You are on page 1of 13

Jurnal Dunia Gizi Vol. 1 No.

1, Juni 2018 : 59-64

ISSN : 2614-6479 (Online)


Online sejak Januari 2018
https://ejournal.helvetia.ac.id/jdg Journal of The World of Nutrition

ORIGINAL ARTICLE

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK


SEKOLAH DASAR NEGERI 014610 SEI RENGGAS KECAMATAN KISARAN BARAT
KABUPATEN ASAHAN

Factors Related Without Stunting on Children in Elementary School 014610 Sei Renggas West
Kisaran Subdistrict Asahan District

Wanda Lestari1*, Sri Hartati Indah Rezeki2, Dian Mayasari Siregar3, Saskiyanto Manggabarani4
1,4
Dosen Gizi, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
2
Mahasiswa Peminatan Kesehatan Reproduksi, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
3
Dosen Epidemiologi, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
*Penulis Korespondensi

ABSTRACT

Background: Stunting is an age-dependent height due Stunting is an age-dependent height due to chronic or
chronic malnutrition. The prevalence of stunting in Indonesia is highest in Southeast Asia. This study aims to
analyze the factors that affect stunting in children elementary school 014610 Sei Renggas West Kisaran
Subdistrict Asahan District 2017.
Methods: The type of research is cross sectional. Elementary School 014610 Sei Renggas has 121 students. The
sample was 64 students. Data were analyzed by univariate, bivariate using chi-square and multivariate test with
logistic regression test.
Results: The results showed that education and family income variables had significant influence with stunting
variable at significant value level p = 0,000 (<0,05).
Conclusion: It is suggested to the school to make, implement and evaluate UKS program for better health
counseling to the students to know about health problem and the importance of nutrition in health.

Key words : Education, Occupation, Stunting

ABSTRAK

Latar Belakang: Stunting merupakan suatu ketidaktercapaian tinggi badan sesuai umur yang disebabkan karena
mengalami kurang gizi menahun atau kronis. Prevalensi stunting di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi stunting pada anak Sekolah Dasar Negeri
014610 Sei Renggas Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan Tahun 2017.
Metode: Jenis penelitian adalah cross sectional. Sekolah Dasar Negeri 014610 Sei Renggas memiliki 121 siswa.
Sampel penelitian adalah 64 siswa. Data dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan uji chi-square dan
multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikan dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang
signifikan dengan variabel stunting pada taraf nilai signifikan p=0,000(<0,05).
Kesimpulan: Disarankan kepada pihak sekolah untuk membuat, melaksanakan, dan mengevaluasi program
UKS agar lebih baik lagi dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada siswa/siswi agar mengetahui tentang
masalah kesehatan dan pentingnya gizi dalam kesehatan.

Korespondensi: Wanda Lestari, Program Studi S1 Gizi Institut Kesehatan Helvetia, No. Hp. 081220149575,
Email:lestariwanda227@gmail.com
59
Jurnal Dunia Gizi Vol. 1 No. 1, Juni 2018 : 59-64

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Stunting

PENDAHULUAN Salah satu faktor terjadinya


Paradigma sehat merupakan cara kekurangan dikarenakan status sosial ekonomi
pandang, pola pikir, atau model pembangunan keluarga yang rendah sehiingga mempengaruhi
kesehatan yang memandang masalah daya beli makanan (4). Permasalahan gizi yang
kesehatan saling terkait dan memengaruhi dapat muncul sebagai akibat rendahnya
banyak faktor yang bersifat lintas sektoral kualitas makanan yang dikonsumsi adalah
dengan upaya yang lebih diarahkan pada stunting (pendek) pada anak. Stunting
peningkatan, pemeliharaan, serta perlindungan menggambarkan ketidaktercapaian tinggi
kesehatan, tidak hanya pada upaya badan sesuai umur yang disebabkan karena
penyembuhan penyakit atau pemulihan mengalami kurang gizi menahun atau kronis.
kesehatan. Berbagai masalah kesehatan yang Prevalensi stunting di Indonesia tertinggi di
terjadi di masyarakat sangat memengaruhi Asia Tenggara dan termasuk dalam kategori
upaya pelaksanaan peningkatan derajat lima besar negara di dunia (5).
kesehatan masyarakat, salah satunya adalah Masih tingginya prevalensi anak
masalah gizi. Gizi memiliki peran penting pendek yang menunjukkan masalah gizi di
dalam pembangunan kualitas sumber daya Indonesia merupakan masalah kronis yang
manusia (SDM). Ketidakseimbangan gizi berkaitan dengan kemiskinan, rendahnya
dapat menurunkan kualitas SDM (1). pendidikan, serta kurang memadainya
pelayanan dan kesehatan lingkungan. Masalah
Keberhasilan pembangunan nasional gizi oleh banyak faktor yang saling terikat
suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan secara langsung dapat dipengaruhi oleh
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, penyakit infeksi dan kurangnya asupan gizi
yakni SDM yang memiliki fisik yang tangguh, secara kualitas maupun kuantitas, sedangkan
mental yang kuat dan kesehatan yang prima secara tidak langsung dipengaruhi oleh
disamping penguasaan terhadap ilmu jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan,
pengetahuan dan teknologi. Anak usia sekolah pola asuh anak yang kurang memadai, sanitasi
adalah generasi penerus bangsa dimana lingkungan, serta rendahnya ketahanan pangan
kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh di tingkat rumah tangga (6).
kualitas anak-anak saat ini (2). Berdasarkan Profil Kesehatan
Anak-anak di tahun kedua kehidupan Sumatera Utara tahun 2013, menunjukan
mereka lebih mungkin menjadi kurus dan bahwa ada 25 Kabupaten/Kota di Sumatera
kerdil. Anak-anak yang diperkenalkan pada Utara yang memiliki prevalensi stunting diatas
makanan sejak dini memiliki risiko yang lebih angka prevalensi nasional (30-39%), urutan 5
tinggi untuk menjadi kurus. Vaksinasi terbaru tertinggi prevalensi stunting yaitu Langkat
adalah pelindung terhadap pengerdilan, (55%), Padang Lawas (54,9%), Nias Utara
sedangkan laporan memiliki infeksi saluran (54,8%), Batu Bara (54,7%), dan Pakpak Barat
pernafasan atas atau penyakit lain dalam (52,3%) (7).
sebulan terakhir memperkirakan berat badan Berdasarkan uraian di atas, maka
kurang. Hidup dengan orang tua non-biologis dilakukan penelitian dengan judul Faktor-
secara signifikan meningkatkan risiko Faktor yang Memengaruhi Stunting pada Anak
pengerdilan. Penekanan harus ditempatkan SD Negeri 014610 Sei Renggas Kecamatan
pada imunisasi saat ini, memperpanjang Kisaran Barat Kabupaten Asahan Tahun 2017.
pemberian ASI eksklusif, dan meningkatkan
akses ke makanan yang kaya nutrisi di antara BAHAN DAN METODE
anak-anak yang diadopsi dan keluarga mereka Lokasi penelitian di SD Negeri 014610
melalui intervensi gizi berbasis masyarakat (3). Sei Renggas Kecamatan Kisaran Barat
Korespondensi: Wanda Lestari, Program Studi S1 Gizi Institut Kesehatan Helvetia, No. Hp. 081220149575,
Email:lestariwanda227@gmail.com
60
Jurnal Dunia Gizi Vol. 1 No. 1, Juni 2018 : 59-64

