You are on page 1of 26

MAKALAH

“PUASA RAMADHAN”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah

Dosen Pengampu : Hj Euis Nurasiah Jamul, MA

Disusun oleh :

Ayu Bilqis Ratnasari (22.010013)

Ratih Puspitasari (22.010015)

Anisa Aulia (22.010016)

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

STAI PALABUHAN RATU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada dzat yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul:
“PUASA RAMADHAN” sebagai bentuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Pengantar Fiqih Ibadah.

Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman para pembacanya, juga terkhusus bermanfaat bagi kami selaku penulis. Akan
tetapi, kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Palabuhanratu, 13 Mei 2023

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian puasa ramadhan

B. Dasar hukum puasa ramadhan

C. Pendapat para ulama mengenai puasa ramadhan

D. Dasar pensyari’atan dan tata caranya

E. Amalan-amalan dibulan ramadhan

F. Perbedaan waktu puasa didunia

G. Hikmah melaksanakan puasa dibulan Ramadhan

BAB III PENUTUP

D. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puasa adalah rukun Islam yang ketiga. Karena itu setiap orang yang beriman,
setiaporang islam yang mukallaf wajib melaksanakannya. Melaksanakan ibadah puasa ini
selain untuk mematuhi perintah Allah adalah juga untuk menjadi tangga ke tingkattakwa,
karena takwalah dasar keheningan jiwa dan keluruhan budi dan akhlak.Untuk ini semua,
perlu diketahui segala sesuatu yang berkenaan dengan puasa, daridasar hukum, syarat-syarat,
rukun puasanya dan lain sebagainya.Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil
kepada para pembacauntuk maksud tersebut di atas dengan harafan ada faedahnya.Tegur
sapa, kritik dan saran dalam usaha menyempurnakan makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Semoga Allah Swt. mengiringi kita semua dengan taufik dan hidayah-Nya. Aamiin.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Puasa Ramadhan ?

2. Bagaimana Dasar Pensyari‟atan Puasa Ramadhan ?

3. Bagaimana Tata Cara Puasa Ramadhan ?

C. TUJUAN PENULISAN

Agar pembaca dapat mengetahui tentang penjelasan tentang puasa Ramadhan,


pensyariatannya, tata caranya, maupun hikmah dalam berpuasa.dan dapat menambah ilmu
pengetahuan kita semua.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN PUASA RAMADHAN

Secara bahasa, al-shaum berarti menahan sedang menurut syara‟ berarti menahan diri
dari segala yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari
dengan niat yang khusus.1

Secara etimologi, pengertian puasa, shaum atau shiyam, adalah “al-Imsaku ‘an al-
Syai” (‫ )اإلهساك عي الشيء‬yaitu mengekang atau menahan diri dari sesuatu. Misalnya menahan
diri dari makan, minum, bercampur dengan istri, berbicara dan sebagainya.

Dalam pengertian selanjutnya al-shaum atau puasa adalah

‫ترك الطؼام والرشب والناكح والالكم‬

yaitu meninggalkan makan, minum, bercampur dengan isteri, dan meninggalkan perkataan.2

Menurut pengertian terminologis, atau pengertian secara istilah syara‟, puasa adalah:

‫هللا ِابلْ ُم َراقَ َب ِة َو ْترِب َي ِة ْاإل َرا َد ِة‬


ِ ‫الرش ِب َوغَ َش َي ِان ال ِن ّ َسا ِء ِم َن الْ َف ْج ِر ا ََل الْ َم ْغ ِر ِب ا ْح ِت َسا ًاب ِ ه ِّلِل َوا ْػدَ ادًا ِللنه ْف ِس َو َتَ ِ ـيِـ ْيئ ًة لَي َا ِل َت ْق َوى‬ ِ ْ ‫ْاإلم َْساكُ غ َِن ْا َأل‬
ْ ‫ْك َو ر‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Menahan diri dari makan, minum dan bersenggama, mulai terbit fajar sampai terbenam
matahari (Maghrib), karena mengharap keridhaan Allah dan menyiapkan diri untuk bertaqwa
kepada Allah dengan jalan muraqabah (merasa selalu diperhatikan Allah) disertai mendidik
kehendak dan keinginan,” (Rasyid Ridha, al-Manar, 1373 hal. 143)3

B. DASAR HUKUM PUASA RAMADHAN

Ibadah puasa Ramadhan diwajibkan berdasarkan ketetapan al-Qur‟an, al-Sunnah dan


ijma‟ umat Islam. Firman Allah SWT.:

َ‫ب َعلَى ٱلَّ ِذييَ ِهي قَ ۡبلِ ُكنۡ لَ َعلَّ ُكنۡ تَتَّقُوى‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َوا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ۡي ُك ُن ٱل‬ ْ ُ‫يََٰٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذييَ َءا َهن‬
َ ِ‫وا ُكت‬

1
Fiqh puasa, Dr. Hairul HUdaya, M, Ag. Hal 1
2
Fathul Qarib, hal 25-26
3
https://islam.nu.or.id/ramadhan/beda-pendapat-ulama-soal-penetapan-awal-ramadhan-3zglA

5
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa”. (QS. al-Baqarah, 2:183).

Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima, disyariatkan pada hari
Senin tanggal 2 Sya‟ban, tahun kedua Hijriyah. Nabi s.a.w., bersabda:

‫الص ََل ِة َواتي َتا ِء هالَّ ََ ِة َوالْ َح ّ ِ ِّ َو ََ ْو ِم َر َمََ َان‬ ِ ‫ول ه‬


‫اّلِل َواقَا ِم ه‬ ُ ‫بُ ِ َن ْاإل ْس ََل ُم ػَ ََل َ َْخ ٍس شَ يَا َد ِة َأ ْن َإل ا َ ََل ا هإل ه‬
ُ ‫اّلِل َو َأ هن ُم َح همدً َار ُس‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Islam itu ditegakkan atas lima azas yaitu: (1) Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada
Tuhan kecuali Allah, dan bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan
Allah. (2) Mendirikan shalat. (3) Menunaikan zakat. (4) Berhaji ke Baitullah. (5) Berpuasa
dalam bulan Ramadhan”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 7 dan Muslim: 19).4

C. PENDAPAT PARA ULAMA MENGENAI PUASA RAMADHAN

Menurut Imam Al-Ghazali, puasa merupakan salah satu ibadah yang sangat penting
dalam agama Islam. Dalam karya-karyanya, Imam Al-Ghazali menyebutkan beberapa
pandangan tentang puasa, di antaranya adalah:

Puasa merupakan ibadah yang bermanfaat bagi kepribadian seseorang. Melalui puasa,
seseorang dapat mengendalikan hawa nafsunya dan menjadi lebih terkontrol. Puasa juga
merupakan ibadah yang bermanfaat bagi kesehatan. Melalui puasa, seseorang dapat
mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh kelebihan makan dan minum.

