You are on page 1of 10

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Volume 4 Nomor 3 tahun 2019


Hal 8 - 17
September 2019

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKHADIRAN SISWA DI SEKOLAH DAN


UPAYA GURU BK DALAM MENGATASINYA
(Suatu penelitian pada MAN 4 Kabupaten Aceh Besar)

Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis


Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Syiah Kuala
Email: ronifitriadi352@yahoo.co.id

ABSTRACT

The percentage of student absenteeism in MAN 4 of Aceh Besar Regency increased almost every month,
although various activities have been carried out by BK teachers in an effort to overcome them. The
purpose of this study was to find out the description of student absenteeism at school, the factors that led
to the absence of students in following the teaching and learning process in school, as well as the BK
teacher's efforts in addressing the causes of student absence from school. This type of research is
descriptive research with a mixed methods approach that combines two quantitative and qualitative
approaches. Location of research in MAN 4 Aceh Besar with a sample of 40 students and 2 BK teachers.
Data collection techniques with questionnaires, interviews, observation and documentation. Data
processing and analysis techniques are quantitative and qualitative analysis in the form of percentages
and qualitative analysis. The results showed that the absence of students in MAN 4 schools in Aceh Besar
District was in the low category as many as 6 students with a percentage of 15%, a moderate category of
28 students with a percentage of 70%, and a high category of 6 students with a percentage of 15%. in
addition, from the questionnaire analysis that has been distributed to students the factors that cause
student absenteeism in school are, among other things, derived from family environmental factors 45%
rarely monitor children to come to school, and 40% of students are unwilling to come to school. and
almost 42.5% assisted with work at home such as selling, and helping to manage agriculture in the fields.
the results of interviews with students there is no homework, hard to get up in the morning. Efforts that
have been made by the BK teacher to overcome student absenteeism at school are by calling the students
concerned, conducting individual counseling, and immediately holding a home visit to the students'
homes. The recommendation of this study is the need for cooperation between parents and teachers in
schools.

Keywords: Absence, Factors, and Attempts by BK Teachers.

ABSTRAK

Persentase ketidakhadiran siswa pada MAN 4 Kabupaten Aceh Besar hampir setiap bulan meningkat,
meskipun berbagai kegiatan telah dilakukan oleh guru BK dalam upaya mengatasinya. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui gambaran ketidakhadiran siswa di sekolah, faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakhadiran siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, serta upaya guru BK dalam
mengatasi penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah. Jenis penelitian ini penelitian deskriptif dengan
pendekatan mixed methods yaitu menggabungkan dua pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Lokasi
penelitian pada MAN 4 Aceh Besar dengan jumlah sampel 40 siswa dan 2 guru BK. Teknik pengumpulan
data dengan angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengolahan dan analisis data yaitu
dengan analisis kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk persentase dan analisis kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan gambaran ketidakhadiran siswa di sekolah MAN 4 Kabupaten Aceh Besar berada pada
kategori rendah sebanyak 6 siswa dengan persentase 15%, kategori sedang sebanyak 28 siswa dengan
persentase 70%, serta kategori tinggi sebanyak 6 siswa dengan persentase 15%. di samping itu dari
analisis angket yang telah di bagikan kepada siswa faktor-faktor penyebab ketidakhadiran siswa di
sekolah diantara lain adalah berasal dari faktor lingkungan keluarga 45% jarang mengawasi anak untuk
datang ke sekolah, dan faktor dari dalam diri siswa 40% malas datang ke sekolah, dan hampir sebagian
42,5% membantu pekerjaan di rumah seperti berjualan, dan membantu mengelola pertanian di sawah.
hasil wawancara dengan siswa terdapat tidak mengerjakan PR, susah bangun pagi. Upaya yang telah
dilakukan oleh guru BK untuk mengatasi ketidakhadiran siswa di sekolah adalah dengan cara memanggil
siswa yang bersangkutan, melakukan konseling individual, dan langsung mengadakan home visit ke

ISSN: 2615-0344 8
Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Dan Upaya Guru….

rumah siswa. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya kerja sama antara orang tua siswa dan
guru di sekolah.