Kabupaten Asahan Tahun 2017. Populasi ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas jumlah anggota keluarga dan jenis kelamin.
IV, V, VI yang terdiri dari 64 siswa. Sampel Pengumpulan data dalam penelitian ini
dalam penelitian ini total sampling, yaitu 64 menggunakan kuesioner.
siswa di SD Negeri 014610 Sei Renggas. HASIL
Penelitian ini termasuk ke dalam Hasil distribusi frekuensi pendidikan
metode penelitian survei analitik yang bersifat ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,
kuantitatif dengan desain cross sectional. jumlah anggota keluarga dan jenis kelamin
Variabel dalam penelitian ini yaitu pendidikan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Karakteristik Responden n Persentase
Pendidikan Ibu
Rendah 36 56,2
Tinggi 28 43,8
Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja 52 81,2
Bekerja 12 18,8
Pendapatan Keluarga
Rendah (<Rp. 2.208.787) 45 70,3
Tinggi (>Rp. 2.208.787) 19 29,7
Jumlah Anggota Keluarga
Banyak (> 4 orang) 44 68,7
Sedikit (< 4 orang) 20 31,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 57,8
Perempuan 27 42,2
Sumber: Data Primer.
Distribusi frekuensi kategori Hasil analisis statistik menunjukkan
pendidikan ibu responden di SD Negeri bahwa nilai p=0,020 < 0,05 berarti ada
014610 Sei Renggas Kecamatan Kisaran Barat hubungan pendidikan ibu dengan stunting pada
Kabupaten Asahan Tahun 2017 yaitu ibu yang anak SD Negeri 014610 Sei Renggas
berpendidikan rendah sebanyak 36 orang Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan
(56,2%), dan ibu yang berpendidikan tinggi Tahun 2017. Pekerjaan ibu tidak berhubungan
sebanyak 28 orang (43,8%). Sebagian besar dengan kejadian stunting. Hal ini dapat terlihat
ibu responden tidak bekerja sebanyak 52 orang dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai
(81,2%), dan ibu yang bekerja 12 orang p=0,144 < 0,05. Pendapatan keluarga
(18,8%). Pendapatan keluarga rendah berhubungan dengan stunting pada anak SD
sebanyak 45 orang (70,3%), dan keluarga yang yang ditunjukkan dengan hasil statistik
berpendapatan tinggi sebanyak 19 orang p=0,000 < 0,05. Hasil uji statistik dengan nilai
(29,7%). Keluarga yang memiliki jumlah p=0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa ada
anggota keluarga yang banyak (> 4 orang) hubungan jumlah anggota keluarga dengan
sebanyak 44 orang (68,7%), dan jumlah kejadian stunting pada penelitian ini.
anggota keluarga yang sedikit (≤ 4 orang) Sementara itu, jenis kelamin responden tidak
sebanyak 20 orang (31,3%). Responden terdiri berhubungan dengan kejadian stunting pada
atas jenis kelamin laki-laki sebanyak 37 orang anak SD. Hal ini terlihat dari hasil uji statistik
(57,8%), dan yang berjenis kelamin perempuan dengan nilai p=0,674 > 0,05. Hasil analisis
sebanyak 27 orang (42,2%). bivariat dapat dilihat pada Tabel 2
Korespondensi: Wanda Lestari, Program Studi S1 Gizi Institut Kesehatan Helvetia, No. Hp. 081220149575,
Email:lestariwanda227@gmail.com
61
Jurnal Dunia Gizi Vol. 1 No. 1, Juni 2018 : 59-64

