You are on page 1of 13

297

PENGELOLAAN KELEMBAGAAN BUMDes


DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
KEMANDIRIAN
DAN KEBERLANJUTAN DESA

Moh. As’adi, Ansari


Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng Banyuwangi
e-mail: asadi.bwi@gmail.com,
asadi.bwi@gmail.com Ansaridosen1@gmail.com

Abstract

The independence
ependence and sustainability of BUMDes is part of the ideals of
national development. As one of the economic institutions that operate in rural
areas, BUMDes must have differences with economic institutions in general.
This is intended so that the existence
existence and performance of BUMDes is able to
contribute significantly to the improvement of the welfare of villagers. The
purpose of bumdes institutional management is to provide services for
productive business, especially for rural poor groups, reduce the prac practice of
rent and the release of money, create equitable effort, and increase the income
of rural communities. As for this research, using qualitative research is a
traditional understanding process based on methodological research of various
social or humanan problems. While the data and data sources needed in this study
are; primary data and skunder data. There are primary data, namely: 1) Focus
group discussion (FGD), and discussions based on questions that have been
prepared by researchers 2) Observation 3) Interviewing in depth, then the
researcher analyzes the results of the interview. The results showed that the
institutional management of BUMDes can improve village service standards,
and must always be improved so that the improvement of independence,
sustainability, and village defense can be achieved in accordance with the
principles in the institutional management of BUMDes: 1) Cooperative, 2)
Participatory, 3) Emancipatory, 4) Transparent, 5) Accountable, 6)
Sustainable. Thus BUMDes can put forward the principle of gotong royong for
rural communities to increase and accelerate rural economic growth. One of
the main points is the support and supot of the village government in an effort to
increase village independence in the pre-economic
pre builder of thee community.

Keywords: Bumdes Management, Independence, Village Sustainability


Moh. As’adi Ansari

Abstrak

Kemandirian dan keberlajutan BUMDes merupakan bagian dari cita cita-cita


pembagunan nasional. Sabagai salah satu lembaga ekonomi yang bereoperasi
dipedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi
pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes
mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan
kesejahteraan warga desa. Tujuan pengelolaan kelembagaan BUMDes untuk
memberikan pelayanan
layanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama bagi
kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktik ijon (rente) dan pelepasan
uang, menciptakan pemerataan berusaha, dan meningkatkan pendapatan
masyarakat desa. Adapun penelitian ini, menggunakan penelitian
penelitian kualitatif
yaitu sebuah proses pemahaman tradisional berdasarkan penelitian
metodologis dari berbagai masalah sosial atau manusia. Sedangkan data dan
sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu; data primer dan data
skunder. Adapaun data primer
primer yaitu: 1) Focus group discussion (FGD), dan
diskusi yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan
pertanyaan pertanyaan yang sudah disiapkan
peneliti 2) Observasi 3) Mewawancara secara mendalam, kemudian peneliti
menganalis hasil dari wawancara. Hasil penelitian menunjukkan ba bahwa,
pengelolaan kelembagaan BUMDes dapat peningkatan standar pelayanan
desa, dan harus selalu ditingkatkan agar penigkatan kemandirian,
keberlanjutan, dan ketahan desa dapat tercapai sesuai dengan prinsip
prinsip-prinsip
dalam pengelolaan kelembagaan BUMDes: 1) Kooperatif, 2) Partisipatif, 3)
Emansipatif, 4) Transparan, 5) Akuntabel, 6) Sustainabel. Dengan demikian
BUMDes dapat mengedepankan prinsip gotong royong bagi masyarakat desa
untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi perdesaan. Salah
satu point
nt paling utama yaitu dukungan dan supot dari pemerintah desa dalam
upaya meningkatkan kemandirian desa dalam pembangun prekonomian
masyarakat.

Kata Kunci: Pengelolaan BUMDes, Kemandirian, Keberlanjutan Desa

A. PENDAHULUAN
Usaha yang dijalankan oleh masyarakat
masyarakat lokal (BUMDes) milik desa merupakan
bagian dari desa karena BUMDes bertujuan untuk memajukan perekonomian desa dan
meningkatkan kemandirian desa.
BUMDes, sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat, berperan sebagai
organisasi sosial dan komersial
komersial BUMDes sebagai organisasi komersial dengan ciri yang
utama, yaitu: 1). BUMDes 2). Dana dari desa 51% Dana yang diperoleh dari masyarakat
melalui saham (saham atau penyertaan) 49% 3) Operasi berdasarkan filosofi bisnis dan
berdasarkan budayanya 4) Wilayah berdang/usaha yang telah dikuasai 5) Pendapatan akan
dialokasikan terhadap peningkatan SDM masyarakat dan anggota 6) Dukungan dari
komite desa. Usaha tersebut harus diawasi oleh permeintah desa. Dalam mengembangkan

66 | Vol. 16, No. 1 Maret 2022


Pengelolaan Kelembagaan Bumdes Dalam Upaya ....