Kata Kunci: Ketidakhadiran, Faktor-Faktor, dan Upaya Guru BK

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan Negara (UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan di Indonesia memiliki fungsi untuk
memajukan pendidikan bangsa Indonesia seperti tertera dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan, yang bunyinya
“mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan pendidikan di atas memberikan gambaran bagi sekolah bagaimana seharusnya
pihak sekolah menjalankan pendidikan sehingga menghasilkan mutu lulusan yang baik. Sekolah
merupakan bagian dari pendidikan. Di sekolah inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung,
ilmu pengetahuan diajarkan untuk dikembangkan kepada anak didik. Kegiatan belajar mengajar
di sekolah merupakan kegiatan inti dalam pendidikan di sekolah. Segala sesuatu yang telah
diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan belajar
mengajar ini juga proses transformasi ilmu pengetahuan dapat diberikan kepada peserta didik.
Kegiatan belajar mengajar merupakan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa
dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran
(Suryasubroto, 2009:30). Komponen inti dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru dan
siswa. Proses belajar mengajar dapat terlaksana apabila kedua komponen tersebut ada. Jika
salah satu komponen tidak hadir maka proses belajar mengajar tersebut tidak akan terjadi.
Sehingga proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik tidak dapat dilakukan. Melihat
pandangan tersebut, tentunya dapat diketahui bahwa kehadiran komponen inti dalam proses
kegiatan belajar mengajar sangatlah penting.
Sekolah memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa agar berhasil dalam proses
pembelajaran. Pada umumnya salah satu masalah yang sering terjadi di sekolah adalah tentang
ketidakhadiran siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Hikmawati
(2011) ketidakhadiran siswa tersebut terbagi kedalam empat bagian yaitu : (1) alpa, yaitu
ketidakhadiran tanpa keterangan yang jelas dengan alasan yang tidak bisa dipertanggung
jawabkan (2) izin, yaitu ketidakhadiran dengan keterangan dan alasan tertentu yang bisa
dipertanggung jawabkan biasanya disertai dengan surat pemberitahuan dari orang tua (3) sakit,
yaitu ketidakhadiran dengan alasan gangguan kesehatan, biasanya disertai dengan surat
pemberitahuan dari orang tua atau surat keterangan sakit dari dokter, (4) membolos, yaitu
ketidakhadiran yang meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan dari pihak sekolah.
Program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah memungkinkan siswa
memperolah berbagai layanan dalam bidang bimbingan pribadi, belajar, sosial dan karier,
keluarga dan bidang keagamaan. Untuk melaksanakan keenam bidang tersebut diwujudkan
dalam layanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian guru bimbingan konseling di sekolah
sangat berperan penting dalam dunia pendidikan untuk mewujudkan keberhasilan dalam dunia
pendidikan. Guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan terhadap peserta didik.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada MAN 4 Kabupaten Aceh
Besar dan dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan konseling diketahui bahwa pada
MAN 4 tersebut banyak siswa yang sering tidak hadir ke sekolah tanpa keterangan, izin, sakit,

9
Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Dan Upaya Guru….

dan bolos hampir di setiap minggunya ada siswa yang tidak hadir mengikuti proses belajar
mengajar. Berdasarkan data yang diberikan oleh guru BK Pada MAN 4 Kabupaten Aceh Besar
fenomena ketidakhadiran siswa di sekolah dapat digambarkan pada tabel 1.

Tabel 1. Data ketidakhadiran siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar pada MAN 4
Kabupaten Aceh Besar
MAN 4 (Januari-April)
(2016-2017)
N=180
Januari Februari Maret April
10 siswa 13 siswa 14 siswa 15 siswa
18% 23% 25% 27%
Sumber data: MAN 4 Kabupaten Aceh Besar kelas I & II

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase ketidakhadiran siswa di sekolah sangat
memprihatinkan hampir di setiap bulannya meningkat. Masalah ketidakhadiran di sekolah
adalah masalah yang serius dan harus segera diatasi karena ketidakhadiran siswa dapat
berpengaruh terhadap kenaikan kelas nantinya.

