You are on page 1of 16

PENYELESAIAN

SENGKETA
EKONOMI SYARIAH
Aldira Mara Ditta CP., S.H.,M.H
PENGERTIAN
Sengketa Ekonomi Syariah dapat dipahami
sebagai suatu pertentangan antara dua
pihak atau lebih pelaku ekonomi yang
kegiatan usahanya dilaksanakan menurut
prinsip-prinsip dan asas hukum ekonomi
Syariah yang disebabkan persepsi yang
berbeda tentang suatu kepentingan atau
hak milik yang dapat menimbulkan akibat
hukum bagi keduanya dan dapat
diberikan sanksi hukum terhadap salah
satu di antara keduanya
Perkara Ekonomi Syariah
• Bank Syariah
• Lembaga Keuangan Mikro Syariah
• Asuransi Syariah
• Reasuransi Syariah
• Reksadana Syariah
• Obligasi Syariah
• Surat Berharga berjangka Syariah
• Sekuritas Syariah
• Pembiayaan Syariah
• Penggadaian Syariah
• Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah
• Bisnis Syariah
• Termasuk : Wakaf, Zakat, Infak, dan Sedekah yang bersifat komersial,
baik yang bersifat kontensius maupun volunteer
Penyelesaian Sengketa
Ekonomi Syariah
• Choice of forum/choice of jurisdiction:
1. Di luar pengadilan (non litigasi)
a.Musyawarah/negosiasi
b.Mediasi → Mediasi Perbankan
c.Arbitrase → BASYARNAS (Badan Arbitrase
Syariah Nasional)
2. Di dalam pengadilan (non litigasi dan litigasi)
a.Mediasi di Pengadilan Agama
b.Pengadilan Agama
• Opsi penyelesaian sengketa ekonomi Syariah khususnya berupa
sengketa PERBANKAN SYARIAH yg sebelumnya menurut Pasal 55
ayat (2) UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan Syariah bisa
memilih melalui Pengadilan Negeri atau Badan Arbitrase telah
dihapuskan dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi No
93/PUU-X/2012 tertanggal 29 Agustus 2013.
• Majelis Mahkamah Konstitusi membuat putusan atas perkara
Nomor 93/PUU-X/2012, mengabulkan sebagian permohonan,
menyatakan bahwa penjelasan Pasal 55 ayat [2] UU 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah bertentangan dengan UUD 1945
dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Lebih lanjut
dalam salah satu pertimbangannya, Mahkamah Konstitusi
menyatakan bahwa adanya pilihan tempat penyelesaian
sengketa (choice of forum) untuk menyelesaikan sengketa
perbankan syariah sebagaimana tersebut dalam Penjelasan
Pasal 55 ayat (2) UU 21 Tahun 2008 pada akhirnya akan
menyebabkan adanya tumpang tindih kewenangan untuk
mengadili, karena ada dua peradilan yang diberikan
kewenangan untuk menyelesaikan sengketa perbankan syariah,
padahal dalam UU 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama
secara tegas dinyatakan bahwa PERADILAN AGAMA yang
berwenang menyelesaikan tersebut.
Penyelesaian Sengketa Ekonomi
Syariah di Luar Pengadilan
• UU No. 30 /1999 tentang Arbitrase dan Pilihan Penyelesaian
Sengketa mengatur tentang penyelesaian sengketa di luar
Pengadilan, yakni melalui konsultasi, mediasi, negosiasi,
konsiliasi dan penilaian ahli.
• DASAR HUKUM ARBITRASE
1. UU 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Pilihan
Penyelesaian Sengketa.
2. Fatwa DSN: Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para
pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah
• Dalam perspektif Islam arbitrase dapat
disepadankan dengan istilah tahkim. Tahkim
berasal dari kata hakkama, secara etimologis
berarti menjadikan seseorang sebagai
pencegah suatu sengketa.
• Dalam sektor usaha jasa keuangan di Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No
1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan.
Pendirian Lembaga alternatif penyelesaian
sengketa (LAPS) adalah untuk penyelesaian
masalah di bidang keuangan di luar pengadilan.
Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa (LAPS)
1. Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan
Indonesia (LAPSPI) yang didirikan oleh 6 asosiasi perbankan
yakni Perbanas, Asbanda, Himbara, Perbarindo, Asbisindo dan
Perbina
2. Badan Arbitrase dan Mediasi Penjaminan Indonesia (BAMPI)
didirikan oleh 17 perusahaan penjaminan
3. Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI)
4. Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI)
5. Badan Mediasi Dana Pensiun (BMDP)
6. Badan Mediasi Perusahaan Pembiayaan, Pegadaian, dan
Modal Ventura Indonesia (BMPPVI
7. Badan Arbitrase Ventura Indonesia (BAVI)
8. Badan Mediasi Pembiayaan dan Pegadaian Indonesia (BMPPI)
Prinsip-prinsip yang harus
diterapkan LAPS
1.Prinsip Aksesibilitas
2.Prinsip Independensi
3.Prinsip Keadilan
4.Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Badan Arbitrase Syariah Nasional
(UU No. 30 Tahun 1999)
• BASYARNAS saat didirikan bernama Badan Arbitrase Muamalat
Indonesia (BAMUI) tanggal 21 Oktober 1993, berbadan hukum
Yayasan.
• Perubahan nama dari BAMUI menjadi BASYARNAS diputuskan
dalam Rakernas MUI tahun 2002.
• Basyarnas berdiri secara otonom dan independen sebagai salah
satu instrument hukum yang menyelesaikan perselisihan antara
pihak, baik yang datang dari dalam lingkungan bank syari`ah,
asuransi syari`ah, maupun pihak lain yang memerlukannya.
• Penyelesaian melalui Basyarnas dapat dilakukan bila terjadi
kesepakatan dan dicantumkan dalam akad sejak awal sebelum
terjadi sengketa (“pactum compromittendo”) atau dibuat ketika
terjadi sengketa (akta kompromis).
• Basyarnas adalah Lembaga arbitrase satu-
satunya di Indonesia yang berwenang
memeriksa dan memutus sengketa muamalah
(Ekonomi Syariah) yang timbul dalam bidang
perdagangan, keuangan, industri, jasa, dll.
• Walaupun putusan Arbitrase bersifat final,
Basyarnas memberikan kemungkinan kepada
salah satu pihak untuk mengajukan secara
tertulis permintaan pembatalan putusan
Arbitrase tersebut yang disampaikan kepada
sekertaris Basyarnas dan tembusan kepada
pihak lawan sebagai pemberitahuan
pembatalan putusan paling lambat 60 hari dari
tanggal putusan itu diterima
Penyelesaian Sengketa Ekonomi
Syariah di Pengadilan
GUGATAN
PERKARA
EKONOMI
SYARIAH

