Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk
tugas mata kuliah Asuransi Syariah ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Makalah ini memuat materi tentang “Sistem Operasional Asuransi Kerugian”. Dalam
penulisan makalah ini, kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu
pengetahuan kami, mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini.
Bersama ini, kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini, yang pertama kepada Dosen pembimbing mata
kuliah Asuransi Umum Syariah dan juga teman-teman sekalian.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan karya ini dan juga karya-karya kami selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
Latar Belakang……………………………………………………………...........
Rumusan Masalah…………………………………………………………..........
Tujuan…………………………………………………………………….............
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….…….
Konsep Operasional..............................………………………………………….
Prinsip-prinsip Asuransi (kerugian)...............................................................……..
Mekanisme Pengelolaan Dana.................................................................................
Reasuransi dan Retakaful ………………................................................................
Kerangka Teknik dan Operasional General Inscurance.............................................
Pengertian Mega Risk dan Simple Risk.....................................................................
Klaim (claim).............................................................................................................
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep operasional asuransi?
2. Bagaimana Prinsip-Prinsip Asuransi Kerugian?
3. Mekanisme pengelolaan dana
4. Reasuransi dan Retakaful
5. Kerangka Teknik dan Operasional General Insurance
6. Pengertian mega risk dan simple risk 7. Apa pengertian dan penjelsan Claim?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep operasional asuransi
2. Mengetahui prinsip-prinsip asuransi kerugian
3. Mengetahui Mekanisme pengelolaan dana
4. Mengetahui Reasuransi dan Retakaful
5. Mengetahui Kerangka Teknik dan Operasional General Insurance
6. Mengetahui Pengertian mega risk dan simple risk
7. Mengetahui pengertian dan penjelasan tentang claim
BAB II
PEMBAHSAN
A. Konsep Operasional
Konsep takafuli (tolong-menolong) Konsep tolong-menolong atau saling
melindungi dalam kebenaran sebagaimana Bermuamalat dalam surah al-Maa’idah ayat
2. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda. “Mukmin terhadap
mukmin lainnya seperti bangunan memperkuat satu sama lain.” Pada hadits riwayat
Bukhari yang lain, “Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka
seperti satu badan. Apabila salah satu anggota badan itu menderita sakit, maka seluruh
badan merasakannya.”1
Bentuk tolong menolong ini diwujudkan dalam kontribusi
dana kebajikan (danatabarru) sebesar yang ditetapkan. Apabila ada salah satu dari
peserta takafuli atau peserta asuransi syariah mendapat musibahm maka peserta lainya
ikut menaggung risiko, dimana klaimnya dibayarkan dari akumulasi dana tabarru’ yang
terkumpul. Pada beberapa praktik asuransi syariah, surplus dan tabarru’ dikembalikan
sebagian kepada peseta melalui mekanisme mudharabah (bagi hasil) Dalam mekanisme
dan akad yang mendasari pengembalian di atas di kalangan ulama berbeda pendapat.
Akad yang mendasari kontrak asuransi syariah (kerugian) adalah akad tabbaru,
dimana pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu ( kontribusi/premi ) tanpa ada
keinginan untuk menerima apa pun dari orang yang menerima, kecuali hanya
mengharapkan keridhaan Allah. Hal ini tentu akan sangat berbeda dengan akad dalam
asuransi konvensional. Dalam asuransi konvensional, akad yang digunakan adalah akad
mu’awadhah. Yaitu suatu perjanjian di mana pihak yang memberikan sesuatu kepada
pihak lain, berhak menerima pengganti dari pihak yang diberinya. Dalam praktek
asuransi syariah saat ini terdapat perbedaan dalam implementasi akad tabbaru. Sebagian
asuransi syariah dalam praktinya memberikan bagi hasil (mudharabah) apabila terjadi
surplus dana tabbaru’, merujuk kepada system yang diterapkan di Syarikat Tafakul
Malaysia, yang merupakan asuransi syariah terbesar didunia saat ini.
1 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 225
B. Prinsip-prinsip asuransi (kerugian)
1. Prinsip berserah diri dan ikhtiar
Allah adalah pemilik mutlak atau pemilik sebenernya seluruh harta kekayaan.