Ketidakhadiran
Kehadiran siswa di sekolah disebut dengan istilah presensi siswa. Presensi adalah
pencatatan dan pengolahan data presensi yang dilakukan setiap hari sekolah dan dilakukan
pelaporan kepada pihak kesiswaan (Tamtomo, 2017). Pengertian presensi siswa mengandung
dua arti, yaitu masalah kehadiran di sekolah (school attendance) dan ketidakhadiran di sekolah
(non school attendance) (Hidayat, 2018). Kehadiran dan ketidakhadiran siswa di sekolah
dianggap merupakan masalah penting dalam pengelolaan siswa di sekolah. Imron (2012: 83-
84) menjelaskan bahwa jika pendidikan atau pengajaran dipandang sebagai sekedar
penyampaian pengetahuan, sedangkan para peserta didik dapat menyerap pesan-pesan
pendidikan melalui layar kacanya di rumah, ketidakhadiran peserta didik di sekolah secara fisik
mungkin tidak menjadi persoalan. Sebaliknya, jika pendidikan bukan sekadar penyerapan ilmu
pengetahuan, melainkan lebih jauh membutuhkan keterlibatan aktif secara fisik dan mental
dalam prosesnya, maka kehadiran secara fisik di sekolah tetap penting apa pun alasannya dan
bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan. Kehadiran siswa di sekolah (school
attandence) adalah kehadiran dan keikutsertaan siswa secara fisik dan mental terhadap
aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di sekolah (Puspitarini, Sunarto & Wulandari, 2017).
Sedangkan ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik siswa terhadap kegiatan-
kegiatan sekolah (Munandar, 2015; Sari, 2017; Setiawan & Mais, 2017). Pada jam-jam efektif
sekolah, siswa memang harus berada di sekolah. Kalau tidak ada di sekolah seyogyanya dapat
memberikan keterangan yang sah serta diketahui oleh orang tua dan walinya.

Pembagian Ketidakhadiran
Sekolah merupakan tempat peserta didik untuk menuntut ilmu dan sekolah dikatakan
berhasil apabila peserta didik ikut berpartisipasi dalam mencari ilmu dengan baik, yang
dimaksud dengan baik yaitu peserta didik memperhatikan tingkat kehadirannya di sekolah.
Kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik sangat menunjang prestasi peserta didik, oleh
karena itu orang tua dari peserta didik harus mengontrol dan memperhatikan anaknya agar
memperoleh prestasi yang baik, dari segi kehadiran saja dapat meningkatkan prestasi di
sekolah. Selain orang tua, para guru di sekolah pun juga harus memperhatikan tingkat
kehadiran peserta didik yang mereka bina. Pada umumnya ketidakhadiran siswa dapat dibagi
ke dalam empat bagian yaitu: (1) alpa, yaitu ketidakhadiran tanpa keterangan yang jelas,
dengan alasan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, (2) izin, ketidakhadiran dengan
keterangan dan alasan tertentu yang bisa dipertanggung jawabkan, biasanya disertai surat
pemberitahuan dari orang tua, (3) sakit, ketidakhadiran dengan alasan gangguan kesehatan,

10
Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Dan Upaya Guru….

biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang tua atau surat keterangan sakit dari dokter,
(4) Membolos , ketidakhadiran yang meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan dari pihak
sekolah (Arikunto, 2005:15).

Faktor Penyebab Ketidakhadiran siswa ke sekolah


Banyak sumber penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah, baik yang bersumber dari
dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal), misalnya karena persepsi tentang kehadiran,
disiplin diri, dan motivasi belajar yang rendah, maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal),
misalnya lingkungan sekolah dan pergaulan yang kurang kondusif (Setiawan & Mais, 2017).
Menurut Imron (2012: 84) banyak sumber penyebab ketidakhadiran peserta didik di sekolah,
diantaranya ketidakhadiran yang bersumber dari lingkungan keluarga, diri siswa sendiri,
sekolah, dan masyarakat. Menurut Wijaya (1988: 30) jika fasilitas sekolah yang dimiliki peserta
didik tidak memadai, maka peserta didik akan merasa tidak terpenuhi akan kebutuhannya di
sekolah, hal ini dapat mengecewakan peserta didik sehingga menyebabkan mereka enggan
untuk ke sekolah dan tidak mengikuti kegiatan belajar di sekolah.

Usaha Guru BK untuk meningkatkan kehadiran siswa


Terdapat beberapa program sekolah yang digunakan untuk menanggulangi semakin
maraknya siswa yang libur sekolah. Program tersebut diantaranya dengan cara memanggil
orang tua siswa yang libur sekolah dan memberikan bimbingan bahwa tanggung jawab siswa
tidak hanya pada sekolah atau guru saja akan tetapi pengawasan orang tua juga sangat penting
untuk menangguangi semkin maraknya siswa yang bolos.
Siri Nam S. Khalsa (2008:111) menjelaskan bahwa “strategi yang berdampak positif
pada disiplin dan harga diri, salah satunya dengan meningkatkan kehadiran siswa melalui (1)
setiap siswa memiliki daftar periksa pemantauan diri. Dalam daftar pemeriksa pemantauan diri
tersebut dengan kejujuran siswa menjelaskan tentang apa yang telah dilakukan pada hari
tersebut. Selanjutnya dalam satu minggu kartu tersebut diperiksa oleh guru BK. (2) setiap siswa
memiliki kartu pengendalian diri dengan tiga warna merah, hijau dan putih.