Puasa juga merupakan ibadah yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup umat
manusia. Melalui puasa, seseorang dapat memahami bagaimana orang lain merasakan
kelaparan dan kehausan, sehingga dapat membantu memecahkan masalah kelaparan dan
kemiskinan di masyarakat.

Selain itu, ada beberapa pendapat para ulama yang sudah tidak asing lagi
dimasyarakat berkaitan dengan puasa Ramadhan, salah satunya :

1.Penetapan Awal Bulan Ramadhan

Persoalan yang sering terjadi, terutama di Indonesia, menjelang Ramadhan adalah


penetapan awal dan akhir Ramadhan. Hal ini disebabkan perbedaan metode dalam
menetapkan awal Ramadhan. Mayoritas ulama dari madzhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan

4
Fiqh Puasa, Dr Hairul hudaya, M.Ag, hal 1

6
Hanbali menyatakan bahwa awal bulan Ramadhan hanya bisa ditetapkan dengan
menggunakan metode rukyat (observasi/mengamati hilal) atau istikmal, yaitu
menyempurnakan bulan Sya‟ban menjadi 30 hari. Mereka berpegangan pada firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 185:

ُ َ‫فَ َو ْي َش ِه َد ِه ْن ُك ُن ال ًش ْه َرفَ ْلي‬


ُ‫ص ْوه‬

“Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan maka hendaklah ia berpuasa (pada)
nya.”

sementara yang lain menggunakan metode hisab. Yang pertama sering disebut dengan
ru‟yatul hilal dan kedua disebut dengan wujudul hilal. Dalam kitab fikih mazhab Syafi‟i,
pembahasan metode ru‟yah lebih dominan dibanding hisab.

Metode Ru’yah

Dengan metode ini, puasa Ramadhan wajib jika memenuhi salah satu dari lima hal:

1. Adapun untuk yang berlaku umum: Pertama, dengan menyempurnakan Sya‟ban 30


hari. Kedua, Kesaksian melihat bulan dari seorang yang adil (laki-laki, merdeka,
pandai, berwibawa, tanggap, mampu berbicara, mendengar, melihat, tidak melakukan
dosa besar, tidak terus menerus melakukan dosa kecil dan ketaatannya lebih banyak
dibanding maksiatnya).
2. Adapun yang berlaku khusus: Ketiga, Seseorang yang melihat bulan namun hanya
berlaku untuk dirinya sendiri meskipun seorang yang fasiq. Keempat, Adanya berita
akan ada orang yang melihat bulan dengan ketentuan: Jika pemberi informasi
orangnya terpercaya maka wajib berpuasa namun jika tidak maka tidak wajib.
Kelima, menduga Ramadhan telah masuk berdasarkan ijtihadnya seperti mendengar
adanya suara meriam atau obor di beberapa wilayah.

Metode Hisab

Di Indonesia, penetapan awal Ramadhan dengan hisab salah satunya dilakukan oleh
Muhammadiyah. Hisab yang digunakan dalam menentukan awal bulan baru kamariah di
kalangan Muhammadiyah adalah hisab hakiki wujudul hilal dimana bulan baru dimulai
apabila terpenuhi tiga kriteria:

1. Telah terjadi ijtimak (konjungsi)

7
2. Ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam.
3. Pada saat terbenamnya matahari piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru
telah wujud).

Ketiga kriteria ini penggunaannya secara kumulatif artinya harus terpenuhi sekaligus.
Apabila salah satu tidak terpenuhi, maka bulan baru belum mulai.5

Meski demikian, Pemerintah melalui Kementerian Agama memiliki peran sentral dalam
menyatukan perbedaan dimaksud, yaitu dengan menyelenggarakan sidang Itsbat awal
Ramadhan yang didasarkan pada rukyat, dan hisab sebagai pendukung. Keputusan Itsbat
bersifat mengikat dan berlaku bagi umat Islam secara nasional, sebagaimana kaidah fiqih:

َ‫ُح ْك ُن ال َحا ِك ِن يَرْ فَ ُع ال ِخ ََلف‬

“Keputusan Hakim (Pemerintah) dapat menghilangkan perselisihan.”

D. DASAR PENSYARI’ATAN DAN TATA CARANYA

1. Dasar Pensyariatan Puasa Ramadhan

puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat Rasulullah SAW, tetapi juga kepada umat-
umat sebelumnya. “Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,” (Surat Al-
Baqarah ayat 183). Di zaman Rasulullah, pensyariatan puasa mencapai puncak
kematangannya. Meski demikian, sebagaimana pensyariatan ibadah lain, ibadah puasa
disyariatkan secara bertahap, bukan diberikan sekaligus dengan waktu dan tata cara seperti
yang kita kenal sekarang. Ada beberapa tahapan pensyariatan di dalamnya. Tahapan itu tentu
berjalan sesuai dengan hikmah, kasih sayang, dan kelembutan Allah, Zat pemberi syariat
kepada hamba-Nya.

Dalam kaitan ini, Syekh Khalid bin „Abdurrahman menyebutkan tahapan tersebut 6 :
Pertama, adanya perintah berpuasa ayyamul bidh (puasa tiga hari pada) setiap bulan hijriyah
dan puasa „Asyura setiap tanggal 10 Muharram. Bahkan, puasa „Asyura sangat dianjurkan
oleh Rasulullah SAW.