usaha, Anda harus selalu menekankan prinsip


prinsip efisiensi dan efektivitas untuk beradaptasi
dengan karakteristik, keterampilan, dan sumber daya lokal setiap desa. Peraturan
tambahan BUMDes diatur dengan peraturan daerah (Perda).127
Tanggung jawab dan fungsi pemerintah dalam menyebarluaskan informasi ddan
mengedukasi masyarakat pedesaan tentang pentingnya BUMDes dalam meningkatkan
kepentingan masyarakat secara umum. Melalui pemerintah desa, masyarakat aktif, peka
dan siap dibangun. Oleh karenanya, harus mengadopsi konsep sistem ekonomi baru, yaitu
sistem ekonomi dengan fungsi sosial dan komersial, sesuai dengan karakteristik desa,
nilai-nilai
nilai kehidupan dan menghormati.
Bagaimana seharusnya perusahaan komersial mengoperasikan BUMDes secara
profesional dan mengapa? Karena ini adalah fungsi perusahaan. Di si sisi lain, sejak
berdirinya BUMDes, penguatan ekonomi mikro kelompok masyarakat telah memperoleh
peluang untuk pengembangan kapasitas.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dalam proses pembentukan atau
pendirian BUMDes banyak melibatkan masyarakat untuk untuk menjadi partisipasi aktif dalam
muyawarah desa. Kemandirian dan keberlajutan merupakan prinsip gotong royong bagi
masyarakat desa untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi perdesaan.
Salah satu point paling utama yaitu dukungan dan supot dari
dari pemerintah desa dalam upaya
meningkatkan kemandirian desa dalam pembangun prekonomian masyarakat. Selain itu,
peningkatan standar pelayanan desa harus selalu ditingkatkan agar penigkatan
kemandirian, keberlanjutan, dan ketahan desa dapat tercapai sesuai dengan tujuan utama.
BUMDes adalah badan hukum yang membawahi berbagai entitas ekonomi
pedesaan, termasuk keuangan/lembaga keuangan mikro, dan UMKM. Saat ini, BUMDes
memiliki peluang yang sangat besar dalam menjalankan dan mengelola kesejahteraan
masyarakat at desa melalui BUMDes seperti memberikan layanan yang memenuhi standar,
distribusi, perdagangan hasil pertanian, dan usaha skala kecil (ibu-ibu
(ibu ibu rumah tangga
perdesaan).

B. METODE PENELITIAN
Studi pengelolaan BUMDes merupakan penelitian kualitatif. Creswell
mengatakan:128 "Penelitian kualitatif adalah proses pemahaman tradisional berdasarkan
penelitian metodologis dari berbagai masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat
gambar yang kompleks dan komprehensif, menganalisis teks, memberikan pandangan
informasi rinci dan melakukan penelitian di lingkungan alam. Metode kualitatif
merupakan metode yang didasakan pada fenomina atau kondisi sosial yang dialami
masyarakat. Data dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data skunder.129 Adapaun data primer yaitu: 1) Focus group discussion (FGD),

127
Siste Pengembangan (PPDSP), Pedoman Pendirian dan Pengelolaan Pedesaan,
Pusat Penelitian Dinamika Sistem
Fakultas Ekonomi, UB, Malang, 2007, 4.
128
Creswell, John W. Desain Penelitian: Metode Kualitatif dan Kuantitatif, Terjemahan: Kelas III dan Kelas IV
KKUI, Jakarta, 2002, 40.
129
Fauzi, A. R.,., & Ansari, A. (2020). ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MEDIA
ELEKTRONIK BERDASARKAN KUH PERDATA DAN UNDANG-UNDANG UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

Vol. 16, No. 1 Maret 2022 | 67


Moh. As’adi Ansari

dengan perwakilan perangkat desa dan PRB Desain terstruktur diskusi kelompok antar
pengelola, BUMD, kelompok masyarakat, dan peserta desa Diskusi didasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan
pertanyaan yang disiapkan
disiapkan peneliti terlebih dahulu sesuai kebutuhan 2)
Observasi: Selama periode penelitian fenomena dan lingkungan di lapangan akan
dilakukan secara berkala dan berulang-ulang.
berulang ulang. 3) Mewawancara secara mendalam dengan
berbagai pihak yang kaitanya dengan penelitian ini, kemudian peneliti menganalis hasil
dari wawancara.

