You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN KEBERADAAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS,


KONDISI LINGKUNGAN FISIK, DAN ANGKA LEMPENG TOTAL DI
UDARA RUANG RAWAT INAP RSUD PROF. DR. M.A HANAFIAH SM
BATUSANGKAR

Ayu Rahmadani, Budiyono, Suhartono


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: ayurahmadani10@gmail.com

Abstract : The hospital is a place of health services, a gathering place for the
sick and healthy people, so it can be a place of disease transmission and health
problems. This study aims to determine the description of the presence of
Staphylococus aureus bacteria and Total Plate Count of air in the inpatient room
of RSUD Prof. DR. M.A Hanafiah SM Batusangkar. This study used cross
sectional study design with univariate descriptive analysis, mean difference test
and correlation test. The population in this study is inpatient room with 30
samples. The results of this study showed that no bacteria Staphylococcus
aureus in air inpatient room and average Total Plate Count in the air 32,07
CFU/m3. Average of air temperature 28,170C, average of air humidity 65,33%,
average of lighting intensity 286,99 lux, average of occupancy density 6,77
m2/person, and there were 21 (70%) used air conditioner in the inpatient room.
There were significant differences in mean temperature, lighting intensity, and
occupancy density in inpatient room with pvalue 0,038, 0,040, and 0,040, no
significant difference in moisture average and Total Plate Counts with pvalue 0,796
and 0,650. There is no significant correlation between temperature, humidity,
lighting intensity and occupancy density with Total Plate Counts with pvalue 0,078,
0,150, 0,303, and 0,075. In conclution there was no Staphylococcus aureus
bacteria and the conditions of temperature, humidity, and lighting intensity in the
hospital's inpatient room do not meet the standards that have been determined.

Keywords : Hospital, Staphylococcus aureus, Total Plate Count

PENDAHULUAN penderita maupun dari pengunjung


Rumah Sakit merupakan yang berstatus karier. Kuman
institusi pelayanan kesehatan penyakit ini dapat hidup dan
peyelenggaraan pelayanan berkembang di lingkungan Rumah
kesehatan perorangan secara Sakit , seperti udara, air, lantai,
paripurna yang menyediakan makanan, dan benda-benda perlatan
pelayanan rawat inap, rawat jalan medis maupun non medis.1
dan gawat darurat.9 Rumah Sakit Salah satu faktor penyebab
juga merupakan salah satu sarana terjadinya pertumbuhan kuman
kesehatan yang mengupayakan karena pengunjung dan pasien
kesehatan yang bersifat dapat membawa bakteri sehingga
penyembuhan serta pemulihan menyebar di ruang perawatan
pasien dan depot bagi berbagai misalnya melalui bersin, batuk,
macam penyakit yang berasal dari berbicara, dan teratwa. Hal ini
492
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dikarenakan bakteri dalam mulut lingkungan sekitar. S. aureus