5
Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah, (Yogyakarta: Majelis Tarjih
dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2009), h. 78.
6
As-Shaumu Junnatun, halaman 17

8
Sebagaimana riwayat Muslim dari Jabir bin Samurah. Jabir menyebutkan, “Rasulullah
SAW memerintah kami berpuasa „Asyura. Beliau pun mendorong kami dan meminta
kesanggupan kami menunaikannya. Namun, ketika puasa Ramadhan difardhukan, beliau tak
lagi memerintah kami, tidak lagi melarang kami, dan tidak lagi meminta kesanggupan
kami.”7

Kefardhuan puasa Ramadhan dimulai sejak turun ayat:

ََ‫الص َيا ُم َ َمَك ُل ِت َب ػَ ََل ه ِاَّل َين ِم ْن قَ ْب ِل ُ ُْك لَ َؼل ه ُ ُْك ثَته ُقون‬
ِ ّ ‫ََي َأُّير َا ه ِاَّل َين أ ٓ َمنُوا ُل ِت َب ػَلَ ْي ُ ُُك‬

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Surat Al-Baqarah ayat
183).

Kedua, keringanan berbuka puasa Ramadhan bagi yang mampu asalkan


mengeluarkan kewajiban fidyah. Artinya, siapa yang mau berpuasa, maka ia dapat
menunaikannya. Yang tidak mau, ia boleh meninggalkannya asalkan menunaikan fidyah.
Ketentuan ini terjadi karena mungkin pada saat itu masih banyak sahabat yang belum terbiasa
berpuasa sehingga puasa akan memberatkan mereka. Hal ini berdasarkan (Surat Al-Baqarah
ayat 84).

Ketiga, keringanan berbuka puasa bagi yang mampu dihapus. Hal itu berdasarkan
ayat, “Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain,” (Surat Al-Baqarah ayat 185).

Dalam kaitan ini, Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Salamah bin Al-Akwa„
menuturkan, “Ketika turun ayat, „Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya
(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin,‟
(Surat Al-Baqarah ayat 184).

RUKUN PUASA*

Rukun puasa adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam ibadah puasa agar puasanya
sah dan diterima oleh Allah. Adapun rukun puasa adalah sebagai berikut:

A. Niat
7
Muslim, nomor 1128

9
Niat adalah rukun yang pertama dari dua rukun puasa menurut jumhur ulama. Namun
beberapa ulama tidak memasukkan niat ke dalam rukun puasa, melainkan memasukkan ke
dalam syarat sah puasa.

Menurut imam syafi'I niat adalah:

‫فصد اليشء مقرتان بفؼهل‬

Bermaksud untuk mendapatkan sesuatu yang disertai dengan perbuatan.

B. Imsak

Rukun puasa yang kedua adalah imsak (‫)إهساك‬, yaitu menahan diri dari segala yang
membatalkan shalat, sejak dari terbitnya fajar hingga masuknya waktu malam, yang ditandai
dengan terbenamnya matahari. Batasan ini telah ditegaskan Allah SWT di dalam Al-Quran :
(Al- Baqarah:187) Makna ungkapan benang putih adalah putihnya

siang dan benang hitam adalah hitamnya malam. Dan yang dimaksud dengan hal itu tidak
lain adalah terbitnya fajar. Sedangkan batas akhirnya

disebutkan sampai malam, tetapi yang dimaksud adalah terbenamnya matahari.

*SYARAT SAH PUASA*

1. Niat

Para ulama selain Asy-Syafi'iyah, seperti Al-hanafiyah, Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah


meletakkan niat sebagai syarat puasa8. Sedangkan As-Syafi'iyah tidak meletakkan niat
sebagai syarat, melainkan justru ditempatkan pada bagian rukun puasa

2. Beragama Islam

Para ulama memandang bahwa keislaman seseorang bukan hanya menjadi syarat wajib
untuk berpuasa, tetapi juga sekaligus menjadi syarat sah untuk berpuasa.

Hal itu berarti bila orang yang bukan muslim melakukan puasa, baik dia beragama
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu atau agama apapun termasuk atheis yang tidak
mengakui adanya tuhan, maka puasanya itu dianggap tidak sah dalam pandangan syariah
Islam. Dan bila mereka tetap berpuasa, maka tidak mendapatkan balasan apa-apa

3. Suci dari Haidh dan Nifas

8
Kasysya AL-Qinna jilid 2hal.266

10
Suci dari haidh dan nifas selain menjadi syarat wajib juga sekaligus menjadi syarat
sah dalam berpuasa. Artinya, seorang wanita yang mendapat haidh dan nifas, bila tetap
berpuasa, maka puasanya tidak sah dan tidak diterima di sisi Allah SWT.

4. Pada Hari Yang Dibolehkan

Syarat sah yang terakhir untuk ibadah puasa adalah hanya boleh dilakukan pada hari-
hari yang dibolehkan berpuasa. Bila melakukan puasa pada hari-hari yang dilarang, maka
puasanya tidak sah bahkan haram untuk dilakukan. Ada pun hari-hari yang terlarang untuk
melakukan puasa antara lain Hari Raya Idul Fithri dan Idul Adha, hari Tasyrik, yaitu tanggal
11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.