C. PEMBAHASAN
1. Pemerintah Desa Binaan BUMDes
Pemerintah desa binaan BUMDes mengelola hasil BUMDes dengan ikut
mengawasi rencana kerja yang diselenggarakan BUMDes untuk memajukan
pembangunan desa. Kader wajib melaksanakan apa yang sudah menjadi
tanggungjawabnya yaitu melaksnakan fungsi dan kewenangan yang telah diberikan
oleh organisasi. Adapun pelaksanaan pengelolaan BUMDes harus sesuai dengan SOP
organisi yang telah dibentuk, sedangkan yang kerap terjadi
terjadi pengelola BUMDes
menghadapi beberapa kendala dalam mengembangkan BUMDes, seperti:
Keterlambatan pencairan dana membuat pembangunan BUMDes terkesan lamban, dan
masyarakat tidak ikut serta dalam pemeliharaan BUMDes, namun tantangan bagi
pemerintah desa bukanlah
bukanlah pedoman penyelenggaraan melainkan sulitnya
berkomunikasi dengan para penentu kebijakan yaitu kepala desa. Adapun tujuan
tersebut merupakan bentuk dari semangat para penguirus dan anggota untuk
membangkitkan pengelolaan BUMDes dan memperkuat prekonomi prekonomian masyarakat,
oleh karena itu ada 4 point dalam menjalankan dan mengelola BUMDes yaitu:
a. Mediator adalah pelaksanaan rencana kerja pemerintahan desa dalam memberikan
akomodasi BUMDes
b. Pemerintah desa sebagai mediator untuk melatih dan memberikan motivasi tterhadap
pengelola BUMDes
c. Berpartisipasi dalam pelaksanaan rencana kerja BUMDes untuk memastikan bahwa
kepemimpinan masing-masing
masing masing kelurahan disosialisasikan sehingga dapat
memimpin kelurahan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
d. Sebagai otorisasi, BUMDES
BUMDES dikelola sesuai dengan prosedur operasi standar
(SOP).
Dantika dan Januardi,130 menyatakan bahwa pendirian dan pembentukan
BUMDes merupakan bentuk pertanggungjwaban pemerintah desa dalam
mengkoordinasikan dari semua unsur yang terkait. Salah satunya, me mengupayakan
peningkatan PAD, untuk mensejahterakan masyarakat setempat sehinga rencana dan
proyek nasional mengalir terhada BUMDes. Dalam Sukamto Sato, dkk., (2019),131
yang menjelaskan “Penyelenggaraan urusan umum dan kepentingan masyarakat

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. Ar-Risalah: Ar Risalah: Media Keislaman, Pendidikan
dan Hukum Islam, 18(1), 114-141.
141.
130
Dantika, Janurdi. Dampak terhadap kesejahteraan BUMDes, 2013, 73.
131
Sukamto Sato, dkk., (2019). Sosialisasi Terhadap Pendirian dan Pembentukan BUMDes ditinjau dari Undang
Undang-
Undang No, 6 Tahun 2014 tentang Desa, Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 3(2),
3(2 182-190.

68 | Vol. 16, No. 1 Maret 2022


Pengelolaan Kelembagaan Bumdes Dalam Upaya ....

kerangka kesatuan sistem pemerintahan NKRI.”132 Pemdes


setempat dalam kerangka
bertanggung jawab untuk mengawasi pendanaan BUMDes masyarakat. Pemdes harus
aktif berpartisipasi dan mewujudkan pelaksanaan kegiatan BUMDes yang meliputi
rencana, mengawasi, dan pemberian modal untuk pembangunan
pemba yaitu:
a. Pengurus dan anggota (LPMD, RT/RW, Karang Taruna, PKK, TOGA, dan
TOMAS).
b. Organisasi BUMDes independen bukan pemerintah pedesaan, dan BUMDes
dilaksanakan dengan keputusan.
c. Kekuasaan pengawasan pengelolaan BUMDes dialihkan kepada Dewan Pengawa
Pengawas.
Badan pengawasan terdiri atas lembaga-lembaga
lembaga lembaga desa dan sesuai dengan peraturan
desa.
d. Modalnya bukan BUMD milik negara.
e. BUMDes dibangun dengan perhatian dan kesadaran masyarakat pedesaan akan
pentingnya BUMDes dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (termasuk UU No. 22/1999 sebelumnya)
dan Keputusan Pemerintah No. 71 Tahun 2005 tentang Desa.133
BUMDes merupakan lembaga desa dengan tujuan untuk meningkatkan PAD dan
dapat menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai instansi swasta maupun
pemerinta sehingga dapat mensejahterakan masyarakat setempat dalam mewujudkan
dan memperkuat kemadirian dan keberlanjutan desa.

2. Prinsip-prinsip
prinsip Pengelolaan BUMDes
Pengembangan badan usaha milik desa membutuhkan data yang akurat sehingga
dapat menjadi sebuah informasi yang akan memberikan dampak terhadap
pengembangan ekonomi dengan demikian seperti Pemdes, Pemerintah Daerah dapat
memberikan sumbangsih dalam peningkatan produktivitas dari BUMDes itu sendiri.
Tujuan berdirinya
berdirinya BUMDes dengan menyediakan layanan untuk memenuhi
kebutuhan produksi, terutama masyarakat miskin pedesaan, mengurangi kendala utang
(sewa), dan dengan menciptakan perusahaan yang adil untuk mengeluarkan dana.
Peluang masyarakat desa dan pendapatan yang lebih le tinggi. Ciri--ciri masyarakat
perdesaan yang menerima pelayanan dasar BUMDes:
a. Masyarakat desa yang sebagian besar mata pencahariannya mengandalkan
pertanian, memenuhi kebutuhan sehari-hari
sehari hari berupa pangan, sandang, papan, dan
melakukan kegiatan ekonomi komersial
ko informal;
b. Pendapatan tergolong sangat rendah dan sulit dicadangkan Masyarakat pedesaan
dengan tambahan modal untuk pengembangan usaha, banyak masyarakat yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya
sehari harinya berakhir di tangan pengusaha yang
memiliki modal
odal lebih. Oleh karena itu, secara umum BUMDes dibentuk untuk:
1) Menaikkan standar pelayanan minimal untuk mengembangkan pelayanan publik
di desa,
2) Memperkuat kerja produktif desa sebagai daerah otonom untuk mengentaskan
kemiskinan, pengangguran, dan memperluas
memperl sawah; dan

132
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa
133
PP. No. 71 tahun 2015 tentang Perdesaan

Vol. 16, No. 1 Maret 2022 | 69


Moh. As’adi Ansari

3) Memperkuat kemandirian dan kapasitas desa dan masyarakat untuk memperkuat


ekonomi pedesaan.

