Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur atas ke hadiran Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dari kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
mengenai "Penolakan Permohonan Praperadilan (Kajian Putusan Nomor
55/Pid.Pra/2022/Pn Jkt.Sel)" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Febri Handayani, selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Tindak Pidana Korupsi. Yang telah memberikan
dedikasinya kepada kami selama perkuliahan.
Kami juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu,saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr. wb.
i
DAFTAR ISI
ii
1. Pertimbangan Hakim Penolakan Penetapan Tersangka ............................... 10
F. Kelemahan Sistem Hukum Dalam Penegakan Hukum Kasus Korupsi di Sektor
Pertambangan .......................................................................................................... 12
G. Upaya Menghindari Kasus Korupsi di Sektor Pertambangan ...................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu lembaga hukum baru yang diciptakan dalam KUHAP yang
sebelumnya tidak ada semasa berlakunya HIR adalah lembaga Praperadilan.
Ditinjau dari struktur dan susunan peradilan lembaga Praperadilan bukanlah
lembaga yang berdiri sendiri. Ia hanya merupakan pemberian wewenang
dan fungsi yang dilimpahkan KUHAP kepada setiap Pengadilan Negeri.
Wewenang dan fungsi baru itu adalah tugas tambahan untuk memeriksa dan
memutus : sah atau tidaknya penangkapan dan atau penahanan; Sah atau
tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; Permintaan
ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak
lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.1
Tujuan diadakan lembaga Praperadilan ini merupakan kontrol atau
pengawasan atas jalannya hukum acara pidana dalam rangka melidungi hak-
hak tersangka atau terdakwa. Kontrol tersebut dilakukan secara horizontal,
yakni kontrol kesamping antara penyidik, penuntut umum timbal balik dan
tersangka, keluarganya atau pihak ketiga.Lembaga Praperadilan sejak
semula dimaksudkan sebagai sarana hukum yang dapat digunakan untuk
mengajukan tuntutan baik oleh tersangka, korban, penyidik, penuntut umum
maupun pihak ketiga yang berkepentingan.
Praperadilan bukan merupakan Lembaga peradilan tersendiri bukan
pula sebagai instansi tingkat peradilan yang mempunyai wewenang
memberi putusan akhir atas suatu kasus peristiwa pidana. Praperadilan
adalah sebuah Lembaga baru yang ciri dan eksistensinya berada dan
merupakan kesatuan yang melekat pada Pengadilan Negeri, dan sebagai
Lembaga pengadilan hanya dijumpai pada tingkat Pengadilan Negeri
dengan kata lain putusan Praperadilan tidak dapat dimintakan banding.
1
M. Yahya Harahap,Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.(Jakarta : Sinar
Grafika, 2002), hal.2
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait pembahasan makalah ini yaitu:
1. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam menolak praperadilan
terhadap penetapan tersangka pada putusan Nomor 55/Pid.Pra/2022/Pn
Jkt.Sel?
2. Apa faktor yang menyebabkan hakim menolak praperadilan terhadap
penetapan tersangka pada putusan Nomor 55/Pid.Pra/2022/Pn Jkt.Sel?
3. Apa kelemahan sistem hukum dalam penegakan hukum kasus korupsi di
sektor pertambangan?
4. Bagaimana upaya menghindari terjadinya kasus yang serupa?
2
R. Soeparmono, Praperadilan dan Penggabungan Perkara Ganti Kerugian dalam
KUHAP, (Bandung: Mandar Maju,2003),hal.6
3
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana, Teori, Praktik, Teknik
Penyusunan dan Permasalahannya,(Bandung,: Citra Aditya Bakti, 2010) hal.155
3
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini diantaranya:
1. Untuk menganalis dasar pertimbangan hakim dalam menolak praperadilan
terhadap penetapan tersangka pada putusan Nomor 55/Pid.Pra/2022/Pn
Jkt.Sel
2. Untuk menganalisis faktor yang menyebabkan hakim menolak
praperadilan terhadap penetapan tersangka pada putusan Nomor
55/Pid.Pra/2022/Pn Jkt.Sel
3. Untuk menganalisis kelemahan sistem hukum dalam penegakan Hhukum
kasus korupsi di sektor pertambangan
4. Untuk mengetahui upaya menghindari terjadinya kasus yang serupa
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis adalah penelitian hukum
yuridis normatif, yaitu jenis penelitian yang dilakukan dengan cara
penelitian bahan pustaka atau data sekunder oleh sebab itu jenis penelitian
ini disebut dengan studi kepustakaan.4 Penelitian hukum ini mengkaji
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan
wewenang lembaga Praperadilan. Kemudian dihubungkan dengan
permasalahan yang menjadi pokok pembahasan yang dibahas dalam
penulisan ini sehingga dengan mengkaji undang-undang, peraturan yang
berlaku, juga buku-buku yang berkonsep teoritis tersebut dapat menjawab
dan menjelaskan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penulisan
ini.
