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas kecil yang kelihatanya tidak

berarti.

2. Intensi dan ekstensi partisipan

Secara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian

dengan observasi partisipan peneliti dapat mengambil partisipasi hanya

beberapa kegiatan sosial, hal ini tergantung pada situasi.

b. Wawancara mendalam

Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan atau

orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan

sosial yang relatif lama (Sutopo, 2006). Dalam wawancara-mendalam

melakukan penggalian secara mendalam terhadap satu topik yang telah

ditentukan (berdasarkan tujuan dan maksud diadakan wawancara tersebut)

dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Penggalian yang dilakukan untuk


62

mengetahui pendapat mereka berdasarkan prespective informan dalam

memandang dalam sebuah permasalahan.

c. Studi dokumentasi

Reiner (1997) menjelaskan istilah dokumentasi dalam tiga pengertian

(1) dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis

maupun sumber lisan; (2) dalam arti sempit, yaitu meliputi semua sumber

tertulis saja; dan (3) dalam arti spesifik hanya meliputi surat-surat resmi dan

surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang, konsesi, hibah dan

sebagainya. Analisis Dokumentasi merupakan bagian dari analisis dalam

penelitian ini dengan mengcu pada tujuan penelitian berdasarkan rumusan

masalah yang meliputi: Perencanaan, Penngelolaan Organisasi, dan

Adminitrasi, Azas-Azas Sistim Informasi untuk lingkungan, Pengawasan

sebagai Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

d. FGD (Diskusi Kelompok Terfokus)

Salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain tehnik

wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas

suatu masalah tertentu, dalam suasana informasi dan santai. Jumlah pesertanya

berfariasi antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator.

FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang

dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah

tertentu. Irwanto (2006) mendefinisikan FGD adalah suatu proses

pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan

tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. FGD adalah sebuah
63

metode penelitian yang sistematis dalam pengumpulan data dan informasi.

Sebagaimana makna dari Focused Group Discossion, maka terdapat tiga kata

kunci, yaitu:

1. Diskusi-bukan wawancara atau obrolan.

2. Kelompok-bukan individu.

3. Terfokus – bukan bebas.

3.3.4 Instrumen pengumpulan data

Alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya

(Arikunto, 1995). Selanjutnya instrumen yang diartikan sebagai alat bantu

merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, dengan menggunakan

pedoman dan alat bantu yaitu:

a. Pedoman observasi

Pedoman wawancara tersebut menjelaskan tentang partisipan saat

interaksi yang dilakukan oleh peneliti baik yang tidak langsung ataupu yang

langsung berkomunikasi dengan peneliti. Pedoman observasi digunakan untuk

mencatat tentang peristiwa dari partisipan yang berbentuk bahasa tubuh,

tindakan, ucapan, situasi lingkungan, waktu atau wawancara yang dilakukan oleh

peneliti terhadap partisipan. Dari penjelasan tersebut dapat diuraikan dalam tabel

3.2 sebagai berikut:


64

Tabel 3.2
Kisi-kisi pedoman observasi
Implementasi pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Td Keteranga
Tema Indikator Ya
k n
2.1.1 Perencanaan - Pencapai tujuan seluruh
pengelolaan komponen perpustakaan
Perpustakaan Daerah - Rencana kerja dan
keterlibatan
pegawai perpustakaan
- Penyusunan rencana kerja
kantor perpustakaan
2.1.2 Pengelolaan - Pengorganisasian kesatuan
Organisasi, dan komando berada di tangan
Adminitrasi pimpinan (kepala
Perpustakaan Daerah perpustakaan)
Prov. Papua. - Pengordinasian setiap
kegiatan dengan pemerintah
pusat melalui gubernur
- tanggungjawab terhadap
tugas pustakawan di kantor
Perpustakaan Daerah prov.
Papua
- hak tanggungjawab
berdasarkan keahlian
pustakawan
- Pemerataan tugas tugas dan
tanggungjawab
2.1.3 Azas-azas - Penerapan information and
sistiminformasi untuk communication (ITC)
lingkungan - Format, printed, non printed,
pengelolaan electronic coliections
Perpustakaan Daerah perpustakaan
Provinsi Papua - Kecepatan, ketangkasan
(skill), tehnologi (technology
skill), kepemimpinan
- membentuk dan
menjalinkerja sama (library
cooperation)
- kolaborasi dengan
perpustakaan
- Dftar tambahan buku,
bibliografi, brosur, email,
website
- koleksi umum, referensi,
penerbit pemerintah
- layanan informasi sirkulasi
2.1.4 Pengawasan - Pengawasan eksternr
pengelolaan perpustakan
Perpustakaan Daerah Pengawasa internal
Prov. Papua perpustakaan
- Pengawasan prefentif
perpustakaan
65

Td Keteranga
Tema Indikator Ya
k n
- Pengawasan represip
perpystakaan
- Pengawasa di arahkan untuk
masa sekarang
- tujuan efisien
- pengawasa bersifat
membimbing
- menentukan penyebab
masalah yang terjadi
- mencegah kemungkinan
penyimpangan dan
penyelewengan terhadap
beban tugas
2.1.5 Evaluasi Pelaksanaan - Akuntabilitas kewajiban
Renja Pengelolaan untuk
Perpustakaan Daerah mempertanggungjawabkan
Prov. Papua keberhasilan dan kegagalan
2.1.6 Faktor-faktor - SDM pustakawan
penghambat - Jumlah koleksi buku
pengelolaan perpustakaan
Perpustakaan Daerah - proses sirkulasi yang berbelit-
Prov. Papua belit
- pengadaan buku perpustakaan
tidak sesuai dengan
permintaan yang di inginkan
- badget yang tidak sesuai
dengan biaya opersional
Perpustakaan Daerah Provinsi
Papua.
2.1.7 Dampak pengelolaan - tugas dan fungsi
Perpustakaan Daerah Perpustakaan Daerah Provinsi
Prov. Papua terhadap Papua menjadi sumber
pemustaka/masyarakat. informasi dan pembelajaran
bagi masyarakat
yang diharapkan efektif
efisien dan menyenangkan
bagi pengunjung (pemustaka)

b. Pedoman wawancara

Pedoman Wawancara untuk membahas masalah yang ingin ditanyakan

agar dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai sesuatu

yang ingin di teliti. bahwa siapa saja bisa mendapatkan kesempatan untuk di

wawancarai namun berdasarkan tujuan dan maksud diadakan penelitian tersebut.

partisipan diberikan keleluasaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang


66

diajukan tanpa adanya tekanan dari pihak manapun juga. alur pertanyaan dalam

wawancara dapat menggunakan pedoman. Jika menggunakan pedoman (guide)

atau tanpa menggunakan pedoman, alur pertanyaan yang telah dibuat tidak

bersifat baku tergantung kebutuhan di lapangan. berikut pedoman wawancara

berdasarkan fokus penelitian yang meliputi:

Tabel 3.3
Kisi-kisi pedoman wawancara
Implementasi pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

No
Tema Indikator Sumber Data
.
1. Perencanaan pengelolaan - Pencapai tujuan seluruh
Perpustakaan Daerah komponen perpustakaan
- Rencana kerja dan keterlibatan
- Kepala perpustakaan
pegawai perpustakaan
- Penyusunan rencana kerja
kantor perpustakaan
2. Pengelolaan Organisasi, dan - Pengorganisasian kesatuan
Adminitrasi Perpustakaan komando berada di tangan
Daerah Prov. Papua. pimpinan (kepala perpustakaan)
- Pengordinasian setiap kegiatan
dengan pemerintah pusat - Kepala perpustakaan
melalui gubernur - Koordinator Bidang
- tanggungjawab terhadap tugas pelayanan umum
pustakawan di kantor - Koordinator Bidang
Perpustakaan Daerah prov. pelayanan teknis
Papua
- hak tanggungjawab berdasarkan
keahlian pustakawan
- Pemerataan tugas tugas dan
tanggungjawab
3. Azas-azas sistim informasi - Penerapan information and
untuk lingkungan pengelolaan communication (ITC)
Perpustakaan Daerah - Format, printed, non printed,
electronic coliections - Kepala perpustakaan
perpustakaan - Koordinator Bidang
- Kecepatan, ketangkasan (skill), pelayanan umum
tehnologi (technology skill), - Koordinator Bidang
kepemimpinan pelayanan teknis
- membentuk dan menjalinkerja - Koordinir dan
sama (library cooperation) pertanggungjawaban
- kolaborasi dengan perpustakaan terhadap seluruh
- Dftar tambahan buku, pelayanan Teknis
bibliografi, brosur, email,
website
- koleksi umum, referensi,
penerbit pemerintah
- layanan informasi sirkulasi
4. Pengawasan pengelolaan - Pengawasan eksternr - Kepala perpustakaan
Perpustakaan Daerah Prov. perpustakan - Koordinator Bidang
Papua Pengawasa internal pelayanan umum
67

No
Tema Indikator Sumber Data
.
perpustakaan
- Pengawasan prefentif
perpustakaan
- Pengawasan represip
perpystakaan - Koordinator Bidang
- Pengawasa di arahkan untuk pelayanan teknis
masa sekarang - Koordinir dan
- tujuan efisien pertanggungjawaban
- pengawasa bersifat terhadap seluruh
membimbing pelayanan Teknis
- menentukan penyebab masalah
yang terjadi
- mencegah kemungkinan
penyimpangan dan
penyelewengan terhadap beban
tugas
5. Evaluasi Pelaksanaan Renja - Akuntabilitas kewajiban untuk - Kepala perpustakaan
Pengelolaan Perpustakaan mempertanggungjawabkan
Daerah Prov. Papua keberhasilan dan kegagalan
6. Faktor-faktor penghambat - SDM pustakawan - Kepala perpustakaan
pengelolaan Perpustakaan - Jumlah koleksi buku - Koordinator Bidang
Daerah Prov. Papua perpustakaan pelayanan umum
- proses sirkulasi yang berbelit- - Koordinator Bidang
belit pelayanan teknis
- pengadaan buku perpustakaan - Koordinir dan
tidak sesuai dengan permintaan pertanggungjawaban
yang di inginkan terhadap seluruh
- badget yang tidak sesuai dengan pelayanan teknis
biaya opersional Perpustakaan
Daerah Provinsi Papua.
7. Dampak pengelolaan - tugas dan fungsi Perpustakaan - Pemustaka
Perpustakaan Daerah Prov. Daerah Provinsi Papua menjadi - Koordinator Bidang
Papua terhadap sumber informasi dan pelayanan teknis
pemustaka/masyarakat. pembelajaran bagi masyarakat - Koordinator dan
yang diharapkan efektif efisien pertanggungjawaban
dan menyenangkan bagi terhadap seluruh
pengunjung (pemustaka) pelayanan teknis

c. Dokumentasi

Dokumentasi bagi peneliti adalah agar dalam pembuatan report serta

analisis wawancara-mendalam berjalan dengan baik, peneliti memerlukan alat

dokumentasi untuk menunjang pelaksanaan penelitian dalam melakukan

wawancara-mendalam tersebut alat dokumentasi yang diperlukan oleh peniliti

adalah:

1. Rekaman Suara
68

Salah satu cara yang paling efisien untuk mengoleksi data adalah

menggunakan rekaman suara. Dengan menggunakan rekaman suara akan

lebih fokus dibandingkan dengan menggunakan catatan, dan juga dapat

menyajikan respon perkata (Ary et al, 2006).

Audio record digunakan peneliti untuk merekam suara ketika sedang

melaksanakan wawancara sebagai pelengkap dari cacatan lapangan. Audio

record juga digunakan sebagai bahan untuk uji keabsahan data dan untuk

bukti penelitian.

2. Foto

Menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering

digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis

secara Induktif. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007), ada dua

kategori foto yang dapat di manfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto

yang dihasilkan orang lain dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri. Foto

dapat memberikan gambaran tentang hal lain. Foto digunakan pula oleh

peneliti untuk memahami bagaimana para subjek memandang dunianya.

Penggunaan foto untuk melengkapi sumber data jelas besar sekali manfaatnya

(Moleong, 2007).

3. Catatan Lapangan (Field Notes)

Peneliti dalam mengerjakan cacatan lapangan menurut Williams

(Gunawan, 2013) harus memperhatikan beberap hal, yaitu pengambilan

cacatan lapangan yang dilakukan secara teratur, dimana didalamnya

diperlukan kreativitas, merupakan cara yang paling utama dari setiap


69

penelitian kualitatif untuk memelihara alur dari suatu yang di lihat, di dengar,

dipikirkan, dirasakan, dipelajari dan yang lainnya. Oleh karena itu catatan

lapangan yang berbobot merupakan kunci utama keberhasilan kajian

naturalistik. Menurut Gunawan (2013), catatan lapangan berisi dua bagian

penting, yaitu bersifat deskriptif dan reflektif. Cacatan lapangan deskriptif

merupakan bagian yang paling panjang dan banyak.

3.3.5 Tehnik Keabsahan Data

3.5.1 Kredibilitas (Perihal dapat dipercaya)

a. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat melakukan pengecekan

kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak dengan

membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-

dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca maka

wawasan dari peneliti akan semakin luas dan tajam sehingga dapat digunakan

untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.

b. Triangulasi

Triangulasi adalah kualifikasi silang yang memenuhi syarat. Ini menilai

kecukupan data sesuai dengan konvergensi beberapa sumber data dari beberapa

prosedur panggilan data (Wiersma, 1986). Triangulasi dalam pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi

sumber data, triangulasi tehnik pengumpulan data, triangulasi teori dan

triangulasi waktu.
70

1) Triangulasi sumber data

Triangulasi Sumber Data untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam

penelitian kuantitatif, tetapi di deskripsikan, dikategorikan, mana pandangan

yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.

Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data

tersebut.

2) Triangulasi tehnik pengumpulan data

Dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan tehnik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,

lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan tiga tehnik

pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda,

maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan semuanya benar, karena

sudut pandangya berbeda-beda.

3) Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan tehnik wawancara di pagi hari saat nara sumber masih

segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid

sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,


71

observvasi atau tehnik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda, bila hasil

uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang

sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

c. Mengunakan bahan referensi

Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contoh, hasil

wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawacara. Data tentang

interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.

Alat-alat perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti camera handycam,

alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang

telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data

yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik,

sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.

d. Mengadakan member-check

Tujuan membr-chek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data

yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya tersebut

valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya tetapi apabila data yang ditemukan

peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data,

maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila

perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus

menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan
72

membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam

penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau

informasi.

Effendi (2003) menyebutkan bahwa faktor penting dalam komunikator

pada saat melakukan kegiatan komunikasi adalah sumber daya tarik.

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti dalam melakukan penelitian ini

menggunakan Kredibilitas, alasan peneiliti menggunakan Kredibilitas adalah

sangat menentukan keberhasilan suatu proses komunikasi yang dilakukan.

Orang akan lebih mudah dipengaruhi oleh orang yang dianggap mempunyai

kredibilitas.

3.3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Analisis data

kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan bagian-

bagiannya, hubungan antara kajian, dan hubungannya terhadap keseluruhannya

(Spradely, 1980). Artinya, semua analisis data kualitatif akan mencakup

penelusuran data, melalui catatan (pengamatan lapangan) untuk menemukan pola-

pola budaya yang dikaji oleh peneliti (Mantja, 2007).