3. Pembangunan Perdesaan Badan Usaha Perdesaan (BUMDes)


Pembangunan pedesaan harus dilihat sebagai upaya percepatan dan
menyediakan tempat, infrastruktur,
infrastruktur, dan mempercepat pembangunan ekonomi di daerah
yang efisien dan berkelanjutan. Siagyan,134 meyakini dalam mempercepat terwujudnya
pembagunan SDM merupakan alasan utama kemerdekaan Indonesia.135 Tujuan dari
penmgembangan SDM yaitu hasil yang memuaskan dan dapat dapat dipergunakan dengan
136
baik.
Adisasmita,137 menyatakan bahwa terdapat strategi pembangunan ekonomi yang
komprehensif dan menyeluruh, meliputi 7 metode untuk mempercepat dan
mewujudkan pembagunan pedesaan yaitu: 1). Pemerataan 2). Kemandirian dan
keberlanjutan
tan 3). Lingkungan yang beragam 4). Koordinasi dan pengentasan
kemiskinan 5). Berkomunikasi yang atif dengan Pemdes dan melalui berbagai saluran
dan bentuk persuasi dan media pendidikan untuk melakukan komunikasi dua arah
horizontal, diagonal, dan berkesinambungan. Keenam, titik
formal, informal, vertikal, horizontal,
inisiatif adalah pemerintah daerah dan kelompok masyarakat di masyarakat pedesaan
yang mengumpulkan informasi, mengambil keputusan dan mengambil keputusan,
melaksanakan dan memantau kebijakan. Melaksanakan
Melaksanakan kegiatan secara komprehensif,
berjejaring dan berkesinambungan. Ketujuh,, indikator kinerja yang dicapai didasarkan
pada solusi strategis terhadap permasalahan pedesaan; Tentang kependudukan dan
berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan keadilan, keadilan,
kesejahteraan, dan peran serta masyarakat terkait dengan tujuannya.

4. Strategi Pengelolaan BUMDesa


Tanpa dukungan SDM yang profesional dan dukung SDA sangat sulit untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaa. Elsa138 memberikan pandangan
tentang
ntang strategi dalam membagun dan meningkatkan kemadirian desa dengan melalui
peningkatan potensi sehingga dapat menjamin dan memanfaatkan potensi yang ada
secara optimal. Selain itu dengan meningkatkan SDM, masyarakat dapat
mempromosikan hasil dari usaha yang sudah dilakukan.
Karena potensi desa dan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, efek
sinergi secara bertahap telah tercipta. Tidak hanya kuantitas, tetapi juga kualitas sangat
menentukan pembangunan pedesaan. Oleh karena itu, saya berharap desa ini bisa maju
dengan kemajuan. Mengubah desa menjadi semakin sulit. Adaptasi lansekap akan
mempengaruhi perkembangan lansekap itu sendiri. Salah satu cara untuk mewujudkan

134
Siagian, Sondang P. Badan Pengembangan, Jakarta: PT. Bumi Aksala, 2005, 56.
135
Adisasmita, Rahadjo, Membagun Desa Perkotaan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, 58.
136
Sumpeno, Wahjudin, Merencanakan Desa Terpadu, Banda Aceh: Baca UU No. 6 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Desa.
137
Adisasmita, Rahardjo, Membagun Desa Perkotaan,.... 81.
138
Elsa, Lembang Nagari Batu Banyak, Kabupaten Solok Strategi Pengembagan Desa Tertinggal, 2014, 52.73.

70 | Vol. 16, No. 1 Maret 2022


Pengelolaan Kelembagaan Bumdes Dalam Upaya ....