Bahan hukum primer yang digunakan yaitu UUD, KUHAP dan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 55/Pid.Pra/2022/Pn
Jkt.Sel. Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu bahan hukum yang
diperoleh di perpustakaan melalui studi dokumentasi buku-buku, jurnal,
artikel dan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan topik pembahasan
dalam kajian ini. Data penelitian yang telah diperoleh akan dianalisis secara
4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1986),hal.52
4
B. Praperadilan
1. Pengertian Praperadilan
Praperadilan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Pengadilan
Negeri untuk memeriksa dan memutus tentang keabsahan penangkapan,
5
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika,2005),hal.2-
3
3
4
3. Objek Praperadilan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 77 KUHAP,
maka objek gugatan praperadilan meliputi:
a) Sah atau tidaknya suatu penangkapan;
b) Sah atau tidaknya penahanan;
c) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan;
d) Sah atau tidaknya penghentian penuntutan;
e) Permintaan ganti kerugian; dan
f) Permintaan rehabilitasi.
Ketentuan mengenai objek gugatan praperadilan di dalam KUHAP
itu bersifat limitatif (terbatas), yang berarti objek gugatan praperadilan
6
Mochamad Anwar,Praperadilan, (Jakarta: Ind-Hil-Co, 1989) hal.25
7
M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2010, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
3
5
hanya terbatas pada yang diatur oleh Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 77
KUHAP.
Diantara objek gugatan praperadilan itu ada yang dikategorikan
sebagai upaya paksa, yaitu penangkapan dan penahanan. Penangkapan dan
penahanan dikategorikan sebagai upaya paksa karena di dalamnya
mengandung perampasan kemerdekaan. Di dalam terminologi hukum
pidana, upaya paksa disebut dengan istilah dwang middelen, yaitu
tindakan penyidik yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan,
penyitaan, dan pemeriksaan surat-surat untuk kepentingan penyidikan.8
8
Jur, Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal.171
9
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung,: Alumni, 1996) hal.115
6
10
M. Hamdan, Tindak Pidana Suap dan Money Politics, (Medan:Pustaka Bangsa Press,
2005), hal.20
7
3. Amar Putusan
Bahwa berdasarkan pertimbangan hakim praperadilan atau putusan
praperadilan serta diperlukan dalam menyelesaikan perkara pidana,
sebagaimana dalam mengadili, hakim menjatuhkan amar putusan sebagai
berikut:
a. Menerima eksepsi Termohon.
b. Bahwa menyatakan menolak permohonan praperadilan Pemohon
c. Membebankan biaya perkara kepada pemohon sejumlah nihil,
bahwa karena permohonan yang di ajukan pemohon ditolak.
10
dan hilangnya sejumlah aturan untuk memproses hukum bagi pejabat yang
mengeluarkan izin tambang bermasalah. Ini tantangan besar dan mustahil
hanya bisa diatasi oleh KPK, polisi, dan kejaksaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjelasan dapat disimpulkan bahwa
pertimbangan hakim menolak praperadilan pemohon yaitu: Pertama, KPK
telah membuktikan mempunyai alat-alat bukti yang cukup, terkait
perbuatan melawan hukum dugaan korupsi. Serta sudah memiliki bukti
hasil analisa penghitungan kerugian keuangan negara terkait kasus
tersebut. Kedua, hakim menegaskan penyidikan yang dilakukan termohon,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), terhadap pemohon Maming,
hingga penetapan tersangka dan penahanan adalah sah secara hukum.
Transparansi dalam proses penerbitan perizinan menjadi salah satu
kunci mencegah korupsi di sektor pertambangan. Selama ini pemberian
izin menjadi proses yang tertutup dan terindikasi korupsi. Namun cara
memutus mata rantai korupsi di sektor tambang tak cukup dengan urusan
transparansi. Namun, mesti lebih radikal dengan mekanisme atau regulasi
baru, di mana pejabat terkait tidak boleh terlibat dalam bisnis apapun.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu , kritik dan saran yang
membangun kami harapkan demi kesempurnaan dalam penulisan makalah
yang akan dating.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Jur, and Andi Hamzah. Terminologi Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
M.Hamdan. Tindak Pidana Suap dan Money Politics. Medan: Pustaka Bangsa
Press, 2005.
Mulyadi, Lilik. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana, Teori, Praktik,
Teknik Penyusunan dan Permasalahannya. Bandung: Citra Aitya Bakti,
2010.