Sementara itu, Bogdan & Biklen (2007) menyatakan bahwa analisis data

adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara,

catatan-cacatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan

pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan

menyajikan apa yang ditemukan. Tehnik pengumpulan data dan analisis data pada

prakteknya tidak secara mudah dipisahkan. Kedua kegiatan tersebut berjalan


73

serempak. Artinya, analisis data memang seharusnya dikerjakan bersamaan

dengan pengumpulan data, dan dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai

dikerjakan, anlisis data mencakup kegiatan dengan data, mengorganisasikannya.

Memilih dan mengaturnya ke dalam unit-unit, mengintesiskannya, mencari pola-

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang akan dipaparkan kepada orang lain.

Miles & Humberman (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus

dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu:

1) Reduksi data

Merangkum kegiatan, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dan mencari tema dan polanya (Sugiyono, 2007). Data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk

melakukan pengumpulan data. Temuan yang dipandang asing, tidak dikenal, dan

belum memiliki pola, maka hal itulah yang dijadikan perhatian karena penelitian

kualitatif bertujuan mencari pola dan makna yang tersembunyi dibalik pola dan

data yang tampak. Data yang sudah direduksi maka selanjutnya adalah

memaparkan data.

2) Paparan data

Pemaparan data sebagai sekumpulan dan pengambilan tindakan (Miles &

Humberman, 1992) Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan

pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan

pemahaman dan analisis sajian data. Data penelitian ini disajikan dalam bentuk

uraian yang didukung dengan matriks jaringan kerja.


74

3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing/verivication)

Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus

penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk

deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.

Berdasarkan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi data,

paparan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses siklus dan

interaktif. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan

terus menerus. Reduksi data, Penyajian data, dan penarikan kesimpulan menjadi

gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang

saling menyusul.

Data collection
(Kumpulan data)

Display Data
(Penyajian data)

Data reduction
(Pengurangan Data)

Conclucions:
Drawing/verifying

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Model Interaktif Analisis


( Miles dan Humberman, 1992)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

d.1. Gambaran Umum Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi

Papua

d.1.1 Latar Belakang Berdirinya Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Provinsi Papua

Badan perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Papua dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua No. 11 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, BAPPEDA dan Lembaga Teknis Daerah

Provinsi Papua. Perpustakaan Daerah yang dikelolah Badan Perpustakaan dan

Arsip Daerah (BPAD) Provinsi Papua secara resmi naik grade dari tingkat D ke B.

Kenaikan tingkatan yang disematkan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) tersebut,

tidak lepas dari adanya penerapan e-library yang mulai diterapkan pada tahun

2014. Penerapan e-library memberi andil kenaikan status perpustakaan dilain

pihak, Perpustakaan Daerah jayapura dipandang telah memberi manfaat bagi

masyarakat sebagaimana hasil monitoring, evaluasi dari perpustakaan nasional.

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua berdiri dengan visi-misi.

Visi

“Mewujudkan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sebagai Pusat

Pelayanan Informasi Pustaka dan Arsip”

Misi

1. Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daeah.

76
77

2. Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan.

3. Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana Prasarana Kearsipan.

4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi

5. Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan.

6. Peningkatan Layanan Perpustakaan.

d.1.2 Susunan Organisasi

Susunan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua terdiri

dari:

1. Kepala Badan

2. Sekretariat terdiri dari:

a. Sub Bidang Umum

b. Sub Bidang Keuangan

c. Sub Bidang Kepegawaian

d. Sub Bidang Program

3. Bidang Akusisi dan Pengelolahan Bahan Pustaka terdiri atas:

a. Sub Bidang Akusisi Bahan Pustaka;

b. Sub Bidang Pengolahan Bahan Pustaka;

c. Sub Bidang Perawatan Bahan Pustaka;

4. Bidang Pelayanan Pustaka dan Dokumentasi, terdiri atas:

a. Sub Bidang Akusisi Bahan Pustaka;

b. Sub Bidang Otomasi dan Kerjasama Perpustakaan;

c. Sub Bidang Dokumentasi Perpustakaan Keliling;


78

Berdasarkan tugas berdasarkan kewenangan yang diuraikan di atas maka

dapat digambarkan struktur kerja organisasi pengelolaan Perpustakaan Daerah

Provinsi Papua sebagai berikut:

Kepala Dinas

Sekretaris

Sub. Bagian Umum dan Sub. Bagian Keuangan dan


Kepegawaian Perlengkapan

Bidang
Perpustakaan Bidang Kearsipan

Seksi Pemninaan dan Koordinator Urusan Serial


Pengembangan perpustakaan

Seksi Pemninaan dan


Pengolahan dan Pelestarian Seksi Akuisi dan
Bahan Pustaka Pemeliharaan Arsip

Seksi Akuisi dan Pengelolaan


Seksi Layanan dan Kerjasama dan Pelayanan Informasi
Perpustakaan Arsip

Seksi Pembinaan dan


Pengembangan Kearsipan

Gambar 4.1 Struktur organisasi Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Pengertian organisasi perpustakaan merupakan penyatuan langkah dari

seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan oleh elemen-elemen dalam suatu

lembaga. proses pengorganisasian suatu perpustakaan akan berjalan dengan baik


79

apabila memiliki sumber daya, sumber dana, prosedur, koordinasi dan pengarahan

pada langkah-langkah tertentu. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian terus

menerus antara bagian dalam suatu organisasi.

b. Pegawai Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

Klasifikasi pegawai badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua, dapat dilihat

dalam tabel berikut :

Tabel 4.1
Klasifikasi pendidikan
Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua
No. Pendidikan Jumlah Keterangan
1. S-3 -
2. S-2 4 ASN
3. S-1 10 ASN
4. Diploma D III/D II 8 ASN
5. SLTA 13 ASN
6. SMP -
7. SD -

Jumlah 32

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa pengelompokan pegawai Perpustakaan

Daerah Provinsi Papua di sesuaikan dengan latar belakang pendidikan. Dalam

klasifikasi pendidikan tersebut di ikuti dengan golongan dan pangkat setiap

pegawai badan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel 4.2 dibawah ini.


80

Tabel 4.2
Jumlah Pegawai dan klasifikasi pendidikan Badan Perpustakaan Daerah
provinsi Papua. Menurut Golongan

No. Golongan Jumlah Keterangan


(orang)

1. Golongan IV 2 Kepala Bidang


dan Kasi
2. Golongan III 10

3. Golongan II 20

4. Golongan I -

Dari penjelasan dan pemaparan data pada table di atas maka, semua

kegiatan harus sesuai berdasarkan kewenangan dan tugas serta fungsi yang

melekat pada setiap pegawai Perpustakaan Daerah provvinsi Papua. Agar

pelaksanaan dalam implementasi kegiatan dilapangan dapat terintegrasi dengan

baik.

d.1.3 Visi dan Misi

Untuk mendukung keberhasilan dari Misi Pemerintah Provinsi

Papua yaitu “Menata Kembali Pemerintahan Daerah dan Membangun

Tanah Papua yang Damai dan Sejahtera” sehingga terselenggaranya

pemerintahan yang bersih dan terbuka pada semua jajaran dan tingkatan,

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua mempunyai Visi

“MEWUJUDKAN BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH

SEBAGAI PUSAT PELAYANAN INFORMASI PUSTAKA DAN

ARSIP” Penetapan Visi tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa

keberadaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah mempunyai peranan


81

yang sangat penting dalam penyediaan informasi di bidang perpustakaan

dan kearsipan baik yang bersifat teknis maupun strategis.

Demi terlaksananya Visi dimaksud, maka Badan Perpustakaan dan

Arsip Daerah merumuskan Misi sebagai berikut:

1. Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah.

2. Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan.

3. Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana Prasarana Kearsipan.

4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi.

5. Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan.

6. Peningkatan Layanan Perpustakaan.

Dengan keenam Misi tersebut diharapakan Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Provinsi Papua dapat memberikan kontribusi dalam

menyukseskan pelaksanaan Misi Gubernur Provinsi Papua khususnya

“Menata Kembali Pemerintahan Daerah dan Membangun Tanah Papua

yang Damai dan Sejahtera”, sehingga terselenggaranya pemerintah yang

bersih dan terbuka pada semua jajaran dan tingkatan.

d.1.4 Profil Kepegawaian

Keadaan Kepegawaian Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi

Papua diuraikan atas beberapa item sebagai berikut:

a) Keadaan pegawai berdasarkan jenggang pendidikan formal

Jenjang pendidikan formal pegawai adalah jenis pendidikan yang

ditempuh melalui lembaga pendidikan resmi yang diselenggarakan oleh

pemerintah atau masyarakat. Kepada setiap lulusan diberi Surat Tanda Tamat
82

Belajar (Ijazah) yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan

sejumlah persyaratan akademik dan berhak menggunakan sebutan, atau gelar yang

disesuaikan dengan bidang ilmu yang diminatinya itu.

TABEL 4.1

KEADAAN KEPEGAWAIAN BERDASARKAN JENJANG PEDIDIKAN FORMAL DAN BIDANG


KEAHLIAN

Jenjang Pendididkan
No Bidang Keahlian Jumlah Keterangan
Formal
1. Magister (S2) Manajemen Perusahaan 5 Orang
2. Strata Satu (S1) Ilmu Hukum 9 Orang
Ilmu Ekonomi 29 Orang
Ilmu Sosial 8 Orang
Umum 12 Orang
Agama Islam 1 Orang
Ilmu Pertanian 1 Orang
Ilmu Perpustakaan 2 Orang
Ilmu Komputer 6 Orang
Ilmu Pendidikan 1 Orang
3. Diploma III Ilmu Perpustakaan 1 Orang
Umum 5 Orang
4. Diploma II Ilmu Perpustakaan 2 Orang
5. SMK Ekonomi 6 Orang
6. SMA Umum 33 Orang
7. SLTP 2 Orang
8 SD 3 Orang
Jumlah 140 Orang
Sumber: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Prov. Papua 2020 (diolah)

Kompetensi/keahlian pegawai yang diukur berdasarkan pendidikan formal

sebagaimana tersaji pada table 4.1 diatas menempatkan pegawai dengan bidang

ilmu yang tidak rasional jika dikaitkan dengan core bisnis Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Provinsi Papua. Mayoritas pendidikan pegawai yang

berkompetensi dalam bidang ekonomi, hokum, social, pendidikan dan umum,

justru lebih dominan dibandingkan pegawai yang memiliki kompetensi/ keahlian

dalam bidang perpustakaan dan kearsipan. Data-data diatas tidak menampilkan


83

pegawai yang memiliki kompetensi formal dalam bidang kearsipan (arsiparis)

sebaliknya justru yang Nampak adalah bidang keahlian yang tidak sepadan

dengan core bisnis Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua yakni

Sarjana Ilmu Pendidikan, Sarjana Agama Islam dan Sarjana Ilmu Pertanian. Dari

jumlah total pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua hanya

terdapat 5 orang yang berkompetensi dibidang perpustakaan masing-masing

Sarjana S1 2 orang, Diploma III 1 orang dan Dimploma II 2 orang, atau bila

diprosentasikan maka hanya terdapat 3,57% dari jumlah total pegawai yang

memiliki kompetensi formal dalam bidang perpustakaan.

b) Sinkornisasi Kompetensi Pegawai Berdasarkan Pendidikan Formal

dengan Jabatan Struktural dan Fungsional

Yang dimaksud dengan sinkornisasi kompetensi pegawai dengan jabatan

struktural dan fungsional adalah hubungan antara kompetensi atau keahlian

pegawai yang diperoleh melalui pendidikan formal yang seharusnya dijadikan

sebagai acuan dalam menempatkan seorang pegawai pada jabatan tertentu.

Informasi mengenai singkornisasi pegawai berdasarkan pendidikan formal dengan

jabatan struktural dan fungsional ditampilkan pada table 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2.
SINKRONISASI KOMPETENSI PEGAWAI BERDASARKAN
PENDIDIKAN FORMAL DENGAN JABATAN
STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL
Kompetensi/Keahlian Pegawai
Jabatan
No Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jumlah
Struktural/Fungsional
Formal
1 Magister Manajemen (Manajemen  Kepala Badan 1
Perusahaan)  Kabid. Pengelolaan 1
dan Pemeliharaan
Pustaka 1
 Pustakawan Muda 1
84

Kompetensi/Keahlian Pegawai
Jabatan
No Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jumlah
Struktural/Fungsional
Formal
 Pustakawan Madya
2 Sarjana Ilmu Ekonomi (SE)  Kasubag. Umum 1
 Kasubid. 1
Dokumentasi dan
Perpustakaan 1
Keliling 1
 Kasubag. Program
 Kasubid. Akuisisi 1
dan Bahan Pustaka
 Kasubid. Sarana & 1
Prasarana 3
 Pustakawan Madya 2
1
 Pustakawan Muda
1
 Pustakawan Pertama
 Arsiparis Pelaksana
 Staf
3 Sarjana Ilmu Pendidikan (S.Pd)  Kasubid. Pengolahan 1
Bahan Pustaka
4 Insinyur (Ir.)  Pustakawan Muda 1
5 Sarjana Pertanian (SP)  Staf 2
6 Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Ag)  Staf 1
7 Sarjana Ilmu Hukum (SH)  Kabid. Pelayanan 1
Pustaka dan
Dokumentasi 1
 Kasubid. Pembinaan
dan Pengembangan 1
 Kasubid.
Penyuluhan 1
 Kasubbid.
Pememliharaan 1
 Kasubbid. Otomsi
dan Kerjasama 1
Perpustakaan
 Kasubbid. Perawatan 1
Bahan Pustaka
 Kasubbid.
Pengolahan
8 Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)  Kabbid. Penyuluhan 1
dan Pelayanan
Informasi Arsip
 Kabbid. Akusisi dan 1
Pemeliharaan Arsip
 Kasubag. 1
Kepegawaian 1
85

Kompetensi/Keahlian Pegawai
Jabatan
No Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jumlah
Struktural/Fungsional
Formal
 Kasubag. Layanan
Informasi 1
 Kasubbid. Akusisi 1
 Kasubbid.
Pelayanan Pustaka 3
 Pustakawan Muda 2
 Staf
9 Sarjana Ilmu Komputer (S.Kom)  Pustakawan Muda 1
 Pustakawan 3
Pertama 1
 Staf
10 Sarjana Perpustakaan  Pustakawan 1
Pelayanan Lanjutan
11 Sarjana Umum (Drs & Dra)  Kabbid. Akuisisi 1
dan Pengolahan
Bahan Pustaka
 Pustakawan Madya 3
 Pustakawan Muda 2
 Sekertaris Badan 1
12 Diploma – III Ilmu Perpustakaan  Pustakawan 1
Pelaksana Lanjutan
13 Diploma III – Umum  Pustakawan 1
Penyelia 4
 Staf
14 Diploma II – Ilmu Perpustakaan  Pustakawan 2
Pelaksana Lanjutan
15 SMEA  Pustakawan 1
Pertama 5
 Staf
16 SMA  Staf 21
 Pustakawan 1
Pelaksana Lanjutan
 Arsiparis Pelaksana 1
Lanjutan
 Arsiparis Pelaksana 4
17 STM/SMK  Arsiparis Pelaksana 1
 Staf 2
18 SMP  Staf 1
19 SD  Staf 3

Jumlah 140
Sumber: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Prov. Papua 2020 (diolah)
86

Kompetensi pegawai yang diukur berdasarkan pendidika formal tentunya

berimplementasi pada pemahamannya mengenai bidang tugas yang dibebankan

kepada pegawai yang bersangkutan. Terutama terkait dengan penguasaan konsep

dan kebijakan, baik kebijakan berskala nasional (Undang-Undang) maupun

kebijakan daerah (PERDA) serta kebijakan-kebijakan teknis Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Provinsi Papua yang mengatur tentang teknis pelaksanaan dan

pengelolaan arsip dan bahan pustaka dan juga mekanisme pelaksanaan pekerjaan

lainnya.

