You are on page 1of 16

MAKALAH

DEFENISI RIBA

DOSEN PEMBIMBING:

Prof. Dr. Syukri Iska, M.Ag

TEZI ASMADIA

DISUSUN OLEH:

Meylani Synta Setiani 2330402048

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya. Karena atass rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang "menjelaskan tentang riba'dan riba' terhadap kontemporer." tepat pada
waktunya.dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis temukan
karena keterbatasan pengetahuan serta bahan referensi yang dapat dijadikan sebagai
acuan.oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Prof.Dr.H.Syukri.Iska.M,Ag. Yang telah membimbing penulis dalam pembuatan
makalah ini hingga selesai.

Penulis mengharapkan makalah ini agar barmanfaat dan bisa dijadikan acuan dan
referensi bagi pembaca. Tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa ada banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat mambangun kepala pembaca sebagai
bahwa evaluasi penulis guna meningkatkan kinerja untuk ke depannya.

Batusangkar 4 oktober 2023

Penulis

MEYLANI SYNTA SETIANI

2330402048

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulis................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Pengertian Riba .............................................................................................. 3


B. Landasan Hukum Riba ................................................................................... 4
C. Tahapan Pengharaman Riba ........................................................................... 5
D. Jenis-Jenis Riba .............................................................................................. 9
E. Riba Dalam Ekonomi Kontemporer .............................................................. 10
F. Implikasi Riba Terhadap Perekonomian ........................................................ 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 12

A. Kesimpulan .................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Riba merupakan haram atau dilarang dalam perbankan syariahJika riba dengan
jumlah kecil ataupun besar (ganda) maka dianggap tetap hal atau aktifitas yang
tidak boleh dilakukansebab sikap dan perbuatan tersebut bisa merugikan selain itu
juga haram untuk semua kalangan masyarakatRiba jika dijalankan sendiri ataupun
bekerjasama dengan yang terakit ribaitu hal yang tetap diharamkan bagi umat
muslimDi Indonesia masih terjadi perselisihan akan ragunya bunga bank apakah
termasuk dalam riba atau tidaktetapi perselisihan ini sudah disepakati oleh Islamic
Banker dan ahli fikih dikalangan duniaSelain hal tersebut umat Islam haru
mempunyai kepercayaan dan keyakinan dimana sebagai orang muslim jika dalam
bertransaksi harus tidak boleh ada keterlibatn dengan sistem ribaYang dimaksud
dari transaksi ini yakni bertransaksi uang dimana transfer menggunaka uang dan
disaat transaksi tersebut ada sebuah tambahanDi Indonesiasejak perbankan syariah
berdiri cukup lama membuat perbakan syariah semakin pesat dikarenakan banyak
perbankan konvensional yang disyariahkan Perkembangan-perkembangan dari
perbankan syariah ini membuat masyarakat ingin memilih produk perbankan
syariahLajunya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sekarang menjadi suatu pusat
perhatian dalam sektor industri keuanganDari bagian lain wilayah
Indonesiamayoritas penduduk yang memeluk agama Islam Dari mayoritas inilah
yang mengakibatkan lajunya perkembangan pola pikir masyarakat akan keinginan
yang lebih mengutamakan memilih perbankan syariahTetapidari sebagian
masyarakat tersebut juga masih ada belum ada keinginan untuk mengetahui tentang
riba dan pengetahuan akan produk perbankan syariah.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu riba?


2. Apa itu dasar hukum dan tahapan pengharaman riba?
3. Apa itu jenis-jenis riba?
4. Apa itu bentuk riba dalam bentuk ekonomi kontomporer?
5. Apa itu implikasi riba terhadap perekonomian?

C. Tujuan Penulis
1. Mampu menjelaskan definisi riba
2. Mampu menjelaskan dasar hukum dan tahapan pengharaman riba
3. Mampu menjelaskan jenis-jenis riba
4. Mampu menjelaskan bentuk riba dalam bentuk ekonomi kontomporer
5. Mampu menjelskan implikasi riba terhadap perekonomian