perekonomian pedesaan adalah dengan menciptakan lembaga komersial yaitu


BUMDes.
Mengembangkan
embangkan ekonomi tidak dapat dilihat secara kasap mata dan masih ada
masalah jaminan sosial di semua sektor masyarakat untuk menyelesaikan masalah ini.
Dengan demikian, untuk menjamin keberlangsungan pembangunan pedesaan dapat
menggandeng Pemdes sehingga sasaran dan target pelaksanaan sesuai dengan program
rencana yaitu kemandirian dan keberlanjutan desa.
Tujuan dasar pendirian badan usaha atau BUMDes merupakan untuk
meningkatkan dan mengubah pola pikir masyarakat dan dapat meningkatkan SDM
masyarakat yang libih baik, namun ada beberapa tantangan dalam mengelola
BUMDes, antara lain:
a. Pengalaman dan tidak memiliki mitra
b. Penguatan SDM masyarakat
c. Melihat potensi pengelolaan;
d. Meningkatkan SDM pengelola BUMDes
e. Transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan.
Atas
as dasar ini, tantangan pengelolaan BUMDes terutama fokus pada pelayanan
dan administrasi yang lebih baik, sehingga pemerintah dapat menjalankan fungsi dan
memberikan kontribusi untuk kemajuan desa. Dilaporkan oleh Koristia Berlian
lain,139 antara lain yaitu:
Ramadana dan lain-lain,
a. Sumber keuangan PAD
b. Mensejahterakan masyarakat pedesaan
c. Meningkatkan potensi masyarakat pedesaan.
Pengelolaan BUMDes memiliki beberapa kontribusi yang dapat memberikan
dan mempertahankan program pembangunan yang ada di pedesaan. Hal in ini akan dapat
menciptakan PAD yang lebih besar ketika masyarakat pedesaan profesional sehingga
dapat memiliki keterampilan yang sesuai untuk mengelola BUMDes. BUMDes harus
terkelola oleh tenaga yang profesional sehingga dapat mempresentasikan dan
menjabarkan unsur-unsur
unsur pemerintah desa, unsur masyarakat, dan keutuhan struktur
organisasi secara keseluruhan. BUMDes menjadikan desa mandiri dan mengelola
derajat desa untuk meningkatkan pendapatan asli desa. Ke depan, desa dapat menjadi
model pengelolaan dana desa, desa, menyempurnakan strategi pelaksanaan rencana
pembangunan fasilitas BUMDes, bermanfaat bagi masyarakat dan bermanfaat bagi
masyarakat.

5. Kemandirian Desa Berbasis Kemampuan Lokal


Otonomi desa merupakan kondisi yang mencerminkan kemauan kuat
masyarakat untukuk maju, menghasilkan produk atau pekerjaan yang dibanggakan desa,
dan kemampuan desa dalam memenuhi kebutuhannya.
Tata Kelola Kelembagaan BUMDes adalah dasar dalam mendorong
perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan potensi SDA dan sumber sumber-sumber
lainnya.. Perusahaan Pedesaan (BUMDes) tertarik dalam pembangunan sosial lokal.

139
Koristya Berlian Ramadana, dkk., Badan Usaha Pedesaan Hadir Untuk Memperkuat Prekonomian Pedesaan,
Malang, 2013, 47.

Vol. 16, No. 1 Maret 2022 | 71


Moh. As’adi Ansari

Menghargai dan memberikan semangat dan perhatian yang marginal untuk menjadikan
masyarakat lebih kreatif dan efisien. Strategi pengelolaan BUMDes adalah secara
bertahap mempertimbangkan
mempertimbangkan pengembangan inovatif BUMDes (sesuai Pasal 25
Permendesa),140 meliputi:
a. Sosialisasi dan pelatihan BUMDes;
b. Diskusi masyarakat tentang Bumdes;
c. BUMDes masyarakat pengolah (bisnis sosial dan sewa);
d. Analisis profitabilitas BUMDes, dengan fokus pada perantara, holding,
olding, bisnis sosial
(bisnis sosial), bisnis keuangan (keuangan komersial) dan persewaan komersial
(leasing), termasuk teknologi dan teknologi, manajemen Dan aspek kepegawaian,
komersial, badan hukum , dan perencanaan bisnis;
e. Kerjasama antara masyarakat dengan
dengan BUMDes atau dari sektor lainnya.
f. Bentuk BUMD diversifikasi usaha, fokus pada perusahaan keuangan (financial
company), joint venture (perusahaan induk).
Setidaknya lima (5) prinsip harus diperhatikan dalam pengelolaan perusahaan
pedesaan yaitu141 :
a. Kolaborasi
laborasi : dari berbagai komponen upaya mengembangkan usahanya.
b. Bekerjasama: seluruh komponen yang ikut serta dalam mamajukan dan
mengembangkan BUMDes tidak melihat emansipasi.
c. Transparansi : mempengaruhi kepentingan masyarakat, masyarakat dapat
mengetahui kegiatan dan pelaksanaan rencana BUMDes yang dilaksanakan.
d. Tanggung jawab : semua kegiatan bisnis harus dipertanggung jawabkan.
e. Tindak lanjut dan terus-menerus
terus
Oleh karena itu, kuatnya perekonomian masyarakat desa memerlukan kerjasama
untuk meningkatkan n persatuan seluruh elemen desa, termasuk antara pemerintah desa
dan antar masyarakat dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan.
Keberadaan BUMDes saat ini dengan tujuan untuk menjamin kemadirian
masyarakat sekaligus dapat menghasilkan pendapatan
pendapatan bagi pendapatan awal desa.
Pengelolaan seluruh kelembagaan desa (BUMDes) merupakan dasar untuk memajukan
perekonomian masyarakat pedesaan melalui pemanfaatan SDA dan potensi potensi-potensi
lain yang dimiliki masyarakat desa.
Melalui keberadaan dan pengelolaan
pengelolaan BUMDes, peningkatan perekonomian dan
pengembangan kesempatan kerja di masyarakat akan menjadikan desa mandiri,
sehingga permasalahan yang selalu melingkupi desa akan hilang. Namun, jika ada
kerjasama yang erat antara pemerintah pedesaan dan masyarakat, pencapaian
kemandirian pedesaan melalui pengelolaan perusahaan pedesaan akan berhasil.