Pada kelompok jabatan struktural, manajer puncak dan menengah yakni

Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua dikepalai oleh

seorang peawai berlatar belakang pendidikan Magister dengan bidang

keahlian/kompetensi Ilmu Manajemen Perusahaan, dan dalam jabatan struktural

lainnya, yakni Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemeliharaan Bahan Pustaka pun

dibekali dengan bidang ilmu yang sama. Sementara itu pada kelompok jabatan

fungsional yakni pustakawan muda dan pustakawan madya turut mendapatkan

kontribusi ilmu yang sama pula.

Pada kelompok Sarjana Strata Satu, Kelompok Sarjana Ilmu Ekonomi

memberikan kontribusi terbanyak dalam jabatan struktural dan fungsional

dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua, yakni

sebanyak 24 orang pegawai atau bila diprosentasikan maka terdapat 17,14%

pegawai memiliki keahlian atau kompetensi dibidang ilmu ekonomi. Begitu pula

dengan jabatan lainnya yang diisi oleh pegawai dengan kompetensi/keahlian ilmu

yang berbeda yakni Sarjana Hukum, Sarjana Ilmu Sosial, dan Sarjana Ilmu
87

Komputer. Sementara itu dari jumlah keseluruhan pegawai yang ada, hanya

terdapat 4 orang pegawai yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu

perpustakaan dan menempati kelompok jabatan fungsional yakni pustakawan

pelaksana lanjutan.

Berdasarkan informasi tersebut jelas tergambar bahwa keahlian/

kompetensi pegawai yang diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal tidak

singkron dengan bidang tugas yang ditugaskan kepada pegawai yang

bersangkutan. Selain itu kelompok jabatan fungsional biasanya dijabat oleh

kelompok pegawai yang hampir pension atau mendapatkan perpanjangan masa

pensiun, sehingga secara fungsional kelompok ini turut memberikan kontribusi

terhadap ketidakefektifan dalam proses perncapaian kinerja organisasi yang

unggul.

c) Keadaan Pegawai Menurut DUK dan Latihan Jabatan.

Keadaan pegawai berdasarkan kepangkatan/golongan ruang serta latihan

jabatan dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua

menampilkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) serta latihan jabatan yang pernah

diikuti oleh para pegawai yang menduduki jabatan tertentu.


88

d.2. Penyajian Data Hasil Penelitian

d.2.1. Perencanaan Pengelolaan Perpustakaan

Mengacu pada core bisnis Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah,

pustakawan dan arsiparis tentunya telah dibekali kemampuan akademin yakni

pengetahuan yang memampukan pegawai tersebut mengelolah arsip dan bahan

pustaka secara baik, begitu pula pemahamannya terkait pembentukan kebijakan

teknis yang menjadi panduan dalam menangani pekerjaan tersebut. Dalam

kaitannya dengan kemampuan pegawai yang diukur melalui pendidikan formal

(arsiparis dan pustakawan), jika dilihat dari segi kemampuan kelompok tersebut

memiliki kemampuan yang sangat memupuni dari segi penguasaan konsep

ataupun secara teknis. Namun hal tersebut tidak menjadi acuan dalam pengisian

jabatan struktural dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi

Papua.

“Selama ini penempatan pegawai tidak didasarkan atas jenjang


pendidikan formal tertentu. Para pustakawan dan arsiparis biasanya
ditempatkan pada kelompok jabatan fungsional dan jarang mereka
menduduki jabatan struktural. Jabatan struktural biasanya diisi oleh
para pegawai yang bukan arsiparis dan pustakawan”. Secara struktur
mereka hanya bertanggung jawab kepada Kepala Badan, dan tidak
ada hubungan kerja atau garis komando antara bidang-bidang dan
Sub-sub Bidang yang ada. (Kasubag T.U. Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Prov. Papua Wawancara tanggal 15 September 2020)

Mengacu pada hasil penelitian ini, jelas tergambar bahwa pengisian

jabatan dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua masih

mengacu pada aturan kepegawaian yang terkesan tidak mengutamakan

kompetensi dan keahlian yang didasarkan atas pendidikan formal. Pengisian

jabatan-jabatan tersebut mengacu pada Daftar Urut Kepangkatan (DUK) dan


89

keamuan pimpinan tanpa melihat kompetensi pegawai yang bersangkutan. Selain

itu perekrutan sampai pada penempatan pegawai dilakukan merupakan

kewenangan pemerintah Daerah Provinsi Papua.

“BPAD tidak melakukan perekrutan dan penempatan tetapi


perekrutan dan penempatan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi.
Perekrutan biasanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan daerah dan
tetap mengacu pada basic pendidikan formal karena sudah
dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan selain itu juga
mengacu pada kebutuhan organisasi (SKPD,) Staf BPAD Prov. Papua
Wawancara tanggal 23 September 2020).

Pengisian jabatan dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

idealnya mempertimbangkan hubungan antara kompetensi/keahlian dengan

bidang tugas/TUPOKSI masing-masing jabatan tersebut, sehingga pegawai tidak

hanya bekerja asal-asalan melainkan memahami konsep dan kebijakan yang

digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, bahkan lebih

dari pada itu para pegawai secara kolektif mampu merumuskan kebijakan teknis

sebagai operasionalisasi pekerjaan yang ada.

Ya, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah itu memang pekerjaannya


mengurus arsip dan bahan pustaka, tetapi para pegawai tidak semua
harus berpendidikan pustakawan dan arsiparis karena ada jabatan-
jabatan tertentu yang membutuhkan kompetensi dibidang lain,
misalnya bendaraha itu kan harus sarjana ekonomi akuntansi,
Kasubbag Kepegawaian harus berpendidikan Sarjana Administrasi
Negara (Kasubag T.U. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Prov.
Papua Wawancara tanggal 15 September 2020)

Pada bidang keuangan dan kepegawaian, bagi keseluruhan organisasi

singkornisasi antara bidang tugas tersebut dengan kompetensi formal sangatlah

penting. Hal ini dimaksudkan agar pegawai yang membidangi bidang kerja

tersebut memahami pekerjaannya secara komperhensif baik secara konsep

maupun operasionalisas pekerjaan yang ditanganinya. Namun disisi lain perlu


90

diketahui bahwa kompetensi formal pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip

Daerah Provinsi Papua masih dijumpai jabatan-jabatan tertentu seharusnya dijabat

oleh pustakawan dan arsiparis justru menempatkan pegawai yang memiliki

kompetensi formal dibidang manajemen perusahaan misalnya seorang pegawai

bergelar Magister Manajemen membidangi Bidang Pengolahan dan Pemeliharaan

Pustaka, hal ini menunjukan bahwa dalam penempatan pegawai kompetensi

formal tidak dijadikan sebagai acuan dalam memanage organisasi secara tepat.

Gelar Magister dan Sarjana hanya digunakan sebagai instrument perbaikan nasib

pegawai bukan sebagai faktor penentu peningkatan kinerja organisasi.

a) Pengelolaan Organisasi dan Administrasi

Pelatihan adalah jenis pendidikan non formal yang diadakan dalam rangka

meningkatka kemampuan/skill pegawai dalam menjalankan tujuan dan sasaran

organisasi, terutama dengan orerasionalisasi pekerjaan yang ada. Pelatihan

tersebut mengikut sertakan para pegawai dengan mempertimbangkan bidang tugas

yang sepadan dengan jenis pelatihan yang diadakan. Kelompok jabatan fungsional

lebih diarahkan pada operasional pekerjaan, sementara kelompok jabatan

struktural difokuskan pada pelatihan kepemimpinan yang dikolaborasikan dengan

jenis pelatihan teknis sehingga pegawai mampu menguasai bidang tugas baik

secara teknis maupun konsep tugas yang dibidanginya itu.

Dalam mengikutsertakan pegawai dalam jenis pelatihan yang diadakan,

baik lokal dan pada tingkat nasional, hendaknya mempertimbangkan keterwakilan

jabatan yang ada, dalam artian bahwa jenis pelatihan itu disesuaikan dengan jenis

jabatan yang ada, sehingga tidak didominasi oleh kelompok jabatan tertentu.
91

Menurut pengamatan saya, pelatihan yang dilakukan selama ini


dimonopoli oleh kelompok jabatan fungsional sehingga yang non
fungsional tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
ilmunya (Koordinator Bidang Pelayanan Teknis BPAD Prov. Papua.
Wawancara tanggal 23 September 2020).

Selain masalah tersebut diatas pelatihan atau bimbingan teknis (BINTEK)

yang berlangsung selama ini dilakukan tidak mengecu pada kebutuhan organisasi

melainkan kewenangan pimpinan untuk mengikutsertakan pegawai dalam

pelatihan tersebut.

Ya, karena fakta yang selama ini terjadi adalah tergantung siapa
pelaku dalam kegiatan pelatihan BINTEK tersebut, terserah dia mau
masukan siapa dalam kegiatan tersebut. Dan jika ditanya soal
pelatihan yang memberikan dampat positif bagi performance
organisasi memang seharusnya seperti itu, tetapi ketertiban yang
berlangsung tidak pada pokoknya, selain itu ada pegawai yang hanya
ikut ramai alias yang penting honornya karena yang masukan dia kan
temannya, (Kasubag Kepeg. BPAD Prov. Papua Wawancara tanggal
15 September 2020).

Jenis pelatihan yang berlangsung selama ini terbagi menjadi dua bagian

yang diikutsertakan oleh dua kelompok jabatan, yakni jabatan struktural dan

jabatan fungsional. Jenis pelatihan yang dikhususkan bagi kelompok jabatan

struktural terdiri dari ADUM, ADUMLA, SEPADA dan SPAMA atau telah

berubah dengan nama Diklatpim IV, III dan Diklatpim II. Sementara itu, jenis

pelatihan yang melibatkan kelompok jabatan fungsional terdiri dari Diklat Teknis

Perpustakaan, Diklat TOT Perpustakaan, Diklat Fungsional Calon Pustakawan,

Diklat Kearsipan, dan Diklat Pengawasan Kearsipan.

Mengacu pada hasil penelitian dan pengamatan penulis selama ini,

pelatihan ini seharusnya memberikan dampak positif bagi peningkatan

performance organisasi akan tetapi justru mendiskreditkan eksistensi Badan


92

Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua, hal ini ditandai dengan kontribusi

pegawai yang tidak maksimal terkait dengan motivasinya dalam mengikuti setiap

jenjang pelatihan yang diadakan selama ini.

b) Asas-Asas Sistem Informasi

Cara pandang pegawai menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi

kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun

lingkungan terdekatnya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

sehari-hari.

Ya, dalam melakukan tugas dan tanggung jawab yang diberikan


pimpinan kami lakukan itu dengan penuh percaya diri, karena hal ini
juga terkait dengan perkembangan karir, jika tidak demikian maka
karir kami tidak seperti yang kami harapkan (Koordinator Urusan
Pengadaan BPAD Prov. Papua Wawancara tanggal 28 September
2020).

Kepercayaan diri yang dibangun oleh para pegawai berkaitan dengan

penilaian pimpinan terhadap hasil kerja pegawai. Jika pimpinan memberikan

apresiasi terhadap hasil kerja maka para pegawai dapat melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya secara baik karena hal tersebut berkaitan dengan

pengembangan karir pegawai.

“Ya, biasanya ada beberapa teguran dari Kepala Badan dan itu
berkaitan dengan jam masuk kantor. Kalau itu sih kami sadar dan
harus mematuhi terutama jam masuk kantor itu penting karena
berdampak pada tunjangan kinerja kami (Koordinator Bid. Pelayanan
Teknis BPAD Prov. Papua Wawancara tanggal 28 September 2020).

Para Manajer dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Provinsi Papua harus berperan sebagai pelindung saat pegawai memiliki masalah.

Para manajer menjadi peneduh dikala pegawai sedang mengalami berbagai


93

macam tekanan, dan manajer memberikan solusi dikala ada sesuatu

permasalahannya yang dihadapi. Manajer senantiasa memberikan kesegaran dan

juga semangat bagi para bawahannya.

Tidak semua pimpinan melakukan atau mampu memberikan solusi


dalam menyelesaikan masalah, apabila pegawai dalam tekanan hanya
beberapa pimpinan yang mampu melakukan hal itu, (Koordinator
urusan Otomasi Wawancara tanggal 28 September 2020).

Tekanan yang dialami para pegawai selama ini terutama tenaga honorer

terletak pada hak-haknya yang hingga saat ini belum terbayarkan. Hal ini

berdampak pada psikologi pegawai dalam menghadapi pekerjaan yang ada.

Pimpinan belum mampu memecahkan persoalan tersebut sehingga berdampak

pada tingkat kehadirannya dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada.

Dalam rangka melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan dengan

baik tersebut maka pegawai mau atau tidak selalu memiliki kesadaran dalam

menyelesaikan beban kerjanya termasuk meningkatkan kemampuan dan

kompetensinya dengan mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi pada

peraturan, sop, teknologi PNS seperti ini akan menjadi problem solver dan selalu

dicari oleh masyarakat yang membutuhkan bantuan. Sebaliknya, PNS yang tidak

mau meningkatkan kemampuan dan kompetensinya akan tertinggal, tidak mampu

melaksanakan pekerjaan yang beubah, tidak bias memberikan pelayanan yang

dibutuhkan, bahkan terkadang menjadi beban dan pembuat/sumber masalah

(problem maker/problem source).

Menurut pendapat saya, pegawai yang belum sepenuhnya memiliki


kesadaran yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mereka
dalam penguasaan teknologi, motivasi pegawai dan juga hak-hak
mereka yang belum terbayarkan, (A,M,W, Staf Bidang Otomasi dan
94

Kerjasama Perpustakaan Wawancara tanggal 30 Mei 2013).


Karakteristik Pribadi.

Karakteristik PNS dapat diukur melalui integritas, dimana terkandung

makna konsistensi antara tindakan dan nilai. PNS yang mempunyai integritas,

hidup sejalan dengan nilai-nilai prisnsipnya. Suatu karakter yang tanpa

memandang waktu dan tempat senantiasa menunjukan ketaatan dalam

menjalankan kode etik dan moral, memegang prinsip, tulus, jujur dan dapat

dipercaya, disiplin, memiliki kekuatan dalam mempertahankan keteguhan,

kemantapan, kestabilan, kepenuhan, serta konsisten dalam sikap dan perilakunya.

Ya, menurut saya tidak semua pegawai dapat melakukan seperti itu,
hanya pegawai tertentu yang mampu melakukannya, (Koordinator
Urusan Otomasi Wawancara tanggal 23 September 2020).

Terdapat beberapa hal prinsip terkait dengan karakteristik pribadi pegawai

pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua dalam menghadapi

pekerjaan dilingkungan kerjanya. Secara umum PNS dimanjakan dengan

kebijakan yang sifatnya kaku, (rigit) dan konservatif sehingga masih banyak

dijumpai pegawai yang tidak disiplin, melanggar kode etik, tidak jujur, tidak

berkomitmen dan tidak memiliki kestrabilan dalam melaksanakan tugasnya

sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat.