Tabel 2. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting


Variabel Stunting Jumlah Nilai
Ya Tidak p
n Persentase n Persentase n Persentase
Pendidikan Ibu
Rendah 28 43,8 8 12,5 36 56,2 0,020
Tinggi 13 20,3 15 23,4 28 43,8
Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja 36 56,2 16 25,0 52 81,2 0,144
Bekerja 5 7,8 7 10,9 12 18,8
Pendapatan Keluarga
Rendah 39 60,9 6 9,4 45 70,3 0,000
Tinggi 2 3,2 17 26,6 19 29,7
Jumlah Anggota Keluarga
Banyak 35 54,7 9 14,1 44 68,8 0,000
Sedikit 6 9,4 14 21,9 20 31,2
Jenis Kelamin
Laki-laki 25 39,1 12 18,8 37 57,8 0,674
Perempuan 16 25,0 11 17,2 27 42,2
Sumber: Data Primer
Analisis Multivariat anak SD adalah variabel pendapatan keluarga
Berdasarkan hasil analisis multivariat, (nilai p=0,000). Hasil analisis multivariat dapat
variable yang paling berpengaruh terhadap dilihat pada Tabel 3.
kejadian stunting pada

Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat


Variabel B S.E Wald Df Sig Exp (B)
Pendidikan Ibu -1,783 0,866 4,235 1 0,040 0,168
Pendapatan -4,237 0,976 18,844 1 0,000 0,014
Keluarga
Constant 3,195 1,011 9,998 1 0,002 24,418

PEMBAHASAN bahwa tidak adanya hubungan pendidikan


Pendidikan ibu berhubungan dengan dengan status gizi dikarenakan perkembangan
kejadian stunting pada anak SD. Hal ini sejalan teknologi yang ada saat ini. Ibu dengan tingkat
dengan penelitian terdahulu yang menyatakan pendidikan rendah dengan adanya akses
bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan perkembangan teknologi saat ini dapat dengan
dengan stunting pada anak usia sekolah (8). mudah mengakses informasi dari berbagai
Penelitian di Nigeria menyebutkan bahwa media, sehingga pengetahuan ibu dapat
rendahnya tingkat pendidikan ibu merupakan meningkat (10)(11).
faktor risiko kejadian stunting pada anak Hasil penelitian ini menemukan bahwa
sekolah. Anak yang memiliki ibu dengan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan yang rendah berisiko 2,4 status pekerjaan ibu dengan stunting.
kali untuk menjadi stunting dibandingkan Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
dengan anak yang memiliki ibu dengan tingkat terdahulu di India. Ibu yang bekerja dengan
pendidikan tinggi (9). Bertolak belakang sendirinya membantu dalam peningkatan
dengan hasil penelitian lain menyebutkan pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga

Korespondensi: Wanda Lestari, Program Studi S1 Gizi Institut Kesehatan Helvetia, No. Hp. 081220149575,
Email:lestariwanda227@gmail.com
62
Jurnal Dunia Gizi Vol. 1 No. 1, Juni 2018 : 59-64

