You are on page 1of 35

Materi Perkuliahan

ULUMUL HADITS

OLEH:
MUHITH MUHAMMAD ISHAQ, MPdI

SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH DIROSAT ISLAMIYAH


(STID-DI) AL HIKMAH JAKARTA
2020

1
‫مقدمة‬
‫بسم هللا الرمحن الرحيم‬

‫ َو َعلى آلِِه‬،‫ ُُمَ َّم ِد ب ِن َعحب ِد هللا‬،‫ِب بَ حع َده‬ َّ َِ‫السالمُ َعلى َم حن الَّ ن‬ َّ ‫ َو‬،‫ا حْلَ حم ُد هللِ َو حح َده‬
َّ ‫الصالةُ َو‬
َ ‫ َوأَ حش َه ُد أَ حن الَّ إلهَ إِالَّ هللا َو حح َده ال َش ِريح‬،‫ك بِ ِديح ِنه َو حاهتَ َدى ِِبَ حديِه‬
،ُ‫ك لَه‬ َ ‫ َو َعلى َم حن َتََ َّس‬،‫ص ححبِه‬ َ ‫َو‬
:‫أما بَ حع ُد‬.‫ه‬ َّ ‫َوأَ حش َه ُد‬
ّ ُ‫أن ُُمَ َّمداً َعحب ُدهُ َوَر ُسول‬

Kumpulan materi ini adalah sekedar garis besar bahan perkuliahan Ulumul Hadits
yang disesuaikan dengan Garis Besar Program Pengajaran dan Satuan Acara
Perkuliahan yang diselenggarakan di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirasah Islamiah
Al Hikmah Jakarta.

Bahan diambil dari beberapa sumber bacaan, dengan harapan memudahkan


mahasiswa untuk memahami ilmu ini dengan baik

Semoga hal sederhana ini bermanfaat bagi ummat, diterima di sisi Allah sebagai amal
yang berpahala.

Pondokgede, Februari 2020

Muhith Muhammad Ishaq, MPdI

2
ADAB BELAJAR ILMU HADITS

1. IKHLAS
َّ‫«م حن تَ َعلَّ َم ِع حلماً ِِمَّا يُحب تَ غَى بِِه َو حجهُ هللا ال يَتَ َعلَّ ُمهُ إال‬
َ :ً‫أبوهَريرَة رضي هللا عنه مرفوعا‬ ُ ‫َوقَد َرَوى‬
‫ وابن ماجه‬، ‫ الح ِقيَ َام ِة» أخرجه أبوداود‬... ‫ف ا حْلَن َِّة يَ حوَم‬ ُّ ‫ب بِِه َعَرضاً ِم َن‬
َ ‫الدنحياَ ََلح ََِي حد َع حر‬ ِ ِ
َ ‫ليُصحي‬
Barang siapa yang mempelajari ilmu yang dipergunakan untuk meraih ridha Allah,
lalu ia mempelajarinya hanya ingin mendapatkan dunia, maka ia tidak akan
mendapatkan aroma surga, di hari kiamat.

2. BERAKHLAQ MULIA

‫َخالقاً» أخرجه الرتمذي‬ ِ ‫«خيارُكم أ‬


ِ
‫َحاسنُ ُك حم أ ح‬
َ ‫وعن عبد هللا بن عمرو رضي هللا عنه مرفوعاً َ ُ ح‬
Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.
ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ب أعلى األموِر فيَج‬
‫ب أ حن‬ َ َ‫اْلديث فَ َق حد طَل‬
َ َ َ‫ «من طَل‬:‫ال أبو َعاص ٍم النَّبيلُ َرِحَهُ هللا‬
‫ب هذا‬ َ َ‫َوق‬
»‫َّاس‬ِ ‫يَّ ُكو َن َخ َري الن‬
Barang siapa menuntut ilmu hadits maka sesungguhnya ia menuntut perkara tertinggi,
sehingga wajib untuk menjadi orang terbaik

3. MENGAMALKAN ILMU
‫ َو َع حن‬،‫ َو َع حن ِعلح ِم ِه فِحي َم فَ َع َل‬،ُ‫ىت يُ حسئَ َل َع حن عُ حم ِرهِ فِحي َم أَفحنَاه‬ ِ ِ ٍ
َّ ‫«ال تَ ُزحو ُل قَ َد َما َعحبد يَ حوَم الحقيَ َامة َح‬
‫ َو َع حن ِج حس ِم ِه فِحي َم أبحالهُ» صحيح رواه الرتمذي‬،ُ‫َمالِِه ِم حن أيح َن ا حكتَ َسبَهُ َوفِحي َم أنح َف َقه‬
Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba di hari kiamat, sehingga ia ditanya
tentang umur untuk apa dihabiskan, tentang ilmunya apa yang ia kerjakan, tentang
hartanya dari mana diusahakan dan di mana dibelanjakan, tentang badannya untuk apa
didaya gunakan

4. MENGHORMATI YANG LEBIH TUA


‫صغِ ح َريََن َوََلح يَُوقِّحر‬
َ ‫س منَّا َم حن ََلح يَ حر َح حم‬
َ ‫ح‬
ٍ ِ‫س اب ِن مال‬
ِ ‫ مرفوعاً «لَي‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫ك‬ ِ ِ
َ ‫ْلديث أنَ ِ ح‬
‫ وأِحد‬،‫َكبِ ح َريََن» صحيح رواه الرتمذي‬
Tidak termasuk ummatku, seseorang yang tidak menyayangi yang kecil dan
menghormati yang besar

5. BERBAGI ILMU KEPADA SESAMA

»ً‫هم بَعضا‬ ِ َ ‫يث‬ ِ ‫كة اْل ِد‬


ِ ِ
‫إفادةُ بَعض ح‬ َ ‫ «من َبر‬:‫مالك رِحهُ هللا‬
ُ ُ‫قال اإلمام‬
Di antara berkah hadits adalah saling bermanfaat satu sama lain.

6. TIDAK SEGAN BERGURU KEPADA AHLI ILMU WALAUPUN


LEBIH RENDAH DERAJATNYA

3
1. PENGANTAR ILMU HADITS

Definisi ilmu
) ‫العلم هو إدراك الشيء على ما هو به (التعريفات‬
Ilmu adalah mempersepsikan sesuatu sebagaimana adanya.

Definisi Hadits,
.‫ول أو فع ٍل أو ت قري ٍر أو صف ٍة‬
ٍ ‫ ما أضيف إىل النب صلى هللا عليه وسلم من ق‬:‫احلديث‬
‫ي‬
Segala sesuatu yang dikaitkan kepada Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-
berupa ucapan, atau perbuatan, atau ketetapan, atau sifat.

Definisi Ilmu Hadits:

‫هو علم بصو ٍل وق واعد ي عرف به أحوال السند والت من حيث القبول والر يد‬
Ilmu Hadits adalah ilmu tentang dasar-dasar dan kaidah-kaidah untuk mengetahui
kondisi diterima atau ditolaknya sanad dan matan (hadits)

Hadits Qauliy
Maksudnya semua perkataan Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-,
contoh: …

Hadits Fi’liy
Maksudnya semua perbuatan Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-
contoh:
َّ ‫ضأُ ِِبٍُّد َويَ حغتَ ِسلُ بِنَ حح ِو‬
»‫الصا ِع‬ َّ ‫صلَّى هللاُ َعلَحي ِه َو َسلَّ َم « َكا َن يَتَ َو‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ َّ ‫ أ‬:َ‫َع حن َعائِ َشة‬
َ ‫َن َر ُس‬
‫سنن النسائي‬
Bahwa Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam. Berwudhu dengan satu mud dan mandi
dengan satu sha’.

Hadits Taqririy
Maksudnya ada perbuatan atau perkataan yang dilakukan di hadapan Nabi
Muhammad –shallallahu alaihi wasallam- atau diberitahukan tentang hal itu dan Nabi
Muhammad –shallallahu alaihi wasallam- tidak menolaknya. Contoh:
‫اَّللِ َما أ َِج ُد‬
َّ ‫ول‬ َ َ‫َّق بِِه» ق‬
َ ‫ ََي َر ُس‬:‫ال‬ ‫صد ح‬ َ َ‫«خ حذ َه َذا فَت‬
ِ
ُ :‫صلَّى هللاُ َعلَحيه َو َسلَّ َم‬
َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬َ ‫فَ َق‬
َِّ ‫ول‬
‫ مسند أِحد‬...ُ‫ت أَنحيَابُه‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَحي ِه َو َسلَّ َم َح َّىت بَ َد ح‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ك َر ُس‬ َ ‫ض ِح‬
َ َ‫ ف‬:‫ال‬َ َ‫َح َو َج ِم ِّن ق‬
‫أح‬
Hadits Washfiy
Maksudnya adalah sifat Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam- secara fisik
maupun akhlak. Seperti

4
ِ ‫أح َس َن الن‬
‫َّاس‬ ِ ُ ‫ « َكا َن رس‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫يث الرباء‬ ِ ‫ح ِد‬
‫ ح‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ول هللا‬ َُ َ
ِ ‫ب والَ ابل َق‬
‫ص حِري» أخرجه مسلم‬ ِ
ِ ‫الذاه‬
َّ ‫ لَحيس ابلطَّ ِو ِيل‬،ً‫أحسنَهُ َخلحقا‬
َ َ ‫ و ح‬،ً‫َو حجها‬
Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- adalah orang yang paling bagus wajahnya,
paling bagus posturnya, tidak tinggi jangkung tidak juga pendek
ِ ‫َح َس َن الن‬
‫َّاس‬ ِ ُ ‫ « َكا َن رس‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫وحديث أنس‬
‫ أ ح‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ول هللا‬ َُ
‫ أخرجه مسلم‬. »ً‫ُخلُقا‬
Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- adalah orang yang paling bagus akhlaknya.

5
2. ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADITS

1. Al Khabar

،‫ يطلق وي راد به احلديث ابلعىن الذي سبق ذكره‬:‫اخلَب‬


.‫وأيضاً يراد به ما هو أع ُّم منه من األخبار‬
Kata Al Khabar ketika diucapkan yang dimaksudkan adalah Al Hadits seperti yang
disebutkan di atas.
Bisa juga dimaksudkan lebih luas dari itu, yaitu semua berita.

2. Al Atsar

– ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ يطلق وي راد به حديث الرسول‬:‫األثر‬


.‫وي راد به ما أضيف إىل الصحابة والتابعْي من األق وال واألفعال‬
Kata Al Atsar ketika diucapkan yang dimaksudkan adalah hadist Rasulullah-
shallallahu alaihi wasallam.
Kadang juga dimaksudkan untuk menyebut perkatan dan perbuatan yang dikaitkan
dengan shahabat dan Tabiin

3. As Sunnah

- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ب‬


‫ ك ُّل ما صدر عن الن ي‬:‫ عند احمل يدثْي وأهل األصول‬:‫السنة‬ ُّ
.‫من ق و ٍل أو فع ٍل أو ت قري ٍر‬
‫ من احلكم وَل يكن‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ب‬
‫ ما ث بت عن الن ي‬:‫ويف عرف الفقهاء‬
.ً‫ف رضاً أو واجبا‬
.‫ ما ي قابل البدعة‬:‫ويف عرف علماء الوعظ واإلرشاد‬
As Sunnah, menurut ahli hadits dan ushul (fiqh) : Segala sesuatu yang keluar dari
Nabi Muhammad _shallallahu alaihi wasallam- berupa ucapan, perbuatan, atau
ketetapan.
Dan dalam pengertian ahli fiqh: Sesuatu yang valid dari Nabi Muhammad-shallallahu
alaihi wasallam, berupa hukum, bukan fardhu atau wajib.
Dan menurut ulama mauizhah dan bimbingan: Sunnah adalah lawan kata bid’ah

4. Hadits Qudsiy dan perbedaannya dengan hadits Nabawi

- ‫ عز وجل‬- ‫ عن ربيه‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ب‬


ُّ ‫ هو ما يرويه الن‬:‫احلديث القدس ُّي‬
‫ىن سوى القرآن‬
ً ‫لفظاً أو مع‬
Hadits Qudsiy adalah : sesuatu yang Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-
sampaikan dari Allah –azza wa jalla- secara redaksi atau makna selain Al Qur’an

6
Perbedaan antara hadits Qudsiy, Hadits Nabawi dan Al Qur’an adalah
1. Bahwa Hadits Nabawi dinisbatkan kepada Nabi Muhammad –shallallahu
alaihi wasallam- lafadh/redaksi dan makna/isi. Sedangkan hadits Qudsiy
maknanya dinisbatkan kepada Allah, sedang lafadh-nya dari Nabi.
2. Hadits qudsiy tidak dibaca dalam shalat, berbeda dengan Al Qur’an
3. Tidak ada unsur tantangan kepada lawan untuk membuat tandingan,
4. Tidak dinuqil/disalin secara mutawatir, sebagaimana Al Qur’an, bahkan dalam
hadits qudsiy ada yang shahih ada juga yang dhaif.

Kenyataan bahwa makna/isi hadits qudsiy dari Allah dan redaksinya dari Nabi
Muhammad, tidak beda dengan hadits Nabawi, hanya saja Nabi Muhammad –
shallallahu alaihi wasallama, ketika mengkaitkannya kepada Allah Azza wa jalla ada
maksud :
1. Untuk memberikan tekanan untuk membangkitkan jiwa manusia agar lebih
perhatian.
2. Karena hadits itu bertemakan seputar mensucikan Allah dari kekurangan dan
segala hal yang tidak patut bagi Allah.
3. Tema hadits biasanya juga tentang sifat-sifat-Nya.

Contoh:
‫ أَن عند ظ ين عبدي ِب" مسند‬:‫" قال اَّلل عز وجل‬:‫وقال رسول اَّلل صلى هللا عليه وسلم‬
‫أمحد‬
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku
tergantung sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. HR Ahmad

Contoh hadits qudsiy dalam kitab Al Arbain An Nawawiyah, terdapat di hadits nomer
24, 38, dan 42.