yang keluar karena batuk atau bersifat invasif, menyebabkan
bersin dapat tersebar sehingga hemolisis, membentuk koagulase,
memungkinkan terjadinya penularan dan mampu meragikan manitol.4
infeksi nosokomial lebih besar. Hal Diperkirakan 50% individu dewasa
ini didasarkan pada pertimbangan merupakan carrier Staphylococcus
bahwa penularan infeksi nosokomial aureus, akan tetapi keberadaan
terjadi setelah 72 jam sejak pasien Staphylococcus aureus pada saluran
dirawat di Rumah Sakit.13 pernapasan atas dan kulit pada
Masalah yang nyata di individu sehat jarang menyebabkan
seluruh dunia dan terus meningkat penyakit. Infeksi serius dari
salah satunya adalah infeksi Staphylococcus aureus dapat terjadi
nosokomial. Contohnya, kejadian ketika sistem imun melemah yang
infeksi nosokomial berkisar dari disebabkan oleh perubahan hormon,
terendah sebanyak 1% di beberapa penyakit, luka, penggunaan steroid
Negara Eropa dan Amerika hingga atau obat lain yang mempengaruhi
40% dibeberapa tempat Asia, imunitas.5
Amerika Latin dan Sub-Sahara Berdasarkan penelitian yang
Afrika. Pada tahun 1987, suatu telah dilakukan oleh Rachma
survei prevalensi meliputi 55 Rumah Widiawati (2010) bahwa kegiatan
Sakit di 14 negara berkembang sterilisasi yang tidak optimal yang
empat wilayah WHO (Eropa, dilakukan di ruang ICU RSUD
Mediterania Timur, Asia Tenggara, Tugurejo Semarang dapat memicu
dan Pasifik Barat) menemukan rata- keberadaan keberdaan bakteri
rata 8,7% dari seluruh pasien Staphylococcus aureus dan bakteri
Rumah Sakit menderita infeksi Saprophyticus.23Berdasarkan
nosokomial. Jadi pada setiap saat, penelitian Safriyanto Paulutu (2014)
terdapat 1,4 juta pasien di seluruh suhu ruangan lebih kecil dari 220C
dunia terkena komplikasi infeksi dan lebih besar dari 240C di udara
yang didapat di Rumah Sakit. Pada ruang rawat inap kelas II dan kelas
survei tahun 1987 ini, frekuensi III RSUD Toto Kabila menunjukkan
tertinggi dilaporkan dari Rumah Sakit bahwa ada hubungan yang
di wilayah Timur Tengah Mediterania bermakna suhu lingkungan dengan
dan Asia Tenggara, masing-masing keberadaan Staphylococcus
11,8% dan 10%.2 aureus.6 Berdasarkan penelitian
Staphylococcus aureus Safriyanto Paulutu (2014)
merupakan salah satu bakteri kelembaban ruangan lebih kecil dari
penyebab infeksi tersering di dunia. 45% dan lebih besar dari 60%
Variasi dari tingkat keparahan menunjukkan bahwa ada hubungan
infeksinya, mulai dari infeksi minor di yang bermakna kelembaban
kulit (furunkulosis dan impetigo), lingkungan dengan keberdaan
infeksi traktus urinarius, infeksi Staphylococcus aureus di udara
trakrus respiratorius, sampai infeksi ruang rawat inap kelas II dan kelas
pada mata dan Central Nervous III RSUD Toto Kabila.7
System (CNS).3 Bakteri Intensitas cahaya yang tidak
Staphylococcus aureus merupakan sesuai juga akan mempengaruhi
flora normal pada kulit, saluran keberadaan Staphylococcus aureus
pernafasan, dan saluran pencernaan di udara. Berdasarkan penelitian
makanan pada manusia, serta yang telah dilakukan oleh Rachma
ditemukan juga di udara dan Widiawati (2010) bahwa pada α 5%

493
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ada hubungan yang signifikan antara ruangan di kelas II ruang rawat


pencahayaan dengan keberdaan inap penyakit pasca bedah dan
Staphylococcus aureus di ruang ICU kelas III ruang rawat inap penyakit
RSUD Tugurejo Semarang dan dalam (kunjungan dari tamu-tamu
penelitian Safriyanto Paulutu (2014) dalam ruangan) mempengaruhi
intensitas pencahayaan lebih kecil jumlah bakteri udara dan
dari 100 lux dan lebih besar dari 200 keberadaan bakteri Staphylococcus
lux menunjukkan bahwa ada aureus dalam ruangan.5
hubungan yang bermakna intensitas Tujuan dari penelitian ini
cahaya dengan keberdaan adalah untuk mengetahui gambaran
Staphylococcus aureus di udara tentang keberadaan bakteri
ruang rawat inap kelas II dan kelas Staphylococcus aureus dan Angka
III RSUD Toto Kabila.6,7 Lempeng Total di udara Ruang
Sistem ventilasi berpengaruh Rawat Inap RSUD Prof. DR. M.A
terhadap sirkulasi udara dalam Hanafiah SM Batusangkar.
ruangan. Sirkulasi udara berperan
cukup signifikan terhadap jumlah METODE PENELITIAN
koloni mikroorganisme termasuk Metode penelitian yang
bakteri Staphylococcus aureus. digunakan dalam penelitian ini
Berdasarkan penelitian Wikansari adalah penelitian deskriptif untuk
(2012), partikel debu sebagai mengidentifikasi keberadaan bakteri
penyabar bakteri S.aureus yang Staphylococcus aureus dan analitik
masuk dalam ruangan karena untuk menganalisis beda rerata dan
terbukanya pintu dan jendela serta korelasi angka lempeng total udara
akibat buruknya unit ventilasi.17 Dan di dalam ruangan serta mengkur
dalam penelitian Norma Velázquez suhu, kelembaban, pencahayaan,
(2015), sirkulasi udara yang tidak kepadatan hunian dengan
baik dapat mempengaruhi pendekatan cross sectional.
keberadaan bakteri Staphylococcus Populasi dalam penelitian ini
aureus.8 adalah ruang rawat inap Rumah
Jumlah pengunjung Sakit Umum Daerah Prof. DR. M.A
mengakibatkan kepadatan ruangan Hanafiah SM Batusangkar berjumlah
dan mempengaruhi keberadaan 11 ruang dengan 49 ruangan, yang
Staphylococcus aureus karena teridiri dari kelas utama sebanyak 4
semakin banyak bakteri tersebut ruangan, kelas I sebanyak 10
yang dibawa oleh manusia ke dalam ruangan, kelas II sebanyak 8
ruangan. Jumlah orang yang ruangan, kelas III sebanyak 16
ada dalam ruangan yang dapat ruangan, VIP sebanyak 10 ruangan.
berpengaruh pada jumlah bakteri Sampel penelitian ini adalah
udara, karena penyebaran penyakit di ruang rawat inap Rumah Sakit
dalam ruangan yang padat Umum Daerah Prof. DR. M.A
penghuninya akan lebih cepat Hanafiah SM Batusangkar sebanyak
jika dibandingkan dengan 11 ruang dengan sampel minimal
ruangan yang jarang sebanyak 30 sampel yang diambil
5
penghuninya. Berdasarkan secara proporsional dari setiap
penelitian Wikansari (2012) terhadap kategori ruangan yaitu kelas utama
pemeriksaan total kuman udara dan sebanyak 3 ruangan, kelas I
Staphylococcus aureus di ruang sebanyak 6 ruangan, kelas II
rawat inap rumah sakit X Kota sebanyak 6 ruangan, kelas III
Semarang bahwa kepadatan sebanyak 9 ruangan, dan VIP