SYARAT WAJIB PUASA

 Islam. Hanya orang yang beragama Islam yang diwajibkan berpuasa. Orang kafir
tidak diwajibkan berpuasa dan tidak sah puasanya jika ia berpuasa.
 Baligh. Orang yang sudah mencapai usia baligh atau dewasa diwajibkan berpuasa.
Tanda-tanda baligh adalah keluarnya mani dari kemaluan baik dalam keadaan tidur
atau terjaga untuk laki-laki dan keluarnya haid untuk perempuan. Batas usia minimal
baligh adalah 9 tahun untuk perempuan dan 12 tahun untuk laki-laki. Jika belum
keluar mani atau haid, maka batas usia maksimal baligh adalah 15 tahun.
 Berakal. Orang yang memiliki akal yang sempurna atau tidak gila diwajibkan
berpuasa. Orang yang gila atau tidak sadar karena mabuk atau sakit tidak diwajibkan
berpuasa karena ia tidak bisa membedakan antara halal dan haram.
 Sehat. Orang yang dalam keadaan sehat jasmani dan rohani diwajibkan berpuasa.
Orang yang sakit atau lemah sehingga puasa akan membahayakan dirinya atau
menambah parah penyakitnya tidak diwajibkan berpuasa dan boleh menggantinya di
hari lain (qadha) atau membayar fidyah jika tidak mampu berpuasa sama sekali.
 Bermukim (tidak musafir). Orang yang dalam keadaan menetap di suatu tempat
diwajibkan berpuasa. Orang yang dalam perjalanan jauh (musafir) lebih dari marhalah
(sekitar 88 km) tidak diwajibkan berpuasa dan boleh menggantinya di hari lain
(qadha).
 Suci (dari haid dan nifas). Perempuan yang dalam keadaan suci dari haid dan nifas
diwajibkan berpuasa. Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan
berpuasa dan harus menggantinya di hari lain (qadha).

11
*YANG MEMBATALKAN PUASA*

A. Makan dan Minum

1. Dalil

Para ulama sepakat bahwa makan dan minum termasuk hal-hal yang membatalkan
puasa, dengan dasar dalilnya berupa firman Allah SWT : (Al-baqarah:187) Ayat ini juga
sekaligus menjadi penegasan tentang batas kapan dimulainya puasa, yaitu terbitnya fajar.
Bukan selesainya adzan yang dikumandangkan oleh muadzdzin, sebagaimana yang seringkali
dipahami secara keliru oleh sebagian kalangan.

B. Jima‟

Selain dari makan dan minum di atas, yang juga membatalkan puasa adalah jima‟ atau
hubungan seksual. Para ulama membuat definisi jima‟, sebagaimana mereka mendefinisikan
zina yang wajib dikenakan hukum hudud :

‫اتيَلج ذمر يف فرج‬

”Masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan Perempuan”.

Dasar ketentuan bahwa berjima‟ itu membatalkan puasa adalah firman Allah SWT : Al-
Baqarah:187)

*. BERJIMA' TERKENA KAFFARAT. *

Para ulama sepakat bahwa berjima‟ di siang hari bulan Ramadhan ketika sedang
dalam keadaan puasa dan dilakukan secara sengaja, bukan saja membatalkan puasa, tetapi
juga mewajibkan bayar denda atau kaffarah.

C. MUNTAH

Umumnya para ulama sepakat bahwa muntah yang di luar kesengajaan itu tidak
membatalkan puasa. Yang membatalkan puasa adalah muntah yang disengaja.Misalnya
seseorang memasukkan jarinya saat berpuasa, sehingga mengakibatkan dirinya muntah, maka
hal itu akan membatalkan puasanya.

D. MURTAD

Di antara syarat sah puasa adalah islamnya orang yang berpuasa. Kalau ada orang
Islam berpuasa, lalu gugur keislamannya atau keluar dari agama Islam (murtad), maka

12
otomatis puasanya pun batal. Seandainya setelah murtad, pada hari itu juga dia kembali lagi
masuk Islam, puasanya sudah batal. Dia wajib mengqadha puasanya hari itu meski belum
sempat makan atau minum.

E. Mendapat Haidh atau Nifas

Wanita yang sedang berpuasa lalu tiba-tiba mendapat haidh, maka otomatis puasanya
batal. Meski kejadian itu menjelang terbenamnya matahari. Begitu juga wanita yang
mendapat darah nifas, maka puasanya batal. Ini merupakan ijma„ para ulama Islam atas
masalah wanita yang mendapat haidh atau nifas saat sedang berpuasa. Dalilnya:

Dari Aisyah radhiyallahu „anha berkata,

‫الص ََل ِة‬


‫الص ْو ِم َو َإل ه ُْؤ َم ُر ِب َقََ ا ِء ه‬
‫َ َن تيُ ِصيبُنَا َذ ِ َِل فَنُ ْؤ َم ُر ِب َقََ ا ِء ه‬.َ

Kami dulu mengalami haidh. Kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan kami
tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.” (HR. Muslim, no. 335).9

*ORANG YANG TIDAK WAJIB BERPUASA*

(Q.S Al- Baqarah:185) Dalam surat tersebut sudah disinggung beberapa orang yang boleh
tidak puasa. Namun untuk lebih jelas mengenai siapa saja orang yang tidak wajib puasa, 10

1. Anak-anak yang Belum Baligh

Anak-anak dalam kategori ini merupakan anak-anak yang belum balig dengan tanda
keluar mani bagi anak laki-laki, keluar darah haid bagi anak perempuan, dan anak-anak usia
di bawah 16 tahun apabila belum muncul tanda balig.

2. Hilang Akal Sehat

Orang-orang yang hilang akal sehatnya (gila) tidak wajib berpuasa, apabila berpuasa
maka ibadahnya tidak sah. Hal ini menjadi ketentuan karena syarat berpuasa salah satunya
adalah berakal sehat.

3. Orang Sakit

Orang-orang yang memiliki sakit berat, umumnya diberikan rekomendasi Dokter


untuk meninggalkan ibadah puasa dan menggantinya dengan fidyah. Pertimbangan ini

9
Sumber https://rumaysho.com/27929-adakah-qadha-shalat-bagi-wanita-haidh-sudah-mendapati-waktu-shalat-
lantas-datang-haidh.html
10
Sarwat, A. (2019). Puasa: Syarat Rukun & Yang Membatalkan.

13
biasanya karena asupan yang dibutuhkan tidak boleh berkurang atau bahkan berpuasa dapat
menambah penyakit penderitanya. Lain lagi dengan orang yang terserang bukan penyakit
berat, dan tidak mampu melanjutkan ibadah puasa hingga waktu berbuka. Maka kondisi ini
bisa menjadi sebab ia boleh membatalkan puasa, dan menggantinya dengan qadha setelah
Ramadan.

