You are on page 1of 10

PERIKANTAN PADA UMUMNYA MELIPUTI JENIS – JENIS PRESTASI RESIKO

WANPRESTASI
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Hukum perikatan
Dosen Pengampu : Dr. H. Zezen Zaenudin, M. Ag

Disusun Oleh :

Ira Mayasari

Muhammad Adjie Mustofa

Nabila tul Jannah

SEMESTER V
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL- MASTHURIYAH
HUKUM EKONOMI SYARI’AH
SUKABUMI
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, kami panjatkan puja serta puji syukur atas Dzat Allah yang Maha Kuasa, atas
berkat Rahmat serta Ridho-Nya telah memberikan kami nikmat kesehatan yang luar biasa ini,
sehingga kami mampu menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta
salam kami haturkan kepada Nabi kita semua yakni Nabi Muhammad saw. Semoga kita
termasuk kepada umat nya yang mendapat syafaatul uzma di yaumul akhir nanti. Aamiin.

Tidak lupa kami haturkan terimakasih banyak kepada Dosen mata kuliah Peradilan Islam di
Indonesia Bapak Dr. H. Zezen Zaenudin, M. Ag. Yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini, juga tidak lupa kepada seluruh rekan-rekan dan seluruh pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah yang kami susun ini
kami mengangkat materi tentang “Pengertian, Sumber dan Hubungannya dengan Hukum
Acara Perdata dan Bentuk, Isi Kelengkapan Gugatan/Permohonan”.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang baik dari
seluruh pembaca terutama dari Dosen mata kuliah Peradilan Islam di Indonesia itu sendiri.
Atas segala kekurangan kami dan makalah kami ini, kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya, harap dimaklumi karena kami masih dalam tahap belajar Terima kasih.

Sukabumi, 12 september 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................... 2

Daftar isi.................................................................................................3

BAB 1 pendahuluan.............................................................................. 4

1.Latar belakang.
2.Rumusan masalah.
3.Tujuan.

BAB 11pembahasan.................................................................................7
A.Perikatan pada umumnya
B. Jenis jenis prestasi
C. Resiko
D. Wanfestasi.

BAB 111 penutup........................................................................................ 10

1.Kesimpulan.
Saran

.DAFTR PUSTAKA.................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Menurut bahasa Perikatan, dalam konteks hukum, merujuk kepada suatu kesepakatan
atau kontrak yang mengikat dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu tindakan tertentu. Dalam istilah hukum, perikatan ini seringkali
disebut sebagai “kontrak” atau “perjanjian,” di mana setiap pihak memiliki kewajiban
dan hak tertentu sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam perikatan tersebut.
Perikatan bisa menjadi dasar hukum yang mengatur hubungan antarindividu atau
entitas hukum dalam berbagai bidang, seperti bisnis, properti, atau hubungan kerja.
Mendefinisikan yakni perikatan adalah hubungan hukum antara 2 pihak atau lebih di masatu
pihak berhak atas prestasi sedangkan pihak lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasi
tersebut.

Rumusan masalah

1. Apa Definisi Perikatan pada umumnya?


2. Apa Jenis – jenis Prestasi?
3. Apakah itu resiko danApa Itu Wanprestasi?

Tujuan masalah
1. Untuk memahami definisi Perikatan pada umumnya
2. Untuk memahami Jenis – Jenis Prestasi
3. Untuk memahami resiko dan Untuk memahami Wanprestasi?

.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perikatan pada umumnya : Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak
atau lebih yang mengikatkan diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai
dengan yang disepakati. Ini adalah dasar dari hukum kontrak dan hukum perdata secara
umum. 1233-1234
Namun ada jenis perikatan yang kurang relevan karena bisa menguntungkan bagi sebelah
pihak saja sepertikan
1272. Dalam perikatan dengan pilihan, debitur dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu
dari dua barang yang disebut dalam perikatan, tetapi ia tidak dapat memaksa kreditur untuk
menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian dari barang yang lain.
Tetapi ada kalanya bisa menjadi bumerang untuk debitur dikala barang itu rusak/pun hilang.
Maka dari itu perikatan menengahi program ini dengan cara debitur harus berhati” agar tidak
ada ke senjangan sosial. (BAB III ayat 1243-1252)
Bagian 1

Ketentuan-ketentuan Umum 1233. Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena
undang-undang. 1234. Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu,
atau untuk tidak berbuat sesuatu.

