You are on page 1of 14

FIQH MUAMALAH

(Jual Beli: Pengertian, Macam-Macamnya dan Prinsip-


Prinsipnya)

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Fiqh Muamalah Program Studi Hukum Tata Negara
Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone

Oleh
Kelompok V

1. MUHAMMAD RIFKY RAIF NIM. 742352021129

2. LYRASWATI NIM 742352021148

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Jual Beli: Pengertian, Macam-Macamnya dan Prinsip-Prinsipnya” dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW., yang telah menggulung tikar-tikar kejahiliaan dan
mampu membentangkan tikar-tikar kebenaran.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk melatih dan membiasakan diri untuk
pendalaman materi. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada ; Hj. Andi Darna, S.HI.,M. Selaku pembelajar yang dengan
sepenuh hati meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta
mengarahkan kami dalam pembuatan tugas ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitupun
dengan makalah ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan ilmu yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun kepada semua pihak supaya menjadi pembelajaran bagi kami. Akhir
kata, kami berharap supaya makalah ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi
kami.

Watampone, 7 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB IIPEMBAHASAN ................................................................... 3
A. Pengertian Jual Beli ................................................................................... 3
B. Macam-Macam Jual Beli ........................................................................... 4
C. Prinsip-Prinsip Jual Beli............................................................................ 6
BAB III PENUTUP .......................................................................... 9
A. Kesimpulan ................................................................................................. 9
B. Saran............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jual beli (bisnis) dimasyarakat merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan


setiap waktu oleh semua manusia. Tetapi jual beli yang benar menurut hukum
Islam belum tentu semua orang muslim melaksanakannya. Bahkan ada pula yang
tidak tahu sama sekali tentang ketentuan-ketentuan yang di tetapkan oleh hukum
Islam dalam hal jual beli (bisnis). Di dalam al-Qur’an dan Hadist yang merupakan
sumber hukum Islam banyak memberikan contoh atau mengatur bisnis yang benar
menurut Islam. Bukan hanya untuk penjual saja tetapi juga untuk pembeli.
Sekarang ini lebih banyak penjual yang lebih mengutamakan keuntungan individu
tanpa berpedoman pada ketentuan-ketentuan hukum Islam. Mereka cuma mencari
keuntungan duniawi saja tanpa mengharapkan barokah kerja dari apa yang sudah
dikerjakan.

Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling membutuhkan orang lain,
aka selalu melakukan tolong–menolong dalam menghadapi berbagai kebutuhan
yang beraneka ragam, salah satunya dilakukan dengan cara berbisnis atau jual
beli. Jual beli merupakan interaksi sosial antar manusia yang berdasarkan rukun
dan syarat yang telah di tentukan. Jual beli diartikan “al-bai’, al-Tijarah dan al-
Mubadalah”. Pada intinya jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar
barang atau benda yang mempunyai manfaat untuk penggunanya, kedua belah
pihak sudah menyepakati perjanjian yang telah dibuat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah


ini, sebagai berikut :

1. Apa definisi dari jual beli?

2. Apa saja macam-macam jual beli?

3. Apa saja prinsip-prinsip yang digunakan dalam melakukan jual beli?

1
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui definisi dari jual beli

2. Untuk mengetahui macam-macam jual beli

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam jual beli

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam bahasa arab disebut ba'i yang secara bahasa adalah tukar
menukar. Dalam buku yang lain, kata jual beli mengandung satu pengertian, yang
berasal dari bahasa Arab, yaitu kata ba'i, yang jamaknya adalah buyu'i dan
konjungsinya adalah baa-yabi'u-bai'an yang berarti "menjual". Sementara itu,
Wahbah al-Zuhaily mengartikannya secara bahasa dengan "menukar sesuatu
dengan sesuatu yang lain."

Adapun pengertian jual beli secara istilah/terminologi, sebagaimana


dikemukakan oleh para Fukaha adalah sebagai berikut.

1. Menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah "Penukaran benda dengan benda
lain, saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada
penggantinya dengan cara yang diperbolehkan."

2. Menurut Hasbi ash-Shiddieqy, jual beli adalah "Akad yang tegak atas dasar
penukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran hak milik secara
tetap."

3. Menurut Ibnu Qudamah, jual beli adalah "Saling menukar harta dengan
harta dalam bentuk pemindahan milik."

Adapun definisi dari sebagian ulama yang mengatakan jual beli adalah
menukar satu harta dengan harta yang lain dengan cara khusus merupakan definisi
yang bersifat toleran karena menjadikan jual beli sebagai saling menukar, sebab
pada dasarnya akad tidak harus ada saling tukar, tetapi menjadi bagian dari
konsekuensinya, kecuali jika dikatakan: Akad yang mempunyai sifat saling tukar
menukar artinya menuntut adanya suatu pertukaran.

Oleh sebab itu, sebagian ulama mendefinisikan jual beli secara syar'i
sebagai akad yang mengandung sifat menukar satu harta dengan harta yang lain
dengan cara khusus. Ada juga yang menyebutkan kata akad untuk terjalinnya satu
akad atau hak milik yang lahir dari sebuah akad seperti dalam ucapan seseorang

3
“fasakhtu al-bai'a” artinya jika akad yang sudah terjadi tidak bisa dibatalkan lagi,
walaupun maksud yang sebenarnya adalah membenarkan hal-hal yang menjadi
akibat dari akad. Dari pendapat di atas dapat diambil beberapa faedah, di mana
jual beli mempunyai tiga sebutan; sebutan untuk tamlik dan akad, dan juga untuk
menukar satu benda dengan benda lain secara mutlak, dan yang terakhir untuk
istilah syira' (membeli) yang merupakan tamalluk (menjadi hak milik).

Jual beli dalam arti khusus adalah ikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan
kemanfaatan dan bukan kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukarannya
bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisasikan dan ada
seketika, tidak merupakan utang baik barang itu ada di hadapan si pembeli
maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui
terlebih dahulu.

Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa secara garis besar jual
beli adalah tukar-menukar atau peralihan kepemilikan dengan cara pergantian
menurut bentuk yang diperbolehkan oleh syara' atau menukarkan barang dengan
barang atau barang dengan uang, dengan jalan melepaskan hak milik dari
seseorang terhadap orang lain atas kerelaan kedua belah pihak.1

B. Macam-Macam Jual Beli

1. Jual Beli Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tembahan
keuntungan yang disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari'ah, murabahah
ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan
nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan. baku
atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali
oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada
waktu yang ditetapkan.

1
Siregar, Hariman Surya. Fikih Muamalah Teori dan Implementasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2019. Hal. 111-116

4
Dalam murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang dia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah
dapat dilakukan untuk pembelian dengan sistem pemesanan. Dalam al-Umm,
Imam Syafi'i menamai transaksi ini dengan istilah al-amir bi al-syira. Dalam hal
ini calon pembeli atau pemesan dapan memesan kepada sesorang (sebut saja
pembeli) untuk membelikan suatu barang tertentu diinginkannya.

2. Jual Beli Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan


belum ada dihadapan calon pembeli. Oleh karena itu barang diserahkan secara
tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Ulama' Malikiyah menyatakan,
salam adalah akad jual beli dimana modal (pembayaran) dilakukan secara tunai
dan obyek pesanan diserahkan kemudian dengan jangka waktu tertentu.

Dalam praktek perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank,


maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu
sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan bank adalah
harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal bank menjualnya
secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan (bridging financing).
Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan
dalam akad jual-beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlakunya akad.

3. Jual Beli Istishna’

Istisnha' (‫ )استصناع‬adalah bentuk ism mashdar dari kata dasar istashna'a-


yastashni'u (‫ يستصنع‬- ‫ )اتصنع‬Artinya meminta orang lain untuk membuatkan
sesuatu untuknya. Dikatakan : istashna'a fulan baitan, meminta seseorang
membuatkan rumah untuknya.

