You are on page 1of 20

MAKALAH

“ SHOLAT “

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama


Dosen Pengampuh Mata kuliah : La Ode Wahidin, S.pd.,M.pd.I

Oleh :

Nama : Parno Deleto

Nim : R1A122046

Kelas : A

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulisan makalah yang berjudul “ SHOLAT ” ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulisan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas Kematla’ul


Anwaran dan diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat menambah
wawasan.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan
terbuka.

Kendari, 19 Maretl 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4

A. Latar Belakang.............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6

A. Pengertian Sholat ......................................................................... 6


B. Syarat-Syarat Sholat ..................................................................... 6
C. Dalil-dalil yang Mewajibkan Sholat ............................................. 9
D. Rukun Sholat ................................................................................ 9
E. Hukum Sholat .............................................................................. 10
F. Yang Membatalkan Sholat ........................................................... 10
G. Yang Shunah dalam Sholat .......................................................... 11
H. Waktu Pensyariatan Ibdaha Sholat ............................................... 11
I. Makruh Sholat .............................................................................. 12
J. Perbedaan laki-laki dan Wanita Dalam Sholat ............................. 12
K. Hal-hal yang Mungkin Dilupakan ................................................ 13
L. Sholat Dalam Berbagai Kondisi ................................................... 14
M. Hukum Orang yang Meninggalkan Shalat ................................... 15
N. Hikmah Sholat ............................................................................. 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19

A. Kesimpulan .................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................ 19

DAFTAR PUSATAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sholat secara Bahasa (Etimologi) berarti Do', Sedangkan secara


Istilah/Syari'ah (Terminologi), sholat adalah perkataan dan perbuatan
tertentu/khusus yang dibuka/dimulai dengan takbir (takbiratul ihram)
diakhiri/ditutup dengan salam.

Sholat merupakan rukun perbuatan yang paling penting diantara rukun


Islam yang lain sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlaq
manusia. Sholat didirikan sebanyak lima kali setiap hari, dengannya akan
didapatkan bekas/pengaruh yang baik bagi manusia dalam suatu masyarakatnya
yang merupakan sebab tumbuhnya rasa persaudaraan dan kecintaan diantara
kaum muslimin ketika berkumpul untuk menunaikan ibadah yang satu di salah
satu dari sekian rumah milik Allah subhanahu wa ta'ala (SWT).

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu :

o Pengertian Sholat
o Syarat-Syarat Sholat
o Rukun Sholat
o Hukum Solat
o Yang Membatalkan Sholat
o Shunah Dalam Sholat
o Waktu Pensyariatan Ibadah Shalat
o Dalil-dalil Pensyariatan Shalat
o Hukum Orang yang Meninggalkan Shalat
o Makruh Sholat
o Perbedaan laki-laki dan Wanita Dalam Sholat
o Hal-hal yang Mungkin Dilupakan
o sholat Dalam Berbagai Kondisi

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Kematla’ul Anwaran , juga agar para pembaca mengetahui dan
memahami pengertian sholat secara lebih luas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sholat

Secara bahasa, shalat itu bermakna doa. Sholat dengan makna doa
dicontohkan di dalam Al-Quran Al-Kariem yang mempunyai arti :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan shalatlah (mendo'alah) untuk
mereka. Sesungguhnya shalat (do'a) kamu itu merupakan ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah :
103)

Ayatnya yang berbunyi :

‫ك َس َك ٌن لَهُ ْم ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬


َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬
َ َ‫صاَل ت‬

Dalam ayat ini, shalat yang dimaksud sama sekali bukan dalam makna syariat,
melainkan dalam makna bahasanya secara asli yaitu berdoa. Adapun makna
menurut syariah, shalat didefinisikan sebagai : “serangkaian ucapan dan gerakan
yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sebagai
sebuah ibadah ritual “

B. Dalil-dalil yang mewajibkan Sholat

Shalat diwajibkan dengan dalil yang qath`i dari Al-Quran, As- Sunnah
dan Ijma’ umat Islam sepanjang zaman. Tidak ada yang menolak kewajiban
shalat kecuali orang-orang kafir atau zindiq. Sebab semua dalil yang ada
menunjukkan kewajiban shalat secara mutlak untuk semua orang yang mengaku
beragama Islam yang sudah akil baligh. Bahkan anak kecil sekalipun
diperintahkan untuk melakukan shalat ketika berusia 7 tahun. Dan boleh dipukul
bila masih tidak mau shalat usia 10 tahun, meski belum baligh.