Pengertian Bimbingan dan Konseling


Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, menjelaskan bahwa”Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Menurut Willis (2014:14) bimbingan
adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan
secara bertujuan, berencana, dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu
tersebut sehubungan dengan masalahnya. Pengertian konseling menurut Pepensky (Dewa
Ketut Sukadi, 1985) adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara dua orang individu yang
disebut konselor dan klien, terjadi dalam situasi yang bersifat pribadi, diciptakan dan dibina
sebagai suatu cara untuk memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku klien,
sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan kebutuhannya.

Tujuan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah


Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling Prayitno menyatakan bahwa
bimbingan dan konseling “membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam
kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan dan interpretasi, pilihan,
penyesuaian dan keterampilan yang tetap berkenaan dengan diri dan lingkungannya” (Prayitno
& Amti, 2004:114). Dalam hal lain juga ditegaskan tujuan bimbingan dan konseling disekolah di
antaranya adalah menciptalan pribadi yang mandiri. Prayitno dan Amti (2001:10) menjelaskan
bahwa “pribadi mandiri itu memiliki lima ciri, yaitu: (1) memiliki kemampuan untuk memahami
diri sendiri dan lingkungannya secara tepat dan obyektif, (2) menerima diri sendiri dan
lingkungannya secara posiif dan dinamis, (3) mampu mngambil keputusan secara tepat dan
bijaksana, (4) dapat mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambilnya, (5)
mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.”

11
Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Dan Upaya Guru….

Sementara itu, tujuan Guru Bimbingan dan konseling menurut E. Mulyasa, (2011:73-74) antara
lain:
a. Untuk mengembangkan bakat dan pengalaman belajar
b. Untuk menjalin komunikasi antara guru dan siswa serta sesama siswa
c. Untuk mempelajari dan memahami pesan yang disampaikan guru di kelas
d. Untuk membentuk sikap dan sifat demokrasi siswa
e. Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilki siswa.

Guru Bimbingan dan Konseling


Guru pembimbing berhubungan erat dengan adanya proses bimbingan. Bimbingan
sendiri memiliki beberapa pengertian dasar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata
pembimbing berasal dari kata bimbing dengan tambahan prefix yang berarti orang atau pelaku
pembimbingan. Jadi pembimbing merupakan orang yang melakukan proses bimbingan atau
pembimbingan. Guru bimbingan konseling adalah seorang guru yang bertugas memberikan
bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah dan professional sehingga seorang guru
bimbingan dan konseling harus berusaha menciptakan komunikasi yang baik dengan murid
dalam menghadapi masalah dan tantangan hidup (Ahmadi, 2005:6). Kemudian, Menurut W.S.
Winkel (1991:495) guru pembimbing (konselor) adalah orang yang memimpin suatu kelompok
konseling sepenuhnya bertanggung jawab terhadap apa yang telah terjadi dalam kelompok itu.

Peran Guru BK dalam Merubah Perilaku Ketidakhadiran siswa


Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses tersebut
mempunyai peran dan tanggung jawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing
peran tersebut harus berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk suatu
sistem yang harmonis.
Secara umum ada tiga usaha atau peran seorang guru pembimbing menurut Mulyasa
(2007: 50) dalam merubah perilaku ketidak hadiran siswa di sekolah adalah:
1. Guru pembimbing hendaklah memberikan motivasi kepada siswa. Motivasi adalah
pendorong suatu usaha yang disadari unuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar
menjadi tergerak hatinya unuk bertindak melakukan sesuau sehingga mencapai hasil
atau tujuan tertentu. Motivasi yang diberikan guru pembimbing tentang pentingnya
kehadiran dalam proses pembelajaran secara psikis akan berdampak positif terhadap
pemikiran dan sikap siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai.
2. Guru pembimbing hendaklah menerapkan sistem reward bagi siswa yang tingkat
kehadirannya tinggi dan bagi siswa yang tingkat kehadirannya rendah . hal ini
diharapkan menjadi sebuah support bagi siswa untuk senantiasa meningkatkan
kehadirannya dan perbuaan preventif (pencegahan) bagi siswa yang kurang
kehadirannya
3. Guru pembimbing hendaklah mengupayakan adanya hubungan kerjasama yang baik
dengan orang tua siswa, baik melalui surat atau sms. Sehingga kepedulian terhadap
kemajuan belajar siswa, termasuk kehadirannya, bukanlah mutlak tugas guru semata,
tetapi juga pengawasan dari orang tua.