494
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sebanyak 6 ruangan. Sedangkan memberikan pelayanan medik


untuk suhu, kelembaban, intensitas pada masyarakat yang meliputi
cahaya,kepadatan hunian, sistem pelayanan medis, pelayanan
ventilasi dilakukan observasi dan penunjang medis dan non
kuesioner setiap hari pada masing- medis, asuhan keperawatan dan
masing ruangan yang menjadi pelayanan keperawatan.
sampel. B. Pemilihan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan
A. Gambaran Umum Rumah pada bulan April-Mei 2017 di
Sakit RSUD Prof. DR. Hanafiah SM
Rumah Sakit Umum Batusangkar dan pengambilan
Daerah Prof. DR. MA. Hanafiah sampel dilakukan pada jam
SM. Batusangkar merupakan 09.00-11.00 WIB. Sampel yang
Rumah Sakit Kelas C, Rumah digunakan sebanyak 30 yang
Sakit rujukan untuk daerah merupakan sampel minimal
kabupaten Tanah Datar dan dalam penelitian yang
sekitarnya, juga Rumah sakit dipandang sudah mewakili
Jejaring Pendidikan untuk populasi ruang rawat inap di
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit tersebut yang
kesehatan sesuai dengan berjumlah 49 ruangan rawat
tuntutan pelayanan kesehatan inap. Sampel diambil secara
kepada masyarakat. Rumah Proforsional dari masing-masing
Sakit Prof.Dr.M.A Hanafiah tipe rawat inap yaitu rawat inap
Batusangkar dibangun diatas VIP yang terdiri dari 10 ruangan
tanah seluas 30.500 m2 yang diambil 6 ruangan sebagai
terletak di pusat kota sampel, kelas utama yang terdiri
Batusangkar tepatnya di Jorong dari 4 ruangan diambil 3
Koto Mandahiling Kenagarian ruangan sebagai sampel, kelas I
Pagaruyung Kecamatan yang teridiri dari 10 ruangan
Tanjung Emas, secara geografis diambil 6 ruangan sebagai
termasuk daerah administrasi sampel, kelas II yang terdiri dari
Kecamatan Tanjung Emas 8 ruangan diambil 6 ruangan
Kabupaten Tanah Datar. sebagai sampel, dan kelas III
Instalasi rawat inap yang terdiri dari 16 ruangan
berfungsi melaksanakan diambil 9 ruangan sebagai
pelayanan pemeliharaan, sampel. Pemilihan sampel
pemulihan, perawatan dan berdasarkan ruangan yang
pengobatan yang terdiri dari, terdapat pasien di dalamnya.
rawat inap kebidanan / ponek, Berdasarkan penelitian
rawat inap penyakit dalam, Wikansari (2012) terhadap
rawat inap penyakit anak, rawat pemeriksaan total kuman udara
inap penyakit kebidanan & dan Staphylococcus aureus di
kandungan, rawat inap bayi ruang rawat inap rumah sakit X
(perinatologi), rawat inap bedah, Kota Semarang bahwa jumlah
rawat inap penyakit mata, rawat orang yang ada dalam
inap Paviliun KKTD Jaya (VIP), ruangan berpengaruh pada
rawatan ICU dan jantung, dan jumlah bakteri udara dan pada
rawatan penyakit syaraf. bagian tubuh manusia terdapat
Fasilitas rawatan terdiri dari 192 bakteri Staphylococcus aureus
tempat tidur dengan tujuan seperti permukaan kulit, hidung

