Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The independence
ependence and sustainability of BUMDes is part of the ideals of
national development. As one of the economic institutions that operate in rural
areas, BUMDes must have differences with economic institutions in general.
This is intended so that the existence
existence and performance of BUMDes is able to
contribute significantly to the improvement of the welfare of villagers. The
purpose of bumdes institutional management is to provide services for
productive business, especially for rural poor groups, reduce the prac practice of
rent and the release of money, create equitable effort, and increase the income
of rural communities. As for this research, using qualitative research is a
traditional understanding process based on methodological research of various
social or humanan problems. While the data and data sources needed in this study
are; primary data and skunder data. There are primary data, namely: 1) Focus
group discussion (FGD), and discussions based on questions that have been
prepared by researchers 2) Observation 3) Interviewing in depth, then the
researcher analyzes the results of the interview. The results showed that the
institutional management of BUMDes can improve village service standards,
and must always be improved so that the improvement of independence,
sustainability, and village defense can be achieved in accordance with the
principles in the institutional management of BUMDes: 1) Cooperative, 2)
Participatory, 3) Emancipatory, 4) Transparent, 5) Accountable, 6)
Sustainable. Thus BUMDes can put forward the principle of gotong royong for
rural communities to increase and accelerate rural economic growth. One of
the main points is the support and supot of the village government in an effort to
increase village independence in the pre-economic
pre builder of thee community.
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Usaha yang dijalankan oleh masyarakat
masyarakat lokal (BUMDes) milik desa merupakan
bagian dari desa karena BUMDes bertujuan untuk memajukan perekonomian desa dan
meningkatkan kemandirian desa.
BUMDes, sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat, berperan sebagai
organisasi sosial dan komersial
komersial BUMDes sebagai organisasi komersial dengan ciri yang
utama, yaitu: 1). BUMDes 2). Dana dari desa 51% Dana yang diperoleh dari masyarakat
melalui saham (saham atau penyertaan) 49% 3) Operasi berdasarkan filosofi bisnis dan
berdasarkan budayanya 4) Wilayah berdang/usaha yang telah dikuasai 5) Pendapatan akan
dialokasikan terhadap peningkatan SDM masyarakat dan anggota 6) Dukungan dari
komite desa. Usaha tersebut harus diawasi oleh permeintah desa. Dalam mengembangkan
B. METODE PENELITIAN
Studi pengelolaan BUMDes merupakan penelitian kualitatif. Creswell
mengatakan:128 "Penelitian kualitatif adalah proses pemahaman tradisional berdasarkan
penelitian metodologis dari berbagai masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat
gambar yang kompleks dan komprehensif, menganalisis teks, memberikan pandangan
informasi rinci dan melakukan penelitian di lingkungan alam. Metode kualitatif
merupakan metode yang didasakan pada fenomina atau kondisi sosial yang dialami
masyarakat. Data dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data skunder.129 Adapaun data primer yaitu: 1) Focus group discussion (FGD),
127
Siste Pengembangan (PPDSP), Pedoman Pendirian dan Pengelolaan Pedesaan,
Pusat Penelitian Dinamika Sistem
Fakultas Ekonomi, UB, Malang, 2007, 4.
128
Creswell, John W. Desain Penelitian: Metode Kualitatif dan Kuantitatif, Terjemahan: Kelas III dan Kelas IV
KKUI, Jakarta, 2002, 40.
129
Fauzi, A. R.,., & Ansari, A. (2020). ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MEDIA
ELEKTRONIK BERDASARKAN KUH PERDATA DAN UNDANG-UNDANG UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
dengan perwakilan perangkat desa dan PRB Desain terstruktur diskusi kelompok antar
pengelola, BUMD, kelompok masyarakat, dan peserta desa Diskusi didasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan
pertanyaan yang disiapkan
disiapkan peneliti terlebih dahulu sesuai kebutuhan 2)
Observasi: Selama periode penelitian fenomena dan lingkungan di lapangan akan
dilakukan secara berkala dan berulang-ulang.
berulang ulang. 3) Mewawancara secara mendalam dengan
berbagai pihak yang kaitanya dengan penelitian ini, kemudian peneliti menganalis hasil
dari wawancara.