6. Faktor penghambat pengembangan BUMDes


Pertama, faktor aksesibilitas. Panduan operasi standar tidak
disertakan.Meskipun panduan umum sudah ada, masalahnya persis sama ddengan
deskripsi sebelumnya. Pembentukan BUMDes tidak berpengaruh terhadap faktor

140
PERMENDAGRI No. 39 Tahun 2010 tentang Perusahaan Perdesaan.
141
Purnomo, Joko, Pembentukan Desa dan Pengelolaan
Pe Badan Usaha Swasta, Jakarta: Tim Infest, 2016, 9.

72 | Vol. 16, No. 1 Maret 2022


Pengelolaan Kelembagaan Bumdes Dalam Upaya ....

koherensi desa atau aktor yang disosialisasikan dengan tingkat sosialisasi yang
rendah.142
Kedua, ketersediaan sumber daya manusia. Diharapkan acuan gagasan besar
BUMDes adalah gagasan pengurus yang berkuasa. Namun kenyataannya BUMD sulit
memilih warga desa yang dianggap paham dan paham. Mereka dapat menyelesaikan
tugas-tugas
tugas BUMDes. Ini dapat diubah menjadi pendekatan yang sederhana dan
realistis. Biarkan penduduk desa menyelesaikannya
menyelesaikannya secara metodis, hati
hati-hati dan
lengkap.
Ketiga, tidak mungkin mengelola BUMDes. Penghalang yang sama pentingnya
adalah ketidakmampuan administratif BMD internal, sehingga departemen administrasi
pedesaan pada akhirnya akan mengambil alih fungsi dan kekuasaannya. Frustrasi batin
BUMDes dengan pengendalian diri mencerminkan bahwa BUMDes belum dibentuk
menjadi pesawat yang bisa difoto. Karena tidak memenuhi syarat sebagai kawasan
bisnis. Bagaimana sebuah perusahaan dengan perputaran modal memungkinkan untuk
mengelola aktor dari internal.

7. Faktor Pendorong Pengembangan BUMDes


Pertama, penyempurnaan konsep BUMDes, penyempurnaan konsep yang
dipertimbangkan, adalah rincian empat tahapan khusus, termasuk persiapan,
pembuatan, pengelolaan dan pendaftaran. Lebih dari 10%. Hal ini menunjukkan bahwa
lebih dari 70% langkah tidak berguna. Pasalnya, pekerjaan-pekerjaan
pekerjaan pekerjaan yang sudah
dilaksanakan dapat memakan waktu yang sangat lama, dengan berbanding terbalik
dengan ketersediaan warga desa untuk berpartisipasi di setiap
se tahapan.143
Pekerjaan perbaikan konsep yang akan diterapkan dalam rencana program yang
akan dilaksanakan pastinya sebelum dan sesudah pelaksanaan program tersebut akan
dilaksanakan evaluasi secara rutin sehingga pelaksanaan program dapat berjalan
dengan lancar dan tidak menghilangkan langkah-langkah
langkah langkah mendesak yang harus diatasi
oleh setiap orang yang melakukan langkah-langkah
langkah tersebut.
Kedua, urutan aktor sosial menjalankan fungsi dan kewenanganya. Menurut
perjalanan pendirian BUMDes yang menjadi acuan dalam dalam menyusun dan
merencanakan program ataupun proyek untuk meningkatkan ekonomi desa kuarng
lebih 50% dari potensi, dilihat dari arus informasi pemilik proyek, desa sudah
mencapai prestasi terbesar, dan pemerintah desa belum pernah mendengarnya
sepenuhnya. Dan masyarakat pedesaan. Peneliti percaya bahwa aktor sosial harus
konsisten untuk mendistribusikan informasi secara seragam. Pemberian motivasi untuk
melaksanakan rencana tersebut, bukan karena dirancang untuk memberikan bantuan
negara, melainkan untuk mengutamakan
mengutamakan prakiraan dan tidak adanya dampak terhadap
daerah. dan penghuninya. Dari program.
Jika semua pihak yang terlibat dalam tugas sosialisasi ini merasa tidak mampu
menjaga konsistensi, mereka dapat meminta saran. Karena fokus rencana adalah untuk

142
Hari Fitrianto, “Institutional Revitalization of Bumdes In Efforts to Increase
Increase Independence and Village
Resilience in East Java,” Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Airlangga, Surabaya,, 02, 08 (Desember 2016), 922.
143
Hari Fitrianto, 924.