Menurut Bimo Walgito (2004: 38) fungsi seorang pembimbing di sekolah adalah
membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah
dan menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak baik yang bersifat preventif, preservatif,
maupun yang bersifat korektif atau kuratif.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods yaitu menggabungkan


pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dimaksudkan sebagai pendekatan
ilmiah yang didesain untuk menjawab pertanyaan peneliti secara spesifik dengan menggunakan
angka statistik, mulai dari pengumpulan data, penafsiran sampai penyajian hasilnya. Sedangkan

12
Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Dan Upaya Guru….

pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat faktor penyebab ketidakhadiran siswa ke


sekolah dan upaya guru BK dalam mengatasi penyebab ketidakhadiran di sekolah.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis
danmembuat kesimpulan yang berlaku untuk umum/generalisasi (Sugiyono, 2016).
Penelitian ini dilakukan Pada MAN 4 Kabupaten Aceh Besar. Karena masalah yang
diteliti terjadi pada MAN 4 Aceh besar yaitu masalah tentang ketidakhadiran, dimana sekolah
tersebut banyak siswa mengalami masalah tentang ketidakhadiran di sekolah. Disamping itu
peneliti juga pernah mengamati keadaan kehadiran siswa di sekolah tersebut selama menjadi
guru BK lebih kurang satu bulan pada MAN 4 Kabupaten Aceh Besar.
Teknik analisis data merupakan suatu bagian yang digunakan untuk menjelaskan data-
data yang dikumpulkan untuk diambil kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Dalam
bagian ini data akan diolah dan dianalisa untuk diuji kebenarannya. Untuk mengklasifikasikan
gambaran ketidakhadiran siswa di sekolah, peneliti menggunakan rumus norma kategori
(Azwar, 2011:149) seperti yang dapat dilihat pada tabel 2:

Tabel 2. Rumus Norma Kategori untuk Pengklasifikasian Gambaran


Ketidakhadiran siswa di Sekolah
Rumus Norma Kategori Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Dalam hasil penelitian diperoleh dari pengumpulan data dengan observasi, wawancara
dan dokumentasi selanjutnya ditelaah/diolah serta diklasifikasikan sesuai dengan kerangka
penelitian deskriptif kualitatif yang berupaya menggambarkan, mengklasifikasikan dan
menginterpretasikan data/informasi, kondisi serta latar belakang secara menyeluruh,
mendalam, kemudian baru disimpulkan hasil akhirnya. Adapun langkah-langkah teknik analisis
data yang digunakan adalah berdasarkan pendapat dari Sugiyono (2016).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini pada awalnya sudah mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari dosen
pembimbing hingga peneliti memperoleh persetujuan bahwa penelitian dapat dilaksanakan.
Untuk selanjutnya peneliti mempersiapkan surat izin dari dekan FKIP Universitas Syiah Kuala
mengenai keizinan untuk mengumpulkan data skripsi yang ditujukan kepada kepala sekolah
MAN 4 Kabupaten Aceh Besar yang dipilih sebagai tempat berlangsungnya penelitian. Setelah
semua proses tersebut dilaksanakan secara prosedur maka penelitian baru dapat dilaksanakan.

Gambaran Ketidakhadiran Siswa


Gambaran ketidakhadiran siswa di MAN 4 Aceh Besar, dapat diketahui dari hasil analisis
dengan menggunakan analisis secara deskriptif, terdapat perbandingan antara data hipotetik
(yang mungkin terjadi) dan data empirik (berdasarkan kenyataan di lapangan). Deskriptif data
penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi data penelitian


Variabel Data Hipotetik Data Empirik
Item
N Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD
Valid
Ketidakhadiran
40 45 180 45 166,6 16,3 135 92 108,1 9,6

13
Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Dan Upaya Guru….

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa data hipotetik berdasarkan jumlah item dalam angket
skala ketidakhadiran diperoleh dengan nilai rata-rata mean 108,1 dan standar deviasi (SD) 9,6.
Dengan adanya mean dan standar deviasi, maka dapat dijadikan batasan dalam pengkategorian
subjek. Hasil kategori skor subjek penelitian ketidakhadiran dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kategori skor item Berdasarkan tingkatan kehadiran siswa


Skor Kategori Jumlah Persentase
117,7< X Tinggi 6 15%
98,5< X ≤117,7 Sedang 28 70%
X <98,5 Rendah 6 15%

