Professional Documents
Culture Documents
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang dan
Surat-Surat Berharga
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUBANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Resume
Tujuan pembuatan makalah ini sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Dagang dan Surat-Surat Berharga di program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Universitas Subang.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
meminta kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua rekan kelompok yang telah membantu dalam
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
BAB I.....................................................................................................................................
PENDAHULUAN.................................................................................................................
Latar Belakang.......................................................................................................................
BAB II....................................................................................................................................
PERMASALAHAN...............................................................................................................
BAB III..................................................................................................................................
PEMBAHASAN....................................................................................................................
BAB IV..................................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................................
KESIMPULAN......................................................................................................................
SARAN..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Oleh karena itu, masyarakat tidak lagi bertransaksi menggunakan uang secara
mutlak, artinya masyarakat dapat menggunakan atau menerbitkan surat berharga
sebagai alat pembayaran mutlak. Surat-surat itu mudah diperdagangkan karena
menunjukan suatu nilai tertentu yang dapat dialihkan dari satu tangan ke tangan lain.
BAB II
PEMASALAHAN
Untuk memperjelas agar permasalahan yang ada nantinya dapat dibahas lebih terarah dan
sesuai dengan sasaran yang diharapkan maka penting bagi penulis untuk merumuskan
permasalahan yang akan dibahas. Karena pokok permasalahan ini merupakan acuan bagi
penelitian supaya hasilnya diharapkan sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Pada zaman dahulu kala, tatkala manusia hidup dalam alam primitif, bentuk
perdagangan yang ada adalah Dagang Tukar (bentuk perdagangan yang pertama). Jika
seseorang ingin memiliki sesuatu, yang tidak dapat dibuatnya sendiri, ia berusaha
memperolehnya dengan cara bertukar, yakni dengan sesuatu barang yang tidak perlu
baginya.
Di mana dalam dagang tukar ini terdapat berbagai kesulitan, yaitu antara lain:
1. Orang yang satunya harus mempunyai barang yang diminta oleh orang yang lainnya
dan nilai pertukarannya kira-kira harus sama. Hal ini berarti, seorang penjahit, yang
hanya mempunyai baju saja, pasti akan mati kelaparan, sebelum ia dapat menemukan
orang yang mempunyai beras dan yang ingin ditukarkannya dengan baju pula.
2. Barang yang akan dipertukarkan harus dapat dibagi-bagi. Kesulitan yang timbul
adalah apabila dua ekor ayam dapat ditukarkan (nilainya sama) dengan sebuah celana,
maka amat sulitlah ia untuk dipertu- karkan seekor ayam dengan separuh celana.1
Lagi pula semakin banyak kebutuhan manusia, akan semakin banyak kesulitan dalam
pertukaran itu. Oleh karena itu, dengan segera orang memakai beberapa benda untuk
1
Bab 1 Pengertian Perdagangan dan hukum Dagang hlm. 1.
membandingkan nilai segala barang lain dengan nilai beberapa benda tertentu.
Disamping itu, benda tersebut harus disukai oleh umum. Benda-benda yang khusus
dipergunakan untuk dipertukarkan dengan barang-barang yang diperlukan disebut alat
tukar (garam, kulit kerang, potongan logam, dan lain-lain).
Segala hal yang dalam pengertian ini memudahkan pertukaran dan kini
memungkinkan pertukaran seluas-luasnya disebut uang (jadi uang -alat tukar).2
Hukum surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum bisnis
yang berkembang dengan cepat di Indonesia. Surat berharga adalah sebuah dokumen
yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran
sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar kepada pihak-pihak yang memegang
surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak
ketiga kepada kepada siapa surat berharga itu dialihkan.4
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban
dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar
uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta memberikan hak
2
Bab 1 Pengertian Perdagangan dan hukum Dagang hlm. 2.
3
Bab 1 Pengertian Perdagangan dan hukum Dagang hlm. 5.
4
Zainal Asikin, Hukum Dagang, Cet 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal : 73
kepada pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya. Ddan surat berharga ini
mudah dan dapat diperdagangkan.5
Surat berharga adalah surat yang semua orang menganggap surat tersebut
berharga, contoh saham, obligasi, wesel, cek dll.