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba
Istilah riba berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna ziyadah atau
tambahan. Dengan kata lain, arti riba adalah pengambilan tambahan dari harta
pokok atau modal secara batil, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-
meminjam. Kata riba di dalam alquran memiliki beberapa makna. Namun makna-
makna tersebut mengandung unsur-unsur sama yang bisa dikembalikan ke arti
asalnya, yakni bertambah dan tumbuh. Menurut istilah teknis, riba yaitu
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.
Ada beberapa tokoh yang memberikan pendapat tentang pengertian riba.
Pendapat-pendapat tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Menurut Al-Jurjani dalam kitab al-Ta'rifat, sebagaimana dikutip oleh
Khoeruddin Nasution, mengatakan bahwa riba dengan kelebihan/tambahan
tanpa ada ganti/imbalan yang disyaratkan bagi salah satu dari dua orang yang
membuat transaksi (al-Riba fi al-Shar'i Huwa Fadhlun 'an 'Iwain Shuritha li
Ahadil 'Aqidayni).
2. Menurut Al-Mali sebagaimana yang dikutip oleh Hendi Suhendi, riba ialah
akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak diketahui
perimbangannya menurut ukuran syarak, ketika berakad atau dengan
mengakhirkan tukaran kedua belah pihak atau salah satu keduanya.
3. Menurut Muhammad Abduh sebagaimana yang dikutip oleh Hendi Suhendi,
bahwa yang dimaksud dengan riba ialah penambahan-penambahan yang
diisyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam
hartanya (uangnya), karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari
waktu yang telah ditentukan.

3
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa riba adalah
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam
secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam, Riba dapat
diartikan pula sebagai pemberlakuan bunga atau penambahan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang
dibebankan kepada peminjam.

B. Landasan Hukum Riba


1. Landasan Hukum Riba
Riba dalam syariat Islam secara tegas dinyatakan haram. Bahkan semua agama
samawi melarang praktik riba karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi
pemberi dan penerima hutang. Di samping berpotensi menghilangkan sikap
tolong menolong, riba juga dapat menimbulkan permusuhan antara kedua belah
pihak yang melakukan transaksi. Hukum haram dari riba berdasarkan al-Qur’an,
hadis dan ijmak ulama sebagai berikut:
a) Al-Qur’an

‫شي ْٰط ُن‬


َّ ‫طهُ ال‬ ُ َّ‫ِي َيت َ َخب‬ ْ ‫الر ٰبوا ََل يَقُ ْو ُم ْونَ ا ََِّل َك َما َيقُ ْو ُم الَّذ‬ ِ َ‫اَلَّ ِذيْنَ َيأ ْ ُكلُ ْون‬
‫ّٰللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
‫وا َوا َ َح َّل ه‬ ۘ ‫الر ٰب‬
ِ ‫س ٰذ ِل َك ِباَنَّ ُه ْم قَالُ ْْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬ ِّۗ ِ ‫ِمنَ ْال َم‬
ِ ‫ف َوا َ ْم ُر ٗ ْٓه اِلَى ه‬
ِّۗ ‫ّٰللا‬ َ ‫ظةٌ ِم ْن َّربِ ٖه فَا ْنتَهٰ ى فَلَ ٗه َما‬
َ ِّۗ َ‫سل‬ َ ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع‬ ِّۗ ‫الر ٰب‬
ِ
ٰۤ ُ
َ‫ار ۚ ُه ْم فِ ْي َها ٰخ ِلد ُْون‬ ِ َّ‫ب الن‬ ُ ‫ص ٰح‬ ْ َ ‫ول ِٕى َك ا‬ ‫عا َد فَا‬ َ ‫َو َم ْن‬

Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu
karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat
peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya

4
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”

b) Hadis Rasulullah
Artinya: “Dari Jabir Ra. ia berkata: “Rasulullah Saw. telah melaknat
orang- orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang
yang memberi makan hasil riba), orang yang menuliskan, orang yang
menyaksikannya, (dan selanjutnya), Nabi bersabda, mereka itu semua sama
saja.” (HR. Muttafaq Alaih).
c) Ijmak ulama
Para ulama sepakat bahwa seluruh umat Islam mengutuk dan
mengharamkan riba. Riba adalah salah satu usaha mencari rezeki dengan
cara yang tidak benar dan dibenci oleh Allah Swt. Praktik riba lebih
mengutamakan keuntungan pribadi dan mengorbankan orang lain. Riba
akan menyebabkan kesulitan hidup bagi manusia, terutama mereka yang
memerlukan pertolongan. Riba juga dapat menimbulkan kesenjangan sosial
yang semakin besar antara “yang kaya dan yang miskin”, serta dapat
menghilangkan rasa kemanusiaan untuk saling membantu. Oleh karena itu,
agama Islam mengharamkan riba.