Vol. 16, No. 1 Maret 2022 | 73


Moh. As’adi Ansari

menyebarkan
enyebarkan dan merangsang konsensus peserta sosial yang dapat mengelak dan
melaksanakan rencana BUMDes.
Ketiga, mempersiapkan adopsi rencana BUMDes di desa. Seperti disebutkan di
atas, dalam contoh ini, informasi aktor yang bersosialisasi dengan aktor pro program
diuraikan sebagai hari libur negara, yang tidak mempengaruhi objek sasaran. Tujuan
utama BUMDes adalah masyarakat dan anggota BUMDes. BUMDes merupakan
perwujudan pengelolaan ekonomi produktif rakyat atas dasar kerjasama, partisipasi,
pembebasan, transparansi,
paransi, tanggung jawab, dan keberlanjutan.Agar dapat bekerja
secara efisien, produktif, profesional dan mandiri, diperlukan pengelolaan departemen
bisnis dengan tekun dan tekun.
Setelah informasi tentang bagian normatif untuk dimasukkan ke dalam unit
BUMD menjadi tidak mungkin, data tidak dapat divalidasi kecuali pelatihan internal
yang tepat dilakukan atau setidaknya di kotamadya dan kotamadya daerah tersebut.
Dapatkan informasi yang jelas tentang BUMDes dari kerangka hukum dan peraturan
hingga tujuan empiris.
iris. Seperti yang sudah disampaikan kepada para pihak
pihak-pihak yang
terkait dalam pendirian dan pembentukan BUMDes. Karena BUMDes akan
mendominasi perdagangan perkotaan dan mempromosikan ekonomi perkotaan.144
Harapan kami untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal Minimal (SPM) bersama
bersama-
sama dengan masyarakat, yang tercermin dalam perlindungan (protection) dari
gangguan pihak ketiga (dalam dan luar desa) yang merugikan otonomi desa secara
resmi. Adapun aturan-aturan
aturan aturan tersebut dilaksanakan dalam tatanan kelembagaan yang
kokoh.
oh. Sedangkan untuk peningkatan lembaga akan memfokuskan terhadap semua
pengurus maupun anggota sehingga dapat meningkatkan SDM dan dapat memberikan
pelayanan yang memenuhi standal. Sesuai dengan keinginan pemerintah untuk
merancang proyek skala besar maupun maupun kecil, maka perlu ramburambu-rmabu mapun
pelatihan sehingga target potensi yang sudah menjadi program terlaksana.
Hasil kajian menunjukkan bahwa koordinasi antara ketersediaan lapangan
pekerjaan di masyarakat setempat dan pembentukan partisipasi BUMD di unit usaha
merupakan langkah awal yang tepat. Dibandingkan dengan proporsi jumlah penduduk
setiap desa, dapat dipahami bahwa rata-rata
rata rata proporsi rumah tangga miskin di desa
terpilih adalah sejumlah 20% dan 35%, sedangkan jumlah 80% maupun 65%
merupakan keluarga yang kaya dan memiliki keuangan yang mencukupi. Dengan
demikian porsi dari BUMDes mendekati kebutuhan kunjungan masyarakat miskin
Rusia. Namun mengingat sebagian besar masyarakat miskin yang 70% diantaranya
bekerja di bidang pertanian, maka dapat dikatakandikatakan bahwa sektor pertanian dan
perkebunan yang ada masih belum dapat membantu sebagian besar keluarga miskin di
desa tersebut.
Ketidaksesuaian antara pemilihan dan pendirian lembaga keuangan mikro
dengan pendirian BUMDes pastinya akan terjdinya merosotnya ke keteguhan dan
kemandirian dalam meningkatkan presentasi/pendapatan perusahaan. Dari presentase
50% yaitu; pertama, konsep dari BUMDes harus sesuai dengan aturan (SOP/Undang
(SOP/Undang-

144
Harmiati & Abdul Aziz Zulhakim, “Eksistensi
“Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam Mengembangkan
Usaha dan Ekonomi Masyarakat Desa Yang Berdaya Saing di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN,” Fisip
Unihaz Bengkulu, 2017, 33.

74 | Vol. 16, No. 1 Maret 2022


Pengelolaan Kelembagaan Bumdes Dalam Upaya ....

Undang) yang berlaku, sehingga potensi-potensi


potensi potensi ekonomi msyarakat di pedesaan dapat
ditingkatkan
tingkatkan dengan memperhatikan sumber daya lokal dan kebutuhan pasar.
Kedua, Pemprop dan Pemda kurang maksimal dalam melakukan aksi sosial, hal
ini menunjukkan bahwa kota-kota
kota kota tersebut belum memahami konsep BUMDes yang
sebenarnya. Pemerintah harus mengantisipasi
mengantisipasi terhdap perkembangan BUMDes saat ini,
karena peran sosialisasi adalah tanggung jawabnya. Sebagaimana tertuang dalam
panduan BUMDes, panduan tersebut menyatakan bahwa peran dan peran pemerintah
adalah menyebarluaskan informasi melalui pemerintah provinsi
provinsi dan/atau kabupaten
dan mengedukasi masyarakat desa tentang pentingnya BUMDes dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial.
Lebih dari 50% persetujuan tersebut merupakan jawaban atas arti penting
sebenarnya BUMDes bagi kemandirian masyarakat desa. Rata-rata
Rata a produk BUMDes
merupakan variasi dari perusahaan. Dengan demikian, sesuai dengan tujuan BUMDes
sebagai lembaga ekonomi, modal venturanya berorientasi pada masyarakat dan
menekankan kemandirian.145 Dan BUMDes dapat meminjam dana dari pihak ketiga
(seperti pengelola
ngelola kota atau pihak ketiga lainnya), termasuk melalui pihak ketiga.
Tujuan Dasar Tata Kelola Perusahaan Publik (BUMDes).
a. Meningkatkan ekonomi pedesaan
b. Mengoptimalkan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat
c. Memperkuat upaya pengelolaan potensi prekonomian
pr pedesaan
d. Menyusun rencana program kerja BUMDes dengan pihak-pihak
pihak pihak yang terkait
e. Mengusahakan terciptanya peluang dan jariangan yang mendukung untuk
menciptakan pelayanan publik
f. Memberikan kesempatan terhadap masyarakat tentang peluang kerja
g. Peningkatan
katan kepentingan umum dengan mengoptimalkan layanan publik dalam
mewujudkan kemandirian desa
h. Peningkatan prekonomian masyarakat upaya menciptakan PAD

D. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan interpretasi data, kami sampai pada kesimpulan, pertama,
pentingnyaa menumbuhkan BUMDes ditengah-tengan
ditengah tengan masyarakat untuk menciptakan
kemadirian dan keberlanjutan desa. Adapun BUMDes merupakan wadah bagi masyarakat
untuk mengkritisi dan memberikan solusi demi terwujudnya tujuan utama dari pendirian
BUMDes. Disamping itu, BUMDes
BUMDes dapat memberikan fasilitas maupun sopot terhadap
terlaksananya program-program
program yang telah direncakan sebelumnya. Arti penting keberadaan
BUMDes meliputi: (1) BUMDes mencegah perilaku ekonomi yang merugikan seperti
“kebangkrutan”. (2) BUMDes dapat memberikan
memberikan pelayanan permodalan kepada usaha mikro
swasta dan kota di pedesaan. (3) Usaha yang dikembangkan BUMDes bersifat mendukung
dan tidak mengambil alih usaha yang sudah ada. ada Kedua, kita dapat melihat pentingnya
BUMDes bagi kemandirian desa, BUMDes adalah adalah organisasi nyata dan mungkin yang
membawa masyarakat menuju kesuksesan. Ketiga, pembangunan daerah perdesaan yang
mandiri bersifat terbuka, transparan, bertanggung jawab, dan rinci. Selain itu,

145
Dkk. Coristya Berlian Ramadana, Badan Usaha Pedesaan Hadir Untuk Memperkuat Prekonomian Pedesaan
(Malang, 2013), 76.

Vol. 16, No. 1 Maret 2022 | 75


Moh. As’adi Ansari

mengoptimalkan aset dan potensi ekonomi secara optimal dalam


dalam rangka meningkatkan SDM
masarakat lebih baik. Oleh karena itu, agar tercipta pengelolaan kesejahteraan BUMDes
upaya meningkatkan kemandirian dan keberlanjutan desa. Ada beberapa potensi yang harus
di kerjan yaitu; meningkatkan potensi prekonomin masyarakat,
masyarakat, menciptakan potensi sosial
yang baik, dan meningkatkan SDM masyarakat sehinga bisa menciptakan ekonomi kreatif.

76 | Vol. 16, No. 1 Maret 2022


Pengelolaan Kelembagaan Bumdes Dalam Upaya ....

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo, (2006), Membangun Desa Pekotaan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

(2013) Badan Usaha Pedesaan Hadir untuk Memperkuat


Koristya Berlian Ramadana, dkk., (2013),
Prekonomian Pedesaan, Malang.

Creswell, John W. (2002), Desain Penelitian: Metode Kualitatif dan Kuantitatif, Terjemahan: Kelas III
dan Kelas IV KKUI, Jakarta.

Coristya Berlian Ramadana, Dkk. Badan Usaha Pedesaan


saan Hadir Untuk Memperkuat Prekonomian
Pedesaan.. Malang, 2013.

Dantika, Yanuardi, (2013), Dampak Terhadap Kesejahteraan Usaha Desa.

Elsa, (2014), Lembang Nagari Batu Banyak, Kabupaten Solok Strategi Pengembangan Desa
Tertinggal.

Fauzi, A. R., & Ansari,, A. (2020). ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI
MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KUH PERDATA DAN UNDANG UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. Ar Ar-
Risalah: Media Keislaman, Pendidikan dan Hukum Islam, 18(1), 114-141.
114

Hari Fitrianto. “Institutional Revitalization of Bumdes In Efforts to Increase Independence and Village
Resilience in East Java.” Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Airlangga, Surabaya, 02, 08 (Desember 2016).

Harmiati
miati & Abdul Aziz Zulhakim. “Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam
Mengembangkan Usaha dan Ekonomi Masyarakat Desa Yang Berdaya Saing di Era
Masyarakat Ekonomi ASEAN.” Fisip Unihaz Bengkulu, 2017.

Sukamto Sato, dkk., (2019). Mensosialisasikan Terhadap Pendirian dan Pembentukan BUMDes
ditinjau dari UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 3(2), 182
182-
190.

Siagian, Sondang P., (2005), Badan Pengembangan, Jakarta: PT. Bumi Aksala.

PP. No. 71 Tahun 2005 tentang Perdesaan.

KEMENDAGRI
EMENDAGRI No. 39 Tahun 2010 Tentang Perusahaan Perdesaan.

Pusat Penelitian Dinamika Sistem Pengembangan (PKDSP). (2007), Pedoman Pendirian dan
Pengelolaan Pedesaan, Fakultas Ekonomi, UB, Malang.

Purnomo, Joko, (2016), Pembentukan Desa dan Pengelolaan Badan


Badan Usaha Milik Swasta, Jakarta: Tim
Infest.

Sumpeno, Wahjudin, (2011), Perencanaan Desa Terpadu, Banda Aceh: Baca UU No. 6 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Desa.

Vol. 16, No. 1 Maret 2022 | 77

You might also like