yang meningkat membantu untuk terpenuhinya anggota keluarga lainnya yang lebih besar
kebutuhan pangan di rumah tangga (12). untuk memperoleh makanan, sehingga mereka
Pendapatan keluarga menjadi salah berisiko untuk mengalami kurang gizi (21).
satu faktor penting dalam tercapainya status Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
gizi yang baik, karena ketidakmampuan dalam tidak ada hubungan antara jenis kelamin
keuangan menyebabkan kurangnya dengan kejadian stunting pada anak, dengan
kemampuan keluarga untuk memenuhi asupan nilai p=0,067 > 0,05. Hal ini tidak sejalan
gizi keluarga sesuai dengan kebutuhan yang dengan penelitian di Ethiopia, bahwa anak
seharusnya (13)(14). Hasil penelitian ini laki-laki cenderung untuk menjadi pendek
menunjukkan bahwa ada hubungan antara dibandingkan anak perempuan (16)(9).
pendapatan keluarga dengan kejadian stunting Sementara penelitian lain di Kamerun
pada anak. Penelitian ini sejalan dengan menyebutkan bahwa anak perempuan lebih
penelitian sebelumnya yaitu terdapat hubungan berpeluang untuk menjadi stunting
antara penghasilan orang tua dengan kejadian dibandingkan anak laki-laki (22).
stunting. Anak yang berasal dari keluarga Faktor yang paling berhubungan
dengan pendapatan yang rendah berisiko 7,8 dengan kejadian stunting pada anak adalah
kali menjadi stunting dibandingkan dengan pendapatan keluarga. Rumah tangga yang
anak yang berasal dari keluarga dengan mempunyai pendapatan yang tinggi (kaya)
penghasilan tinggi (15)(16). Status ekonomi sebagian pendapatannya digunakan untuk
keluarga yang rendah akan memengaruhi konsumsi barang non makanan. Hal ini tentu
kualitas dan kuantitas bahan makanan yang sangat berbeda dengan rumah tangga yang
dikonsumsi oleh keluarga. Makanan yang berpenghasilan rendah dimana penghasilan
didapat biasanya akan kurang bervariasi dan yang diterimanya hanya bisa digunakan untuk
sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan mengkonsumsi makanan, kalaupun ada sisa
yang berfungsi untuk pertumbuhan anak hanya bisa untuk mengkonsumsi barang atau
seperti sumber protein, vitamin, dan mineral jasa yang sangat dibutuhkan sehingga untuk
sehingga meningkatkan risiko kurang gizi menabung sangat sedikit peluangnya (23).
(17)(18).
Jumlah anggota keluarga berhubungan KESIMPULAN DAN SARAN
dengan kejadian stunting pada anak yang Faktor yang berhubungan dengan
ditunjukkan dengan hasil uji statistik p=0,000 kejadian stunting pada anak sekolah adalah
< 0,05. Anak yang stunting pada penelitian ini pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga dan
terdapat pada keluarga dengan jumlah anggota pendapatan keluarga. Kepada pihak sekolah
keluarga > 4 orang. Hasil penelitian ini sejalan untuk membuat, melaksanakan, dan
dengan penelitian lain dimana jumlah anggota mengevaluasi program Usaha Kesehatan
rumah tangga merupakan faktor risiko kejadian Sekolah (UKS) agar lebih baik lagi dalam
stunting. Jumlah anggota rumah tangga pada memberikan penyuluhan kesehatan kepada
anak stunting cenderung lebih besar siswa/siswi agar mengetahui tentang masalah
dibandingkan dengan anak normal (19)(20). kesehatan dan meningkatkan pengetahuan gizi
Jumlah anggota keluarga yang banyak pada anak usia sekolah dasar untuk mencegah
tidak menguntungkan bagi anak-anak. stunting.
Keluarga yang jumlah anggotanya lebih
banyak, disertai dengan pendapatan keluarga UCAPAN TERIMA KASIH
yang rendah, maka anggota keluarga tersebut Terima kasih kepada Kepala Sekolah
terutama anak-anak berpeluang untuk tidak Dasar Negeri 014610 Sei Renggas Kecamatan
mendapat asupan yang lebih baik guna Kisaran Barat Kabupaten Asahan yang telah
memenuhi kebutuhan tubuhnya. Anak-anak bersedia memberikan lokasi untuk penelitian
kecil mungkin tidak mampu bersaing dengan ini dan terima kasih untuk orang tua dan istri
Korespondensi: Wanda Lestari, Program Studi S1 Gizi Institut Kesehatan Helvetia, No. Hp. 081220149575,
Email:lestariwanda227@gmail.com
63
Jurnal Dunia Gizi Vol. 1 No. 1, Juni 2018 : 59-64

yang sudah memberikan doa dan dukungan Faktor risiko stunting pada anak umur
dalam penyelesaian penelitian ini. 6-24 bulan di kecamatan Penanggalan
Kota Subulussalam Provinsi Aceh. J
Gizi Indones (The Indones J Nutr.
DAFTAR PUSTAKA
2014;3(1):37–45.
1. Cecep T, Mitha P. Pengantar Dasar 12. Sulthan S. Prevalence of stunting and
Ilmu Kesehatan Masyarakat. thinness among school-age children of
Yogyakarta Nuha Med. 2015; working and non-working mothers in
2. Salimar S, Kartono D, Fuada NF, rural areas of Aligarh District. Int J
Setyawati B. Stunting anak usia sekolah Appl Basic Med Res. 2014;3:51–7.
di Indonesia menurut karakteristik 13. Anto, Sudarman S, Yetti ER,
keluarga. Penelit Gizi dan Makanan Manggabarani S. Pengaruh Konseling
(The J Nutr Food Res. 2013;36(2):121– Memodifikasi Gaya Hidup Terhadap
6. Pencegahan Obesitas Pada Remaja.
3. Bloss E, Wainaina F, Bailey RC. Promot J Kesehat Masy. 2017;7(2):99–
Prevalence and predictors of 106.
underweight, stunting, and wasting 14. Sudarsih S, Wijayanti PB. Hubungan
among children aged 5 and under in Antara Pendapatan Keluarga Dengan
western Kenya. J Trop Pediatr. Status Gizi Balita Usia 36-60 Bulan Di
2004;50(5):260–70. Wilayah Kerja Puskesmas Gondang
4. De Onis M, Blössner M, Borghi E. Mojokerto. MEDICA MAJAPAHIT.
Prevalence and trends of stunting 2013;5(2).
among pre-school children, 1990–2020. 15. Aramico B, Sudargo T, Susilo J.
Public Health Nutr. 2012;15(1):142–8. Hubungan sosial ekonomi, pola asuh,
5. Dayyana LS. Faktor–Faktor Yang pola makan dengan stunting pada siswa
Berhubungan Dengan Kejadian sekolah dasar di kecamatan lut tawar,
Stunting Anak Sekolah Pada kabupaten aceh tengah. J Gizi dan Diet
Siswa/Siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Indones (Indonesian J Nutr Diet.
Muhammadiyah Haurgeulis Indramayu 2016;1(3):121–30.
Tahun 2015. 16. WonDiMAgegn ZTa. Magnitude and
6. Hadi H. Beban ganda masalah gizi dan determinants of stunting among
implikasinya terhadap kebijakan children in Africa: a systematic review.
pembangunan kesehatan nasional. text. Curr Res Nutr Food Sci J.
2005; 2014;2(2):88–93.
7. Utara DKPS. Profil Kesehatan Provinsi 17. Nasikhah R, Margawati A. Faktor
Sumatera Utara Tahun 2010. Medan: risiko kejadian stunting pada balita usia
Dinkes Sumatera Utara. 2015; 24–36 bulan di Kecamatan Semarang
8. Sulastri D. Faktor determinan kejadian Timur. Diponegoro University; 2012.
stunting pada anak usia sekolah di 18. Astari LD, Nasoetion A, Dwiriani CM.
Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Hubungan karakteristik keluarga, pola
Padang. Maj Kedokt Andalas. pengasuhan dan kejadian stunting anak
2012;36(1):39–50. usia 6-12 bulan. 2005;
9. Senbanjo IO, Oshikoya KA, Odusanya 19. Ricci JA, Becker S. Risk factors for
OO, Njokanma OF. Prevalence of and wasting and stunting among children in
risk factors for stunting among school Metro Cebu, Philippines. Am J Clin
children and adolescents in Abeokuta, Nutr. 1996;63(6):966–75.
Southwest Nigeria. J Health Popul 20. Wu L, Yang Z, Yin S, Zhu M, Gao H.
Nutr. 2011;29(4):364. The relationship between
10. Astuti FD, Sulistyowati TF. Hubungan socioeconomic development and
tingkat pendidikan ibu dan tingkat malnutrition in children younger than 5
pendapatan keluarga dengan status gizi years in China during the period 1990
anak prasekolah dan sekolah dasar di to 2010. Asia Pac J Clin Nutr.
Kecamatan Godean. Kes Mas J Fak 2015;24(4):665–73.
Kesehat Masy. 2013;7(1). 21. Heningham H, McGregor S. Gizi dan
11. Lestari W, Margawati A, Rahfiludin Z. perkembangan anak. Jakarta Buku
Korespondensi: Wanda Lestari, Program Studi S1 Gizi Institut Kesehatan Helvetia, No. Hp. 081220149575,
Email:lestariwanda227@gmail.com
64
Jurnal Dunia Gizi Vol. 1 No. 1, Juni 2018 : 59-64