Berdasarkan tabel kategorisasi di atas menunjukkan bahwa siswa MAN 4 Aceh Besar
memiliki perilaku ketidakhadiran berada pada kategori tinggi sebanyak 6 orang siswa dengan
frekuensi ketidakhadirannya 19 kali dalam satu semester, kategori sedang sebanyak 28 (70%)
siswa dengan frekuensi ketidakhadirannya 10 kali dalam satu semester, sedangkan kategori
rendah 6 (15%) siswa dengan frekuensi ketidakhadirannya 2 kali dalam satu semester.
Dari grafik di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar (70%) ketidakhadiran siswa
pada MAN 4 Kabupaten Aceh Besar berada dalam kategori sedang, di samping itu sebagian
kecil (15%) berada dalam kategori tinggi dan rendah. Pada kriteria rendah sebanyak 6 orang
siswa yang berarti peserta didik tidak termasuk kedalam tingkat frekuensi yang
mengkhawatirkan di sekolah, dan pada kriteria sedang sebanyak 28 orang siswa tingkat
frekuensinya juga tidak mengkhawatirkan dalam kenaikan kelas selanjutnya serta dalam
kategori tinggi sebanyak 6 orang siswa sangat mengkhawatirkan tingkat kenaikan kelas
nantiknya dan menjadi sasaran waktu sidang kenaikan kelas oleh dewan guru.

Analisis Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa Di Sekolah


Berdasarkan analisis angket yang telah diisi oleh siswa dapat dilihat dari persentasi,
setiap butir jawaban, dan indikator. Dari hasil analisis persentase dapat dilihat bahwa indikator
cara orang tua mendidik berada pada kategori jarang yang paling tinggi dengan persentase
45%, indikator hubungan antar anggota keluarga berada pada kategori jarang yang paling tinggi
dengan persentase 45%, suasana rumah yang paling tinggi juga berada pada kategori jarang
dengan persentase 32,5%, keadaan ekonomi keluarga berada pada kategori jarang yang paling
tinggi dengan persentase 42,5%, perhatian orang tua berada pada kategori sering dan yang
paling tinggi dengan persentase 42,5%, keadaan gedung sekolah berada pada kategori sering
yang paling tinggi dengan persentase 45%, metode mengajar berada pada kategori jarang yang
paling tinggi dengan persentase 37,5%, hubungan siswa dengan siswa berada pada kategori
jarang yang paling tinggi dengan persentase 45%, hubungan guru dengan siswa berada pada
kategori sering yang paling tinggi dengan persentase 45%, perkelahian berada pada kategori
sering yang paling tinggi dengan persentase 45%, prestasi yang rendah berada pada kategori
sering yang paling tinggi dengan persentase 45%, keamanan berada pada kategori sering yang
paling tinggi dengan persentase 42%.

Tanggapan Dan Informasi Dari Responden Penelitian


Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling pada MAN 4 Aceh
Besar, peneliti dapat menganalisis faktor penyebab ketidakhadiran siswa ke sekolah. Adapun
hasil wawancara peneliti dengan guru BK, orang tua siswa, dan siswa adalah sebagai berikut:
Berdasarkan pertanyaan faktor penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah diperoleh
hasil yang akan diuraikan sebagai berikut. Informan A dan B adalah guru di sekolah sedangkan
informan 1-6 adalah orang tua. Informasi juga diperoleh dari siswa yang sering tidak hadir ke
sekolah atau yang termasuk dalam kategori tinggi ketidakhadirannya.
Menurut informan A banyak faktor yang mempengaruhi siswa tidak hadir ke sekolah,
susah bangun tidur, tidak mengerjakan PR, malas untuk ke sekolah dan diajak teman untuk

14
Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Dan Upaya Guru….