Penyampaian informasi yang tidak benar atau penggelapan atau

pemutarbalikan fakta pun merupakan salah satu tindakan yang sering terjadi.

Kondisi ini menjadi pemicu terjadinya tindakan seseorang yang mengarah pada

memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada PNS dengan maksud supaya yang

bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga


95

bertentangan dengan kewajibannya. Demikian juga bagi PNS atau penyelenggara

Negara yang menerima suap, dia telah melakukan tindakan “Korupsi”.

“Yang namanya korupsi sering terjadi dimana-mana, dan itu


tergantung masing-masing untuk siap menghadapi segala resiko yang
terjadi. Dikantor ini juga sering terjadi hal-hal seperti itu tapi belum
terungkap semuanya (Koordinator Urusan Pemeliharaan Wawancara
tanggal 29 September 2020)”.

c) Penyusunan Pengelolaan

Para tenaga honorer dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Provinsi Papua memiliki motivasi tinggi untuk bekerja bukan karena penghasilan

tinggi, tetapi justru karena penghasilannya yang masih terbatas dan ingin menjadi

pegawai negeri sipil, yang besar gajinya sesungguhnya “lumayan” itu. Para

pegawai honorer masih berada pada zona tidak aman, yang apabila tidak rajin

masuk kerja akan mengancam kesinambungan pendapatannya. Sementara PNS

kurang termotivasi untuk berprestasi dan meningkatkan kinerjanya, justru karena

sudah menjadi PNS dan sudah menjadi PNS dan sudah berada pada zona aman

dengan penghasilan yang “lumayan”, bahkan akan ditambah penghasilanya

apabila renumerasi akan dilaksanakan.

Kami tenaga honorer ini sudah hampir satu tahun tidak mendapatkan
hak kami, dan belum ada informasi dari pihak pimpinan mengenai hal
itu, ya sebagai tenaga honorer kami tidak biasa berbuat banyak
karena kami belum mempunyai status PNS, takutnya jika tuntutan ini
kami munculkan maka akan mendapatkan ancaman tidak diangkat
jadi PNS, (Pegawai Honorer Bidang Pengolahan Wawancara
Tanggal 29 September 2020).

Sementara dalam kesempatan lain para pegawai yang telah berstatus PNS

mengungkapkan:

Situasi seperti ini jarang terjadi, dan sebenarnya sangat tergantung


kepada siapa pemimpin (kepala) yang bertanggung jawab sebagai
96

pengguna anggaran ( Staf Bidang Otomasi Wawancara tanggal 29


September 2020).

Untuk mengatasi fenomena diatas, setiap PNS diwajibkan dalam aturan

untuk memiliki motivasi tinggi dan terus meningkatkan kinerjanya dan memiliki

rasa “takut” terhadap ancaman yang timbul oleh prestasinya yang rendah bukan

dilandaskan pada status dan gaji. Hendaknya situasi kerja tidak boleh selalu

berada pada “zona aman” secara terus menerus, karena akan melemahkan hingga

mematikan kreativitas dan motivasi serta prestasi individu, yang pada akhirnya

akan melemahkan dan mematikan keberadaan Badan Perpustakaan dan Arsip

Daerah Provinsi Papua.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua dilakukan sesuai

dengan unsur-unsur motivasional yang dipergunakan yang digunakan sebagai

kuran dalam meningkatkan daya tarik pekerjaan itu sendiri, meningkatkan

gaji/bonus, meningkatkan tunjangan dan jaminan keselamatan kerja,

meningkatkan peluang promosi, meningkatkan peluang pengembangan diri

melalui pendidikan dan pelatihan, dan meningkatkan supervise atasan.

Pimpinan merupakan seorang guru dan ayah. Dan peran memberi

bimbingan merupakan tugas dan peran yang melekat pada mereka. Pimpinan

membimbing diri sendiri dan orang lain. Bila seorang pimpinan memberikan

bimbingan kepada seseorang maka hanya ada satu tujuan, yaitu menolong dan

membimbing orang tersebut. Pimpinan akan mencoba menelaah masalah dari

sudut pandangnya. Dia juga berusaha mendapatkan pandangan orang lain

terhadap masalah.
97

Pimpinan selalu memberikan bimbingan terkait dengan dorongan

(encouragement), yang merupakan inti dari motivasi untuk mendapatkan

dorongan, pimpinan selalu mencari hal-hal yang baik dari apa yang dikerjakan

orang. Dia sungguh-sungguh mendorong bawahannya untuk melakukan apa yang

baik bagi diri bawahan itu sendiri sekaligus baik bagi organisasi. Pimpinan akan

bersungguh-sungguh mendorong dan ikut serta dengan mereka, karena dia tahu

itulah cara terbaik untuk memberi mereka motivasi.

Kinerja Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua meliputi

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai secara konprehensif melalui

kemampuan organisasi dalam melaksanakan tugas-tugas pokok yang dilaksanakan

dalam rangka mewujudkan visi dan misi dan tujuan organisasi.

Untuk mewujudkan kinerja tersebut penulis mengukurnya dengan

menggunakan beberapa indicator sebagai berikut:

d) Evaluasi Pengelolaan

Struktur organisasi berhubungan dengan hubungan yang relative tetap

diantara berbagai tugas yang ada. Dalam penelitian ini pendekatan yang

digunakan dalam menilai pembentukan struktur organisasi adalah terbagi menjadi

dua bagian yakni pertama direresiasi atau pembagian tugas (Gitosudarmo, 2008).

Berkaitan dengan itu Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua dalam

menata hubungan tersebut berpedoman pada pola penjenjangan yang didasarkan

jenjang karir dan disesuaikan dengan atas kompetensi pegawai yang

bersangkutan. Baik kompetensi pegawai yang diperoleh melalui jenjang

pendidikan formal ataupun pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh pegawai tersebut.


98

Dalam teorinya pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan

Struktural dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan

pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seorang Pegawai Negeri Sipil

sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pension,

namun demikian dalam kenyataan syarat-syarat yang ditetapkan untuk

pengangkatan pejabat dalam Jabatan Struktural tidak hanya murni berdasarkan

penilaian atas bobot tugas, tanggung jawab dan wewenang tetapi kadang justru

malah lebih ditentukan karena faktor diluar hal tersebut, antara lain pendekatan

pegawai dengan pimpinan (adanya faktor kolusi dan nepotisme).

“Ya memang pengangkatan pegawai dalam jabatan struktural


dilingkungan BPAD sering dilakukan atas kemauan pejabat tanpa
melihat jenis pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh
pegawai yang bersangkutan. Semua itu dilakukan atas keamauan
pimpinan saja, (Koordinator Urusan Referensi Wawancara Tanggal 5
Juni Oktober 2020).

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa dalam prakteknya, pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural sering tidak sesuai dengan teori.

Hal inilah yang sering menimbulkan masalah kepegawaian antara lain rasa tidak

senang dengan pejabat yang diangkat karena merasa pengangkatan tersebut tidak

adil. Rasa tidak senang ini sering kali berakibat menurunnya tingkat kerja sama

dengan pejabat yang bersangkutan sehingga akhirnya pekerjaan yang menjadi

tanggung jawab bersama antara pegawai yang bersangkutan dengan pejabat

tersebut menjadi kurang baik hasilnya. Selain itu sering ada rasa kurang puas dari

pegawai yang lain yang akhirnya berakibat pada menurunnya prestasi kerja

karyawan.
99

e) Faktor Penghambat dan Pendukung

Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam Badan Perpustakaan dan

Arsip Daerah Provinsi Papua adalah kurangnya sumber daya manusia yang handal

dalam pengelolaan perpustakaan, kurang diperhatikannya komponen-komponen

yang menjadi penunjang minat membaca dari warga masyarakat dan faktor yang

dapat mendukung pengelolaan perpustakaan dapat berfungsi secara maksimal

adalah adanya peran serta dari organisasi, warga masyarakat dan pustakawan.

Peran Maksimal Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah dalam

menciptakan suasana kerja yang nyaman di lingkungan Badan Perpustakaan dan

Arsip Daerah akan membuat suasana lebih kondusif dalam pengelolaan

perpustakaan dan kerjasama antara tenaga kerja dan pustakawan.

1. Faktor Pendukung

a. Pengelolaan sarana dan prasarana

Sesuai dengan pernyataan terkait tentang pengelolaan sarana dan prasarana

yang dikemukaan oleh Kasubag Kepeg. BPAD Prov. Papua selaku kepala

perpustakaan, sebagai berikut:

“Pengelolaan sarana dan prasarana perpustakaan sebagai faktor


pendukung perpustakaan memang harus dilakukan, karena dengan
adanya pengelolaan sarana dan prasarana perpustakaan yang baik
membuat daya tarik minat baca pemustaka semakin meningkat,
misalnya saja kami harus memelihara dan menata sarana dan
prasarana dengan semenarik dan serapi mungkin agar pemustaka
bisa lebih nyaman ketika dberada di perpustakaan (Kasubag Kepeg.
BPAD Prov. Papua Wawancara tanggal 15 September 2020)”.

Hal ini juga diperjelas oleh staf perpustakaan Daerah Provinsi Jayapura,

menyatakan bahwa:
100

Faktor pendukung perpustakan salah satunya memang pengelolaan


sarana dan prasarana yang baik. Fasilitas sarana dan prasarana
perpustakaan yang tersedia di perpustakaan Daerah Provinsi
Jayapura saat ini meliputi koleksi buku bacaan dan buku paket,
komputer kerja staf perpustakaan, komputer absensi pengunjung,
komputer OPAC, WiFi, LCD, proyektor, audio visual atau multi
media, TV, AC, kipas angin, meja dan kursi sirkulasi peminjaman
buku, meja dan kursi kepala perpustakaan, meja dan kursi kerja staf,
kursi dan meja tempat baca, karpet lesehan untuk area tempat baca,
meja anak, area anak, rak-rak lemari tembat koleksi buku, majalah,
koran, globe, peta, papan struktur oerganisasi, papan tulis, papan
data, loker katalog, dan hiasan dinding.

Di perpustakaan Daerah Provinsi Jayapura pengelolaan sarana dan

prasarana perpustakaan dilakukan dengan cara pemeliharaan sarana dan prasarana

yang baik, penataan sarana dan prasarana semenarik dan serapi mungkin,

melengkapi sarana dan prasarana sesuai kebutuhan perpustakaan. Dengan adanya

fasilitas sarana dan prasana yang memadai maka membuat pengguna perpustakaan

lebih senang berada di perpustakaan.

b. Pengelolaan bahan pustaka

Selain pengelolaan sarana dan prasarana terdapat juga pengelolaan bahan

pustaka sebagai faktor pendukung perpustakaan dalam meningkatkan minat baca

pemustaka. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari kepala perpustakaan yang

berkaitan dengan pengelolaan bahan pustaka, beliau mengatakan bahwa:

“Selain pengelolaan sarana dan prasana, pengelolaan bahan pustaka


yang baik juga merupakan faktor pendukung yang menjadikan daya
tarik perpustkaan. Oleh sebeb itu, perpustakaan berusaha
memberikan bahan pustaka yang semenarik mungkin misalnya
adanya judul buku bacaan dengan tema remaja, novel, majalah dan
juga buku referensi pelajaran serta penataan bahan pustaka yang
menarik dan rapi. Apalagi sekarang diperpustakaan juga sudah
tersedia fasilitas komputer dan jaringan internet plus WiFi, sehingga
pemustaka merasa nyaman berada di perpustakaan”.
101

Diperjelas dengan pernyataan staf perpustakaan Daerah Provinsi Jayapura

dari hasil wawancara, sebagai berikut:

“Pada pengelolaan bahan pustaka sebagai faktor pendukung


perpustakaan memang sangat penting dilakukan.kalau pengelolaan
bahan perpustakaan sendiri meliputi pengecekkan bahan pustaka atau
koleksi baru, penentuan subjek, pemberian katalog, pembuatan
perlengkapan fisik seperti label, kartu buku, slip, dan stempel, entri ke
buku induk, inventasisasi, serta penataan bahan pustaka yang
menarik dan rapi pada rak-rak buku. Selain itu juga dilengkapi
dengan digital library, peminjaman buku dan daftar hadir pengunjung
yang menggunakan sistem komputer”.

Pengelolaan bahan pustaka di perpustakaan Daerah Provinsi Papua sebagai

faktor pendukung perpustakaan dilakukan melalui cara penyediaan judul buku

bacaan dengan tema remaja, novel, majalah, pengecekkan bahan pustaka atau

koleksi baru, penentuan subjek, pemberian katalog, pembuatan perlengkapan fisik

seperti label, kartu buku, slip, dan stempel, entri ke buku induk, inventasisasi,

serta penataan bahan pustaka yang menarik dan rapi pada rak-rak buku. Selain itu

juga dilengkapi dengan digital library, peminjaman buku dan daftar hadir

pengunjung yang menggunakan sistem komputer.

c. Layanan perpustakaan

Sedangkan layanan yang diberikan perpustakaan Daerah Provinsi Jayapura

kepada pengunjung perpustakaan merupakan salah satu faktor pendukung

manajemen perpustakan dalam meningkatkan minat baca pemustaka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala perpustakaan Daerah Provinsi

Jayapura, beliau menyatakan bahwa:

Layanan yang diterapkan perpustakaan yaitu layanan sistem terbuka,


perpustakaan memberikan kebebasan kepada pengunjung untuk dapat
masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkan dari rak koleksi
bahan pustaka”.
102

Diperjelas oleh pernyataan hasil wawancara staf perpustakaan Daerah

Provinsi Jayapura, yang menyatakan bahwa:

Layanan perpustakaan yang diberikan yaitu menggunakan sistem


layanan terbuka. Hal ini dilakukan untuk memberikan rasa nyaman
bagi pengguna perpustakaan. Setelah penentuan layanan maka
tenaga perpustakaan melakukan sosialisasi mengenai layanan
perpustakaan kepada pemustaka. Selain itu beberapa macam layanan
yang diberikan perpustakaan Daerah Provinsi Jayapura yaitu
layanan peminjaman buku, layanan baca di tempat, layanan anak,
layanan internet, layanan referensi, layanan informasi, dan layanan
audio visual.

Sedangkan layanan perpustakaan di Daerah Provinsi Jayapura yaitu,

menggunakan sistem terbuka agar pengguna layanan perpustakaan lebih nyaman

dalam memilih referensi buku yang diinginkan. Dan juga ada beberapa layanan

yang diberikan yaitu layanan peminjaman buku, layanan baca di tempat, layanan

anak, layanan internet, layanan referensi, layanan informasi, dan layanan audio

visual.

2. Faktor Penghambat

Manajemen Perpustakaan Daerah Provinsi Jayapura Dalam manajemen

perpustakaan sekolah, ada kendala yang menghambat proses manajemen, baik

kendala teknis dan non-teknis. Kendala teknis dalam manajemen perpustakaan

sekolah adalah implementasi manajemen perpustakaan yang belum sepenuhnya

ditunjang aspek-aspek bersifat teknis yang dibutuhkan perpustakaan.

Berikut ini pemaparan hasil wawancara peneliti dengan kepala Daerah

Provinsi Jayapura, beliau mengatakan bahwa:

Hambatan manajemen perpustakaan saat ini yaitu ruangan yang


kurang luas, jadi kemarin pada saat akreditasi perpustakaan ada hal
yang belum bisa dipenuhi sekolah yaitu terkait ruangan yang kurang
103

luas, karna kalau ruangan tidak bisa lansung jadi butuh perencanaan
yang matang terlebih dulu, sehingga kemarin perpustakaan Daerah
Provinsi Jayapura mendapat akresitasi B. Kemudian juga terkait
tenaga pengelola perpustakaan belum terdapat tenaga perpustakaan
yang lulusan dari jurusan perpustakaan. Nah, hal yang sangat
penting juga yaitu mengenai anggaran dana untuk perpustakaan, jadi
saat ini kami mengalami kesulitan dalam mencari dana untuk
pengembangan perpustakaan.