1. Dalil dari Al-Quran

Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an Al-kariem :

‫ك ِدينُ ْالقَيِّ َم ِة‬


َ ِ‫صاَل ةَ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاةَ َو َذل‬ ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬
َّ ‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَاء َويُقِي ُموا ال‬

Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah : 5)

ْ ‫ان‬ŠŠ‫الَةَ َك‬Š‫الص‬
‫َت َعلَى‬ َّ ‫الَةَ ِإ َّن‬Š‫الص‬ ْ ‫َأقِي ُم‬Šَ‫ ْأنَنتُ ْم ف‬Š‫اط َم‬
َّ ‫وا‬ ْ ‫ِإ َذا‬Šَ‫ُوا هّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَى ُجنُوبِ ُك ْم ف‬
ْ ‫صالَةَ فَ ْاذ ُكر‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬
َ َ‫فَِإ َذا ق‬
‫ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا َّموْ قُوتًا‬

Artinya : "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di


waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu
telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman." (QS. An-Nisa : 103)

ْ ‫وا ال َّز َكاةَ َوارْ َكع‬


َ‫ُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬ ْ ُ‫صالَةَ َوآت‬ ْ ‫َوَأقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬

Artinya : "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta


orangorang yang ruku".(QS. Al-Baqarah : 43)

Dan masih banyak lagi perintah di dalam kitabullah yang mewajibkan umat
Islam melalukan shalat. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran
lafaz “aqiimush-shalata” yang bermakna "dirikanlah shalat" dengan fi`il Amr
(kata perintah) dengan perintah kepada orang banyak (khithabul jam`i). Yaitu
pada surat :
o Al-Baqarah ayat 43, 83 dan110
o Surat An-Nisa ayat 177 dan 103
o Surat Al-An`am ayat 72
o Surat Yunus ayat 87
o Surat Al-Hajj : 78
o Surat An-Nuur ayat 56
o Surat Luqman ayat 31
o Surat Al-Mujadalah ayat 13
o Surat Al-Muzzammil ayat 20.

Ada 5 perintah shalat dengan lafaz "aqimish-shalata" yang bermakna "dirikanlah


shalat" dengan khithab hanya kepada satu orang. Yaitu pada :

o Surat Huud ayat 114


o Surat Al-Isra ayat 78
o Surat Thaha ayat 14
o Surat Al-Ankabut ayat 45
o Surat Luqman ayat 17.
2. Dalil dari As-Sunnah

Di dalam sunnah Raulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada banyak


sekali perintah shalat sebagai dalil yang kuat dan qath`I tentang kewajiban shalat.
Diantaranya adalah hadits-hadits berikut ini :

Dari Ibni Umar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah


shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,"Islam didirikan di atas lima hal. Sahadat
bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
penegakan shalat, pelaksanaan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan haji ke
Baitullah bila mampu". (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dalil dari Ijma

Bahwa seluruh umat Islam sejak zaman nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
hingga hari ini telah bersepakat atas adanya kewajiban shalat dalam agama Islam.
Lima kali dalam sehari semalam. Dengan adanya dalil dari Quran, sunnah dan
ijma` di atas, maka lengkaplah dalil kewajiban shalat bagi seorang muslim. Maka
mengingkari kewajiban shalat termasuk keyakianan yang menyimpang dari
ajaran Islam, bahkan bisa divonis kafir bila meninggalkan shalat dengan
meyakini tidak adanya kewajiban shalat.