C. PEMBAHASAN
1. Pemerintah Desa Binaan BUMDes
Pemerintah desa binaan BUMDes mengelola hasil BUMDes dengan ikut
mengawasi rencana kerja yang diselenggarakan BUMDes untuk memajukan
pembangunan desa. Kader wajib melaksanakan apa yang sudah menjadi
tanggungjawabnya yaitu melaksnakan fungsi dan kewenangan yang telah diberikan
oleh organisasi. Adapun pelaksanaan pengelolaan BUMDes harus sesuai dengan SOP
organisi yang telah dibentuk, sedangkan yang kerap terjadi
terjadi pengelola BUMDes
menghadapi beberapa kendala dalam mengembangkan BUMDes, seperti:
Keterlambatan pencairan dana membuat pembangunan BUMDes terkesan lamban, dan
masyarakat tidak ikut serta dalam pemeliharaan BUMDes, namun tantangan bagi
pemerintah desa bukanlah
bukanlah pedoman penyelenggaraan melainkan sulitnya
berkomunikasi dengan para penentu kebijakan yaitu kepala desa. Adapun tujuan
tersebut merupakan bentuk dari semangat para penguirus dan anggota untuk
membangkitkan pengelolaan BUMDes dan memperkuat prekonomi prekonomian masyarakat,
oleh karena itu ada 4 point dalam menjalankan dan mengelola BUMDes yaitu:
a. Mediator adalah pelaksanaan rencana kerja pemerintahan desa dalam memberikan
akomodasi BUMDes
b. Pemerintah desa sebagai mediator untuk melatih dan memberikan motivasi tterhadap
pengelola BUMDes
c. Berpartisipasi dalam pelaksanaan rencana kerja BUMDes untuk memastikan bahwa
kepemimpinan masing-masing
masing masing kelurahan disosialisasikan sehingga dapat
memimpin kelurahan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
d. Sebagai otorisasi, BUMDES
BUMDES dikelola sesuai dengan prosedur operasi standar
(SOP).
Dantika dan Januardi,130 menyatakan bahwa pendirian dan pembentukan
BUMDes merupakan bentuk pertanggungjwaban pemerintah desa dalam
mengkoordinasikan dari semua unsur yang terkait. Salah satunya, me mengupayakan
peningkatan PAD, untuk mensejahterakan masyarakat setempat sehinga rencana dan
proyek nasional mengalir terhada BUMDes. Dalam Sukamto Sato, dkk., (2019),131
yang menjelaskan “Penyelenggaraan urusan umum dan kepentingan masyarakat
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. Ar-Risalah: Ar Risalah: Media Keislaman, Pendidikan
dan Hukum Islam, 18(1), 114-141.
141.
130
Dantika, Janurdi. Dampak terhadap kesejahteraan BUMDes, 2013, 73.
131
Sukamto Sato, dkk., (2019). Sosialisasi Terhadap Pendirian dan Pembentukan BUMDes ditinjau dari Undang
Undang-
Undang No, 6 Tahun 2014 tentang Desa, Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 3(2),
3(2 182-190.
2. Prinsip-prinsip
prinsip Pengelolaan BUMDes
Pengembangan badan usaha milik desa membutuhkan data yang akurat sehingga
dapat menjadi sebuah informasi yang akan memberikan dampak terhadap
pengembangan ekonomi dengan demikian seperti Pemdes, Pemerintah Daerah dapat
memberikan sumbangsih dalam peningkatan produktivitas dari BUMDes itu sendiri.
Tujuan berdirinya
berdirinya BUMDes dengan menyediakan layanan untuk memenuhi
kebutuhan produksi, terutama masyarakat miskin pedesaan, mengurangi kendala utang
(sewa), dan dengan menciptakan perusahaan yang adil untuk mengeluarkan dana.
Peluang masyarakat desa dan pendapatan yang lebih le tinggi. Ciri--ciri masyarakat
perdesaan yang menerima pelayanan dasar BUMDes:
a. Masyarakat desa yang sebagian besar mata pencahariannya mengandalkan
pertanian, memenuhi kebutuhan sehari-hari
sehari hari berupa pangan, sandang, papan, dan
melakukan kegiatan ekonomi komersial
ko informal;
b. Pendapatan tergolong sangat rendah dan sulit dicadangkan Masyarakat pedesaan
dengan tambahan modal untuk pengembangan usaha, banyak masyarakat yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya
sehari harinya berakhir di tangan pengusaha yang
memiliki modal
odal lebih. Oleh karena itu, secara umum BUMDes dibentuk untuk:
1) Menaikkan standar pelayanan minimal untuk mengembangkan pelayanan publik
di desa,
2) Memperkuat kerja produktif desa sebagai daerah otonom untuk mengentaskan
kemiskinan, pengangguran, dan memperluas
memperl sawah; dan
132
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa
133
PP. No. 71 tahun 2015 tentang Perdesaan
134
Siagian, Sondang P. Badan Pengembangan, Jakarta: PT. Bumi Aksala, 2005, 56.