Ia adalah pencipta alam semesta dan Dia pula Yang Maha Memilikinua. Kalimat
tauhid Laa ilaaha illalllaah ( tidak ada Tuhan selain Allah) juga mengandung
pengertian, tida ada pemilik mutlak atas seluruh ciptaan kecuali Allah. Karena Allah
yang menjadi pemilik mutlaknya, maka menjadi hak-Nya pula untuk memberikan
kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya atau merenggutnya dari siapa saja yang
dikenhendaki-Nya. Allah lah yang menentukan seseorang menjadi kaya dan Allah
pula yang memutuskan seseorang menjadi miskin. Sumber daya yang dititipkan oleh
Allah kepadanya, manusia dilarang untuk mengambil risiko tersebut. Walaupun
risiko tersebut mempunyai probabilita untuk membawa manfaat, namun bila
probabilitas untuk membawa kerugian lebih besar dari kemampuan menenggung
kerugian tersebut, maka tinddakan usaha tersebut adalah sama dengan mengeluarkan
yang lebih dari keperluan sehingga harus dihindari. “Mereka bertanya kepadamu
tentang khamar dan maysir, (maka) katakanlah pada keduanya terdapat dosa besar
dan bebrapa manfaat bagi manusia, dan dosa keduanya lebih besar dari manfaat
keduanya.dan, maka katakanlah yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya supaya kamu berpikir.” (Al-Baqarah:219)
Pengambilan risiko yang melebihi kemampuan untuk menenggulangi adalah
tidak sama dengan menghadapi ketidak pastian. Karena pada dasarnya tidak ada
seorang manusia pun yang dpat dengan pasti mengetahui apa yang akan terjadi.
Sehingga, semua aspek kehidupan didunia ini pada dasranya adlah ketidak pastian
bagi manusia. Namun kemampuan yang dikembangkan manusia dapat membantu
manusia dalam menghadapi ketidakpastian atau risiko tersebut dengan
memperkirakan kemungkinan terjadinya hal-hal yang merugikan, tentunya dlam
baas-batas kemampuan manusia. Sehingga, secara umum dapat dikatakan bahwa
manusia dapat berusaha untuk meghindari pengambilan risiko yang melebihi
kemampuan yang wajar untuk menanggulanginya.
2 Al-Qur’an dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Fahd, Catatan Kaki no. 624, hlm. 273.
3. Prinsip saling bertanggung jawab
Para peserta asuransi setuju untuk saling bertanggung jawab antara satu sama
lain. Memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. Hal ini dapat
diperhatiakan dalam hadis berikut ini “Seseorang tidak dianggap beriman sehingga
ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri”. (HR.Bukhari).
Rasa tanggung jawab terhadap sesame muslim merupkan kewajiban sesama insan..
Kemiskinan dalam konsep islam merupakan kemungkaran. Sebab itu, umat islam
mesti punya tanggung jawab mengubahnya. Konsep asuransi diatas merupakan salah
satu cara untuk mengubah kehidupan masyarakat, agar mereka tidak selalu ditimpa
oleh kemiskinan dalam mengarungi kehidupan ini.3
Dalam bayak hal, Rasulullah menegaskan kewajiban individu dan masyarkat
dalam melaksanakan tanggung jawab social, dasar penetapannya ialah karena
kemaslahan umum ( maslahah amah ). Asuransi syariah bertujuan untuk
melaksanakan masalah ini. kalu rasa ini tidak lagi hidup dikalangan dimasyarakat
islam, berarti kehilangan suatu ruh agama yang menjadikan umat islam kuat baik
secara individu maaupun secara kemasyarakatan. Seandainya masyarakat miskin
tidak mampu untuk membayar iuran ta’awun atautabarru’, maka orang kaya
berkewajiab untuk membayar iuran ini untuk mereka. Bayak ayat yang menjelaskan
agar orang kaya selalu mengulurkan tanggannya untuk membantu orang miskin.
Dengan prinsip saling bertanggung jawab ini, maka asuransi merealisir perintah Allah
SWT dalam Al-Quran dan Rasulullah SAW dalam Al-Sunah tentang kewajiban
untuk tidak memerhatikan kepentingna diri sendiri semata tetapi juga mesti
mementingkan orang lain atau masyarakat.4
5 http://nurlaelanunung.blogspot.co.id/2013/01/asuransi -syariah-life-and-general_4782.html
D. Reasuransi dan Retakaful
Tujuan dari adanya reasuransi ini ialah: Ditinjau dari aspek teknis, tujuan
reasuransi (retakaful) yakni untuk mengurangi atau memperkecil beban risiko yang
diterimanya dengan mengalihkan seluruh atau sebagian resiko itu kepada pihak
penanggung lain. Dengan pertanggungan ulang ini, penanggung pertama dapat
mengurangi atau memperkecil risiko-risiko yang diterimanya dipandang dari segi
kemungkinan kerugian materiil. Jika pada aspek teknis, tujuan reasuransi lebih
mendasarkan pada cara atau alat pengalihan beban resiko dan/atau pembagian risiko
(distribution of risk) atau penyebaran risiko (spreading of risk), maka pada aspek
hukum manfaat reasuransi lebih menitik beratkan pada perjanjian pengalihan seluruh
atau sebagian risiko dari pihak perusahaan asuransi atau penanggung pertama kepada
penanggung ulang.