Kedokt EGC. 2009;


22. Keino S, Plasqui G, Ettyang G, van den
Borne B. Determinants of stunting and
overweight among young children and
adolescents in sub-Saharan Africa.
Food Nutr Bull. 2014;35(2):167–78.
23. Nababan SSM. Pendapatan dan Jumlah
Tanggungan Pengaruhnya terhadap
Pola Konsumsi Pns Dosen dan Tenaga
Kependididkan pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi
Manado. J EMBA J Ris Ekon
Manajemen, Bisnis dan Akunt.
2013;1(4).

Korespondensi: Wanda Lestari, Program Studi S1 Gizi Institut Kesehatan Helvetia, No. Hp. 081220149575,
Email:lestariwanda227@gmail.com
65
Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Volume 1 Nomor 1, November 2019
p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

TINGKAT KECERDASAN INTELEGENSI ANAK STUNTING


Kristian Pieri Ginting*, Asri Pandiangan
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng, Kec.
Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung, Indonesia 35145
*kristianpieri@gmail.com (+6283186075600)

ABSTRAK
Indonesia memiliki hampir sepertiga anak mengalami stunting. Hal ini menjadi masalah yang serius
karena stunting dapat berdampak jangka pendek yaitu peningkatan morbiditas dan mortalitas,
penurunan fungsi kognitif dan anak menjadi lebih mudah sakit sedangkan jangka panjang yaitu
obesitas, penurunan tinggi badan anak saat dewasa, penurunan performa di sekolah dan penurunan
kesehatan reproduksi.Stunting memiliki dampak pada pertumbuhan dan perkembangan yang
terhambat terutama sel-sel syaraf pusat. Keadaan stunting akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel neuron akan terhambat sehingga kecerdasan intelektual anak dapat berkurang.
Metode yang digunakan adalahliterature review yang diambil dari buku, jurnal nasional atau
internasional maupun website. Literature yang diambil terdiri dari 18 artikel. Penelusuran sumber
pustaka dalam artikel ini melalui database NCBI dan Google Scholar. Sumber artikel diambil dari
tahun 2000 sampai tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan stunting mempengaruhi tingkat
kecerdasan intelektual anak. Simpulan stunting pada anak dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel syaraf pusat anak sehingga menurunkan kecerdasan intelektual anak.

Kata kunci: kecerdasan intelegensi, anak, stunting

CHILDREN INTELLECTION LEVEL OF STUNTING

ABSTRACT
Indonesia has almost one third of children stunted. This is a serious problem because stunting can
have short-term effects, there are increased morbidity and mortality, decreased cognitive function and
children become more easy to be illness while long-term, there are obesity, reduced child height as
adults, decreased performance in schools and decreased reproductive health. Stunting has an impact
on stunted growth and development especially central nerve cells. Stunting will lead to growth and
development of neuron cells will be hampered so that children's intellectual intelligence can be
reduced. The method used is literature review taken from books, national or international journals
and websites. Literature taken consists of 18 articles. Search of library resources in this article
through the NCBI database and Google Scholar. The source of the article was taken from 2000 to
2018. The results showed that stunting make the level of children's intellectual intelligence to be
decrease. Conclusion of stunting in children can inhibit the growth and development of the child's
central nerve cells, thereby reducing children's intellectual intelligence.