Perikantan Untuk memberikan sesuatu

Bagian 2

1235. Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, termasuk kewajiban untuk menyerahkan
barang yang bersangkutan dan untuk merawatnya sebagai seorang kepala rumah tangga yang
baik, sampai saat penyerahan. Luas tidaknya kewajiban yang terakhir ini tergantung pada
persetujuan tertentu; akibatnya akan ditunjuk dalam bab-bab yang bersangkutan 1236.
Debitur wajib memberi ganti biaya, kerugian dan bunga kepada kreditur bila ia menjadikan
dirinya tidak mampu untuk menyerahkan barang itu atau tidak merawatnya dengan sebaik-
baiknya untuk menyeIamatkannya.1237. Pada suatu perikatan untuk memberikan barang
tertentu, barang itu menjadi tanggungan kreditur sejak perikatan lahir. Jika debitur lalai untuk
menyerahkan barang yang bersangkutan, maka barang itu semenjak perikatan dilakukan,
menjadi tanggungannya. 1238. Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan
akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

B. Jenis-Jenis Prestasi: Prestasi dalam perikatan dapat dibagi menjadi dua jenis
utama:
• Prestasi Positif: Ini mencakup kewajiban untuk melakukan sesuatu, seperti pengiriman
barang atau penyediaan jasa. (Landasan hukumnya ialah bab iii ayat 1269)
• Prestasi Negatif: Ini mencakup kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu, seperti tidak
mengganggu hak pihak lain, seperti contoh di bab iii bagian 6 ayat 1268-1271 disana
dijelaskan perikatan dengan waktu tertentu tatkala waktu sudah di tentukan tiba maka debitur
tidak bisa lagi mencari manfaat dari barang yg di janjikan.
C. Resiko: Resiko dalam perikatan berkaitan dengan kerugian atau kegagalan dalam
memenuhi kewajiban. Dalam kontrak, resiko ini dapat dibagi sesuai dengan ketentuan
dalam perjanjian atau hukum yang berlaku. Seperti berlakunya pada BAB III AYAT 1236.
Debitur wajib memberi ganti biaya, kerugian dan bunga kepada kreditur bila ia
menjadikan dirinya tidak mampu untuk menyerahkan barang itu atau tidak merawatnya
dengan sebaik-baiknya untuk menyeIamatkannya.
D. Wanprestasi: Wanprestasi terjadi ketika salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya sesuai dengan yang disepakati dalam kontrak. Ini dapat
mengakibatkan klaim hukum dan tuntutan ganti rugi yang mana sudah di jelaskan tadi
pada ayat 1243-1252 Penting untuk memahami konsep-konsep ini dalam konteks hukum
perdata, terutama dalam pembuatan dan pelaksanaan kontrak. Pengetahuan yang baik
tentang perikatan membantu menjaga hak dan kewajiban yang jelas antara pihak-pihak
yang terlibat dalam perjanjian hukum.
gantian biaya, kerugian dan bunga.

Bagian 6
Perikatan-perikatan dengan Waktu yang Ditetapkan
1268. Waktu yang ditetapkan tidaklah menunda perikatan, melainkan hanya pelaksanaannya.
1269. Apa yang harus dibayar pada waktu yang ditentukan itu, tidak dapat ditagih sebelum
waktu itu tiba; tetapi apa yang telah dibayar sebelum waktu itu, tak dapat diminta kembali.
1270. Waktu yang ditetapkan selalu ditentukan untuk kepentingan debitur, kecuali jika dari
sifat perikatan sendiri atau keadaan ternyata bahwa waktu itu ditentukan untuk kepentingan
kreditur.
1271. Debitur tidak dapat lagi menarik manfaat dan suatu ketetapan waktu, jika ia telah
dinyatakan pailit, atau jika jaminan yang diberikannya kepada kreditur telah merosot karena
kesalahannya sendiri.

Bagian 7
Perikatan dengan Pilihan atau Perikatan yang Boleh Dipilih oleh Salah Satu Pihak
1272. Dalam perikatan dengan pilihan, debitur dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu
dari dua barang yang disebut dalam perikatan, tetapi ia tidak dapat memaksa kreditur untuk
menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian dari barang yang lain.
1273. Hak memilih ada pada debitur, jika hal ini tidak secara tegas diberikan kepada kreditur.
1274. Suatu perikatan adalah murni dan sederhana, walaupun perikatan itu disusun secara
boleh pilih atau secara mana suka, jika salah satu dari kedua barang yang dijanjikan tidak
dapat menjadi pokok perikatan.
1275. Suatu perikatan dengan pilihan adalah murni dan sederhana, jika salah satu dari barang
yang dijanjikan hilang, atau karena kesalahan debitur tidak dapat diserahkan lagi. Harga dari
barang itu tidak dapat ditawarkan sebagai ganti salah satu barang, dia harus membayar harga
barang yang paling akhir hilang.1276. Jika dalam hal-hal yang disebutkan dalam pasal lalu
pilihan diserahkan kepada kreditur dan hanya salah satu barang saja yang hilang, maka jika
hal itu terjadi di luar kesalahan debitur, kreditur harus memperoleh barang yang masih ada;
jika hilangnya salah satu barang tadi terjadi karena salahnya debitur, maka kreditur dapat
menuntut penyerahan barang yang masih ada atau harga barang yang telah hilang. Jika kedua
barang lenyap, maka bila hilangnya barang itu, salah satu saja pun, terjadi karena kesalahan
debitur, kreditur boleh menuntut pembayaran harga salah satu barang itu rnenurut
pilihannya.1277. Prinsip yang sama juga berlaku, baik jika ada lebih dari dua barang
termaktub dalam perikatan maupun jika perikatan itu adalah mengenai berbuat sesuatu
ataupun tidak berbuat sesuatu.