7
3. PEMBAGIAN HADITS DARI JUMLAH PERAWI

Ditinjau dari jumlah orang yang meriwayatkan hadits pada setiap level, hadits
terbagi dua, yaitu Mutawatir dan Ahad.

A. HADITS MUTAWATIR
Menurut Bahasa kata Mutawatir adalah isim fa’il dari kata tawa-tara, bermakna
tataba’a: sambung menyambung contoh: tawatara al matharu, artinya : hujan tiada
henti.
Menurut istilah:
ِ ‫ ُُِتحيل الح َع َادةُ تَواطَُؤ ُهم َعلَى الح َك ِذ‬،‫ما رواهُ َع َدد َكثِ حري‬
.‫ب‬ ‫َ ح‬ ُ ََ َ
Hadits yang diriwayatkan oleh jumlah besar, yang mustahil mereka bersepakat dusta.

Artinya: bahwa hadits mutawatir itu adalah hadits yang periwayatan di setiap levelnya
oleh banyak perawi, yang secara logis, umumnya mereka mustahil bersepakat untuk
memalsukan berita itu.

Syarat:
1. Diriwayatkan oleh jumlah besar. (Terdapat beda pendapat tentang jumlah
minimalnya, dan yang masyhur adalah minimal sepuluh orang)
2. Jumlah besar itu terdapat dalam seluruh level. (dari sahabat-tabiin-tabiit-tabiin)
3. Secara umum jumlah itu mustahil untuk bersepakat berdusta
4. Hadits yang disampaikan disandarkan pada alat indera, seperti: Saya
mendengar, saya melihat, saya memegang… sedangkan jika yang disampaikan
itu disandarkan pada logika, seperti: Saya simpulkan bahwa alam itu
makhluk… tidak disebut mutawatir.

Pembagiannya
Hadits mutawatir ada dua macam:

a. Lafdhiy
.ُ‫ َو ُه َو َما تَ َواتََر لَ حفظُهُ َوَم حعنَاه‬:‫املتَ َواتُِر اللَّ حف ِظ ُّي‬
Yaitu hadits yang lafadh dan maknanya mutawatir.
Seperti hadits:
‫ب َعلَ َّي ُمتَ َع ِّم ًدا فَلحيَ تَ بَ َّوأح َم حق َع َدهُ ِم ِن النَّار‬
َ ‫َم حن َك َذ‬
Barang siapa berdusta atasku dengan sengaja, maka siapkanlah tempatnya di
neraka.
Hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari tujuh puluh orang sahabat, dan jumlah
itu semakin banyak pada level-level sanad berikutnya.

b. Maknawi
.‫ ُه َو َما تَ َواتََر َم حعنَاهُ ُد حو َن لَ حف ِظ ِه‬:‫املعنَ ِوي‬
‫املتواتر ح‬
Hanya makna/isinya yang mutawatir, tidak lafafh/redaksinya.
Seperti hadits tentang mengangkat kedua tangan dalam berdoa.

8
Ada sekitar seratus hadits yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad
melakukakannya.
Setiap hadits itu berisi bahwa: Nabi Muhammad mengangkat kedua tangannya
dalam berdoa.
Hanya saja terjadi pada momentum yang berbeda-beda.
Setiap momentum dan kadar mengangkatnya tidak mutawatir.
Tetapi rangkuman semua jalur periwayatan membuatnya mutawatir.

c. Keberadaan
Terdapat beberapa hadits mutawatir, meskipun tidak banyak jumlahnya, antara
lain hadits tentang al haudh/telaga al kautsar, al mas-hu alal-huffain/mengusap
alas kaki, mengangakat kedua tangan dalam shalat, hadits nadhdharallahu
imra’an/Semoga Allah mencerahkan wajah seseorang…

d. Kitab Hadits Mutawatir


ِ ‫ و ُهو مرتَّب َعلَى حاألَبحو‬،‫السي و ِطي‬ ِ ِ
.‫اب‬ َ َُ َ َ ‫ ُّ ُ ح‬:ِ‫األزَه ُار الح ُمتَ نَاثَرةُ ِف األَ حخبَا ِر الح ُمتَ َواتَرة‬‫ح‬ -‫أ‬
.‫السابِ ِق‬
َّ ‫اب‬ ِ َ‫ و ُهو تَ حل ِخحيص لِحل ِكت‬،‫ضا‬ ِ ُّ ِ‫ ل‬:‫ قَطحف حاألَحزها ِر‬-‫ب‬
َ َ ً ‫لسيُ حوطي أيح‬ َ ُ
ِِ َّ‫ لِ ُم َح َّم ِد بح ِن َج حع َف ٍر الح َكت‬:‫ث الح ُمتَ َواتِ ِر‬
.ّ‫ان‬ ِ ‫ نَظحم الحمتَ نَاثِ ِر ِمن ا حْل ِدي‬-‫ج‬
‫َ َح‬ ُ ُ

B. HADITS AHAD

1. Definisi hadits Ahad


Menurut Bahasa kata )‫(أحاد‬Aa-had,adalah bentuk jama’ dari kata Ahad, yang
berarti satu. Khabar wahid artinya berita yang diriwayatkan oleh satu orang.
Menurut istilah :
‫ُه َو َما ََلح َحَي َم حع ُش ُرحو َط الح ُمتَ َواتِ ِر‬
Adalah hadits yang tidak memenuhi syarat mutawatir.

2. Pembagian hadits Ahad menurut jumlah jalurnya terbagi menjadi:


(Gharib, Aziz, Masyhur)

a. Gharib

1. Definisi
Menurut Bahasa kata gharib artinya menyendiri, jauh dari teman
Menurut istilah:
ِ ‫هو ما ي نح َف ِرد بِ ِروايتِ ِه را ٍو و‬
‫احد‬ َ َ َ َ ُ َ َ َُ
Hadits yang hanya diriwayatkan oleh satu orang
Keberadaan hanya seorang perawi itu bisa dalam satu level, mesekipun
terdapat jumlah besar pada level lainnya. Karena yang dihitung adalah
minimalnya.
Ada pula yang menyebutnya “al fardu”.

2. Pembagiannya

9
Gharib terbagi dua, gharib muthlaq dan gharib nisbiy.

Gharib muthlaq adalah kesendirian dalam pusat sanad (sahabat)


Seperti hadits : “innamal a’malu binniyyat…” hanya diriwayatkan oleh
Umar ibn Al Khaththab

Gharib Nisbiy, kesendirian di tengah sanadnya,


Seperti hadits riwayah Imam Malik dari Az Zuhry, dari Anas
"‫صلَّى هللاُ َعلَحي ِه َو َسلَّ َم َد َخ َل َم َّكةَ َو َعلَى َرأح ِس ِه الح ِمغح َف ُر‬ َّ َِّ‫أن الن‬
َ ‫ِب‬ َّ
3. Kitab terkenal
َّ ِ‫ ل‬،‫ك‬
.‫لد ُارقُطح ِن‬ ٍ ِ‫ َغرائِب مال‬-‫أ‬
َ ُ َ
ِ
.‫ضا‬ ً ‫لد ُارقُطح ِن أيح‬َّ ‫ ل‬،‫األف َر ُاد‬
‫ ح‬-‫ب‬
.‫الس ِج حستَ ِان‬
ِ ِ ٍ ٍِ ِ
ّ ‫ ألَِب َد ُاوَد‬،‫السنَ ُن الَِّت تَ َفَّرَد ب ُك ِّل ُسنَّة محن َها حأه ُل بَلح َدة‬
ُّ -‫ج‬
b. Aziz
1. Definisi
Menurut bahsa kata aziz dari kata azza ya’izzu, artinya sedikit dan langka,
atau azza ya’azzu artinya kuat dan kokoh. Disebut demikian karena jumlah
perawinya yang sedikit, atau menjadi kuat karena ada jalur lain.
Sedangkan menurut istilah:

ِ ‫ض ال ِطّب‬
‫اق‬ ِ ‫ َو ُهو َما ََلح يَِق َّل َع َد ُد ُرَواتِِه َع ِن اثحنَ ح‬:‫الح َع ِزيح ُز‬
َ ِ ‫ َوإ حن َز َاد َعحنهُ ِف بَ حع‬،‫ْي‬ َ
Yaitu hadits yang jumlah perawinya tidak kurang dari dua orang, meskipun
terdapat lebih dari itu pada sebagian levelnya.

2. Contoh
ِ َ ‫أن رس‬ ِ ِ ِ ُّ ‫ والحبخا ِر‬،‫س‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫ما رواه‬
ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫ول هللا‬ ُ َ َّ ‫ي م حن َحديحث ِأب ُهَريح َرَة؛‬ َ ُ َ ٍ َ‫الشحي َخان م حن َحديحث أَن‬ ُ ََ َ
"‫ْي‬ ِ ‫اس ح‬
َ‫أجَع ح‬ ِ َّ‫ َوالن‬،ِ‫ َوَولَ ِده‬،ِ‫ب إلَحي ِه ِم حن َوالِ ِده‬
َّ ‫أح‬ ِ َ َ‫َعلَحي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ َ"ال يُ حؤم ُن أَ َح ُد ُك حم َح َّىت أ ُك حو َن‬:‫ال‬
c. Masyhur
1. Definisi
Menurut Bahasa kata masyhur berasal dari kata syahara, artinya nyata,
sedangkan menurut istilah:
.ِ‫ورة‬ ِ ِ
َ ‫َح َد أ حَع َداد الح ُمتَ َوات ِر الح َم حذ ُك‬
َ ‫ث ََلح يَحب لُ حغ أ‬
ُ ‫ َححي‬،‫َما َرَواهُ ثَالَثَة فَأَ حكثَر‬
Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, namun tidak mencapai
derajat mutawatir, seperti yang tersebut di atas.

2. Contoh
ِ ‫ض الحعِلح َم بَِقحب‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫"إن هللا َال ي حقب‬ ُ ‫َح ِديح‬
‫ض‬ ُ ِ‫ َولَك حن يَ حقب‬،‫ص ُد حوِر الحعُلَ َماء‬ ُ ‫اعا يَنح تَ ِزعُهُ م حن‬ ُ َ َ َّ :‫ث‬
ً ‫ض الحعلح َم انحتَز‬
َ َ‫ ف‬،‫ فَ ُسئِلُوا فَأَفحتَ حوا بِغَ حِري ِع حل ٍم‬،‫وسا ُج َّه ًاال‬
‫ضلُّوا‬ َّ ِ ِ ِ
ً ُ‫اس ُرء‬ُ َّ‫ َح َّىت إ َذا ََلح يَحب َق َعال ًما اّتَ َذ الن‬،‫الحعُلَ َماء‬
"‫ضلُّ حوا‬
َ َ‫َوأ‬
10
‫‪ .3‬أن واع المشهور غي الصطلح يي‪ :‬له أن واع كثية‪ ،‬أشهرها‪:‬‬
‫صلَّى هللاُ َعلَحي ِه‬ ‫ِ‬ ‫س‪َّ :‬‬ ‫ث أنَ ٍ‬ ‫اصةً‪َ :‬وِمثَالُهُ‪َ :‬ح ِديح ُ‬ ‫أ‪ -‬م حشهور بْي حأه ِل ا حْل ِدي ِ‬
‫أن َر ُس حو َل هللا َ‬ ‫ث َخ َّ‬ ‫َح‬ ‫َ ُ ح َ حَ‬
‫الرُك حوِع يَ حدعُ حو َعلَى َر حع ٍل َوذَ حك َوا َن‪.‬‬ ‫ت َش حهًرا بَ حع َد ُّ‬ ‫َو َسلَّ َم قَنَ َ‬
‫ث‪َ ،‬والحعُلَ َم ِاء‪َ ،‬والح َع َو ِام‪ِ :‬مثَالُهُ‪" :‬الح ُم حسلِ ُم َم حن َسلِ َم الح ُم حسلِ ُم حو َن ِم حن‬ ‫ب‪ -‬م حشهور بْي حأه ِل ا حْل ِدي ِ‬
‫َح‬ ‫َ ُ ح َ حَ‬
‫لِ َسانِِه َويَ ِدهِ"‬
‫ض ا حْلََال ِل َإل هللاِ الطََّال ُق"‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ْي الح ُف َق َهاء‪ :‬مثَالُهُ‪َ :‬حديحث‪" :‬أبحغَ ُ‬ ‫ج‪َ -‬م حش ُه حور بَ حَ‬
‫استُ حك ِرُه حوا‬ ‫ِ‬ ‫د‪ -‬م حشهور بْي األُصولِيِْي‪ِ :‬مثَالُه‪ :‬ح ِديث‪ِ :‬‬
‫"رف َع َع حن أَُّم ِت ا حلَطَأُ َوالنّ حسيَا ُن َوَما ح‬ ‫ُ‬ ‫ُ َ ح‬ ‫َ ُ ح َ حَ ُ ح ّ حَ‬
‫ص َّح َحهُ ابح ُن ِحبَّا َن‪َ ،‬وا حْلَاكِ ُم‪.‬‬ ‫ِ‬
‫َعلَحيه"‪َ .‬‬
‫ص ِه"‪َ .‬ال‬ ‫ف هللا ََل ي ع ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ص َهحيب‪ ،‬لَ حو ََلح َيَ ِ َ ح َ ح‬ ‫ْي النَّ َحاة‪ :‬مثَالُهُ‪َ :‬حديحث‪" :‬ن حع َم الح َعحب ُد ُ‬ ‫ه ‪َ -‬م حش ُه حور بَ حَ‬
‫ص َل لَهُ‪.‬‬ ‫أَ ح‬
‫ي َو َح َّسنَهُ‪.‬‬‫الرتِم ِذ ُّ‬
‫ِ‬
‫"‪.‬أخَر َجهُ ّ ح‬
‫ان ح‬ ‫الشيطَ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ْي الح َع َّامة‪ :‬مثَالُهُ‪َ :‬حديحث "الح َع َجلَةُ م َن َّ ح‬ ‫و‪َ -‬م حش ُه حور بَ حَ‬

‫أشهر المصن فات فيه‬ ‫‪.4‬‬

‫اص ُد ا حْلَ َسنَةُ‪ ،‬فِحي َما ا حشتَ َهَر َعلَى حاألَلح ِسنَ ِة‪ ،‬لِ َّ‬
‫لس َخا ِو ح‬
‫ي‪.‬‬ ‫أ‪ -‬الحم َق ِ‬
‫َ‬
‫اس‪ ،‬لِلح َع حجلُ حوِن‪.‬‬ ‫ث َعلَى ألح ِسنَ ِة النَّ ِ‬ ‫اس‪ ،‬فِيما ا حشتَ هر ِمن ا حْل ِدي ِ‬ ‫ِ‬
‫ف ا حلََفاء‪َ ،‬وُم ِزيحلُ حاإللحبَ ِ ح َ َ َ َ َ ح‬ ‫ب‪َ -‬ك حش ُ‬
‫ث‪ِ ،‬البح ِن الدَّيحبَ ِع‬ ‫اس ِمن ا حْل ِدي ِ‬
‫َح‬ ‫ث‪ ،‬فِحي َما يَ ُد حوُر َعلَى ألح ِسنَ ِة النَّ ِ‬‫ب ِمن ا حلَبِي ِ‬
‫ج‪َ -‬تَحيِحي ُز الطَّيِّ ِ َ ح‬
‫الشحي بَ ِان‪.‬‬
‫َّ‬

‫‪11‬‬
4. PEMBAGIAN HADITS DARI SISI KEKUATANNYA

Ditinjau dari sisi kuat dan lemahnya hadits Ahad, terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
Shahih, Hasan dan Dhaif.