C. Tahapan pengharaman Riba


Riba diharamkan dalam Islam dan oleh Allah SWT Melarang praktik riba melalui
beberapa aya alquran yang diturunkan secara bertahap. Berikut kronologi
pengharaman riba yang terdapat dalam alquran.
1. Tahap Pertama
Tahap pertama pelarangan riba disebutkan dalam alquran surah Ar-Ruum Ayat:
39, bahwa Allah SWT tidak menyukai orang yang melakukan riba dan jika
seseorang ingin mendapat rida Allah SWT maka ia harus menjauhi riba. Allah
juga menolak mereka yang meminjamkan uang atau hartanya dan mengambil

5
kelebihan sebagai tindakan menolong. Jika seseorang ingin menolong orang lain
maka bukan dengan jalan riba melainkan dengan cara bersedekah atau dengan
mengeluarkan zakat.
Artinya: "Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusiamaka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah melipatgandakan (pahalanya)". (Q.S.
Ar-Ruum Ayat: 39)

2. Tahap kedua
Pada tahap kedua pengharaman perbuatan riba, Allah SWT menurunkan surah
An-Nisa Ayat160-161.

‫ع ْن‬
َ ‫ص ِد ِه ْم‬ ْ َّ‫ت ا ُ ِحل‬
َ ‫ت لَ ُه ْم َو ِب‬ َ ‫ظ ْل ٍم ِمنَ الَّ ِذيْنَ هَاد ُْوا َح َّر ْمنَا‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم‬
ٍ ‫ط ِي ٰب‬ ُ ‫فَ ِب‬
‫ّٰللا َكثِي ًْرا‬
ِ ‫س ِب ْي ِل ه‬
َ
ِ َ‫اس ِب ْالب‬
‫اط ِل َِّۗوا َ ْعت َ ْدنَا‬ ِ َّ‫ع ْنهُ َوا َ ْك ِل ِه ْم ا َ ْم َوا َل الن‬ ِ ‫َّوا َ ْخ ِذ ِه ُم‬
َ ‫الر ٰبوا َوقَ ْد نُ ُه ْوا‬
‫ِل ْل ٰك ِف ِريْنَ ِم ْن ُه ْم َعذَابًا ا َ ِل ْي ًما‬
Artinya"Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka,
dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di
antara mereka itu siksa yang pedih"(Q.SAn-Nisa Ayat: 160-161)

Dalam ayat tersebut riba digambarkan sebagai perbuatan yang batil dan
merupakan perbuatan zalim terhadap orang lain. Allah SWT juga menyebutkan
balasan atau hukuman terhadap orang Yahudi yang melakukan riba sebagai isyarat
bahwa riba juga diharamkan pada umat muslim.
6
3. Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga Allah SWT menurunkan surah Al Imran Ayat: 130.

‫ّٰللا لَ َعلَّ ُك ْم‬


َ ‫ض َعفَةً َّۖواتَّقُوا ه‬
ٰ ‫ض َعافًا ُّم‬ ِ ‫ٰ ْٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُوا‬
ْ َ ‫الر ٰب ْٓوا ا‬
َ‫ت ُ ْف ِل ُح ْو ۚن‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan",

Dalam ayat tersebut Allah tidak menyebutkan riba diharamkan secara jelas.
Namun Allah SWT melarang segala bentuk pelipatgandaan harta atau uang yang
dipinjamkan. Hal ini merupakan kebijaksanaan Allah SWTyang melarang praktik
riba di kalangan masyarakat saat itu dan telah mendarah daging di antara mereka.

4. Tahap Keempat

Pada tahap keempat Allah menurunkan surah Al-Baqarah Ayat: 275-279.

َ‫شي ْٰط ُن ِمن‬ َّ ‫طهُ ال‬ ْ ‫الر ٰبوا ََل يَقُ ْو ُم ْونَ ا ََِّل َك َما َيقُ ْو ُم الَّذ‬
ُ َّ‫ِي َيت َ َخب‬ ِ َ‫اَلَّ ِذيْنَ َيأ ْ ُكلُ ْون‬
‫ّٰللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
‫وا َوا َ َح َّل ه‬ۘ ‫الر ٰب‬ِ ‫س ٰذ ِل َك ِباَنَّ ُه ْم قَالُ ْْٓوا اِنَّ َما ْال َب ْي ُع ِمثْ ُل‬
ِّۗ ِ ‫ْال َم‬
ِ ‫ف َوا َ ْم ُر ٗ ْٓه اِلَى ه‬
ِّۗ ‫ّٰللا‬ َ ‫ظةٌ ِم ْن َّر ِب ٖه فَا ْنتَهٰ ى فَلَ ٗه َما‬
َ ِّۗ َ‫سل‬ َ ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع‬ ِّۗ ‫الر ٰب‬
ِ
ٰۤ ُ
َ‫ار ۚ ُه ْم فِ ْي َها ٰخ ِلد ُْون‬ ِ َّ‫ب الن‬
ُ ‫ص ٰح‬ْ َ ‫ول ِٕى َك ا‬ َ ‫َو َم ْن‬
‫عا َد فَا‬
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)

7
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah".