495
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang dapat memindahkan Variabel NAB Mean Median SD Nilai


Min
Nilai
Max
bakteri tersebut dapat ditularkan 0
Suhu ( C)
Kelembaban
22-24
45-60
28,17 29,25
67,10
2,90
5,19
23,5
54,2
32,3
72,6
65,33
oleh petugas kesehatan, (%)
Intensitas 100-
286,9
Pencahayaan 200 222,35 155, 101, 688,
pengunjung, dan pasien kepada (lux)
9
08 1 7
Kepadatan 10
seseorang yang memiliki daya Hunian
2
(m /orang)
6,77 6,0 3,82 2 15

imun yang rendah melalui Angka Lempeng


Total (CFU/m3) 32,07
27,50 22,5
2
1 82

droplet ketika bersin dan batuk


maupun bersentuhan langsung.9
Tabel 4.2 menunjukkan
bahwa suhu rata-rata udara di
C. Gambaran Deskriptive
ruang rawat inap RSUD Prof.
Variabel
DR. Hanafiah Batusangkar yaitu
Tabel 1 Gambaran
28,17 0C dengan median 29,25
Keberadaan Bakteri 0
C, nilai minimum 23,50C, dan
Staphylococcus aureus di
nilai maksimum 32,30C. dan
Ruang Rawat Inap RSUD Prof.
rata-rata kelembaban udara di
DR. Hanafiah SM Batusangkar
ruang rawat inap yaitu 65,33%
Bakteri N Persentase dengan median 67,10%, nilai
Staphylococcus (%) minimum 54,2%, dan nilai
aureus
Tidak ada 30 100
maksimum 72,6%. Rata-rata
intensitas pencahayaan di
Tabel 1 menunjukkan dalam ruang rawat inap yaitu
bahwa di ruangan rawat inap 286,99 lux dengan median
RSUD Prof. DR. Hanafiah SM 222,35 lux, nilai minumum 101,1
Batusangkar tidak ditemukan lux, dan nilai maksimum 688,7
bakteri Staphylococcus aureus lux. Rata-rata kepadatan hunian
(100%). di ruang rawat inap yaitu 6,77
Berdasarkan data dari m2/orang dengan median 6,0
hasil penelitian yang pernah m2/orang, nilai minimum 2
dilakukan oleh Tio Vanny m2/orang, dan nilai maksimum
Anggesta (2015) di Rumah Sakit 15 m2/orang. Rata-rata Angka
ini dengan menggunakan Lempeng Total di udara ruang
tabungan midget dan media rawat inap yaitu 32,07 CFU/m3
PCA didapatkan bahwa jumlah dengan median 27,50 CFU/m3,
angka kuman udara ruang rawat nilai minimum 1 CFU/m3, dan
inap kelas 3 bedah perempuan nilai maksimum 82 CFU/m3.
di Rumah Sakit Prof.DR.M.A Hasil pengukuran suhu
Hanafiah Batusangkar tahun udara, kelembaban udara,
2015 ditemukan bakteri coccus intensitas pencahayaan dan
gram (+) (Staphylococcus kepadatan hunian di ruang
aureus, Staphiloccus epidermis, rawat inap RSUD Prof. DR.
Streptococcus sp) dan basil Hanafiah SM Batusangkar tidak
gram (+) (Bacillus sp).10 memenuhi syarat dalam
Permenkes
Tabel 2 Gambaran No.1204/Menkes/SK/X/2004.
Variabel Suhu, Kelembaban,
Intensitas Pencahayaan,
Kepadatan Hunian, dan Angka
Lempeng Total