A. SHAHIH

Definisi hadits shahih


Menurut Bahasa kata shahih/sehat adalah lawan kata saqim/sakit.
Kata ini dipergunakan hakekatnya bagi fisik, dan majaz bagi hadits,dll. .
sedangkan menurut istilah:
‫ ول عل ٍة‬،‫ من غي شذوذ‬،‫ عن مثله إىل من ت هاه‬،‫ما اتصل سنده بن قل العدل الضابط‬
Hadits yang bersambung sanadnya dinukil oleh orang yang adil, dhabith, dari yang
sama sampai ujungnya, tanpa ada syadz dan illat.
Penjelasan:
a. Sanad muttashil, setiap perawi mendapatkan dari atasnya secara langsung, dari
awal sampai ujung
b. Adil; setiap perawi dikenal sebagai muslim, baligh, berakal, tidak fasiq, tidak
melanggar muru’ah/kepatutan.
c. Dhabith, setiap perawi memiliki ingatan sempurna, baik hafalan atau catatan.
d. Syadz; bertentangan dengan orang yang lebih terpercaya.
e. Illat; haditsnya tidak cacat, oleh sebab tersembunyi, yang menodai kesahihan
hadits, meskipun tampak zhahirnya sehat.

Syarat,
Dari definisi di atas maka syarat hadits shahih yang harus terpenuhi ada lima, yaitu:
،‫السنَ ِد‬
َّ ‫ال‬ ُ‫ص‬ ِِ
َ ّ‫ات‬ .1

،ِ‫الرَواة‬
ُّ ُ‫َع َدالَة‬ .2

،ِ‫الرَواة‬
ُّ ‫ط‬ ُ ‫ضحب‬َ .3

،‫َع َدمُ العِلَّ ِة‬ .4

‫الش ُذ حوِذ‬
ُّ ُ‫َع َدم‬ .5
Contoh:
‫ َع حن‬،‫أخ ََربََن َمالِك‬
‫ ح‬:‫قال‬
َ ،‫ف‬َ ‫بن يُ حو ُس‬
ُ ‫"ح َّدثَنَا َعحب ُد هللا‬ َ َ‫ ق‬،‫ص ِححي ِح ِه‬
َ :‫ال‬ َ ‫أخَر َجهُ الحبُ َخا ِري ِف‬‫َما ح‬
‫صلى هللا عليه‬ ِ َ ‫ َِسعت‬:‫ قال‬،‫ عن أبِي ِه‬،‫ عن ُُم َّم ِد ب ِن جب ِري ب ِن مطحعِ ٍم‬،‫اب‬ ٍ ‫ابح ِن ِش َه‬
َ ‫رسول هللا‬ ُ ‫ح‬ ‫َح ح‬ ُ ‫َ ح َ ح َُ ح ح‬
ِ ‫وسلم قَرأَ ِف الحم حغ ِر‬
"‫ب ِابلطُّ حوِر‬ َ َ َ
Kedudukan hukumnya
.‫ْي َوالح ُف َق َه ِاء‬ ِ ُ‫ ومن ي عت ُّد بِِه ِمن األ‬،‫ث‬
َ‫ص حوليِّ ح‬
ُ َ َ‫ب الح َع َم ِل بِِه بِِ حجَ ِاع حأه ِل ا حْلَ ِديح ِ َ َ ح ُ ح‬ ُ ‫ ُو ُج حو‬:ُ‫َو ُح حك ُمه‬
‫ َال يَ َس ُع الح ُم حسلِ ُم تَ حرَك الح َع َم ِل بِِه‬.‫الش حرِع‬
َّ ‫فَ ُه َو ُح َّجة ِم َن ُح َج ِج‬

12
Hukum hadits shahih menurut ijma’ ahli hadits,dan ulama ushul dan ahli fiqh, harus
diamalkan. Dan merupakan hujjah/dalil kuat di antara dalil-dalil agama, tidak
memberikan kesempatan seorang muslim untuk meninggalkannya.

Pembagiannya
Hadits shahih ada dua macam, yaitu:
ِ ِِ ِ ِ ُ ‫ وهو اْلَ ِد‬:‫صحيح لذاته‬
‫َّص َل َسنَ ُدهُ م حن أ ََّوله إِل آخ ِرهِ بِنَ حق ِل الح َع حد ِل الت ي‬
‫ام‬ َ ‫يث الح ُم حسنَ ُد الَّذي ات‬
ً‫ َوال يَ ُكو ُن َشاذًّا والَ ُم َعلَّال‬،‫الضبط َع حن ِمثحلِ ِه‬
SHAHIH LIDZATIHI adalah hadits yang sanadnya bersambung dari awal sampai
akhir, dinukil oleh orang adil, sempurna ingatan, dari yang sama, tidak syadz dan
tidak ada illat
ِ ‫يث الَّ ِذي اتَّصل سنَ ُده ِمن أ ََّولِِه إِل‬
‫آخ ِرهِ بِنَ حق ِل الح َع حد ِل الَّ ِذي قل‬ ُ ‫ َو ُه َو اْلَ ِد‬:‫صحيح لغيه‬
‫ََ َ ُ ح‬
َ‫ َوالَ يَ ُكو ُن َشاذًّا وال‬،‫آخَر ُم َسا ٍو أو َر ِاج ٍح‬ ِ
َ ‫ ولَكنَّهُ تُوبِ َع بِطَ ِريح ٍق‬،‫ضبطه عن الدرجة العليا‬
.ً‫ُم َعلَّال‬
SHAHIH LIGHAIRIHI adalah hadits yang sanadnya bersambung dari awal sampai
akhir, dinukil oleh orang adil, ingatannya lebih rendah dari level tertinggi, akan tetapi
dari jalur lain ada yang sama atau lebih kuat, tidak syadz dan tidak ada illat

B. HASAN

Definisi Hadits Hasan


Menurut Bahasa kata hasan artinya indah. Sedangkan menurut istilah :
‫ َوالَ يَ ُكو ُن‬،‫الص ِححي ِح‬
َّ ‫ضحبطُهُ َع حن َد َر َج ِة‬ ِ ِ ُ ‫وهو اْل ِد‬
َ ‫َّص َل َسنَ ُدهُ بِنَ حق ِل الح َع حد ِل الَّذي قَ َّل‬
َ ‫يث الَّذي ات‬ َ َُ َ
ً‫َشاذًّا َوالَ ُم َعلَّال‬
Ialah hadits yang sanadnya bersambung dinukil oleh orang yang adil, ingatannya lebih
rendah dari derajat shahih, tidak syadz dan tidak ada illat.

Syarat
Dari definisi di atas maka syarat hadits hasan adalah:
1. Sanad bersambung
2. Perawinya adil
3. Daya ingatnya kuat, walau tidak sekuat hadits shahih
4. Tidak syadz
5. Tidak ada illat

Pembagian
Hadits hasan ada dua macam, yaitu:
1. Hasan lildzatihi, sepert definisi di atas
2. Hasan lighairihi, yaitu:

ُ‫ض حع ُفه‬ ٍ ‫ف را ِو ِيه الَ بِِفس ٍق أو َك ِذ‬


ِ ‫ أ ِو انح َقطَع سنَ ُده و‬،‫ب‬
َ ‫لكنَّهُ حاْنَََرب‬ ِ ُ ‫يث الَّ ِذي‬
ُ ‫َو ُه َو اْلَ ِد‬
َُ َ َ ‫ح ح‬ َ َ ‫ضع‬
‫اه ٍد‬
ِ ‫ِِبُتَابِ ٍع أو َش‬

13
Hadits yang perawinya dhaif/lemah tidak karena fasiq atau dusta, atau terputus
sanadnya, akan tetapi kelemahannya itu tertutupi oleh mutabi’/nempel, atau
syahid/saksi.

Kedudukan Hukumnya
،‫جحي ُع ال ُف َق َه ِاء‬
َِ ‫ك احتَ َّج بِِه‬ ِِ ِ ِ ِ ‫كالص ِحي ِح ِف ِاالحتِج‬
‫ َول َذل َ ح‬،‫ وإن كا َن ُد حونَهُ ِف الح ُق َّوة‬،‫اج بِه‬ َ ‫ح‬ ‫ُه َو َّ ح‬
ِِ ِ ِ ُ‫اج بِِه معظَم الحمح ِّدثِْي و حاأل‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ َّإال َم حن َش َّذ م َن الح ُمتَ َش ّدد‬،‫ْي‬
.‫ين‬ ُ َ َ‫ َو َعلَى حاال ححت َج ِ ُ ح ُ ُ َ ح‬،‫َو َعملُوا بِه‬
َ‫صوليِّ ح‬
Ia seperti hadits shahih sebagai hujjah/dalil, meskipun tidak sekuat hadits shahih.
Karena itulah para ulama fiqh menggunakannya sebagai dalil, dan mengamalkannya,
demikian pula mayoritas ulama ushul. Kecuali sebagian kecil saja dari golongan yang
memberat-beratkan.

Kitab Hadits Yang Dianggap Banyak memuat hadits Hasan


‫ والرتمذي هو‬،‫أصل ِف َم حع ِرفَِة ا حْلَ َس ِن‬ ِ ِ ِ ‫ الحم حشهور بِ "سنَن‬:‫الرتِمذي‬
ِ ِ
ِّ ‫الرتمذ‬
‫ي" فَ ُه َو ح‬ ‫َ ُ ح ُ ُ ُ ّح‬ ‫ َجام ُع ّ ح‬-‫أ‬
.‫ وأكثر من ذكره‬،‫الذي شهره ف هذا الكتاب‬
‫ أنه يذكر فيه الصحيح وما‬:‫ فقد ذكر أبو داود ف رسالته إل أهل مكة‬:‫ سنن أب داود‬-‫ب‬
.‫ وما َل يذكر فيه شيئا فهو صاحل‬،‫ وما كان فيه وهن شديد بيَّنه‬،‫يشبهه ويقاربه‬
C. DHAIF

Definisi Hadits Dhaif


Menurut Bahasa kata dhaif/ lemah lawan kata qawiyy/kuat, baik secara materi
maupun maknawi. Dan yang dimaksud di sini adalah dhaif maknawi.
Sedangkan menurut istilah:
ِ ‫ بَِف حق ِد َشر ٍط ِمن ُشر‬،‫ هو ما ََل ََيمع ِص َفةَ ا حْلس ِن‬:‫الضعِيف‬
‫وط ِه‬ُ ‫ح ح‬ ََ ‫َّ ح ُ ُ َ َ ح ح َ ح‬
Adalah hadits yang tidak menghimpun sifat hasan, karena ketiadaan salah satu
syaratnya.

Tingkatan Dhaif
Dhaif bertingkat-tingkat sesuai dengan kelemahan perawinya, ada yang dhaif ada pula
yang sangat dhaif, ada al wahiy/ lemah, al munkar/ riwayat perawi dhaif yang
bertentangan dengan perawi yang lebih terpercaya, dan yang terendah adalah al
maudhu’/palsu.

14
5. KEDUDUKAN HADITS DAN URGENSINYA

Hadits Nabi adalah wahyu dari Allah. Firman Allah


ِ
]4-3 :‫وحى} [النجم‬ َ ُ‫ إِ حن ُه َو إَِّال َو ححي ي‬,‫{وَما يَحنط ُق َع ِن ا حْلََوى‬ َ
}ً‫ك َع ِظيما‬ ِ ِ ِ
َ ‫اَّلل َعلَحي‬
َّ ُ‫ضل‬
‫ك َما ََلح تَ ُك حن تَ حعلَ ُم َوَكا َن فَ ح‬َ ‫حمةَ َو َعلَّ َم‬
َ ‫اب َوا حْلك‬
َ َ‫ك الحكت‬ َ ‫اَّللُ َعلَحي‬
َّ ‫{وأَنح َزَل‬
َ
. ]113 :‫[النساء‬
Para ulama salaf memaknai bahwa al kitab adalah Al Qur’an dan al hikmah adalah
Sunnah/hadits.
Hadits adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al Qur’an.