135
Adisasmita, Rahadjo, Membagun Desa Perkotaan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, 58.
136
Sumpeno, Wahjudin, Merencanakan Desa Terpadu, Banda Aceh: Baca UU No. 6 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Desa.
137
Adisasmita, Rahardjo, Membagun Desa Perkotaan,.... 81.
138
Elsa, Lembang Nagari Batu Banyak, Kabupaten Solok Strategi Pengembagan Desa Tertinggal, 2014, 52.73.
139
Koristya Berlian Ramadana, dkk., Badan Usaha Pedesaan Hadir Untuk Memperkuat Prekonomian Pedesaan,
Malang, 2013, 47.
Menghargai dan memberikan semangat dan perhatian yang marginal untuk menjadikan
masyarakat lebih kreatif dan efisien. Strategi pengelolaan BUMDes adalah secara
bertahap mempertimbangkan
mempertimbangkan pengembangan inovatif BUMDes (sesuai Pasal 25
Permendesa),140 meliputi:
a. Sosialisasi dan pelatihan BUMDes;
b. Diskusi masyarakat tentang Bumdes;
c. BUMDes masyarakat pengolah (bisnis sosial dan sewa);
d. Analisis profitabilitas BUMDes, dengan fokus pada perantara, holding,
olding, bisnis sosial
(bisnis sosial), bisnis keuangan (keuangan komersial) dan persewaan komersial
(leasing), termasuk teknologi dan teknologi, manajemen Dan aspek kepegawaian,
komersial, badan hukum , dan perencanaan bisnis;
e. Kerjasama antara masyarakat dengan
dengan BUMDes atau dari sektor lainnya.
f. Bentuk BUMD diversifikasi usaha, fokus pada perusahaan keuangan (financial
company), joint venture (perusahaan induk).
Setidaknya lima (5) prinsip harus diperhatikan dalam pengelolaan perusahaan
pedesaan yaitu141 :
a. Kolaborasi
laborasi : dari berbagai komponen upaya mengembangkan usahanya.
b. Bekerjasama: seluruh komponen yang ikut serta dalam mamajukan dan
mengembangkan BUMDes tidak melihat emansipasi.
c. Transparansi : mempengaruhi kepentingan masyarakat, masyarakat dapat
mengetahui kegiatan dan pelaksanaan rencana BUMDes yang dilaksanakan.
d. Tanggung jawab : semua kegiatan bisnis harus dipertanggung jawabkan.
e. Tindak lanjut dan terus-menerus
terus
Oleh karena itu, kuatnya perekonomian masyarakat desa memerlukan kerjasama
untuk meningkatkan n persatuan seluruh elemen desa, termasuk antara pemerintah desa
dan antar masyarakat dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan.
Keberadaan BUMDes saat ini dengan tujuan untuk menjamin kemadirian
masyarakat sekaligus dapat menghasilkan pendapatan
pendapatan bagi pendapatan awal desa.
Pengelolaan seluruh kelembagaan desa (BUMDes) merupakan dasar untuk memajukan
perekonomian masyarakat pedesaan melalui pemanfaatan SDA dan potensi potensi-potensi
lain yang dimiliki masyarakat desa.
Melalui keberadaan dan pengelolaan
pengelolaan BUMDes, peningkatan perekonomian dan
pengembangan kesempatan kerja di masyarakat akan menjadikan desa mandiri,
sehingga permasalahan yang selalu melingkupi desa akan hilang. Namun, jika ada
kerjasama yang erat antara pemerintah pedesaan dan masyarakat, pencapaian
kemandirian pedesaan melalui pengelolaan perusahaan pedesaan akan berhasil.
140
PERMENDAGRI No. 39 Tahun 2010 tentang Perusahaan Perdesaan.