Peneliti bertanya kepada kepala perpustakaan Daerah Provinsi Jayapura,

mengenai pendapatnya terkait apa saja fakor hambatan manajemen perpustakaan

dalam meningkatkan minat baca pemustaka di Daerah Provinsi Jayapura, yaitu:

Faktor penghambat di perpustakaan Daerah Provinsi Jayapura meliputi ruangan

yang kurang luas, sarana dan prasarana yang masih kurang misalnya kursi dan

meja untuk tempat baca, penempatan buku paket yang jauh yaitu di gudang

perpustakaan, kurangnya anggaran dana dan kurangnya keinginan masyarakat

dalam sadar membaca, saya berharap hambatan tersebut bisa segera terselesaikan.

Senada dengan pernyataan yang dikemukaan oleh kepala perpustakaan

maka hasil wawancara peneliti dengan staf perpustakan Daerah Provinsi Jayapura,

bahwa:

Faktor penghambat di perpustakaan Daerah Provinsi Jayapura


meliputi ruangan yang kurang luas. Sarana dan prasarana yang
masih kurang misalnya kursi dan meja untuk tempat baca, jadi
sebenarnya sudah dipesankan kursi dan meja tetapi belum datang.
Kemudian penempatan buku paket yang jauh yaitu di gudang
perpustakaan, jadi kalau ada pemustaka yang meninjam buku paket
harus mengambil dari sana kemudian dibawa kesini. Kurangnya
anggaran dana untuk perpustakaan. Dan kurangnya keinginan dalam
sadar membaca.
104

f) Dampak Pengelolaan Perpustakaan

Berdasarkan pengamat penulis pembagian tugas dalam struktur organisasi

selama ini dilakukan berdasarkan daftar urut kepangkatan tanpa

mempertimbangkan kompetensi pegawai. Pegawai yang memiliki kepangkatan

yang layak akan ditempatkan pada bidang tertentu. Misalnya sub bidang

pemeliharaan arsip dikepalai oleh seorang pegawai berlatar belakang pendidikan

ekonomi, bukan sarjana kearsipan, ini memberikan gambaran bahwa jabatan

tersebut tidak mengacu pada kompetensi formal, melainkan didasarkan atas

kelayakan kepangkatan yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan.

Pengisian jabatan dalam struktur organisasi selama ini dilakukan


tanpa melihat basic kompetensi formal pegawai. Seorang arsiparis
dan pustakawan biasanya berada pada kelompok jabatan fungsional
tidak dalam jabatan struktural, (Koordinator Urusan Sirkulasi
Wawancara tanggal 5 Oktober 2020).

Kenyataan ini berimplikasi pada pemahaman tugas penguasaan konsep

pekerjaan. Pejabat yang tidak memiliki kompetensi formal dalam bidang

kearsipan dan perpustakaan biasanya meminta petunjuk dari bawahan yang

memiliki spesifikasi dalam bidang tersebut. Seorang pimpinan minimal

menguasai konsep pekerjaan secara baik sehingga kemampuan itulah yang

mampu mengarahkan para bawahannya untuk bekerja lebih lagi dan mengontrol

pekerjaan secara berkala sehingga sedapat mungkin menghindari setiap kesalahan

yang akan terjadi.

“Selama ini memang kami tidak meletakkan evaluasi terhadap visi-


misi lembaga, visi-misi yang sudah ada ini, yang kami gunakan
sebagai pedoman kerja, memang sudah ada yang baru tapi belum
digunakan, (Koordinator Bidang Pelayanan Teknis. BPAD Prov.
Papua, Wawancara tanggal 5 September 2020).
105

Evaluasi mutu pelayanan arsip dan bahan pustaka yang diwujudkan

melalui visi dan misi, hendaknya menjadi pijakan bagi pimpinan dalam rangka

mengsingkronisasikan presepsi untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hasil

penelitian ini maka jelas tergambar bahwa Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

secara fungsional belum menjalankan fungsinya secara optimal, hal ini ditandai

dengan minimnya rapat koordinasi secara internal dan secara berkala untuk

membahas dan melakukan penyesuaian antara keberadaan lembaga tersebut

sebagai Pusat Layanan Informasi Bahan Pustaka dengan kebutuhan masyarakat

akan hal tersebut.

“Memang sampai saat ini masyarakat pengguna layanan


perpustakaan masih sangat minim, mungkin disebabkan oleh
minimnya ketersediaan bahan-bahan pustaka berupa buku-buku,
majalah, laporan-laporan hasil peneltian dan sarana lainnya
terutama gedung yang sudah termakan usia. (Koordinator Urusan
Pemeliharaan Wawancara tanggal 5 Oktober 2020).
Penyelamatan dan pelestarian dokumen arsip sebagai pusat ingatan

sekaligus bukti pengadilana manakala dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu

sebagai alat bukti sah dalam menyelesaikan suatu perkara. Pemeliharaan arsip

harus dilakukan secara rutin dengan memilah arsip aktif dan inaktif dan

ditempatkan pada suatu wadah tertentu dan ditata sesuai kode-kode arsip yang

mengacu pada kebijakan-kebijakan yang ada, baik kebijakan berskala nasional

maupun kebijakan-kebijakan berkala internal organisasi. Misi tidak akan tercapat

apabila pemeliharaan arsip tidak sejalan dengan target organisasi.

“Ya, pada tahun-tahun sebelumnya kita selalu kerja di Depo Arsip


yang ada di buper tapi sekarang dengan pimpinan baru ini sudah
jarang kami kerja disana, alasannya karena pegawai tidak kerja serius,
pimpinan mau supaya kita fokuskan pekerjaan disini agar semuanya
106

dapat terkontrol, (Koordinator Bidang Pelayanan Teknis Wawancara


tanggal 5 Oktober 2020).
Jika dilihat dari sudut pandang disiplin pegawai maka kebijakan pimpinan

sangat berefek positif, namun jika ditinjau berdasarkan sudut pandang

pemeliharaan dan pelestarian dokumen arsip maka kebijakan tersebut justru tidak

memberikan kontribusi terhadap target organisasi khususnya terkait dengan

penyelamatan dan pelestarian dokumen arsip daerah di Papua. Karena Depo arsip

perlu dirawat secara berkala karena berfungsi sabagai pusat penyimpanan arsip

baif arsip aktif maupun arsip infaktif.

Terkait dengan target perbaikan dan administrasi kearsipan, maka hal

tersebut untuk saat ini masih dilakukan secara manual tanpa menggunakan system

teknologi. Hal tersebut dipengaruhi oleh minimnya IT yang dimiliki Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua. Selain itu, minimnys komitmrn

orgsnisasi secara keseluruhan dalam hal memperbaiki ataupun merancang system

administrasi kearsipan berbasis teknologi. Pemeliharaan saran dan prasarana

semua berjalan cukup baik hanya gedung perpustakaan yang sudah tidak layak

digunakan karena termakan usia.

Sementara itu capaian peningkatan kualitas pelayanan informasi masih

perlu dibenahi secara total, hal tersebut terukur melalui minimnya kualitas hidup

orang Papua terutama terkait dengan kebutuhan layanan bahan-bahan pustaka

yang memberikan kontribusi terhadap tingkat kecerdasan masyrakat. Minimnya

informasi tentang perkembangan teknologi dan informasi serta perkembangan

ilmu pengetahuan bagi orang Papua yang masih jauh bila dibandingkan dengan

masyarakat Indonesia lainnya. Memberikan indikasi bahwa Badan Perpustakaan


107

dan Arsip Daerah Provinsi Papua belum bahkan tidak berfungsi sebagai pusat

layanan informasi sebagaikana diharapkan oleh orang Papua pada umumnya.

Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan merupakan

kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun tampa menggunakan alat ukur yang

akurat sebagai indicator keberhasilan adanya peningkatan minat dan budaya

masyarakat Papua. Sehingga kegiatan tersebut perlu dievaluasi dan menjadi

perhatian institusi secara berkesinambungan. Dalam artian bahwan adanya kajian

khusus tentang pencapaian target pengembangan budaya baca yang digalang oleh

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papuasehingga menjadi acuan

dalam target-target yang akan datang.

d.3. Pembahasan (Implikasi Merit Sistem terhadap Kinerja Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua).

Upaya membangun arsip system kerja yang baik pada Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Provinsi Papua, pada hakikatnya mencakup upaya membangun

system nilai dalam penyelenggaraan pelayanan dalam rangka mewujudkan tujuan

organisasi yakni menjadikan organisasi tersebut sebagai Pusat Layanan Informasi

Perpustakaan dan Arsip di wilayah Provinsi Papua. Berkaitan dengan hal tersebut,

beberapa indikator yang digunakan sebagai landasan dalam menilai system kerja

secara keseluruhan meliputi pengoptimalan kompetensi formal dan non formal

pegawai, konsep diri/keadaan pegawai dalam menghadapi tekanan dalam

pekerjaan, karakteristik individu dalam melaksanakan tugas tanggung jawabnya

sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat yang dikombinasikan dengan motivasi

pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.


108

d.3.1. Pendidikan Formal

Kompetensi formal pegawai yang merupakan instrument penting dalam

menilai penerapan merit system pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Provinsi Papuatidak menjadi acuan bagi organisasi tersebut terkait pengisian

jabatan dalam jabatan struktural yang ada. Pengisian jabatan dilakukan dengan

mengacu pada senioritas jenjang kepangkatan tanpa melihat kompetensi pegawai-

pegawai. Hal ini sangat bertentangan dengan penataan birokrasi professional yang

menghendaki adanya pengisian jabatan yang berkiblat pada kompetensi dan

keahlian pegawai.

Upaya penerapan merit system melalui pendidikan formal tidak hanya

berkisar antara pengisian jabatan-jabatan dilingkungan Badan Perpustakaan dan

Arsip Daerah Provinsi Papua melainkan fenomena tersebut merupakan

karakteristik pemerintah daerah yang ditampilkan melalui perekrutan pegawai

yang terkesan tidak professional karena tidak melalui system terbuka. Hal tersebut

diperkuat dengan adanya kebijakan affirmative (UU No. 21 Tahun 2001) tentang

Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua yang turut memberikan kontribusi terhadap

tumpang-tindihnya kebijakan-kebijakan berskala nasional khususnya terkait

manajemen kepegawaian sipil daerah di Indonesia. Pengisian jabatan yang

berkiblat pada keinginan pimpinan, mengakibatkan menjamurnya penyakit

nepotisme yang menguburkan peluang penerapan New Public Managemen di

daerah.

Dalam konsep New Public Managemen analisis jabatan dan kegiatan

organisasi birokrasi akan memperlihatkan jabatan dan pegawai mana atau bahkan
109

tidak diperlukan. Sekiranya pegawai yang termasuk dalam kategori yang tidak

diperlukan ini tetap tinggal diunit kerjanya, dia hanya akan menjadi gangguan

bagi pegawai lain oleh karena itu disarankan bahwa pegawai tersebut sebaiknya

dipindahkan ketempat lain yang lebih tepat atau kalau perlu dipercepat

kepensiunannya, (Wibawa, 2004).

Peluang penerapan New Public Manajemen sebagaimana terungkap dalam

kutipan diatas akan menjadi bencana apabila konsep tersebut benar-benar

dieksekusikan secara nasional. Konsidi birokrasi Papua yang masih membutuhkan

kebijakan affirmative membuat konsep tersebut mustahil dilaksanakan.

d.3.2. Skill/Pendidikan Informal

Menurut Gomes, (2003), pelatihan harus merupakan suatu solusi yang

tepat bagi permasalahan organisasi, yakni bahwa pelatihan tersebut harus

dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan keterampilan. Untuk meningkatkan

usaha belajarnya para pekerja harus menyadari perlunya perolehan informasi baru

untuk memperlajari keterampilan-keterampilan baru dan keinginan untuk belajar

harus dipertahankan.

Pelatihan yang melibatkan pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerha

Provinsi Papua adalam kesempatan untuk mendalami dan mendapatkan informasi

yang teratur dan terarah mengenai pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai

kebutuhan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-

nilai yang secara efisien dan efektif dalam lingkungan kerja.

Jenis pendidikan informal yang melibatkan kelompok jabatan struktural

dan jabatan fungsional belum dilaksanakan secara representative, hal ini


110

berdampak buruk terhadap kinerja pegawai dan juga berdampak luas terhadap

kinerja organisasi. Keikutsertaan pelatihan ini menempatkan pimpinan sebaga

pengambil keputusan mutlak sehingga kecenderungan terjadinya penyimpangan

tak terhindarkan, kompetensi dan keahlian pegawai belum terukur secara

professional dan proposional karena dipengaruhi oleh ketidakrasionalan pimpinan

terhadap proses pengambilan keputusan dan juga motivasi pegawai hanya ada

pada honor bukan kualitas diri yang akan bermanfaat bagi pengembangan

organisasi.

d.3.3. Konsep Diri dan Nilai-Nilai

Pegawai merasa sanggup menyelesaikan masalah yang terjadi. Pekerjaan

yang dibebankan pimpinan diselesaikan secara baik karena para pegawai memiliki

kemampuan dan kepercayaan diri yang cukup. Selain itu kepercayaan diri tersebut

berkaitan dengan apresiasi pimpinan terhadap capaian kinerja pegawai. Teguran

yang berasal dari pimpinan dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam memperbaiki

kinerja pegawai.

Para manager dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Provinsi Papua belum berperan sebagai pelinsung saat pegawai memiliki masalah.

Para manager tidak secara konsisten menjadi peneduh dikala pegawai sedang

mengalami berbagai macam tekanan, dan manajer memberikan solusi dikala ada

sesuatu permasalahan yang dihadapi. Manager senantiasa memberikan kesegaran

dan juga semangat bagi para bawahannya.

Tekanan yang dialami para pegawai selama ini terutama tenaga honorer

terletak pada hak-haknya yang hingga saat ini belum terbayarkan. Hal ini
111

berdampak pada psikologi pegawai dalam menghadapi pekerjaan yang ada.

Pemimpin belum mampu memecahkan persoalan tersebut sehingga berdampak

pada tingkat kehadirannya dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada.

Dalam rangka melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan dengan

baik tersebut maka pegawai mau tidak mau harus selalu memiliki kesadaran

dalam menyelesaikan beban kerjanya termasuk meningkatkan kemampuan dan

kompetensinya dengan mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi pada

peraturan, SOP, teknologi PNS seperti akan menjadi problem solver dan selalu

dicari oleh masyarakat yang membutuhkan bantuan. Sebaliknya, PNS yang tidak

mau meningkatkan kemampuan dan kompetensi akan tertinggal, tidak mampu

melaksanakan perkerjaan yang berubah, tidak bisa memberikan pelayanan yang

dibutuhkan, bahkan terkadang menjadi beban dan pembuat/sumer masalah

(problem maker/problem source).