496
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 3 Gambaran RSUD Prof. DR. M.A Hanafiah


Variabel Sistem Ventilasi SM Batusangkar menunjukkan
Ruangan bahwa tidak ada yang
N Persentase memenuhi syarat yaitu (25,97,
(%) 27,77, 27,62, 28,53, 29,90)0C.
Suhu udara yang sesuai di
Sistem Ventilasi dalam ruang rawat inap Rumah
- Alami 9 30
- Buatan 21 70 Sakit berdasarkan Permenkes
No. 1204/Menkes/SK/X/2004
Tabel 3 menunjukkan adalah jika 22-240C.
bahwa sebagian besar ruangan Pada penelitian ini semua
rawat inap di Rumah Sakit suhu udara dalam ruangan
tersebut menggunakan ventilasi tersebut tidak memenuhi syarat
buatan (AC) sebanyak 21 dikarenakan kurangnya sirkulasi
(70%) dan sebanyak 9 (30%) udara dalam ruangan, dan
ruangan menggunakan ventilasi ruangan tersebut pada saat
alami. dilakukan pengukuran suhu,
dalam keaadaan tertutup
D. Analisis Bivariat Variabel jendela dan pintunya serta
Tabel 4 Uji Beda Rerata dibukanya tirai jendela sehingga
cahaya matahari masuk ke
Suhu Udara dalam Ruangan dalam ruangan. Ada beberapa
Rawat Inap faktor lain dalam penelitian ini
Tipe Ruang N Mean Median SD Nilai Nilai Rank Pvalue
yang mempengaruhi suhu udara
rawat Inap (0C) (0C) (0C) Min. Max dalam ruangan tersebut yaitu
(0C) (0C)
VIP 6 25,97 25,65 2,56 23,5 29,0 7,17
penggunaan alat bantu sirkulasi
Kelas Utama 3 27,77 29,6 3,44 23,8 29,9 14,83 udara, jumlah pasien,
Kelas I 6 27,62 29,30 2,89 23,9 29,7 14,5 0.038
pengunjung, dan petugas yang
Kelas II 6 28,53 29,25 2,48 23,7 30,3 16,00
Kelas III 9 29,90 30,70 2,65 23,8 32,3 21,78
ada dalam ruangan tersebut
Tabel 4 menunjukkan pada waktu pengukuran suhu.
bahwa ada perbedaan Tabel 5 Uji Beda Rerata
siginifikan rata-rata suhu di Kelembaban Udara dalam
ruang rawat inap RSUD Prof. Ruangan Rawat Inap
DR. Hanafiah Batusangkar, nilai Tipe Ruang rawat N Mean Median SD Nilai Nilai Rank Pvalue
Inap (%) (%) (%) Min. Max.
(pvalue=0,038) dengan rank (%) (%)

tertinggi terdapat di kelas III. VIP 6 62,61 60,65 7,34 54,2 72,6 12,00

hasil analisa mann-withney Kelas Utama


Kelas I
3
6
66,77
66,02
71,00
68,10
7,68
4,85
57,9
59,8
71,4
70,6
19,33
16,67 0,796

menunjukkan bahwa ada Kelas II


Kelas III
6
9
66,53
65,41
67,15
66,30
3,99
4,09
59,2
59,4
70,2
71,6
16,25
15,8
perbedaan rerata suhu udara
ruangan di ruang VIP dengan
Tabel 5 menunjukkan
ruang kelas III di ruang rawat
bahwa tidak ada perbedaan
inap RSUD Prof. DR. Hanafiah
siginifikan rata-rata kelembaban
SM Batusangkar dengan nilai
di ruang rawat inap RSUD Prof
pvalue 0,011, sedangakan antara
DR. Hanafiah Batusangkar, nilai
ruang inap kelas lainnya tidak
(pvalue=0,796) dengan rank
terdapat perbedaan yang
tertinggi terdapat di ruang VIP.
signifikan.
Hasil penelitian
Hasil penelitian
pengukuran kelembaban udara
pengukuran suhu rata-rata
di ruangan rawat inap RSUD
udara di ruangan rawat inap
497
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Prof. DR. M.A Hanafiah SM 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah


Batusangkar menunjukkan jika 100-200 lux.
bahwa tidak ada kelembaban Perbedaan tersebut
udara di ruang rawat inap dikarenakan dibukanya tirai
tersebut yang memenuhi syarat jendela secara maksimal
yaitu (62,61, 66,77, 66,02, sehingga cahaya matahari lebih
66,53, dan 65,41)%. banyak masuk ke dalam
Kelembaban udara yang sesuai ruangan terutama di ruang VIP
di dalam ruang rawat inap dan kelas III.
Rumah Sakit berdasarkan Tabel 7 Uji Beda Rerata
Permenkes No. 1204 / Menkes Kepadatan Hunian di dalam
/SK/X/2004 adalah jika 45-60%. Ruangan Rawat Inap
Tipe N Mean Median SD Nilai Nilai Rank Pvalue
Tabel 6 Uji Beda Rerata Ruang
2
(m /org)
2
(m /org)
2
(m /org) Min. Max.
2 2

Intensitas Pencahayaan di rawat Inap

VIP 6 8,50 10,00 2,51


(m /org)

4
(m /org)

10 20,50 0,040

Ruangan Rawat Inap Kelas 3 4,67 6,00 2,31 2 6 11,17


Utama
Ket : *= memenuhi syarat Tipe Ruang N Mean Median SD Nilai Nilai Pvalue
Tabel 6 menunjukkan rawat Inap (lux) (lux) (lux) Min. Max.

bahwa ada perbedaan signifikan (lux) (lux)


VIP 6 152,18* 141,80 41,08 101,1 202,1
rata-rata intensitas Kelas Utama 3 212,.83 242,60 74,74 127,8 268,1

pencahayaan di ruang rawat Kelas I 6 231,42 189,40 102,88 120,6 381,8 0,04
Kelas II 6 312,90 334,15 130,35 158,6 480,6
inap RSUD Prof. DR. Hanafiah Kelas III 9 421,38 405,50 169,32 171,7 688,7
SM Batusangkar dengan nilai Kelas I 6 9,50 9,00 2,17 7 12 22,58
Kelas II 6 5,83 4,50 4,62 2 15 13,00
pvalue=0,04. Kelas III 9 5,11 4,00 4,26 2 15 10,56

Hasil analisa post hoc Tabel 7 menunjukkan


menunjukkan bahwa ada bahwa ada perbedaan
perbedaan rerata intensitas siginifikan rata-rata kepadatan
pencahayaan anatar ruang VIP hunian di ruang rawat inap
dengan ruang kelas II dan kelas RSUD Prof DR. Hanafiah
III yaitu dengan pvalue masing- Batusangkar, nilai (pvalue=0.040)
masing 0,034 dan 0,000. Ada dengan rank tertinggi terdapat di
perbedaan rerata intensitas ruang kelas I.
pencahayaan anatar ruang Hasil analisa mann-
kelas utama dengan ruang kelas withney menunjukkan bahwa
III dengan pvalue 0,019. Dan ada ada perbedaan rerata
perbedaan rerata intensitas kepadatan hunian antara ruang
pencahayaan anatar ruang VIP dengan ruang kelas 3
kelas I dengan ruang kelas III dengan nilai pvalue 0.035, ada
dengan pvalue 0,008. perbedaan rerata kepadatan
Hasil penelitian hunian antara ruang kelas
pengukuran intensitas Utama dengan kelas I dengan
pencahayaan udara di ruangan nilai pvalue 0.019, dan ada
rawat inap RSUD Prof. DR. M.A perbedaan rerata kepadatan
Hanafiah SM Batusangkar hunian kelas I dan kelas III
menunjukkan bahwa hanya di dengan nilai pvalue 0.033.
ruang rawat inap VIP yang . Hasil penelitian
memenuhi syarat yaitu 152,8 penghitungan kepadatan hunian
lux. Intensitas pencahayaan udara di ruangan rawat inap
yang sesuai di dalam ruang RSUD Prof. DR. M.A Hanafiah
rawat inap Rumah Sakit SM Batusangkar menunjukkan
berdasarkan Permenkes No. bahwa tidak ada yang
498
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