4. Orang Tua Lanjut Usia yang Lemah

Kondisi lemah para orang tua lanjut usia (lansia) terjadi pada usia yang berbeda-beda.
Ada lansia yang tetap kuat meski usianya hampir 60 tahun, ada pula lansia yang sudah lemah
meski usia baru menginjak 50 tahun. Islam memperkenankan lansia untuk tidak berpuasa
apabila kondisi lemah yang berpotensi membahayakan mereka. Lansia dapat menggantinya
dengan fidyah.

5. Orang yang Bepergian

Orang yang sedang bepergian atau biasa disebut musafir ini masuk dalam golongan
yang diperbolehkan untuk meninggalkan puasa Ramadan. Meski begitu ada dua ketentuan
musafir yaitu tempat tujuan lebih dari 84 kilometer dan keluar wilayah tempat tinggal saat
waktu subuh.

6. Perempuan Hamil

Ketentuan tidak berpuasa bagi seorang perempuan yang sedang hamil adalah
tergantung dari kemampuan dirinya. Apabila ia mengkhawatirkan kondisi janin atau bayinya
dan risiko kesehatan dirinya, maka Islam mengizinkan untuk tidak berpuasa dan
menggantinya dengan fidyah atau mengqadha di lain waktu.

7. Ibu Menyusui

Perempuan yang sedang menyusui juga masuk dalam golongan orang-orang yang
boleh tidak berpuasa Ramadan. Sama seperti Perempuan Hamil, ketentuan ini dikembalikan
kepada yang kemampuan Ibu Menyusui. Apabila ibu menyusui mengkhawatirkan kondisi
fisiknya dan berkurangnya produksi air susu ibu (ASI) saat berpuasa, sedangkan bayi masih
membutuhkan ASI eksklusif, maka ibu menyusui dapat menggantinya dengan fidyah atau
qadha di lain waktu.

8. Perempuan Haid dan Nifas

14
Haid merupakan siklus rutin perempuan, yang biasanya datang per tiga atau empat
pekan sekali. Perempuan dalam kondisi haid dan Nifas meninggalkan kewajiban berpuasa
dan menggantinya dengan qadha di lain waktu. Perempuan bisa melakukan amalan lainnya
seperti zikir, doa, dan kebaikan-kebaikan lainnya.

2.TATA CARA PUASA RAMADHAN

A. MANDI SEBELUM BERPUASA

Mandi wajib merupakan mandi untuk bersuci dari hadas besar atau junub sementara
junub merupakan keadaan kotor karena keluar mani atau bersetubuh, yang mewajibkan
seseorang mandi wajib. Namun perlu diketahui bahwa mandi besar sebelum puasa bukanlah
sebuah kewajiban dalam agama Islam. Jadi Anda boleh melakukannya, namun boleh juga
tidak.

‫ ه ََوتيْ ُت الْغ ُْس َل ِل َرفْع ِ ْاحلَدَ ِث ْا َأل ْل َ َِب ِم َن ْا ِلج َناب َ ِة ِ ِّلِل ثَ َؼ َاَل‬.

Artinya: “Aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari janabah, karena Allah
ta'ala.”

B. NIAT PUASA SATU BULAN PENUH DI BULAN RAMADHAN

Saat hendak menjalani ibadah puasa, niat puasa menjadi salah satu hal yang tidak
boleh dilewatkan. Hal ini mengingat niat merupakan syarat sahnya puasa dan termasuk rukun
puasa. Dalam Islam ada aturan terkait membaca niat puasa Ramadhan sebulan penuh. Terkait
niat puasa Ramadhan langsung sebulan penuh ada beberapa perbedaan pendapat di kalangan
para ulama. Karena ada yang membolehkannya, ada juga yang tidak.

Sementara, pendapat Malikiyah membolehkan untuk mengumpulkan niat puasa


sebulan di malam pertama bulan Ramadhan. Alias tidak perlu mengulangi niat di hari
berikutnya.

Di Indonesia, pendapat Malikiyah ini banyak diadopsi, meskipun penduduknya mayoritas


penganut mazhab Syafi‟i. Hal ini, tentu di bawah bimbingan para kiai dan masyayikh, salah
satunya dengan merujuk kalam Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH A Idris
Marzuqi di dalam karyanya Sabil al-Huda yang berisikan himpunan wadhifah dan amaliah.

15
“Untuk berjaga-jaga agar puasa tetap sah ketika suatu saat lupa niat, sebaiknya pada hari
pertama bulan Ramadhan berniat taqlid (mengikut) pada Imam Malik yang memperbolehkan
niat puasa Ramadhan hanya pada permulaan saja. Dan adanya cara tersebut bukan berarti
membuat kita tidak perlu lagi niat di setiap harinya, tetapi cukup hanya sebagai jalan keluar
ketika benar-benar lupa,”demikian bunyi kalam KH A Idris Marzuqi11.

lafazh niatnya sebagai berikut:

‎‫ّلِل ثَ َؼ َاَل‬ ٍ ِ ‫الس َن ِة ثَ ْق ِل ْيدً ا ِل َْل َما ِم َم‬


ِ ِ ‫اِل فَ ْرضً ا‬ ‫ه ََوتيْ ُت ََ ْو َم َ َِج ْيع ِ شَ يْ ِر َر َمََ ِان َى ِذ ِه ه‬
ِ
Artinya: “Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam
Malik, fardhu karena Allah Taala”

C. NIAT PUASA DI MALAM HARI

Jumhur ulama mensyaratkan bahwa setiap hari puasa membutuhkan satu niat
tersendiri. Sebab dalam pandangan mereka, ibadah puasa itu dihitungnya perhari, bukan satu
paket sebulan. Maka tiap malam Ramadhan harus ada satu niat khusus untuk puasa besoknya.
Kalau jumlah hari puasa dalam Ramadhan itu 30 hari, maka kita tiap malam niat selama 30
malam.

Niat puasa Ramadhan.

‫الس نَ ِة ِ ِّلِل ثَ َؼ َاَل‬


‫ه ََوتيْ ُت ََ ْو َم غَ ٍد غ َْن َأدَا ِء فَ ْر ِض شَ يْ ِر َر َمََ ِان ى ِذ ِه ه‬

Artinya: "Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun
ini, karena Allah ta'ala."