ٍ َّ‫ّٰللاُ ََل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬


‫ار اَثِي ٍْم‬ ِ ‫ص َد ٰق‬
‫ت ِّۗ َو ه‬ َّ ‫الر ٰبوا َويُ ْربِى ال‬ ‫يَ ْم َح ُق ه‬
ِ ُ‫ّٰللا‬
Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa".

‫جْر ُه ْم‬ َّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰات َ ُوا‬


ُ َ ‫الز ٰكوة َ لَ ُه ْم ا‬ َّ ‫ت َواَقَا ُموا ال‬ ‫ع ِملُوا ال ه‬
ِ ‫ص ِل ٰح‬ َ ‫ا َِّن الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو‬
َ‫ع َل ْي ِه ْم َو ََل ُه ْم َيحْ زَ نُ ْون‬ ٌ ‫ِع ْن َد َر ِب ِه ۚ ْم َو ََل خ َْو‬
َ ‫ف‬
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan salat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati".

َ‫الر ٰب ْٓوا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ ِم ِنيْن‬ َ ‫ٰ ْٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا ه‬
َ ‫ّٰللا َوذَ ُر ْوا َما بَ ِق‬
ِ َ‫ي ِمن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman."

ُ ‫س ْو ِل ٖ ۚه َوا ِْن ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء ْو‬


‫س‬ ِ ‫ب ِمنَ ه‬
ُ ‫ّٰللا َو َر‬ ٍ ‫فَا ِْن لَّ ْم ت َ ْفعَلُ ْوا فَأْذَنُ ْوا بِ َح ْر‬
َ‫ظلَ ُم ْون‬ْ ُ ‫ظ ِل ُم ْونَ َو ََل ت‬
ْ َ ‫ا َ ْم َوا ِل ُك ۚ ْم ََل ت‬

Artinya: "Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
8
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimuDan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya".

D. Jenis-Jenis Riba
Secara umum riba dapat dibedakan menjadi dua, yaitu riba jual beli dan riba utang-
piutang.
1. Riba Jual Beli
Riba jual beli sering terjadi ketika konsumen membeli suatu barang dengan cara
mencicil. Kemudian penjual menetapkan penambahan nilai barang karena
konsumen membelinya dengan mencicil. Riba jual beli dapat dibedakan menjadi
2 (dua), yaitu riba fadhl dan riba nasi'ah.
a) Riba fadhl, yaitu praktik pertukaran antarbarang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan tersebut masih
termasuk dalam jenis barang ribawi. Jenis riba ini berlaku dalam jual beli
yang didefinisikan oleh para ulama fiqih dengan kelebihan pada salah satu
harta sejenis yang diperjualbelikan dengan ukuran syarak. Adapun yang
dimaksud dengan ukuran syarak adalah timbangan atau ukuran tertentu.
Contohnya, 1 (satu) kilogram beras dijual dengan harga senilai 14 (satu
seperempat) kilogram. Kelebihan 4 (seperempat) kilogram tersebut
merupakan riba fadhl. Jual beli seperti ini hanya berlaku dalam barter.
b) Riba nasi'ah, yaitu penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya atau kelebihan
atas piutang yang diberikan orang yang berutang kepada pemilik modal
ketika waktu yang disepakati jatuh tempo. Riba nasi'ah terjadi karena adanya
perbedaan, perubahan, atau penambahan antara barang yang diserahkan saat
ini dengan yang diserahkan kemudianJika waktu jatuh tempo sudah tiba dan
ternyata orang yang berutang tidak sanggup membayar utang serta

9
kelebihannya, maka waktunya bisa diperpanjang dan jumlah utang
bertambah pula.

2. Riba Utang Piutang


Riba utang piutang adalah tindakan mengambil manfaat tambahan dari suatu
utang. Riba utang piutang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu riba qardh dan
riba jahiliah.
a) Riba qardh, yaitu mengambil manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
diisyaratkan kepadapenerima utang (muqtaridh).
b) Riba jahiliah, yaitu penambahan utang lebih dari nilai pokok karena
penerima utang tidak mampu membayar utangnya tepat waktu.