C. Syarat-Syarat Sholat

1. Beragama Islam
2. Sudah Baligh dan Berakal
3. Suci dari hadist
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
5. Menutup aurat, laki-laki auratnya anatara pusar dan lutut, sedangkan wanita
seluruh anggota badannya kecuali muka dan dua buah telapak tangan
6. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing sholat
7. Menghadap kiblat
8. Mengetahui mana yang ruku dan mana yang sunah

D. Rukun Sholat

Rukun sholat adalah setiap bagian sholat yang apabila ketinggalan salah
satunya dengan sengaja atau karena lupa maka sholatnya batal (tidak sah).

1. Berdiri bagi yang mampu, bila tidak mampu berdiri maka dengan duduk, bila
tidak mampu duduk maka dengan berbaring secara miring atau terlentang.
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca Al Fatihah
4. Rukuk
5. I’tidal
6. Sujud
7. Bangun dari sujud
8. Duduk diantara dua sujud
9. Tuma'ninah dalam setiap rukun
10. Tasyahud akhir
11. Duduk tasyahud akhir
12. Shalawat atas Nabi pada Tasyahud Akhir
13. Membaca salam yang pertama
14. Tertib : berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut

E. Hukum Solat

Melaksanakan sholat adalah wajib 'ain bagi setiap orang yang sudah
mukallaf (terbebani kewajiban syari'ah), baligh (telah dewasa/dengan ciri telah
bermimpi), dan 'aqil (berakal).

Allah SWT berfirman :

“Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar mereka hanya beribadah/


menyembah kepada Allah sahaja. Mengikhlaskan keta’atan Nya dalam
(Menjalankan) agama dengan hanif (lurus), agar mereka mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, demikian itulah agama yang lurus. “( Surat Al-Bayyinah : 5 )

F. Yang Membatalkan Sholat

Sholat itu batal, apabila salah satu syarat rukunnya tidak dilaksanakan
atau ditinggalkan dengan sengaja. Dan sholat itu batal dengan hal-hal yang
seperti berikut :

1. Berhadast
2. Berbicara ketika shoal
3. Tertawa
4. Makan dan minum
5. Berjalan terlalu banyak tanpa ada keperluan
6. Tersingkapnya aurat
7. Memalingkan badan dari kiblat
8. Menambah rukuk, sujud, berdiri atau duduk secara sengaja
9. Mendahului imam dengan sengaja
10. Terkena najis yang tidak dimanfaatkan

G. Yang Shunah Dalam Sholat

Hal yang sunnah dalam sholat adalah bagian sholat yang tidak termasuk
dalam rukun maupun wajib, tidak membatalkan solat baik ditinggalkan secara
sengaja maupun lupa. Mengangkat kedua tangan ketika takbir.

1. Membaca do'a istiftah/iftitah


2. Membaca ta'awudz ketika memulai qiro'ah (bacaan)
3. Membaca surat dari Al-Qur'an setelah membaca Al-
4. Fatihah pada dua rakaat yang awal
5. Meletakkan dua tangan pada lutut selama rukuk
6. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri selama berdiri
7. Mengarahkan pandangan mata ke tempat sujud selama sholat (kecuali
waktu tasyahud- pent)

H. Waktu Pensyariatan Ibadah Shalat

Sebelum shalat lima waktu yang wajib disyariatkan, sesungguhnya


Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam dan parashahabat sudah melakukan
ibadah shalat. Hanya saja ibadah shalat itu belum seperti shalat 5 waktu yang
disyariatkan sekarang ini. Barulah pada malam mi`raj disyariatkan shalat 5 kali
dalam sehari semalam yang asalnya 50 kali. Persitiwa ini dicatat dalam sejarah
terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-5 sebelum peristiwa hijrah nabi ke
Madinah. Sebagaimana tertulis dalam hadits nabawi yang insya allah artinya
sebagai berikut :

Dari Anas bin Malik ra. "Telah difardhukan kepada Nabi


shallallahu‘alaihi wasallam shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat.
Kemudian dikurangi hingga tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan ,"Wahai
Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima shalat ini
sama bagi mu dengan 50 kali shalat".(HR. Ahmad, An-Nasai dan dishahihkan
oleh At-Tirmizy) Sebagian dari mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa shalat
disyariatkan pada malam mi’raj, namun bukan 5 tahun sebelum hijrah, melainkan
pada tanggal 17 Ramadhan 1,5 tahun sebelum hijrah nabi.