GUGATAN
ACARA BIASA
SEDERHANA

Nilai Gugatan Nilai Gugatan


tidak lebih dari lebih dari 500
500 juta juta
RUANG LINGKUP KEWENANGAN
PERADILAN AGAMA DALAM
PENYELESAIAN SENGKETA
EKONOMI SYARIAH
• Meliputi semua perkara di bidang sengketa
ekonomi syariah (Psl 49 UU 3/2006)
• Meliputi sengketa antar lembaga ekonomi
syariah dengan pihak non Islam
• Tidak menjangkau klausula arbitrase (Pasal
58-60 UU 48/2009 ttg Kekuasaan
Kehakiman).
KEUNGGULAN PENYELESAIAN
SENGKETA MELALUI PERADILAN
AGAMA
• Perluasan kewenangan Peradilan Agama diatur
dalam UU
• Memiliki SDM yang memahami permasalahan
syariah,
• Mempunyai hukum materiil yang cukup
memadai, antara lain KHES
• Keberadaan kantor Pengadilan Agama hampir
meliputi semua wilayah Kabupaten dan
Kotamadya di seluruh wilayah Indonesia
sehingga ada kemudahan pelayanan.
KELEMAHAN PENYELESAIAN
SENGKETA MELALUI PERADILAN
(AGAMA)
• Sebagian besar Aparat mempunyai latar belakang
disiplin ilmu syariah dan hukum namun kurang
memahami aktifitas ekonomi mikro maupun makro.
• Pencitraan inferior yang dipandang hanya berkutat
menangani masalah NCTR (Nikah, Cerai, Talak, Rujuk)
sulit dihapus
• Sebagian besar kondisi sarana maupun
prasarananya belum merepresentasikan sebagai
lembaga yang mempunyai kewenangan mengadili
para pelaku bisnis,
• Penampilan dan kemampuan aparat yang
dianggap kurang meyakinkan.

You might also like