E. Riba dalam ekonomi Kontemporer


Ketika kita berbicara tentang riba dalam konteks modern, hal yang akan datang
ke pikiran orang kebanyakan adalah bunga bank (al- bunuk Fawaid). Sebuah bank
adalah lembaga keuangan yang sebenarnya dibutuhkan oleh sebuah sistem
ekonomi kontemporer, bahkan dalam semua aspek kehidupan manusia. Oleh
karena itu, status hukum bunga bank selalu menjadi perdebatan bagi para sarjana
Islam (ulama), terutama bila tidak ada bank Islam, atau tidak ada alternatif lain
selain bank konvensional yang menerapkan sistem bunga. Menjaga diri dari sistem
bunga, yang kebanyakan sarjana Islam anggap sebagai riba (riba) dan dilarang
(baram), adalah alasan utama pendirian bank yang syariah.
Dalam tafsir-tafsir klasik, riba ditafsirkan dalam bentuk transaksi pada masa
jahiliyah yang lebih menekankan pada unsur penambahannya. sedangkan dalam
tafsir-tafsir kontemporerriba ditafsirkan dengan mengedepankan unsur yang
menjadikan riba itu diharamkan, yaitu unsur penindasan terhadap kaum lemah serta
lebih menekankan pada tujuan diharamkannya riba itu sendiriDalam penelitian ini,
dikatakan bahwa tidak semua kelebihan disebut riba. Hal ini berbeda dengan

10
pendapat sebagian ekonom Islam bahwa riba adalah tambahan dalam sebuah
pinjaman
Hal yang berbeda dalam penelitian ini adalah kontekstualisasi riba Mayoritas
kaum muslim menyatakan bahwa Al-Qur'an melarang seluruh bunga bankPadahal
bunga bank dan riba adalah hal yang berbedaAdapun bunga dapat dikatakan riba
jika :
1. mengandung unsur eksploitasikarena riba dapat dikategorikan sebagai
transaksi yang bersifat eksploitatif dengan mengambil untung besar secara
tidak wajar
2. disyaratkan diluar kesepakatan awal (setelah jatuh tempo) Sebagaimana
ketika turunnya ayatayat ribayaitu yang terjadi pada masa Jahiliyah
3. mengandung unsur gharar/ketidakjelasan, yaitu tidak memiliki kepastian
terhadap barang yang menjadi objek transaksibaik terkait
kualitaskuantitasharga dan waktu penyerahansehingga dapat merugikan
salah satu pihak

F. Implikasi ribaterhadap perekonomian


Dari beberapa aspek pembuktiandinyatakan bahwa riba dengan segala macam
bentuknya termasuk bunga dalam sistem perbankan modern adalah haram. Allah
jelas telah membedakan antara jual beli dan riba, yang dianggap oleh para kaum
kafir adalah sebuah kesamaan transaksiPraktik riba dalam kehidupan masyarakat,
terselubung dalam berbagai macam bentuk yang secara garis besar dibedakan
menjadi dua macam yaitu riba utang piutang dan jual beliDan dampak buruk
praktik riba ini telah dirasakan oleh masyarakat luas dari berbagai aspek, baik dari
aspek moral, sosial maupun ekonomiOleh karenanya perlu dilakukan pemerangan
terhadap praktik-praktik yang mengandung unsur ribawiDan pada ketentuan yang
telah termaktub dalam Al-qur'an perlu dianalisis sebagai dasar kerangka pemikiran
para ulama dan ekonom muslim dengan corak kajian tematik linguistik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun
pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah
dalam Islam, Riba dapat diartikan pula sebagai pemberlakuan bunga atau
penambahan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase
tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam.
Landasan Hukum Riba :

1. Al-Qur’an

2. Hadis Rasullah

3. Ijmak Ulama

Tahapan pengharaman Riba :

1. Tahap pertama pelarangan riba disebutkan dalam alquran surah Ar-Ruum


Ayat: 39.
2. Pada tahap kedua pengharaman perbuatan riba, Allah SWT menurunkan
surah An-Nisa Ayat160-161.
3. Pada tahap ketiga Allah SWT menurunkan surah Al Imran Ayat: 130.
4. Pada tahap keempat Allah menurunkan surah Al-Baqarah Ayat: 275-279.

Jenis-Jenis Riba :

Secara umum riba dapat dibedakan menjadi dua, yaitu riba jual beli dan riba
utang-piutang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ucu Gahara, Ekonomi Islam 2, Ciawi-Bogor, Agustus 2019, 4-8

https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/97

https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/34/

You might also like