C. DO'A BERBUKA PUASA

Membaca doa ketika akan berbuka puasa merupakan bentuk ungkapan rasa syukur
kepada Allah Swt. yang telah memberikan kekuatan terhadap kita setelah menahan diri dari
hal-hal yang dapat membatalkan.Selain itu, membaca doa merupakan ajaran pokok dalam
agama Islam yang sudah dipraktikkan sejak zaman Nabi Muhammad saw. dan para
sahabatnya.

Menurut riwayat HR Tirmidzi, dari Abdullah bin Amr bin al-Ash berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "Bagi orang yang berpuasa ketika sedang berbuka ada doa yang
tak akan tertolak."

11
Kitab Sabil al-Huda, halaman 51.

16
Doa ini merupakan doa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW seperti tertuang dalam
hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim.

‫َالل ّيُ هم َ َِل ُ ُْص ُت َوب َِك أ ٓ َمنْ ُت َوػَ ََل ِر ْز ِق َك َأفْ َط ْر ُت ب َِر ْ َْح ِت َك ََي َا ْر َح َم هالر ِ ِْح ْ َي‬

Artinya: Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku
berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-Mu, Ya Allah yang
Tuhan Maha Pengasih.

Namun, hadits riwayat Abu Daud menyebutkan Rasulullah membacakan doa berikut
ini ketika berbuka puasa.

ُ ‫ َذى ََب هالظ َمأُ َوابْ َتل ه ِت الْ ُؼ ُر ُوق َوثَبَ َت ا َأل ْج ُر ا ْن شَ ا َء ه‬.
‫اّلِل‬
ِ
Artinya: Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap insya Allah.

E. AMALAN-AMALAN SUNNAH DI BULAN RAMADHAN

1.Menyegerakan berbuka puasa jika telah yakin bahwa matahari telah tenggelam.

Dari Sahl bin Sa‟ad, Rasulullah SAW bersabda, “Senantiasa manusia dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan berbuka puasa.” (HR Bukhari dan Muslim)

2.Berbuka dengan kurma, atau makanan/minuman manis lainnya, atau cukup dengan air
putih.

Berkata Imam Ar-Ruyani di dalam Kitabul Iman, “Jika tidak menemukan kurma,
maka berbuka puasa dengan makanan yang manis, karena puasa mengurangi pandangan,
sedangkan kurma memulihkannya, begitu pula makanan manis.”

3. Berdoa sewaktu berbuka puasa

4. Makan sahur

Makan sahur dimaksudkan supaya menambah kekuatan ketika puasa dan dilakukan
selewat tengah malam

Dari Anas, Rasulullah SAW telah berkata, “Makan sahurlah kamu. Sesungguhnya makan
sahur itu mengandung berkah.” (HR Bukhari dan Muslim)

5. Mengakhirkan makan sahur

17
Dari Abu Dzar, Rasulullah SAW berkata, “Senantiasa umatku dalam kebaikan selama mereka
mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka puasa.” (HR Ahmad)

6. Memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa

“Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa, maka ia akan
mendapat ganjaran sebanyak ganjaran orang yang berpuasa itu, tidak dikurangi sedikitpun.”
(HR Tirmidzi)

7. Banyak bersedekah

8. Banyak membaca Alquran dan mempelajarinya

Dari Ibnu Abbas , “Rasulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama
pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemuinya. Adalah Jibril mendatanginya setiap
malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah
SAW orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus.” (HR Bukhari)

9. Tidak mengucapkan perkataan yang buruk[2]

10. Salat Tarawih di malam hari

Dari Jabir bin „Abdillah, “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam pernah shalat
bersama kami di bulan Ramadhan sebanyak 8 raka‟at lalu beliau berwitir. Pada malam
berikutnya, kami pun berkumpul di masjid sambil berharap beliau akan keluar. Kami terus
menantikan beliau di situ hingga datang waktu fajar. Lalu kami menemui beliau dan bertanya,
“Ya Rasulallah, sesungguhnya kami menunggumu tadi malam, berharap engkau akan shalat
bersama kami.” Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku khawatir jika akhirnya shalat itu
menjadi wajib bagi kalian.” (HR Ath-Thabrani, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah)

11. I‟tikaf

I‟tikaf dianjurkan dalam seluruh waktu, namun yang terutama adalah pada 10 hari
terakhir bulan Ramadhan. Dalilnya adalah Alquran surat Al Baqarah: 125 dan hadis berikut,

Telah diriwayatkan bahwa nabi SAW beri‟tikaf setiap bulan Ramadhan 10 hari. Pada tahun
beliau wafat, beliau beri‟tikaf 20 hari. (HR Abu Dawud, Bukhari dan Ibnu Majah) [2]

12. Mengeluarkan zakat fitrah di antara fajar subuh dan sebelum orang-orang keluar salat Ied

Zakat fitrah sendiri hukumnya adalah wajib. Namun sunah mengeluarkannya sehari
atau dua hari sebelum hari raya (ini lebih aman karena terkadang ada perbedaan hari raya)
18
berdasarkan perkataan Ibnu Umar RA,“Yang paling banyak pahalanya adalah bila zakat
fitrah dikeluarkan sehari atau dua hari sebelum hari raya Iedul Fitri.”

F. PERBEDAAN WAKTU PUASA DIDUNIA

Durasi puasa tiap negara yang bervariasi ini lantaran dipengaruhi perbedaan letak
antara satu negara dengan negara lainnya. Disebutkan bahwa umat muslim yang tinggal di
negara-negara bagian utara dunia, seperti Islandia dan Greenland, akan berpuasa selama 17
jam lebih.

Sementara, untuk mereka yang tinggal di negara-negara selatan dunia, seperti Chili
dan Selandia Baru, durasi berpuasanya rata-rata selama 12 jam. Meski beribadah puasa di
bulan yang sama, tidak semua orang menjalankan ritual wajib ini dengan durasi yang sama.
Karena pengaruh kondisi geografis, setiap negara memiliki durasi waktu berbeda-beda dalam
menjalankan satu hari puasa.12

Durasi Puasa di Benua Asia

- INDONESIA

Karena letaknya di daerah khatulistiwa, durasi berpuasa di Indonesia terbilang tidak terlalu
lama. Jarak usai sahur (waktu subuh) dan berbuka (waktu Maghrib) yakni berkisar 13-14 jam
saja

- ARAB SAUDI DAN JAZIRAH ARAB

Di tanah suci, waktu Ramadan biasanya jatuh di musim panas di mana durasi puasa dalam
sehari antara 13-15 jam. Sementara di jazirah Arab seperti Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain
dan Qatar, durasi puasa rata-rata 15 jam per hari.