Kedudukan Hadits dalam Syariat Islam


‫ السنة مؤيكدة ومق يررة لما جاء يف القرآن الكري‬.1
‫ السنة مب يينة لمجمل القرآن الكري‬.2
‫صصة لعام القرآن الكري‬
‫ السنة م ي‬.3
‫ السنة مقييدة لمطلق القرآن الكري‬.4
‫ السنة ت ثبت أحك ًاما سكت عن ها القرآن الكري‬.5
‫ السنة َنسخة ألحك ٍام ثبت ٍة يف القرآن الكري‬.6
1. Menguatkan dan menetapkan apa yang ada dalam Al Qur’an
Sehingga hukum itu memiliki dua sumber dalil. Ditetapkan oleh Al Qur’an dan
dikuatkan dengan hadits. Seperti sabda Nabi:
"‫ب نَ حف ِس ِه‬
ِ ‫صا أَ ِخحي ِه بِغَ حِري ِطحي‬ ِ ِ
َ ‫َ"ال َيلُّ ل َّلر ُج ِل أ حن َي ُخ َذ َع‬
Tidak halal seseorang mengambil tongkat saudaranya tanpa kerelaan jiwa.
Menguatkan ayat:
}‫اض ِمحن ُك حم‬ ِ ‫{َي أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا َال ََتح ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم ِابلحب‬
ٍ ‫اط ِل إَِّال أَ حن تَ ُكو َن ِِتَ َارًة َع حن تَ َر‬َ ‫ح َ ح َح ح‬ َ َ َ َ
]29 :‫[النساء‬
Sabda Nabi:
"‫تحلَلحتُ حم فُ ُرحو َج ُه َّن بِ َكلِ َم ِة هللا‬ ِ ِ ِ ِ
‫أخ حذَتُُحو ُه َّن ِبََمان هللا َو ح‬
‫اس ح‬ َ ‫ فإنكم‬،‫"اتَّ ُقوا هللاَ ِف النّ َساء‬
Bertaqwalah kepada Allah dalam hal isterimu, karena sesungguhnya engkau
mengambilnya dengan amanah Allah, dan menghalalkan kemaluannya dengan
kalimat Allah.
Adalah penguat dari ayat:
ِ ‫اشروه َّن ِابلحمعر‬
]19 :‫وف} [النساء‬ ِ
ُ ‫{و َع ُ ُ َ ح‬ َ
Demikian pula tentang perintah shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, berhaji,
larangan mensekutukan Allah, saksi palsu, durhaka kepada orang tua, dll.

15
2. Menjelaskan ayat Al Qur’an yang masih global
Kalimat global adalah kalimat yang belum diketahui maksudnya. Seperti firman
Allah:
]83 :‫الصال َة} [البقرة‬
َّ ‫يموا‬ِ
ُ ‫{وأَق‬
َ
Kalimat ini belum bisa diketahui maksudnya, karena mendirikan shalat bisa cukup
dengan sekali seumur hidup, seperti haji, cara pelaksanaannya, waktunya, dsb.
Kemudian hadits Nabi; ucapan, perbuatan, dan ketetapannya menjelaskan maksud
kata shalat.
Penjelasan cara, waktu, syarat, rukun, Sunnah, pembatalnya, dsb.
Demikian pula penjelasan Nabi terhadap kata: zakat, puasa, haji, dll.

3. Mengkhususkan ayat Al Qur’an yang masih umum


Terdapat beberapa kalimat umum dalam Al Qur’an, kemudian hadits Nabi
mengkhususkan seperti firman Allah:
]24 :‫{وأ ُِحلَّ لَ ُك حم َما َوَراءَ ذَلِ ُك حم} [النساء‬
َ
Ayat ini menghalalkan semua wanita selain yang disebutkan dalam ayat itu.
Kemudian hadits Nabi menngkhususkan :
"‫ْي الح َم حرأَةِ َو َخالَتِ َها‬ ِ ِ
َ‫ َوَال بَ ح‬،‫ْي الح َم حرأَة َو َع َّمت َها‬
َ‫َ"ال َحَي َم ُع بَ ح‬
Tidak boleh memadu antara seorang wanita dan bibinya

4. Membatasi ayat Al Qur’an yang muthlaq


Seperti kata tangan dalam ayat pencurian:
]38 :‫السا ِرقَةُ فَاقحطَعُوا أَيح ِديَ ُه َما} [املائدة‬
َّ ‫السا ِر ُق َو‬
َّ ‫{و‬
َ
Kata tangan di ayat itu bebas, tidak ada batas kanan atau kiri, telapak atau lengan.
Maka hadits Nabi membatasi, bahwa yang dipotong pertama adalah tangan kanan,
sampai ruas telapak tangan.

5. Menetapkan hukum yang tidak ditetapkan oleh Al Qur’an


Seperti hadits tentang diperbolehkan gadai di saat tidak musafir. Shalat witir,
haramnya keledai kampung, zakat fitrah, larangan saling mewarisi antara muslim dan
kafir, dsb.

6. Menghapus hukum yang telah ditetapkan oleh Al Qur’an


Hadits Nabi:
ٍ ‫َ"ال و ِصيَّةَ لِوا ِر‬
"‫ث‬ َ َ
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris”
Menurut Jumhurul ulama adalah menghapus hukum yang ada pada ayat:
ِ ‫{ ُكتِب علَي ُكم إِ َذا حضر أَح َد ُكم الحموت إِ حن تَرَك خرياً الحو ِصيَّةُ لِلحوالِ َدي ِن و حاألَقح ربِْي ِابلحمعر‬
‫وف‬ُ‫َ ح َ َ َ َ ح‬ َ ‫َ َ ح ح َ ََ َ ُ َ ح ُ َ َ ح‬
]180 :‫ْي} [البقرة‬ ِ
َ ‫َح ّقاً َعلَى الح ُمتَّق‬

16
6. PEMBAGIAN HADITS DHAIF
Definisi Hadits Dhaif
Menurut Bahasa kata dhaif/ lemah lawan kata qawiyy/kuat, baik secara materi
maupun maknawi. Dan yang dimaksud di sini adalah dhaif maknawi.
Sedangkan menurut istilah:
ِ ‫ بَِف حق ِد َشر ٍط ِمن ُشر‬،‫ هو ما ََل ََيمع ِص َفةَ ا حْلس ِن‬:‫الضعِيف‬
‫وط ِه‬ُ ‫ح ح‬ ََ ‫َّ ح ُ ُ َ َ ح ح َ ح‬
Adalah hadits yang tidak menghimpun sifat hasan, karena ketiadaan salah satu
syaratnya.

Tingkatan Dhaif
Dhaif bertingkat-tingkat sesuai dengan kelemahan perawinya, ada yang dhaif ada pula
yang sangat dhaif, ada al wahiy/ lemah, al munkar/ riwayat perawi dhaif yang
bertentangan dengan perawi yang lebih terpercaya, dan yang terendah adalah al
maudhu’/palsu.

Hukum meriwayatkannya
Menurut para ahli hadits diperbolehkan meriwayatkan hadits dhaif, tanpa menjelaskan
letak dhaifnya, dengan dua syarat:
1. Tidak berkaitan dengan aqidah, seperti sifat Allah
2. Tidak dalam menjelaskan hukum agama yang berkaitan dengan halal haram.
Artinya diperbolehkan meriwayatkannya dalam mauizhah/nasehat,
targhib/anjuran, tarhib/peringatan, kisah, dsb.
Catatan.
Dalam meriwayatkan hadits dhaif, tanpa sanad, maka jangan mengatakan:
‫ول هللا صلى هللا عليه وسلم َك َذا‬
ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ق‬
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda begini….
Tetapi cukup dengan mengatakan:

َ ِ‫ َوَما أ حشبَهَ ذل‬،‫ حأو بَلَغَنَا َعحنهُ َك َذا‬،‫ول هللا صلى هللا عليه وسلم َك َذا‬
‫ك؛‬ ِ ‫رِوي عن رس‬
َُ ‫ُ َ ح‬
Diriwayatkan dari Rasulullah… atau sampai kepada saya darinya begini, dsb.
Agar tidak memastikan bahwa hadits dhaif itu pada Rasulullah

Hukum Mengamalkan Hadits Dhaif


Para ulama berbeda pendapat tentang pengamalan hadits dhaif.
Dan yang dipilih oleh jumhurul ulama adalah boleh mengamalkannya dalam fadhailul
a’mal/keutamaan amal, dengan syarat:
1. Dhaifnya tidak keterlaluan
2. Hadits itu berada di bawah prinsip yang boleh dikerjakan
3. Tidak meyakini validitasnya ketika mengamalkan, tetapi kehati-hatian.

Macam-macam Hadits Dha’if


Hadits Dhaif dilihat gugurnya perawi atau jumlah perawi yang gugur secara
zhahir/nyata, ada beberapa macam, yaitu:
1. Hadits Mursal
Menurut Bahasa kata mursal berasal dari kata arsala yang berarti melepaskan.
Sedang menurut istilah adalah:

17
ِ ِِ ِ َّ ُ ‫ هو اْل ِد‬:‫املرسل‬
ِّ ِ‫يث الذي َرفَ َعهُ التَّابع ُّي إل الن‬
.- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َِّب‬ َ َ ُ َ ‫ُح‬
.- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫ول هللا‬ ُ ‫ قَ َال َر ُس‬:‫ول التَّابِعِ ُّي‬
َ ‫َكأَ حن يَّ ُق‬
Adalah hadits yang langsung dari tabi’in kepada Nabi –shallallahu alaihi wasallam-.
Seperti Said ibn Al Musayyib (seorang tabi’in) mengatakan : “Rasulullah bersabda:…
Hadits ini termasuk hadits dhaif menurut para ahli hadits, karena kemungkinan yang
gugur bersama dengan seorang sahabat itu satu atau dua tabiin.

2. Hadits Muallaq
Kata mu’allaq/tergantung adalah isim maf’ul dari kata ‘alaqa/ menggantung. Disebut
mu’allaq karena bersabung di bagian atas saja dan terputus di bagian bawah. Sehingga
seperti sesuatu yang tergantung. Sedang menurut istilah:
ِ َ ‫يث الَّ ِذي ُح ِذ‬ ُ ‫ ُه َو اْلَ ِد‬:‫الح ُم َعلَّ ُق‬
ُ ‫ف ِم حن أ ََّوِل ا ِإل حسنَاد بَ حع‬
.ُ‫ضهُ أَو ُكلُّه‬
.‫ضعِحيف‬ َ َ‫وف إِ حن َكا َن َم حع ُروفاً َوثَِقةً ُحيتَ ُّج بِِه َوإِالَّ ف‬
ُ ‫احمل ُذ‬
‫َو ح‬
Adalah hadits yang dihilangkan sanad pertamanya, sebagian atau keseluruhan.
a. Membuang keseluruhan sanad, seperti mengatakan: Rasulullah –shallallahu alaihi
wasallam bersabda: …
b. Membuang semua kecuali sahabat atau tabiin, seperti: Al Bukhari berkata: Abu
Musa berkata: “Nabi menutup lututnya ketika Utsman masuk.” hadits ini
mu’allaq, karena Al Bukhari tidak menyebutkan sanadnya kecuali Sahabat Abu
Musa

Jika yang dihilangkan adalah orang yang dikenal dan tsiqah/terpercaya bisa dijadikan
hujjah/dalil, jika tidak maka statusnya dhaif

3. Hadits Mu’adhdhal
Kata al mu’adhdhal adalah maf’ul dari kata a’dhal artinya menyulitkan, sedangkan
menurut istilah:
‫ بِ َش حر ِط‬،‫َي َم حو ِض ٍع َكا َن‬ ِ ِ َ‫ط ِمن سنَ ِدهِ اثحناَ ِن ف‬ ِ ُ ‫ وهو اْل ِد‬:‫الحمعضل‬
ِّ ‫صاعداً م حن أ‬
َ َ ‫يث الَّذي َس َق َ ح‬ َ َُ َ ُ َ ‫ُ ح‬
.‫ْي‬ ِ ِ َّ ‫التَّو ِاِل والتَّتَاب ِع ِف‬
َ‫الساقط ح‬ ُ َ
Adalah hadits yang gugur dari sanadnya dua ke atas dari posisi manapun, syaratnya
berurutan dan bersambungnya dua sanad yang gugur itu.

Seperti hadits Al Hakim, sanad sampai Al Qa’nabi dari Malik, bahwa telah sampai
kepadanya bahwa Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Hamba sahaya
berhak mendapatkan makan dan pakaian dengan layak, tidak boleh dibebani
pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan.
Ada yang gugur antara Malik dan Abu Hurairah, setidaknya dua level.

4. Hadits Munqathi’
Kata al munqathi’ adalah isim fa’il dari al inqitha’/putus, tidak bersambung,
sedangkan menurut istilah:
.‫ي وج ٍه كان النقطاع‬
‫ ب ي‬،‫ وهو ما َل ي تصل سنده‬:‫المن قطع‬

18
hadits munqathi’ adalah hadits yang sanadnya tidak bersambung, karena ada
keterputusan.
Menurut ulama hadits muta’akhkhirin/belakangan, al munqathi’ adalah semua hadits
yang tidak bersambung sanadnya, dan tidak tercakup dalam hadits mursal, muallaq,
atau mu’dhal. Maka al munqathi’ menjadi nama umum untuk seluruh hadits yang
terputus sanadnya.