I. Makruh Sholat

Orang yang sedang sholat dimakruhkan :

1. Menaruh telapak tangannya didalam lengan bajunya ketika takbiratul


ihram, rukuk dan sholat.
2. Menutup mulutnya rapat-rapat
3. Terbuka kepalanya
4. Bertolak pinggang
5. Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan
6. Memejamkan mata
7. Menengadah ke langit
8. Menahan hadast
9. Berludah
10. Mengerjakan sholat diatas kuburan
11. Melkukan hal-hal yang mengurangi kekhusukan sholat

J. Perbedaan laki-laki dan Perempuan Dalam Sholat


Laki-Laki

1. Meregangkan dua siku tangannay dari kedua lambungnya waktu ruku dan
sujud
2. Waktu ruku dan sujud mengangakat perutnya dari dua pahanya
3. Menyaringkan suaranya/bacaannya ditempat keras
4. Bila memberitahu sesuatu membaca tasbih, yakni membaca
“subhanallah”
5. Auratnya dalam sholat antara pusar dan lutut

Perempuan

1. Merapatkan satu anggota kepada anggota lainnya


2. Meletakkan perutnya pada dua tangan/sikunya ketika sujud
3. Merendahkan suaranya/bacaannya dihadapan laki-laki lai, yakni yang
bukan muhrimnya
4. Bila membertahu sesuatu bertepuk tangan, yakni tangan yang kanan
dipukulkan pada punggung telapak tangan kiri
5. Auratnya dalam sholat seluruh tubuhnya, kecuali muka dan dua belaj
telapak tangan

K. Hal-hal yang Mungkin Dilupakan

Dalam melakukan sholat mungkin ada hal yang dilupakan misalnya :

1. Lupa melaksanakn yang Fardu


Jika yang dilupakan itu Fardu, maka tidak cukup diganti hanya dengan
sujud Sahwi. Jika orang telah ingat ketika ia sedang sholat, haruslah
cepat-cepat ia melaksanakannya, atau ingat setelah salam,sedang jarak
waktunya masih sebentar, maka wajiblah ia menunaikannya apa yang
dilupakanya, lalu sujud sahwi (sujud sunah karena lupa)
2. Lupa melaksanakan sunah ab’adh
Jika yang dilupakan itu sunah ab’adh, maka tidak perlu diulangi, yakni
kita meneruskan sholat itu hingga selesa, dan sebelum salam kita
disunahkan sujud sahwi
3. Lupa melaksanakan sunah hai’at
Jika yang dilupkan itu sunah hai’at, maka tidak perlu diulangi apa yang
dilupakan itu, dan tidak perlu sujud sahwi.
Sujud sahwi itu hukumnya sunah, dan letaknya sebelum salam, dikerjakan dua
kali sebagaimana sujud biasa.