memenuhi syarat yaitu (8.50,


4.67, 9,50, 5,83, dan 5,11) KESIMPULAN
m2/orang. Kepadatan Hunian 1. Berdasarkan hasil
yang sesuai di dalam ruang laboratorium mennjukkan
rawat inap Rumah Sakit bahwa tidak ditemukan
berdasarkan Permenkes No. keberadaan bakteri
1204/Menkes/SK/X/2004 adalah Staphylococcus aureus di
jika ≥10 m2/orang ruang rawat inap RSUD Prof.
Pada saat observasi DR. Hanafiah SM
pengunjung lebih banyak Batusangkar.
didapati pada beberapa ruang 2. Rata-rata angka lempeng
seperti VIP, kelas Utama, dan total udara di ruang rawat
kelas III, namun luas ruangan inap RSUD Prof. DR.
yang berbeda-beda sehingga Hanafiah SM Batusangkar
mempengaruhi kepadatan yaitu d ruang VIP (37,83
hunian ruangan. CFU/m3), kelas utama (13,67
Tabel 8 Uji Beda Rerata CFU/m3), kelas I (30
Angka Lempeng Total di dalam CFU/m3), kelas II (32,83
Ruangan Rawat Inap CFU/m3), dan kelas III (35,22
Tabel 8 menunjukkan Tipe Ruang N Mean
3
Median
3
SD
3
Nilai Min.
3
Nilai Pvalue

rawat Inap (CFU/m ) (CFU/m ) (CFU/m ) (CFU/m ) Max.


bahwa tidak ada perbedaan (CFU/m )
3

yang bermakna rata-rata Angka VIP


Kelas Utama
6
3
37,83
13,67
47,00
14,00
24,68
2,52
3
11
66
16

Lempeng Total di ruang rawat Kelas I


Kelas II
6
6
30,00
32,83
23,00
31,50
26,97
18,39
1
5
69
60
0,650

inap RSUD Prof. DR. Hanafiah Kelas III 9 35,22 27,00 24,67 6 82

SM Batusangkar dengan nilai CFU/m3).


pvalue=0,650. 3. Rata-rata suhu udara di
Tabel 9 Uji Korelasi dalam ruang rawat inap di
Variabel Penelitian dengan inap RSUD Prof.Dr.Hanafiah
Angka Lempeng Total SM Batusangkar yaitu di
ruang VIP (25,970C), kelas
Variabel n r Pvalue utama (27,770C), kelas I
Suhu 30 0,327 0,078 (27,620C), kelas II (28,53 0C),
Kelembaban 30 0,270 0,150
dan kelas III (29,900C).
Intensitas 30 0,195 0,303
4. Rata-rata kelembaban
Pencahayaan
ruangan di ruang rawat inap
Kepadatan 30 -0,330 0,075
RSUD Prof.Dr.Hanafiah SM
Hunian
Batusangkar yaitu VIP
Tabel 9 menunjukkan (62,61%), kelas Utama
bahwa tidak ada hubungan yang (66,77%), kelas I (66,02%),
signifikan antara suhu, kelas II (66,53%), dan kelas
kelembaban udara, intensitas III (65,41%).
pencahayaan, dan kepadatan 5. Rata-rata intensitas
hunian dengan Angka Lempeng pencahayaan dalam ruang
Total di ruang rawat inap RSUD rawat inap di inap RSUD
Prof. Dr. Hanafiah Batusangkar Prof.Dr.Hanafiah SM
dengan pvalue>0,05. Batusangkar yaitu di ruang
VIP (152,18 lux), kelas utama
(212,83 lux), kelas I (231,41
lux), kelas II (312,90 lux), dan
kelas yaitu (421,38 lux).