Dengan adanya pegawai yang selalu melaksanakan pekerjaannya secara

penuh dan bertanggung jawa maka kinerja organisasi akan semakin tercapai,

kualitas pekerjaan akan semakin meningkat. Masyarakat yang akan berurusan

dengan pelayanan arsip dan bersemangat untuk mendapatkan pelayanan karena

yakin bahwa urusan mereka akan diselesaikan dengan mudah, cepat, pasti,

transparan dan akuntabel. Hal ini disebabkan adanya pegawai yang bekerja tanpa

menunggu pemerintah yang selalu sadar untuk meningkatkan kompetensinya.

d.3.4. Karakteristik Pribadi

Karakteristik PNS dapat diukur melalui integritas, dimana terkandung

makna konsistensi antara tindakan dan nilai. PNS yang mempunyai integritas,
112

hidup sejalan dengan nilai-nilai prinsipnya. Suatu karakter yang tanpa

memandang waktu dan tempat senantiasa menunjukan ketaatan dalam

menjalankan kode etik dan moral, memegang prinsip, tulus, jujur dan dapat

dipercaya, disiplin, memiliki kekuatan dalam mempertahankan keteguhan,

kemantapan, kestabilan, kepenuhan, serta konsistensi dalam sikap dan

perilakunya.

Terdapat beberapa hal prinsip terkait dengan karakteristik pribadi pegawai

pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua dalam menghadapi

pekerjaan di lingkungan kerjanya. Secara umum PNS dimanjakan dengan

kebijakan yang sifatnya kaku (rigit), dan konservatif sehingga mash banyak

dijumpai pegawai yang tidak disiplin, melanggar kode etik, tidak jujur, tidak

berkomitmen dan tidak memiliki kestabilan dalam melaksanakan tugasnya

sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat.

Penyampaian informasi yang tidak benar atau penggelapan atau

pemutarbalikan fakta pun merupakan salah satu tindakan yang sering terjadi.

Kondisi ini menjadi pemicu terjadinya tindakan seseorang yang mengarah pada

memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada PNS dengan maksud supaya yang

bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga

bertentangan dengan kewajibannya. Demikian juga bagi PNS atau penyelenggara

Negara yang menerima suap, dia telah melakukan tindakan “korupsi”.

d.3.5. Motivasi

Para tenaga honorer dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Provinsi Papua memiliki motivasi tinggi untuk bekerja bukan karena


113

berpenghasilan tinggi, tetapi justru karena penghasilannya yang masih terbatas

dan ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil, yang besar gajinya sesungguhnya

“lumayan” itu. Para pegawai honorer masih berada pada zona tidak aman, yang

apabila tidak rajin masuk kerja akan mengancam kesinambungan pendapatannya.

Sementara PNS kurang termotivasi untuk berprestasi dan meningkatkan

kinerjanya, justru karena sudah menjadi PNS dan sudah berada pada zona aman

dengan penghasilan yang “lumayan”, bahkan akan bertambah penghasilannya

apabila renumerasi akan dilaksanakan.

Untuk mengatasi fenomena di atas, setiap PNS diwajibkan dalam aturan

untuk memiliki motivasi tinggi dan terus meningkatkan kinerjanya dan memiliki

rasa “takut” terhadap ancaman yang timbul olej prestasinya yang rendah bukan

dilandaskan pada status dan gaji. Hendaknya situasi kerja tidak boleh selalu

berada pada “zona aman” secara terus menerus, karena akan melemahkan hingga

mematikan kreativitas dan motivasi serta prestasi individu, yang pada akhirnya

akan melemahkan dan mematikan keberadaan Badan Perpustakaan dan Arsip

Daerah Provinsi Papua.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua dilakukan sesuai

dengan unsur-unsur motivasional yang dipergunakan sebagai aturan dalam

meningkatkan daya tarik pekerjaan itu sendiri, meningkatkan gaji/bonus,

meningkatkan tunjangan dan jaminan keselamatan kerja, meningkatkan peluang

promosi, meningkatkan peluang pengembangan diri melalui pendidikan dan

pelatihan, dan meningkatkan supervise atasan.


114

Pimpinan selalu memberikan bimbingan terkait dengan dorongan

(encouragement), yang merupakan inti dari motivasi untuk mendapatkan

dorongan, pimpinan selalu mencari hal-hal yang baik dari apa yang dikerjakan

orang. Pemimpin sungguh-sungguh mendorong bawahannya untuk melakukan

apa yang baik bagi diri sendiri sekaligus baik bagi organisasi. Pimpinan akan

mendorong dan ikut serta dengan mereka, karena pemimpin tahu bahwa itu adalah

cara terbaik untuk memberi mereka motivasi.

Kinerja Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua meliputi

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai secara komperhensif melalui

kemampuan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas pokok yang dilaksanakan

dalam rangka mewujudkan visi dan misi dan tujuan organisasi.

d.3.6. Struktur Organisasi

Struktur organisasi berhubungan dengan hubungan yang relative tetap

diantara berbagai tugas yang ada. Dalam penelitian ini, pendekatan yang

digunakan dalam menilai pembentukan struktur organisasi adalah terbagi menjadi

dua bagian yakni pertama direresiasi atau pembagian tugas diantara anggota

organisasi, kedua integrasi atau koordinasi atas apa yang dilakukan dengan

pembagian tugas (Gitosudarmo, 2008). Berkaitan dengan itu, Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Provinsi Papua dalam menata hubungan tersebut berpedoman

pada pola penjenjang yang didasarkan jenjang karir dan disesuaikan dengan

kompetensi pegawai yang bersangkutan. Baik kompetensi pegawai yang diperoleh

melalui pendidikan formal maupun jenjang pendidikan informal ataupun pelatian

berupa pelatihan yang diikuti pegawai tersebut.


115

Dalam teorinya pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan

Struktural dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan

pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seorang Pegawai Negeri Sipil

sejak pengangkatan pertama jabatan tertentu sampai dengan pension. Namun

demikian dalam kenyataan syarat-syarat yang ditetapkan untuk pengangkatan

jabatan dalam Jabatan Struktural tidak hanya murni berdasarkan penilaian atas

bobot tugas, tanggung jawab dan wewenang tetapi kadang justru malah lebih

ditentukan karena faktor diluar hal tersebut, antara lain pendekatan pegawai

dengan pimpinan (adanya faktor kolusi dan nepotisme).

Hal inilah yang sering menimbulkan masalah kepegawaian antara lain rasa

tidak senang dengan pejabat yang diangkat karena merasa pengangkatannya

tersebut tidak adil. Rasa tidak senang ini sering kali berakibat menurunnya tingkat

kerja sama dengan pejabat yang bersangkutan sehingga akhirnya pekerjaan yang

menjadi tanggung jawab bersama antara pegawai yang bersangkutan dengan

pejabat tersebut menjadi kurang baik hasilnya. Selain itu, sering ada rasa kurang

pas dari pegawai yang lain yang akhirnya berakibat pada menurunnya prestasi

kerja pegawai.

Struktur organisasi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua

dilaksanakan dengan proses pembagian tugas kedalam unit-unit tugas berturut-

turut lebih kecil, meliputi Sub Bagian, Bidang dan Sub Bidang. Distribusi jabatan

dalam sturktur organisasi seharunya dilakukan dengan mempertimbangkan

kompetensi baik kompetensi formal maupun kompetensi non formal dari para

pegawai yang ada.


116

Berdasarkan pengamatan penulis, pembagian tugas dalam struktur

organisasi selama ini dilakukan berdasarkan daftar urut kepangkatan tanpa

mempertimbangkan kompetensi pegawai. Pegawai yang memiliki kepangkatan

yang layak akan ditempatkan pada bidang tertentu. Misalnya Sub Bidang

pemeliharaan arsip dikepalai oleh seorang pegawai berlatar belakang pendidikan

ekonomi, bukan sarjana kearsipan, ini memberikan gambaran bahwa jabatan

tersebut tidak mengacu pada kompetensi formal, melainkan didasarkan atas

kelayakan kepangkatan yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan.

Kenyataan ini berimplementasi pada pemahaman tugas dan penguasaan

konsep pekerjaan. Pejabat yang tidak memiliki kompetensi formal dalam bidang

kearsipan dan perpustakaan biasanya meminta petunjuk dari bawahan yang

memang memiliki spesifikasi dalam bidang tersebut. Hal ini sangat berpengaruh

terhadap tujuan dan eksistensi organisasi. Seorang pemimpin minimal menguasai

konsep pekerjaan secara baik sehingga kemampuan itulah yang mampu

mengarahkan para bawahannya untuk bekerja lebih lagi dan mengontrol pekerjaan

secara berkala sehingga sedapat mungkin menghindari setiap kesalahan yang akan

terjadi.

d.3.7. Visi dan Misi

Visi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua adalah

“MEWUJUDKAN BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH

SEBAGAI PUSAT LAYANAN INFORMASI PUSTAKA DAN ARSIP”.

Penetapan Visi tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa keberadaan Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
117

penyediaan informasi di bidang perpustakaan dan kearsipan baik yang bersifat

teknis maupun strategis.

Demi terlaksananya Visi yang dimaksud, maka Badan Perpustakaan dan

Arsip Daerah merumuskan Misi sebagai berikut:

1. Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah

2. Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan

3. Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana Prasarana Kearsipan.

4. Peningkatan Kualitas Layanan Informasi

5. Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan.

6. Peningkatan Layanan Perpustakaan.

Untuk mewujudkan visi dan misi sebagaimana ditetapkan diatas, Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua melakukan koordinasi dengan

menyatukan presepsi dari seluruh komponen organisasi dalam rangka

mengevaluasi pencapaian kinerja dan mengoptimalkan hasil yang telah dicapai.

Evaluasi mutu pelayanan arsip dan bahan pustaka yang diwujudkan

melalui mimpi pimpinan, diuraikan kedalam beberapa indicator penting

sebagaimana disebutkan diatas, hendaknya menjadi pijakan bagi pimpinan dalam

rangka mengsingkrinisasikan presepsi untuk mencapai tujuan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka jelas tergambar bahwa Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerha Provinsi Papua yang meliputi: penyelamatan dan pelestarian

dokumen arsip daerah, perbaikan system administrasi kearsipan, pemeliharaan

rutin/berkala sarana prasarana kearsipan, peningkatan kualitas pelayanan


118

informasi, pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan, peningkatan

layanan perpustakaan.

Misi ini merupakan tindakan nyata meliputi penyelamatan dan pelestarian

dokumen arsip sebagai pusat ingatan sekaligus bukti sah dalam menyelesaikan

suatu perkara. Pemeliharaan arsip harus dilakukan secara rutin dengan mamilah

arsip aktif dan inaktif dan ditempatkan pada suatu wadah tertentu dan ditata sesuai

kode-kode arsip yang mengacu pada kebijakan-kebijakan yang ada, baik

kebijakan berskala nasional maupun kebijakan-kebijakan berskala internal

organisasi. Misi tidak akan tercapai apabila pemeliharaan arsip tidak sejalan

dengan target organisasi.

Jika dilihat dari sudut pandang disiplin pegawai maka kebijakan pimpinan

sangat berefek positif, namun jika ditinjau berdasarkan sudut pandang

pemeliharaan dan pelestarian dokumen arsip maka kebijakan tersebut justru tidak

memberikan kontribusi terhadap target organisasi khususnya terkait dengan

penyelamatan dan pelestarian dokumen arsip daerah di Papua. Karena Depo arsip

perlu dirawat secara berkala karena berfungsi sebagai pusat penyimpanan arsip,

baik arsip aktif maupun arsip inaktif.

Terkait dengan target perbaikan, target system administrasi kearsipan,

maka hal tersebut untuk saat ini masih dilakukan secara manual tanpa

menggunakan system teknologi. Hal tersebut dipengaruhi oleh minimnya tenaga

IT yang dimiliki oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua

selain itu minimnya komitmen organisasi secara keseluruhan dalam hal

memperbaiki ataupun merancang system administrasi kearsipan berbasis


119

teknologi. Pemeliharaan sarana dan prasarana semua berjalan cukup baik hanya

gedung perpustakaan yang sudah tidak layak digunakan karena termakan usia.

Sementara itu, capaian peningkatan kualitas pelayanan informasi masih

perlu dibenahi secara total, hal tersebut terukur melalui minimnya kualitas hidup

orang Papua terutama terkait dengan kebutuhan akan layanan bahan-bahan

pustaka yang memberikan kontribusi terhadap tingkat kecerdasan masyarakat.

Minimnya informasi tentang perkembangan teknologi dan informasi serta

perkembangan ilmu pengetahuan bagi orang Papua yang masih jauh bila

dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya memberikan indikasi bahwa

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua belu, bahkan tidak

berfungsi sebagai layanan informasi sebagaimana diharapkan oleh orang Papua

pada umunya.

Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan merupakan

kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun tanpa menggunakan alat ukur yang

akurat sebagai indicator keberhasilan adanya peningkatan minat dan budaya

masyarakat Papua. Sehingga kegiatan tersebut perlu dievaluasi dan menjadi

perhatian institusi secara berkesinambungan. Dalam artian bahwa adanya kajian

khusus tentang pencapaian target pengembangan budaya baca yang digalang oleh

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua sehingga menjadi acuan

dalam target-target yang akan datang.


120

d.3.8. Faktor Pendukung dan pendudkung Manajemen Perpustakaan

Daerah Provinsi Jayapura

a. Faktor pendukung

Faktor pendukung manajemen perpustakaan yang membawa dampak baik

dan progresif harus ditingkatkan. Faktor pendukung pada manajemen

perpustakaan di Daerah Provinsi Jayapura yang peneliti temukan meliputi:

1. Pengelolaan sarana dan prasarana perpustakaan dilakukan dengan cara

pemeliharaan sarana dan prasarana yang baik, penataan sarana dan prasarana

semenarik dan serapi mungkin, melengkapi sarana dan prasarana sesuai

kebutuhan perpustakaan.

2. Pengelolaan bahan pustaka di perpustakaan melalui cara penyediaan judul

buku bacaan dengan tema remaja, novel, majalah, pengecekkan bahan

pustaka atau koleksi baru, penentuan subjek, pemberian katalog, pembuatan

perlengkapan fisik, inventasisasi, dan penataan bahan pustaka yang menarik

dan rapi pada rak-rak buku dan dilengkapi dengan digital library.

3. Layanan perpustakaan menggunakan sistem terbuka, dan juga ada beberapa

layanan yang diberikan yaitu layanan peminjaman buku, layanan baca di

tempat, layanan anak, layanan internet, layanan referensi, layanan informasi,

dan layanan audio visual.

b. Faktor Penghambat

Ada beberapa hal yang menjadi hambatan dalam manajemen perpustakaan

dalam meningkatkan minat baca pemustaka di perpustakaan Daerah Provinsi


121

Jayapura. Adapun faktor penghambat pada manajemen di perpustakaan Daerah

Provinsi Jayapura yang peneliti temukan, sebagai berikut:

1. Sarana dan prasarana perpustakaan sudah baik, namun ada beberapa hal yang

belum terpebuhi misalnya ruangan perpustakaan yang kurang luas sehingga

sebagian buku seperti buku paket ditaruh pada gudang yang letaknya jauh

dari perpustakaan. Perpustakaan yang letaknya di lantai dua belum memiliki

toilet. Sehingga pengunjung perpustakaan harus turun kebawah jika ingin

pergi ketoilet.

2. Perpustakaan belum terdapat tenaga perpustakaan yang lulusan dari jurusan

perpustakaan.

3. Kurangnya kesadaran pemustaka akan pentingnya membaca terutama

membaca di perpustakaan.