Hadits Dhaif dilihat gugurnya perawi atau jumlah perawi yang gugur secara
khafiy/tersembunyi, maupun matannya ada beberapa macam, yaitu:

1. Hadits Al Mudallas
Kata al mudallas adalah isim maf;ul dari kata at tadlis, yang berarti menyembunyikan
aib dagangan di hadapan calon pembeli.
Kata tadlis sendiri adalah bentukan dari kata ad dals yang berarti kegelapan.
Sedangkan menurut istilah:
ِ ‫ي بَِو حج ٍه ِم حن ُو ُجوهِ التَّ حدلِحي‬
،‫س‬ َّ ‫س فِ ِيه‬
ُّ ‫الرا ِو‬ َّ ِ َّ ُ ‫ ُهو اْلَ ِد‬:‫الح ُم َدلَّس‬
َ ‫يث الذي َدل‬ َ ُ
Adalah hadits yang perawi menyembunyikan sesuatu dalam periwayatannya.

Ada dua macam penyembunyian:


a. Menyembunyikan sanad, yaitu seorang perawi meriwayatkan dari orang yang
ditemuinya apa yang tidak didengarnya, yang mengesankan ia mendengarnya.
b. Menyembunyikan syuyukh, yaitu dengan meriwayatkan sesuatu dari seorang
syeikh suatu hadits yang dengar darinya, lalu menyebut nama syeikhnya dengan
nama yang tidak dikenal, agar tidak diketahui kelemahannya atau karena usia.

2. Hadits Mudhtharib
Kata al mudhtharib adalah ism fa’il dari kata al idhthirab, yaitu kekacauan dan
kerusakan system karena goncangan.
Sedangkan menurut istilah :
‫ف لِأل ََّوِل‬
ٍ ِ‫آخر ُُمَال‬ ٍ
َ َ ‫ُخَرى َعلى َو حجه‬
ٍ
‫ي َم َّرًة َعلى َو حجه َوَم َّرًة أ ح‬
ِ ُ ‫ هو اْل ِد‬:‫ضطَ ِرب‬
َ ‫يث الَّذي ُرِو‬ َ َ ُ ُ ‫الح ُم ح‬
.‫ َوََلح ُيُح ِك ِن ا حْلَ حم ُع بَحي نَ ُه َما‬،‫َّسا ِوي‬ ِ
َ ‫َعلى َو حجه الت‬
Adalah hadits yang diriwayatkan satu kali dengan satu sisi, dan diriwayatkan lain kali
dengan sisi lain berbeda dengan yang pertama, dengan level setara dan tidak mungkin
digabungkan
Hadits mudhtharrib diterima jika para perawinya tsiqah/terpercaya.
Dan jika tidak maka statusnya dhaif dan ditolak.

3. Hadits Mudraj
Kata mudraj adalah isim maf’ul dari kata adraja artinya memasukkan sesuatu ke
dalamnya dan menggabungkannya. Menurut istilah:
ٍ ‫ت ِمحن ها ِمن َغ حِري ب ي‬
.‫ان‬ ِِ
ََ ‫ي ِف َمحتنه أَلحَفاظاً لَحي َس ح َ ح‬ َّ ‫يث الَّ ِذي أ حَد َخ َل‬
ُّ ‫الرا ِو‬ ُ ‫ ُه َو اْلَ ِد‬:‫ج‬
ُ ‫الح ُم حد َر‬
Adalah hadits yang oleh perawi dimasukkan kata-kata dalam matannya, yang bukan
dari hadits itu tanpa penjelasan.
Dan tidak dibenarkan dengan sengaja melakukan idraj. Dan hadits yang di idraj tidak
bisa disebut marfu’

19
7. ISTILAH DALAM PERIWAYATAN HADITS

‫الزايدة يف احلديث‬
A. PENAMBAHAN DALAM HADITS
Maksudnya adalah ketika salah seorang perawi menambahkan ke dalam hadits
sesuatu yang bukan hadits.
Penambahan ada dua macam:
a. idraj yaitu penambahan yang dilakukan oleh perawi itu sendiri, bukan hadits.
b. Penambahan oleh perawi dari hadits itu sendiri. Jika perawiya tidak tsiqah maka
ditolak, dan jika tsiqah dan menafikan riwayat lain yang lebih tsiqah, tidak
diterima/ditolak karena syadz.
Contoh: riwayat Imam Malik dalam Al Muwaththa’ bahwa ibnu Umar ketika
memulai shalat ia angkat kedua tangannya setinggi punggungnya, dan jika bangun
dari ruku’ ia angkat kedua tangannya lebih rendah dari itu.
Abu Daud berkata: tidak ada yang menyebut “ia angkat kedua tangannya lebih
rendah dari itu” selain Imam Malik. Menurut yang saya ketahui.
Riwayat yang shahih dari Ibnu Umar –marfu’ bahwa Nabi angkat kedua
tangannya setinggi punggungnya ketika memulai shalat, ketika ruku, dan ketika
bangun ruku’ tanpa membedaknnya.

Dan jika tidak menafikan riwayat lain maka diterima, karena menjadi
tambahan ilmu. Contoh: Hadits Umar ra bahwa ia mendengar Nabi bersabda:
ِ َّ ‫"ما ِمحن ُكم ِمن أح ٍد ي تَ و‬
… ‫ )أ حش َه ُد أن ال إله إال هللا‬:‫ض حوءَ ُثَّ يَ ُق حو ُل‬ ُ ‫ حأو فَيُ حسبِ ُغ الح ُو‬،‫ضأُ فَيُ حبل ُغ‬ ََ َ ‫ح ح‬ َ
."َ‫اب ا حْلَنَّ ِة الثَّ َمانِيَّةُ يَ حد ُخلُ ِم حن أَيَِّها َشاء‬ ِ ِ
ُ ‫ت لَهُ أَبح َو‬ ‫وأن ُممداً َعحب ُد هللا َوَر ُس حولُهُ( َّإال فُت َح ح‬
Imam Muslim meriwayatkan dua jalur salah satunya dengan menambahkan:

َ ‫(و حح َدهُ َال َش ِريح‬


. )‫ (إال هللا‬:‫ك لَهُ) بعد قوله‬ َ

‫اختصار احلديث‬
B. MERINGKAS HADITS
Meringkas hadits dilakukan dengan membuang perawinya, atau penukilnya sedikit
demi sedikit.
Hal ini tidak diperbolehkan kecuali dengan memenuhi lima syarat, yaitu:
1. Tidak merusak makna hadits, seperti membuang istisna (pengecualian) pada
hadits:
"ُ‫س لَهُ َجَزاء َّإال ا حْلَنَّة‬َ ‫"اْلَ ُّج الح َم حربُحوُر لَحي‬
2. Tidak menghilangkan tujuan hadits, seperti membuang kalimat: ُ‫اؤه‬ ُ ‫ُه َو الطَّ ُه حوُر َم‬
ُّ ِ‫اْل‬. karena tujuan utama adalah tentang air laut.
Hanya menyisakan : ُ‫ل َمحي تَ تُه‬
3. Tidak merupakan sifat ibadah qauliyah atau fi’liyyah. Seperti pada lafazh
tasyahhud dalam riwayat Ibnu Mas’ud:

20
،‫ التحيات يَّلل‬:‫ "إذا جلس أحدكم ف الصالة فَلحيَ ُق حل‬:‫أن النِب صلّى هللا عليه وسلّم قال‬
‫ السلم علينا وعلى‬،‫ السلم عليك أيها النب ورمحة هللا وبركاته‬،‫والصلوات والط يبات‬
"‫ وأشهد أن حممداً عبده ورسوله‬،‫ أشهد أن ل إله إل هللا‬،‫عباد هللا الصاحلْي‬
4. Dilakukan oleh orang yang mengetahui mad-lul/arah kalimat. Apa yang
mengganggu jika diringkas dan apa yang tidak menggangu. Sehingga tidak
membuang kalimat yang merusak makna tanpa disadari.
5. Perawi tidak terduga lemah hafalan ketika meringkas, dan menambah kalimat
ketika menyempurnakan
Jika sudah terpenuhi lima syarat ini maka diperbolehkan meringkas hadits, untuk
mengambilnya sebagai dalil pada situasi yang diperlukan.
Sebaiknya ketika menyampaikan hadits secara ringkas, ditutup dengan kata: ila
akhirihi… )‫الخ‬

‫رواية احلديث ابلعىن‬


C. RIWAYAT HADITS DENGAN MAKNA
Yaitu meriwayatkan hadits tidak dengan kalimat yang diriwayatkan.
Hal ini tidak diperbolehkan, kecuali dengan tiga syarat:
1. Mengetahui maknanya dengan baik, dari sisi Bahasa dan maksud yang
diriwayatkan
2. Keadaan darurat yang mengharuskan periwayatan dengan makna. Seperti lupa
redaksinya tetapi hafal maknanya. Dan jika hafal redaksi tidak boleh
mengubahnya kecuali hajat memahamkan orang yang diajak berbicara.
3. Redaksi kalimatnya tidak merupakan kalimat ibadah, seperti lafazh dzikr, dsb.

Dan setelah meriwayatkan dengan makna hendaklah ditutup dengan ungkapan: aw


kama qaala
Seperti dalam hadits Anas tentang kisah badui yang kencing di masjid;
“Kemudian Rasulullah memanggilnya dan mengatakan kepadanya:
،‫ َّإّناَ ِه َي لِ ِذ حك ِر هللاِ َعَّز َو َج َّل‬،‫صلُ ُح لِ َش حي ٍء ِم حن َه َذا الحبَ حوِل َوَال الحَق َذ ِر‬ ِ ِ ِ َّ
‫"إن َهذه الح َم َساج َد َال تَ ح‬
.‫صلّى هللا عليه وسلّم‬ ِ ‫ وقِراءةِ الح ُقر‬،ِ‫الص َالة‬
َ ‫ال‬ َ َ‫ أو َك َما ق‬، "‫آن‬ ‫َو َّ َ َ َ ح‬
Atau dalam hadits Muawiyah ibn Al Hakam, yang berbicara ketika sedang shalat.
Maka setelah Nabi selesai, bersabda kepadanya:
ُ‫ َوقَِراءَة‬،ُ‫ َوالتَّ حكبِ حري‬،‫الناس َّإّناَ ُه َو التَّ حسبِحي ُح‬
ِ ‫الم‬ ِ ‫صلُح فِحي َها َشيء ِمن َك‬
‫ح‬ َّ ِ‫"إن َه ِذه‬
ُ ‫الص َال َة َال يَ ح‬ َّ
.‫ال صلّى هللا عليه وسلّم‬ َ َ‫ أو َك َما ق‬، "‫آن‬ ِ ‫الح ُقر‬
‫ح‬

21
8. HADITS MAUDHU’

Definisi Hadits Maudhu’


Menurut Bahasa kata maudhu’ adalah isim maf’ul dari kata wadha’a –asy syay’a
yang berarti menurunkan sesuatu. Disebut demikian karena penurunan statusnya.
Sedangkan menurut istilah:
‫ النسوب إىل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬،‫ الصن وع‬،‫ الخت لق‬،‫هو الكذب‬
Adalah kebohongan yang diciptakan, dan dibuat-buat yang dinisbatkan/dikaitkan
kepada Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam.

Kelompok Pembuat Hadits Maudhu’

1. Kaum Zindiq
Mereka ingin merusak akidah kaum muslimin, mencitra burukkan Islam, dan
mengubah hukumnya. Seperti Muhammad ibn Sa’d, yang dihukum mati oleh Abu
Ja’far Al Mansur, karena memalsukan hadits dari Anas, dari Nabi bersabda :
"‫"أَن خات النبييْي ل نب ب عدي إل أن يشاء هللا‬
“Saya adalah penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku, kecuali jika Allah
menghendaki”
Seperti Abdul Karim ibn Abi Al Auja yang dihukum mati oleh khalifah Abbasiyah di
Bashrah, mengatakan sebelum dieksekusi: ”Saya telah memalsukan empat ribu hadits,
mengharamkan yang halal, dan menghalalkan yang haram."

2. Penjilat Khalifah atau Pejabat


Seperti Ghiyats ibn Ibrahim datang ke khalifah Al Mahdi yang sedang main burung
dara. Lalu ia buat sanad hadits palsu, bahwa Nabi bersabda :
‫"ل سبق إل يف خ ٍي‬
ٍ ‫ف أو نص ٍل أو حاف ٍر أو جن‬
"‫اح‬
Tidak ada lomba kecuali pacuan onta, atau memanah, atau pacuan kuda, atau
menerbangkan burung.

3. Pencari Simpati Massa


Mendekati massa dengan menyebutkan hal-hal aneh untuk menarik simpati, atau
membuat histeri, atau mendapatkan materi/uang, atau posisi.
Seperti para pembuat cerita di masjid, dll.
Diceritakan dari Imam Ahmad ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma’in, keduanya shalat di
masjid Ar Rashafah. Lalu tampil seorang pencerita bertutur.
ٍ
‫ ث ساق سنداً إىل الن ي‬،‫حدث نا أمحد بن حن ب ٍل ويي بن معْي‬
‫ "من‬:‫ب صلى هللا عليه وسليم أنه قال‬
،" ... ‫ان‬ٍ ‫ب وريشه من مرج‬ ٍ ‫قال ل إله إل هللا خلق هللا من ك يل كلم ٍة طياً من قاره من ذه‬
Telah menyampaikan kepadaku Ahmad ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma’in, lalu
merangkai sanad sampaii kepada Nabi, yang bersabda: “Barang siapa yang membaca
-laa ilaaha illallah- Allah ciptakan baginya dari setiap kata seekor burung yang
paruhnya terbuat dari emas dan bulunya dari mutiara…” dan masih panjang lagi
ceritanya.
Setelah selesai bercerita, dan mengambil pemberian/saweran, lalu Yahya
menghampirinya dan bertanya: “Siapa yang menceritakan kepadamu hadits ini? Ia
jawab: Ahmad ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma’in. Yahya berkata: “Saya Yahya ibn

22
Ma’in dan ini Ahmad ibn Hanbal, kami tidak pernah mendengar sekalipun hadits itu
dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam”. Pendongeng itu berkata: “Tidak hentinya
saya mendengar bahwa Yahya ibn Ma’in itu ahmaq/idiot, dan saya tidak pernah
membuktikannya kecuali saat ini. Sepertinya tidak ada Yahya ibn Ma’in dan Ahmad
ibn Hanbal selain kalian berdua, saya sudah menulis dari tujuh belas Ahmad ibn
Hanbal dan Yahya ibn Ma’in.” kemudian imam Ahmad menutup wajah dengan
lengan bajunya, berlalu meninggalkan pendongeng itu sambil berkata: “da’hu ya
qaum”.