141
Purnomo, Joko, Pembentukan Desa dan Pengelolaan
Pe Badan Usaha Swasta, Jakarta: Tim Infest, 2016, 9.
koherensi desa atau aktor yang disosialisasikan dengan tingkat sosialisasi yang
rendah.142
Kedua, ketersediaan sumber daya manusia. Diharapkan acuan gagasan besar
BUMDes adalah gagasan pengurus yang berkuasa. Namun kenyataannya BUMD sulit
memilih warga desa yang dianggap paham dan paham. Mereka dapat menyelesaikan
tugas-tugas
tugas BUMDes. Ini dapat diubah menjadi pendekatan yang sederhana dan
realistis. Biarkan penduduk desa menyelesaikannya
menyelesaikannya secara metodis, hati
hati-hati dan
lengkap.
Ketiga, tidak mungkin mengelola BUMDes. Penghalang yang sama pentingnya
adalah ketidakmampuan administratif BMD internal, sehingga departemen administrasi
pedesaan pada akhirnya akan mengambil alih fungsi dan kekuasaannya. Frustrasi batin
BUMDes dengan pengendalian diri mencerminkan bahwa BUMDes belum dibentuk
menjadi pesawat yang bisa difoto. Karena tidak memenuhi syarat sebagai kawasan
bisnis. Bagaimana sebuah perusahaan dengan perputaran modal memungkinkan untuk
mengelola aktor dari internal.
142
Hari Fitrianto, “Institutional Revitalization of Bumdes In Efforts to Increase
Increase Independence and Village
Resilience in East Java,” Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Airlangga, Surabaya,, 02, 08 (Desember 2016), 922.
143
Hari Fitrianto, 924.
menyebarkan
enyebarkan dan merangsang konsensus peserta sosial yang dapat mengelak dan
melaksanakan rencana BUMDes.
Ketiga, mempersiapkan adopsi rencana BUMDes di desa. Seperti disebutkan di
atas, dalam contoh ini, informasi aktor yang bersosialisasi dengan aktor pro program
diuraikan sebagai hari libur negara, yang tidak mempengaruhi objek sasaran. Tujuan
utama BUMDes adalah masyarakat dan anggota BUMDes. BUMDes merupakan
perwujudan pengelolaan ekonomi produktif rakyat atas dasar kerjasama, partisipasi,
pembebasan, transparansi,
paransi, tanggung jawab, dan keberlanjutan.Agar dapat bekerja
secara efisien, produktif, profesional dan mandiri, diperlukan pengelolaan departemen
bisnis dengan tekun dan tekun.
Setelah informasi tentang bagian normatif untuk dimasukkan ke dalam unit
BUMD menjadi tidak mungkin, data tidak dapat divalidasi kecuali pelatihan internal
yang tepat dilakukan atau setidaknya di kotamadya dan kotamadya daerah tersebut.
Dapatkan informasi yang jelas tentang BUMDes dari kerangka hukum dan peraturan
hingga tujuan empiris.
iris. Seperti yang sudah disampaikan kepada para pihak
pihak-pihak yang
terkait dalam pendirian dan pembentukan BUMDes. Karena BUMDes akan
mendominasi perdagangan perkotaan dan mempromosikan ekonomi perkotaan.144
Harapan kami untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal Minimal (SPM) bersama
bersama-
sama dengan masyarakat, yang tercermin dalam perlindungan (protection) dari
gangguan pihak ketiga (dalam dan luar desa) yang merugikan otonomi desa secara
resmi. Adapun aturan-aturan
aturan aturan tersebut dilaksanakan dalam tatanan kelembagaan yang
kokoh.
oh. Sedangkan untuk peningkatan lembaga akan memfokuskan terhadap semua
pengurus maupun anggota sehingga dapat meningkatkan SDM dan dapat memberikan
pelayanan yang memenuhi standal. Sesuai dengan keinginan pemerintah untuk
merancang proyek skala besar maupun maupun kecil, maka perlu ramburambu-rmabu mapun
pelatihan sehingga target potensi yang sudah menjadi program terlaksana.
Hasil kajian menunjukkan bahwa koordinasi antara ketersediaan lapangan
pekerjaan di masyarakat setempat dan pembentukan partisipasi BUMD di unit usaha
merupakan langkah awal yang tepat. Dibandingkan dengan proporsi jumlah penduduk
setiap desa, dapat dipahami bahwa rata-rata
rata rata proporsi rumah tangga miskin di desa
terpilih adalah sejumlah 20% dan 35%, sedangkan jumlah 80% maupun 65%
merupakan keluarga yang kaya dan memiliki keuangan yang mencukupi. Dengan
demikian porsi dari BUMDes mendekati kebutuhan kunjungan masyarakat miskin
Rusia. Namun mengingat sebagian besar masyarakat miskin yang 70% diantaranya
bekerja di bidang pertanian, maka dapat dikatakandikatakan bahwa sektor pertanian dan
perkebunan yang ada masih belum dapat membantu sebagian besar keluarga miskin di
desa tersebut.