Mazhab Hanafiyah memberikan pengertian istishna adalah sebuah akad


untuk sesuatu yang tertanggung dengan syarat mengerjakannya. Misalnya bila
seseorang berkata kepada orang lain yang memiliki keahlian dalam membuat

5
sesuatu, “ buatkan aku sesuatu denga harga sekian dirham,” dan orang tersebut
menerimanya, maka akad istishna telah terjadi dalam mazhab ini.

Kalangan ulama Mazhab Hambali memberikan pengertian istishna adalah


jual-beli barang yang tidak atau belum dimilikinya yang tidak termasuk akad
salam. Dalam hal ini akad istishna mereka samakan dengan jual beli dengan
pembuatan atau dalam istilah mualanya adalah ( ‫) بيع باالصنعة‬.

Kalangan al-malikiyah dan Asy-Syafi’iyah mengaitkan istishna dengan akad


salam. Memberikan pengertian suatu barang yang diserahkan kepada orang lain
dengan cara membuatnya.

Secara sederhana, istashna' disebut sebagai akad yang terjalin antara


pemesan sebagai pihak 1 dengan seorang produsen suatu barang atau yang serupa
sebagai pihak ke 2, agar pihak ke 2 membuatkan suatu barang yang sesuai dengan
diinginkan oleh pihak 1 dengan harga yang disepakati antara keduanya. 2

C. Prinsip-Prinsip Jual Beli

Prinsip Prinsip Jual beli diantaranya ialah:

1. Prinsip keadilan

Berdasarkan pendapat Islam, adil merupakan aturan paling utama dalam


semua aspek perekonomian. Salah satu ciri keadilan ialah tidakmemaksa manusia
membeli barang dengan harga tertentu, jangan ada monopoli, jangan ada
permainan harga, serta jangan ada cengkeraman orang yang bermodal kuat
terhadap orang kecil yang lemah.

2. Suka sama suka

Prinsip ini merupakan kelanjutan dari asas pemerataan, asas ini mengakui
bahwa setiap format muamalah antar pribadi atau antar pihak harus berdasarkan
kerelaan masing-masing, kerelaan disini dapat berarti kerelaan mengerjakan suatu

2
Sudarto. Ilmu Fikih (Refleksi Tentang: Ibadah, Muamalah, Munakahat, dan Mawaris). Sleman:
CV Budi Utama. 2018. Hal. 279-285

6
format muamalat, maupun kerelaan dalam menerima atau memberikan harta yang
dijadikan objek dalam format muamalat lainnya.

3. Bersikap benar, amanah, dan jujur.

a. Benar: Benar ialah merupakan ciri utama orang mukmin, bahkan ciri
pada Nabi. Tanpa kebenaran, agama tidak bakal tegak dan tidak bakal
stabil. Bencana terbesar di dalam pasar saat ini ialah meluasnya
tindakan dusta dan bathil, misalnya berdusta dalam mempromosikan
barang dan menetapkan harga, oleh sebab itu salah satu karakter
pedagang yang urgen dan diridhai oleh Allah ialah kebenaran. Karena
kebenaran menyebabkan berkah bagi penjual maupun pembeli, andai
keduanya bersikap benar dan mau menjelaskan kelemehan barang yang
diperdagangkan maka dua-duanya mendapatkan berkah dari jual
belinya. Namun andai keduanya saling menutupi aib barang dagangan
itu dan berbohong, maka andai mereka mendapat laba, hilanglah berkah
jual beli itu.