L. Sholat Dalam Berbagai Kondisi


Shalat lima waktu adalah kewajiban / fardhu `ain bagi setiap muslim
dan muslimah. Allah telah menentukan waktu-waktunya. Sebagaimana Allah
SWT juga telah memberikan rukhsah / keringanan bagi musafir atau orang sakit
dalam pelaksanaannya. Namun rukhsah (keringanan) yang Allah berikan tidak
berarti boleh dikerjakan sesukanya. Tayammum misalnya, baru boleh dikerjakan
bila memang tidak didapat air setelah berusaha mencarinya.
Namun dalam kondisi seseorang berada di tengah peradaban atau kota,
tidak bisa dikatakan bahwa dia boleh bertayammum. Bukankah di tengah jalanan
yang macet itu justru banyak penjaja minuman kemasan? Apakah minuman
kemasan bukan termasuk air? Bukankah di kanan kiri jalan itu ada gedung yang
pasti memiliki kran air? Karena itu bertayammum di tengah kota yang berlimpah
dengan air tidak dapat dibenarkan.
Begitu juga dengan menjama` shalat Maghrib dan Isya`. Waktu
Maghrib memang sangat sempit sehingga harus segera dikerjakan. Tetapi waktu
`Isya` sangat panjang hingga menjelang subuh. Karena itu tidak ada alasan untuk
menjama` shalat Isya` dengan Maghrib.
Selain itu juga harus diperhatikan syarat dibolehkannya menjama` dua
shalat yaitu bila dalam keadaan safar atau perjalanan. Sedangkan dia masih
dalam kategori bukan safar karena masih berada di dalam kota. Safar adalah
perjalanan keluar kota yang secara jarak memang ada perbedaan para ulama
dalam batas-batasnya. Namun tidak dikatakan safar bila masih dalam kota
sendiri. Ini adalah pendapat yang paling kuat.
Jadi yang harus diakukan adalah membuat perhitungan bagaimana agar
bisa shalat Maghrib tepat pada waktunya. Misalnya bila dalam perjalanan pulang
harus berganti bus, usahakan saat berganti bus itu untuk mencari tempat shalat.
Dalam hal ini tidak harus berupa masjid atau mushalla, tetapi sebuah tempat yang
bersih di mana saja asal bisa melakukan shalat.
Bisa terminal, emper toko, halaman, trotoar dan sebagainya. Karena
kelebihan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dijadikan
bumi ini sebagai masjid, dimana pun kamu harus shalat maka shalatlah di mana
pun di muka bumi.
Yang penting sudah punya wudhu. Bila tidak, bisa membawa bekal
sebuah botol kemasan yang diisi dengan air dan berwudlu` cukup dengan air
sebotol itu. Ini lebih ekonomis dari pada membeli air minum kemasan yang
dijual di jalan.
Alternatif kedua seperti yang dilakukan oleh banyak orang, kita bisa
menunda waktu pulang hingga maghrib tiba lalu tunaikan shalat maghrib di
tempat kerja. Setelah itu barulah pulang ke rumah. Konon bila pulang di atas
Mahgrib, kemacetan jalan sudah mulai berkurang. Sedangkan shalat Isya` cukup
dilakukan nanti di rumah karena waktu masih panjang.
Dalam kasus tertentu, bila memang bus itu khusus karyawan dan bus
jemputan yang mana teman-teman seperjalanannya sudah saling kenal, maka
tidak ada salahnya bila jadi pelopor dengan mengusulkan kepada mereka agar
bus itu bisa berhenti sejenak di pinggir tol agar bisa memberikan kesempatan
kepada mereka yang muslim untuk mengerjakan shalat maghrib

M. Hukum Orang yang Meninggalkan Shalat


Para ulama sepakat bahwa seorang muslim yang sudah akil baligh bila
meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya adalah kafir dan murtad
(keluar) dari agamaIslam, sehingga halal darahnya. Pihak pemerintah Islam
melalui mahkama syar`iyah berhak memvonis mati orang yang murtad karena
mengingkari kewajiban shalat. Namun bila seseorang tidak shalat karena malas
atau lalai, sementara dalam keyakinannya masih ada pendirian bahwa shalat itu
adalah ibadah yang wajib dilakukan, maka dia adalah fasik dan pelaku maksiat.
Demikian juga vonis kafir tidak bisa dijatuhkan kepada orang meninggalkan
shalat karena seseorang baru saja masuk Islam atau karena tidak sampai kepada
mereka dakwah Islam yang mengajarkan kewajiban shalat. Secara duniawi,
hukuman seorang muslim yang tidak mau mengerjakan shalat menurut para
ulama antara lain :
1. Al-Hanafiyah
Menurut kalangan Al-Hanafiyah, orang muslim yang tidak mau
mengerjakan shalat hukumannya di dunia ini adalah dipenjara atau dipukul
dengan keras hingga keluar darahnya. Hingga dia merasa kapok dan mau
mengerjakan shalat. Bila tidak mau juga, maka dibiarkan terus di dalam
penjara hingga mati. Namun dia tidak boleh dibunuh kecuali nyata-nyata
mengingkari kewajiban shalat. Seperti berkeyakinan secara sadar
sepenuhnya bahwa di dalam Islam tidak ada perintah shalat.
2. Ulama Lainnya
Sedangkan para ulama lainnya mengatakan bahwa bila ada seorang
muslim yang malas tidak mau mengerjakan shalat tanpa ‘udzur syar`i, maka
dia dituntun untuk bertobat (yustatab) dengan masa waktu tiga hari. Artinya
bila selama tiga hari itu dia tidak bertaubat dan kembali menjalankan shalat,
maka hala darahnya dan boleh dibunuh.
3. Al-Malikiyah dan Asy-Syafi`iyah
Mereka mengatakan kebolehan untuk dibunuhnya itu karena dasar
hudud (hukum dari Allah), bukan karena pelakunya kafir. Sehingga orang itu
tidak dianggap sebagai kafir yang keluar dari Islam. Kondisinya sama
dengan seorang muslim yang berzina, mencuri, membunuh dan sejenisnya.
Mereka ini wajib dihukum hudud mesk statusnya tetap muslim. Sehingga
jasadnya pun tetap harus dishalatkan dan dikuburkan di pekuburan Islam.
Jumhur ulama sepakat bahwa muslim yang tidak mengerjakan shalat bukan
karena jahd (sengaja tidak mengakui kewajiban shalat), tidak dianggap orang
kafir. Dasarnya adalah firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar”.(QS. An-Nisa : 48)
Sedangkan imam Ahmad mengatakan bahwa seorang muslim yang
meninggalkan shalat harus dibunuh atas dasar bahwa dirinya telah kafir.
Pendapat itu didasarkan pada firman Allah SWT :
“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-
orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka
bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah
kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi maha Penyayang”. (QS. At-Taubah : 5)