Ketidaksesuaian antara pemilihan dan pendirian lembaga keuangan mikro
dengan pendirian BUMDes pastinya akan terjdinya merosotnya ke keteguhan dan
kemandirian dalam meningkatkan presentasi/pendapatan perusahaan. Dari presentase
50% yaitu; pertama, konsep dari BUMDes harus sesuai dengan aturan (SOP/Undang
(SOP/Undang-
144
Harmiati & Abdul Aziz Zulhakim, “Eksistensi
“Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam Mengembangkan
Usaha dan Ekonomi Masyarakat Desa Yang Berdaya Saing di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN,” Fisip
Unihaz Bengkulu, 2017, 33.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan interpretasi data, kami sampai pada kesimpulan, pertama,
pentingnyaa menumbuhkan BUMDes ditengah-tengan
ditengah tengan masyarakat untuk menciptakan
kemadirian dan keberlanjutan desa. Adapun BUMDes merupakan wadah bagi masyarakat
untuk mengkritisi dan memberikan solusi demi terwujudnya tujuan utama dari pendirian
BUMDes. Disamping itu, BUMDes
BUMDes dapat memberikan fasilitas maupun sopot terhadap
terlaksananya program-program
program yang telah direncakan sebelumnya. Arti penting keberadaan
BUMDes meliputi: (1) BUMDes mencegah perilaku ekonomi yang merugikan seperti
“kebangkrutan”. (2) BUMDes dapat memberikan
memberikan pelayanan permodalan kepada usaha mikro
swasta dan kota di pedesaan. (3) Usaha yang dikembangkan BUMDes bersifat mendukung
dan tidak mengambil alih usaha yang sudah ada. ada Kedua, kita dapat melihat pentingnya
BUMDes bagi kemandirian desa, BUMDes adalah adalah organisasi nyata dan mungkin yang
membawa masyarakat menuju kesuksesan. Ketiga, pembangunan daerah perdesaan yang
mandiri bersifat terbuka, transparan, bertanggung jawab, dan rinci. Selain itu,
145
Dkk. Coristya Berlian Ramadana, Badan Usaha Pedesaan Hadir Untuk Memperkuat Prekonomian Pedesaan
(Malang, 2013), 76.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John W. (2002), Desain Penelitian: Metode Kualitatif dan Kuantitatif, Terjemahan: Kelas III
dan Kelas IV KKUI, Jakarta.
Elsa, (2014), Lembang Nagari Batu Banyak, Kabupaten Solok Strategi Pengembangan Desa
Tertinggal.
Fauzi, A. R., & Ansari,, A. (2020). ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI
MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KUH PERDATA DAN UNDANG UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. Ar Ar-
Risalah: Media Keislaman, Pendidikan dan Hukum Islam, 18(1), 114-141.
114
Hari Fitrianto. “Institutional Revitalization of Bumdes In Efforts to Increase Independence and Village
Resilience in East Java.” Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Airlangga, Surabaya, 02, 08 (Desember 2016).
Harmiati
miati & Abdul Aziz Zulhakim. “Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam
Mengembangkan Usaha dan Ekonomi Masyarakat Desa Yang Berdaya Saing di Era
Masyarakat Ekonomi ASEAN.” Fisip Unihaz Bengkulu, 2017.
Sukamto Sato, dkk., (2019). Mensosialisasikan Terhadap Pendirian dan Pembentukan BUMDes
ditinjau dari UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 3(2), 182
182-
190.
Siagian, Sondang P., (2005), Badan Pengembangan, Jakarta: PT. Bumi Aksala.
KEMENDAGRI
EMENDAGRI No. 39 Tahun 2010 Tentang Perusahaan Perdesaan.
Pusat Penelitian Dinamika Sistem Pengembangan (PKDSP). (2007), Pedoman Pendirian dan
Pengelolaan Pedesaan, Fakultas Ekonomi, UB, Malang.
Sumpeno, Wahjudin, (2011), Perencanaan Desa Terpadu, Banda Aceh: Baca UU No. 6 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Desa.