4. Ghirah Beragama
Mereka membuat hadits-hadits tentang keutamaan Islam dan yang berkaitan
dengannya, zuhud, dsb, untuk menarik perhatian manusia kepada agama.
Seperti yang dilakukan oleh Abu Ishmah Nuh ibn Abi Maryam, qadhil Moro,
membuat hadits palsu tentang fadhilah surah-surah dalam Al Qur’an. Ia berkata:
“Sesungguhnya saya melihat orang-orang berpaling dari Al Qur’an, lebih sibuk
dengan fiqh Abu Hanifah dan Maghaziy/sirah ibn Ishaq, maka saya buat itu”.

5. Pembela Madzhab atau Golongan


Para pembela fanatik madzhab, tarekat, negara, atau qabilah membuat hadits palsu
tentang keutamaan dan pujian yang mereka buat.
Seperti pengakuan Maisarah ibn Abdi Rabbih yang telah membuat tujuh puluh hadits
palsu tentang keutamaan Ali ibn Abi Thalib.

Buku-Buku Hadits Maudhu’


‫ لكنه َل يست وعب ها‬، ‫ه‬597 ‫ "الموضوعات الكَبى" لإلمام عبد الرمحن بن الوزي المت وّف سنة‬- 1
.‫وأدخل في ها ما ليس من ها‬
‫ وفي ها‬، ‫ه‬1250 ‫ "الفوائد المجموعة يف األحاديث الموضوعة" لإلمام الشوكان التوّف سنة‬- 2
.‫تساهل بدخال ما ليس بوضو ٍع‬
‫ه‬963 ‫ "ت نزيه الشري عة المرفوعة عن األحاديث الشني عة الموضوعة" لبن عرا ًق التوّف سنة‬- 3
.‫وهو من أجع ما كتب في ها‬
Hukum Hadits Maudhu’
Para ulama bersepakat bahwa tidak halal bagi seseorang meriwayatkannya, sedang ia
mengetahui keadaannya kecuali dengan menjelaskan maudhu’nya.
Karena terdapat larangan dalam hadits Imam Muslim:
ٍ ‫"من حدث ع ين بدي‬
"‫ث ي رى أنه كذب ف هو أحد الكاذبْي‬
Barang siapa menyampaikan dariku suatu hadits yang diketahui itu dusta, maka
termasuk salah seorang pendusta.

23
9. AL- JARHU DAN AT-TA’DIL

Definisi Al Jarh
Menurut Bahasa, aljarh artinya luka.
Sedang menurut istilah: Al Jarh artinya seorang perawi menyebutkan sesuatu yang
menyebabkan penolakan riwayatnya. Seperti mengatakan: pendusta, fasiq, dha’if,
tidak tsiqah, tidak diperhitungkan, tidak dicatat haditsnya.

Macam Al Jarh
1. Muthlaq, perawi menyebutkan jarh tanpa catatan, sehingga menjadi cacat secara
mutlak.
2. Muqayyad, perawi menyebutkan jarh dalam kaitan tertentu tentang seorang
syeikh, atau kelompok, dsb, sehingga cacatnya terbatas pada sesuatu yang
disebutkan, bukan yang lainnya.
Seperti: kata Ibn Hajar tentang Zaid ibn Al Habbab, -Imam Muslim mengambil
riwayatnya- shaduuq/sangat jujur, tetapi salah dalam meriwayatkan hadits At
Tsauri. Maka dhaif dalam hadits dari At Tsauriy saja, bukan yang lainnya.

Tingkatan Al Jarh
.‫ أو ركن الكذب‬،‫ أكذب الناس‬:‫ ما دل على ب لوغ الغاية فيه مثل‬:‫* أعلها‬
.‫ ودجال‬،‫ ووضاع‬،‫ كذاب‬:‫* ث ما دل على المبالغة مثل‬
.‫ وبْي ذلك مراتب معلومة‬.‫ أو فيه مقال‬،‫ أو سييئ احلفظ‬،‫* وأسهلها ل يْي‬
Syarat Al Jarh
1. Dilakukan oleh orang yang adil, tidak diterima dari orang fasiq
2. Dilakukan oleh orang yang jeli (dhabith), bukan pelupa
3. Dilakukan oleh orang yang mengetahui sebab-sebabnya, tidak diterima dari orang
yang tidak mengetahui cacat-cacatnya.
4. Menjelaskan sebab jarh nya, tidak diterima jarh yang tidak jelas. Seperti hanya
mengatakan: dhaif, haditsnya ditolak, tanpa penjelasan. Karena bisa jadi ia men-
jarh sesuatu yang tidak mengharuskan jarh.
5. Tidak dilakukan kepada orang yang secara mutawatir dikenal adil, sebagai imam,
seperti : Nafi’, Syu’bah, Malik, Al Bukhari…maka jarh kepada mereka tidak
diterima.

Definisi Ta’dil
Kata ta’dil adalah turunan dari kata adil.
Sedang menurut istilah: Seorang perawi menyebutkan sesuatu yang membuat
riwayatnya diterima. Seperti mengatakan: ia tsiqah, valid, tidak ada masalah, tidak
ditolak haditsnya.

Macam Ta’dil
1. Muthlaq, perawi menyebut ta’dil tanpa catatan, sehingga menjadi penguat di
semua keadaan.
2. Muqayyad, perawi menyebut ta’dil dalam kaitan tertentu seperti syeikh tertentu,
golongan tertentu, dsb. Sehingga menjadi penguat baginya sesuai dengan apa yang
dikaitkannya. Seperti pernyataan: Dia tsiqah dalam hadits Az Zuhriy, atau
haditsnya penduduk Hijaz, sehingga tidak ditsiqahkan dalam hadits yang
diriwayatkan dari selain yang disebutkan dalam taqyid/catatan itu. Namun jika
24
maksudnya adalah pernyataan bahwa ia tidak dhaif, maka tidak menghalanginya
untuk ditsiqahkan di selain yang ditaqyid itu.

Tingkatan Ta’dil
ِ ُّ‫ أو إِلَي ِه الحمحن تَ هى ِف التَّ ثَب‬،‫اس‬ ِ ِِ ِ
.‫ت‬ َ ُ ‫ أَحوثَ ُق النَّ ِ ح ح‬:‫ َما َد َّل َعلَى بُلُ حو ِغ الحغَايَة فحيه مثح ُل‬:‫أع َال َها‬ ‫* ح‬
.‫ك‬َ ِ‫ حأو َحن ُو ذَل‬،‫ ثَِقة ثَِقة حأو ثَِقة ثَبَت‬:‫ْي ِمثح ُل‬
ِ ‫ حأو ِص َفتَ ح‬،‫ص َف ٍة‬ ِ ِ‫* ُثَّ ما ََتَ َّك َد ب‬
َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ِ ‫ َما أ حش َعر ابلح ُقر‬:‫* و حأد ََن َها‬
َ ‫ حأو َحن ُو ذَل‬،ُ‫ حأو يُحرَوى َحديحثُه‬،‫ حأو ُم َقا ِرب‬،‫صالح‬
،‫ك‬ ‫ب م حن أَ حس َه ِل ح‬
َ :‫اْلَحرِح مثح ُل‬ ‫َ ح‬ َ
.‫ب َم حعلُ حوَمة‬ ِ
ُ ‫ْي َه َذا َمَرات‬ َ‫َوبَح‬

Syarat Ta’dil
1. Dari orang yang adil, tidak diterima dari orang fasiq
2. Dari orang yang jeli (dhabith), tidak diterima dari orang yang pelupa, mudah
terpesona oleh penampilan zhahir
3. Mengetahui sebab-sebabnya, tidak diterima dari orang yang tidak mengetahui
sifat-sifat untuk diterima atau ditolak
4. Tidak dilakukan pada orang yang sudah terkenal ditolak riwayatnya, karena dusta,
fasiq yang nyata, dll..

SOLUSI TA’ARUDH ANTARA AL JARH DAN TA’DIL


Ta’arudh Al jarh wa Ta’dil adalah Ketika perawi menyebutkan hal yang
mengharuskan penolakan riwayatnya, dan yang lain menyebutkan hal yang
mengharuskan menerima riwayatnya.
Misalnya: sebagian ulama mengatakan “ia tsiqah” dan yang lain mengatakan: “ia
dhaif”.

Teradapat empat macam situasi, yaitu:


1. Keduanya sama-sama mubham/tidak jelas. Tidak menjelaskan sebab jarh atau
ta’dil.
a. Jika berpandangan tidak menerima jarh mubham, maka menerima ta’dil;
b. Jika menerima jarh mubham, -terjadi ta’arudh- maka mengambil yang
lebih rajih /kuat, dalam keadilan perawinya, atau keadaan orang tersebut,
atau karena ada sebab jarh dan ta’dil, atau karena jumlah yang lebih
banyak.
2. Keduanya sama-sama mufasar/dijelaskan sebab jarh dan ta’dil, maka yang
diambil adalah jarh, kecuali kalau yang menta’dil mengatakan: “Saya lebih
mengetahui sebab yang menjarh-nya itu telah berlalu, maka ta’dil yang diambil.
3. Ta’dil mubham, dan jarh mufassar, maka al jarh yang diambil.
4. Al Jarh mubham, dan Ta’dil mufassar, maka ta’dil yang diambil.

25
10. HADITS DARI SISI ORANG YANG MENJADI SUMBERNYA

A. HADITS MARFU’

Definisi
Menurut Bahasa marfu’ adalah isim maf’ul dari rafa’a/mengangkat, lawan kata
wadha’a/meletakkan.
Penamaan ini karena menisbatkan hadits kepada orang tertinggi, yaitu Rasulullah -
shallallahu alaihi wasallam. Sedangkan menurut istilah:
‫ أو ِص َف ٍة‬،‫ أو تَ حق ِريح ٍر‬،‫ أو فِ حع ٍل‬،‫صلى هللا عليه وسلم ِم حن قَ حوٍل‬
َ ‫ف َإل النَِّب‬
ِ
َ ‫ُه َو َما أُضحي‬
1. Qauliy; seperti ketika seorang sahabat mengatakan: “Rasulullah bersabda: ….”
2. Fi’liy; seperti ketika seorang sahabat mengatakan: “Rasulullah melakukan ….”
3. Taqririy; seperti ketika seorang sahabat mengatakan: “ada yang melakukan
sesuatu di hadapan Rasulullah, dan tidak terlihat penolakan terhadap hal itu”
4. Washfiy; seperti ketika seorang sahabat mengatakan: “Rasulullah adalah orang
yang paling baik…”

Macam-macam Marfu’
1. Sharih/jelas seperti definisi di atas
2. Ghairu sharih/tidak jelas, ada yang menyebutnya Hukmiy, yaitu perkataan atau
perbuatan sahabat yang tidak mungkin ucapan atau perbuatan itu berasal dari
pendapat atau ijtihad sahabat. Seperti pemberitaan tentang masa lalu atau masa
datang, seperti tentang hari kiamat, balasan amal, dsb.

Catatan:
Ada beberapa bentuk marfu’ hukmiy, redaksinya mauquf lafdhy.
a. Seorang sahabat –yang tidak dikenal mengambil dari ahli kitab-
mengatakan sesuatu yang bukan ruang ijtihad, tidak juga penjelasan
Bahasa seperti :
i. Memberitakan masa lalu, seperti penciptaan alam
ii. Memberitahukan yang akan datang, seperti fitnah kubra, kiamat.
iii. Memberitakan tentang pahala amal tertentu.
b. Perbuatan shahabat yang bukan ruang ijtihad, seperti Ali radhiyallahu
shalat gerhana ruku’ lebih dari dua kali dalam satu rakaat, takbir enam kali
untuk shalat jenazah ( Bulughul Maram, Bab Janaiz)
c. Pemberiatahuan sahabat bahwa mereka mengatakan atau melakukan
sesuatu, atau tidak apa apa. Jika disebutkan hal itu pada zaman Nabi, maka
hukumnya marfu’: seperti ungkapan Jabir: kunna na’zil ala ahdi
Rasulillah….jika tidak disebutkan pada zaman Nabi maka statusnya
adalah mauquf. Seperti kata Jabir: kunna idza sha’adna kabbarna, wa
idza nazalna sabbahna../kami ketika berjalan naik/menanjak, kami
bertakbir, dan jika turun kami bertasbih”
d. Pernyataan shahabat: “kami disuruh begini, atau kami dilarang begini, atau
termasuk Sunnah adalah… seperti kata Bilal: ” kami disuruh
menggenapkan adzan dan mengganjilkan iqamat…”
e. Perawi mengatakan, ketika menyebut nama shahabat, salah satu dari
kalimat ini: " ً‫ حأو ِرَوايَة‬،‫ حأو يُبَ لِّ ُغ بِِه‬،‫ حأو يَحن ِمحي ِه‬،ُ‫" يَحرفَعُه‬
26
B. HADITS MAUQUF

