Professional Documents
Culture Documents
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Fiqh Muamalah Program Studi Hukum Tata Negara
Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone
Oleh
Kelompok V
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Jual Beli: Pengertian, Macam-Macamnya dan Prinsip-Prinsipnya” dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW., yang telah menggulung tikar-tikar kejahiliaan dan
mampu membentangkan tikar-tikar kebenaran.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk melatih dan membiasakan diri untuk
pendalaman materi. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada ; Hj. Andi Darna, S.HI.,M. Selaku pembelajar yang dengan
sepenuh hati meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta
mengarahkan kami dalam pembuatan tugas ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.
Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitupun
dengan makalah ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan ilmu yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun kepada semua pihak supaya menjadi pembelajaran bagi kami. Akhir
kata, kami berharap supaya makalah ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi
kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling membutuhkan orang lain,
aka selalu melakukan tolong–menolong dalam menghadapi berbagai kebutuhan
yang beraneka ragam, salah satunya dilakukan dengan cara berbisnis atau jual
beli. Jual beli merupakan interaksi sosial antar manusia yang berdasarkan rukun
dan syarat yang telah di tentukan. Jual beli diartikan “al-bai’, al-Tijarah dan al-
Mubadalah”. Pada intinya jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar
barang atau benda yang mempunyai manfaat untuk penggunanya, kedua belah
pihak sudah menyepakati perjanjian yang telah dibuat.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam bahasa arab disebut ba'i yang secara bahasa adalah tukar
menukar. Dalam buku yang lain, kata jual beli mengandung satu pengertian, yang
berasal dari bahasa Arab, yaitu kata ba'i, yang jamaknya adalah buyu'i dan
konjungsinya adalah baa-yabi'u-bai'an yang berarti "menjual". Sementara itu,
Wahbah al-Zuhaily mengartikannya secara bahasa dengan "menukar sesuatu
dengan sesuatu yang lain."
1. Menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah "Penukaran benda dengan benda
lain, saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada
penggantinya dengan cara yang diperbolehkan."
2. Menurut Hasbi ash-Shiddieqy, jual beli adalah "Akad yang tegak atas dasar
penukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran hak milik secara
tetap."
3. Menurut Ibnu Qudamah, jual beli adalah "Saling menukar harta dengan
harta dalam bentuk pemindahan milik."
Adapun definisi dari sebagian ulama yang mengatakan jual beli adalah
menukar satu harta dengan harta yang lain dengan cara khusus merupakan definisi
yang bersifat toleran karena menjadikan jual beli sebagai saling menukar, sebab
pada dasarnya akad tidak harus ada saling tukar, tetapi menjadi bagian dari
konsekuensinya, kecuali jika dikatakan: Akad yang mempunyai sifat saling tukar
menukar artinya menuntut adanya suatu pertukaran.
Oleh sebab itu, sebagian ulama mendefinisikan jual beli secara syar'i
sebagai akad yang mengandung sifat menukar satu harta dengan harta yang lain
dengan cara khusus. Ada juga yang menyebutkan kata akad untuk terjalinnya satu
akad atau hak milik yang lahir dari sebuah akad seperti dalam ucapan seseorang
3
“fasakhtu al-bai'a” artinya jika akad yang sudah terjadi tidak bisa dibatalkan lagi,
walaupun maksud yang sebenarnya adalah membenarkan hal-hal yang menjadi
akibat dari akad. Dari pendapat di atas dapat diambil beberapa faedah, di mana
jual beli mempunyai tiga sebutan; sebutan untuk tamlik dan akad, dan juga untuk
menukar satu benda dengan benda lain secara mutlak, dan yang terakhir untuk
istilah syira' (membeli) yang merupakan tamalluk (menjadi hak milik).
Jual beli dalam arti khusus adalah ikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan
kemanfaatan dan bukan kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukarannya
bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisasikan dan ada
seketika, tidak merupakan utang baik barang itu ada di hadapan si pembeli
maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui
terlebih dahulu.
Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa secara garis besar jual
beli adalah tukar-menukar atau peralihan kepemilikan dengan cara pergantian
menurut bentuk yang diperbolehkan oleh syara' atau menukarkan barang dengan
barang atau barang dengan uang, dengan jalan melepaskan hak milik dari
seseorang terhadap orang lain atas kerelaan kedua belah pihak.1
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tembahan
keuntungan yang disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari'ah, murabahah
ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan
nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan. baku
atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali
oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada
waktu yang ditetapkan.