N. Hikmah Sholat
Sholat disyari'atkan sebagai bentuk tanda syukur kepada Allah, untuk
menghilangkan dosa-dosa, ungkapan kepatuhan dan merendahkan diri dihadapan
Allah menggunakan anggota badan untuk berbakti kepada-Nya yang dengannya
bisa seseorang terbersih dari dosanya dan tersucikan dari kesalahan kesalahannya
dan terajarkan akan ketaatan dan ketundukan. Allah telah menentukan bahwa
sholat merupakan syarat asasi dalam memperkokoh hidayah dan ketaqwaan.
Sebagaimana disebut dalam firmannya :
" Alif Laaam Miiim kitab Al-qur’an tidak ada keraguan didalamnya, menjadi
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang
ghaib, mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka." (QS. Al Baqarah : 12).

Disamping itu Allah telah mengecualikan orang-orang yang senantiasa


memelihara sholatnya dari kebiasaanmanusia pada umumnya: berkeluh kesah
dan kurang bersyukur, disebutkan dalam firmannya "Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-
orang yang mengerjakan sholat yang mereka itu tetap mengerjakan solat” (QS Al
Ma'arij: 19-22)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Diantara sekian banyak bentuk ibadah dalam Islam, sholat adalah yang
pertama kali di tetapkan kewajibannya oleh Allah subhanahu wa ta'ala, Nabi
menerima perintah dari Allah tentang sholat pada malam mi'raj (perjalanan ke
langit) tanpa perantara. Anas berkata: "sholat diwajibkan kepada Nabi sebanyak
50 reka'at pada malam ketika beliau diperjalankan (isra' mi'raj), kemudian
dikurangi hingga menjadi tinggal 5 roka'at kemudian ada yang menyerunya:
Wahai Muhammad hal tersebut tidak seperti harapanku namun bagimu yang 5
roka'at itu setara dengan 50 roka'at." (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad, At-
Tirmidzi dan AnNasa'i).

B. Saran

Demikian isi makalah yang kami buat ini semoga bermanfaat bagi kita
semua, terutama bagi kami, adapun harapan kami para kawan-kawan dapat
memberikan masukan yang bermanfaat baik berupa kritik maupun saran, agar
makalah kami selanjutnya dapat berkembang lagi, dan dapat memberika banyak
manfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Hasyim, Husaini. 1987. Syarah Riyadussalihin. Surabaya: Pustaka Ilmu
Drs. Moh. Rifa’i. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang
http://islamcoccasions.com
http://www.manbaul-huda.com

You might also like