- CHINA

Karena letak geografisnya, durasi puasa per hari di China lebih panjang dari Indonesia. Rata-
rata lama waktu berpuasa di Negeri Tirai Bambu ini sekitar 16-17 jam per hari.

- JEPANG

12
https://www.kilat.com/internasional/8448158584/unik-ternyata-durasi-puasa-tiap-negara-bervariasi-ada-yang-
sampai-17-jam

19
Durasi puasa di Jepang biasanya ditentukan dengan musim di mana bulan suci jatuh. Saat
musim panas, waktu puasa bisa lebih dari 19 jam per hari. Sementara saat musim dingin,
durasi puasa jauh lebih singkat.

Durasi Puasa di Benua Australia dan Oseania

- AUSTRALIA

Durasi puasa di Australia biasanya bergantung dengan musim yang bertepatan. Saat musim
dingin, umat Muslim di Australia bisa berpuasa hanya 9 jam sehari. Namun durasi tersebut
akan lebih lama di musim panas.

- SELANDIA BARU

Sama dengan Australia, durasi puasa di Selandia Baru tergantung musim yang ada. Saat
musim panas, durasinya bisa mencapai 16 jam per hari. Tapi di musim dingin, rata-rata durasi
puasa adalah 11 jam.

Durasi Puasa di Benua Amerika

- AMERIKA SERIKAT

Di Negeri Paman Sam, durasi berpuasa rata-rata adalah 15 jam. Waktu fajar biasanya jatuh
pada pukul 5 pagi, sementara waktu berbuka sekira pukul 8 malam.

- AMERIKA LATIN

Untuk negara Amerika Latin seperti Brasil dan Argentina, waktu puasa terbilang pendek yaitu
9-10 jam saja per hari.

Durasi Puasa di Benua Afrika

- AFRIKA SELATAN

Di Afrika Selatan, durasi berpuasa juga terbilang lebih pendek dari Indonesia, yakni kurang
lebih 11 jam per hari.

Durasi Puasa di Benua Eropa

Negara di Eropa memiliki empat musim, dan durasi puasa saat Ramadan adalah
tergantung musim yang berlaku. Waktu terpendek tentu adalah saat musim panas yakni
sekitar 11 jam, namun untuk musim dingin puasa akan jauh lebih lama.

20
Selain itu, ada negara-negara tertentu yang memiliki durasi waktu puasa unik yakni

- FINLANDIA

Karena letaknya di lingkaran Arktik, puasa di Finlandia bisa sangat panjang. Negara ini
diliputi kegelapan total saat musim dingin, namun selalu terang di musim panas. Akibatnya
puasa di Finlandia bisa mencapai 23 jam per hari saat musim panas.

- IRLANDIA

Dengan letaknya di bagian utara Eropa, puasa di Irlandia pun relatif panjang, bisa mencapai
18-20 jam per hari.

- NORWEGIA

Sama dengan negara lain di Eropa utara, Norwegia pun memiliki durasi puasa yang unik.
Saat musim dingin di mana matahari hanya bersinar sebentar, durasi puasa hanya 8-9 jam
saja. Namun saat musim panas, puasa bisa sangat panjang mencapai lebih dari 20 jam per
hari.

Perbedaan letak geografis tentu saja mempengaruhi lamanya pergantian pagi dan
petang di berbagai negara. Nah, pernahkah Anda berpikir berapa lama muslim di negara lain
berpuasa dalam satu hari? Karena seperti diketahui, bahwa puasa dilakukan dengan menahan
hawa nafsu dari matahari terbit hingga terbenam.

Maka dari itu, masing-masing negara memiliki panjang waktu yang berbeda dalam
setiap harinya. Di negara kita, Indonesia, panjang waktu puasa adalah 13,23 jam. Dimulai
dari imsak sekitar pukul 04.25 WIB hingga maghrib sekitar pukul 17.48 WIB. Itu karena
Indonesia termasuk negara dengan waktu puasa yang pendek, sebab keberadaannya dekat
dengan garis khatulistiwa.

Sementara di bulan-bulan sekarang (Mei hingga Juni), negara-negara bagian utara yang jauh
dari garis khatulistiwa memiliki waktu puasa yang relatif lebih lama. Sebaliknya, negara-
negara bagian selatan yang jauh dari garis khatulistiwa akan memiliki waktu puasa yang
relatif lebih singkat.

1. Patokan Waktu Puasa adalah Fenomena Alam

Alasan pertama penyebab durasi puasa di tiap negara dapat berbeda karena patokan
untuk melakukan ibadah puasa adalah terbitnya fajar, hingga tenggelamnya matahari. Selama

21
itu juga, semua Muslim wajib menahan haus dan lapar. Maka dari itu, lama puasa setiap
orang di tiap negara dapat berbeda satu sama lain.

Lalu, apa yang menyebabkan pergantian waktu di suatu daerah dapat berbeda? Pada
dasarnya, hal ini disebabkan oleh gerakan bumi yang disebut rotasi dan revolusi. Gerakan-
gerakan ini dipengaruhi oleh putaran bumi dan juga matahari. Dengan begitu, lamanya sinar
matahari dapat timbul di suatu daerah dapat berbeda, layaknya juga waktu shalat.

2. Cara Rotasi dan Revolusi Memengaruhi Durasi Puasa

Rotasi bumi terjadi karena perputaran dari bumi terhadap porosnya. Bumi akan terus
berotasi terhadap orbitnya, sehingga memengaruhi terjadinya siang dan malam. Saat sinar
matahari menyinari suatu bagian bumi, maka hal tersebut disebut siang hari. Jika sedang
tidak mendapatkannya, maka malam hari yang terjadi. Lalu, revolusi bumi adalah gerakan
bumi saat memutari matahari yang dapat memengaruhi lamanya siang dan malam.