1
Siregar, Hariman Surya. Fikih Muamalah Teori dan Implementasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2019. Hal. 111-116
4
Dalam murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang dia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah
dapat dilakukan untuk pembelian dengan sistem pemesanan. Dalam al-Umm,
Imam Syafi'i menamai transaksi ini dengan istilah al-amir bi al-syira. Dalam hal
ini calon pembeli atau pemesan dapan memesan kepada sesorang (sebut saja
pembeli) untuk membelikan suatu barang tertentu diinginkannya.
5
sesuatu, “ buatkan aku sesuatu denga harga sekian dirham,” dan orang tersebut
menerimanya, maka akad istishna telah terjadi dalam mazhab ini.
1. Prinsip keadilan
Prinsip ini merupakan kelanjutan dari asas pemerataan, asas ini mengakui
bahwa setiap format muamalah antar pribadi atau antar pihak harus berdasarkan
kerelaan masing-masing, kerelaan disini dapat berarti kerelaan mengerjakan suatu
2
Sudarto. Ilmu Fikih (Refleksi Tentang: Ibadah, Muamalah, Munakahat, dan Mawaris). Sleman:
CV Budi Utama. 2018. Hal. 279-285
6
format muamalat, maupun kerelaan dalam menerima atau memberikan harta yang
dijadikan objek dalam format muamalat lainnya.
a. Benar: Benar ialah merupakan ciri utama orang mukmin, bahkan ciri
pada Nabi. Tanpa kebenaran, agama tidak bakal tegak dan tidak bakal
stabil. Bencana terbesar di dalam pasar saat ini ialah meluasnya
tindakan dusta dan bathil, misalnya berdusta dalam mempromosikan
barang dan menetapkan harga, oleh sebab itu salah satu karakter
pedagang yang urgen dan diridhai oleh Allah ialah kebenaran. Karena
kebenaran menyebabkan berkah bagi penjual maupun pembeli, andai
keduanya bersikap benar dan mau menjelaskan kelemehan barang yang
diperdagangkan maka dua-duanya mendapatkan berkah dari jual
belinya. Namun andai keduanya saling menutupi aib barang dagangan
itu dan berbohong, maka andai mereka mendapat laba, hilanglah berkah
jual beli itu.
7
terhadap orang yang tidak mengetahui harga pasaran. Pedagang
mengelabui pembeli dengan memutuskan harga diatas harga pasaran.
5. kasih sayang
Kasih sayang dijadikan lambang dari risalah Nabi Muhammad SAW, dan
Nabi sendiri menyikapi dirinya dengan kasih sayang beliau bersabda “Saya ialah
seorang yang pengasih dan mendapat petunjuk”. Islam mewajibkan mengasih
sayangi manusia dan seorang pedagang jangan hendaknya perhatian umatnya dan
tujuan usahanya untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya Islam ingin
mengatakan dibawah naungan norma pasar, kemanusiaan yang besar
menghormati yang kecil, yang kuat membantu yang lemah, yang bodoh belajar
dari yang pintar, dan manusia menentang kezaliman.3
3
Hasan, Ahmad Farroh. Fiqh Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer. Malang: UIN Maliki
Malang Press. 2018. Hal. 34-35
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Islam jual beli adalah tukar-menukar atau peralihan kepemilikan
dengan cara pergantian menurut bentuk yang diperbolehkan oleh syara' atau
menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang, dengan jalan
melepaskan hak milik dari seseorang terhadap orang lain atas kerelaan kedua
belah pihak.
Demi terjaganya kegiatan jual beli ini dari hal yang tidak diinginkan ada
beberapa prinsip yang ditanamkan dalam kegiatan ini, yaitu:
1. Prinsip keadilan
5. kasih sayang
B. Saran
9
Jika anda ingin melakukan praktik jual beli maka jadilah penjual yang
jujur, bersih, dan tidak kikir dengan harta. Karena kekikiran adalah awal mula
munculnya sifat kotor pada diri anda sehingga dapat menyebabkan anda
menghalalkan segala cara untuk mendapat uang. Termasuk dengan riba atau
bunga karena Riba memberikan dampak negatif bagi akhlak dan jiwa pelakunya
10
DAFTAR PUSTAKA
11