c. Metode Penempatan dan Bentuk-Bentuk Retakaful
Menurut literature dalam praktik asuransi dan atau reasuransi, terdapat tiga
cara dalam melakukan kerjasama asuransi antara pihak penanggung pertama (direct
insurers) dan pihak penanggung ulang (reinsurers). Yaitu metode reasuransi secara
fakultatif, metode reasuransi secara kontrak (treaty), dan metode reasuransi pool dan
fakultatif obligatory.
1. Specific/Facultative Reinsurance
2. Automatic/Treaty Reinsurance
Automatic/treaty reinsurance yaitu perjanjian reasuransi di mana perusahaan
asuransi setuju atas penempatan kelebihan risiko kepada reasuransi dan
reasuransi secara otomatis menyetujui atas penempatan kelebihan risiko tersebut
dari perusahaan asuransi sampai batas jumlah tertentu yang telah disetujui
bersama.
f) Takaful-re Bahrain
10. Fatwa Dewan Syariah Nasional (Fatwa DSN MUI) tentang Reasuransi Syariah
Menyusun fatwa DSN MUI tentang reasuransi syariah, maka ada beberapa
faktor penyebab sehingga belum sepenuhnya dapat dilaksanakan.
Dalam asuransi non takaful terjadi pengalihan resiko finansial dari satu pihak
ke pihak lainnya. Ini merupakan konsekwensi dari kontrak jual beli risiko dalam
konatrak asuransi konvensional.
2. Prinsip bagi risiko (sharing of risk)
Dalam asuransi takaful terjadi pembagian risiko finansial di antara peserta
takaful. Akad yang terjadi adalah akad takafuli atau akad saling menanggung. Ini
merupakan perwujudan dari saling menanggung diantara peserta. Dana takaful yang
terhimpun merupakan dana kebajikan (tabaruk) yang merupakan milik seluruh peserta
yang terkena musibahdisertai dengan adanya surplus pengelolaan dana yang
didistribusikan kepada seluruh peserta dalam bentuk bagi hasil. a. Dana Takaful
11 Ibid, hal. 280.
12 Ibid, hlm. 282.
Dalam takaful yang merupakan komtribusi seluruh peserta akan dihimpun dalam
rekening kebajikan. Dana tersebut dikelola dan diinvestasikan hanya melalui mekanisme
dan instrumen syariah yang dibenarkan. Segala hasil pengelolaan dana dibukukan kembali
ke dalam rekening dana kebajikan. Dana tersebut akan didistribusikan kembali kepada
seluruh peserta dalam bentuk bagi has setelah dilakukan kalkulasi dengan berbagai cash-
out flote yang meliputi dana kompensasi peserra. Biaya akuisisi dan operasional dan biaya
reaauransi serta cadangan teknik13.
b. Jenis Skema Takaful
c. Takaful aneka.
b. Takaful pengangkutan
d. Takaful rekayasa
c. Perantara
13 Ibid. 283
F. Pengertian Mega Risk dan Simple Risk
1. Mega Risk
Falsafah mega risk:
c. Wording polis dapat bersifat taylor made, dengan klausula yang bersifat
kompleks.
d. Harga pertanggungan umumnya over capacity Produk-produk mega risk:
a. Kelompok marine
c. Kelompok Energy
d. Kelompok Engineering
2. Simple Risk
Falsafah simple risk
c. Wording polis standard, tidak ada klausul tambahan yang bersifat kompleks.
c. Aneka simple risk: takaful kecelakaan diri, takaful ANNISA, aneka lainnya.
G. Klaim (Claim)
Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas
kerugiannya yang tersedia berdasarkan perjanjian. Klaim adlah proses yang mana
peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian tersebut. Semua usaha yang
diberikan untuk menjamin hak-hak tersebut dihormati sepenuhnya sebagaimana yang
seharusnya. Oleh karena itu penting bagi pengelola asuransi syariah untuk mengatasi
klaim secara efisien. Untuk lebih memahami proses penyelesaian klaim, kita harus
melihat beberpa hal berikut ini:14
1. Jenis Kerugian
Sebelum kita mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi syariah, perlu
dipahami dahulu jenis-jenis kerugian. Secara umum jenis-jenis kerugian dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu Kerugian seluruhnya (total loss), Kerugian sebagian (
partial loss) , Kerugian pihak ketiga.
a. Kerugian seluruhnya ( total loss )
Objek yang di pertanggungkan secara teknis atau nyata rusak seluruhnya.