Definisi
Menrut Bahasa mauquf adalah isim maf’ul dari waqafa/ berhenti.
Perawi menghentikan hadits itu sampai pada sahabat, dan tidak melanjutkan
kelanjutan sanadnya. Sedangkan menurut istilah:
‫ أو تَ حق ِريح ٍر‬،‫ أو فِ حع ٍل‬،‫اب ِم حن قَ حوٍل‬
ِِّ ‫الص َح‬ َ ‫هو َما أُ ِضحي‬
َّ ‫ف َإل‬
Adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat Nabi, ucapan atau perbuatan, atau
ketetapan. Contoh:
Mauquf qauli: kata perawi Ali ibn Abi Thalib berkata:
ِ ِ َّ‫"ح ِّدثُوا الن‬
َ ‫ أَتُِريح ُد حو َن أ حن يُ َك ّذ‬،‫اس ِبَا يَ حع ِرفُ حو َن‬
"ُ‫ب هللاَ َوَر ُس حولَه‬ َ َ
Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui, apakah engkau ingin
ia mendustakan Allah dan Rasul-Nya.
Mauquf fi’liy: kata Al Bukhari: “Ibnu Abbas mengimami shalat padahal ia
tayammum.
Mauquf Taqiri: pernyataan seorang tabiin: “Saya melakukan ini di hadapan salah
seorang sahabat, dan saya tidak disalahkan”

C. HADITS MAQTHU’

Definisi
Kata maqthu’ menurut Bahasa adalah isim maf’ul dari kata qatha’a / memtong, putus,
lawan kata washala/bersambung. Sedangkan menurut istilah:
ٍ ِ‫ول أو ف‬
‫عل‬ ٍ َ‫يف إِل ََتبِعِ ٍي فَمن ُدونَهُ ِمن ق‬
‫ح‬ ‫ّ َح‬
ِ
َ ‫ ُهو ما أُض‬:ُ‫الح َم حقطُوع‬
Sesuatu yang disandarkan kepada tabiin dan di bawahnya baik berupa ucapan atau
perbautan. Seperti:
Ungkapan Hasan Al Bashriy tentang shalat di belakang ahli bid’ah: "ُ‫بِ حد َعتُه‬ ‫"ص ِّل َو َعلَحي ِه‬
َ

27
11. SANAD ATAU ISNAD

Definisi Sanad
Al Isnad, adalah bentuk mashdar dari fi’il tsulatsi mazid “‫ أسند‬- asnada” sepeti dalam
ungkapan :

َ ‫ت َه َذا اْلَ ِديح‬


‫ث َإِل فَُال ٍن‬ ُ ‫أَ حسنَ حد‬
Artinya: Aku menyandarkan hadits/ucapan ini kepada fulan.
Sedangkan menurut istilah ilmu hadits:
ِ َ ‫ ِح َكايَةُ طَ ِريح ِق‬-‫ث َإِل قَائِلِ ِه –أو‬
‫املت‬ ِ ‫اد هو رفحع اْل ِدي‬
‫اإلسنَ ُ ُ َ َ ُ َ ح‬
Al Isnad adalah mengangkat hadis (ucapan, berita) kepada pengucapnya, -atau-
menceritakan mata rantai pembawa matan (isi hadits)

Urgensi Sanad
Sanad adalah salah satu keutamaan ummat ini, dan tidak ada pada ummat
sebelumnya. Menjadi kewajiban setiap muslim dalam menerima hadits dan berita.
Ibn Al Mubarak berkata:
ِ
"َ‫ال َم حن َشاءَ َما َشاء‬ ُ َ‫ َولَحوَال حاإل حسن‬،‫اد ِم َن ال ّديح ِن‬
َ ‫اد لََق‬ ُ َ‫"اَحِإل حسن‬
Bersanad adalah bagian dari agama, tanpa sanad, orang akan mengatakan apa saja.

At Tsauri berkata:
"‫ح الح ُم حؤِم ِن‬ ِ ُ َ‫"اإلسن‬
ُ َ‫اد سال‬ ‫ح‬
Bersanad adalah pedang orang beriman.

Demikian pula mencari sanad ‘aliy adalah bagian dari Sunnah.


Ahmad ibn Hanbal berkata:
Mencari sanad ‘aliy adalah Sunnah dari para pendahulu.
Murid-murid Abdullah ibn Mas’ud menempuh perjalanan dari Kufah ke Madinah,
untuk belajar dari Umar, mendengar langsung darinya.
Para sahabat Nabi menempuh perjalanan untuk mencari sanad ‘aliy, seperti Abu
Ayyub dan Jabir radhiyallahu anhuma.

Macam Sanad
Menurut Bahasa kata ‘aliy adalah isim fa’il dari kata al uluww/tinggi, lawan dari kata
an nuzul/turun. Sedangkan menurut istilah
‫ث بِ َع َد ٍد أ حكثَ َر‬
َ ‫ك اْلَ ِديح‬
َ ِ‫آخ َر يَِرُد بِِه ذَل‬ ٍ ِ ِ ِِ ِ
َ ‫ ُه َو الَّذي قَلَّ َع َد ُد ِر َجاله ِابلنّ حسبَة َإل َسنَد‬:‫اإلسناد العال‬
Sanad ‘aliy adalah sanad yang jumlah orangnya lebih sedikit dibandingkan dengan
sanad lain dalam merilis hadits dengan jumlah lebih banyak.
َّ‫ث بِ َع َد ٍد أقَل‬
َ ‫ك اْلَ ِديح‬
َ ِ‫آخ َر يَِرُد بِِه ذَل‬ ٍ ِ ِ ِِ ِ
َ ‫ ُه َو الَّذي َكثَُر َع َد ُد ِر َجاله ِابلنّ حسبَة َإل َسنَد‬:‫اإلسناد النازل‬
Sanad nazil adalah yang banyak jumlah orangnya dibandingkan dengan sanad lain
dalam merilis hadits dengan jumlah lebih sedikit.

Pembagian Sanad Dan Tahqiqnya


Sanad ‘aliy ada lima macam. Satu di antaranya mutlak dan selainnya nisbiy, yaitu:

28
a. Kedekatan dengan Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam dengan sanad shahih
dan nazhif. Inilah ‘aliy mutlak.
b. Kedekatan dengan salah seorang imam hadits, meskipun setelah itu banyak
jumlahnya untuk sampai kepada Rasulullah. Seperti kedekatan dengan Al
A’masy, atau Ibn Juraij, atau Malik, dll, dengan sanad shahih dan nazhif juga.
c. Kedekatan dengan riwayat salah satu dari kutubussittah, atau kitab lain yang
menjadi pegangan.
d. Kedekatan karena perawi lebih dulu wafat. Seperti kata An Nawawi: “Apa yang
saya riwayatkan dari Tsalatsah, dari Al Baihaqi, dari Al Hakim lebih tinggi
dibandingkan jika saya meriwayatkan dari Tsalatsah, dari Abu Bakr ibn Khalaf,
dari Al Hakim, karena Al Baihaqi lebih dahulu wafat dibandingkan ibn Khalaf.
e. Karena lebih dahulu mendengar dari syeikh. Seseorang yang mendengar dari
syeikhnya lebih dahulu maka lebih tinggi dibandingkan yang mendengar
sesudahnya. Misalnya: dua orang mendengar dari seorang syeikh, tapi yang satu
telah mendengarnya enam tahun yang lalu, dan yang satunya empat tahun lalu,
maka yang pertama lebih tinggi dari yang kedua.

MUSALSAL

Definisi
Kata musalsal adalah isim maf’ul dari kata al silsilah yaitu ketersambungan satu sama
lain. seperti rantai disebut silsilatul-hadid. Sedangkan menurut istilah :
‫ َولِ ِّلرَوايَِة ََت َرًة أُ حخَرى‬،‫ أو َحالٍَة لِ ُّلرَواةِ ََت َرًة‬،‫إسنَ ِادهِ َعلَى ِص َف ٍة‬ ِ
‫ُه َو تَتَابُ ُع ِر َجال ح‬
Yaitu berturut-turutnya sifat, atau kondisi orang yang menjadi sanad ketika
meriwayatkan.
Dari definisi di atas terdapat tiga macam silsilah, yaitu:
1. Musalsal/berantai kondisi para perawi, dalam ucapan, perbuatan, atau ucapan dan
perbuatan sekaligus. Sepeti:
‫ان َح َّىت يُ حؤِم َن ِابلح َق حد ِر؛‬ ِ َ‫اإلُي‬
‫"ال ََِي ُد الح َعحب ُد َح َال َوةَ ح‬:‫وسلم‬
َ ‫ول هللا صلى هللا عليه‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫س ق‬ ٍ َ‫ث أَن‬ ُ ‫َح ِديح‬
ِ‫"آمحنت ِابلح َق حد ِر؛ خ ِريه‬:‫ال‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫َح‬ ُ َ َ َ‫ض َر ُس حو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم َعلَى ْلحيَته َوق‬ َ َ‫َخ حِريه َو َشِّره ُحلُِّوه َوُم ِّره" َوقَب‬
"ِ‫ ُحلُِّوهِ َوُمِّره‬،ِ‫َو َشِّره‬
"ِ‫ ُحلُِّوهِ َوُمِّره‬،ِ‫ت ابِلح َق حد ِر َخ حِريهِ َو َش ِّره‬ ِِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ‫تَ َس حل َس َل بَِقحب‬
َ :‫ َوقَ حوله‬،‫ض ُك ِّل َرا ٍو م حن ُرَواته َعلَى ْلحيَته‬
ُ ‫"آمحن‬
Rasulullah bersabda: seorang hamba tidak mendapati manisnya iman, sehingga ia
beriman dengan qadar, baik buruk, manis pahitnya” Rasulullah memegang jenggotnya
dan bersabda: “Aku beriman dengan qadar baik buruk, manis pahitnya”
Secara berantai para perawi memegang jenggotnya dan mengucapkan : “aku beriman
dengan qadar baik buruk, manis pahitnya”

2. Musalsal/sifat perawi dalam ucapan atau perbuatan. Seperti hadits tentang


membaca surah ash shaf. Setiap perawi mengatakan: "‫ك َذا‬
َ ‫َه‬ ‫"فَ َقَر َأها فَُالن‬
3. Musalsal dalam sifat periwayatan, bisa dalam bentuk redaksi, waktu atau tempat
periwayatan. Seperti ;
a. Hadits musalsal setiap perawi mengatakan: sami’tu/saya mendengar, atau
akhbarana/telah memberitahukan kepadaku

29
b. Hadits musalsal dalam meriwayatkan hari ied
c. Hadits musalsal dalam meriwayatkan doa di multazam.

TAHAMMUL - AL HADITS WA ADA’UHU

Definisi
Kata tahammul - al-hadits artinya menerima hadits dari seseorang yang
menyampaikannya.

Syarat Penerima Hadits


1. Tamyiz, yaitu memahami pembicaraan dan menjawab dengan benar, umumnya
setelah berusia minimal tujuh tahun. Tidak sah penerimaan orang yang tidak
tamyiz karena masih kecil atau lanjut usia.
2. Berakal, maka tidak sah penerimaan orang gila dan orang kurang waras.
3. Tidak ada halangan, tidak sah dari orang yang sedang mengantuk berat, banyak
masalah, atau sibuk.

Macam-macam Tahammul-al-Hadits
1. Mendengar perkataan syeikh/guru, dan yang paling tinggi adalah yang didektekan.
2. Membaca di hadapan syeikh, disebut “al-‘ardhu”.
3. Ijazah, yaitu izin dari syeikh untuk meriwayatkan darinya, baik terucap atau
tertulis.

ADA’UL-HADITS
Maksudnya adalah menyampaikan hadits kepada orang lain.

Syarat Ada’ul-Hadits
1. Berakal, tidak sah dari orang gila, kurang waras, pikun, dll.
2. Baligh, tidak sah dari anak kecil. Ada yang memperbolehkan dari murahiq/baru
gede, yang terpercaya.
3. Islam, tidak sah dari orang kafir, walaupun saat menerimanya ia muslim.
4. Adil, tidak diterima dari orang fasiq, walaupun ketika menerima saat ia adil
5. Tidak ada halangan, seperti mengantuk, atau kesibukan yang mengganggu fikiran.

Redaksi Ada’ul Hadits

.‫ َِس حعنَا َو َح َّدثَنَا‬:‫ال‬َ َ‫ فَإ حن َكا َن َم َعهُ َغ حريُهُ ق‬،‫الشحي ِخ‬ َّ ‫ إ َذا َِس َع َو حح َدهُ ِم َن‬،‫ َح َّدثَِن‬،‫ت‬ ِ
ُ ‫ َس حع‬:‫األُحوَل‬
َّ ‫ إذَا قَرأَ َعلَى‬،‫أخ ََربِن‬ ِ ِ ِ
.‫الشحي ِخ‬ ‫ ح‬،‫أخ ََربِن قَراءَ ًة َعلَحيه‬ ‫ ح‬،‫ت َعلَحيه‬ ُ ‫ قَ َرأح‬:‫الثانية‬
َ ‫ إذَا قُِر‬،‫أخ ََربََن‬ ِ ‫ئ َعلَحي ِه َوأ ََن ح‬ َ ‫ قُِر‬:‫الثالثة‬
.‫الشحي ِخ َو ُه َو يَ حس َم ُع‬
َّ ‫ئ َعلَى‬ ‫ ح‬،‫ قَ َرأح ََن َعلَحيه‬،‫أسَ ُع‬
ٍ
َ ‫ى َعحنهُ ِاب‬
.‫إلج َازِة‬ َ ‫ َع حن فَُالن؛ إذا ُرِو‬،‫ أنحبَ ِأن‬،‫إج َازًة‬ َ ‫ َح َّدثَِن‬،‫إج َازًة‬ َ ‫أخ ََربِن‬ ‫ ح‬:‫الرابعة‬
‫ يَُؤِّدي ِِبَا‬،‫اح ٍد‬ ِ ‫أن ح َّدثَِن وأخربِن وأنحبأَِن ِِبَعن و‬ ِ
َ َ ‫ َّأما الح ُمتَ َق ّد ُم حو َن فَََريحو َن َّ َ َ ح ََ َ َ ح‬،‫َوَه َذا عحن َد الح ُمتَأَ ّخ ِريح َن‬
ِ ِ
َّ ‫َم حن َِس َع ِم َن‬
.‫الشحي ِخ‬
.‫ض ِألنح َو ِاع التَّ َح ُّم ِل ِِبَا‬ ُ ‫َوبَِق َي ِصيَ ُغ أُ حخَرى تََرحكنَ َاها َححي‬
‫ث ََلح نََت َعَّر ح‬
30
12. BUKU-BUKU HADITS DAN SAHABAT

Tadwinul hadits
Belum ada pembukuan hadits di masa Nabi dan khulafaurrasyidin, karena khawatir
bercampur dengan Al Qur’an. Baru pada masa Umar ibn Abdul Aziz, karena takut
hilangnya hadits, ia memerintahkan kepada qadhi Madinah, yaitu Abu Bakr ibn
Muhammad ibn Amr ibn Hazm:
‫ وذهاب‬،‫ فإ ين خفت دروس العلم‬،‫انظر ما كان من حديث النب صليى هللا عليه وسليم فاكت به‬
‫ ولتجلسوا حّت ي علم‬،‫ ولت فشوا العلم‬،‫ ول ت قبل إل حديث رسول هللا صليى هللا عليه وسليم‬،‫العلماء‬
‫ فإن العلم ل ي هلك حّت يكون س ًّرا‬،‫من ل ي علم‬
Lihatlah semua hadits Nabi yang ada lalu tulislah, karena saya takut hilangnya ilmu,
dan perginya para ulama. Dan jangan menerima kecuali hadits Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Dan hendaklah engkau menyebarkan ilmu, bermajlis sehingga
berilmu orang yang belum berilmu. Karena sesungguhnya ilmu itu tidak akan binasa
sehingga ia menjadi rahasia.
Perintah ini disebar luaskan ke seluruh wilayah.