Syarat formal surat berharga dapat dilihat pada masing-masing peraturan yang
mengaturnya. Contoh wesel, diatur dalam pasal 100 KUHD; cek diatur dalam pasal 178
KUHD; bilyet giro diatur dalam SEBI (Surat Edaran Bank Indonesia).8
Ketentuan tersebut diatur dalam Buku I bagian 6 dan bagian 7 KUHD, berisikan
tentang:
a. Wesel
Surat wesel adalah surat berharga yang memuat kata ‘wesel’ di dalamnya, diberi
tanggal dan ditandatangani disuatu tempat, dimana penerbit (trekker) memberi
perintah tak bersyarat kepada tersangkut (betrokkene) untuk membayar sejumlah
uang pada hari bayar (vervaldag) kepada orang yang ditunjuk penerbit yang
disebut penerima (nemer) atau penggantinya disuatu tempat tertentu.10
Pasal 102 ayat 1 KUHD menentukan, bahwa penerbit dapat menerbitkan surat wesel
yang berbunyi atas pengganti penerbit. Maksudnya ialah, penerbit menunjuk kepada
9
Zainal Asikin, op. cit. hal : 74 (buku yang telah disebutkan diatas)
10
Ibid., hal : 240
dirinya sendiri sebagai pemegang pertama, kekhususan bentuk surat wesel semacam
ini ialah bahwa kedudukan penerbit sama dengan kedudukan pemegang pertama.11
Pasal 102 ayat 2 KUHD menentukan, bahwa surat wesel dapat diterbitkan atas
penerbit sendiri. Hal ini dimaksudkan bahwa penerbit memerintahkan kepada dirinya
sendiri untuk membayar, atau penerbit menunjuk dirinya sendiri sebagai pihak
tertarik (tersangkut).12
b. Cek
Cek adalah suatu surat berharga yang memuat kata cek yang bertanggal dan
menyebutkan tempat penerbitannya, yang merupakan perintah tanpa syarat kepada
bankir untuk membayar sejumlah uang kepada pihak-pihak pemegang atau
pembawanya di tempat tertentu.14
11
Ida Nadirah, op. cit, hal : 97
12
Ibid., hal : 98
13
Ibid.
14
Farida Hasyim, op. cit. hal : 249
Di dalam KUHD, ketentuan mengenai surat cek terdapat dalam buku kesatu Bab
VII Pasal 178 sampai dengan Pasal 229, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
1936.15
Yang membuka kemungkinan timbulnya bentuk “surat cek atas penerbit sendiri”
ini adalah pasal 183 ayat 3 KUHD, yang menyatakan bahwa surat cek dapat
diterbitkan atas penerbit sendiri. Kekhususan bentuk ini adalah penerbit sama
dengan tersangkut. Jadi perintah membayar itu dari bankir kepada bankir. Ini
terjadi apabila kantor pusatnya menerbitkan surat cek atas kantor cabang.
3. Surat cek untuk perhitungan orang ketiga (Pasal 183 ayat 2 KUHD)
17
Zainal Asikin, op. cit. hal : 90
BAB IV
PENUTUP
E. KESIMPULAN
Hukum Dagang dan Surat-Surat Berharga adalah surat pengkuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit, atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun
pasar uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta memberikan hak
kepada pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya.
F. SARAN
Ada baiknya pada saat kita melaksanakan transaksi itu harus ada bukti transaksinya yang bisa di
sebut sebagai surat surat berharga di dalam hukum bisnis, agar transaksi dapat
dipertanggungjawabkan dan pula dapat dijadikan sebagai tanda bukti jika terjadi hal-hal tertentu.
Karena tidak tahu apa jadinya kita, bila bertransaksi tanpa bukti transaksi dan sebagainya, ada
saja kita ditipu dengan partner sendiri atau bagaimana lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nadirah, Ida. 2017.” Hukum Dagang dan Bisnis Indonesia “. Medan: Ratu Jaya.
Subekti, R., dan Tjitrosudibio R. 2006.” Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-
Undang Kepailitan, Cet 31 “. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.