b. Amanah: Maksud amanat ialah mengembalikan hak apa saja kepada


pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak
meminimalisir hak orang lain, baik berupa harga atau upah Dalam
berniaga dikenal dengan istilah “memasarkan” dengan “amanat” seperti
menjual “murabaha” maksudnya, penjual menjelaskan ciri-ciri,
kualitas,dan harga barang dagangan kepada pembeli tanpa melebih-
lebihkannya. Di dalam hadist Qutdsi, Allah berfirman: “ Aku ialah yang
ketiga dari dua orang berserikat, selama salah satu dari keduanya tidak
menghianati temannya. Apabila salah satu dari keduanya berkhianat,
aku keluar dari mereka”.

c. Jujur: disamping benar dan amanat, seorang pedagang harus berlaku


jujur, dilandasi suapaya orang lain mendapatkan kebaikan dan
kebahagiaan sebagaimana ia menginginkannya dengan menjelaskan
cacat barang dagangnya yang dia ketahui dan yang tidak terlihat oleh
pembeli. Salah satu sifat curang ialah melipatkan gandakan harga

7
terhadap orang yang tidak mengetahui harga pasaran. Pedagang
mengelabui pembeli dengan memutuskan harga diatas harga pasaran.

4. Tidak mubazir (boros)

Islam mengharuskan setiap orang membelanjakan harta miliknya untuk


memenuhi keperluan diri pribadinya dan keluarganya serta menafkahkannya
dijalan Allah dengan kata lain, Islam ialah agama yang memerangi kekikiran dan
kebatilan. Islam tidak mengizinkan tindakan mubazir sebab Islam mengajarkan
agar konsumen bersikap sederhana.

5. kasih sayang

Kasih sayang dijadikan lambang dari risalah Nabi Muhammad SAW, dan
Nabi sendiri menyikapi dirinya dengan kasih sayang beliau bersabda “Saya ialah
seorang yang pengasih dan mendapat petunjuk”. Islam mewajibkan mengasih
sayangi manusia dan seorang pedagang jangan hendaknya perhatian umatnya dan
tujuan usahanya untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya Islam ingin
mengatakan dibawah naungan norma pasar, kemanusiaan yang besar
menghormati yang kecil, yang kuat membantu yang lemah, yang bodoh belajar
dari yang pintar, dan manusia menentang kezaliman.3

3
Hasan, Ahmad Farroh. Fiqh Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer. Malang: UIN Maliki
Malang Press. 2018. Hal. 34-35

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Islam jual beli adalah tukar-menukar atau peralihan kepemilikan
dengan cara pergantian menurut bentuk yang diperbolehkan oleh syara' atau
menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang, dengan jalan
melepaskan hak milik dari seseorang terhadap orang lain atas kerelaan kedua
belah pihak.

Dalam kegiatan jual beli ada beberapa macam-macamnya sesuai dengan


ketentuannya, yaitu:

1. Jual Beli Murabahah

2. Jual Beli Salam

3. Jual Beli Istishna’

Demi terjaganya kegiatan jual beli ini dari hal yang tidak diinginkan ada
beberapa prinsip yang ditanamkan dalam kegiatan ini, yaitu:

1. Prinsip keadilan

2. Suka sama suka

3. Bersikap benar, amanah, dan jujur.

4. Tidak mubazir (boros)

5. kasih sayang

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan


makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan


makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang
bisa membangun dari para pembaca.

9
Jika anda ingin melakukan praktik jual beli maka jadilah penjual yang
jujur, bersih, dan tidak kikir dengan harta. Karena kekikiran adalah awal mula
munculnya sifat kotor pada diri anda sehingga dapat menyebabkan anda
menghalalkan segala cara untuk mendapat uang. Termasuk dengan riba atau
bunga karena Riba memberikan dampak negatif bagi akhlak dan jiwa pelakunya

10
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Hariman Surya. Fikih Muamalah Teori dan Implementasi. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya. 2019
Sudarto. Ilmu Fikih (Refleksi Tentang: Ibadah, Muamalah, Munakahat, dan
Mawaris). Sleman: CV Budi Utama. 2018
Hasan, Ahmad Farroh. Fiqh Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer.
Malang: UIN Maliki Malang Press. 2018

11

You might also like