Keywords : stunting, intelegence question, children

PENDAHULUAN usia dibawah -2 standar deviasi sesuai


Stunting adalah keadaan anak terlalu kurva pertumbuhan (UNICEF,
pendek sesuai usianya karena mengalami 2019).Stunting juga merupakan suatu
kegagalan pertumbuhan yang disebabkan kegagalan pertumbuhan linear pada anak
oleh buruknya gizi dan kesehatan anak karena keadaan gizi buruk dalam jangka
sebelum dan sesudah kelahiran. Stunting waktu yang lama. Stunting masih menjadi
didefinisikan sebagai tinggi badan menurut masalah utama di negara berkembang
47
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 47 - 52, November 2019
Global Health Science Group

seperti Indonesia karena tingginya motorik, dan bahasa, serta peningkatan


prevalensi yang terjadi (Fikawati, Ahmad biaya pengobatan untuk anak yang sakit.
dan Arinda, 2017). Sedangkan dampak jangka panjang terdiri
dari penurunan tinggi badan saat dewasa,
Berdasarkan data WHO menunjukkan obesitas, penurunan kesehatan reproduksi,
terdapat 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita penurunan performa di sekolah, kapasitas
mengalami stunting di dunia pada tahun belajar tidak maksimal, dan penurunan
2017, namun angka ini sudah mengalami produktivitas dan kapasitas kerja (WHO,
penurunan jika dibandingkan tahun 2000 2013). Anak yang mengalami stunting
(32,6%), 2005 (29,3%), 2010 (26,1%), dan berdampak pada pertumbuhan yang
2015 (23,2%). Pada tahun 2017, balita terhambat dan bersifat irreversible.
stunting didunia terdiri dari 29% di Afrika Dampak stunting dapat bertahan seumur
dan 55% di Asia. Kejadian stunting di Asia hidup dan mempengaruhi generasi
terdiri dari Asia Selatan (58,7%) dengan selanjutnya (WHO, 2018).
proporsi terbesar, disusul Asia Tenggara
(14,9%), Asia Timur (4,8%), Asia Barat Stunting pada masa balita yang mengalami
(4,2%), dan Asia Tengah (0,9%) dengan kegagalan pertumbuhan akan menjadi
proporsi terkecil. Indonesia menduduki stunting pada anak usia sekolah dasar (6-12
peringkat ketiga diantara negara-negara di tahun) (Arisman, 2009). Keadaan stunting
Asia dengan rata-rata angka stunting yang dapat menyebabkan kerusakan struktural
tinggi tahun 2005-2017 yaitu sebesar dan fungsional otakselama pertumbuhan
36,4%, setelah timor leste (50,2%) dan dan perkembangannya (Kar et.al., 2008).
India (38,4%) (WHO, 2018). Berdasarkan Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, otak dalam jangka panjang pada anak
prevalensi stunting anak balita di Indonesia stunting akan menyebabkanperubahan
sebesar 37,2%, hal ini mengalami metabolisme neurotransmitter hingga
peningkatan jika dibandingkan dengan perubahan anatomi otak. Apabilastunting
tahun 2007 sebesar 36,5% dan tahun 2010 terjadi pada masa golden periode
sebesar 35,6% (Kemenkes, 2013). perkembangan otak (0-3 tahun),
makaberakibat pada perkembangan otak
Stunting dapat terjadi karena faktor yang tidak baik (Atmarita, 2005), yang
penyebab langsung dan tidak langsung. kemudian membatasi kapasitas
Faktor langung oleh secara langsung terdiri intelektualanak stunting menjadi rendah
dari berat badan bayi lahir, status gizi ibu secara permanen (Walker et.al., 2000).
sebelum hamil, saat hamil dan saat
menyusui, dan kejadian diare. Faktor Kecerdasan inteligensi adalah kemampuan
penyebab tidak langsung terdiri dari seseorang agar melakukan tindakan yang
ketahanan pangan berupa ketersediaan, terarah, memiliki cara berpikir yang
keterjangkauan dan akses makanan bergizi, rasional, dan menghadapi lingkungan
rendahnya tingkat pendidikan pengasuh, secara efektif.Kecerdasan Inteligensi ini
praktik pengasuhan yang buruk, persediaan tidak dapat secara langsung dilihat namun
air bersih dan sanitasi yang buruk, dapat diamati dari berbagai tindakan nyata
rendahnya keberagaman makanan, asupan yang merupakan hasil dari cara berpikir
hewani dan kandungan energi dalam yang rasional(Feldman, 2008).
makanan (WHO, 2013).
Kecerdasan intelegensi dapat dipengaruhi
Stunting memiliki dampak jangka pendek oleh berbagai faktor, diantaranya faktor
dan jangka panjang. Dampak jangka pendek genetik, faktor status gizi dan faktor
terdiri dari peningkatan mortalitas dan lingkungan. Faktor genetik dapat
morbiditas, penurunan fungsi kognitif, berpengaruh karena kecerdasan dapat