Misalnya, mobil yang hilang dicuri atau masuk laut. Secara teknis dikatakan rusak
seluruhnya, karena biaya untuk mengangkat dan memperbaiki lebih besar
75%harga mobil tersebut. Mobil yang terlindas tank baja secara nyata tidak
berwujud lagi sebagai sebagai mobil, dan dikatakan sebagai rusak seluruhnya.
Dlam hal kendaraan dicuri, pernyataan hilangnya kendaraan hanya dapat
dikeluarkan oleh kepala direktorat serse polisi setempat.
b. Kerugian sebagaian ( partial loss )
Adalah semua kerusakan yang tidak masuk kategori kerugian seluruhnya.
Menentukan besarnya nilai kerugian cukup kompleks. Misalnya dalam peristiwa
kebakaran kantor atau gedung, penilaian dilakukan oleh lembaga independen (
loss adjuster ). Sedangkan, untuk kerugian yang berhubungan dengan asuransi
laut, penilaian dilakukan oleh average adjuster.
c. Kerugian pihak ketiga,
Adalah kerugian yang dialami oleh pihak ketiga yang terjadi akibat tiindakan yang
dilakukan oleh tertanggung. Misalnya, kendaraan tertanggung menabrak diri atau
harta benda pihak ketiga, yang kemudian menimbulkan luka badan atau kerugian
pada diri atau harta benda pihak ketiga.
2. Penggantian Kerugian
Cara penggantian mengacu pada kondisi dan kesepakatan yang tertulis
dalam polis yaitu pemilihan cara penggantian yang ada pada penanggung akan
mengganti dengan uang tunai, memperbaiki dan membangun ulang objek yang
mengalami kerusakan. Oleh Karen itu sebaiknya sebelum melakukan perbaikan atas
14 Ibid, hlm. 259.
kerugian yang terjadi, tertanggung terlebih dahulu meminta persetujuan tertulis dari
penanggung. Biasanya sebelum memberikan persetujuan tertulis dari penanggung,
penanggung akan menentukan penyebab kerusakan, apakah dijamin oleh polis. Pada
kasus yang tidak komplek, penangung menentukan bagaimana sifat dan berapa
besarnya penggantian yang wajar atas kerusakan yang terjadi.
3. Prosedur Klaim
Secara umu prosedur klaim pada asuransi kerugian (umum) hamper sama
baik pada asuransi syariah maupun konvensional. Adapun yang sama membedakan
dari masing-masing perusahaan adalah kecepatan dan kejurujuan dalam menilai
suatu klaim.
a. Pemberitahuan klaim
b. Bukti klaim kerugian
c. Penyelidikan
d. Penyelesaian klaim
4. Recorvery klaim
Asuransi menganut prinsip imdemnity, yaitu tertanggung tidak dimungkinkan
menerima keuntungan akibat terjadinya suatu peristiwa. Oleh karrenanya, sisa barang
yang mengalami kerugian, setelah mendapat penggantian dari penanggung, menjadi
hak sepenuhnya pihak penanggung. Termasuk pula tuntutan hukum yang dimiliki
oleh tertanggung kepada pihak ketiga, jika kerugian terjadi akibat perbuatan pihak
ketiga. Tertanggung harus menyerahkan semua haknya atas barang atas tuntutan
kepada pihak ketiga, serta membantu semaksimal mungkin agar penanggung dapat
mengambil hak tersebut. Tindakan demikian disebut sebagai pengalihan hak
subrogasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam akad asuransi mendasarkan pada akad tabarru’.Dalam hal ini terdapat
perbedaan pandang dalam masalah akad tabarru’, karena sebagian besar asuransi
dalam praktiknya memberi bagian bagi hasil (Mudharabah) apa bila terjadi surplus
dana tabarru’.
2. Prinsip-prinsip asuransi:
Al-Quran dan Terjemahan, Lembaga Percetakan Al-Quran Raja Fahd, Catatan kaki no.624.
Gemala Dewi, 2006, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, Jakarta, Kencana.
http://nurlaelanunung.blogspot.co.id/2013/01/asuransi-syariah-life-and-general_4782.html
Muhammad Syakir Sula, 2004, Asuransi Syariah (Life and General), Jakarta, Gema Insani.