4. Kurangnya anggaran dana untuk pengembangan perpustakaan, karena

sekolah kesulitan mendapatkan dana sehingga berimbas juga pada pendanaan

perpustakaan.
122

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Implementasi merit system merupakan isu reformasi birokrasi yang

belum mampu dilaksanakan secara baik oleh seluruh komponen birokrasi publik

di Indonesia. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua merupakan

salah satu SKPD yang membidangi system layanan informasi perpustakaan dan

arsip di wilayah Provinsi Papua belum mampu melaksanakan reformasi birokrasi

secara konsisten. Beberapa hal penting yang dijadikan sebagai indikator sekaligus

menjawab perumusan masalah dan mencapai tujuan penelitian ini antara lain:

5.1.1. Perencanaan Pengelolaan

Pendidikan formal tidak menjadi acuan dalam perekrutan, sampai

penempatan pegawai dalam bidang-bidang tertentu. Hal tersebut berakhir pada

minimnya pengetahuan pegawai tentang konsep dan kebijakan yang digunakan

sebagai landasan berpijak bagi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi

Papua sebagai pusat layanan informasi perpustakaan dan arsip di tanah Papua.

5.1.2. Pengelolaan Organisasi dan Administrasi

Pendidikan informal pada umumnya tidak representative, artinya

rekomendasi pimpinan terkait peserta pelatihan masih mewarnai system

manajemen kepegawaian Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua

sehingga terkesan terjadinya ketidakprofesionalan dalam pelaksanaannya.


123

5.1.3. Asas-asas Sistem Informasi

Mengenai konsep diri dan nilai-nilai pegawai dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawannya, maka hal tersebut dapat dikelompokan menjadi dua

bagian: pertama, pegawai yang berstatus PNS melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya dengan penuh percaya diri, alasannya tidak adanya hambatan-hambatan

terkait hak-hak dan tunjangan mereka. Kedua, pegawai honorer merasa kurang

dihargai karena hampir satu tahun hak-hak mereka tidak menjadi perhatian

pimpinan bahkan organisasi secara keseluruhan.

5.1.4. Pengawasan

Secara umum PNS dimanjakan dengan kebijakan yang sifatnya kaku

(rigit) dan konservatif sehingga masih banyak dijumpai pegawai yang tidak

disiplin, melanggar kode etik, tidak jujur, tidak berkomitmen dan tidak memiliki

kestabilan dalam melaksanakan tugasnya sebagai abdi Negara dan abdi

masyarakat.

5.1.5. Evaluasi

Pada umumnya para pegawai termotivasi bukan karena menjiwai

pekerjaannya melainkan upah atau gajinya. Para pegawai honorer pada awalnya

menepati jam kerja, namun belakangan upah atau haknya belum terbayarkan maka

hal tersebut berimplikasi terhadap tingkat kehadiran pegawai dalam menepati jam

kerja.

Kelima indicator diatas kemudian berimplikasi pada kinerja pegawai

secara keseluruhan.
124

5.1.6. Faktor Pendukung

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua menempatkan

pegawai yang tidak memililki kompetensi khusus bidang kearsipan dan

perpustakaan. Venomena tersebut berdampak pada penguasaan konsep pekerjaan

yang minim, pimpinan selalu mendapatkan arahan oleh bawahan yang memiliki

kompetensi formal dalam bidang kearsipan dan perpustakaan. Sementara itu,

kelompok jabatan fungsional (arsiparis dan pustakawan) dihiasi oleh para pegawai

yang telah menginjak penghujung masa baktinya yang sama sekali tidak memiliki

kompetensi formal dalam bidang kearsipan dan perpustakaan. Sehingga selain

tidak produktif, pegawai tersebut menambah beban Negara, maka perlu untuk

diberhentikan.

5.2. Saran

5.2.1. Pendidikan Formal

Dalam menata kinerja organisasi yang lebih baik maka pendidikan formal

harus menjadi acuan dalam perekrutan, sampai penempatan pegawai dalam

bidang-bidang tertentu. Sehingga para pegawai mampu memiliki pengetahuan

tentang konsep dan kebijakan yang digunakan sebagai landasan berpijak bagi

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua sebagai pusat layanan

informasi perpustakaan dan arsip di tanah Papua.

5.2.2. Pendidikan Informal

Pendidikan informal harus direncanakan secara baik dan representative,

artinya rekomendasi pimpinan terkait peserta pelatihan benar-benar mengacu pada

profesionalitas.
125

5.2.3. Konsep diri dan nilai-nilai

Adanya upaya mengembalikan kepercayaan diri para pegawai honorer

melalui penyelesaian hak-haknya sehingga mereka memiliki kemauan dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

5.2.4. Karakteristik Pribadi

Ketegasan kebijakan internal perlu dikedepankan untuk mencegah

terjadinya ketidakdisiplinan dalam melanggar kode etik, tidak jujur, tidak

berkomitmen dan tidak memiliki kestabilan dalam melaksanakan tugasnya

sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat.

5.2.5. Motivasi

Adanya upaya memotivasikan pegawai dalam hal pekerjaan sehingga

pegawai termotivasi bukan karena uang melainkan merasa bangga dengan capaian

yang telah dicapai. Pada variable kinerja organisasi indicator-indikator yang perlu

dievaluasi oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua adalah

meliputi:

5.2.6. Struktur Organisasi

Adanya upaya perbaikan struktur organisasi melalui penempatan pegawai

yang memiliki kompetensi khusus bidang kearsipan dan perpustakaan. Sementara

itu, adanya ketegasan berupa aturan internal yang membatasi jumlah jabatan

fungsional (arsiparis dan pustakawan) yang telah menginjak penghujung masa

baktinya dan tidak memiliki kompetensi formal dalam bidang kearsipan dan

perpustakaan. Sehingga produktivitas kerja tetap terjaga sekaligus mengurangi

beban Negara.
126

5.2.7. Visi-Misi

Pertemuan internal dalam rangka mengevaluasi capaian target dan

menetapkan target dimasa yang akan datang perlu dilakukan secara rutin dan

berkesinambungan, sehingga visi-misi organisasi tetap terwujud.


127

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh dan Rita Komalasari. (2014). Manajemen Perpustakaan.


Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Abraham, H. Maslow. 1994. Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi


dengan Pendekatan hierarki Kebutuhan Manusia). Jakarta: PT PBP.

AF, Muchtar. 2014. Menyusun Business Plan & Rencana Aksi. Cetakan pertama.

lmah, Hildawati. 2012. Pemeliharaan Dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan.


Makasar : Alauddin Universitas Press. Bandung: Yrama Widya.

A Muwafik Saleh . 2010. Manajemen Pelayanan. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : PT. Rineka Cipta

Bogdan, Robert C. dan Biklen Kopp Sari, 1982, Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methods. Allyn and
Bacon, Inc.: Boston London.

Bryson, Jo. 1990. Effective Library and Information Centre Manajemen.Vermont:


Gower Publishing Company.

Depdiknas. 2007. Pedoman Memilih Menyusun Bahan Ajar dan Teks Mata
Pelajaran. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia

Effendi Sofian.2012.Metode Penelitian Survei.Jakarta:LP3ES

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif.: Teori dan Praktik Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Gouzali. Saydam. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Human Resource)


Suatu Pendekatan Mikro. Jakarta: Djanbatan

Hasugian, Jonner. 2009. Katalog Perpustakaan: dari Katalog Manual Sampai


Katalog Online (OPAC). Medan: USU Digital Library.

Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika Kepustakawanan.Jakarta:


Sagung Seto.

Irwanto.2006. Focus Group Discussion. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


128

Kartono, Kartini. 2016. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Pers.

Mantja. 2007. Etnografi, Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen


Pendidikan. Malang: Elang Mas.

Miles, M.B & Huberman A.M. 1984, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh
Tjetjep Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nurhadi., 1983, Administrasi Pendidikan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset.

Pawit M. yusuf dan Yaya Suhendar. (2005). Pedoman Penyelenggaraan


Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana.

Rahmawati, Nita, Ismiyati. 2016. Pengelolaan Arsip Inaktif Dalam Upaya


Mendukung Layanan Informasi Di Kantor Arsip Dan Perpustakaan Daerah
Kabupaten Purworejo. Economic Education Analysis Journal Vol. 5 No. 1.

Reiner, G.J. 1997. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana

Siagian, Sondang P. 1980. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Sugiyono.2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sulistyo, Basuki. 1994. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Sumardji, P. 1996, “Pelayanan Referensi di perpustakaan, Kanisius, Yogyakarta.

Sulistyo, Basuki. 1994. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Sutarno NS. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Sutarno Ns.2006. Perpustakaan dan Masyarakat, Jakarta: Sagung Seto.

Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.


129

Trimo, Soejono. 1985. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan, (Bandung: Remadja


Karya.

Wiersma, William. 1986. Research Methods In Education: An Introduction.


Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya Cetak dan


Karya Rekam

Undang- undang nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan


130

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Tentang penelitian

Judul Penelitian :

Penelitian : LINCE MAHUSE

NIM : 2019015045006

Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguraian suatu pokok atas

berbagai bagiannya dan penelaahan bagian ”Implementasi Pengelolaan

Perpustakaan Daerah Provinsi Papua” Oleh sebab itu keterlibatan semua

struktur organisas, dan adminitrasi pegawai Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

diharapkan, dan diminta untuk manandatangani lembar persetujuan menjadi

responden penelitian ini. Aparat Kampung yang terlibat dalam penelitian, bebas

untuk menolak ataupun mengakhiri keterlibatan dalam penelitian tanpa adanya

sanksi apapun. Kerahasiaan informasi yang disampaikan akan di jaga dan tidak

akan digunakan untuk hal diluar kepentingan penelitian.

Jayapura, ...................................
Mahasiswa

LINCE MAHUSE
NIM.2019015045006
165

Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

N a m a/Inisial : ............................................................

Alamat : ............................................................

Hari/Tanggal : ............................................................

Waktu : ............................................................

Kampung : ............................................................

Jabatan : ............................................................

Tujuan yang disampaikan peneliti kepada saya mengenai penelitian ini,

saya memahami manfaatnya. Saya mengerti keikutsertaan saya dalam penelitian

yang dilakukan saat ini dan tidak akan memberikan dampak negatif kepada diri

saya. Melainkan akan memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan

kualitas Implementasi Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua. yang

dilaksanakan oleh peneliti. Saya berharap dari keterlibatan saya, akan

meningkatkan akuntabilitas pada setiap perangkat kampung.

Jayapura, ...................................

Responden,

.................................................
166

TRANSKIP WAWANCARA
1. Transkip wawancara Peneliti dengan Kasubag T.U. Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Papua

No Pertanyaan Jawaban Responden


1. 1. Bagaimana pengisian atau “Selama ini penempatan pegawai tidak
penempatan Jabatan didasarkan atas jenjang pendidikan formal
Struktural di lingkungan tertentu. Para pustakawan dan arsiparis biasanya
Badan Perpustakaan dan ditempatkan pada kelompok jabatan fungsional
Arsip Daerah Provinsi dan jarang mereka menduduki jabatan struktural.
Papua? Jabatan struktural biasanya diisi oleh para
pegawai yang bukan arsiparis dan pustakawan”.
Secara struktur mereka hanya bertanggung jawab
kepada Kepala Badan, dan tidak ada hubungan
kerja atau garis komando antara bidang-bidang
dan Sub-sub Bidang yang ada”. (Hasil
wawancara tanggal 15 September 2020)
2. 2. Apakah Pengisian jabatan “Ya, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah itu
dilingkungan Badan memang pekerjaannya mengurus arsip dan bahan
Perpustakaan dan Arsip pustaka, tetapi para pegawai tidak semua harus
Daerah mempertimbangkan berpendidikan pustakawan dan arsiparis karena
hubungan antara ada jabatan-jabatan tertentu yang membutuhkan
kompetensi/keahlian dengan kompetensi dibidang lain, misalnya bendaraha
bidang tugas/TUPOKSI itu kan harus sarjana ekonomi akuntansi,
masing-masing jabatan? Kasubbag Kepegawaian harus berpendidikan
Sarjana Administrasi Negara.” (Hasil
Wawancara tanggal 15 September 2020)

2. Transkip wawancara Peneliti dengan Staf Badan Perpustakaan dan Arsip


Daerah Provinsi Papua

No Pertanyaan Jawaban Responden


3. 1. Bagaimana pengisian atau “Selama ini penempatan pegawai tidak
penempatan Jabatan didasarkan atas jenjang pendidikan formal
Struktural di lingkungan tertentu. Para pustakawan dan arsiparis biasanya
Badan Perpustakaan dan ditempatkan pada kelompok jabatan fungsional
Arsip Daerah Provinsi dan jarang mereka menduduki jabatan struktural.
Papua? Jabatan struktural biasanya diisi oleh para
pegawai yang bukan arsiparis dan pustakawan”.
Secara struktur mereka hanya bertanggung jawab
kepada Kepala Badan, dan tidak ada hubungan
kerja atau garis komando antara bidang-bidang
dan Sub-sub Bidang yang ada”. (Hasil
wawancara tanggal 15 September 2020)
167

3. Transkip wawancara Peneliti dengan Koordinator Bidang Pelayanan


Teknis Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua

No Pertanyaan Jawaban Responden


Apa pendapat anda dalam “Menurut pengamatan saya, pelatihan yang
mengikutsertakan pegawai dilakukan selama ini dimonopoli oleh
untuk jenis pelatihan yang kelompok jabatan fungsional sehingga yang
diadakan, baik lokal dan non fungsional tidak mendapatkan
pada tingkat nasional ? kesempatan untuk mengembangkan
ilmunya” (Hasil Wawancara tanggal 23
September 2020).

4. Transkip Wawancara peneliti dengan Kasubag Kepegawaian Badan


Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua
No Pertanyaan Jawaban Responden
1. Apakah pelatihan atau “Ya, karena fakta yang selama ini terjadi
bimbingan teknis adalah tergantung siapa pelaku dalam
(BINTEK) yang kegiatan pelatihan BINTEK tersebut,
berlangsung selama ini terserah dia mau masukan siapa dalam
dilakukan tidak mengecu kegiatan tersebut. Dan jika ditanya soal
pada kebutuhan organisasi pelatihan yang memberikan dampat positif
melainkan kewenangan bagi performance organisasi memang
pimpinan untuk seharusnya seperti itu, tetapi ketertiban yang
mengikutsertakan pegawai berlangsung tidak pada pokoknya, selain itu
dalam pelatihan ? ada pegawai yang hanya ikut ramai alias
yang penting honornya karena yang
masukan dia kan temannya” (Hasil
Wawancara tanggal 15 September 2020).

5. Transkip Wawancara peneliti dengan Koordinator Urusan Pengadaan


Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua.

No Pertanyaan Jawaban Responden


1. Bagaimana pendapat anda “Ya, dalam melakukan tugas dan tanggung
tentang kemampuan yang jawab yang diberikan pimpinan kami lakukan
dimiliki, perasaan yang itu dengan penuh percaya diri, karena hal ini
dialami, kondisi fisik anda juga terkait dengan perkembangan karir, jika
dan pegawai lainnya tidak demikian maka karir kami tidak seperti
dalam melaksanakan yang kami harapkan” (Hasil Wawancara
tugas dan tanggung jawab tanggal 28 September 2020).
168

sehari-hari ?

6. Transkip Wawancara peneliti dengan Koordinator Bidang Pelayanan


Teknis Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua.