tidak masuk sekolah sedangkan menurut informan B karena siswanya memang malas ke
sekolah dan membantu orang tua di rumah. Informasi yang didapatkan dari orang tua siswa
adalah informan 1 mengatakan membantu orang tua berjualan di pagi hari sehingga terlambat
datang ke sekolah, informan 2 mengatakan ketika sudah musim panen padi siswa membantu
kedua orang tua di sawah sehingga malas datang kesekolah, informan 3 mengatakan susah
bangun pagi disebabkan malam selalu bergadang, informan 4 mengatakan ketika ada PR di
sekolah anaknya enggan datang ke sekolah disebabkan PR tidak siap waktu itu, informan 5
mengatakan dari rumah pergi ke sekolah sehingga orang tua beranggapan anaknya rajin ke
sekolah, sedangkan informan 6 mengatakan di pagi hari anaknya bekerja di warung kopi.
Informasi dari siswa yang tingkat ketidakhadirannya tinggi adalah sebagai berikut.
Informan 1 mengatakan susah bangun di pagi hari, sebab waktu malam bergadang bersama
teman-teman, informan 2 mengatakan ketika ada PR sering tidak datang sebab tidak siap,
informan 3 mengatakan di pagi hari membantu kedua orang tua berjualan di pasar, sering
terlambat ke sekolah sehingga malas untuk datang ke sekolah, informan 4 mengatakan ketika
sudah datang ke sekolah diajak teman bermain PS waktu jam sekolah, informan 5 mengatakan
ketika sudah musim panen padi sering membantu kedua orang tua di sawah sehingga tidak
datang ke sekolah sedangkan informan 6 mengatakan letak rumah yang sangat jauh dari
sekolah, sering terlambat sehingga malas datang ke sekolah.
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa informasi yang diperoleh dari guru BK tentang
penyebab ketidakhadiran siswa ke sekolah pada umumnya sama dengan informasi yang
didapatkan dari siswa, dan orang tua siswa.
Berdasarkaan pertanyaan upaya guru BK yang mendapati siswa yang sering tidak hadir
ke sekolah dan upaya guru BK dalam mengatasi ketidakhadiran siswa di sekolah dapat peroleh
hasil sebagai berikut. Menurut informan A siswa yang bersangkutan akan dipanggil ke ruang BK
dan diberikan layanan konseling sedangkan menurut informan B siswa akan dipanggil ke ruang
BK dan membuat perjanjian. Menurut informan A berkonsultasi terlebih dahulu dengan waka
kesiswaaan dan wali kelas siswa yang bersangkutan tentang upaya apa yang akan dilakukan
untuk mengatasi ketidakhadiran siwa di sekolah sedangkan menurut informan B memanggil
langsung siswa yang bersangkutan dan akan mengatasinya dengan memanggil orang tua.”
Berdasarkan pertanyaan dalam usaha untuk meningkatkan kehadiran siawa di sekolah
apakah ada dilakukan panggilan orang tua siswa pada awal masuk sekolah untuk diberikan
layanan informasi mengenai kedisiplinan sekolah dapat di peroleh hasil sebagai berikut.
Menurut informan A pernah, setiap tahun kami lakukan pemanggilan orang tua memberikan
informasi mengenai disiplin sekolah. Sedangkan menurut informan B pernah dilakukan, hampir
setiap tahun dilakukan informasi mengenai disiplin sekolah kepada orang tua siswa.

Gambaran Ketidakhadiran Siswa


Berdasarkan hasil penelitian, perilaku ketidakhadiran siswa di MAN 4 Aceh Besar
dominan berada pada kategori sedang dimana ketidakhadiran siswa masih belum berada pada
tingkatan yang memprihatinkan dan masih bisa diatasi, dimana dari 180 siswa, 6 siswa yang
berada pada kategori tinggi tingkat ketidakhadirannya. Hal ini dapat dilihat dari penelitian
dengan 40 orang siswa yang sering tidak hadir ke sekolah, 28 siswa berada pada kategori
sedang, 6 siswa berada pada kategori tinggi dan 6 siswa juga berada pada kategori rendah.

Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa Di Sekolah


Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK, orang tua dan siswa beberapa faktor
yang menyebabkan ketidakhadiran siswa di sekolah di antaranya adalah merasa malas, susah
bangun pagi, sering bergadang di malam hari, dan ada pekerjaan tambahan dirumah. Ada
banyak sumber penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah, baik yang bersumber dari dalam diri
siswa itu sendiri (faktor internal), misalnya karena disiplin diri dan motivasi
belajar yang rendah, maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal), misalnya lingkungan
sekolah dan pergaulan yang kurang kondusif. Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor
eksternal yang mungkin bisa menyebabkan ketidakhadiran siswa di sekolah.

15
Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Dan Upaya Guru….