Hal tersebut yang dapat membedakan durasi puasa di setiap negara. Meski begitu,
semakin lama puasa yang dilakukan, maka semakin banyak pahala yang didapatkan
karenanya. Di sisi lain, hal tersebut juga dapat meningkatkan iman jika dilakukan tanpa ada
rasa paksaan.

F. HIKMAH MELAKSANAKAN PUASA RAMADHAN

Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat islam karena didalamnya
banyak sekali keutamaan yang sangat dikhususkan, seperti dijelaskan dalam salah satu hadits
yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah R.A yanag artinya:” Dari Abu
Hurairah Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Tuhanmu bersabda, setiap
kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan hingga 700x lipat. Adapun puasa, itu untuk
ku dan aku yang akan membalasnya. Puasa itu menjadi perisai dari apa neraka. Baunya
aroma mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi dari baunya misk, dan jika ada
orang yang berbuat bodoh kepadamu sedang ia berpuasa maka katakan saya berpuasa.”

Nabi muhammad Saw bersabda:

‫ قَا َل َر ُس ُوإل ً ِّلِل ََل هللا ػليو وسمل<< َم ْن ََا َم َر َمََ َان اميَاانً َوا ْح ِت َس ًااب غُ ِف َر َ َُل َما ثَ َقده َم ِم ْن َذهْ ِب ِو>>البخاري‬:‫غ َْن َا ِِب ى َُرْي َر َة قَا َل‬
ِ
“Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari no. 2014).
22
‫ قَا َل َر ُس ُوإل ً ِّلِل ََل هللا ػليو وسمل<< َم ْن قَا َم لَ ْي َ ََل الْقَدْ ِر اميَاانً َوا ْح ِت َس ًااب غُ ِف َر َ َُل َما ثَ َقده َم ِم ْن َذهْ ِب ِو>>البخاري‬:‫غ َْن َا ِِب ى َُرْي َر َة قَا َل‬
ِ
“barang siapa sholat di malam lailatul qodr karena iman dan mengharapkan pahala, akan
diampuni dosanya yang telah lalu.”(HR Bukhari)

Fadhilah Ramadhan yang dijelaskan dalam hadits ini:

1. Ganjaran pahala puasa yang tidak terhitung banyaknya. Berbeda dengan amalan lainnya di
mana satu kebaikan dibalas sepuluh kebaikan hingga 700x lipat. Untuk puasa, ganjaran
pahalanya Allah berikan tanpa hitungan.

2. Puasa menjadi perisai dari api neraka.

3. Mulut orang berpuasa sangat wangi melebihi wanginya misk.

4. Puasa dapat mengendalikan emosi.

5. Orang yang berpuasa dan shalat malam akan mendapatkan ampunan dari dosa-dosa masa
lalu.

6. Dosa yang diampuni adalah dosa kecil dan jika dosa besar maka ia meringankannya atau
meninggikan derajatnya di surga. Namun menurut al-Sanadi, hadis tersebut bersifat umum
sehingga mencakup dosa kecil dan besar meskipun ulama lebih mengkhususkan dosa kecil.

Banyak sekali hikmah berpuasa dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya:

1. Bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah SWT.

2. Puasa adalah bentuk mendidik jiwa dan membiasakannya untuk sabar dalam menanggung
rasa susah dijalan Allah.

3. Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya lapar, dengan kata lain bisa
merasakan keadaan orang lain dan melatih kepekaan kita terhadap lingkungan.

4. Membersihkan jiwa dan menanamkan rasa takut serta sadar bahwa kita selalu diawasi oleh
Allah sehingga enggan mendekati hal-hal yang diharamkan.

5. Puasa dapat menyehatkan tubuh kita, manfaat puasa bagi kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Puasa membersihkan tubuh dari sisa metabolisme. Saat berpuasa tubuh akan menggunakan
zat-zat makanan yang tersimpan. Bagian pertama tubuh yang mengalami perbaikan adalah
jaringan yang sedang lemah atau sakit.

23
b. Melindungi tubuh dari penyakit gula. Kadar gula darah cenderung turun ketika berpuasa.
sehingga memberi kesempatan pada kelenjar pankreas untuk istirahat.

c. Menyehatkan sistem pencernaan. Di waktu puasa, lambung dan sistem pencernaan akan
istirahat selama kurang lebih 12 sampai 14 jam, selama satu bulan. Jangka waktu ini cukup
mengurangi beban kerja lambung berlebihan.

24
BAB III

PENUTUP

D. KESIMPULAN

Puasa dibulan Ramadhan adalah menahan diri tidak makan, minum, dan menahan emosi dari
terbit fajar hingga terbenam matahari. Bulan ramadhan disebut bulan penuh keistimewaan
karena didalamnya Allah telah menjamin banyak kenikmatan, salah satunya jika kita
melaksanakan shalat atau mencari Lailatul qadar maka dosa kita yang lalu akan diampuni.

25
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad ibn Abd al-Rahman al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwazi bi Syarh Jami‟ al-Tirmizi,
juz III (t.tp: Dar al-Fikr, t.tp), h. 534.

Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah,


(Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2009), h. 78.

Fiqh Puasa, Dr Hairul hudaya, M.Ag, hal 1

https://islam.nu.or.id/ramadhan/beda-pendapat-ulama-soal-penetapan-awal-ramadhan-3zglA

Kitab Fathul qorib, syekh syamsudin Abu abdillah muhammad bin qasim al-ghazi, hal 25-26

Kitab Sabil al-Huda, halaman 51.

Sumber https://rumaysho.com/27929-adakah-qadha-shalat-bagi-wanita-haidh-sudah-
mendapati-waktu-shalat-lantas-datang-haidh.html

Sarwat, A. (2019). Puasa: Syarat Rukun & Yang Membatalkan

As-Shaumu Junnatun, halaman 17SS

https://an-nur.ac.id/syarat-dan-rukun-puasa/

26

You might also like