499
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

6. Rata-rata kepadatan hunian dengan Angka Lempeng


di ruang rawat inap RSUD Total di ruang rawat inap
Prof.Dr.Hanafiah SM RSUD Prof. DR. Hanafiah
Batusangkar yaitu di ruang SM Batusangkar.
VIP (8,50 m2/orang), kelas 14. Tidak ada hubungan
utama (4,67 m2/orang), kelas signifikan antara kelembaban
I (9,50 m2/orang), kelas II udara dengan Angka
(5,83 m2/orang), dan kelas III Lempeng Total di ruang
(5,11 m2/orang). rawat inap RSUD Prof. DR.
7. Hasil obeservasi pada Hanafiah SM Batusangkar.
penelitian diperoleh hasil 15. Tidak ada hubungan
bahwa sistem ventilasi yang signifikan antara intensitas
digunakan di ruang rawat pencahayaan dengan Angka
rawat inap RSUD Lempeng Total di ruang
Prof.Dr.Hanafiah SM rawat inap RSUD Prof. DR.
Batusangkar yaitu sebagian Hanafiah SM Batusangkar.
besar ruangan rawat inap di 16. Tidak ada hubungan
Rumah Sakit tersebut signifikan antara kepadatan
menggunakan ventilasi hunian dengan Angka
buatan (AC) sebanyak 21 Lempeng Total di ruang
(70%) dan sebanyak 9 (30%) rawat inap RSUD Prof. DR.
ruangan menggunakan Hanafiah SM Batusangkar.
ventilasi alami.
8. Ada perbedaan signifikan DAFTAR PUSTAKA
rata-rata suhu udara di ruang
1. Cut, Culianti Muli. Pengaruh
rawat inap RSUD Prof. DR.
Kualitas Pelayanan Kesehatan
Hanafiah SM Batusangkar.
Terhadap Kepuasan Pasien
9. Tidak ada perbedaan
Rawat Inap di Puskesmas
signifikan rata-rata
Kota Medan. Tesis. SPS USU,
kelembaban udara di ruang
Medan, 2009
rawat inap RSUD Prof. DR.
2. Tietjen L. Panduan
Hanafiah SM Batusangkar.
Pencegahan Infeksi untuk
10. Ada perbedaan signifikan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
rata-rata intensitas
dengan Sumber Daya
pencahayaan di ruang rawat
Terbatas. Jakarta: Yayasan
inap RSUD Prof. DR.
Bina Pustaka; 2004.
Hanafiah SM Batusangkar.
3. Hedblom EC, Smulders M,
11. Ada perbedaan secara
Lapetina E, Gemmen E. The
signifikan rata-rata
Burden of Staphylococcus
kepadatan hunian di ruang
aureus Infection Hospitals in
rawat inap RSUD Prof. DR.
The United State.
Hanafiah SM Batusangkar.
2011;165:1756–61.
12. Tidak ada perbedaan
4. Kanafani , Zeina A. and Vance
signifikan rata-rata Angka
G. Fowler Jr. Staphylococcus
Lempeng Total udara di
aureus Infections: New
ruang rawat inap RSUD Prof.
Challenges from an Old
DR. Hanafiah SM
Pathogen. Division of
Batusangkar.
Infectious Diseases, Duke
13. Tidak ada hubungan
University Medical Center,
signifikan antara suhu udara
Durham, NC. Enferm Infecc
500
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Microbiol Clin 2006;24(3):182- Udara Ruang Rawat Inap


93 Kelas 3 Bedah Perempuan Di
5. Wikansari, Nurvita , Retno Rumah Sakit Prof.Dr.M.A
Hestiningsih dan Budi Raharjo. Hanafiah Batusangkar Tahun
Jurnal Kesehatan Masyarakat: 2015. Karya Tulis Ilmiah.
Pemeriksaan Total Kuman Padang : Poltekkes Kemenkes
Udara dan Staphylococcus Padang, 2015
aureus Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit X Kota
Semarang. Tahun 2012.Vol 1 ,
Nomor 2, , Hal 384 – 392
6. Widiawati R. Hubungan Faktor
Lingkungan Fisik dan Kegiatan
Sterilisasi dengan Angka
Kuman Udara di Ruang
Intensive Care Unit (ICU)
RSUD Tugurejo Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2010;30(8):37.
7. Paulutu S, Kadir S, Bialangi S.
Pengaruh Lingkungan Fisik
dan Jumlah Pengunjung
Pasien Terhadap Keberadaan
Staphylococcus aureus Pada
Udara Ruang Rawat Inap
Kelas II dan III RSUD Toto
Kabila. Jurnal Kesehatan.
2015;2 (1):7-9
8. Velázquez-Guadarrama N,
Olivares-Cervantes AL,
Salinas E, Martínez L,
Escorcia M, Oropeza R, et al.
Presence of environmental
coagulase-positive
staphylococci, their clonal
relationship, resistance factors
and ability to form biofilm. Rev
Argent Microbiol [Internet].
2016;49(1):15–23.
9. Plata, Konrad., Adriana E.
Rosato2 and Grzegorz
Węgrzyn. Staphylococcus
aureus as an infectious agent:
overview of biochemistry and
molecular genetics of its
pathogenicity. 11 December,
2009. Vol. 56 No. 4/2009, 597–
612
10. Vanny Anggesta, Tio.
Gambaran Angka Kuman

501

You might also like