No Pertanyaan Jawaban Responden


1. Apakah pimpinan “Ya, biasanya ada beberapa teguran dari Kepala
memberikan penilaian Badan dan itu berkaitan dengan jam masuk
terhadap hasil kerja para kantor. Kalau itu sih kami sadar dan harus
pegawai ? mematuhi terutama jam masuk kantor itu penting
karena berdampak pada tunjangan kinerja kami”
(Hasil Wawancara tanggal 28 September 2020).

2. Apakah dalam rangka “Selama ini memang kami tidak meletakkan


mengevaluasi pencapaian evaluasi terhadap visi-misi lembaga, visi-misi
kinerja dan mengoptimalkan yang sudah ada ini, yang kami gunakan sebagai
hasil yang telah dicapai pedoman kerja, memang sudah ada yang baru
menggunakan visi-misi ? tapi belum digunakan,” (Hasil Wawancara
tanggal 5 September 2020).

3. Apakah pemeliharaan arsip “Ya, pada tahun-tahun sebelumnya kita selalu


sejalan dengan target kerja di Depo Arsip yang ada di buper tapi
organisasi ? sekarang dengan pimpinan baru ini sudah jarang
kami kerja disana, alasannya karena pegawai
tidak kerja serius, pimpinan mau supaya kita
fokuskan pekerjaan disini agar semuanya dapat
terkontrol, (Hasil Wawancara tanggal 5 Oktober
2020).
4. Apakah pimpinan yang “Para pegawai yang menduduki jabatan
mampu menganalisa adanya struktural saat ini merupakan cabinet pimpinan
insikasi penyimpangan lama, pimpinan baru hanya menjalankan apa
struktur organisasi ? yang sudah ada. Indikasi penyimpangan yang
anda maksudkan adalah usulan nama-nama yang
akan dilantik merupakan rekomendasi pimpinan
dan peluang terjadi tindakan-tindakan nepotisme
terjadi disana dan semua itu terjadi pada masa
kepemimpinan lama” (Hasil wawancara tanggal 5
Oktober 2020)
169

7. Transkip Wawancara peneliti dengan Koordinator Urusan Otomasi Badan


Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua.

No Pertanyaan Jawaban Responden


1. Apakah semua pemimpin “Tidak semua pimpinan melakukan atau mampu
dapat memberikan solusi memberikan solusi dalam menyelesaikan
dalam menyelesaikan masalah, apabila pegawai dalam tekanan hanya
permasalahan atau tekanan beberapa pimpinan yang mampu melakukan hal
yang dihadapi pegawai ? itu,” (Hasil Wawancara tanggal 28 September
2020).

2. Apakah karakteristik PNS “Ya, menurut saya tidak semua pegawai dapat
dapat diukur melalui melakukan seperti itu, hanya pegawai tertentu
integritas yaitu suatu karakter yang mampu melakukannya, (Hasil Wawancara
yang tanpa memandang tanggal 23 September 2020).
waktu dan tempat senantiasa
menunjukan ketaatan dalam
menjalankan kode etik dan
moral ?

8. Transkip Wawancara peneliti dengan Staf Bidang Otomasi dan Kerjasama


Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua.

No Pertanyaan Jawaban Responden


1. Apa pendapat anda tentang “Menurut pendapat saya, pegawai yang belum
pegawai yang belum sepenuhnya memiliki kesadaran yang tinggi
memiliki kesadaran tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan yang
dalam menyelesaikan dibebankan kepadanya. Hal ini berkaitan dengan
pekerjaan yang diberikan kemampuan mereka dalam penguasaan
oleh atasan ? teknologi, motivasi pegawai dan juga hak-hak
mereka yang belum terbayarkan” (Hasil
Wawancara tanggal 30 Mei 2013).
2. Apakah pegawai termotivasi “Situasi seperti ini jarang terjadi, dan
dengan pengahasilan yang sebenarnya sangat tergantung kepada siapa
didapat sehingga memiliki pemimpin (kepala) yang bertanggung jawab
motivasi kerja yang tinggi ? sebagai pengguna anggaran” (Hasil Wawancara
tanggal 29 September 2020).

9. Transkip Wawancara peneliti dengan Koordinator Urusan Pemeliharaan


Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua.
170

No Pertanyaan Jawaban Responden


1. Apakah penyampaian “Yang namanya korupsi sering terjadi dimana-
informasi yang tidak benar mana, dan itu tergantung masing-masing untuk
atau penggelapan atau siap menghadapi segala resiko yang terjadi.
pemutarbalikan fakta sering Dikantor ini juga sering terjadi hal-hal seperti itu
terjadi ? tapi belum terungkap semuanya” (Hasil
Wawancara tanggal 29 September 2020)”.

2. Apakah keberadaan lembaga “Memang sampai saat ini masyarakat pengguna


tersebut sebagai Pusat layanan perpustakaan masih sangat minim,
Layanan Informasi Bahan mungkin disebabkan oleh minimnya
Pustaka dengan kebutuhan ketersediaan bahan-bahan pustaka berupa buku-
masyarakat telah tercapai ? buku, majalah, laporan-laporan hasil peneltian
dan sarana lainnya terutama gedung yang sudah
termakan usia”. (Hasil Wawancara tanggal 5
Oktober 2020).

10. Transkip Wawancara peneliti dengan Pegawai Honorer Bidang


Pengolahan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua.

No Pertanyaan Jawaban Responden

Apakah pegawai termotivasi “Kami tenaga honorer ini sudah hampir satu
dengan pengahasilan yang tahun tidak mendapatkan hak kami, dan belum
didapat sehingga memiliki ada informasi dari pihak pimpinan mengenai hal
itu, ya sebagai tenaga honorer kami tidak biasa
motivasi kerja yang tinggi ?
berbuat banyak karena kami belum mempunyai
status PNS, takutnya jika tuntutan ini kami
munculkan maka akan mendapatkan ancaman
tidak diangkat jadi PNS,” (Hasil Wawancara
Tanggal 29 September 2020).

Apa reaksi efektif pekerja “Sebagai honorer kami tidak merasa puas
terhadap pekerjaannya dengan kinerja organisasi saat ini, gaji kami
tergantung pada taraf yang belum terbayarkan membuatkamu tidak
serius dalam bekerja, harapan kami pimpinan
pemenuhan kebutuhan-
kami cepat mengambil inisiatif untuk mengatasi
kebutuhan pekerja ? keadaan tersebut.” (Hasil Wawancara tanggal 29
September 2020)

No Pertanyaan Jawaban Responden


1. Apakah pegawai “Kami tenaga honorer ini sudah hampir satu
171

termotivasi dengan tahun tidak mendapatkan hak kami, dan


pengahasilan yang didapat belum ada informasi dari pihak pimpinan
sehingga memiliki mengenai hal itu, ya sebagai tenaga honorer
motivasi kerja yang kami tidak biasa berbuat banyak karena
tinggi ? kami belum mempunyai status PNS,
takutnya jika tuntutan ini kami munculkan
maka akan mendapatkan ancaman tidak
diangkat jadi PNS,” (Hasil Wawancara
Tanggal 29 September 2020).

2. Apa reaksi efektif pekerja “Sebagai honorer kami tidak merasa puas
terhadap pekerjaannya dengan kinerja organisasi saat ini, gaji kami
tergantung pada taraf yang belum terbayarkan membuatkamu
pemenuhan kebutuhan- tidak serius dalam bekerja, harapan kami
kebutuhan pekerja ? pimpinan kami cepat mengambil inisiatif
untuk mengatasi keadaan tersebut.” (Hasil
Wawancara tanggal 29 September 2020)

11. Transkip Wawancara peneliti dengan Koordinator Urusan Referensi Badan


Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua.

No Pertanyaan Jawaban Responden


1. Apakah pengangkatan “Ya memang pengangkatan pegawai dalam
Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural dilingkungan BPAD sering
Jabatan Struktural dilakukan dilakukan atas kemauan pejabat tanpa melihat
dengan mempertimbangkan jenis pendidikan dan pelatihan yang pernah
faktor-faktor pendidikan dan diikuti oleh pegawai yang bersangkutan. Semua
pelatihan jabatan, itu dilakukan atas keamauan pimpinan
kompetensi, serta masa saja,”(Hasil Wawancara Tanggal 5 Juni Oktober
jabatan seorang Pegawai 2020).
Negeri Sipil sejak
pengangkatan pertama?
2. Apakah pemimpin “Pimpinan kami belum merespon situasi yang
mengetahui situasi dan ada saat ini. Kami tenaga honorer sudah hampir
masalah yang terjadi di satu tahun belum mendapatkan hak kami tepi
lingkunga kerja ? belum adan tindakan penyelesaiannya” (Hasil
Wawancara tanggal 5 Oktober 2020).

3. Apakah proses penyampaian “Ya, selama ini komunikasi yang terjadi terkait
informasi baik menyangkut dengan informasi pekerjaan dan pengembangan
pekerjaan ataupun system karir berjalan lancer-lancar saja, dan tidak ada
pengembangan karir yang masalah, hanya saja pegawai honorer yang telah
meliputi urusan kepangkatan masuk kategori “K1” mereka masih mengeluh
dan sejenisnya yang mampu karena belum ada kepastian tentang
diakses secara mudah dan pengangkatannya sebagai PNS” (Hasil
172

transparan bagi setiap Wawancara tanggal 29 September 2020).


komponen organisasi

12. Transkip Wawancara peneliti dengan Koordinator Urusan Sirkulasi Badan


Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua.

No Pertanyaan Jawaban Responden


1. Apakah pengangkatan “Ya memang pengangkatan pegawai dalam
Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural dilingkungan BPAD sering
Jabatan Struktural dilakukan dilakukan atas kemauan pejabat tanpa melihat
dengan mempertimbangkan jenis pendidikan dan pelatihan yang pernah
faktor-faktor pendidikan dan diikuti oleh pegawai yang bersangkutan. Semua
pelatihan jabatan, itu dilakukan atas keamauan pimpinan saja,
kompetensi, serta masa (Hasil Wawancara Tanggal 5 Juni Oktober
jabatan seorang Pegawai 2020).
Negeri Sipil sejak
pengangkatan pertama?
173

Lampiran 3. Formulir Pedoman Wawancara

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN PERPUSTAAN DAERAH


PROVINSI PAPUA
(Studi Kasus Perpustakaan Daerah Provinsi Papua)

Pedoman wawancara partisipan adalah untuk mengetahui Perencanaan,

pengelolaan organisasi dan adminitrasi, Azas-azas sistem informasi pengelolaan

perpustakaan, Pengawasan, Evaluasi, pengelolaa Perpustakaan Daerah dan

faktor-faktor Penghambat dan pendukung serta Dapak yang ditimbulkan dari

pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua.

DAFTAR PERTANYAAN

I. Implementasi Pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua

1. Bagaimana perencanaan pengelolaan Perpustakaan Daerah provvinsi


Papua ?
2. Bagaimana pengelolaan organisasi, dan Adminitrasi Pengelolaan
Perpustakaan Daerah Provinsi Papua ?
3. Bagaimana azas-azas sistem informasi pengelolaan Perpustakaan Daerah
Provinsi Papua ?
4. Bagaimana Pengawasan pengelolaan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua ?
5. Bagaimana Evaluasi pengelolaa Perpustakaan Daerah Provinsi Papua ?
174

6. faktor-faktor apa yang menjadi Penghambat dan pendukung pengelolaan


Perpustakaan Daerah Provinsi Papua ?
7. Dampak apa yang dirasakan oleh masyarakat dari pengelolaan Perpustakaan
Daerah Provinsi Papua saat ini ?

Pelaksanaan Wawancara
Identitas Informasi : ..............................................................

Inisial : ..............................................................

Jenis Kelamin : ..............................................................

Jabatan : ..............................................................

Pendidikan Terakhir : ..............................................................

Hari/Tanggal : ..............................................................

Waktu : ..............................................................

Tempat : ..............................................................

No. Pertanyaan Deskripsi Jawaban


Bagaimana Kebijakan pimpinan terhadap
1.
pengelolaan perpustakaan saat ini ?
Apa yang menjadi pedoman kebijakan kepala badan
2.
Perpustakaan Daerah saat ini ?
3. Bagaimana keharmonisan kerja di pertahankan ?
Apakah pekerjaan yang dilakukan di perpustakaan
4. saat ini sudah sesuai dengan tupoksi masing-masing
pegawai perpustakaan ?
Apakah tujuan bersama oleh semua segenap
5. pegawai Perpustakaan Daerah Provinsi Papua
sudah tercapai ?
6. Bagaimana mewujudkan tujuan tersebut ?
Apakah kewenangan setiap pegawai perpustakaan
7. sama dari hak dan tanggungjawab dalam
pekerjaan ?
Siapa yang bertanggungjawab terhadap
8. kewenangan yang dijalankan oleh setiap pegawai
perpustakaan ?
175

Apakah koordinasi setiap bagian kegiatan


9. dijalankan agar menjaga kesinambungan pekerjaan
yang dilakukan oleh pegawai perpustakaan ?
Apa yang menjadi hambatan pengelolaan
10.
Perpustakaan Daerah saat ini ?
Bagaimana dengan SDM saat ini yang ada di badan
11.
Perpustakaan Daerah Provinsi Papua saat ini ?
Bagaimana pengelolaan adminitrasi perpustakaan
12.
saat ini yang dijalankan ?
13 . Bagaimana dengan kebutuhan pemustaka saat ini ?
Bagaimana sistem sirkulasi yang dijalankan saat ini
14.
?
Bagaimana dengan pelayanan yang dilakukan oleh
15.
pengunjung ?
Masalah apa yang ada dalam pelayanan terhadap
16.
pemustaka saat ini ?
Apa saja layanan yang disediakan oleh badan
17.
Perpustakaan Daerah saat ini ?
Informasi apa saja yang tersedia di perpudtakaan
18.
Daerah Provinsi Papua saat ini ?
Apakah perpustakaan mempunyai pertimbangan
19. khusus dalam melaksanakan pengadaan koleksi
buku teks pelajaran?
Layanan apa yang menjadi kegemaran pemustaka
20.
saat ini yang digandrungi ?
Apakah buku yang tersedia saat ini sudah
21. memenuhi permintaan pengunjung sebagai
pemustaka ?
Bagaimana menciptaka inovasi baru terhadap
22.
koleksi buku yang ada dan yang belum ada ?
Apa yang menjadi masalah pengadaan puku
23.
perpustakaan saat ini yang dirasakan ?
Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh
24.
daerah terhadap badan Perpustakaan Daerah ?
Apa saja yang menjadi pokok pengawasan yang
25.
dilakukan ?
Siapa yang melakukan pengawasan terhadap
26.
Perpustakaan Daerah ?
Tujuan pengawasa terhadap Perpustakaan Daerah
27.
saat ini ?
Apa yang dievaluasi dalam pengelolaan
28.
Perpustakaan Daerah Provinsi Papua saat ini ?
Apakah pelaksanaan evaluasi sesuai dengan
29.
rencana kerja daerah saat ini ?
Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam
30. pelaksanaan evaluasi rencana kerja Perpustakaan
Daerah saat ini ?
Dampak yang dirasakan saat ini dari pengelolaan
31.
Perpustakaan Daerah terhadap pemustaka saat ini ?
176

Dampak nyata apa yang dirasakan oleh lingkungan


32. dengan kehadiran badan perpustakaan yang terletak
di jalan kotaraja kota jayapura saat ini ?

Lampiran 4. Foto Gedung Perpustakaan


177

Lampiran 5. Foto Wawancara


178

Lampiran 6. Foto Ruang Perpustakaan


179

You might also like