Kemudian memerintahkan Muhammad ibn Syihab az Zuhri untuk membukukannya,


pada awal tahun 100 H.
Setelah itu menjamurlah penulisan hadits.

KUTUBUSSITTAH

Maksud istilah ini adalah enam kitab hadits yaitu: 1. Shahih Al Bukhari, 2. Shahih
Muslim, 3. Sunan An Nasa’iy, 4. Sunan Abu Daud, 5. Sunan At Tirmidzi, 6. Sunan
Ibnu Majah.

1. Shahih Al Bukhari
Kitab ini oleh penulisnya disebut “ Al Jami’ Ash Shahih”.
Disarikan dari enam ratus ribu hadits. Pekerjaan yang melelahkan, dalam menyaring,
menseleksi kesahihannya, setiap kali mencamtumkan hadits ia mandi dan shalat dua
rakaat, istikharah dalam menyusunnya.
Penyusunannya memakan waktu selama enam belas tahun.
Setelah selesai kemudian ditunjukkan kepada Imam Ahmad dan Yahya ibn Ma’in, Ali
ibn Al Madiniy, dll, mereka menyambut baik dan menyaksikan sebagai hadits shahih.
Jumlah haditsnya 7397 (tujuh ribu tiga ratus Sembilan pulun tujuh) dengan
pengulangan. Dan 2602 (dua ribu enam ratus dua) tanpa pengulangan.

Al Bukhariy
Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al Mughirah ibn Bardizbah Al
Ja’fiy.
Lahir pada bulan Syawal 194 H, tumbuh sebagai yatim dalam asuhan ibunya.
Memulai mencari hadits pada tahun 210 H, 6 tahun mukim di Hijaz, mengunjungi
Syam, Mesir, Bashrah, Kufah, dan Baghdad.
Memiliki hafalan yang sangat kuat, zuhud, pemberani, dermawan.
Dipuji oleh para ulama semasa dan sesudahnya.
Wafat di Khartank, Samarkand, malam idul fitri tahun 256 H
31
2. Shahih Muslim
Kitab terkenal karya Imam Muslim ibn Al Hajjaj.
Menghimpun hadits shahih.
Kata An Nawawi: Menulisnya dengan sangat hati-hati, itqan, wara’, dan ma’rifah,
hanya beberapa orang pada masa itu yang bisa melakukannya.
Jumlah haditsnya dengan pengulangan 7275 (tujuh ribu dua ratus tujuh puluh lima)
dan tanpa pengulangan 4000 (empat ribu hadits)

Muslim
Abu Al Husain Muslim ibn Al Hajjaj ibn Muslim Al Qusyairy An Naisaburiy.
Lahir pada tahun 204 H.
Tinggal berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Hijaz, Syam, Iraq, dan Mesir.
Ketika Al Bukhari tiba di Naisabur ia mulazamah dan menyerap ilmunya serta
mengikuti jejaknya.
Wafat tahun 261 H di Naisabur.

3. Sunan An Nasa’iy
Semula An Nasa’iy menyusun kitab “As Sunan Al Kubra” berisi shahih dan
ma’lul/ada cacat. Kemudian diringkas dalam kitab “As Sunan Al Shughra” dan
dinamakan “Al Mujtaba” yang hanya menghimpun hadits shahih.
Inilah kitab yang dimaksud dalam riwayat An Nasa’i.
Kitab Al Mujtaba adalah kitab sunan yang paling sedikit hadits dhaifnya.
Dari sisi sosok perawi lebih baik dari sunan Abu Daud dan At Tirmidzi.
Kata Ibn Hajar: “Beberapa orang yang diambil riwayatnya oleh Abu Daud dan At
Tirmidzi, dihindari oleh An Nasa’iy”.
Secara umum syarat An Nasa’iy dalam Al Mujtaba, adalah syarat terkuat setelah
shahih Al Bukhari dan Muslim.

An Nasa’iy
Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali An Nasa’iy, nisbat ke Nasa’ satu
tempat di Khurasan. Lahir tahun 215 H di Nasa’, kemudian rihlah belajar hadits ke
Hijaz, Khurasan, Syam, dll. Lama tinggal di Mesir, menyebarkan karyanya di sana,
kemudian ke Damaskus.
Wafat di Ramalah Palestina tahun 303 H.

4. Sunan Abu Daud


Kitab ini berisi 4800 (empat ribu delapan ratus hadits) yang disarikan dari lima ratus
ribu hadits.
Fokus pada hadits hukum.
Kitab Abu Daud terkenal di kalangan ulama fiqh.
Penyusunnya menyebutkan bahwa ia tunjukkan kitab itu kepada Imam Ahmad ibn
Hanbal, memberinya pujian yang indah dan penilaian yang bagus.

Abu Daud
Sulaiman ibn Al Asy’ats ibn Ishaq Al Azdiy Al Sijistani. Lahir di Sijistan tahun 202
H. rihlah belajar hadits ke Iraq, Syam, Mesir, dan Khurasan. Menerima hadits dari
Imam Ahmad ibn Hanbal dan masyayikh Al Bukhari dan Muslim.
Para ulama memujinya dan menyebutnya sebagai penghafal sempurna, pemahaman
yang luas dan wara’.

32
Wafat di Bashrah tahun 275 H

5. Sunan At Tirmidzi
Kitab ini dikenal juga dengan nama “Jami’ At Tirmidziy”.
At Tirmidziy menyusunnya berdasarkan bab fiqh, berisi shahih, hasan, dan dhaif,
disertai penjelasan derajat setiap hadits dan sisi dhaifnya.
Kitab ini sangat berguna dalam kajian fiqh dan hadits yang tidak terdapat di kitab
lainnya.
Mendapatkan pujian baik dari ulama Hijaz, Iraq, dan Khurasan.

At Tirmidziy
Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah Al Salamiy at Tirmidziy.
Lahir di Tirmidz tepi sungai Jaihun tahun 209 H.
Berkeliling mendengar hadits dari Hijaz, Iraq dan Khurasan.
Para ulama bersepakat atas keimaman dan kemuliannya.
Sampai-sampai Al Bukhariy mengandalkannya dan mengambil darinya –padahal Al
Bukhariy- adalah salah satu syeikhnya At Tirmidzi.
Wafat di Tirmidz tahun 279 H.

6. Sunan Ibnu Majah.


Kitab ini berisi 4341 (empat ribu tiga ratus empat puluh satu) hadits. Terkenal sebagai
kitab ke enam usuhulul-hadits.
Kebanyakan haditsnya juga diriwayatkan oleh para penyusun hadits lainnya. Ada
1339 (seribu tiga ratus tiga puluh Sembilan) hadits yang tidak diriwayatkan oleh yang
lain.

Ibn Majah
Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid ibn Abdullah ibn Majah Al Qazwainiy
Lahir di Qazwain, Iraq, tahun 209 H. rihlah belajar hadits sampai Ar Ray, Bashrah,
Kufah, Baghdad, Syam, Mesir, dan Hijaz. Wafat tahun 273 H.

33
‫‪SHAHABAT DAN TABIIN‬‬
‫ات َعلى ا ِإل حُيَ ِ‬ ‫ِ‬ ‫الصحاب‪ :‬هو ُّ ِ ِ‬
‫ان‪.‬‬ ‫َِّب ‪ -‬صلى هللا عليه وسلم ‪ُ -‬مؤمناً بِه َ‬
‫وم َ‬ ‫كل ُمسل ٍم لَق َي النِ َّ‬ ‫َّ َ ُ‬
‫الص َحابَةُ ُكلُّ ُهم ثِقات عُ ُدول‬
‫و َّ‬
‫‪Shahabat adalah setiap muslim yang berjumpa dengan Nabi Muhammad-shallallahu‬‬
‫‪alaihi wasallama dalam keadaan beriman dan mati dalam dalam iman. Semua sahabat‬‬
‫‪adalah adil.‬‬

‫ط لَِقب ِ ِ ِ‬ ‫التَّابِعِ ُّي‪ :‬هو من لَِقي صحابِياًّ ف حالَِة ا ِإلُيَ ِ‬


‫ول ِرَوايَته َكونُهُ‬‫ذلك‪ ،‬ويُ حش ََرت ُ ُ‬
‫ات َعلى َ‬
‫ان َوَم َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ََ‬
‫ثَِقةً‪.‬‬
‫‪Tabiin adalah orang yang berjumpa dengan shahabat dalam keadaan beriman dan mati‬‬
‫‪dalam imam. Untuk diterima riwayatnya syaratnya harus tsiqah‬‬

‫‪Shahabat yang banyak meriwayatkan hadits‬‬


‫وأكثرهم حديثا ستة من املكثرين‪ ،‬وهم على التواِل‪:‬‬
‫‪ -1‬أبو هريرة‪ :‬روى ‪ 5374‬حديثا‪ ،‬وروى عنه أكثر من ثالمثائة رجل‪ .‬ت ‪57‬ه‬
‫‪ -2‬ابن عمر‪ :‬روى ‪ 2630‬حديثا‪.‬ت ‪ 73‬ه‬
‫‪ -3‬أنس بن مالك‪ :‬روى ‪ 2286‬حديثا‪ .‬ت ‪94‬ه‬
‫‪ -4‬عائشة أم املؤمنْي‪ :‬روت ‪ 2210‬أحاديث‪ .‬ت ‪ 57‬ه‬
‫‪ -5‬ابن عباس‪ :‬روى ‪ 1660‬حديثا‪ .‬ت ‪ 71‬ه‬
‫‪ -6‬جابر بن عبد هللا‪ :‬روى ‪ 1540‬حديثا‪ .‬ت ‪ 74‬ه‬

‫وصلى هللا وسلم على نبينا حممد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بحسان إىل يوم الدين‪.‬‬

‫‪34‬‬
‫المراجع‪:‬‬
‫مصطلح احلديث الؤلف‪ :‬حممد بن صاحل بن حممد العثيمْي (التوّف‪1421 :‬ه ) الناشر‪ :‬مكتبة‬
‫العلم‪ ،‬القاهرة الطبعة‪ :‬األوىل‪ 1415 ،‬ه ‪ 1994 -‬م‬

‫تيسي مصطلح احلديث الؤلف‪ :‬أبو حفص حممود بن أمحد بن حممود طحان النعيمي الناشر‪ :‬مكتبة‬
‫العارف للنشر والتوزيع الطبعة‪ :‬الطبعة العاشرة ‪1425‬ه ‪2004-‬م‬

‫السنة النبوية الصدر الثان للتشريع اإلسلمي ومكانتها من حيث الحتجاج والرتبة والبيان والعمل‬
‫الؤلف‪ :‬رقية بنت نصر هللا نياز الناشر‪ :‬جممع اللك فهد لطباعة الصحف الشريف ابلدينة النورة‬

‫حجية السنة النبوية ومكانتها يف التشريع اإلسلمي الؤلف‪ :‬عبد القادر بن حبيب هللا السندي‬
‫الناشر‪ :‬الامعة اإلسلمية الدينة النورة الطبعة‪ :‬السنة الثامنة ‪ -‬العدد الثان ‪ -‬رمضان ‪1395‬ه‬
‫سبتمَب ‪1975‬م‬

‫السنة النبوية الصدر الثان للتشريع اإلسلمي ومكانتها من حيث اإلحتجاج والعمل الؤلف‪ :‬حممد‬
‫بن عبد هللا ابجعان الناشر‪ :‬جممع اللك فهد لطباعة الصحف الشريف ابلدينة النورة‬

‫السنة ومكانتها يف التشريع اإلسلمي الؤلف‪ :‬مصطفى بن حسن السباعي (التوّف‪1384 :‬ه )‬
‫الناشر‪ :‬الكتب اإلسلمي‪ :‬دمشق ‪ -‬سوراي‪ ،‬بيوت – لبنان الطبعة‪ :‬الثالثة‪ 1402 ،‬ه ‪1982 -‬‬
‫م (بيوت)‬

‫السنة ومكانتها يف التشريع اإلسلمي الؤلف‪ :‬عبد احلليم حممود (التوّف‪1397 :‬ه ) التاشر‪:‬‬
‫الكتبة العصرية‪ ،‬صيدا ‪ -‬بيوت‪.‬‬

‫‪35‬‬

You might also like