48
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 47 - 52, November 2019
Global Health Science Group

diturunkan melalui kromosom orangtua ke melakukan peninjauan pada judul dan


anak, oleh karena itu jika orangtua memiliki abstrak yaitu yang membahas tentang
tingkat kecerdasan intelegensi yang tinggi pengaruh stunting terhadap tingkat
maka kemungkinan anak juga memiliki kecerdasan anak. Tahun penerbitan sumber
kecerdasan intelegensi yang tinggi juga. pustaka yang digunakan dalam penulisan
Faktor lingkungan yaitu situasi yang artikel ini adalah dari tahun 2000 sampai
mendukung perkembangan anak seperti tahun 2018.
stimulasi sosial yang diberikan orangtua
sehingga membuat perkembangan otak HASIL
anak menjadi optimal (Khomsan et.al., Hasil penelitian dari Gunasari (2016) Hasil
2013). Faktor gizi juga dapat penelitian menunjukkan angka kejadian
mempengaruhi kecerdasan intelektual stunting pada anak baru masuk sekolah
terutama pada anak-anak, hal ini karena dasar sebesar 16,8%. Anak yang memiliki
pada masa pertumbuhan awal anak, terjadi tingkat kecerdasan intelektual superior, di
pertumbuhan sel-sel neuron otak secara atas rata-rata cerdas, rata-rata cerdas, di
pesat sehingga membutuhkan gizi yang bawah rata-rata cerdas dan rendah secara
optimal untuk proses pembentukannya, zat berurutan adalah 2,16%, 9,91%, 17,24%,
gizi yang kurang akan mengakibatkan sel- 39,66% dan 31,03%. Berdasarkan analisis
sel neuron yang terbentuk akan lebih sedikit bivariat diketahui nilai p <0,05 (p= 0,013).
sehingga kemampuan kapasistas beripikir Dapat disimpulkan bahwa terdapat
intelektual anak juga akan menurun yang hubungan yang bermakna antara stunting
dapat dilihat dari skor IQ yang lebih rendah dengan tingkat kecerdasan intelektual
dari pada anak seusianya dengan gizi (Intelligence Quotient – IQ) pada anak baru
seimbang (Perignon et.al., 2014). masuk sekolah dasar di Kecamatan
Nanggalo Kota Padang.
Literature riview ini memiliki tujuan untuk
memberikan informasi tentang bagaimana Penelitian Pradita (2009), menunjukkan
pengaruh stunting pada tingkat kecerdasan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
intelektual pada anak melalui studi antara stunting dengan skor IQ pada anak
Literature riview.Penelitian ini dapat sekolah dasar dari keluarga miskin di
membuka penemuan baru dalam dampak Kabupaten Klaten, dimana anak stunting
stunting terhadap kecerdasan anak. Jenis memiliki rata-rata skor IQ sebesar 59,09
penelitian ini adalah tinjauan pustaka dan anak non-stunting memiliki rata-rata
dimana hasil dan pembahasan didasarkan skor IQ sebesar 71,569.
pada sumber ilmiah yang valid dan akurat.
Hasil penelitian lain yang mendukung
METODE mengatakan bahwa anak pada awalusia 6-9
Metode yang digunakan dalam penulisan tahun yang sewaktu balita menderita
ini adalah studi literature review. Sumber kekurangan gizi memiliki rata-rataIQ yang
pustaka yang digunakan dalam penyusunan lebih rendah 13,7 poin dibandingkan
literature ini melibatkan 18 pustaka baik dengan anakyang tidak pernah mengalami
yang berasal dari buku, jurnal nasional atau kekurangan gizi semasa balita (UNICEF,
internasional maupun website. Penelusuran 2013).
sumber pustaka dalam artikel ini melalui
database NCBI dan Google Scholar dengan Penelitian membuktikan bahwa tingkat
kata kunci Stunting, Intelegence quetiont , kecerdasan intelektual anak yang sejak
penyebab stunting, dampak stunting, balita mengalami stunting lebih rendah
pengaruh stunting terhadap tingkat dilihat dari skor IQ dibandingkandengan
kecerdasan intelegensi anak. Pemilihan anak non-stunting (Arisman, 2009).
artikel sumber pustaka dilakukan dengan

49
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 47 - 52, November 2019
Global Health Science Group