Upaya Guru BK Mengatasi Masalah Ketidakhadiran siswa


Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru BK di MAN 4 Aceh
Besar mengenai upaya yang dilakukan dalam menindaklanjuti ketidakhadiran di sekolah dapat
diperoleh bahwa, jika siswa libur sekolah berturut-turut tanpa keterangan akan ditindaklanjuti
dengan memanggil siswa yang bersangkutan dan langsung mengadakan kegiatan home visit
kerumah siswa tersebut. Imron (2012:90) menjelaskan bahwa usaha yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kehadiran peserta didik di sekolah adalah dengan melihat perkasus, sebab
setiap peserta didik memiliki masalah yang berbeda-beda. Akan tetapi upaya yang dapat
dilakukan dengan cara memperhatikan sumber-sumber penyebab ketidakhadiran peserta didik
di sekolah seperti perbaikan lingkungan sekolah, perbaikan diri peserta didik dan perbaikan
lingkungan masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti laksanakan mengenai
analisis ketidak hadiran siswa di sekolah dan upaya guru BK dalam mengatasinya. Gambaran
perilaku ketidakhadiran siswa di sekolah MAN 4 kabupaten Aceh Besar sebagian besar berada
pada kategori sedang, dari 40 siswa yang sering tidak hadir ke sekolah, 28 siswa berada pada
kategori sedang dengan persentase 70%, 6 siswa berada pada kategori tinggi dengan
persentase 15% dan 6 siswa berada pada kategori rendah dengan persentase 15%.
Faktor-faktor penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah disebabkan oleh faktor dari
lingkungan keluaga diantaranya cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi keluarga serta
faktor dari diri sendiri yaitu karena malas pergi ke sekolah, Susah untuk bangun pagi, tidak
mengerjakan PR, membantu orang tua berjualan di pagi hari, serta membantu orang tua
memanen padi di sawah , dan diajak sama teman main PS sehingga tidak ke sekolah.
Upaya yang dilakukan oleh guru BK untuk mengatasi perilaku ketidakhadiran siswa di
sekolah yaitu dengan memanggil siswa yang bersangkutan untuk diberikan layanan bimbingan
dan konseling serta melakukan home visit untuk bertemu langsung dengan orang tua siswa dan
berkerja sama untuk mencegah ketidakhadiran siswa di sekolah.
Setelah mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka ada beberapa saran yang akan
diberikan oleh peneliti, yaitu:
1. Guru BK
Layanan konseling individual dan home visit salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah ketidakhadiran siswa.
2. Siswa
Setelah diberikan layanan konseling individual dan dilaksanakan home visit, siswa
diharapkan mampu untuk meningkatkan kehadiran ke sekolah.
3. Peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat membuka wawasan yang lebih luas secara teoritis dan
praktis, dan diharapkan penelitian ini perlu dicoba lagi lebih mendalam untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan, sehingga akan mendapatkan hasil yang representatif.
Untuk mengatasi perilaku ketidak hadiran siswa di sekolah perlu di lakukan kerja sama
antara guru dengan orang tua dalam memotivasi dan mengawasi untuk hadir ke sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2005). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Arikunto, S. (2005). Pengelolaan kelas siswa (sebuah pendekatan evaluative). Jakarta: CV.
Rajawali.
Hidayat, F. (2018). TA: Rancang Bangun Aplikasi Presensi dan Pengelolaan Nilai Berbasis Website
pada Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri (Doctoral dissertation, Institut
Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya).
Hikmawati, F. (2011). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Imron, A. (2012). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

16
Roni Fitriadi, Nurhasanah, Martunis
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Dan Upaya Guru….

Khalsa, S.N.S. (2008). Pengajaran disiplin dan harga diri. Jakarta: PT. Indeks.
Mulyasa, E. (2011). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandar, A. (2015). Aplikasi pemberitahuan ketidakhadiran siswa pada SMP Negeri 43
Palembang (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah
Prayitno & Amti, E. (2004). Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta. Rineka Cipta
Puspitarini, M., Sunarto, D., & Wulandari, S. H. E. (2017). Analisis dan Desain Sistem Informasi
Akademik Pada SMP Al-Falah Assalam Tropodo 2 Sidoarjo. Jurnal JSIKA, 5(6).
Sari, W. I. (2017). Penerapan Layanan Konseling Kelompok dengan Teknik Modeling Langsung
dalam Meningkatkan Frekuensi Kehadiran Siswa. JURKAM: Jurnal Konseling Andi
Matappa, 1(1), 46-54.
Setiawan, D. E., & Mais, A. (2017). Pengaruh tingkat kehadiran siswa terhadap efektivitas proses
pembelajaran siswa kelas IV tuna grahita ringan dalam kelas regular SD inklusi di
Kabupaten Jember. SPEED Journal: Journal of Special Education, 1(1), 28-33.
Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
(cetakan ke-23). Bandung: Alfabeta.
Sukardi, D.K. (1985). Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suryasubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tamtomo, A. M. (2017). LKP: Rancang Bangun Aplikasi Presensi Online Pada SMA Negeri 14
Surabaya (Doctoral dissertation, Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya).
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Walgito, B. (2004). Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir). Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Wijaya, J. (1988). Psikologi bimbingan. Eresco.
Willis, S. (2014). Konseling Individual Konseling dan Praktek. Bandung:Alfabeta.
Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.

17

You might also like