Macam Macam Perikatan


Adapun jenis-jenis perikatan adalah sebagai berikut:
A.Perikatan bersyarat (
Voorwaardelijk
)Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang digantungkan pada suatukejadian di
kemudian hari, yang masih belum tentu akan atau terjadi. Mungkinuntuk memperjanjikan
bahwa perikatan itu barulah akan lahir, apabila kejadianyang belum tentu timbul itu. Suatu
perjanjian yang demikian itu, menggantungkanadanya suatu perikatan pada suatu syarat yang
menunda atau mempertangguhkan(
Opschortende voorwaarde)
Menurut Pasal 1253 KUHperdata tentang perikatan
Bersyarat “
Suatu perikatn adalah bersyarat mankala ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih
akan datang dan yang masih belum terjadi, baik secaramenangguhkan perikatan hingga
terjadinya peristiwa semacam itu, maupun
Secara membatalkan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa tersebut”.
Pasal ini menerangkan tentang perikatan bersyarat yaitu perikatan yanglahir atau berakhirnya
digantungkan pada suatu peristiwa yang mungkin akanterjadi tetapi belum tentu akan terjadi
atau belum tentu kapan terjadinya.Berdasarkan pasal ini dapat diketahui bahwa perikatan
bersyarat dapat dibedakanatas dua, yakni: a. Perikatan dengan syarat tangguh
B.Perikatan dengan syarat tangguh
Apabila syarat “peristiwa” yang dimaksud itu terjadi, maka perikatan
Dilaksanakan (pasal 1263 KUHpdt). Sejak peristiwa itu terjadi, keawjiban debitoruntuk
berprestasi segera dilaksanakan. Misalnya, A setuju apabila B adiknyamendiami paviliun
rumahnya setelah B menikah. Nikah adalah peristiwa yangmasih akan terjadi dan belum pasti
terjadi. Sifatnya menangguhkan pelaksanaan perikatan, jika B nikah A wajib menyerahkan
paviliun rumahnya untuk didiamioleh B.
C.Perikatan dengan syarat batal
Perikatan yang sudah ada akan berakhir apabila “peristiwa” yang
Dimaksud itu terjadi (pasal 1265 KUHpdt). Misalnya, K seteju apabila F kakaknyamendiami
rumah K selam dia tugas belajar di Inggris dengan syarat bahwa Fharus mengosongkan
rumah tersebut apabila K selesai studi dan kembali ketanahair. Dalam contoh, F wajib
menyerahkan kembali rumah tersebut kepada Kadiknya.
D.Perikatan Dengan ketetapan Waktu (Tidjsbepaling )
Maksud syarat “ketetapan waktu” ialah bahwa pelaksanaan perikatan itu
Digantungkan pada waktu yang ditetapkan. Waktu yang ditetapkan itu adalah peristiwa yang
masih akan terjadi dan terjadinya sudah pasti, atau berupa tanggal
Yang sudah tetap. Contonya:”K berjanji pada anak laki
-lakinya yang telah kawinitu untuk memberikan rumahnya, apabila bayi yang sedang
dikandung isterinya
Itu telah dilahirkan”. Menurut KUHperdata pasal 1268 tentang perikatan
-perikatan
Ketetapan waktu, berbunyi “
Suatu ketetapan waktu tidak, menangguhkan perikatan, melainkan hanya menangguhkan
pelaksanaany
A”.
Pasal inimenegaskan bahwa ketetapan waktu tudak menangguhkan lahirnya perikatan,tetapi
hanya menangguhkan pelaksanaanya.Ini berarti bahwa perjajian denganwaktu ini pada
dasarnya perikatan telah lahir, hanya saja pelaksanaanya yangtertunda sampai waktu ya
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Menurut bahasa Perikatan, dalam konteks hukum, merujuk kepada suatu kesepakatan atau
kontrak yang mengikat dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
tindakan tertentu.(Landasan hukumnya ialah bab iii ayat 1269) • Prestasi Negatif: Ini
mencakup kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu, seperti tidak mengganggu hak pihak
lain, seperti contoh di bab iii bagian 6 ayat 1268-1271 disana dijelaskan perikatan dengan
waktu tertentu tatkala waktu sudah di tentukan tiba maka debitur tidak bisa lagi mencari
manfaat dari barang yg di janjikan Debitur wajib memberi ganti biaya, kerugian dan bunga
kepada kreditur bila ia menjadikan dirinya tidak mampu untuk menyerahkan barang itu atau
tidak merawatnya dengan sebaik-baiknya untuk menyeIamatkannya.

Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan masalah
ini.tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahanya karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan dengan judul makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1) R. Setiawan, 1990, Hukum Perikatan, Bandung: Bina Cipta.


2) Purwahid Patrik, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Peikatan yang lahir dari
Perjanjian dan UU ), Bandung: Mandar Maju.
3) Lukman Santoso AZ, 2016, Hukum Perikatan, Malang: Setara Press.
4) Moch. Isnaeni, 2017, Selintas Pintas Hukum Perikatan, Surabaya,: Revka Petra Media
5) Moch. Isnaeni, 2017, Seberkas diorama Hukum Kontrak, Surabaya: Revka Petra
Media.

You might also like