Hasil penelitian lain yang mendukung menurun, dankecepatan mieilinisasi yang


mengatakan bahwa anak pada awalusia 6-9 lambat. Hal ini lah yang akan
tahun yang sewaktu balita menderita mengakibatkankecerdasan intelektual anak
kekurangan gizi memiliki rata-rataIQ yang
menjadi lebih rendah dari pada anak
lebih rendah 13,7 poin dibandingkan
dengan anakyang tidak pernah mengalami seusianya (Siradjuddin, 2013).
kekurangan gizi semasa balita (UNICEF,
2013). Kekurangan zat gizi terutama zat gizi
makro akan menghambat perkembangan
PEMBAHASAN otak terutama pada faktor neuroanatomi,
Panjang badan yang pendek pada anak neurokimia dan neurofisiologi otak. faktor
stunting merupakan bukti dari manifestasi neuroanatomi berupa jumlah dan ukuran
gizi buruk dalam jangka waktu yang lama. sel-sel neuron yang berkurang dan jumlah
Kekurangan gizi kronis ini memiliki sinaps antar neuron yang berfungsi untuk
dampak jangka pendek berupa pertumbuhan penghantar neurotransmitter juga
dan perkembangan otak anak yang berkurang. Faktor neurokimia berupa
terhambat dan dampak jangka panjang sintesis neurotransmitter dan jumlah
berupa tingkat kecerdasan intelektual anak reseptor yang berkurang. Faktor
yang menurun yang merupakan manifestasi neurofisiologi berupa kemampuan sel-sel
dari terhambatnya pertumbuhan dan neuron untuk mengantarkan impuls syaraf
perkembangan sel-sel syaraf pusat pada menjadi berkurang (Georgieff, 2007).
masa balita (Gunasari, 2016).
SIMPULAN
Tingkat kecerdasan intelektual sangat Anak stunting memiliki tinggi badan lebih
dipengaruhi oleh perkembangan otak pendek dibanding anak seusianya, hal ini
terutama saat balita. Perkembangan otak ini merupakan manifestasi dari kekurangan gizi
dipengaruhi oleh faktor genetika, faktor kronis pada masa balita. Hal ini akan
lingkuangan dan faktor gizi. Faktor genetik mengakibatkan pertumbuhan dan
hanya berpengaruh sekitar 30% terhadap perkembangan sel-sel syaraf pusat otak
kecerdasanintelektual anak dan selebihnya pada masa balita akan terhambat dan tidak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan dapat berkembang secara optimal sehingga
faktor gizi (Gunasari, 2016) kecerdasan intelektual anank menjadi lebih
rendah dibandingkan anak seusinya yang
Sel-sel neuron otak merupakan sel-sel tidak stunting.
tubuh yang paling sensitif dimana dalam
perkembangannya sangat bergantung pada DAFTAR PUSTAKA
zat gizi. Zat gizi yang optimal tentu akan Feldman RS (2008). Understanding
sangat mendukung perkembangan sel-sel psychology, ed. 8th. New York:
McGraw-Hill.
saraf yang optimal. Kekurangan zat gizi
akan mengakibatkan konsentrasi protein, Khomsan A, Anwar F, Hernawati N,
RNA, DNA menurun danrasio protein Suhanda NS, Warsito O, Herawati T
terhadap DNA menurun sehingga .2013. Growth, cognitive
menyebabkan ukuran otak menjadi development and psychosocial
stimulation of preschool childreen in
mengecil, pertumbuhan otak menjadi poor farmer and non farmer
lambat, pembelahan sel otak menajadi
50
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 47 - 52, November 2019
Global Health Science Group

hauseholds. Mal J nutrition, Behavioral and Brain Functions,


19(3):325-337. 4(31).
Perignon M, Fiorentino M, Kuong K , Walker S, McGregor SMG, Powell CA,
Burja K , Parker M, Sisokhom S, Chang SM (2000). Effects of stunting
Chamnan C, Berger J, Wieringa FT inEarly childhood on growth, IQ and
(2014). Stunting, poor iron status and cognition at age 11–12 years and the
parasite infection are significant risk benefits of nutritional
factors for lower cognitive supplementation and psychological
performance in cambodian school- stimulation. Journal of Pediatrics,
aged children. PLOS One, 9(11): 137(1):36-41.
e112605.
Feldman RS (2008). Understanding
United Nation Educational Scientific and psychology, ed. 8th. New York:
Cultural Organization.2019. McGraw-Hill.
Malnutrition rates remain alarming:
stunting is declining too slowly while Khomsan A, Anwar F, Hernawati N,
wasting still impacts the lives of far Suhanda NS, Warsito O, Herawati T
too many young children. (2013). Growth, cognitive
https://data.unicef.org/topic/nutrition/ development and psychosocial
malnutrition/ stimulation of preschool childreen in
poor farmer and non farmer
Fikawati, Ahmad, Arinda. 2017. Gizi anak hauseholds. Mal J nutrition,
dan remaja. Depok : PT Rajagrafindo 19(3):325-337.
Persada. Kemenkes. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Perignon M, Fiorentino M, Kuong K ,
Kementerian RI tahun 2013. Burja K , Parker M, Sisokhom S,
Kementrian Kesehatan RI diakses Chamnan C, Berger J, Wieringa FT
dihttp : // www . depkes. go. id/ (2014). Stunting, poor iron status and
resources/download/general/HasilRis parasiteinfection are significant risk
kesdas2013.pdf factors for lower cognitive
performance in cambodian school-
World Health Organization, World Bank aged children. PLOS One, 9(11):
Group. 2018. Levels and trend child e112605
nutrition : key findings of the 2018
edition of the joint child malnutrition Gunasari, Dwi sekar.2016. Hubungan
estimates. Stunting Dengan Tingkat Kecerdasan
Intelektual (Intelligence Quotient –
World Health Organization. 2013. Iq) Pada Anak Baru Masuk Sekolah
Childhood stunting: context, causes Dasar Di Kecamatan Nanggalo Kota
and consequences. WHO Conceptual Padang. Padang : FK UNAND
Framework.
Pradita, Ridha. 2009. Hubungan Stunting
Arisman (2009). Gizi Dalam Daur Dengan Skor Iq Anak Usia Sekolah
Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Dasar Keluarga Miskin Di Kabupaten
Jakarta: Buku Kedokteran ECG. Klaten. Surakarta : FK UNS.
Kar BR, Rao SL, Chandramouli BA (2008). UNICEF .2009. Tracking progress on child
Cognitive development in children and maternal nutrition: A survival and
with chronic protein energy development priority. New York
malnutrition. Biomed Central:

51
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 47 - 52, November 2019
Global Health Science Group

Siradjuddin S (2013). Gizi dan kecerdasan.


Jurnal Kedokteran Universitas
Hasanuddin. Universitas Hasanuddin.
Thesis.
Georgieff MK (2007). Nutrition and the
developing brain: nutrient priorities
and measurement. Am j clin nutr,
85(l):614s–620s.

52

You might also like